You are on page 1of 46

2021 Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (SNPPKM) ISSN 2809-2767

Purwokerto, Indonesia, 06 Oktober 2021

Pengaruh Menggendong Posisi M Shape


dengan Bonding Attachment dan Kualitas Tidur Bayi

Feti Kumala Dewi1, Tin Utami2, Susilo Rini3


1
Program Studi Keperawatan, Program Sarjana Fakultas Kesehatan, Universitas Harapan Bangsa
2,3
Program Studi Kebidanan, Program Diploma Fakultas Kesehatan, Universitas Harapan Bangsa
1
fetikumala@uhb.ac.id; 2tinutami@uhb.ac.id; 3susilorini@uhb.ac.id

ABSTRACT

To make the baby comfortable, one way that is used is to hold him. The M Shape position is
considered the safest because it keeps the baby's pelvis in its cavity. The M Shape position also
allows the baby to be calmer, sleep easier, and strengthen the emotional bond with parents (bonding
attachment) because the baby's face is facing the person holding him. The purpose of this study was
to analyze the effect of holding the M Shape position on the Bonding Attachment and sleep quality of
infants. This research is cross sectional. The sampling technique in this study used accidental
sampling, the sample of this study was 200 infants. The research data are primary data from
interviews about bonding attachment and infant sleep quality. The research instrument was a bonding
attachment and sleep quality questionnaire. The analysis was carried out by the Wilcoxon test. The
results of the Bonding Attachment research before the M Shape position was sufficient and after the
M Shape position became good as many as 54 mothers (27%), the Wilcoxon test result p value was
0.000 meaning that there was an effect of holding the M Shape position on the Bonding Attachment.
The baby's sleep quality before the M Shape position was sufficient and after the M Shape position
became good as many as 54 mothers (27%) the Wilcoxon test result p value was 0.000 meaning that
there was an effect of holding the M Shape position on sleep quality. The conclusion is that there is an
effect of holding the M Shape position on the Bonding Attachment and the quality of infant sleep at the
Posyandu, Toyareka Village, Kemangkon District, Purbalingga Regency.

Keywords : M Shape Position, Bonding Attachment and Sleep Qualit

ABSTRAK

Untuk membuat bayi nyaman, salah satu cara yang digunakan adalah menggendongnya. Posisi M
Shape, dianggap paling aman karena membuat panggul bayi tetap berada di dalam rongganya. Posisi
M Shape juga memungkinkan bayi lebih tenang, mudah tidur, dan mempererat ikatan emosional
dengan orang tua (bonding attachment) karena wajah bayi menghadap orang yang menggendongnya.
Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh menggendong posisi M Shape terhadap Bonding
Attachment dan kualitas tidur bayi bayi. Penelitian ini adalah cross sectional. Teknik sampling dalam
penelitian ini menggunakan accidental sampling, sampel penelitian ini adalah 200 bayi. Data
penelitian adalah data primer dari wawancara tentang bonding attachment dan kualitas tidur bayi.
Instrumen penelitian adalah kuisioner bonding attachment dan kualitas tidur bayi. Analisis dilakukan
dengan uji Wilcoxon. Hasil penelitian Bonding Attachment sebelum posisi M Shape cukup dan setelah
posisi M Shape menjadi baik sebanyak 54 ibu (27%), hasil uji Wilcoxon p value adalah 0,000 artinya
ada pengaruh menggendong posisi M Shape terhadap Bonding Attachment. Kualitas tidur bayi
sebelum posisi M Shape cukup dan setelah posisi M Shape menjadi baik sebanyak 54 ibu (27%) hasil
uji Wilcoxon p value adalah 0,000 artinya ada pengaruh menggendong posisi M Shape terhadap
kualitas tidur. Kesimpulan ada pengaruh menggendong posisi M Shape terhadap Bonding Attachment
dan kualitas tidur bayi bayi di Posyandu Desa Toyareka Kecamatan Kemangkon Kabupaten
Purbalingga.

Kata kunci : Posisi M Shape, Bonding Attachment dan Kualitas Tidur

Dewi, Utami, & Rini 1


PENDAHULUAN tenang dan jarang menangis (Muminah,
Posisi M shape, dianggap paling aman 2017).
karena membuat panggul bayi tetap Posisi M shape juga memungkinkan
berada di dalam rongganya. Konsultan bayi lebih tenang dan mudah tidur,
menggendong bayi dari Trainee School of mempererat ikatan emosional dengan
Babywearing UK, dr Astri Pramarini, orang tua karena wajah bayi menghadap
menjelaskan posisi menggendong agar orang yang menggendongnya. Selain itu
bayi tetap merasa aman dan nyaman, juga melatih perkembangan otot inti bayi
terdapat lima aturan ketika menggendong karena menggendong dengan posisi M
yang sering disingkat TICKS. Pertama, shape memiliki efek yang sama dengan
tight atau ketat, maksudnya kain meletakkan bayi dalam posisi tengkurap
gendongan harus dipasang dengan erat, (Hidayati, 2020).
sehingga bayi merasa seperti dipeluk. Penelitian ini berbeda dengan
Kedua, in view at all times. Pastikan bayi penelitian sebelumnya oleh Priyandini, A.
selalu terlihat, tidak tenggelam dalam R., & Widyanti, A. Tahun 2020 dengan
gendongan. Ketiga, Close enough to kiss. judul evaluasi produk gendongan bayi
Pastikan bayi sejauh jarak kecupan saat menggunakan Metode Kansei Engineering
digendong. Keempat, Keep chin off the dengan hasil penelitian menunjukkan
chest. Pastikan dagu bayi tidak menempel bahwa ada 3 faktor utama yang
ke dadanya agar saluran pernafasan tidak mendorong konsumen memilih
terganggu. Kelima, Supported back, yakni gendongan bayi, yaitu kenyamanan,
menggunakan gendongan yang dapat desain, dan bahan. Berdasarkan 3 faktor
menyangga punggung bayi sampai leher tersebut, konsumen memberikan skor
dengan sempurna (Harahap, 2018). tertinggi untuk gendongan kanguru atau
Posisi menggendong M shape memang gendongan bayi bungkus (Priyandini &
belum lazim digunakan para ibu di Widyanti, 2020). Kemudian penelitian ini
Indonesia. Sebabnya, banyak yang masih juga berbeda dengan penelitian Fahira, C.
menyangka posisi tersebut akan membuat T., & Rosandini, M tahun 2021 dengan
kaki bayi kesakitan karena mengangkang. judul analisa jenis produk gendongan
Padahal, cara ini yang paling tepat dan yang sesuai digunakan para ibu di masa
disarankan untuk menggendong anak. pandemi COVID-19 dengan hasil
Posisi menggendong selain M shape, penelitian menunjukkan menunjukkan
berpotensi membuat pertumbuhan tulang jenis produk gendongan yang sesuai
bayi tak maksimal. Posisi bayi menghadap dengan kebutuhan para ibu yang kegiatan
depan dan membelakangi penggendong, hariannya dominan dilakukan di rumah
kemampuan gendongan tidak akan adalah jarik, ring-sling, dan stretch-wraps.
menyokong kaki bayi dengan sempurna. Material berbahan serat alam baik
Orang tua juga jadi lebih sulit merespons digunakan, karena nyaman digunakan
isyarat karena wajah bayi tidak terlihat anak, karakter yang mudah dibersihkan,
langsung. Selain posisi punggung bayi cepat kering, serta berukuran compact
melengkung ke depan, maka otomatis (Fahira, C. T., & Rosandini, 2021).
gendongan tidak menyokong kepala Di Desa Toyareka Kecamatan
maupun leher bayi. Paha bagian dalam Kemangkon Kabupaten Purbalingga ada
bayi juga berpotensi lecet karena tekanan 12 posyandu yang tersebar di masing-
gendongan pada pangkal paha. Posisi maing RW, jumlah balita 379 balita. Dari
menggendong seperti ini juga informasi bidan desa (ibu Upi) di Desa
menyebabkan efek buruk bagi punggung Toyareka masih awan tentang
penggendong. Penelitian “Potential menggendong metode M Shape, dan
Therapeutic Benefits of Babywearing” oleh menyamakan cara tersebut adalah pekeh
Robyn L. Reynolds Miller, pada 2016 yang tidak boleh dilakukan pada bayi
menyatakan, menggendong bayi dengan sebelum bisa duduk. Dari studi
posisi tepat dapat memberi manfaat pendahuluan dengan 3 ibu yang
terapeutik yaitu menciptakan efek mempunyai bayi usia 2 sampai 6 bulan,
analgesik, mendukung perkembangan mengatakan belum pernah mencoba
sosio emosional bayi sehingga bayi lebih menggendong metode M Shape karena

Dewi, Utami, & Rini 2


takut terlalu mengangkang dan bisa (27%), kemudian Bonding Attachment
membuat kaki bayi bengkok. sebelum posisi M Shape kurang dan
Tujuan penelitian adalah untuk setelah posisi M Shape menjadi baik
menganalisis pengaruh menggendong sebanyak 35 ibu (17,5%), dengan hasil
posisi M Shape dengan bonding menggunakan uji Wilcoxon p value adalah
attachment dan kualitas tidur bayi di 0,000 artinya ada pengaruh menggendong
Posyandu Desa Toyareka Kecamatan posisi M Shape terhadap Bonding
Kemangkon Kabupaten Purbalingga. Attachment di Posyandu Desa Toyareka
Hipotesis penelitian yaitu ada pengaruh Kecamatan Kemangkon Kabupaten
menggendong posisi M Shape dengan Purbalingga.
bonding attachment dan kualitas tidur bayi Untuk membuat bayi nyaman, salah
di Posyandu Desa Toyareka Kecamatan satu cara yang sering dilakukan adalah
Kemangkon Kabupaten Purbalingga. dengan menggendongnya. Selain bisa
membuat bayi merasa nyaman, aktivitas
METODE PENELITIAN menggendong bayi (babywearing) juga
Penelitian ini adalah cross sectional. bisa menumbuhkan bonding yang lebih
Teknik sampling dalam penelitian ini erat antara orang tua dengan bayi.
menggunakan accidental sampling, Menggendong merupakan salah satu
sampel penelitian ini adalah 200 bayi. perangkat dari attachment parenting,
Data penelitian adalah data primer dari sebuah metode pengasuhan anak
wawancara tentang bonding attachment (Wibowo, 2021).
dan kualitas tidur bayi. Instrumen Bounding adalah suatu langkah untuk
penelitian adalah kuisioner bonding mengungkapkan perasaan areksi (kasih
attachment dan kualitas tidur bayi. Analisis sayang) oleh ibu kepada bayinya segera
dilakukan dengan uji Wilcoxon. setelah lahir sedangkan attachment
adalah interaksi antara ibu dan bayi
HASIL DAN PEMBAHASAN secara spesifik sepanjang waktu. Ikatan
Pengaruh menggendong posisi M orang tua terhadap anaknya dapat terus
Shape terhadap Bonding Attachment. berlanjut bahkan selamanya walau dipisah
oleh jarak dan waktu dan tanda-tanda
Tabel 1. Pengaruh menggendong posisi M keberadaan secara fisik tidak terlihat (Rini,
Shape terhadap Bonding Attachment S., & Kumala, 2017).
Bonding Attachment Menggendong bayi dengan benar
setelah posisi M merupakan aktivitas yang wajib dikuasai
Bonding Shape
Attachment
setiap orang tua. Oleh karena itu, penting
sebelum Baik Cukup Kurang f Total p value bagi orang tua untuk mengetahui cara
posisi M (%) menggendong bayi yang benar dan tepat
Shape f (%) f (%)
sesuai aturannya. Posisi menggendong
Baik 45 0 0 45 bayi yang kurang tepat akan berisiko
membahayakan bayi. Menggendong
22,5 0 0 22,5
anak tidak sama dengan memanjakan
Cukup 54 8 0 62 atau melindungi secara berlebihan. Pada
0,000 usia 1-2 tahun, bonding (ikatan batin)
27 4 0 31
merupakan kebutuhan utama bayi.
Kurang 35 57 1 93 Menggendong adalah salah satu cara
17,5 28,5 0,5 46,5
untuk meningkatkan bonding ini (Harahap,
2018).
Total 134 65 1 200 Hip Developmental Dysplasia (DDH)
67 32,5 0,5 100
adalah suatu kondisi kongenital di mana
soket pinggul bayi longgar atau tidak stabil.
Etiologi kondisi ini sebagian kongenital
Dari tabel 1 menunjukkan hasil tertinggi
dan perkembangan, dengan perbedaan
yaitu Bonding Attachment sebelum posisi
prevalensi DDH antar etnis. Insiden DDH
M Shape cukup dan setelah posisi M
juga di beberapa bagian tergantung pada
Shape menjadi baik sebanyak 54 ibu
praktik budaya dan aktivitas ibu dan anak.

Dewi, Utami, & Rini 3


posisi M sebagai yang paling kondusif tumbuh secara optimal dan terjaga
untuk perkembangan pinggul yang sehat. (International Hip Dysplasia Institute,
Data ini dapat membantu produsen 2021). Secara perlahan ketika bayi sudah
pakaian bayi merancang produk yang bisa menopang kepalanya dengan kuat,
mendukung perkembangan pinggul yang posisi C-shape tidak diperlukan lagi.
sehat (Girish, G., Divo, E., Price, C. T., & Perhatikan juga bahwa untuk
Huayamave, 2019). menggendong 0-4 bulan, kain gendongan
Menggendong anak, memeluknya menutupi sampai telinga bayi (tidak
dengan erat, sebenarnya adalah cara kita menutupi seluruh kepala bayi). Dengan
untuk mengatakan kepadanya bahwa membiasakan menggendong bayi dengan
tidak ada yang perlu ditakutkan, karena posisi M-Shape, ternyata bermanfaat
apapun yang akan terjadi perlindungan untuk menjaga dan membantu kesehatan
dan dukungan dari orangtuanya selalu tulang belakangnya. Posisi M-
ada untuknya. Jadi, mitos mengenai anak Shape menjadikan cakram tulang
tidak boleh sering digendong agar anak belakang sebagai peredam, sehingga
tidak “bau tangan” adalah tidak benar melindungi tulang belakang, otak, dan
(Muminah, 2017). struktur tulang pada tubuh bayi dengan
Posisi M-Shape dianggap paling aman, baik. Selain itu posisi menggendong M-
karena membuat panggul bayi tetap Shape juga melatih perkembangan
berada di dalam rongga panggulnya. ototnya (Lesmana, 2019).
Saat menggendong bayi dengan posisi Menggendong bayi masih menjadi tren
tepat maka dapat mendukung di kalangan ibu-ibu Afrika dibandingkan di
perkembangan sosial emosional bayi, iklim lain, namun, teknik menggendong
sehingga ia merasa lebih tenang di sebagian besar bervariasi di sepanjang
dekapan sang ibu. Posisi tersebut paling perbedaan budaya. Menggunakan desain
disukai bayi, karena bayi bisa memeluk kuasi-eksperimen pretest-posttest, penulis
dan mempererat ikatan emosional dengan mengevaluasi efek dari tiga jenis teknik
penggendong. Apalagi jika bayi bersandar menggendong bayi pada fungsi
di dada dan mendapatkan kehangatan kardiopulmoner, pengeluaran metabolik,
dari tubuh penggendong. Kenyamanan permintaan kelelahan, dan penggerak.
yang seperti itulah yang tidak bisa Teknik menggendong bayi dengan
tergantikan oleh apapun (Ramadhini, bungkus punggung menyebabkan
2019). permintaan kardiopulmoner sedikit lebih
Beberapa hal yang harus diperhatikan tinggi. Teknik hip sling menghasilkan
dalam menggendong bayi. Seperti, umur pengeluaran metabolik dan konsumsi
bayi, berat bayi, lahirnya cukup bulan atau oksigen yang lebih besar dengan tingkat
tidak, yang menggendong siapa, dan pengerahan tenaga yang tinggi,
acara yang seperti apa yang akan dihadiri sedangkan teknik back wrap tidak secara
ketika membawa bayi yang digendong. signifikan menurunkan parameter gerak.
Posisi menggendong sesuai dengan umur Penulis merekomendasikan teknik
anak, posisi kaki anak terbuka menggendong bayi dengan bungkus
mengangkang sesuai posisi alami bayi depan berdasarkan efeknya yang sedikit
ketika di dalam kandungan (fetal frog lebih rendah pada fungsi kardiopulmoner,
position). Hal ini disebut M-shape, seperti pengeluaran metabolik, permintaan
ketika kita duduk, seluruh paha dan pantat kelelahan, dan penggerak (Mbada, C. E.,
tersanggah dengan baik (knee-to-knee). Adebayo, O. S., Olaogun, M. O., Johnson,
(Hidayati, 2020). O. E., Ogundele, A. O., Ojukwu, C. P., ...
Posisi C-shape adalah posisi punggung & Makinde, 2019).
bayi 0-4 bulan yang disarankan, mengikuti Hasil penelitian ini sesuai dengan
bentuk alami bayi dalam kandungan. bayi penelitian (Norholt, 2020) yaitu studi
baru lahir memiliki posisi tubuh tentang kontak fisik bayi dengan ibu telah
melengkung membentuk C shape. menunjukkan efek positif dalam berbagai
Menggendongnya dengan posisi M shape, domain. Untuk bayi, termasuk pengaturan
akan membuat tulang belakangnya tidur, pengaturan suhu dan detak jantung,
respons perilaku, tangisan/kolik,

Dewi, Utami, & Rini 4


perkembangan sosio-emosional, kualitas Studi yang mengeksplorasi praktik
keterikatan, peluang perkembangan babywearing di AS dan bagaimana
bicara, dan interaksi ibu-anak. Untuk ibu, babywearing bersinggungan dengan
penelitian menunjukkan peningkatan hubungan ibu dengan bayinya dan
gejala depresi, regulasi stres fisiologis, keluarganya. Hasil menunjukkan bahwa
respons kontingen, menyusui dan bagi banyak ibu, babywearing adalah alat
interaksi ibu-anak. Kualitas keterikatan yang melayani banyak tujuan termasuk
orang tua-bayi sebagai faktor ketahanan kenyamanan bayi, kemampuan ibu untuk
trauma serta prediktor kesehatan fisik menggunakan kedua tangan, sumber
orang dewasa. Pemberian sentuhan ibu ikatan, dan untuk mempromosikan
sejak dini dapat mempengaruhi perkembangan bayi. Internet, khususnya
perkembangan sosio-emosional bayi dan Facebook, adalah tema sentral seputar
kualitas keterikatan, dengan implikasi babywearing yang mencakup paparan
positif untuk fungsi hubungan ibu-anak. pertama, pembelajaran praktik, dan
Penelitian sebelumnya yang dilakukan dukungan komunitas (Theses & Moran,
oleh (Williams, L. R., & Turner, 2020b) 2017).
bahwa bayi dari ibu remaja memiliki risiko Pengaruh menggendong posisi M
lebih besar untuk kelekatan tidak aman Shape terhadap kualitas tidur bayi
dan gangguan perlekatan hingga dewasa.
Bayi dalam kondisi intervensi lebih Tabel 2. Pengaruh menggendong posisi M
cenderung memiliki keterikatan yang Shape terhadap kualitas tidur bayi
Kualitas tidur bayi
aman dibandingkan dengan kondisi
kontrol. Jam yang dihabiskan untuk Kualitas tidur setelah posisi M Shape
babywearing berkorelasi positif dengan bayi sebelum
posisi M Shape Baik Cukup Kurang Total P
secure attachment, rpb = 0,40, dan f (%) value
berkorelasi negatif dengan disorganized f (%) f (%)
attachment, rpb =−0,36. Hasil penelitian
Baik 34 1 0 35
menunjukkan bahwa menggendong bayi
merupakan alat yang efektif untuk 17 0,5 0 17,5
mempromosikan keterikatan yang aman.
Cukup 54 12 0 66
Kedekatan dengan bayi 0,000
meningkatkan kesadaran ibu akan 27 6 0 33
kebutuhan bayinya dan perilaku ibu yang Kurang 42 53 4 99
responsif selanjutnya. Penelitian terbatas
tentang menggendong bayi atau 21 26,5 2 49,5
“menggendong bayi” (yaitu, menggendong Total 127 69 4 200
atau menggendong bayi dalam
gendongan kain yang dikenakan di tubuh) 63,5 34,5 2 100
menunjukkan bahwa kontak fisik yang
sering dan dekat meningkatkan respons Dari tabel 1.2 menunjukkan hasil
ibu dan mendorong keterikatan yang tertinggi yaitu kualitas tidur bayi sebelum
aman antara ibu dan bayinya. Studi posisi M Shape cukup dan setelah posisi
intervensi berbasis komunitas dari ibu M Shape menjadi baik sebanyak 54 ibu
remaja (menggunakan pendekatan (27%), kemudian kualitas tidur bayi
metode campuran untuk menilai sebelum posisi M Shape kurang dan
pengalaman ibu dengan menggendong setelah posisi M Shape menjadi baik
bayi dan potensi penggunaan praktik sebanyak 42 ibu (21%), dengan hasil
menggendong bayi untuk meningkatkan menggunakan uji Wilcoxon p value adalah
ikatan ibu-bayi. Hasil penelitian 0,000 artinya ada pengaruh menggendong
penggunaan gendongan bayi adalah posisi M Shape terhadap kualitas tidur
praktik yang hemat biaya dan relevan bayi di Posyandu Desa Toyareka
secara budaya, yang dapat meningkatkan Kecamatan Kemangkon Kabupaten
ketenangan dan ikatan orang tua-bayi Purbalingga.
(Williams, L. R., & Turner, 2020a).

Dewi, Utami, & Rini 5


Gendongan membantu bayi mereka akan bangun setiap dua sampai
beradaptasi di dunia yang baru dan asing empat jam sekali. Di umur 6-8 minggu,
sejak dilahirkan. Saat digendong, bayi sebagian besar bayi mulai lebih banyak
bisa merasa sangat dekat dengan jam tidurnya di malam hari dan lebih
suasana ketika masih dalam kandungan. sedikit tidur di siang hari. Saat berumur 4
Ini adalah alasan mengapa setelah bayi sampai 6 bulan, sebagian besar bayi akan
dilahirkan, tubuh ibu menjadi tempat yang mempunyai kebiasaan tidur selama 8
paling nyaman dan gendongan adalah alat sampai 12 jam di malam hari. Dan
yang paling tepat digunakan sehingga biasanya, di malam hari bayi udah punya
bayi mudah terlelap saat digendong dan jam tidurnya. Kegiatan tidur di minggu-
mudah terbangan saat dilepaskan dari minggu pertama usia bayi diperlukan
gendongan (Harahap, 2018). untuk perkembangan dan pertumbuhan
Dalam dunia yang baru, luas, bising otaknya. Jadi, di balik kegiatan bayi yang
dan dingin membuat bayi sering gelisah tidur terus menerus, ada persiapan yang
dan menangis, namun kondisi saat berada sedang dilakukan bayi (Sukmasari, 2018).
dalam gendongan mengingatkan bayi Gendongan M Shape adalah posisi
selama mereka berada dalam kandungan. menggendong yang benar dan posisi
Mendengar degup jantung ibu, suara ibu alami bayi. Gendongan M Shape
yang khas, hangat tubuh ibunya serta menyerupai posisi bayi di dalam rahim,
ritme langkah dan pergerakan tubuh ibu dengan kaki terentang dan terangkat
adalah hal yang sangat dikenal bayi yang ringan serta punggung berbentuk C.
dengan cepat memberi mereka rasa aman Gendongan yang tak sesuai dapat
dan tenang, itu sebabnya bayi mudah membahayakan perkembangan pinggul
tertidur di dalam gendongan dan segera dan sumsum tulang belakang, serta dapat
terbangun saat mereka diturunkan (Putri, menyebabkan berbagai masalah serius.
2017). Menggendong bayi bisa diterapkan dari
Tidur nyenyak sangat penting untuk newborn hingga 12 bulan ke atas.
perkembangan dan pertumbuhan anak. Gendongan M Shape sebaiknya dilakukan
Dan kebiasan tidur bayi yang sehat harus sampai bayi mampu berjalan sendiri, dan
dimulai sejak dini. Bayi yang sering aman serta telah ditetapkan sebagai
digendong juga lebih mudah tertidur, standar internasional karena memiliki
bahkan meski ibunya menidurkannya banyak bermanfaat membuat tidurnya
sambil melakukan aktivitas lain. Skala lebih nyenyak, peningkatan ketahanan
nyeri bayi yang sering digendong ternyata terhadap stres dan perkembangan
jauh lebih rendah daripada yang jarang psikomotorik pada usia 12 bulan (Fiona,
digendong. Skala nyeri bisa diartikan 2021).
sebagai kepekaan bayi terhadap rasa Hasil penelitian ini sesuai dengan
sakit. Makin sering digendong, makin penelitian (Norholt, 2020) yaitu studi
rendah pula kepekaannya. tentang kontak fisik bayi dengan ibu telah
Kecenderungan bayi menangis itu menunjukkan efek positif dalam berbagai
menurun sekitar 82% dan detak domain. Untuk bayi, termasuk pengaturan
jantungnya juga menurun, dibanding yang tidur, pengaturan suhu dan detak jantung,
tidak skin to skin care (Sativa, 2017). respons perilaku, tangisan/kolik,
Tidur di pelukan membuat bayi merasa perkembangan sosio-emosional, kualitas
lebih aman sehingga kadar kecemasan keterikatan, peluang perkembangan
dan stres yang bayi alami berkurang. bicara, dan interaksi ibu-anak. Untuk ibu,
Digendong menciptakan suasana hangat, penelitian menunjukkan peningkatan
pengasuhan penuh kasih, dan respons gejala depresi, regulasi stres fisiologis,
terhadap kebutuhan bayi dibanding saat respons kontingen, menyusui dan
bayi tidur di boks. Berada di gendongan interaksi ibu-anak. Kualitas keterikatan
membuat bayi mendapat kehangatan, orang tua-bayi sebagai faktor ketahanan
afeksi, sentuhan dan membuat detak trauma serta prediktor kesehatan fisik
jantung serta pernapasan bayi lebih baik. orang dewasa. Pemberian sentuhan ibu
Bayi baru lahir biasanya membutuhkan sejak dini dapat mempengaruhi
waktu tidur 16 sampai 17 jam. Tapi, perkembangan sosio-emosional bayi dan

Dewi, Utami, & Rini 6


kualitas keterikatan, dengan implikasi non-invasif dan dapat diakses yang dapat
positif untuk fungsi hubungan ibu-anak. memberikan kenyamanan bagi bayi yang
Penelitian “Potential Therapeutics didiagnosis dengan Neonatal Abstinence
Benefits of Babywearing” oleh Robyn L. Syndrome (NAS). Babywearing dengan
Reynolds Miller pada 2016 menyatakan, biaya murah, mendukung pengasuhan,
saat seorang anak disuntik dan lebih dulu dan dilakukan oleh pengasuh nonparent
digendong dengan gendogan M Shape (misalnya, perawat, relawan). Kontak fisik
selama 15 menit, maka berpotensi 85% yang dekat, dengan cara menggendong
jarang menangis dan 65% lebih jarang bayi, dapat meningkatkan hasil pada bayi
meringis menahan sakit. Menggendong dengan NAS di NICU dan mungkin
juga bermanfaat bagi anak-anak dengan mengurangi kebutuhan akan pengobatan
kebutuhan khusus. Karena mereka farmakologis .(Williams, L. R., Gebler-
mencari stimulasi yang menenangkan diri. Wolfe, M., Grisham, L. M., Bader, M. Y., &
Saat menggendong, secara naluriah, kita Cleveland, 2020).
akan mengayunkan gendongan Berikut adalah gambar menggendong
(Reynolds-Miller, 2016). posisi M Shape pada bayi yang
Pengasuhan ruang NICU dikaitkan disarankan:
dengan insiden depresi, kecemasan, dan
gangguan stres pasca trauma yang lebih
besar, yang dapat mengganggu
kemampuan perawat untuk membentuk
keterikatan yang aman dengan bayi.
Intervensi membawa bayi mereka dalam
gendongan selama 3 jam sehari selama
masa studi 2 bulan. Identifikasi mengenai
perawatan kanguru dan perawatan kulit-
ke-kulit, penurunan stres dan kecemasan,
ketenangan dan tidur, keterikatan, dan
pemberdayaan orang tua. Hasil
menunjukkan bahwa babywearing
memiliki potensi untuk mengatasi bahaya
seperti stres, ketakutan, depresi,
kecemasan, dan gangguan stres
pascatrauma yang mungkin dialami oleh
perawat bayi di NICU. Babywearing dapat
digunakan sebagai intervensi untuk
mendukung perawat dan mempromosikan Gambar 1 Menggendong posisi M
hasil kesehatan yang positif setelah keluar
dari NICU (Miller, R. R., Bedwell, S., SIMPULAN
Laubach, L. L., & Tow, 2020). Hasil penelitian Bonding Attachment
Hasil penelitian menggunakan model sebelum posisi M Shape cukup dan
linier hierarkis 3 tingkat pada 3 titik waktu setelah posisi M Shape menjadi baik
(pra, pertengahan, dan pasca), kami sebanyak 54 ibu (27%), hasil uji Wilcoxon
menemukan bahwa menggendong bayi p value adalah 0,000 artinya ada
menurunkan detak jantung bayi dan pengaruh menggendong posisi M Shape
pengasuh sehingga lebih mudah tidur terhadap Bonding Attachment. Kualitas
nyenyak.. Selama periode 30 menit, tidur bayi sebelum posisi M Shape cukup
denyut jantung bayi yang dikenakan oleh dan setelah posisi M Shape menjadi baik
orang tua menurun 15 denyut per menit sebanyak 54 ibu (27%) hasil uji Wilcoxon
(bpm) dibandingkan dengan 5,5 bpm p value adalah 0,000 artinya ada
untuk bayi yang dikenakan oleh orang pengaruh menggendong posisi M Shape
dewasa yang tidak dikenal, dan orang terhadap kualitas tidur bayi.
dewasa menurun 7 bpm (orang tua) dan
hampir 3 bpm (orang dewasa yang tidak
dikenal). Babywearing adalah intervensi

Dewi, Utami, & Rini 7


SARAN carrying techniques: Which is a preferred
Untuk ibu-ibu yang mempunyai mother-friendly method? Health Care for
balita, diharapkan menerapkan posisi M Women International, 1-14.
Shape sesuai usia dan cara yang benar, Miller, R. R., Bedwell, S., Laubach, L. L., &
sehingga bisa mengoptimalkan Tow, J. (2020). What Is the Experience of
pertumbuhan dan perkembengan bayi dan Babywearing a NICU Graduate? Nursing
bermanfaat juga untuk ibunya menjadi for Women’s Health, 24(3), 175-184.
lebih rileks, hands free sehingga bisa
Muminah, A. (2017). M-shape is Baby’s Leg
tetap bisa melaksanakan kegiatan.
Natural Position. Retrieved from
https://www.afifahmmnh.com/post/2017/0
DAFTAR PUSTAKA 8/10/m-shape-is-babys-leg-natural-
Fahira, C. T., & Rosandini, M. (2021). position
ANALISA JENIS PRODUK
GENDONGAN YANG SESUAI Norholt, H. (2020). Revisiting the roots of
DIGUNAKAN PARA IBU DI MASA attachment: A review of the biological
PANDEMI COVID-19. SINGULARITY: and psychological effects of maternal
Jurnal Desain Dan Industri Kreatif, 1(2), skin-to-skin contact and carrying of full-
56-61. Retrieved from term infants. Infant Behavior and
http://trilogi.ac.id/journal/ks/index.php/JSI Development, 60, 101441. Retrieved
NG/article/view/952 from
https://www.sciencedirect.com/science/ar
Fiona, D. (2021). Ketahui Cara Gendongan M ticle/abs/pii/S0163638319301663
Shape dan Manfaatnya. Retrieved from
https://www.orami.co.id/magazine/menge Priyandini, A. R., & Widyanti, A. (2020).
nal-cara-menggendong-posisi-m-shape- Evaluasi Produk Gendongan Bayi
serta-manfaatnya/ Menggunakan Metode Kansei
Engineering. Jurnal Optimasi Sistem
Girish, G., Divo, E., Price, C. T., & Huayamave, Industri, 19(1), 33.
V. (2019). Computational Investigation of https://doi.org/10.25077/josi.v19.n1.p33-
Babywearing Biomechanics in regards to 39.2020
Developmental Dysplasia of the Hip.
Retrieved from Putri, A. W. (2017). Posisi Menggendong
https://pediatrics.aappublications.org/cont Menentukan Kesehatan Anak. Retrieved
ent/144/2_MeetingAbstract/745 from https://tirto.id/posisi-menggendong-
menentukan-kesehatan-anak-cx7S
Harahap, F. S. (2018). Menyingkap Fakta
Dibalik Menggendong Bayi. Retrieved Ramadhini, E. S. (2019). Digadang posisi
from terbaik, ini 6 manfaat gendong M Shape
https://bappeda.tanjungbalaikota.go.id/m bagi bayi.
enyingkap-fakta-dibalik-menggendong- https://id.theasianparent.com/gendong-
bayi/ m-shape.
Hidayati, F. (2020). M-Shape, Cara Reynolds-Miller, R. L. (2016). Potential
Menggendong Bayi yang Aman! therapeutic benefits of babywearing.
Retrieved from Creative Nursing, 22(1), 17-23.
https://mamapapa.id/cara-menggendong-
bayi/ Riem, M. M. E., Lotz, A. M., Horstman, L. I.,
Cima, M., Verhees, M. W. F. T.,
International Hip Dysplasia Institute. (2021). Alyousefi-van Dijk, K., … Bakermans-
Baby wearing. Retrieved from Kranenburg, M. J. (2021). A soft baby
https://hipdysplasia.org/baby-wearing/ carrier intervention enhances amygdala
responses to infant crying in fathers: A
Lesmana, B. (2019). Ini 5 Manfaat Baik randomized controlled trial.
Menggendong Bayi dengan Posisi M- Psychoneuroendocrinology, 132(July),
Shape. 105380.
https://www.popmama.com/baby/7-12- https://doi.org/10.1016/j.psyneuen.2021.1
months/bella-les. 05380
Mbada, C. E., Adebayo, O. S., Olaogun, M. O., Rini, S., & Kumala, F. (2017). Panduan
Johnson, O. E., Ogundele, A. O., Ojukwu, Asuhan Nifas dan Evidence Based
C. P., ... & Makinde, M. O. (2019). Infant- Practice. Deepublish.

Dewi, Utami, & Rini 8


Sativa, R. L. (2017). Malas Gendong Bayi? metode-ticks-agar-bayi-tetap-aman-
Pesan Dokter Ini Akan Mengubah Pikiran dalam-gendongan
Anda. https://health.detik.com/bayi/d-
3500431/malas-gend. Williams, L. R., & Turner, P. R. (2020a).
Experiences with “Babywearing”: Trendy
Sukmasari, R. N. (2018). Penyebab Bayi parenting gear or a developmentally
Anteng Saat Tidur di Gendongan Bunda attuned parenting tool? Children and
atau Ayah. Youth Services Review, 112, 104918.
https://www.haibunda.com/parenting/201
80828123811-. Williams, L. R., & Turner, P. R. (2020b). Infant
carrying as a tool to promote secure
Theses, M., & Moran, H. B. (2017). Trace: attachments in young mothers:
Tennessee Research and Creative Comparing intervention and control
Exchange Keeping Them Close: A infants during the still-face paradigm.
Qualitative Examination of Mothers’ Infant Behavior and Development, 58,
Perceptions, Motivations, and 101413.
Experiences with Babywearing.
Retrieved from Williams, L. R., Gebler-Wolfe, M., Grisham, L.
https://trace.tennessee.edu/utk_gradthes/ M., Bader, M. Y., & Cleveland, L. M.
4767 (2020). “Babywearing” in the NICU: An
Intervention for Infants With Neonatal
Wibowo, S. (2021). Metode TICKS, agar Bayi Abstinence Syndrome. Advances in
Tetap Aman dalam Gendongan. Neonatal Care, 20(6), 440-449.
Retrieved from
https://motherandbeyond.id/read/18559/

Dewi, Utami, & Rini 9


Jurnal Maternitas Aisyah (JAMAN AISYAH)
Universitas Aisyah Pringsewu
Journal Homepage
http://journal.aisyahuniversity.ac.id/index.php/Jaman

FAKTOR BUDAYA (ADAT JAWA) DENGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN


PERILAKU IBU DALAM PERAWATAN PADA MASA NIFAS

Rumpiati1
1
Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Buana Husada Ponorogo
Email: rumpiati75@gmail.com

.
ABSTRAK

Masa Nifas adalah masa pemulihan pasca persalinan hingga seluruh organ reproduksi wanita pulih
kembali sebelum kehamilan berikutnya. Angka kematian ibu di Indonesia m Masih menjadi salah satu
tujuan penting untuk di turunkan. Pada tahun 2015 AKI tercatat 305 per 100 ribu kelahiran hidup dari
target seharusnya 102 per 100 ribu kelahiran hidup .Masalah kesehatan ibu dan anak tidak terlepas
dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat tempat mereka berada. Di sadari
atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan tradisional seperti konsep-konsep mengenai
berbagai pantangan, hubungan sebab akibat, dan konsep tentang sehat sakit, serta kebiasaan-kebiasaan
ada kalanya mempunyai dampak positif atau negatif terhadap terhadap kesehatan ibu dan anak.
Tujuan Penelitian ini adalah Untuk mengeksplorasi secara mendalam tentang pengalaman ibu dan
adat istiadat dalam perawatan masa nifas. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi diskriptif. Lokasi Penelitian di Ruang Seruni RSUD dr.Darsono Kab.
Pacitan. Responden dalam penelitian ini adalah ibu dengan kelahiran normal di Ruang Seruni
Sebanyak 10 Partisipan dengan purposive sampling, di analisis dengan menggunakan content analisis,
Penelitian ini menemukan pengalaman partisipan dalam perawatan masa nifas Brokohan, mandi
wuwung, tarak/pantang makanan,minum jejamuan, memakai bengkung, dan KB alami dan
mandiri.Manfaat minum jejamuan setelah melahirkan mempunyai dampak yang positif terhadap
kesehatan ibu . Budaya yang berkembang dalam masyarakat tidak selamanya merugikan bagi dunia
kesehatan , adapula yang bermanfaat maka dari itu perlu bagi kita untuk melestarikan budaya-budaya
yang bermanfaat dan memberikan dampak positif bagi masyarakat. Untuk dapat melaksanakan
perawatan nifas partisipan ,tidak hanya pengetahuan, sikap dan masih perlu adanya dukungan dari
bidan, keluarga, orang tua, dan masyarakat setempat.

Kata kunci: budaya (jawa), pengetahuan,sikap ,perilaku, perawatan masa nifas

ABSTRACT

The postpartum period is the postpartum recovery period until all female reproductive organs recover
before the next pregnancy. Reducing the maternal mortality rate in Indonesia is still an important
priority. In 2015, the MMR (Maternal Mortality Rate) recorded that 305 per 100 thousand live births,
from the target of 102 per 100 thousand live births. Maternal and child health problems cannot be

67

Jurnal Maternitas Aisyah (JAMAN AISYAH)


separated from socio-cultural and environmental factors in the communities where they are located.
Whether we realize it or not, factors of belief and traditional knowledge such as concepts regarding
various taboos, causal relationships, the concept of health and illness, and habits sometimes have a
positive or negative impact on the health of mothers and children. The purpose of this study was to
explore in depth about maternal experiences and customs in postpartum care. This study used a
qualitative design with a descriptive phenomenology approach. Research Location in Seruni Room dr.
Darsono Regency Pacitan. Respondents in this study were mothers with normal births in the Seruni
Room. Ten (10) participants with purposive sampling, were analyzed using content analysis. This
study found participants' experiences in Brokohan (feast after giving birth to welcome a baby)
puerperal care, wuwung showers (wuwung shower is to wet hair using cold water without using
shampoo, but using flowers water), food abstinence, drinking herbal medicine, using bengkung
(bengkung is a long cloth about 10 meters, used to protect the mother's stomach after giving birth),
and natural and independent family planning. The benefits of drinking herbal medicine after childbirth
have a positive impact on maternal health. Culture that develops in society is not always detrimental
to the world of health, but some are beneficial. Therefore it is necessary for us to preserve cultures
that are beneficial and have a positive impact on society. To be able to carry out participant
postpartum care, not only knowledge and attitudes but also still need support from midwives, families,
parents, and the local community.

Keywords: culture (Java), knowledge, attitudes, behavior, postpartum care.

I. PENDAHULUAN

Masa Nifas adalah masa pemulihan penting bagi ibu maupun bayinya. Kematian
pasca persalinan hingga seluruh organ ibu menurut World Health Organization
reproduksi wanita pulih kembali sebelum (WHO) Kematian yang terjadi pada saat
kehamilan berikutnya. Angka kematian ibu di kehamilan, persalinan dalam waktu 42 hari
Indonesia Masih menjadi salah satu tujuan setelah persalinan dengan penyebab yang
penting untuk di turunkan. Pada tahun 2015 berhubungabn langsung atau tidak langsung
AKI tercatat 305 per 100 ribu kelahiran hidup dari kehamilan atau persalinnaanya. Penyebab
dari target seharusnya 102 per 100 ribu langsung dari kematian tersebut di sebut Trias
kelahiran hidup. Peran tenaga kesehatan klasik yaitu perdarahan (28%), eklamsia (24%)
selama dan pasca persalinan sangat berperan dan infeksi (11%).. Sedangkan penyebab tidak
dalam penurunan AKI. 68,6% persalinan di langsung adalah ibu hamil menderita penyakit
indonesia di bantu oleh Bidan, 18,5% di bantu atau komplikasi lain yang sudah ada atau
oleh dokter dan 11,8% di oleh tenaga non sebelum kehamilan, misalnya hipertensi ,
kesehatan seperti dukun bayi, dan 0,8% tanpa penyakit jantung, , diabetus, hepatitis, anemia,
ada penolong.Penyebab kematian ibu yang malaria. Penyebab tersebut dapat di ce gah
paling banyak adalah perdarahan yang dengan pemeriksaan antenatal (Manuaba
biasanya terjadi selama masa nifas. Masa nifas 2013).
merupakan masa pemulihan organ reproduksi Masalah kesehatan ibu dan anak tidak
pasca persalinan dan merupakan masa yang terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan
68

Jurnal Maternitas Aisyah (JAMAN AISYAH)


lingkungan di dalam masyarakat tempat berbeda-beda dan menjadi gambaran penting
mereka berada. Di sadari atau tidak, faktor- bagi bidan yang bertugas di wilayah seluruh
faktor kepercayaan dan pengetahuan indonesia. Pengaruh Budaya-budaya tersebut
tradisional seperti konsep-konsep mengenai ada yang menguntungkan dan ada pula yang
berbagai pantangan, hubungan sebab akibat, merugikan. Ilmu sosial kemasyarakatan sangat
dan konsep tentang sehat sakit, serta penting untuk di pahami seorang bidan dalam
kebiasaan-kebiasaan ada kalanya mempunyai menjalankan tugasnya. Karena bidan sebagai
dampak positif atau negatif terhadap terhadap petugas kesehatan yang berada di garis
kesehatan ibu dan anak.Bisa jadi budaya bisa terdepan dan berhubungan langsung dengan
menjadi penyebab tingginya angka kematian masyarakat, dengan latar belakang Agama,
ibu dan anak, seperti faktor geografi, budaya, pendidikan dan adat istiadat yang
penyebaran penduduk, dan kondisi sosial berbeda. Pengetahuan sosial dan budaya yang
ekonomi (Kristiana,2012). dimiliki oleh Bidan akan berkaitan dengan
cara pendekatan untuk merubah perilaku dan
Budaya bagi masyarakat adalah suatu keyakinan masyarakat yang tidak sehat,
hal yang penting, bahkan diantaranya di menjadi masyarakat yang berperilaku sehat.
percaya dan menjadi pegangan hidup oleh
masyarakat. Di beberapa wilayah masyarakat II. BAHAN DAN METODE
di indonesia, masih percaya pada mitos, yang
berkaitan dengan ibu hamil dan Perawatan Penelitian ini menggunakan desain
pada masa nifas. Bagi masyarakat mitos sudah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi
di yakini kebenarannya karena beberapa bukti diskriptif. Lokasi Penelitian di Ruang
yang terjadi. Masyarakat akan melakukan apa
Seruni RSUD dr.Darsono Kab. Pacitan.
saja dengan harapan keselamatan pada ibu dan
bayinya. Kadang kala kepercayaan tersebut Responden dalam penelitian ini adalah ibu
bertentangan dengan nilai-nilai kesehatan dengan kelahiran normal di Ruang Seruni
medis modern, sehingga mengakibatkan
Sebanyak 10 Partisipan. Untuk
permasalahan kesehatan pada ibu hamil dan
pada masa nifas. Hasil Studi Pendahuluan mengeksplorasi secara mendalam tentang
yang peneliti lakukan di Ruang Seruni RSUD pengalaman ibu dan adat istiadat dalam
dr. Darsono Pacitan berdasarkan hasil
perawatan masa nifas penelitian ini
wawancara pada ibu pasca melahirkan bahwa
masyarakat masih mempercayai adanya menggunakan desain kualitatif pendekatan
budaya pantang makanan tertentu (tarak). fenomenologi diskriptif. Menggunakan
Persepsi Ibu tentang makanan yang menjadi wawancara mendalam untuk menggali data
pantangan bagi ibu nifas diantaranya, makan
makanan yang amis amis seperti ikan asin, /informasi dari partisipan. Setelah kegiatan
telur, ikan bandeng, menurut ibu setelah wawancara selesai dilakukan analisa data
melahirkan tidak boleh di makan dengan dengan menggunakan content analisis untuk
alasan nanti ASI Nya menjadi amis.
melihat hasil nya. Sebelum dilaksanakan
Budaya atau kebiasaan merupakan kegiatan penelitian , penelitian ini telah
salah satu yang mempengaruhi status
mendapatkan sertifikat Kelaikan etik dari
kesehatan ibu dalam masa kehamilan sampai
nifas. Penanganan bagi ibu hamil, melahirkan Komite Etik Penelitian Kesehatan RSUD dr.
dan nifas memiliki ciri khas budaya yang Darsono Pacitan.

Jurnal Maternitas Aisyah (JAMAN AISYAH)


69
sangat luar biasa atas kelahiran ini dan
mengungkapkann hal yang sama yaitu semua
III. HASIL DAN PEMBAHASAN partisipan melakukan brokohan saat setelah
Gambaran Partisipan kelahiran bayinya. Hal tersebut sesuai dengan
Partisipan dalam penelitian ini adalah ibu pernyataan para partisipan berikut ini :
melahirkan dengan riwayat melahirkan “Setelah lahir anak saya, keluarga di
normal di Ruang Seruni RSUD dr. Darsono rumah melaksanakan kenduri brokohan”
Pacitan. Dalam penelitian ini ada 10 Brokohan salah satu upacara adat jawa untuk
partisipan yang terdiri dari ibu yang baru menyambut kelahiran bayi. Brokohan asal kata
pertama melahirkan sejumlah 5 partisipan dari bahasa arab yaitu barokah yang artinya “
dan ibu yang melahirkan anak yang ke 2 Mengharapkan berkah. Tradisi brokohan
sejumlah 5 partisipan, rata-rata partisipan merupakan wujud syukur atas lahirnya anak
bekerja sebagai ibu rumah tangga dan dengan selamat, dan berharap kepada Alloh.
karyawan swasta , dan memiliki pendidikan 2). Mandi wuwung.
setara dengan SMP dan SMA. Hasil analisa Waktu melahirkan memang merupakan momen
data di dapatkan tiga pokok topik : (1) yang paling di nantikan seorang ibu hamil,
pengalaman Ibu setelah melahirkan , (2) begitu hari tersebut tiba, perasaan jadi campur
adat istiadat/budaya dalam perawatan pada aduk, antara perasaan senang, lelah dan juga
masa nifas, (3) Pengetahuan, sikap dan kotor. Oleh karena tidak heran jika timbul rasa
perilaku ibu dalam perawatan masa nifas. ingin langsung mandi setelah melahirkan.

Pengalaman ibu setelah melahirkan ketika setelah melahirkan, tubuh tidak hanya
mengeluarkan bayi saja dari rahim, tapi juga
Pengalaman ibu setelah melahirkan dapat di
sekresi lainnya seperti darah, keringat , air
kategorikan menjadi 6 kategori ;Brokohan,
mata dan sebagainya. 2 partisipan mengatakan
mandi/wuwung, tarak makanan/berpantang,
tidak melaksanakan mandi wuwung dan Dari 8
minum jamu, bengkungan, KB mandiri .
partisipan menyatakan melaksanakan mandi
1).Brokohan
wuwung setelah kelahiran ini dan
Setelah proses kelahiran , yang mana kelahiran
mengungkapkan hal yang sama sesuai dengan
merupakan hal yang di nanti oleh pasangan
pernyataan berikut ini :
suami isteri dan keluarga, apalagi kelahiran
“Saya melaksanakan mandi wuwung
anak pertama. Kelahiran mempunyai dampak
setelah melahirkan dengan membasahi rambut
psikologis yang besar sebagai rasa syukur dan
menggunakan air dingin dengan menyiram dari
kegembiraan yang mana keluarga di karuniai
atas sampai ke ujung kaki “.
tambahan anggota baru di dalam keluarga. Dari
Mandi wuwung konon katanya menurut
10 partisipan menyatakan kegembiraan yang
Partisipan, jika sering di lakukan hal ini dapat

Jurnal Maternitas Aisyah (JAMAN AISYAH)


70
menurunkan darah putih yang naik ke kepala partisipan mengkonsumsi jamu . Jamu tersebut
tidak menempel di mata, sekaligus digunakan di dapatkan dengan cara membuat sendiri,
yang bahannya berasal dari kunyit , jahe dan
sebagai solusi agar ASI lancar. Hal ini di
daun pepaya. Bahan tersebut di tumbuk dan di
dapatkan partisipan dari nenek moyang atau rebus, kemudian air rebusan di saring dan
dukun bayi setempat saya tinggal. kemudian di minum. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan partisipan sebagai berikut :
“saya minum jamu kunyit , jahe yang di buat
3).Tarak makanan/berpantang.
oleh ibu saya, dan saya minum tiap hari. “dan
Dari Beberapa partisipan melaksanakan apabila ibu saya repot bisa membeli jamu
pantang makanan dan melaksanakan tarak kunyit instan yang ada di toko.”
makanan tertentu. Pantangan makanan yang di
Manfaat minum jamu kunyit tiap hari menurut
lakukan beberapa partisipan seperti ; tidak
orang tua apabila ada luka jahitan menjadi
makan ikan asin, telur,ikan pindang, sehingga
cepat kering dan biar terhindar dari bau badan
khawatir dapat menyebabkan rasa gatal pada
dan terhindar dari panas badan yang terlalu
luka jahitan dan ASI nya berasa Amis.Seperti
tinggi. Partisipan juga mengkonsumsi
ungkapan yang di sampaikan oleh partisipan
jejamuan jenis lain yaitu menggunakan daum
sebagai berikut:
pepaya yang di tumbuk yang bisa di buat
“Makan seperti ikan asin, telur, ikan pindang sendiri maupun bisa membeli instan di toko,
saya tidak makan, saya khawatir akan gatal sesuai pernytaan partisipan sebagai berikut:
pada luka jahitan dan ASI saya akan berasa
‘setelah melahirkan ibu saya memberikan
amis.“
minuman jamu dari daun kates di tumbuk lalu
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan di beri gula sedikit dan di minumkan,
terbaik untuk bayi. Kandungan ASI sendiri tujuannya biar darah putih tidak akan keluar
sudah terdiri dari karbohidrat (laktosa), lagi.
protein, lemak, air serta berbagai macam
mineral dan kandungan antibodi. Seringkali 5).Bengkungan
ibu yang menyusui bayinya, ibu khawatir jika Beberapa partisipan menggunakan bengkung
makanan yang di konsumsinya akan dapat /stagen setelah melahirkan, hal tersebut sesuai
mempengaruhi pada kandungan ASI nya. dengan pernyataan partisipan sebagai berikut :
Sehingga sebagian besar ibu menghindari
“saya memakai bengkung/stagen setelah
beberapa jenis makanan dengan tujuan
melahirkan yang di bantu oleh orang tua pada
mencegah masalah pada si kecil dan masalah
waktu memasangnya. Biasanya habis wuwung
pada luka jahitan di perineumnya.
ibu memasangkan stagen/bengkung.”
4). Minum jejamuan Manfaat yang bisa di ambil dari pemakaian
bengkung kata orang tua biar perut tidak
Setelah proses melahirkan selesai, tidak
kendur dan menjadi ramping kembali.
sedikit ibu yang mengeluh sakit perut, nyeri
Bengkung di pasangkan pada hari ke 2 sampai
pada bekas jalan lahir, hingga kecemasan yang
40 hari setelah melahirkan.
berlebihan selama beberapa jam setelah
melahirkan. Demi mencari pengobatan yang 6.) KB mandiri/Alami
alami beberapa partisipan memilih pengobatan
alamiah, murah dan mudah di dapatkan yaitu Setelah proses kelahiran selesai, ibu
dengan meminum jamu tradisional. Semua membutuhkan kebutuhan akan KB untuk

Jurnal Maternitas Aisyah (JAMAN AISYAH)


71
mengatur jumlah dan jarak kelahirannya. pengetahuan yang kurang. Hal ini sesuai
Sehingga bayi yang di lahirkan saat ini cukup dengan pernyataan partisipan sebagai berikut:
mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari “dengan berpantang makanan, tidak makan
orang tuanya. Dari sebagian partisipan ikan asin telur air susu Saya tidak akan berasa
mengatakan bahwa merencanakan KB secara amis, mandi wuwung dapat menghambat
sendiri. Yang sesuai dengan pernyataan aliran darah putih tidak masuk ke mata, minum
partisipan sebagai berikut : jamu dan bengkungan dapat menyehatkan dan
“saya akan menggunakan KB dengan cara memulihkan kesehatan setelah melahirkan,
sendiri setelah melahirkan ini, dengan minum brokohan bayi biar anak saya selamat “.
jamu atau melakukan hubungan yang mana Hasil wawancara mendalam terkait sikap ibu
saat ejakulasi sperma di keluarkan di luar” tentang Brokohan, mandi wuwung,tarak
Jamu yang sering di gunakan adalah terhadap makanan, minum jamu, Bengkungan
perpaduan antara berbagai komponen misal dan KB Mandiri/alami di dapatkan hasil
sprite, jahe, lada dll. Persepsi partisipan bahwa 7 partisipan (70%) mempunyai sikap
Dengan minum jamu dan melaksanakan yang positif dan 3 partisipan (30%)
hubungan sperma di keluarkan di luar maka mempunyai sikap yang negatif. Sesuai dengan
kemungkinan kecil akan terjadi kehamilan. pernyataan partisipan sebagai berikut :
Hal ini merupakan nasehat dan mengikuti “Kata ibu saya brokohan supaya anak saya
budaya nenek moyangnya. selamat, mandi wuwung supaya darah putih
lancar dan tidak naik ke mata, makan tarak
Adat istiadat/budaya supaya jahitan cepat kering, minum jamu
Partisipan dalam penelitian ini berasal dari supaya badan cepat sehat dan pulih.”
satu daerah dan mempunyai latar belakang Perilaku hampir seluruh partisipan 9 (90%)
sosial budaya yang sama yakni budaya (adat) mempunyai perilaku yang mendukung tentang
jawa . nilai yang di yakini oleh para partisipan Brokohan, mandi wuwung,tarak terhadap
adalah mewarisi adat istiadat dan budaya makanan, , minum jamu, Bengkungan dan KB
daerah setempat yaitu budaya masyarakat jawa Mandiri/alami. Hal ini sessuai dengan
dalam melakukan perawatan masa nifas. pernyataan dari partisipan sebagai berikut :
Adapaun bentuk ungkapan dari pernyataan “saya melakukan ,karena hal itu sudah turun –
dari 10 partisipan yang berkaitan dengan hal
temurun dari nenek moyang terdahulu dan
tersebut adalah sebagai berikut:
merupakan warisan /adat istiadat daerah ini
“kata ibu saya itu sudah turun – temurun, .....”
mulai dari nenek moyang sejak dulu dan sudah
menjadi tradisi budaya di daerah ini .....” PEMBAHASAN

Pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam Hampir seluruh Partisipan menyatakan
perawatan pada masa nifas melaksanakan ‘Brokohan’, Tradisi Brokohan
menjadi wujud rasa syukur orang tua atas
Tingkat pengetahuan Partisipan tentang kelahiran bayinya. Tradisi ini juga menjadi
Brokohan, mandi wuwung,tarak terhadap pengingat bagi manusia agar tidak melupakan
makanan, , minum jamu, Bengkungan dan KB kebaikan yang pernah di terima. Kelahiran
Mandiri/alami hampir seluruhnya seorang bayi pasti akan memberikan suika cita
menunjukkan 6 partisipan (60%) mempunyai bagi orang tua, seiring dengan kegembiraan
tingkat pengetahuan yang cukup dan 4 orang tua, berbagai tradisi yang di sebut
partisipan (40%) mempunyai tingkat

Jurnal Maternitas Aisyah (JAMAN AISYAH)


72
Brokohan mengiringi rasa syukur mereka. beraktifitas di luar rumah, sebenarnya yang
Pada masyarakat jawa menganggap bahwa ada dapat menjadi solusi ASI lancar adalah dengan
hubungan timbal balik yang akan terjadi pada melakukan sering menyusui bayinya tiap 2-3
bayi apabila ari-ari atau plasenta tidak di jam sekali, memompa ASI, Minum air putih
tanam, karena tidak ingin ada hal buruk yang banyak, memilih KB yang tepat untuk
terjadi, Brokohan pun di laksanakan. ibu menyusui , makan makanan yang bergizi,
Brokohan adalah upacara menanam ari-ari menyusui dengan teknik yang benar,
yang sudah di potong, ari-ari tersebut melakukan pijat payudara untuk memperlancar
kemudian di pendam di dalam tanah, Biasanya ASI . secara umum , ibu yang baru melahirkan
proses itu di lakukan di dekat rumah, setelah dalam keadaan sehat di perbolehkan untuk
itu, tanah yang berisi ari-ari di pagari dan di segera mandi, meski begitu, beberapa dokter
beri penerangan berupa lampu. Konon, ini di menyarankan untuk menunggu selama satu
lakukan karena ari-ari tersebut merupakan kali 24 jam sebelum mandi. Saat melakukan
teman pengiring bagi si bayi, karena itu ari-ari mandi di anjurkan untuk memilih suhu air
harus di jaga dan di rawat dengan baik. Ini yang paling nyaman untuk mandi, namun
juga melambangkan pentingnya plasenta saat pastikan suhu air tidak terlalu panas. Air
berada dalam kandungan, plasenta hangat suam – suam kuku lebih di anjurkan
mengirimkan gizi dan oksigen, membawa untuk mandi setelah melahirkan. Selain
kembali karbondioksida, serta mengirimkan membuat tubuh merasa lebih nyaman, air
kembali sisa pembuangan janin ke darah ibu, hangat dapat meringankan rasa pegal, nyeri
selain itu tradisi juga menjadi bentuk Pada area sekitar vagina, nyeri payudara, dan
pengharapan agar sang bayi kelak menjadi kram perut. Tidak hanya itu air hangat pun
anak yang memberikan manfaat. Dalam bisa memberi efek menenangkan.
asuhan keperawatan pada ibu nifas tidak Hampir seluruh partisipan pada
menganjurkan adanya upacara Brokohan , dan penelitian ini memberikan pernyataan
tidak semua masyarakat masih melakukan melaksanakan tarak atau berpantang makanan
tradisi brokohan ini, tetapi masih ada sejumlah setelah melahirkan. Diantaranya melakukan
masyarakat yang tetap bertahan, dan apalagi pantang makanan ikan asin, telur dan ikan
tradisi ini menjadi sarana silahturahmi bandeng yang mana menurut pernyataan
masyarakat dalam suatu daerah. partisipan dapat menyebabkan air susunya
Sebagian besar partisipan melakukan berbau amis, dan bisa menyebabkan rasa gatal
mandi wuwung, mandi wuwung adalah pada lokasi jahitan bekas melahirkan. Di
membasahi rambut menggunakan air dingin, Masyarakat kita kebiasaan menghindari jenis
menurut pernyataan partisipan dengan mandi makanan tertentu selama masa nifas demi
wuwung dapat menurunkan darah putih yang alasan penyembuhan masih tetap di temukan.
naik ke kepala dan agar tidak menempel ke Bahkan ada mitos yang di percayai sebagai
mata, sekaligus di gunakan sebagai solusi ASI suatu kebenaran karena pengalaman orang
lancar. Hal ini di peroleh dari nasehat nenek lain. Misalnya, ketika seorang ibu nifas setelah
moyang dan dukun bayi setempat. Pernyataan makan telur lalu jahitannya gatal-gatal
ini menurut istilah kedokteran tidak ada istilah dianggap telur adalah penyebab gatal pada
sel darah putih naik ke kepala, tapi adanya sel luka jahitanh, padahal, memang sebelumnya
darah putih yang meningkat. Dan juga tidak ibu nifas tersebutalergi telur. Tidak boleh
ada sama sekali kaitannya mandi wuwung makan ikan,telur dan daging supaya jahitan
dengan melancarkan ASI. Hal tersebut akan cepat sembuh pernyataan ini tidak benar. Pada
memberatkan bagi ibu-ibu yang sering ibu nifas justru pemenuhan kebutuhan protein

Jurnal Maternitas Aisyah (JAMAN AISYAH)


73
semakin meningkat untuk membantu pantang makanan akan jatuh dalam kelelahan
penyembuhan luka baik pada dinding rahim karena kebutuhan gizi dan energi dalam
maupun pada luka jalan lahir yang mengalami tubuhnya tidak terpenuhi . Pembentukan ASI
jahitan. Protein ini di butuhkan sebagai zat akan terhambat dimana akan berdampak pada
pembangun yang membentuk jaringan otot pengeluaran ASI yang berkurang. Bayi akan
tubuh dan mempercepat pulihnya kembali malas minum dan lama kelamaan akan terjadi
luka. Tanpa protein sebagai zat pembangun kegagalan dalam proses laktasi. Sekresi
yang cukup, maka ibu nifas akan mengalami hormon oksitosin pada saat menyusu akan
keterlambatan penyembuhan bahkan memberikan dampak memanjangnya proses
berpotensi infeksi bila daya tahan tubuh involusi uterus (Manuaba, 2001).
kurang akibat pantang makanan bergizi. Semua partisipan pada penelitian ini
Protein juga di butuhkan untuk pembentukan minum jejamuan setelah melahirkan. Menurut
ASI. Ibu nifas sebaiknya mengkonsumsi pernyataan partisipan Manfaat minum jamu
minimal telur, tahu, tempe dan daging atau kunyit tiap hari menurut orang tua apabila ada
ikan bila ada. . bila memang ibu nifas alergi luka jahitan menjadi cep;at kering dan biar
boleh mencari pengganti sumber protein dari terhindar dari bau badan dan terhindar dari
daging ternak dan unggas juga dari protein panas badan yang terlalu tinggi. Jamu
nabati seperti kacang-kacangan.ASI merupakan obat tradisional turun temurun
merupakan makanan yang alami bagi bayi. yang terbuat dari bahan alami, jamu di percaya
Kandungan ASI sendiri terdiri dari dapat meredakan rasa sakit setelah melahirkan
karbohidrat, protein, lemak, air, serta berbagai hingga mempercepat masa pemulihan. Karena
macam mineral dan kandungan antibodi. itu, tidak sedikit ibu yang mengkonsumsi jamu
Seringkali ibu yang menyusui khawatir jika setelah melahirkan.jamu di kenal secara turun
apa yang di konsumsinya akan berpengaruh temurun memiliki khasiat yang baik untu
pada kandungan ASI. Mungkin sebagian ibu menunjuang kesehatan. Maka tidak heran jika
menghindari beberapa jenis makanan dengan sebagian ibu yang baru melahirkan langsung
tujuan mencegah masalah pada si kecil. mengkonsumsi jamu. Jamu memiliki banyak
Faktanya tubuh ibu sudah didesain dan di manfaat bagi ibu yang baru melahirkan,
persiapkan saat masa mengandung dengan tergantung jenis jamu yang di minum ibu
baik. Ketika di butuhkan pembuluh darah dan nifas. Manfaat minum jamu diantaranya:
kelenjar susu payudara mampu menjadi mesin mengencangkan otot-otot yang kendur,
yang menyortir segala nutrisi yang di memperbanyak produksi ASI, Melangsingkan
butuhkan. Jika makanan yang di konsumsi tubuh setelah melahirkan, melancarkan masa
telah memenuhi gizi seimbang, tentu tak perlu nifas setelah melahirkan. Berdasarkan definisi
di ragukan bahwa nutrisi yang sampai kepada dari Badan pengawas obat dan makanan
si kecil akan sesuai dengan zat-zat yang di (BPOM) Jamu adalah ramuan yang terbuat
butuhkan. Masih banyaknya ibu nifas yang dari tumbuh-tumbuhan dengan berbagai
melakukan pantang makanan di sebabkan oleh macam sediaan bentuk. Dengan bermodal
beberapa faktor diantaranya : pengetahuan, embel-embel “ tradisional dan alami “ ibu
pendidikan, pengalaman, pekerjaan,ekonomi, yang baru melahirkan memilih untuk minum
dan budaya. Hal ini sejalan dengan penelitian jamu fdengan harapan ramuan alami dan
yang di lakukan oleh Husnul Muthoharoh aman. Menurut jurnal SIKLUS tahun 2018
(2018), ada hubungan yang bermakna antara menyebutkan bahwa konsumsi jamu setelah
pantang makanan pada ibu hamil dengan melahirkan dan selama menyusui dinilai tidak
proses involusi. Ibu nifas yang melakukan membahayakan kesehatan ibu melahirkan,

Jurnal Maternitas Aisyah (JAMAN AISYAH)


74
bahkan beberapa bahan yang terkandung bengkung/stagenn berdasarkan dari pernyataan
dalam komnposisi jamu pun di yakini mampu partisipan kata orang tua biar perut tidak
mendukung proses pemulihan seperti kencur, kendur dan menjadi ramping kembali .
kunyit dan temu giring. Beberapa komposisi Bengkung, stagen, atau korset
jamu juga memicu peningkatan kadar hormon pascamelahirkan umumnya terbuat dari kain
prolaktin untuk mendukung produksi ASI. panjang dengan ukuran yang beragam. Cara
Menurut profesor pediatri dan kebidanan dari memasangnya, dililit dari mulai bawah
universitas Rochester di New York, Ruth payudara hingga paha, kadang membutuhkan
A.Lawrence,MD, ibu yang baru melahirkan bantuan orang lain saat menggunakannya. Ibu
dan menyusui boleh saja mengkonsumsi obat yang melahirkan dengan proses normal, bisa
herbal alami, termasuk jamu, namun harus memakai bengkung 2 hari pascamelahirkan.
mengetahui kandungan jamu tersebut. Penting Kelebihan dan kekurangan bengkung, manfaat
untuk di ketahui tidak semua bahan alami pada untuk membuang angin dalam rongga perut
obat tradisional baik di kmonsumsi ibu yang sehingga perut terasa nyaman, membuat
baru melahirkan dan menyusui., percaya diri, dan mengurangi perut kendur.
mengkonsumsi jamu umumnya dianggap Namun bengkung juga punya efek negatif ibu
aman, namun bisa jadi berbahaya jika yang memakainya akan kesulitan saat duduk,
melampaui dosis seharusnya., jamu bisa saja berjalan, atau menyusui. Ibu juga akan
berbahaya jika melampaui batas dosis mengalami kesulitan untuk bernafas,
seharusnya.. ada beberapa aturan untuk memungkinkan timbulnya alergi,
konsumsi jamu yang aman setelah melahirkan dermatitis,dan keluhan kulit lainnya. Menurut
antara lain, hindari minum jamu bersamaan para ahli di bidang gynekologi pemakaian
dengan konsumsi obat dari dokter.tujuannya bengkung dikembalikan kepada ibu. Jika ibu
untuk menghindari adanya reaksi tertentu yang merasa nyaman dan percaya bengkung bisa
berbahaya antara obat dan jamu., bagi ibu mengencangkan perut, silahkan untuk
yang memiliki riwayat penyakit tertentu, menggunakan. jika ibu nifas tidak memilih
hindari untuk minum jamu. Hal ini sesuai menggunakan bengkung , ibu bisa
dengan Peraturan pemerintah Rebuplik mendapatkan kembali bentuk perut yang
Indonesia no. 103 (2014). Tentang pelayanan kencang dengan rutin bergerak dan
kesehatan tradisional, obat tradisional adalah berolahraga, beberapa bulan paasca
bahan atau ramuan yang berasal dari hewan, melahirkan.
mineral, sediaan galenik maupun campuran Dari sebagian partisipan mengatakan
bahan tersebut di gunakan sebagai pengobatan bahwa merencanakan KB secara sendiri
turun temurun dan di terapkan sesuai norma setelah kelahiran ini. dengan minum jamu atau
masyarakat setempat.. sementara riset melakukan hubungan yang mana saat ejakulasi
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018 sperma di keluarkan di luar. Jamu yang sering
menunjukkan bahwa 55,7% rumah tangga di gunakan adalah perpaduan antara berbagai
memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional komponen misal sprite, jahe, lada dll. Persepsi
dengan pedmanfaatan ramuan tradisional yang partisipan Dengan minum jamu dan
sudah jadi (olahan) sebanyak 48% dan 31,8% melaksanakan hubungan sperma di keluarkan
menggunakan ramuan tradisional yangdi buat di luar maka kemungkinan kecil akan terjadi
sendiri (kemenkes,2018) kehamilan. Dalam konsep perencanan
Beberapa partisipan menggunakan keluarga, pasangan akan menentukan sejak
bengkungan/stagen setelah melahirkan. awal berapa jumlah anak yang akan di milik
Manfaat yang bisa di ambil dari pemakaian dan rentang waktu kehamilannya. Menurut

Jurnal Maternitas Aisyah (JAMAN AISYAH)


75
WHO Jarak antar kelahiran yang di sarankan anak. Pengetahuan tentang perawatan masa
adalah 24 bulan atau 2 tahun. Jadi sebaiknya nifas yang baik akan membentuk suatu
pasanmgan menggunakan alat kontrasepsi tindakan atau perilaku yang positif. Seseorang
setelah melakukan persalinan untuk dengan pengetahuan yang cukup dapat
menghindari kehamilan yang tidak di menerapkan apa yang ia tahu ke dalam
rencanakan. Secara khusus penggunaan pelaksanaan di kehidupan sehari-hari.,
kontrasepsi setelah poersalinan akan sehingga perilaku yang baik akan khususnya
melindungi wanita dari resiko kesehatan akibat mengenai pada masa ibu nifas (Yudhiyanti,
kehamilan. Wanita membutuhkan fisik dan 2017). Pengetahuan yang cukup akan
mental yang sehat serta stamina yang kuat berpengaruh terhadap perilaku seseorang
dalam menjalani kehamilan. Penggunaan alat dalam menyikapi kehidupan sehari hari
kontrasepsi akan membantu menunda khususnya bagi ibu nifas dapat melaksanakan
kehamilan sehingga wanita bisa perawatan pada masa nifas. Selain pengaruh
mempwersiapkan tubuhnya untuk kehamilan pengetahuan, faktor lain yang dapat
berikutnya yang telah di rencanakan. Bahkan berpengaruh adalah sikap ibu terhadap
penggunaan alat kontrasepsi inin juga dapat perawatan masa nifas. Menurut Notoatmodjo
mencegah kehamilan yang tidak di rencanakan (2012), sikap merupakan reaksi atau respon
sehingga mencegah tindakan aborsi yang bisa seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
beresiko. Saat yang tepat melakukan KB stimulus atau obyek. Manifestasi sikap tidak
sebetulnya adalah sesaat setelah ibu langsung bisa dilihat, tetapi hanya dapat di
melahirkan dan sebelum meninggalkan rumah tafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
sakit atau klinik. Namun kondisi ini tergantung tertutup. Penelitian yang di lakukan oleh
dari jenis alat/metode kb yang di pilih serta Permana (2016), menunjukkan hasil bahwa
apakah ibu mempunyai rencana menyusui faktor kognitif atau keyakinan adalah faktor
bayinya atau tidak. Metode KB yang bisa yang paling berpengaruh terhadap perilaku ibu
digunakan seteloah melahirkan yaitu metode dalam perawatan pada masa nifas. Sikap
non hormonal dan metode hormonal. Untuk belum otomatis terwujud dalam suatu
menunda kehamilan tidak ada teori yamg tindakan. Terwujudnya sikap agar menjadi
menyebutkan ibu harus minum jamu seperti tinndakan nyata di perlukan faktor dukungan
komposisi jamu misal sprite, jahe, lada dll. dari pihak-pihak tertentu, seperti petugas
Mungkin metoda lain yang efektigf bisa di kesehatan dan orang-orang terdekat ibu
gunakan ibu adalah MAL (Metoda amenore nifas.sikap ibu nifas yang baik tentang
laktasi), namun metoda ini memiliki beberapa perawatan pada masa nifas dapat
kondisi yang harus di penuhi yaitu ibu harus meningkatkan kecenderungan untuk
rutin dan ajek untuk menyusui. Pada saat melakukan praktek perawatan pada masa nifas
menyusui, hormon prolaktin akan meningkat, yang pada akhirnya akan berdampak pada
dengan meningkatnya hormon prolaktin akan penurunan angka komplikasi kematian ibu
mencegah terjadinya ovulasi dan memperlama pada masa nifas.
masa tidak datangnya haid/menstruasi
pascamelahirkan. IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Pengetahuan ibu tentang masa nifas salah Berdasarkan hasil penelitian dari manfaat
satunya dapat di peroleh dari buku KIA perawatan nifas yang di lakukan partisipan di
(Kesehatan ibu dana anak) yang merupakan dapatkan bahwa kebiasaan minum jejamuan
alat untuk mendeteksi secara dini adanya pada saat setelah melahirkan dapat
gangguan atau masalah kesehatan ibu dan memberikan dampak positif terhadap

Jurnal Maternitas Aisyah (JAMAN AISYAH)


76
partisipan dalam menjalankan perawatan pada Faisal Sanapiah. 1990. Penelitian
masa nifas.Di perlukan Pembekalan kepada Kualitatif: Dasar-dasar dan
para Bidan sehingga dapat melakukan Aplikasi. Malang : YA3.
pendekatan yang lebih intensif kepada para Fieldhouse, P. (1995). Food and Nutrition.
partisipan dan keluarga untuk menumbuhkan New York: Chapman & Hall
kepercayaan kepada masyarakat terhadap Hesty, et al. 2013. Konsep Perawatan
sistem budaya dalam perawatan masa nifas Kehamilan Etnis Bugis Pada Ibu
dari perawatan yang sifatnya tradisional yang Hamil Di Desa Buareng Kecamatan
Kajuara Kabupaten Bone Tahun
selama ini di anut dan di percaya serta terbukti
2013. Jurnal Kesehatan Masyarakat
dapat memperbaiki kondisi kesehatan Unhas. Vol 34.2013
masyarakat. Budaya yang berkembang dalam
Iqbal, W. M., Nurul, C.,Iga, M. (2012). Ilmu
masyarakat tidak selamanya merugikan bagi
sosial budaya dasar kebidanan.
dunia kesehatan , adapula yang bermanfaat Jakarta: EGC KEMENKES.R.I.
maka dari itu perlu bagi kita untuk (2014), Profil kesehatan Indonesia
melestarikan budaya-budaya yang bermanfaat tahun 2013. Jakarta: Kementrian
dan memberikan dampak positif bagi Kesehatan Republik Indonesia
masyarakat. Untuk dapat melaksanakan Masbukin, I. (2006). Persiapan
perawatan nifas partisipan ,tidak hanya menghadapi persalinan. Yogyakarta:
Mitra Pustaka
pengetahuan, sikap dan masih perlu adanya
dukungan dari bidan, keluarga, orang tua, dan Mas’dah. (2010). Hubungan antara kebiasaan
masyarakat setempat. berpantang makanan tertentu dengan
penyembuhan luka perineum pada ibu
DAFTAR PUSTAKA nifas. Jurnal Penelitian kesehatan
suara Forikes. Surabaya
Anderson, E.T & McFarlene, J. (2006) Buku Prawirohardjo, (2006). Buku panduan praktis
ajar keperawatan komunitas teori pelayanan kesehatan maternal dan
dan praktek ed-3. (Yudha, E.K, neonatal. Jakarta: Yayasan Bina
Terjemahan). Jakarta: EGC Pustaka
Angkasawati Tri Juni, et al. Laporan
Riskawahyuningsih. (2014). Faktor sosial
Penelitian Riset Etnografi Budaya.
budaya dan ekonomi yang
Surabaya: Pusat Humaniora,
mempengaruhi masanifas. Dibuka
Kebijakan Kesehatan dan
Pada Situs
Pemberdayaan Masyarakat, Badan
htpp:/bidanriskawahyuningsih.wordpr
Litbangkes Kementerian Kesehatan
ess.com/2014/10/17. RISKESDAS
RI; 2012.
(Riset Kesehatan Dasar) 20018
BKKBN, BPS, Kementrian Kesehatan RI, Suprabowo, E. 2006. Praktik Budaya
2013. Survei Demografi dan dalam Kehamilan, Persalinan dan
Kesehatan Indonesia. Jakarta Nifas pada Suku Dayak Sanggau,
Chriswardani Suryawati. 2007. Faktor Sosial Tahun 2006. Jurnal Kesehatan
Budaya dalam Praktik Perawatan Masyarakat Nasional. Vol. 1, No.
Kehamilan, Persalinan, dan Pasca 3, Desember 2006
Persalinan (Studi di Kecamatan
Bangsri Kabupaten Jepara). Jurnal
Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 2
/ No. 1 / Januari 200
Endjun, J. J. (2002). Mempersiapkan
Persalinan Sehat. Jakarta: Puspaswara

Jurnal Maternitas Aisyah (JAMAN AISYAH)


77
SEJARAH, ADAT DAN WARISAN ORANG ASLI
JAHUT DI PAHANG
(The History, Customs and Heritage of the Jahut Indigenous People in
Pahang)

Nur Faaizah Md Adam


nur_faaizah88@yahoo.com

Jabatan Bahasa Melayu,


Akademi Pengajian Bahasa, Universti Teknologi Mara.

Mohd Sharifudin Yusop


drbsharifudin@gmail.com

Penyelidik Bahasa Peribumi

Terbit dalam talian (published online): 3 Januari 2020


Sila rujuk: Nur Faaizah Md Adam dan Mohd Sharifudin Yusop. (2020). Sejarah,
Adat dan Warisan Orang Asli Jahut di Pahang. Melayu: Jurnal Antarabangsa Dunia
Melayu, 13(1), 83-108.

Abstrak
Makalah ini meneliti sejarah, adat dan warisan orang asli Jahut. Pendekatan
etnografi digunakan dalam penelitian ini untuk menerangkan secara deskriptif
budaya dan subbudaya kumpulan masyarakat orang asli Jahut di Kampung Kuala
Krau, Pahang. Berdasarkan Data Profil Perkampungan Orang Asli Pahang Daerah
Temerloh 2009/2010, bilangan suku kaum Jahut di kampung ini ialah 702 orang.
Daripada bilangan tersebut, seramai tujuh orang asli Jahut dipilih sebagai informan.
Kaedah yang digunakan dalam kajian ini ialah temu bual berstruktur, pemerhatian
dan rakaman. Dapatan kajian ini merakamkan kepercayaan, adat resam, perubatan
dan pantang larang masyarakat orang Jahut di kawasan kajian. Sebagai kelompok
minoriti, budaya dan jati diri mereka dikhuatiri semakin hilang ditelan zaman. Oleh
itu, penulisan artikel ini merupakan usaha untuk mendokumentasikan keberadaan
masyarakat ini.
Kata kunci: sejarah, adat, warisan, kepercayaan, orang asli Jahut

© Dewan Bahasa dan Pustaka. 2020. This work is licensed under the term of the Creative Commons Attribution
(CC BY) (http://creative commons.org/licenses/by/4.0/)
issn 1675-6460 e-ISSN 2682-8049
MELAYU: JURNAL ANTARABANGSA DUNIA MELAYU JILID 13 BIL. 1 JANUARI 2020

Abstract
This article is a study of the history, customs and heritage of the indigenous Jahut
tribe. An ethnographic approach was used for this study to explain descriptively the
culture and sub-culture of the Jahut in Kampung Kuala Krau in the state of Pahang.
Based on data from the profile of indigenous villages in the Temerloh district in
2009/2010, the ethnic Jahut in this village number 702 people. From this number,
seven informants were selected. The method employed for this research was structured
interviews, observations and recordings. The findings of this study constitute a record
of the beliefs, customs, healing practices and taboos of the Jahut community in the
area under study. Being a minority, their culture and identity are under threat with the
passage of time. Therefore, this article is an effort to document the existence of this
community.
Keywords: history, customs, heritage, beliefs, Jahut indigenous people

MASYARAKAT ORANG ASLI DI MALAYSIA


Orang asli ialah sebahagian daripada penduduk Malaysia. Mereka mendiami negara
sejak beribu tahun yang lalu. Mereka berjuang untuk meneruskan kehidupan mereka
sehingga kini. Orang Asli berjaya mengharungi segala keperitan dan cabaran semenjak
dari mula penghijrahan mereka ke semenanjung sehingga hari ini. Menurut Mat Jidin
Ahmad (1994) sebagai manusia terawal yang menduduki Tanah Semenanjung ini,
sewajarnya mereka lebih terhadapan daripada bangsa lain di Malaysia, tetapi yang
terjadi ialah keadaan sebaliknya.
Menurut Mat Jidin Ahmad (1994) masyarakat orang Asli ialah penduduk awal
di Semenanjung Malaysia dan telah tinggal di sini hampir 7000 tahun lamanya.
Kebanyakan mereka berasal dari wilayah Khmer atau Kemboja. Penduduk awal
ini menjadi pemburu dan pencari makanan yang tinggal di gua-gua batu. Mereka
pandai menggunakan api dan memasak makanan. Dalam tempoh masa dua
generasi, mereka hanya berpindah sejauh 200 kilometer. Bagi Melayu- Asli pula,
kehadiran mereka agak terkemudian, iaitu kira-kira 5000 tahun yang lalu. Menurut
kebanyakan sarjana, kumpulan masyarakat Melayu-Asli merupakan penghijrahan
terakhir berbanding dengan suku bangsa orang Asli yang lain. Mereka telah sampai
ke Malaysia sekitar 5000 tahun yang lalu (Carey, 1976).
Menurut Abdul Talib Bon (2003) juga mengatakan masyarakat orang Asli
mendiami seluruh kawasan di Semenanjung Malaysia meliputi utara Malaysia-
Thailand sehingga ke Selat Johor di selatan. Kebanyakan mereka tinggal di Kelantan
dan kawasan Banjaran Titiwangsa. Sebanyak 60% masyarakat orang Asli tinggal

84
SEJARAH, ADAT DAN WARISAN ORANG ASLI JAHUT DI PAHANG

di kawasan antara, 2,000 kaki hingga 6,000 kaki dari pinggiran laut. Selebihnya
mendirikan penempatan di tanah rendah berhampiran kampung Melayu, terutamanya
masyarakat orang Asli di pantai barat dan pantai timur semenanjung. Masyarakat orang
Asli yang membangunkan penempatan di pesisir pantai pula, kebanyakannya terdapat
di kawasan pantai Selangor, Johor dan Pahang. Secara tradisi, orang Asli hidup dalam
komuniti yang kecil. Selalunya dalam satu-satu kawasan atau petempatan masyarakat
orang asli mereka tinggal di kampung, sama ada di kampung tradisional atau pun di
petempatan baharu yang disediakan oleh kerajaan.

Kelompok Senoi
Masyarakat Senoi terdiri daripada enam suku kaum, iaitu suku kaum Semai, Temiar,
Jahut, Semoq Beri dan Mahmeri. Orang Asli suku bangsa Senoi mendiami kawasan di
negeri Perak, Pahang, Kelantan, Terengganu dan Selangor. Suku bangsa Semai boleh
didapati di daerah Batang Padang, Perak Tengah, Kinta, Kuala Kangsar, Hulu Perak,
Lipis, Raub dan Cameron Highland. Kaum Temiar pula tinggal di Hulu Perak, Kuala
Kangsar, Kinta dan Gua Musang. Kawasan sekitar Raub pula menjadi kediaman
bagi suku Che Wong manakala Jahut di Temerloh, Pahang. Bagi suku kaum Semoq
Beri, taburan penduduk mereka meliputi kawasan Maran, Kuantan, Kemaman, Hulu
Terengganu dan Besut. Suku kaum Mahmeri pula hanya boleh ditemui di daerah
Kuala Langat, Klang dan Sepang. Bancian pada 2012 menunjukkan bahawa pecahan
penduduk masyarakat orang Asli bagi suku bangsa Senoi adalah Temiar (31 038
orang), Semai (51,313 orang), Semoq Beri (5,313 orang), Che Wong (651 orang),
Jahut (5,618 orang) dan Mahmeri (3,799 orang)

Asal Usul Orang Jahut


Pagar Ruyung adalah nama yang pasti disebut oleh orang Jahut apabila ditanya tentang
asal usul mereka. Menurut Linehan (1973) dalam Alina Othman (1991) masyarakat
Jahut di Lembah Krau berketurunan orang Minangkabau dari Pagar Ruyung. Mereka
melarikan diri daripada pemberontakan Rawa pada tahun 1862 dan mendiami
kawasan di sekitar Sungai Semantan, iaitu di bahagian selatan Lembah Krau. Mereka
kemudiannya berpindah ke Lembah Krau dan menetap di situ sehinggalah ke hari ini.
Hasil kajian daripada Couillard (1980) pula menyatakan kedatangan masyarakat Jahut
ke Semenanjung Malaysia adalah kerana kepadatan penduduk di tempat asal mereka
dan seterusnya memaksa separuh daripada mereka meninggalkan tempat tersebut.
Walau bagaimanapun, masyarakat Jahut yang ada pada hari ini menganggap Lembah

85
MELAYU: JURNAL ANTARABANGSA DUNIA MELAYU JILID 13 BIL. 1 JANUARI 2020

Krau merupakan tempat asal mereka. Masyarakat ini melarikan diri masuk ke kawasan
yang lebih dalam dan menetap di pinggir hutan disebabkan kedatangan orang-orang
Melayu yang membuat penempatan di pekan Kuala Krau.

Penempatan Orang Jahut


Menurut Carey (1976), Jah bermaksud orang, manakala Hut bermaksud “hutan”.
Gabungan keduanya membawa maksud kepada “orang hutan”.  Menurut kaum Jah
Hut itu sendiri, iaitu informan Batin Mat Kuang “Jah” bermaksud “orang” dan “Hut”
bermaksud “bukan”. Walau bagaimanapun, penterjemahan harfiah ini tidak dapat
menerangkan kata majmuknya disebabkan “bukan orang” ini memang bukan erti yang
dimaksudkan. Bahasa Jah Hut telah pun menyerap banyak perkataan bahasa Melayu
dalam perbendaharaan katanya. Loghatnya termasuk Kerdau, Krau, Ketiar Krau
(Terengganu), Kuala Tembeling, Pulau Guai, Ulu Ceres (Cheras) dan Ulu Tembeling.
Pada zaman dahulu kaum Jahut tinggal secara nomad dan berpindah randah. Kini
mereka menetap di kampung-kampung dan membina rumah sebagai tempat berlindung
daripada panas dan hujan.
Orang asli Jahut mulanya dipanggil Jah Het tetapi setelah kedatangan British
sebutannya telah berubah kepada Jahut. Menurut batin Mat Kuang, iaitu batin di
Kampung Pian, orang Jahut hanya terdapat di negeri Pahang. Orang Jahut tergolong
dalam suku masyarakat orang ssli Senoi. Menurut Collin Nicholas (2000, p. 4), kelompok
Senoi merupakan kelompok orang asli yang terbesar, diikuti oleh kelompok Melayu-
Proto dan kelompok Negrito. Sejumlah 5328 orang terdapat di Pahang, khususnya
di daerah Temerloh. Sebilangan kecil terdapat di Perak dan Selangor. Bilangan
keseluruhan Orang Jahut menurut Pelan Strategik Kemajuan Orang Asli 2016-2020
ialah seramai 5618 orang. Bilangan penduduk suku kaum Jahut di Kampung Pian,
Kuala Krau, Pahang yang diperoleh daripada Data Profil Perkampungan Orang Asli
Pahang-Daerah Temerloh 2009/2010 ialah sebanyak 702 orang. Bagi orang asli nama
negeri Pahang diambil daripada pokok mahang, iaitu sebatang pokok yang besar yang
terletak di Kuala Pahang Tua.
Pada tahun 2000, jumlah penduduk Jah Hut ialah 2442 dan pada 2005, anggarannya
ialah lebih kurang 4000 orang yang tinggal di 11 buah kampung yang terletak di
sepanjang tebing barat Sungai Pahang dari Jerantut di utara ke Temerloh di Selatan.
Pada tahun 2012 jumlah penduduk Jahut bertambah kepada 5,328 di negeri Pahang
manakala bilangan keseluruhan suku Jahut ialah 5618.
Di daerah Temerloh ini mereka tinggal di kawasan yang dipanggil Kampung
Pelong, Kampung Paya Mengkuang, Kampung Panderas, Paya Mendoi, Kampung

86
SEJARAH, ADAT DAN WARISAN ORANG ASLI JAHUT DI PAHANG

Pasu, Kampung Pian, Kampung Paya Rekoh, Kampung Paya Mendoi dan Kampung
Kuala Terboi. Di daerah Jerantut pula suku kaum ini tinggal di Sg. Kiol dan Kekwel
(Kol). Couillard (1980) menyatakan kebanyakan suku kaum ini tinggal di pinggir Sg.
Krau, iaitu dalam Hutan Simpan Krau. Bahasa yang dituturkan oleh orang Jah Hut
dikenali sebagai “bahasa Jahut” dan merupakan sebahagian bahasa Mon-Khmer yang
merupakan satu cabang keluarga bahasa Austro-Asia.

METODOLOGI
Pengkaji telah menggunakan pendekatan etnografi untuk mengkaji budaya orang
Asli Jahut di Kampung Pian, Kuala Krau, Pahang. Menurut Sabitha Marican (2006),
etnografi dianggap sebagai satu kajian yang paling asas dalam penyelidikan sosial.
Kadangkala etnografi didefinisikan sebagai penjelasan bertulis tentang sesuatu budaya,
adat, kepercayaan, tingkah laku yang berdasarkan maklumat yang dikumpulkan
daripada kajian lapangan. Kajian ini menerangkan secara deskriptif terhadap budaya,
subbudaya, institusi atau kumpulan sesebuah masyarakat
Kajian etnografi merupakan bentuk kajian kualitatif yang digunakan untuk
menerangkan, menganalisis dan menginterpretasi bentuk perkongsian budaya (culture-
sharing) sesuatu kumpulan seperti tingkah laku, kepercayaan, bahasa, ekonomi,
struktur politik, interaksi, kehidupan dan gaya dalam perhubungan. Untuk memahami
perkongsian budaya seseorang pengkaji perlu meluangkan masa di lapangan melakukan
wawancara, memantau dan mendokumentasi maklumat bagi memahaminya. Oleh itu,
etnografi ialah pengembaraan suatu budaya atau cara hidup dalam sesuatu komuniti
yang menjelaskan sesuatu budaya atau mana-mana aspek budaya.
Tempoh masa yang diambil untuk mengumpulkan data ini ialah selama lima bulan.
Sepanjang tempoh tersebut pengkaji telah pergi ke lokasi sebanyak lima kali untuk
mengumpulkan data. Semasa menjalankan kajian, di lapangan, pengkaji bermalam
beberapa hari di lokasi kajian yang berhampiran untuk mendapatkan maklumat tentang
budaya dan adat orang asli Jahut. Beberapa informan yang terpilih telah ditemu bual
untuk mendapatkan data budaya dan adat mereka. Tatacara ini perlu dilakukan agar
segala data yang diperlukan memenuhi matlamat penyelidikan serta berada dalam
kebolehpercayaan dan kesahan.
Di Malaysia hanya di daerah Temerloh yang mempunyai penempatan masyarakat
Jahut dan Kuala Krau ialah lokasi utamanya. Kampung Pian terletak di Lembah
Sungai Krau, bersebelahan Hutan Simpan Krau yang meliputi kawasan berbukit
bukau. Lembah Krau terletak di bahagian tengah Semenanjung Malaysia. Puncak

87
MELAYU: JURNAL ANTARABANGSA DUNIA MELAYU JILID 13 BIL. 1 JANUARI 2020

tertingginya ialah Gunung Benom, iaitu 2108 meter dari aras laut yang terletak di
bahagian Barat Laut.
Antara kaedah yang digunakan untuk mengumpulkan data warisan dan budaya
ialah kaedah temu bual dan pemerhatian serta rakaman. Pengkaji telah menggunakan
temu bual berstruktur yang dijalankan secara formal, dirancang secara teliti dan
dilaksanakan mengikut senarai soalan yang perlu dijawab oleh responden. Soalan
yang dikemukakan kepada responden pula menggunakan cara dan susunan yang sama
berdasarkan senarai soalan yang dibina. Teknik ini digunakan agar maklumat yang
dikumpulkan daripada responden dapat dibezakan dengan tepat. Melalui teknik ini
juga pengkaji memperoleh maklumat yang ringkas dan padat.
Pengkaji juga menggunakan kaedah temu bual semi berstruktur yang lebih terbuka
dan fleksibel. Dalam temu bual ini pengkaji boleh mengubah suai susunan soalan.
Responden pula diberikan kelonggaran untuk memberikan jawapan bagi mendapatkan
maklumat lain yang berkaitan. Scensul (1999) menyatakan temu bual semi berstruktur
adalah yang terbaik untuk meneroka dan menjelaskan faktor objektif kajian. Selain
itu, pengkaji juga menggunakan temu bual tidak berstruktur menggunakan soalan
terbuka dan tidak tetap. Responden bebas memberikan maklum balas dan tidak terikat
dengan jawapan alternatif. Oleh itu, pengkaji berpeluang mendapatkan maklumat
yang berkaitan dengan lebih mudah. Scensul (1999) mengatakan temu bual tidak
berstruktur atau temu bual penerokaan memerlukan minda yang peka, pemikiran logik
serta kemahiran komunikasi yang baik. Teknik ini digunakan supaya pengkaji dapat
meneroka dengan lebih mendalam dan terperinci sesuatu fenomena yang hendak dikaji
seterusnya meningkatkan pengetahuan pengkaji tentang kajian yang dijalankan.
Kaedah pemerhatian yang digunakan oleh pengkaji pula ialah pemerhatian turut
serta dan tidak turut serta. Melalui kaedah ini pengkaji dapat memerhati tingkah laku

Jadual 1 Informan yang terlibat dalam kajian ini.


Bil. Nama Informan Jahut Umur
1 Dung Bin Regak 87
2 Mohammad Bin Kuang 64
3 Mat Bin Oti 60
4 Minah Binti Lip 60
5 Harisham A/L Tet 40
6 Santi Binti Harun 37
7 Sunarti A/P Harun 25

88
SEJARAH, ADAT DAN WARISAN ORANG ASLI JAHUT DI PAHANG

dan suasana kampung mereka. Dengan cara ini pengkaji bukan sahaja mendapat
maklumat tentang orang asli Jahut malah dapat melihat sendiri aktiviti mereka seharian
seperti aktiviti pertanian, alat yang digunakan untuk melakukan pertanian dan tumbuh-
tumbuhan yang ada di kampung mereka.
Informan yang dipilih pula, mempunyai latar belakang bahasa Jahut yang fasih
sama ada dari aspek pertuturan dan budaya dan adat resam Jahut. Pengkaji telah memilih
tujuh orang informan untuk menjawab objektif kajian ini, iaitu untuk menghuraikan
warisan dan budaya orang asli Jahut. Pendokumentasian bertulis tentang warisan
orang Asli ini dilakukan untuk mengekalkan budaya dan pengetahuan tinggalan nenek
moyang supaya maklumatnya berkekalan dan tidak hilang ditelan zaman. Kajian ini
juga untuk memelihara kesinambungan identiti orang asli untuk pengetahuan waris
generasi pada masa hadapan.

DAPATAN DAN PERBINCANGAN WARISAN ORANG ASLI JAHUT


Menurut Yatim, O. (2005), warisan umumnya dikatakan sebagai sesuatu yang
diwarisi daripada generasi yang terdahulu. Warisan merupakan khazanah negara
yang pernah atau sedang dimiliki oleh seseorang atau sesuatu kelompok masyarakat
atau manusia sejagat yang menjadi tanggungjawab bersama untuk dilindungi dan
dikekalkan (Jabatan Warisan Negara, 2008). Warisan kita ialah ilmu, pengetahuan
dan kepakaran yang diwariskan kepada kita melalui cara hidup, kepercayaan yang
seterusnya dijelmakan melalui objek budaya. Warisan menggambarkan memori
keseluruhan hidup sesebuah masyarakat serta melambangkan ketamadunan
masyarakat itu. Komuniti orang asli merupakan masyarakat minoriti peribumi yang
tinggal di Semenanjung Malaysia. Majoriti daripada mereka tinggal di kawasan
hutan dan masih mengamalkan cara hidup tradisional yang banyak dipengaruhi oleh
alam sekitar dan amalan lama tinggalan nenek moyang mereka (Rosley, N. A., 2009).
Oleh hal yang demikian, masyarakat Orang Asli merupakan sebahagian daripada
kehidupan kita sebagai manusia yang memiliki hak untuk meneruskan kehidupan
adat resam, pantang larang, budaya dan sebagainya. Kehidupan masyarakat ini perlu
dikekalkan tradisinya supaya menjadi khazanah warisan yang mengekalkan identiti
dan jati dirinya (Alias, A., 2012). Antara aspek warisan orang Asli Jahut yang akan
dibincangkan dalam kajian ini ialah kepercayaan dan adat resam, adat melindungi
rumah, adat semasa proses perkahwinan sehingga kematian, adat bersunat, adat
dengan keluarga, adat dengan jiran, adat melayan tetamu, pantang larang, peralatan
tradisional, perubatan dan masakan dan makanan tradisi.

89
MELAYU: JURNAL ANTARABANGSA DUNIA MELAYU JILID 13 BIL. 1 JANUARI 2020

ADAT ORANG ASLI JAHUT

Adat dalam Kehidupan Orang Asli Kelahiran sehingga Kematian


Upacara perkahwinan mengikut hukum adat yang diwarisi dari nenek moyang mereka
adalah untuk menjaga keharmonian masyarakat agar terpelihara. Bagi pasangan yang
akan berkahwin mestilah tidak mempunyai perhubungan adik beradik, sepupu, dua
pupu, anak saudara, emak saudara anak tiri, bapa tiri, menantu, tunang orang dan isteri
orang.

Kelahiran
Kelahiran bayi diuruskan oleh bidan. Jika tiada bidan, suami dikehendaki menyambut
kelahiran anaknya atau sesiapa sahaja yang berani melakukan proses kelahiran itu.
Setelah bayi lahir tali pusatnya dipotong dengan menggunakan sembilu buluh yang
telah dijampi. Bayi dimandikan dan selepas itu diselimutkan. Uri dan tembuni
dibersihkan oleh suami dan ditanam di tempat yang jauh dari laluan orang seperti di
dalam hutan. Semasa membawa tembuni, suami tidak boleh menoleh ke kiri atau ke
kanan kerana dikhuatiri mata bayi menjadi juling.
Selepas beberapa hari, kenduri kesyukuran akan diadakan untuk menyambut
kelahiran bayi. Kenduri ini dinamakan kenduri bercukur atau kenduri “melepas tali
lepas” mengikut orang asli Jahut. Semasa kenduri diadakan bayi lelaki atau perempuan
akan dicukur rambut berserta jampi dan para tetamu akan dihidangkan dengan makanan
dan minuman mengikut kemampuan ibu bapa.

Adat Bersunat
Orang Jahut juga melakukan majlis bersunat untuk kanak-kanak yang berumur di
antara 12 hingga 13 tahun. Adat bersunat ini wajib dilakukan kepada kanak-kanak
lelaki yang sudah cukup umur. Masyarakat Jahut di kampung Pian masih menggunakan
cara tradisional semasa proses bersunat. Orang penting yang terlibat dalam majlis ini
ialah tok mudim, penghulu balai, tukang gelanggang, batin, pengarah dan pengiring
budak. Setiap orang mempunyai peranan dan tanggungjawab masing-masing agar
majlis dapat berjalan dengan lancar tanpa sebarang masalah.
Tok mudim berperanan sebagai tukang sunat, penghulu balai menjaga kawasan,
tukang gelanggang ialah orang yang akan bersilat setelah ketibaan kanak-kanak lelaki
yang bersunat. Batin-batin dari kampung Pian atau dari kampung-kampung lain akan

90
SEJARAH, ADAT DAN WARISAN ORANG ASLI JAHUT DI PAHANG

datang untuk memeriahkan majlis tersebut. Pengarah pula bertanggungjawab untuk


memberikan arahan seperti arahan menyediakan makanan, memasak, menghidangkan
makanan dan lain-lain lagi. Pengiring budak diberikan tugas membawa kanak-kanak
itu ke tempat bersunat dengan memegang tepak sirih. Pengiring budak perlu sentiasa
berada di sisi kanak-kanak tersebut. Jika kanak-kanak tersebut berniat ingin pergi ke
mana-mana seperti kubur ibu bapa, pengiring harus membawanya terlebih dahulu.
Kesimpulannya, pengiring budak ini berperanan sebagai penunjuk jalan.
Sebelum bersunat kanak-kanak tersebut akan berendam di sungai pada waktu
pagi sehingga tengah hari. Makan dan minum akan dihantar ke sungai oleh pengiring
budak. Selepas itu pengiring budak akan membawa kanak-kanak tersebut ke balai
adat untuk melihat persembahan silat yang dilakukan oleh tukang gelanggang. Selesai
persembahan silat barulah kanak-kanak tersebut dihantar kepada tok mudim untuk
bersunat. Kebiasaannya majlis bersunat ini dilakukan secara beramai-ramai dan ibu
bapa berkongsi perbelanjaan majlis bersama-sama. Majlis ini juga dilakukan secara
gotong-royong. Oleh sebab itu, majlis bersunat ini boleh dilakukan secara besar-
besaran dan dilakukan sekurang-kurangnya selama dua hari satu malam. Sebelum

Tok mudim

Penghulu balai

Tukang gelanggang

Batin-batin

Pengarah

Pengiring budak

Rajah 1 Peringkat-peringkat dalam majlis sunat.

91
MELAYU: JURNAL ANTARABANGSA DUNIA MELAYU JILID 13 BIL. 1 JANUARI 2020

bersunat kanak-kanak berkenaan tidak boleh keluar rumah selama tiga hari dan tidak
boleh langkah dan pijak tahi ayam.
Jika ingin mengadakan majlis bersunat, gong akan dibunyikan terlebih dahulu
agar semua penduduk kampung tahu dan dapat menghadiri majlis tersebut. Terdapat
beberapa peralatan yang digunakan semasa bersunat. Antaranya termasuklah pisau,
tempurung dan sejenis daun khas untuk bersunat. Kanak-kanak yang bersunat pula
perlu duduk di atas pokok padi. Selesai sahaja acara bersunat semua barang-barang
yang digunakan itu akan dibuang ke dalam sungai.
Menurut Dung bin Regak, ada cerita dan sejarah yang menyebabkan orang Jahut
melakukan adat bersunat sehingga kini. Pada generasi yang lepas terdapat seorang
lelaki yang berhijrah ke kampung Jahut. Penghijrahan lelaki itu disebabkan rasa
malu dipanggil “kulup” oleh orang kampungnya kerana tidak boleh bersunat. Lelaki
tersebut telah menuntut ilmu daripada isteri batin Jahut. Isteri batin itu digelar “batin
perempuan” kerana semua penduduk di situ akan merujuk dan mengadu hal kepadanya
kerana dia seorang yang cerdik dan berilmu.
Setelah beberapa tahun menuntut ilmu, lelaki itu berkahwin dengan anak batin
berkenaan. Hasil perkahwinannya, dia dianugerahkan seorang anak lelaki. Lelaki
berkenaan meminta izin bapa mentuanya untuk mengadakan majlis bersunat kerana
dalam kaumnya anak lelaki diwajibkan bersunat. Pada permulaan bapa mentuanya

Rajah 2 Kanak-kanak orang Jahut melihat alatan tradisional pertanian.

92
SEJARAH, ADAT DAN WARISAN ORANG ASLI JAHUT DI PAHANG

tidak bersetuju dengan permintaan menantunya kerana risau cucunya akan mati.
Setelah dipujuk barulah bapa mentuanya bersetuju untuk mengadakan majlis bersunat.
Selepas daripada peristiwa itu masyarakat Jahut melakukan adat bersunat kepada
kanak-kanak lelaki.

Perkenalan
Perkenalan antara teruna dan dara terjadi apabila mereka saling suka-menyukai
antara satu sama lain. Mereka akan mencari pasangan hidup masing-masing untuk
dijadikan isteri atau suami. Ibu bapa meletakkan kepercayaan kepada anak-anak untuk
mencari pasangan mereka sendiri. Setelah itu barulah upacara merisik dilakukan untuk
berjumpa dengan ibu bapa pihak perempuan.

Merisik
Pihak lelaki akan menghantar wakil untuk merisik pihak perempuan. Pada waktu ini
wakil pihak lelaki akan bertanya kepada pihak perempuan tentang niat dan tujuan
mereka datang ke rumah. Secara tradisi upacara merisik ini dilakukan dengan berpantun
tetapi sekarang tidak dilakukan lagi kerana golongan tua lebih selesa menggunakan
bahasa biasa.

Bertunang
Urusan bertunang diserahkan kepada wali. Mengikut orang Jahut wali bagi pihak
lelaki ialah bapa saudara lelaki. Bapa saudara lelaki dan rombongan keluarga pihak
lelaki akan pergi ke rumah keluarga perempuan untuk bertanya dan berunding dengan
wali pihak perempuan, iaitu bapa saudara perempuan. Jika pihak perempuan bersetuju,
pertunangan akan diadakan di rumah pihak perempuan. Dalam majlis meminang ini
juga tarikh pernikahan akan ditentukan. Tempoh masa pertunangan mengikut kata
sepakat kedua-dua pihak dan pihak lelaki perlu memberikan wang belanja kepada
bakal isterinya mengikut kemampuan.
Bagi bakal pengantin lelaki yang berkemampuan mereka akan memberikan cincin
emas kepada bakal pengantin perempuan. Cincin emas ini juga tanda mereka akan
membuat kenduri secara besar-besaran, iaitu sekurang-kurangnya menumbangkan
seekor lembu atau kerbau. Bakal pengantin lelaki yang memberikan cincin perak pula
menunjukkan lelaki itu kurang berkemampuan dan ingin melakukan kenduri secara
sederhana sahaja. Jika wali kedua-dua pihak tiada maka mereka perlu membeli wali.
Cara membeli wali ialah dengan memberikan sebiji pinggan berserta wang sebanyak

93
MELAYU: JURNAL ANTARABANGSA DUNIA MELAYU JILID 13 BIL. 1 JANUARI 2020

dua ringgit kepada seseorang yang dipilih sebagai wali untuk pertunangan bakal
pengantin lelaki atau perempuan.
Dalam upacara pertunangan juga pihak lelaki akan memberikan hantaran kepada
pihak perempuan. Hantaran yang diberikan mengikut permintaan bakal pengantin
perempuan dan kemampuan pihak lelaki. Orang Jahut pada masa dahulu mengendong
hantaran tersebut untuk dibawa ke rumah pihak perempuan.

Pernikahan
Majlis pernikahan berlangsung pada waktu malam di rumah pengantin perempuan.
Dalam majlis ini hanya keluarga kedua-dua belah pihak yang dijemput hadir namun
begitu jiran tetangga juga boleh turut serta. Pengantin perempuan akan memakai baju
kurung atau baju kedah manakala pengantin lelaki akan memakai baju Melayu.
Jamuan makan merupakan perkara yang perlu ada dalam majlis pernikahan.
Antara menu jamuan yang dihidangkan ialah nasi minyak, nasi putih, lauk ayam, ikan
dan pelbagai lagi. Menu yang disediakan juga mengikut kemampuan pihak lelaki.
Kebiasaannya jamuan makan ini dilakukan secara gotong-royong dengan saudara
mara dan jiran untuk mengeratkan hubungan silatulrahim antara satu sama lain.
Makan beradab merupakan satu perkara yang amat dinanti-nantikan, pengantin lelaki
akan diiringi oleh pengapit dan pengantin lelaki akan berhadapan dengan pengantin
perempuan. Pengantin lelaki akan menyuap pengantin perempuan. Perkara yang
sama akan dilakukan oleh pengantin perempuan. Selesai berbalas suapan mereka
telah sah menjadi suami isteri.
Setelah upacara itu pengantin lelaki akan menjamu pihak pengantin perempuan,
manakala pengantin perempuan akan menjamu pihak pengantin lelaki dengan sirih
pinang. Pada masa yang sama kedua-dua belah pihak pengantin akan memberikan
nasihat kepada pengantin. Batin juga turut memberikan nasihat kepada pengantin
baru.
Kebiasaannya majlis pengantin di rumah lelaki pula dilakukan pada hari
keesokannya. Kenduri menyambut menantu ini dipanggil mengadu hal oleh
masyarakat Jahut kerana pengantin lelaki membawa dan mengadu hal tentang
pengantin perempuan kepada keluarganya. Majlis perkahwinan hanya dilakukan
selama satu hari satu malam sahaja.
Pada masa sekarang, tetamu yang hadir ke majlis perkahwinan orang Jahut akan
diberikan bunga telur. Majlis bersanding juga turut dilakukan untuk melakukan
acara bergambar bersama keluarga, saudara mara dan kawan-kawan untuk dijadikan
kenangan. Pengantin juga diberikan hadiah semasa menjadi raja sehari.

94
SEJARAH, ADAT DAN WARISAN ORANG ASLI JAHUT DI PAHANG

Mengikut adat kaum Jahut, suami perlu tinggal di kampung isteri. Menurut Batin
Mohammad Kuang, suami yang membawa isteri menetap ke kampung mereka ialah
seperti tarik aur menyusung. Suami yang membawa isteri tinggal di kampung mereka
akan bertanggungjawab sekiranya isteri membuat sebarang kesalahan. Kini adat ini
sudah dilonggarkan kerana isteri terpaksa berpindah mengikut suami bekerja.

Kematian
Apabila berlaku kematian si mati tidak dikebumikan serta merta, sebaliknya
ditangguhkan semalaman supaya saudara mara dan sahabat handai yang tinggal
berjauhan sempat menziarahi si mati. Pada malam kematian saudara mara akan
berkumpul dan berjaga di rumah si mati.
Keluarga si mati akan meletakkan si mati di tempat yang bersih dan elok. Tangan
dan kaki si mati akan diluruskan dan ditutup dengan kain. Keesokan pagi barulah proses
pengebumian dilakukan. Si mati dimandikan terlebih dahulu sebelum dikapankan
dengan kain putih. Kini, proses memandikan si mati dilakukan di tanah perkuburan
kerana terdapat kemudahan air yang disediakan. Ketebalan dan lapisan kain kapan
yang digunakan mengikut kemampuan keluarga si mati. Masyarakat Jahut mengukur
panjang si mati dengan menggunakan sebatang rotan.
Menurut Batin Mohamad Kuang si mati dikebumikan di tanah perkuburan zaman-
berzaman di seberang sungai kampung Pian. Kedalaman kubur kira-kira tiga kaki.
Setelah dikapankan si mati akan diangkat di sekeliling kubur sebanyak tiga kali.
Sebelum ditanam, kain kapan di bahagian muka dibuka dan diberi hidu segumpal
tanah. Si mati ditanam dalam kedudukan terlentang. Mayat lelaki ditanam menghadap
matahari terbenam, iaitu menunjukkan arah hulu yang disebut pancor dalam bahasa
Jahut. Mayat perempuan pula ditanam mengadap matahari terbit, iaitu menunjukkan
arah hilir yang disebut kulam dalam bahasa Jahut. Barang-barang si mati yang tidak
digunakan lagi akan diletakkan di atas kubur. Sebahagian disimpan untuk dijadikan
kenangan oleh keluarga si mati.
Selepas proses pengebumian dilakukan, pihak si mati perlu membuat majlis kenduri
di rumah untuk si mati. Terdapat perbezaan tempoh kenduri bagi si mati perempuan
dan lelaki. Bagi si mati perempuan, pihak si mati harus mengadakan kenduri selama
7 hari 7 malam. Bagi si mati lelaki pula, pihak si mati harus mengadakan kenduri
selama 6 hari 6 malam. Kenduri ini akan dihadiri oleh saudara mara dan jiran terdekat.
Sepanjang kenduri ini diadakan si mati akan dijamu dengan makanan yang dimasak
semasa kenduri. Makanan ini akan dihantar ke kubur dan diletakkan di atas kubur

95
MELAYU: JURNAL ANTARABANGSA DUNIA MELAYU JILID 13 BIL. 1 JANUARI 2020

setiap pagi dan petang. Setelah tamat tempoh kenduri si mati tidak lagi diberikan
makanan kecuali keluarganya bermimpi si mati meminta makanan.
Usai kenduri, pihak si mati perlu meletakkan wang upah dalam sebiji pinggan
kecil untuk diberikan kepada orang yang menolong ketika proses pengebumian
dilakukan seperti tukang gali kubur, tukang angkat mayat, tukang mandi dan tukang
masak. Pasangan yang bercerai mati dibenarkan berkahwin lain jika telah jatuh talak
yang dilakukan oleh pihak si mati. Jika isteri mati pihak isteri perlu memberikan sebiji
pinggan dan wang sejumlah lima ringgit kepada suami si mati. Jika suami mati pula,
pihak suami perlu memberikan pinggan dan wang itu kepada isteri. Dalam masyarakat
Jahut pihak si mati perlu mengeluarkan wang kerana si mati yang meninggalkan
pasangannya. Selesai proses ini maka jatuhlah talak kepada suami atau isteri yang
masih hidup. Setelah itu, pasangan yang ditinggalkan bebas dan boleh berkahwin
semula dengan orang lain setelah berbincang dengan wali si mati.
Bagi suami isteri yang ingin bercerai hidup mereka harus merujuk dan berbincang
dengan wali masing-masing. Wali akan menentukan denda bagi pihak yang bercerai
mengikut kesalahan yang dilakukan. Jika seorang wali memberikan denda seperti
bilang lantai dan bilang atap bermakna denda itu berat dan tidak boleh dibayar
dengan nyawa.

Adat Melindungi Rumah


Menurut Dung bin Regak cara untuk melindungi rumah daripada gangguan jin dan
syaitan dalam masyarakat Jahut. Cara pertama ialah dengan menggantung sebiji buah
yang bernama buah pak berserta kayu di hadapan pintu rumah. Sebelum digantung
buah dan kayu itu dijampi terlebih dahulu. Buah pak akan terbuka sendiri jika terlihat
jin atau syaitan. Cara yang kedua ialah menumbuk sejenis daun sehingga lumat dan
dicampurkan dengan air. Setelah itu renjis ramuan tersebut dengan menggunakan daun
langsuir di sekeliling rumah.

Adat dengan Keluarga


Seperti dalam masyarakat lain juga, setiap anggota dalam kaum Jahut perlu
menghormati dan mengamalkan adat atau peraturan hidup yang telah menjadi amalan
kaum mereka turun-temurun. Anak-anak mestilah menghormati ibu bapa dan orang
yang lebih tua dalam keluarga. Anak-anak tidak boleh membantah suruhan orang tua.
Adik beradik juga perlu menghormati antara satu sama lain. Perkara ini dilakukan
untuk mewujudkan keluarga yang bahagia dan harmoni.

96
SEJARAH, ADAT DAN WARISAN ORANG ASLI JAHUT DI PAHANG

Satu amalan kaum Jahut yang agak unik adalah dari segi perhubungan ibu dan bapa
mertua dengan menantu mereka. Ibu mertua dengan menantu lelaki dan bapa mertua
dengan menantu perempuan tidak boleh berinteraksi secara terus. Mereka berinteraksi
melalui perantaraan orang ketiga. Contohnya mesej bapa mertua kepada menantu
perempuan disampaikan menerusi isteri atau anaknya, begitulah juga sebaliknya.

Adat dengan Jiran


Masyarakat Jahut menggariskan beberapa peraturan bagi menjaga kerukunan di dalam
kampung, iaitu tidak boleh memasuki rumah jiran tanpa izin, menziarahi jiran yang
sakit, mengamalkan sikap memberi dan menerima apabila memperoleh rezeki, apabila
berlaku kematian, berita hendaklah dihebohkan kepada semua penduduk kampung,
menziarahi rumah yang ada kematian dan menghulurkan khidmat tenaga dan
sumbangan untuk meringankan kesusahan keluarga si mati, membantu ketika berada
di majlis kenduri dan sentiasa bertegur sapa apabila berjumpa.

Adat Melayan Tetamu


Bagi masyarakat Jahut, tetamu harus dilayan dengan baik. Perkara ini telah di ajar
oleh nenek moyang mereka sejak dahulu lagi. Apabila tetamu datang mereka akan
mengajak masuk ke dalam rumah dengan senyuman. Setelah itu mereka akan duduk
bersila atau bersimpuh dan menghidangkan tetamu dengan tembakau gulung dan
sirih pinang. Setelah makanan itu dihidangkan barulah mereka bersembang atau
menyatakan tujuan kedatangan. Kini amalan menghidangkan sirih pinang dan
tembakau gulung telah digantikan dengan menghidangkan air teh dan kopi.

Semangat Padi
Orang asli Jahut percaya bahawa padi mempunyai semangat. Oleh itu mereka
sangat menjaga adab ketika menanam dan menuai padi supaya semangat padi tidak
tersinggung. Mereka akan memanggil bomoh atau puyang semasa ingin menanam
dan menuai padi. Puyang akan menjampi tanaman supaya tanaman akan subur.
Perbuatan yang boleh menyinggung semangat padi ialah bersiul dan memakan nasi
di sisi padi.
Semasa hari pertama menanam padi huma dan padi bukit, bomoh akan dipanggil
untuk melakukan upacara menjampi tanaman supaya subur dengan baik. Puyang
menjadi orang pertama memulakan aktiviti menanam padi di dalam petak sawah.

97
MELAYU: JURNAL ANTARABANGSA DUNIA MELAYU JILID 13 BIL. 1 JANUARI 2020

Rajah 3 Bangsal di tengah sawah padi untuk menyimpan alatan untuk pertanian.

Semasa tuaian pertama dilakukan puyang akan datang ke setiap sawah padi untuk
upacara menjampi. Bahan yang perlu ada dalam upacara ini ialah beberapa tangkai
padi yang telah ditanggalkan. Kemudian goreng dan tumbuk dan dibuat emping
untuk dijampi oleh puyang.

PANTANG LARANG KAUM JAHUT

Semasa hamil
Menurut Minah binti Lip, perempuan yang hamil dilarang membuat kerja seperti
mengikat, memaku dan menyembelih binatang, mengangkat benda berat, membakar
plastik dan menyusun kayu. Suami pula tidak boleh membunuh binatang, memaku,
mengikat tali dan pergi memburu. Jika perbuatan tersebut dilakukan dikhuatiri anak
dalam kandungan akan menjadi kenan atau ibu akan mengalami kesukaran untuk

98
SEJARAH, ADAT DAN WARISAN ORANG ASLI JAHUT DI PAHANG

bersalin. Semasa hamil bakal ibu bebas makan apa-apa sahaja yang disukai kecuali
pisang kembar. Terdapat cara untuk mengetahui jantina bayi yang dikandungkan. Jika
perut bakal ibu panjang ke hadapan berkemungkinan bayi itu lelaki. Jika perut bakal
ibu lebar berkemungkinan bayi dalam kandungannya adalah bayi perempuan.

Selepas Bersalin
Tempoh berpantang bagi ibu yang bersalin ialah selama 40 hari atau sehingga
darah tidak keluar. Semasa berpantang ibu dilarang memakan makanan berminyak,
berlemak, pedas, berbau keras, hanyir, berbisa dan masam kerana dikhuatiri anak
akan menjadi bantut dan memudaratkan kesihatan ibu yang baru bersalin. Antara
contoh makanan yang perlu dielakkan semasa proses berpantang ialah nenas, pisang
uri, durian, sayur yang jenis menjalar dan bergetah seperti pucuk keledek dan pucuk
labu. Daging babi dan ikan yang bersengat seperti ikan keli dan ikan baung juga
tidak boleh dimakan.
Untuk menyembuhkan kesihatan ibu yang baru melahirkan anak mereka harus
melalui beberapa proses. Antara proses yang perlu dilakukan ialah berurut, bertungku,
memakai bengkung dan memakan ubat herba seperti kacip fatimah.

Semasa di dalam Hutan


Ketika berada di dalam hutan untuk memburu atau mencari hasil hutan seseorang tidak
boleh menegur bunyi-bunyi aneh seperti bunyi burung atau bunyi pokok tumbang. Jika
mereka menegur bunyi berkemungkinan mereka akan menghadapi bahaya dan bala.

Semasa Berlaku Kematian


Apabila berlaku kematian penduduk kampung dilarang melakukan beberapa perkara,
iaitu pergi ke hutan, berpakaian cantik, bekerja pada hari kematian dan bersuka ria.

Semasa Menuai
Padi dipercayai mempunyai semangat. Oleh sebab itu kaum Jahut mempunyai larangan
tertentu yang mesti dipatuhi semasa menuai padi selama tiga hari, iaitu mengeluarkan
barang-barang dari rumah, membawa masuk ke rumah alat-alat seperti parang, songkok
dan selepang serta bercakap dengan orang yang lalu di ladang.

99
MELAYU: JURNAL ANTARABANGSA DUNIA MELAYU JILID 13 BIL. 1 JANUARI 2020

Kepercayaan Berbentuk Larangan


Terdapat juga kepercayaan berbentuk larangan. Sekiranya larangan tersebut tidak
dipatuhi akan membawa keburukan. Antara perkara yang ditegah termasuklah
memijak batang padi ketika menuai, memberi hasil tuaian kepada orang lain selain
isi rumah dalam masa tiga hari, menjala ikan pada waktu senja, bermain pada waktu
senja (bagi kanak-kanak), menegur atau menyapa orang yang hendak memasang jerat
atau mengail, bersiul pada waktu malam, memijak batang padi ketika menuai, masuk
ke hutan bagi pasangan yang baru berkahwin (dalam tempoh tujuh hari) dan memuji
kecantikan anak kecil.
Kepercayaan lain yang berkait dengan fahaman animisme ialah tempat baharu
serta benda yang dianggap pelik seperti batu hampar, gua dan pokok mempunyai
penunggu. Setiap penyakit pula disebabkan oleh gangguan hantu dan syaitan.
Menurut Batin Mohamad Kuang walaupun menganut animisme sebagai
pegangan, beliau sentiasa mengingati pesanan orang tua-tua dahulu supaya tidak
melakukan kejahatan dan perkara yang tidak baik. Perkara ini menjadi pegangan
beliau sehingga sekarang dan mempercayai Tuhan ada di mana-mana sahaja. Beliau
percaya sesiapa yang melakukan kesalahan akan dihukum dan menerima balasan. Hal
ini menunjukkan orang Jahut juga mengambil pesanan dan nasihat orang yang lebih tua
sebagai suatu pegangan dan kepercayaan. Batin Mohammad Kuang juga menghormati
agama-agama lain yang dianuti oleh anak-anak buahnya di kampung Pian.

PERALATAN TRADISIONAL
Untuk memburu orang Jahut menggunakan peralatan seperti lembing, tombak,
parang, jerat dan sumpit. Peralatan tradisional yang lain pula ialah gadang, cerok,
tanggok, ambong dan ibong. Orang Jahut membuat sendiri peralatan ini ketika
masa lapang. Setiap peralatan ini mempunyai fungsi yang tertentu.
Semasa memasak isteri akan menggunakan dapur kayu. Walau bagaimanapun,
kini penggunaan dapur kayu telah beralih kepada dapur gas. Hanya segelintir
sahaja yang masih menggunakan dapur kayu. Dapur kayu diperbuat daripada
tanah dan menggunakan kayu untuk menghidupkan api. Mereka juga dilihat masih
menggunakan pengukur kelapa tradisional yang diperbuat daripada kayu.
Peralatan muzik yang digunakan sejak turun-temurun ialah centong (buluh),
gendang, gong dan alat muzik seperti biola yang diperbuat daripada buluh. Rumah
tradisi kaum Jahut diperbuat daripada kulit kepong, buluh dan bertam. Dinding

100
SEJARAH, ADAT DAN WARISAN ORANG ASLI JAHUT DI PAHANG

Jadual 2 Peralatan tradisional kaum Jahut.


Nama Peralatan Fungsi Peralatan
Tanggok Alat menangkap ikan

Gadang Alat meletak padi


Cerok Alat mengasingkan padi dan menampi padi
Ibong Alat meletak padi
Ambong Alat meletak kayu, pisang dan ubi

diperbuat daripada kulit pokok kepong, lantai diperbuat daripada buluh. Atap pula
diperbuat daripada bertam atau cucuh. Kebanyakan rumah di kampung Pian sudah
berubah kepada rumah batu dan beratap zink. Balai adat pula merupakan tempat
kaum Jahut melakukan aktiviti dan acara secara beramai-ramai. Contohnya, kenduri-
kendara, mesyuarat, sewang dan lain-lain lagi.

Rajah 4 Kegiatan mengail ikan di anak sungai.

101
MELAYU: JURNAL ANTARABANGSA DUNIA MELAYU JILID 13 BIL. 1 JANUARI 2020

Orang Jahut juga melakukan aktiviti kraf tangan seperti mengukir patung. Setiap
patung mempunyai lambang tertentu. Sejarah patung ini bermula daripada cerita
jampi yang dilakukan oleh bomoh. Semasa berjampi bomoh menyebut tentang
pelbagai jenis hantu seperti hantu rimba, hantu laut dan sebagainya. Jadi orang Jahut
membayangkan hantu-hantu itu dan mengukirnya dalam bentuk patung dengan
menggunakan kayu.

PERUBATAN

Jampi
Sebelum perkhidmatan perubatan moden diperkenalkan, bomoh atau puyang
memainkan peranan penting dalam perubatan tradisi dengan menggunakan daun
dan akar kayu. Puyang akan menjampi pesakit berkenaan di samping menetapkan
beberapa pantang agar penyakit akan pulih segera. Jampi ialah ayat-ayat yang dibaca
bagi sesuatu tujuan. Jampi ini selalunya digunakan untuk pelbagai jenis penyakit
atau tujuan lain. Walapun orang Jahut tidak beragama Islam tetapi dalam membaca
jampi bomoh menggunakan ayat permulaan seperti bismillah dan berakhir dengan
ayat berkat kata aku kata Allah Laillah. Orang asli Jahut percaya setiap penyakit
ada penunggu dan hantunya, dan boleh dihalau dengan jampi serapah. Perkhidmatan
jampi dikenakan pengeras yang ditetapkan oleh puyang mengikut kemampuan yang
dipersetujui. Antara pengerasnya yang dikenakan ialah berbentuk wang.
Penggunaan tongkat ali diamalkan untuk membuang angin dan menguatkan
tenaga batin. Penggunaan akar kayu kacip fatimah pula diamalkan untuk mengecutkan
rahim perempuan yang baru bersalin.

Sewang
Sewang ialah upacara perubatan yang dilakukan dalam masyarakat Jahut di kampung
Pian. Pada masa dahulu sewang dipanggil miksoi yang bermaksud berubat orang
sakit yang menggunakan jampi dan bacaan tertentu. Menurut Dung bin Regak, iaitu
bomoh masyarakat orang Jahut sewang terdiri daripada dua jenis, iaitu sewang terang
dan sewang gelap. Kedua-dua sewang ini digunakan untuk perubatan dan mencari
semangat. Walau bagaimanapun, terdapat beberapa perbezaan antara kedua-dua
sewang.

102
SEJARAH, ADAT DAN WARISAN ORANG ASLI JAHUT DI PAHANG

Rajah 4 Puyang Dung bin Rengak


menunjukkan perhiasan sewang.

Sewang Terang
Sewang ini bertujuan untuk mengubati sakit-sakit biasa seperti demam, sakit badan
dan lain-lain lagi. Upacara ini diketuai oleh seorang bomoh dan terdapat beberapa
pengikut yang menari dan menghentak buluh. Setiap gerak tarian mempunyai maksud
yang tertentu. Sewang terang boleh dilakukan pada waktu siang dan malam dengan
memasang lampu atau pelita.

Sewang Gelap
Sewang gelap hanya dilakukan pada waktu malam tanpa sebarang cahaya. Bomoh
mengetuai upacara sewang dan pengikut-pengikutnya hanya duduk tanpa melakukan
apa-apa gerakan dan tarian. Sewang ini hanya dilakukan untuk mengubati sakit teruk.
Upacara sewang hanya boleh dilakukan apabila ada orang sakit dan tidak boleh
dilakukan sewenang-wenangnya. Hal ini disebabkan dalam upacara sewang bomoh
akan berinteraksi dengan jin untuk mengubati pesakit supaya sembuh. Bomoh

103
MELAYU: JURNAL ANTARABANGSA DUNIA MELAYU JILID 13 BIL. 1 JANUARI 2020

sebagai jurubahasa atau dalam bahasa Jahut disebut pengening. Semasa berubat
bomoh akan menjadi sebahagian daripada jin dan sebahagian manusia. Jin akan
duduk di belakang bomoh.
Terdapat banyak lagu sewang dalam masyarakat Jahut antaranya termasuklah
Lompat Noh, Hulubalang, Amboi-Amboi, Barau, Bertam, Palas dan lain-lain lagi.
Menurut bomoh Dung lirik lagu sewang ini menggunakan campuran bahasa Jahut,
bahasa Melayu dan bahasa Tuman. Pada masa kini upacara sewang jarang dilakukan
kerana masyarakat Jahut telah menggunakan perkhidmatan moden di hospital dan
klinik. Bomoh di kampung Jahut juga hanya tinggal dua orang sahaja.

Perhiasan dan Pakaian Sewang


Bomoh dan pengikut-pengikutnya bebas memakai apa-apa sahaja pakaian semasa
melakukan upacara sewang. Mereka hanya perlu memakai barang perhiasan seperti
cincong, bahol, dan saman. Cincong diperbuat daripada kulit kayu dan berbau wangi.
Bahol pula diperbuat daripada daun lebak dan saman diperbuat daripada daun palas
yang berbentuk seperti sisik naga. Batang buluh juga digunakan dalam upacara ini.
Puyang Dung Bin Regak merupakan penduduk yang tertua di Kampung Pian.
Beliau juga digelar tok janggut dan tok muda dalam kalangan penduduk kampung
Pian. Gelaran ini diberikan disebabkan semasa muda lagi beliau telah menjadi
bomoh di kampung Pian. Beliau juga menjadi rujukan penduduk kampung Pian
terutamanya dalam hal adat resam dan budaya kaum Jahut. Ilmu dan pengetahuan
beliau sangat penting kepada generasi muda agar mereka tidak melupakan identiti
dan tradisi turun-temurun kaum Jahut. Puyang Dung mempunyai lima orang anak
dan tiga orang cucu. Selain menjadi puyang, beliau juga bekerja sendiri seperti
penduduk kampung yang lain.

Puyang atau Bomoh


Masyarakat Jahut mempercayai puyang atau bomoh bukan sahaja berperanan untuk
mengubati penyakit. Kelebihan dan ilmu yang luar biasa pada dirinya menyebabkan
dia dihormati dan disegani oleh kaumnya. Puyang kebiasaannya orang yang sudah
tua. Antara kelebihan puyang ialah dapat membantu mencari orang yang hilang
dan sesat di dalam hutan. Puyang juga boleh mengelakkan hujan daripada turun
mengikut tempoh yang dikehendakinya. Apabila seseorang dipatuk ular, puyang
boleh memanggil ular tersebut supaya menghisap bisanya semula. Puyang juga
mempunyai kelebihan bermain dan menjinakkan ular.

104
SEJARAH, ADAT DAN WARISAN ORANG ASLI JAHUT DI PAHANG

Selain itu, puyang memainkan peranan penting menentukan sama ada sesuatu
kawasan itu sesuai atau tidak untuk dijadikan perkampungan. Kriteria utama
pemilihan kampung ialah kawasan yang berhampiran dengan sungai atau pancur
air. Sebelum membina rumah, puyang akan menentukan sama ada tapak rumah itu
baik atau tidak. Kaum Jahut percaya jika tapak rumah tidak baik penghuninya akan
mudah ditimpa penyakit. Pembahagian tapak rumah atau kawasan ditentukan oleh
ketua keluarga dan batin.
Di Kampung Pian, puyang Dung mempunyai keris dan lembing turun-temurun.
Kedua-dua senjata ini berumur kira-kira 600 tahun, iaitu sejak enam generasi lalu.
Menurut Puyang Dung nenek moyangnya pernah menggunakan lembing tersebut
untuk membunuh gajah. Kini, senjatan tersebut hanya digunakan untuk menjaga
rumah dan pelindung daripada bencana. Pemiliknya tidak boleh menggunakan
senjata ini untuk tujuan membunuh. Pemilihan keris juga mempunyai cara tertentu,
iaitu dengan mengira pangkal keris hingga ke hujung keris dengan pengiraan satu
hingga sepuluh menggunakan ibu jari. Jika pengiraan pangkal keris hingga hujung
keris lapan dan lima maka itu adalah petanda tidak baik. Lapan bermaksud makan ke
tuan manakala lima bermaksud miskin.
Pada zaman pemerintahan British dan pemerintahan Jepun terdapat seorang
puyang yang bernama pawang Nong. Pawang Nong adalah pawang yang sangat
terkenal dan namanya diingati sehingga kini kerana ilmu dan kehebatan beliau.
Sepanjang pemerintahan kuasa luar ke Malaysia, Hulu Ceka, iaitu tempat tinggal
pawang Nong tidak pernah dimasuki oleh mereka. Hal ini disebabkan kuasa dan ilmu
yang ada pada pawang Nong menyebabkan pihak penjajah tidak dapat memasuki
kawasan beliau.
Tok Panglima Hitam Putih juga terkenal dengan kekebalannya. Walaupun
direndam dan dibakar dia masih lagi hidup seperti biasa. Tok Panglima Hitam
Putih ialah moyang kepada Puyang Dung, iaitu bomoh masyarakat Jahut hari ini.
Sungai kecil berdekatan Pian, iaitu sungai Periuk dipercayai tempat bercukur Datuk
Bahaman dan Mat Kilau suatu masa dahulu.
Selain orang tua, puyang juga berfungsi sebagai cekmol, iaitu tukang cerita.
Tukang cerita biasanya cerdik, bijak, mengetahui mempunyai ilmu yang banyak
tentang sejarah, asal usul, cerita dongeng dan mitos kaumnya. Kehilangan cekmol
akan menyebabkan sesuatu kaum itu kehilangan tradisi dan adat mereka.
Puyang mewariskan ilmu kepada anak lelaki dan kepada sesiapa yang
berkeinginan untuk belajar dengan mengenakan pengeras tertentu. Ilmu yang diajar
kebiasaannya tidak diajar seratus peratus. Oleh sebab itu, puyang generasi sekarang
tidak dapat menandingi ilmu puyang pada generasi sebelumnya.

105
MELAYU: JURNAL ANTARABANGSA DUNIA MELAYU JILID 13 BIL. 1 JANUARI 2020

Ubat dan Herba Tradisional


Generasi terdahulu masyarakat Jahut mencari ubat di dalam hutan. Setiap daun dan
pokok dapat mengubati pelbagai jenis penyakit. Antara tumbuh-tumbuhan yang
boleh dijadikan ubat ialah daun pelongkah, daun pengiring, akar jetai, tongkat ali,
kacip fatimah dan daun misai kucing.
Daun pelongkah dan pengiring dapat mengubati batuk. Akar jetai yang dipanggil
mingkok dalam bahasa Jahut pula dapat menyembuhkan luka. Akar ini bergetah
seperti susu. Tongkat ali pula digunakan untuk mengubati cirit birit. Menurut bomoh
Dung tongkat ali yang tidak dicampur dengan ramuan lain akan menjadi racun.
Untuk menjadi ubat tongkat ali harus dicampur dengan apa-apa ramuan seperti teh
atau kopi. Kacip fatimah pula berfungsi untuk mengecutkan rahim wanita yang baru
bersalin. Misai kucing berfungsi untuk menyembuhkan sakit sendi dan badan.

MASAKAN DAN MAKANAN TRADISI


Masakan tradisi orang Jahut ialah ikan, ubi, keledek, labu dan sayur-sayuran seperti
bayam, pucuk paku serta pucuk ubi. Kebiasaannya ikan dimasak dibalut dengan
daun gesang atau daun pisang. Kemudian barulah dibakar atas api. Ikan yang dibalut
dalam daun dan dibakar ini dipanggil cak` am. Ubi, keledek, labu pula dibakar atau
direbus. Menurut Santi Binti Harun kini, masakan orang Jahut kebanyakan sama
dengan masakan Melayu seperti sambal ayam, gulai bersantan yang dimakan dengan
nasi. Orang Jahut juga mempunyai pantang larang dari segi makanan. Mereka
percaya ada makanan yang tidak boleh dimakan serentak. Contohnya, terung tidak
boleh dimasak dengan telur ayam.

KESIMPULAN
Kesimpulannya, kajian ini mengupas isu khususnya berkaitan kebudayaan
masyarakat Orang Asli Jahut yang unik yang mana semakin kurang diketahui,
dipelajari dan diamalkan oleh generasi mereka sendiri. Kajian ini juga membolehkan
hasil penyelidikan dapat digunakan sebagai rujukan bagi pengkaji lain yang ingin
membuat kajian berkaitan suku kaum Jahut yang tinggal di Kuala Krau, Kedah.
Selain itu, kajian ini juga penting untuk pendokumentasian kerana boleh menjadi
rujukan masyarakat dan juga para penyelidik yang berminat untuk mengkaji tentang
komuniti orang Asli dan kebudayaan mereka. Selain kajian ini juga berpotensi
mengembangkan dan memantapkan lagi bidang ilmu kebudayaan orang Asli. Hal ini
kerana, budaya orang Asli umumnya, dilihat semakin hilang dan terhakis akibat arus
pemodenan dan globalisasi yang berlaku pada masa kini.

106
SEJARAH, ADAT DAN WARISAN ORANG ASLI JAHUT DI PAHANG

RUJUKAN
Abdul Talib Bon. (2003). Kenali Kami Masyarakat Orang Asli di Malaysia. Batu Pahat:
Kolej Universiti Tun Hussein Onn
Alias, A. (2012). Pada Suatu Masa Di Pos Gob, Ulu Kelantan,Gua Musang: Nilai
Kehidupan Tradisi Masyarakat Orang Asli Temiar. Regional Conference on 188 Values
and Humanities (RECOVH) 2012. Kota Bharu : Universiti Malaysia Kelantan. Tidak
diterbitkan.
Alina Othman. (1991). Penggunaan Sumber Tumbuhan dalam KehidupanMasyarakat Jah
Het di Lembah Krau, Temerloh, Pahang. Tesis Sarjana. Universiti Kebangsaan Malaya.
Baktiar bin Kasbi. (1984). Tradisi Sosial Masyarakat Jah Het Di Kuala Krau, Pahang:
Satu Kajian Etnografis. Tesis Sarjana Muda. Jabatan Antropologi dan Sosiologi. Bangi:
Universiti Kebangsaan Malaysia
Carey. (1976). Orang Asli: The Aboriginal Tribes of Peninsular Malaysia. Kuala Lumpur:
Oxford University Press.
Collin ,Nicholas (2000).The Orang Asli and the Contest for Resourses.. Indigenous politics,
Development and Identity in Peninsular Malaysia. Copenhagen: International Work
Group for Indigenous Affairs.
Couillard. (1980). Tradition in Tension: Carving in Jah Hut Community. Penang: Penerbit
Universiti Sains Malaysia.
Creswell, J. W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design, Chosing Among Five
Traditions. Thousand Oaks, CA: Sage.
Hunt A.W. (1952). An Introduction to the Malayan Aborigines. Kuala Lumpur: Government
Printers.
Ivor, H. N. Evans. (1968). The Negritos of Malaya. Frank Cass & Co Ltd.
Jabatan Hal Ehwal Orang Asli. (2002). Kehidupan, Budaya dan Pantang Larang Orang
Asli. Kuala Lumpur: Penerbitan Jabatan Hal Ehwal Orang Asli.
Jabatan Kemajuan Orang Asli. (2011). Pelan Strategik Kemajuan Orang Asli. Kuala Lumpur.
Penerbitan Jabatan Kemajuan Orang Asli Malaysia.
Jabatan Kemajuan Orang Asli. (2016). Pelan Strategik Kemajuan Orang Asli. Kuala Lumpur.
Penerbitan Jabatan Kemajuan Orang Asli Malaysia.
Jabatan Warisan Negara. (2008). 50 Warisan Kebangsaan. Jabatan Warisan Negara. Kuala
Lumpur.
Jasman Ahmad. (1997). Masyarakat Orang Asli (Siri Kebudayaan Masyarakat Malaysia).
Melaka: Associated Education Distributor (M) Sdn. Bhd.
Jimin Idris. (1972). A Brief Note of the Orang Asli of Peninsular Malaysia and their
Administration. Kuala Lumpur: JHEOA.
Jimin Idris dan Ramlee Abdullah. (1993). Semaq Beri Komuniti Orang Asli di Terengganu.
Kuala Terengganu: Pencetakan Yayasan Islam Terengganu Sdn. Bhd.
Juli Edo. (1998). Claiming Our Ancestor’s Land- An Ethnohistorical Study of Sen- Oi Land
Rights in Perak Malaysia. Tesis Doktor Falsafah. Australian National University.

107
MELAYU: JURNAL ANTARABANGSA DUNIA MELAYU JILID 13 BIL. 1 JANUARI 2020

Hassan Mat Nor. (2000). Pendidikan dan Masa Depan Orang Asli. Rahimah Abdul Aziz dan
Mohamed Yusoff Ismail (Eds.). Masyarakat, Budaya Dan Perubahan. Bangi: Penerbit
Universiti Kebangsaan Malaysia.
Linehan. (1973). History of Pahang. Kuala Lumpur: Malaysian Branch off The Royal
Asiatic Society
Mat Jidin Ahmad. (1994). Sastera Rakyat dalam Masyarakat Orang Asli. Latihan Ilmiah.
Universiti Putra Malaysia.
Mohd Sharifudin Yusop. (2006). “Kelestarian Akar Melayu Glokal: Tinjauan Terhadap
Bahasa Minoriti Orang Melayu Proto”, dalam Prosiding Persidangan Antarabangsa
Pengajian Melayu 2006: 2-23, Kuala Lumpur: Universiti Malaya.
Mohd Ainuddin Iskandar Lee Abdullah. (2003). Masyarakat Orang Asli di Semenanung
Malaysia. Zulhilmi Paidi dan Rohani Abdul Ghani (Eds.). Bentong, Pahang: Ts
Publications & Distributor Sdn Bhd.
Noraikha Binti Haji Mohd Isa. (1986). Proses Pertanian Malaysia Masyarakat Jah Het:
Kajian Kes Di Kg Sungai Kiul, Jerantut, Pahang. Tesis Sarjana Muda. Universiti
Kebangsaan Malaysia.
Rosley, N.A. (2009). Kajian Impak Pembangunan terhadap Komuniti Orang Seletar:
Kajian Kes di Kampung Simpang Arang, Johor Bahru (Tesis Sarjana tidak diterbitkan).
Universiti Kebangsaan Malaysia.
Sabitha Marican. (2006). Penyelidikan Sains Sosial: Pendekatan Pragmatik. Selangor:
Edusytem Sdn. Bhd
Sal Farina Kamaludin. (2003). Tradisi Lisan Berbentuk Cerita Suku Kaum Jahut di Kampung
Panderas, Temerloh, Pahang. Latihan Ilmiah Akademik Pengajian Melayu: Universiti
Malaya.
Scensul. (1999). Essential. Ethnographic Methods: Ethnographer’s Toolkit. New York:
Altamira Press
Skeat, W.W. Blagden, C.O. (1906). Pagan Races of the Malay Peninsula. Vol. i & ii.
London: Macmillan and Co.
Yatim. O. (2005). Pembudayaan Muzium, Pelestarian, Warisan dan Pembinaan Bangsa.
November 18, 2005. Universiti Malaysia.

Tarikh Peroleh (received): 4 April 2019


Tarikh Terima (accepted): 24 September 2019

108

You might also like