You are on page 1of 10

THE EFFECTS OF PROGRESSIVE MUSCLE

RELAXATION ON THE LEVEL OF ANXIETY IN


NURSES CARING FOR PATIENTS WITH COVID-19
Yori Yolanda1, Irfan Said2, Tati Suryati3, Ria Simanungkalit4
1,3,4ProgramStudi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA, Jakarta
2Program Studi Gizi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PERTAMEDIKA, Jakarta
e-mail:Yoriyolanda117@gmail.com

ABSTRACT

Introduction : One of the psychological responses encountered by nurses who treat COVID-19
patients is anxiety. The anxiety is caused by several factors including feelings of unsupported,
worrying excessively about health, fear of carrying the infection and transmitting it to family
members or others, a heavy workload, social stigmatization, feeling insecure for providing care.
Moreover, this psychological problem caused low quality of health services for patients .
Therefore, to reduce the anxiety of nurses who took care for Covid-19 patients, anxiety
management using progressive muscle relaxation was needed. The purpose of this study is to
assess the effect of progressive muscle relaxation on the level of anxiety in nurses caring for
patients with Covid-19. Method: The research design used in this study was quasi-
experimental, namely pre-test and post-test with control group design with purposive sampling
technique. The number of samples is 52 nurses. The research instrument used the Zung Self-
Rating Anxiety Scale (SRAS) questionnaire. The paired T Test is applied for statistical analysis.
Result: the result of this study indicated that progressive muscle relaxation had a substantial
effect on the level anxiety in nurses caring for patients with Covid-19 in the intervention group
with a P-value 0.000 (P value < 0,005). Conclusion : Progressive muscle relaxation therapy is a
complementary therapy that can be done independently by nurses and is effective in reducing
anxiety.

Keywords : Anxiety, Progressive Muscle Relaxation, Nurse

PENDAHULUAN kasus tersebut. Tenaga keperawatan


Akhir januari 2020 yang bertepatan merupakan salah satu dari tenaga
tanggal 31 januari 2020, Badan pelayanan kesehatan yang paling
Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan sering berinteraksi dengan pasien
Covid-19 menjadi status global health dibandingkan dengan komponen
emergency dan bulan april ditemukan tenaga kesehatan lainnya (Romadhoni
sebanyak 1.278.523 orang yang & Widowati, 2017). Perawat
terinfeksi covid-19. Sedangkan di mempunyai peran yang sangat penting
Indonesia khususnya DKI Jakarta sebab perawat selalu berhubungan dan
merupakan jumlah penderita Covid-19 berinteraksi dengan pasien kurang
tertinggi dengan 1.232 positif. lebih 24 jam berada disamping pasien.
Tingginya kasus yang terkonfirmasi Dampak dari pendemi ini tentunya
Covid-19 dan meninggal akibat Covid- menimbulkan beberapa gangguan yang
19 semakin hari semakin bertambah terjadi pada perawat antara lain
sehingga petugas kesehatan menjadi kesehatan fisik, kesenjangan ekonomi,
garda terdepan dalam menangani kesenjangan social dan gangguan
mental. Salah satu respon psikologis et al., 2021). Perawat yang merawat
yang ditemui pada perawat yang pasien Covid-19 harus mampu
menangani pasien covid-19 adalah mengontrol emosi agar tidak menjadi
kecemasan. emosi negatif dan terapi ini bisa
Hasil penelitian Santoso (2021) digunakan untuk pedoman Kesehatan
teridentifikasi 4 tema dalam jiwa dalam menangani pasien Covid-19.
pengalaman perawat yang merawat (Diinah & Rahman, 2020)
pasien Covid-19 antara lain Berdasarkan hal tersebut maka peneliti
kecemasan, loyalitas perawat, perasaan tertarik untuk meneliti pengaruh
perawat dan upaya mengurasi resiko pemberian terapi relaksasi otot
tertular (Dwi & Santoso, 2021). Sejalan progresif terhadap tingkat kecemasan
dengan yang dikemukanan oleh FIK-UI pada perawat yang merawat pasien
dan IPKJI (2020) respon yang paling Covid-19.
sering muncul pada perawat ialah
perasaan cemas dan tegang sebanyak METODE
70%. Kecemasan tersebut muncul Desain penelitian yang digunakan pada
diakibatkan beberapa faktor seperti penelitian ini quasy eksperiment yaitu
perasaan tidak didukung, pre-test and post-test with control group
kekhawatiran tentang kesehatan design. Populasi merupakan semua
pribadi, takut membawa infeksi dan perawat yang merawat pasien covid-19.
menularkannya kepada anggota Teknik pengambilan sampel yang
keluarga atau orang lain, stigmatisasi digunakan adalah purposive sampling
sosial, beban kerja yang berlebihan, dan didapat 52 responden. Sampel
dan merasa tidak aman ketika diberikan kuesioner. Penelitian di
memberikan layanan perawatan dan lakukan di ruangan isolasi Covid-19
kesehatan pada pasien Covid-19 lantai 6 dan lantai 7 rumah sakit Pasar
(Rosyanti & Hadi, 2020). Minggu Jakarta Selatan Bulan Januari
Akibat adanya masalah psikologis ini 2021. Alat pengumpulan data dalam
akan menurunkan kualitas pelayanan penelitian ini menggunakan kuesioner.
yang diberikan kepada pasien. Instrumen tersebut untuk mengkaji
Kecemasan ini dapat diatasi dengan tingkat kecemasan yang berisikan 20
meningkatkan dukungan sosial, item pertanyaan menggunakan
manejemen stress, memastikan instrument Zung Self-Rating Anxiety
dukungan organisasi yang memadai, Scale (SRAS)
memberikan layanan dukungan Analisis yang digunakan untuk
psikologis dan mental, dan menguji kemaknaan perbedaan mean
memberikan intervensi peningkatan variabel penelitian antara sebelum dan
ketahanan. Maka dari itu untuk sesudah intervensi menggunakan uji
menurunkan kecemasan pada perawat independent t-test atau paired t-test.
yang merawat pasien Covid-19 di RSUD Untuk uji statistik, tingkat kemaknaan
Pasar Minggu yang merawat pasien (signifikan) yang digunakan p ≤ 0,05.
Covid berada di ruangan isolasi lantai 6 Pengaruh terapi relaksasi otot progresif
dan 7. diperlukan adanya intervensi ini dilakukan oleh tim peneliti sendiri
yakni melalui management stress dan telah mendapatkan persetujuan
dengan relaksasi otot progresif. etik dari Komisi Etik Penelitian RSUD
Terapi ini merupakan salah satu terapi Pasar Minggu nomor :
relaksasi atau terapi komplementer 27/KEPK/RSUDPM/VII/2021
yang dapat dilakukan secara mandiri
perawat dan diketahui sangat efektif HASIL
untuk menurunkan kecemasan (Özlü
Karakteristik Responden Kelompok Kontrol dan 1. 19-20 31 59.6
Tahun
Intervensi Berdasarkan Usia 2.. 31-40 21 40.4
Tahun
No Katego Juml Presen Total 52 100
ri Usia ah tase
(N) (%)

Tabel 1. menunjukkan bahwa dari 52 Rata-Rata Tingkat Kecemasan pada Kelompok


responden sebanyak 31 orang (59.6%) Intervensi Sebelum (pre) dan Sesudah (post)
berusia 19-20
tahun, dan 21 orang (40.4%) berusia Ting Mean Seli S Mini
31-40 tahun. kat sih D mu
Karakteristik Responden Kelompok kece Me m–
Kontrol dan Intervensi Berdasarkan mas an Maxi
Jenis Kelamin an mu
m
N Kateg Juml Present Sebe 62.1 4. 57 -
o ori ah ase (%) lum 9 66 71
(N) (Pre) 25.81 5
1 Laki-laki 6 11.5 Ses 36.3 7. 25 -
. uda 8 60 49
2 Perempua 46 88.5 h 00
.. n (Post
Total 52 100 )
Tabel 2. menunjukkan bahwa dari 52 Tabel 4. menunjukkan bahwa sebelum
responden sebanyak 6 orang (11.5%) dilakukan pemberian Relaxation Otot
adalah laki-laki, dan 46 orang (88.5%) Progresive pada kelompok intervensi
adalah perempuan didapatkan rata-rata nilai kecemasan
adalah 62,19 dengan nilai terendah
Karakteristik Responden Kelompok menunjukkan angka 52 dan nilai
Kontrol dan Intervensi Berdasarkan maksimum kecemasan menunjukkan
Peran Ruangan nilai 71. Sedangkan sesudah dilakukan
Relaxation Otot Progresive pada
N Katego Juml Present kelompok intervensi didapatkan rata-
o ri ah ase (%)
(N) rata nilai kecemasan 36,38, tingkat
1 Kepala 2 3.8 cemas terendah menunjukkan nilai 25
. Ruang dan tingkat cemas tertinggi
2 Ketua Tim 4 7.7 menunjukkan nilai 49. Selisih rata-rata
. tingkat kecemasan pada kelompok
3 Perawat 46 88.5
. Pelaksana intervensi sebelum dan sesudah
Total 52 100 diberikan Relaxation Otot Progresive
Tabel 3. menunjukkan bahwa dari sebesar 25,81
52 responden sebanyak 2 orang
3.8% berperan sebagai kepala Rata-Rata Tingkat Kecemasan pada Kelompok
ruang, 4 orang (7.7%) ketua tim, Kontrol Sebelum (pre) dan Sesudah (post)
dan 46 orang (88.5%) sebagai
perawat pelaksana Ting Mean Seli S Mini
kat sih D mu diperoleh P value : 0.000 (P value <
kece Me m– 0,005) dengan kesimpulan Ha diterima
mas an Maxi yaitu ada Pengaruh terapi relaksasi
an mu terhadap tingkat kecemasan perawat
m yang merawat pasien Covid-19.
Sebe 62.6 6. 52 -
lum 5 3.37 04 72
(Pre) 6 PEMBAHASAN
Ses 66.3 5. 54 - Usia
uda 8 02 73 Usia merupakan salah satu faktor yang
h 9 berpengaruh terhadap kecemasan.
(Post Ketika bertambahnya usia maka
)
kematangan psikologi orang tersebut
Tabel 5, menunjukkan bahwa sebelum
semakin baik. Artinya semakin matang
dilakukan intervensi pada kelompok
psikologi seseorang maka semakin baik
kontrol didapatkan rata-rata nilai
pula adaptasi terhadap kecemasan
kecemasan 62.65, tingkat kecemasan
(Astin & Paembonan, 2021). Sejalan
terendah menunjukkan 52 dan tertinggi
dengan penelitian yang dilakukan oleh
menunjukkan nilai 72. Sedangkan
fadli, usia muda akan lebih mudah
sesudah dilakukan intervensi pada
menderita cemas dibandingkan
kelompok kontrol didapatkan rata-rata
dengan mereka yang berusia tua.
nilai kecemasan 66.38, tingkat
Hal tersebut dikarenakan usia
kecemasan terendah menunjukkan 54
berkaitan dengan pengalaman dan
dan tertinggi menunjukkan nilai 73.
pandangan seseorang terhadap
Selisih rata-rata nilai kecemasan
sesuatu. Semakin bertambah usia
kelompok kontrol sebelum dan sesudah
maka semakin bertambah juga
diberikan intervensi sebesar 3.37.
pengalaman dalam berfikir dan
bertindak. (Fadli et al., 2020)
Hasil Uji Perbedaan Tingkat
Kecemasan pada Kelompok Hasil penelitian ditemukan usia
responden mayoritas berada pada
Intervensi dan Kelompok Kontrol
rentang 19-20 tahun sebanyak 59,6%.
sebelum (pre) dan sesudah (post) Rentang usia 19-20 tahun ini
merupakan usia pada tahap
Paired Samples Test perkembangan remaja akhir menuju
dewasa. Didukung oleh Kaplan
Mean SD P
mengatakan bahwa usia19 – 20 tahun
Value termasuk dalam rentang masa transisi
antara masa remaja akhir hingga
Intervensi pre 62.19 4.665 0.000 dewasa awal. Masa ini merupakan
puncak dari perkembangan biologis dan
post 36.38 7.600 individu menghadapi berbagai tuntutan
untuk dapat diterima dalam peran
Kontrol pre 62.65 6.046 0.005 sosial dengan mempelajari berbagai
bentuk keterampilan dalam rangka
post 66.38 5.029 persiapan menuju struktur kehidupan
dewasa (Mednick et al., 2010). Berbagai
tuntutan dan gejolak masa transisi ini
Tabel 6. Hasil analasis pengaruh terapi dapat menjadi faktor tekanan psikologis
Relaksasi Otot Progresif terhadap yang mendorong kecemasan mulai
tingkat kecemasan pada perawat timbul pada usia remaja akhir.
Kecemasan yang timbul pada usia Hasil penelitian berdasarkan distribusi
mulai dari 18 tahun keatas memiliki frekuensi pada 52 responden
gejala signifikan bila dibandingkan usia didapatkan jenis kelamin responden
18 tahun kebawah. (McHenry et al., mayoritas perempuan sebanyak 88,5%.
2014a). Hasil ini sejalan dengan banyak temuan
Usia juga berpengaruh terhadap penelitian lainnya yang melibatkan
mekanisme koping dan kecemasan perawat sebagai responden. Secara
(Puspanegara, 2019). Berdasarkan hasil statistic, profesi keperawatan cenderung
penelitian yang dilakukan oleh didominasi oleh perempuan. Gambaran
Furwanti (2014) menunjukkan bahwa ikonik keperawatan sebagai profesi yang
(56,0%) responden dengan usia < 30 memiliki karakteristik lemah lembut,
tahun mengalami cemas berat, kasih sayang, dan caring merupakan
sedangkan kecemasan ringan lebih sifat dominan dari perempuan.
banyak dialami oleh responden Menurut Kaplan, perempuan lebih
dengan usia > 50 tahun yaitu cenderung mengalami gangguan
sebanyak (69,2%) responden. Sejalan kecemasan atau ansietas bila
dengan penelitian yang dilakukan oleh dibandingkan laki-laki, dengan
Febriyanti dan mellu (2020) prevalensi sebesar 30,5% berbanding
mengatakan usia responden yang paling 19,2% (Sadock & Sadock, 2010).
banyak mengalami kecemasan Perbedaan frekuensi kecemasan
didapatkan pada rentang usia 20-24 diantara jenis kelamin ini terkait
tahun (Febriyanti & Mellu, 2020) dengan perbedaan kondisi hormone
Berdasarkan hasil penelitian diatas, seks pada perempuan dan laki-laki.
Peneliti berasumsi bahwa semakin Hormon seks perempuan didominasi
dewasa usia seseorang, maka semakin oleh esterogen sementara laki-laki
berkurang kecemasan yang dialami. didominasi oleh hormone testosteron.
Hal tersebut bisa terjadi karena Hormon-hormon seks seperti esterogen,
semakin dewasa usia seseorang maka progesterone dan testosterone dapat
semakin matang proses berpikirnya menekan aktivitas hipotalamus dalam
dalam menghadapi suatu masalah. upaya menurunkan gejala kecemasan
Pengalaman seseorang terhadap suatu dan menurunkan produksi kortisol.
masalah yang pernah dialami juga Akan tetapi, perempuan memiliki siklus
akan memberikan perubahan atau hormonal yang ditunjukan dengan
perkembangan dalam hidupnya, keadaan fisiologis berupa perubahan
sehingga ketika menghadapi suatu fluktuasi produksi hormonseks secara
masalah yang sama seseorang periodik. Ketika produksi esterogen
tersebut dapat mengontrol kecemasan pada wanita turun, aktivitas
yang dialami. hipokampus dan hipotalamus
Selain itu, pandemic Covid-19 meningkat sehingga respon stress dan
merupakan hal yang baru bagi kecemasan dapat mengalami
perawat, dimana perawat dengan usia peningkatan. Sebaliknya pada laki-laki
muda belum memiliki banyak testosteron terus dihasilkan dalam
pengalaman menghadapi stress dan rentang kadar yang dapat dikatakan
dikarenakan tuntutan karir, beban lebih stabil(McHenry et al., 2014b).
pekerjaan, serta kehidupan Teori tersebut sejalan dengan
profesionalitas yang dipertaruhkan penelitian yaslina (2020)
pada masa pandemi COVID-19. mengatakan bahwa perempuan
cenderung menggunakan emosinya
Jenis Kelamin untuk memecahkan suatu masalah.
Mekanisme koping ini yang menjadi (Setianingrum et al., 2021).
penyebab dari prevalensi kecemasan
pada perempuan lebih tinggi dari Rata-rata Tingkat Kecemasan pada
laki-laki (Yaslina & Yunere, 2020). Kelompok Intervensi dan Kontrol
Hasil penelitian berdasarkan distribusi
Studi yang dilakukan di Wuhan juga
frekuensi pada 26 responden pada
menunjukkan bahwa perempuan kelompok kontrol didapatkan bahwa
memiliki proporsi tinggi mengalami mayoritas responden sebelum
stres, depresi dan kecemasan selama dilakukan intervensi ROP, tingkat
COVID-19 yang dikaitkan dengan kecemasan berada pada kategori cemas
beban kerja. sedang sebanyak 9 perawat (34,68%),
diikuti dengan cemas berat sebanyak 17
Peran Perawat di Ruangan Covid-19 responden (65,4%). sedangkan pada
Hasil penelitian berdasarkan distribusi kelompok kontrol post tingkat
frekuensi pada 52 responden kecemasan berada pada kategori cemas
didapatkan peran perawat diruangan, sedang 2 responden (7,7%), diikuti
responden mayoritas adalah perawat dengan cemas berat sebanyak 24
pelaksana sebanyak 88,5%. perawat (92,3%). Sehingga pada
Perawat sebagai pelaksana dapat kelompok kontrol tidak terjadi
diartikan pelaksana peran perawat yang penurunan pada tingkat kecemasan
menyangkut pemberian pelayanan perawat yang merawat pasien covid-19.
kesehatan kepada individu, keluarga,
atau mayarakat berupa asuhan Hasil penelitian berdasarkan distribusi
keperawatan yang komprehensif frekuensi pada 26 responden pada
meliputi asuhan pencegahan pada kelompok intervensi didapatkan bahwa
tingkat satu, dua atau tiga, baik mayoritas responden sebelum
langsung maupun tidak langsung. dilakukan intervensi ROP, tingkat
Tindakan langsung berarti tindakan kecemasan berada pada kategori cemas
yang ditangani sendiri oleh perawat sedang sebanyak 8 perawat (30,8%),
yang menemukan masalah kesehatan diikuti dengan cemas berat sebanyak 18
klien. Sedangkan tindakan tidak responden (69,2%). sedangkan setelah
langsung atau yang disebut juga dilakukan intervensi ROP, tingkat
delegasi tindakannya diserahkan kecemasan berada pada kategori cemas
kepada orang lain atau perawat lain sedang 21 responden (80,8%), diikuti
yang dapat dipercaya untuk melakukan dengan cemas berat sebanyak 5 perawat
tindakan keperawatan klien. Maka dari (18,2%). Sehingga terjadi penurunan
itu yang lebih banyak menangani pasien tingkat kecemasan yang signifikan
Covid- 19 adalah perawat setelah dilakukan intervensi ROP.
pelaksana(Kurniadi, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian yang Perawat yang bertugas di ruang
dilakukan oleh Tallulembang (2021), perawatan isolasi COVID-19 rentan
pengalaman perawat yang merawat mengalami kecemasan (Fadli et al.,
pasien Covid-19 ditemukan perasaan 2020). Karakteristik COVID-19 yang
cemas, takut, was-was dan bertanya- bersifat sangat menular, sementara
tanya (Tallulembang et al., 2021). modalitas pengetahuan masih terbatas
Tenaga keperawatan juga mengalami membuat perawat ambigu (Razzini et
beban kerja yang tinggi, jam kerja yang al., 2020). Selama satu dekade terakhir
Panjang, sering shift malam dan fakta menunjukkan para profesional
beresiko terpaparnya covid-19 serta kesehatan, khususnya perawat
terjanya peningkatan job stress mengalami peningkatan cemas dan
stres akibat ketegangan di tempat kerja. yang dialami perawat. Fakta
Petugas kesehatan khususnya perawat menunjukkan bahwa hampir sepertiga
mengalami tekanan tambahan karena pasien COVID-19 yang dirawat di
terlibat langsung dalam perawatan rumah sakit terdiri dari petugas
pasien yang terinfeksi dan peningkatan kesehatan. Penularan pada petugas
risiko penularan. Hasil penelitian yang kesehatan khusunya perawat di ruang
melibatkan 1.257 petugas kesehatan perawatan Isolasi COVID-19
yang merawat pasien COVID-19 di 34 menyebabkan kecemasan pada perawat
rumah sakit di China ditemukan meningkat. Kondisi ini menyebabkan
prevalensi gejala depresi 50%, perawat tidak optimal dalam
kecemasan 44,7%, dan gejala tekanan memberikan pelayanan asuhan
psikologis 73,4% (Lai et al., 2020). keperawatan dan memerlukan
Perawat yang ditugaskan di ruang intervensi spesifik.
perawatan Covid-19 berada pada Terapi relaksasi otot progresif (ROP)
kondisi terpapar stressor yang terus dilakukan dengan memusatkan pikiran
menerus. Dampaknya adalah perawat dan perhatian pada suatu aktivitas otot
merasa cemas berkepanjangan dan dengan mengidentifikasi otot yang
kelelahan kronis. Perawat yang bertugas tegang/meregang, kemudian
di ruang perawatan isolasi COVID-19 menurunkan ketegangan dengan
berada dibawah tekanan secara fisik melakukan teknik relaksasi untuk
dan mental yang memicu kecemasan mendapatkan perasaan nyaman/ relaks
(Cai et al., 2020). (Vuttanon et al., 2019). Relaksasi otot
progresif (ROP) dapat mengurangi
Analisa Uji Perbedaan Tingkat kemungkinan gangguan yang
Kecemasan intervensi dan kelompok berhubungan dengan stress dan
kontrol setelah diberikan intervensi bermanfaat dalam mengontrol
Hasil penelitian pada 52 responden anticipatory anxiety sebelum
menunjukkan bahwa setelah pemberian menghadapi situasi yang menimbulkan
3 sesi latihan pemberian terapi kecemasan seperti akan memulai
Relaksasi Otot Progresif (ROP) dapat bekerja di ruang isolasi perawatan
menurunkan tingkat kecemasan COVID-19. Hal ini mungkin terjadi
perawat. Hasil analisis menunjukkan sebagai hasil pengurangan tingkat
terdapat pengaruh yang signifikan ketegangan dan kesiapan pikiran serta
antara pemberian terapi Relaksasi Otot konsentrasi yang lebih baik akibat efek
Progresif (ROP) terhadap tingkat relaksasi.
kecemasan pada perawat di Ruang Teknik relaksasi otot progresif (ROP)
perawatan Isolasi COVID-19 (pvalue = mudah dilakukan oleh perawat di
0,001) pada kelompok intervensi dan ruang perawatan isolasi COVID-19.
(pvalue = 0,005) pada kelompok kontrol. Teknik ROP tidak memerlukan
peralatan khusus dan dapat dilakukan
Pandemic COVID-19 menyebabkan sambil duduk atau berbaring di tempat
kekhawatiran penularan pada perawat tidur. Perawat dapat melakukan teknik
sebagai petugas di garda depan yang ROP sebelum, di sela-sela waktu, atau
sering kontak dengan pasien. Di ruang setelah selesai melakukan pekerjaan.
perawatan, perawat memiliki waktu Prinsip melakukan ROP adalah
kontak yang lebih lama dan kontak fisik meregangkan (kontraksi) otot rangka,
yang lebih sering dengan pasien yang merasakan sensasi ketegangan
berarti kemungkinan penularan silang kemudian dilanjutkan dengan relaksasi
yang lebih tinggi (Hu et al., 2020). ( V u t t a n o n e t a l . , 2 0 1 9 ) . Tubuh
Situasi ini turut memicu kecemasan akan merasakan perbedaan antara
keadaan tegang (kontraksi) dan Terapi teknik relaksasi otot progresif
relaksasi yang akan diterapkan pada terbukti dapat menjadi alternatif solusi
semua kelompok otot utama secara mengatasi ketegangan, kecemasan, dan
berurutan. Relaksasi otot progresif stress. Terapi ROP dapat dilakukan
menggunakan serangkaian gerakan otot oleh perawat dengan mudah karena
tubuh yang direlaksasikan yang tidak memerlukan peralatan khusus.
bertujuan untuk melemaskan dan Perawat dapat melakukannya kapan
memberi efek nyaman pada seluruh saja dan dimana saja.
tubuh(Endriyani et al., 2021).
Pada penelitian ini, perawat melaporkan KESIMPULAN
manfaat terapi relaksasi otot progresif Terapi relaksasi otot progresif
(ROP) dalam menurunkan ketegangan berpengaruh terhadap penurunan
dan kecemasan yang terjadi. Hal ini tingkat kecemasan pada perawat yang
terlihat dari hasil perbandingan merawat pasien Covid-19, hal ini
jawaban pada kuesioner pre dan post- terlihat dari hasil uji bivariate dengan
test kecemasan Zung Self-rating Anxiety nilai p value ; 0,000 serta terdapat
Scale (ZSAS). Sejalan dengan hasil perbedaan rerata tingkat kecemasan
penelitian dari Ozlu mengungkapkan sebelum dan sesudah diberikan terapi.
bahwa teknik relaksasi otot sangat Relaksasi otot progresif dapat
efektif dalam mengurangi kecemasan menghambat peningkatan saraf
dan ketegangan (Özlü et al., 2021) simpatis sehingga hormon penyebab
Mekanisme relaksasi otot progresif disregulasi tubuh dapat dikurangi
dalam menurunkan tingkat kecemasan jumlahnya, Hal tersebut membuat
dan ketegangan dijelaskan ketika otot produksi homon stress dan kecemasan
berkontraksi (tegang) maka rangsangan ikut mengalami penurunan. Hasil
akan disampaikan ke otot melalui jalur penelitian ini diharapkan dapat
saraf afferent.(Özlü et al., 2021) Secara menjadi merupakan salah satu terapi
fisiologis, latihan relaksasi akan komplementer yang dapat di dilakukan
membalikkan efek ansietas yang secara mandiri oleh perawat dan efektif
melibatkan bagian parasimpatetis dari untuk menurunkan kecemasan pada
sistem saraf pusat. Relaksasi akan perawat yang merawat pasien Covid-19.
menghambat peningkatan saraf
simpatis, sehingga hormon penyebab
disregulasi tubuh dapat dikurangi DAFTAR PUSTAKA
jumlahnya. Sistem saraf parasimpatis,
yang memiliki fungsi kerja yang Astin, A., & Paembonan, A. (2021). Faktor
berlawanan dengan saraf simpatis, yang berhubungan dengan tingkat
akan memperlambat atau kecemasan perawat dalam
memperlemah kerja alat-alat internal penanganan pasien covid-19 di rumah
tubuh. Akibatnya, terjadi penurunan sakit siloam makassar. Jurnal
detak jantung, irama nafas, tekanan Keperawatan Florence Nightingale,
4(1), 31–35.
darah, ketegangan otot, tingkat
Cai, Z., Cui, Q., Liu, Z., Li, J., Gong, X.,
metabolisme dan produksi hormone Liu, J., Wan, Z., Yuan, X., Li, X.,
penyebab stress/kecemasan. Chen, C., & Wang, G. (2020). Nurses
Peneliti berpendapat bahwa endured high risks of psychological
penggunaan relaksasi otot progresif problems under the epidemic of
(ROP) dapat menjadi teknik yang efektif COVID-19 in a longitudinal study in
dalam menurunkan kecemasan yang Wuhan China. Journal of Psychiatric
dialami perawat khususnya perawat Research, 131(April), 132–137.
yang berada di Bangsal Covid-19. https://doi.org/10.1016/j.jpsychires.2
020.09.007 M., Wang, H., Wang, G., Liu, Z., & Hu,
Diinah, D., & Rahman, S. (2020). S. (2020). Factors associated with
Gambaran Tingkat Kecemasan mental health outcomes among health
Perawat Saat Pandemi Covid 19 Di care workers exposed to coronavirus
Negara Berkembang Dan Negara Maju: disease 2019. JAMA Network Open,
a Literatur Review. Dinamika 3(3), 1–12.
Kesehatan: Jurnal Kebidanan Dan https://doi.org/10.1001/jamanetwork
Keperawatan, 11(1), 37–48. open.2020.3976
Dwi, M., & Santoso, Y. (2021). Studi McHenry, J., Carrier, N., Hull, E., &
Fenomenologi Pengalaman Perawat Kabbaj, M. (2014a). Sex differences in
Dalam Merawat Pasien Suspect Covid- anxiety and depression: role of
19. Jurnal Ilmu Keperawatan Medikal testosterone. Frontiers in
Bedah, 4(1), 54–68. Neuroendocrinology, 35(1), 42–57.
https://doi.org/10.32584/jikmb.v4i1. McHenry, J., Carrier, N., Hull, E., &
617 Kabbaj, M. (2014b). Sex differences in
Endriyani, S., Damanik, H. D. L., & Pastari, anxiety and depression: Role of
M. (2021). Upaya mengatasi testosterone. Frontiers in
kecemasan masyarakat di masa Neuroendocrinology, 35(1), 42–57.
pandemi covid-19. Jurnal Pengabdian https://doi.org/10.1016/j.yfrne.2013.
Pada Masyarakat MEMBANGUN 09.001
NEGERI, 5(1), 172–183. Mednick, L., Yu, S., Trachtenberg, F., Xu,
Fadli, F., Safruddin, S., Ahmad, A. S., Y., Kleinert, D. A., Giardina, P. J.,
Sumbara, S., & Baharuddin, R. (2020). Kwiatkowski, J. L., Foote, D.,
Faktor yang mempengaruhi Thayalasuthan, V., & Porter, J. B.
kecemasan pada tenaga kesehatan (2010). Symptoms of depression and
dalam upaya pencegahan covid-19. anxiety in patients with thalassemia:
Jurnal Pendidikan Keperawatan prevalence and correlates in the
Indonesia, 57–65. thalassemia longitudinal cohort.
Febriyanti, E. dan, & Mellu, A. (2020). American Journal of Hematology,
Tingkat Kecemasan Mahasiswa 85(10), 802–805.
Keperawatan Dalam Menghadapi Özlü, İ., Öztürk, Z., Karaman Özlü, Z.,
Pandemi Covid-19 Di Kota Kupang. Tekin, E., & Gür, A. (2021). The effects
NURSING UPDATE : Jurnal Ilmiah Ilmu of progressive muscle relaxation
Keperawatan P-ISSN : 2085-5931 e- exercises on the anxiety and sleep
ISSN : 2623-2871, 11(3), 1–6. quality of patients with COVID‐19: A
https://stikes-nhm.e-journal.id/NU/i randomized controlled study.
ndex Perspectives in Psychiatric Care, 57(4),
Hu, D., Kong, Y., Li, W., Han, Q., Zhang, X., 1791–1797.
Zhu, L. X., Wan, S. W., Liu, Z., Shen, Puspanegara, A. (2019). Pengaruh Usia
Q., Yang, J., He, H. G., & Zhu, J. Terhadap Hubungan Mekanisme
(2020). Frontline nurses’ burnout, Koping Dengan Kecemasan Ketika
anxiety, depression, and fear statuses Menjalani Terapi Hemodialisa Bagi
and their associated factors during the Para Penderita Gagal Ginjal Kronik Di
COVID-19 outbreak in Wuhan, China: Kabupaten Kuningan Jawabarat.
A large-scale cross-sectional study. Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada:
EClinicalMedicine, 24. Health Sciences Journal, 10(2), 135–
https://doi.org/10.1016/j.eclinm.202 142.
0.100424 Razzini, K., Castrica, M., Menchetti, L.,
Kurniadi, A. (2013). Manajemen Maggi, L., Negroni, L., Orfeo, N. V,
keperawatan dan prospektifnya: Teori, Pizzoccheri, A., Stocco, M., Muttini, S.,
konsep dan aplikasi. Jakarta: Fakultas & Balzaretti, C. M. (2020). SARS-CoV-
Kedokteran Universitas Indonesia. 2 RNA detection in the air and on
Lai, J., Ma, S., Wang, Y., Cai, Z., Hu, J., surfaces in the COVID-19 ward of a
Wei, N., Wu, J., Du, H., Chen, T., Li, hospital in Milan, Italy. Science of The
R., Tan, H., Kang, L., Yao, L., Huang, Total Environment, 742, 140540.
Romadhoni, S., & Widowati, E. (2017). The Tallulembang, A., Widani, N. L., & Bandur,
Penerapan Kewaspadaan Standar A. (2021). Pengalaman Perawat Dalam
sebagai Upaya Pencegahan Bahaya Memberikan Asuhan Keperawatan
Biologi pada Tenaga Keperawatan. Pada Pasien Covid-19 di DKI Jakarta.
HIGEIA (Journal of Public Health Media Publikasi Promosi Kesehatan
Research and Development), 1(4), 14– Indonesia (MPPKI), 4(1), 74–91.
24. Vuttanon, N., Finnegan, L., Lojanapiwat,
Rosyanti, L., & Hadi, I. (2020). Dampak B., Sittisombut, S., Meechamnan, C.,
psikologis dalam memberikan & Dhatsuwan, J. (2019). Effect of
perawatan dan layanan kesehatan progressive muscle relaxation on
pasien COVID-19 pada tenaga symptom clusters in breast cancer
profesional kesehatan. Health patients receiving chemotherapy: A
Information: Jurnal Penelitian, 12(1), quasi-experimental controlled trial.
107–130. Complementary Therapies in Clinical
Sadock, B. J., & Sadock, V. A. (2010). Practice, 37(August), 27–31.
Kaplan and Sadock’s pocket handbook https://doi.org/10.1016/j.ctcp.2019.0
of clinical psychiatry. Lippincott 8.004
Williams & Wilkins. Yaslina, Y., & Yunere, F. (2020). Hubungan
Setianingrum, R., Hariyati, R. T. S., jenis kelamin, tempat bekerja dan
Pujasari, H., Novieastari, E., & Fitri, D. tingkat pendidikan dengan kecemasan
(2021). Kepuasan Kerja Perawat perawat dalam menghadapi pandemi
Pelaksana di Masa Pandemi COVID-19 Covid-19. Prosiding Seminar
dan Variabel yang Berhubungan. Kesehatan Perintis, 3(1), 63.
Journal of Telenursing (JOTING), 3(2),
565–577.

You might also like