You are on page 1of 14

Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 24 No.

1 Tahun 2022
journal homepage: https://jmb.lipi.go.id/jmb

SURUTNYA TRANSPORTASI SUNGAI DI BANJARMASIN


KALIMANTAN SELATAN DAN PERMASALAHANNYA

DECLINING OF RIVER TRANSPORTATION IN BANJARMASIN


SOUTH KALIMANTAN AND THE PROBLEMS

Masyhuri Imron; Sudiyono


Peneliti pada Pusat Riset Masyarakat dan Budaya Badan Riset dan Inovasi Nasional (PMB-BRIN)
mr_hoeng@yahoo.com; sudiyono.suwito@gmail.com

ABSTRACT
As a city with many rivers, people’s lives in Banjarmasin mostly depends on rivers. Besides the social and
economic functions, rivers are also used to support transportation activities. Nevertheless, despite the people’s
dependence nowadays river transportation has been declined. In this regard, this paper describes the causes of
declining river transportation, local government’s (Banjarmasin City Government’s) policies to revitalize the
rivers and their functions. Findings show that the decline of river transportation is resulted from the development
of land transportation, that has led many people switched modes of transportation. Moreover, declining of river
transportation also caused by changing river conditions related with silting up and constriction. Nevertheless,
river transportation is still needed by some people in the hinterland. To revive river transportation, the local
government has implemented two programs, namely river-based tourism and rivers management that support the
river transportation system. This paper is based on the results of qualitative research about people shipping in
Banjarmasin, and data was analyzed in descriptive analysis.
Keywords: People’s Transportation; River Transportation; Transportation Revitalization; Government policy

ABSTRAK
Sebagai kota yang memiliki banyak sungai, kehidupan masyarakat Banjarmasin banyak tergantung pada sungai.
Selain memiliki fungsi sosial dan ekonomi, sungai juga digunakan untuk kegiatan transportasi. Walaupun pada
asalnya mobilitas masyarakat tergantung pada transportasi sungai, namun perkembangannya saat ini transportasi
sungai mulai berkurang. Berkaitan dengan itu, tulisan ini menjelaskan tentang penyebab surutnya transportasi sungai
dan upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah daerah untuk revitalisasi transportasi sungai. Namun sebelum
membahas hal tersebut, akan dijelaskan pula kondisi transportasi sungai saat ini. Hasil kajian menunjukkan bahwa
surutnya transportasi sungai banyak diakibatkan oleh perkembangan transportasi darat, sehingga banyak masyarakat
yang beralih moda transportasi. Selain itu surutnya transportasi sungai juga diakibatkan oleh perubahan kondisi
sungai yang banyak mengalami pendangkalan dan penyempitan. Meskipun demikian transportasi sungai masih
banyak dibutuhkan oleh sebagian masyarakat di wilayah pedalaman. Untuk menghidupkan transportasi sungai,
dua hal dilakukan oleh pemerintah daerah, yaitu mengembangkan pariwisata berbasis sungai dan melakukan
pengelolaan sungai yang menunjang sistem transportasi sungai. Tulisan ini berdasarkan hasil penelitian kualitatif
tentang pelayaran rakyat di Banjarmasin serta analisis data dilakukan secara deskriptif.

Kata Kunci: Pelayaran Rakyat; Transportasi Sungai; Revitalisasi Pelayaran; Kebijakan Pemerintah

PENDAHULUAN
Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan sering besar, sungai sedang, dan sungai kecil. Di
disebut sebagai Kota Seribu Sungai atau Kota Air, wilayah ini terdapat tiga sungai besar yaitu
karena memiliki banyak sungai di wilayah kota Sungai Barito, Sungai Martapura, dan Sungai
seluas 72 km2 itu.1 Sungai-sungai di Banjarmasin Alalak, 45 sungai sedang, dan 54 sungai kecil,
dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu sungai sebagaimana disebutkan dalam Kota Banjarmasin
1 Kota Banjarmasin juga disebut Kota Kepulauan karena dalam Angka (BPS, 2016). Selain sungai, di
di wilayah Banjarmasin juga terdapat pulau-pulau kecil Banjarmasin juga banyak terdapat sungai buatan
yang jumlahnya sekitar 25 pulau (Abidin, 2016: 23;
Hartiningsih, 2018: 153).

DOI: 10.55981/jmb.1276 1
Naskah Masuk: 16/2/2021 Revisi akhir: 16/2/2022 Diterima: 23/2/2022
ISSN 1410-4830 (print) | e-ISSN 2502-1966 (online) | © 2022 The Author(s). Published by BRIN Publishing.
This is an open access article under the CC BY-NC-ND license (http://creativecommons.org/licenses/by-nc-
nd/4.0/).
Masyhuri Imron; Sudiyono

atau kanal yang disebut anjir, handil, dan saka panjang tersebut menghasilkan pemusatan
(Rochgiyanti, 2011: 53).2 permukiman penduduk di tepi-tepi sungai, yang
Kebudayaan suatu masyarakat sangat dalam perkembangannya telah menghasilkan
terkait dengan lingkungan geografisnya. Begitu kebudayaan sungai.
pula kebudayaan masyarakat di Banjarmasin, Kondisi geografis yang dikelilingi sungai
juga merupakan produk dari adaptasi ekologis mengakibatkan ketergantungan masyarakat
wilayah Banjarmasin yang berupa sungai, terhadap sungai sangat tinggi. Hasil dari proses
daerah rawa pasang surut, dan hutan rimba yang adaptasi terhadap sungai menjadikan sungai
mengitarinya. Menurut Abbas (2018:354), sungai bukan hanya sebagai sumber air, tetapi juga
di Banjarmasin mengandung falsafah hidup memiliki fungsi ekonomi sebagai tempat untuk
orang Banjar sehingga tercipta istilah-istilah mencari ikan, dan berjualan, serta memiliki fungsi
kemasyarakatan yang terkait dengan sungai, sosial, yaitu sebagai tempat untuk berinteraksi
seperti kayuh baimbai yang berarti mendayung para warga (Rochgiyanti, 2011: 53). Oleh karena
secara bersama-sama, yang kemudian menjadi itu, bagi masyarakat Banjarmasin sungai menjadi
moto Kota Banjarmasin. Ungkapan ini selain orientasi hidup dan identitas diri. Dikatakan
sesuai dengan konteks wilayah Banjarmasin sebagai orientasi hidup karena banyak kegiatan
sebagai kota seribu sungai, juga memiliki dilakukan di sungai. Adapun sungai sebagai
pesan sebagai sikap kegotongroyongan dan identitas diri direfleksikan dengan menyebut
kebersamaan untuk mencapai tujuan bersama.3 beberapa perkampungan dengan nama-nama
Menurut Idwar dkk. (1982: 13), permukiman sungai yang melintas, seperti Kampung Kuin,
Banjarmasin yang berada di tepian sungai juga Kampung Alalak, Desa Sungai Kupang, dan
terbentuk sebagai hasil proses sejarah, yang Desa Sungai Nipah.4 Proses adaptasi terhadap
dipengaruhi oleh kondisi geografis sekitarnya. sungai juga memunculkan beberapa bentuk
Sungai merupakan faktor utama lalu lintas kebudayaan sungai, seperti rumah panggung
dan pengangkutan, urat nadi ekonomi, sarana di tepi sungai, keterampilan membuat perahu,
penyebaran budaya, wilayah kekuasaan keraton, pembuatan kanal air (anjir, handil, saka), pasar
serta wilayah kekuasaan penjajahan Hindia terapung, penggunaan rakit dari bambu, dan
Belanda sejak abad ke-17 sampai 19. Proses sistem kepercayaan tertentu yang terkait dengan
sungai.5
2 Anjir adalah kanal yang berupa saluran primer,
Sebagai proses adaptasi terhadap lingkungan
yang menghubungkan dua sungai. Selain
digunakan untuk irigasi, anjir juga digunakan sungai, masyarakat juga menggunakan sungai
untuk transportasi. Berbeda dengan anjir, handil sebagai prasarana transportasi. Hal itulah yang
merupakan saluran sekunder, dan bermuara di mendorong munculnya sarana transportasi
anjir. Oleh karena itu ukurannya lebih kecil. tradisional yang digunakan oleh masyarakat
Handil berfungsi untuk irigasi pertanian, dan Banjarmasin, terutama mereka yang berada
dimiliki oleh kelompok. Adapun saka merupakan
di kawasan sekitar sungai. Sarana transportasi
kanal dengan ukuran yang paling kecil, yang
berfungsi menyalurkan air dari handil. Saka tradisional melalui sungai ini bukan hanya
umumnya dimiliki oleh keluarga (Subiyakto, 2010. 4 Wajidi, 2012. Orang Banjar dan Budaya Sungai, dalam
Budaya Material Masyarakat Banjar dalam https:// https://bubuhanbanjar.wordpress.com/2012/11/12/
subiyakto.wordpress.com/2010/04/30/budaya- orang-banjar-dan-budaya-sungai/dan Ilmu Pendidikan
material-masyarakat-banjar). Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
3 Selain Kayuh Baimbai, ungkapan lain yang memiliki 5 Sistem kepercayaan itu misalnya dapat dilihat pada
pesan kegotongroyongan masyarakat Banjar yaitu kepercayaan masyarakat sekitar Sungai Kuin bahwa
gawi sabaratan, yang berarti kegotongroyongan wilayahnya dijaga oleh seekor buaya putih, yang
dalam mengerjakan kepentingan masyarakat (ihat bersemayam di Sungai Kuin. Buaya itu diyakini
Abbas, 2018. Kehidupan Sungai Masyarakat Kuin sebagai buaya keramat, maka pada waktu-waktu
Kota Banjarmasin. Makalah dipresentasikan pada tertentu dilaksanakan ritual yang disebut malabuh,
Seminar Nasional Pendidikan IPS, Universitas yaitu memberi sesaji kepada buaya (Rochgiyanti,
Lambung Mangkurat, Banjarmasin, 20 April 2018). 2011: 57).

2 Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 24 No. 1 Tahun 2022, hlm. 1–14
SURUTNYA TRANSPORTASI SUNGAI DI BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN DAN PERMASALAHANNYA

digunakan untuk transportasi di wilayah sebagian masyarakat Banjarmasin, terutama yang


Banjarmasin, melainkan juga sampai ke wilayah tinggal di wilayah pedalaman yang lokasinya
pedalaman Kalimantan Selatan dan Kalimantan berdekatan dengan sungai, masih memiliki
Tengah. ketergantungan yang tinggi terhadap transportasi
Menurut Soesilowati (2013: 19), penggunaan sungai. Tulisan ini menjelaskan surutnya
sungai sebagai prasarana transportasi yang pelayaran sungai di Banjarmasin, faktor yang
mendukung aktivitas ekonomi dan sosial itu sudah menjadi penyebab surutnya pelayaran sungai,
terjadi sejak zaman dahulu. Jaringan sungai telah dan upaya yang sudah dan perlu dilakukan untuk
menjadi urat nadi perekonomian penduduk karena revitalisasi pelayaran sungai di Banjarmasin.
sebagian besar aktivitas ekonomi dilakukan Tulisan ini didasarkan pada hasil penelitian
melalui sungai. Perahu dalam berbagai bentuknya yang dilakukan pada tahun 2017 tentang pelayaran
seperti jukung atau klothok merupakan sarana rakyat di Banjarmasin. Penelitian menggunakan
transportasi air yang sangat vital bagi kehidupan pendekatan kualitatif dan pengumpulan data
masyarakat, terutama mereka yang tinggal di dilakukan melalui wawancara dengan beberapa
sekitar aliran-aliran sungai. Hal yang sama juga informan, seperti nakhoda kapal, awak buah
dikemukakan oleh Subiyakto6. Menurutnya, kapal, pembuat perahu, pemilik perahu, dan
dari awal tumbuhnya kota hingga tahun 1950-an pejabat dari instansi terkait, seperti Lalu Lintas
perahu menjadi alat transportasi utama di Kota Angkutan Laut dan Usaha Kepelabuhanan
Banjarmasin yang menghubungkan kampung- Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan
kampung dan pasar. Sebagian besar lokasi pasar (KSOP) Banjarmasin, Dinas Perhubungan
berada di tengah sungai dan pedagangnya berada Kota Banjarmasin, dan Dinas Pariwisata Kota
di atas perahu. Banjarmasin. Analisis data dilakukan secara
Begitu pentingnya transportasi sungai deskriptif.
bagi masyarakat Banjarmasin, Subiyakto
sebagaimana dikutip oleh Rochgiyanti (2011: KONDISI TRANSPORTASI SUNGAI
53) telah membuat deskripsi historis mengenai DI BANJARMASIN SAAT INI
fungsi integratif pelayaran sungai terhadap Data yang diperoleh dari kantor KSOP
perekonomian Kalimantan Selatan pada masa Banjarmasin menunjukkan beberapa jenis
lalu. Menurutnya, pelayaran sungai merupakan angkutan sungai yang digunakan di Banjarmasin,
suatu cara perhubungan dan pengangkutan yaitu motor getek, tugboat, speedboat, LCT
yang sangat diandalkan masyarakat. Hubungan (Landing Craft Tank), SPOB (Self Propelled Oil
antartempat atau kontak antarpenduduk hanya Barge), tongkang, kapal motor dan kapal ferry.7
dapat berlangsung melalui cara melayari jalur- Meskipun demikian yang digunakan untuk
jalur air, seperti sungai, terusan, danau, perairan transportasi masyarakat hanya ada beberapa,
pantai, dan selat. yaitu motor getek, speedboat, kapal motor, dan
Dalam perkembangannya saat ini, kapal ferry.
penggunaan sungai sebagai prasarana transportasi Motor getek dibedakan menjadi dua jenis,
mulai menyusut, yang ditengarai dengan yaitu jukung dan klothok. Selain sebagai sarana
beralihnya sebagian masyarakat dari penggunaan perhubungan dan perdagangan, jukung juga
transportasi air ke transportasi darat. Transportasi digunakan sebagai sarana transportasi untuk
sungai kini bukan lagi pilihan masyarakat di
Kota Seribu Sungai. Dalam kurun waktu 20 7 Tugboat misalnya, digunakan untuk menarik atau
tahun terakhir, peranan sungai sebagai urat nadi mendorong kapal lainnya. Tongkang digunakan untuk
transportasi sudah digantikan oleh berbagai jenis mengangkut barang yang ditarik menggunakan kapal
moda transportasi darat. Meskipun demikian, tunda (tugboat). LCT adalah kapal pendarat untuk
mendaratkan muatan di perairan dangkal. Adapun SPOB
adalah kapal yang menggunakan tongkang yang ditarik
6 Subiyakto, 2010. Budaya Material Masyarakat Banjar, oleh kapal tunda. Kapal-kapal ini hanya digunakan
dalam https://subiyakto.wordpress.com/2010/04/30/ di sungai besar, seperti Sungai Barito dan Sungai
budaya-material-masyarakat-banjar/ Martapura.

Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 24 No. 1 Tahun 2022, hlm. 1–14 3
Masyhuri Imron; Sudiyono

mencari ikan di sungai, danau, ataupun rawa- Speedboat menggunakan motor tempel
rawa. Jukung dibedakan menjadi tiga jenis, dengan kekuatan mesin yang lebih tinggi,
yaitu jukung sudur, jukung patai, dan betambit.8 rata-rata 200 PK bahkan bisa mencapai 400 PK
Hingga saat ini jukung masih bertahan, namun (Yuliyana, 2007: 83). Berbeda dengan jukung
keberadaannya semakin berkurang. Saat ini dan klothok yang badannya dibuat dari kayu,
jukung masih dapat ditemui di pasar terapung speedboat dibuat dari fiberglass. Sesuai namanya,
Muara Kuin yang terletak di Sungai Barito. speedboat merupakan angkutan cepat, dengan
Di pasar tradisional itu masih banyak terdapat barang bawaan terbatas. Speedboat masih dapat
jukung yang digunakan sebagai pasar terapung. disebut sebagai kapal tradisional, karena dikelola
Walaupun jukung masih dapat bertahan sampai oleh masyarakat. Menurut seorang pembuat kapal
sekarang, namun ada yang sudah berubah bentuk cepat, keberadaan speedboat juga mengalami
menjadi perahu klothok yang digunakan sebagai penurunan. Pada tahun 1980-an pesanan yang
alat transportasi wisata menelusuri sungai Barito. diterima sampai 30 unit dalam satu bulan,
Berbeda dengan jukung yang tergolong sekarang hanya tinggal sekitar 3 unit dalam satu
ramah lingkungan karena selain terbuat dari kayu bulan. Selain speedboat, kapal cepat lainnya
juga tidak menggunakan bahan bakar minyak, yang digunakan oleh masyarakat yaitu longboat.
perahu klothok menggunakan motor sebagai Walaupun sama-sama sebagai kapal cepat,
penggerak. Pada saat ini klothok merupakan sarana namun longboat memiliki bentuk lebih panjang
transportasi yang paling populer di Banjarmasin. dan memuat penumpang lebih banyak. Namun
Klothok banyak terdapat di lokasi wisata Siring karena ukurannya lebih panjang, kecepatannya
Tendean, digunakan wisatawan untuk menyusuri lebih lambat dibandingkan speedboat.
sungai dan menikmati pemandangan di sepanjang Jenis perahu tradisional lainnya yang
sungai. Perahu klothok juga masih banyak digunakan masyarakat yaitu kapal motor, yang
digunakan masyarakat Banjar untuk mencapai disebut juga bus air. Berbeda dengan jenis yang
suatu tujuan, terutama mereka yang tinggal di lain, bus air menggunakan mesin dalam, dengan
daerah pedalaman. kekuatan sekitar 100 PK. Bus air ada yang
Perahu klothok dan jukung juga banyak satu lantai dan ada yang dua lantai, sehingga
digunakan di pasar terapung, yang merupakan ciri bisa mengangkut banyak penumpang. Selain
khas Kalimanatan Selatan. Klothok digunakan mengangkut penumpang, bus air juga digunakan
oleh pengunjung menuju pasar terapung, untuk mengangkut barang. Sebagai angkutan
sedangkan jukung banyak digunakan oleh jarak jauh, bus air yang melewati hulu Sungai
masyarakat untuk membawa dan menjual barang Barito ini dilengkapi dengan tempat tidur dan
dagangan seperti sayur-sayuran, buah-buahan, kantin. Bus air juga dilengkapi perahu motor
dan makanan tradisional. Di atas perahu inilah tempel atau perahu kecil, yang digunakan untuk
mereka melakukan transaksi jual beli. Masyarakat mengantar penumpang ke pinggir sungai. Bus
masih banyak yang melakukan transaksi dengan air merupakan bentuk sempurna sebuah kapal.
cara barter, seperti menukar hasil kebun dengan Badannya terbuat dari susunan papan ulin, dan
ikan, sayuran, atau bahan pangan lainnya.9 mesin yang digunakan memiliki daya yang lebih
besar. Pada bagian depan kapal terdapat geladak
8 Perbedaan ini lebih didasarkan pada cara pembuatannya. serta tempat kemudi untuk mengendalikan kapal.
Jukung sudur dibuat dari kayu bulat yang dibelah dua dan
dilubangi di tengahnya menyerupai lesung. Jukung patai Bagian tengahnya terdapat ruangan berlantai
juga dibuat dari kayu bulat, namun dinding lambungnya papan, yang digunakan untuk penumpang
dibuat agak tipis dan diberi kepala perahu pada haluan maupun barang. Di bagian bawah lantai juga
maupun buritannya. Adapun jukung betambit dibuat dari
susunan balok kayu dan papan tebal. terdapat ruangan untuk menyimpan barang.
9 Julianto, P. Arhando, 2017. Menjaga Tradisi Leluhur di Pada masa sekitar tahun 1980-an sampai
Pasar Apung Lok Baintan Kalimantan Selatan, dalam menjelang tahun 2000, bus air sangat populer
https://money.kompas.com/read/2017/03/29/122811826/
m e n j a g a . t r a d i s i . l e l u h u r. d i . p a s a r. a p u n g . digunakan di Sungai Barito, sehingga disebut
lok.baintan.kalimantan.selatan?page=all. taksi Barito. Kapal bertingkat dua itu dapat

4 Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 24 No. 1 Tahun 2022, hlm. 1–14
SURUTNYA TRANSPORTASI SUNGAI DI BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN DAN PERMASALAHANNYA

mengangkut ratusan orang. Menurut juru mudi (Kab. Barito Utara–Kalteng), Tamban (Barito
Pancar Mas II, dalam rentang tahun 1980-an Kuala), dan Catur (Kapuas–Kalteng)
sampai 1995 di Banjarmasin terdapat 30 unit 4. Pasar Lima, melayani trayek: Negara
bus air. Namun pada tahun 2016 tinggal tiga bus (Hulu Sungai Selatan), Tabunganen (Barito
air, bahkan saat ini hanya tinggal satu, yaitu bus Kuala), Tamban (Barito Kuala), Terusan
air Pancar Mas II yang beroperasi di Dermaga (Barito Kuala), Kolam Kiri (Barito Kuala),
Banjar Raya. Bus air yang berukuran 92 gross Kolam Kanan (Barito Kuala), Lupak Dalam
tonnage (GT) tersebut berangkat dari Dermaga (Kapuas–Kalteng), Batanjung (Kapuas–
Banjar Raya kota Banjarmasin ke Muara Teweh, Kalteng), Sei Telan (Barito Kuala) dan
Kalimantan Tengah. Dalam perjalan ke Muara Aluh-Aluh (Banjar)
Teweh, bus air banyak berhenti di beberapa tepian
5. Alalak, sebagai dermaga penyeberangan
sungai, untuk menurunkan atau pun menaikkan
hanya melayani trayek Jelapat (Barito
penumpang.10
Kuala).
Untuk mendukung transportasi sungai, di
Kota Banjarmasin terdapat 13 dermaga sungai. Dermaga Banjar Raya merupakan dermaga
Lima dermaga merupakan milik Pemerintah terbesar saat ini, yang terdiri dari dermaga
Kota Banjarmasin, yaitu Dermaga Alalak, penumpang dan dermaga barang. Pada tahun
Banjar Raya, Pasar Lima, Ujung Murung, Pasar 1990-an di pelabuhan Banjar Raya terdapat 40
Baru, serta delapan dermaga lainnya merupakan perahu, namun pada tahun 2017 menyusut menjadi
dermaga kecil yang diusahakan oleh masyarakat. tujuh perahu. Perahu di Banjar Raya memuat hasil
Dermaga-dermaga tersebut cukup ramai pada saat hutan terutama getah karet dari daerah pedalaman
menjelang hari raya Idul Fitri. Dermaga-dermaga Kalimantan Tengah (Puruk Cahu dan Muara
tersebut melayani para penumpang yang akan Tewe). Kembali dari Banjarmasin kapal memuat
berangkat ke desa-desa pedalaman, terutama yang sembilan bahan kebutuhan pokok (sembako),
letaknya di tepi sungai. Lima dermaga terbesar bahan material bangunan seperti semen, asbes,
tersebut sebagian besar melayani trayek ke seng, besi, kawat, pralon, dan tabung gas elpiji.
Kalimantan Tengah. Berdasarkan data dari Dinas Selain kapal barang, di pelabuhan Banjar
Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Raya juga terdapat angkutan penyeberangan
Banjarmasin, jaringan trayek angkutan sungai di berupa kapal kayu jurusan Banjarmasin–Tamban,
dermaga Alalak, Banjar Raya, Pasar Lima, Ujung Kabupaten Barito Kuala. Kapal kayu ini
Murung, dan Pasar Baru adalah sebagai berikut: berkapasitas 60 penumpang pada deck bawah,
1. Dermaga Banjar Raya, melayani trayek: dan muatan barang diletakkan pada deck atas.
Muara Teweh (Barito Utara–Kalteng), Pengguna angkutan penyeberangan ini pada
Puruk Cahu (Murung Raya–Kalteng), dan umumnya anak-anak sekolah, pedagang sayur
Sakakajang (Barito Kuala) dan PNS. Data tahun 2014 menunjukkan bahwa
di dermaga Banjar Raya terdapat sembilan kapal
2. Ujung Murung, melayani trayek: Bangkuang rakyat. Namun pada saat penelitian dilakukan,
(Barito Selatan–Kalteng), Pagatan Mendawai di Pelabuhan Pasar Banjar Raya hanya terdapat
(Kotim–Kalteng), Barambai (Barito Kuala), satu bus air yang sedang memuat barang yang
dan Mangkatip (Barito Selatan–Kalteng) akan dibawa ke Puruk Cahu dan Muara Tewe,
3. Pasar Baru, melayani trayek: Buntok (Ang. Kalimantan Tengah.
Barang–Kalteng), P. Cahu (Kab. Murung Berbeda dengan Banjar Raya, dermaga
Raya–Kalteng), Kab. Kapuas (Kalteng), Ujung murung kondisinya lebih sepi. Data yang
Maliku (Kab. Batola), Palingkau (Kab. dikeluarkan oleh Angkutan Sungai, Danau,
Batola), Mentangai (Kab. Batola), M. Teweh dan Penyebrangan (ASDP) menunjukkan
bahwa di dermaga Ujung Murung pada tahun
10 Dua bus air sebelumnya yaitu KM Delta Barito dan
KM Bahtera Barito masing-masing melayani rute
2016 terdapat sembilan kapal yang umumnya
Banjarmasin–Curuk Cahu dan Banjar Raya–Sakajang menuju ke wilayah Kalimantan Tengah, yaitu
(Barito Kuala)

Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 24 No. 1 Tahun 2022, hlm. 1–14 5
Masyhuri Imron; Sudiyono

masing-masing Mengkatip enam perahu dan PK yang dipasang di bagian kanan dan kiri pada
Bangkung dua perahu. Hanya satu perahu yang buritan kapal. Informasi dari seorang pemilik taksi
melayani wilayah Kalimantan Selatan, yaitu ke air, sebelum tahun 1990-an ketika perusahaan
Pagatan (Kantor Angkutan Sungai Danau dan perkayuan sedang jaya, jumlah taksi air di siring
Penyeberangan Banjarmasin, 2016). Meskipun Tendean mencapai ratusan. Namun sesudah itu
demikian pada saat penelitian hanya terdapat satu terjadi penurunan dan sekarang tinggal 17 unit.
perahu penumpang jurusan Pagatan, Sampit. Karena pengguna taksi air pada umumnya para
Dermaga Pasar baru yang lokasinya pekerja tambang, maka pengoperasian taksi air
bersebelahan dengan jembatan Antasari sepi ini juga sangat tergantung pada keberadaan usaha
penumpang. Data dari Kantor Angkutan Sungai tambang. Karena itu jika kelak usaha tambang
Danau dan Penyeberangan (ASDP) Kota habis, diperkirakan akan berakhir pula angkutan
Banjarmasin (2015) menunjukkan bahwa jumlah taksi air ini.
perahu yang beroperasi di dermaga Pasar Baru Berbeda dengan dermaga Pasar Lima,
pada tahun 2014 sebanyak 25 perahu, dengan dermaga Ujung Murung terlihat sepi, hanya
tujuan Buntok (Kalteng) dua perahu, Puruk terdapat satu perahu jenis longboat dengan
Cahu satu perahu, Kapuas (Kalteng) dua perahu, kapasitas 20 orang. Perahu ini khusus mengangkut
Kapuas Hulu dua perahu, Maliku satu perahu, penumpang dan angkutan barang ringan seperti
Palingkau tiga perahu, Tamban tujuh perahu, barang-barang elektronik dan pakaian. Perahu
Mentangai (Batola) satu perahu, Muara Tewe berangkat hari Sabtu pagi dari Banjarmasin, dan
tiga perahu, dan Catur (Kalteng) dua perahu. kembali lagi pada hari Rabu, kurang lebih sekali
Menurut Kepala Dermaga Pasar Baru, biasanya dalam seminggu. Perahu longboat ini melayani
penumpang baru meningkat 10 hari menjelang jurusan Banjarmasin–Pegatan, Sampit dengan
lebaran. waktu tempuh sekitar delapan jam.
Dermaga Pasar Lima merupakan salah Agak ke arah hulu dari pelabuhan Pasar
satu dermaga pendukung sektor pengangkutan Lima terdapat pelabuhan Sudi Mampir. Walaupun
dan pengembangan perekonomian perdagangan dulu pelabuhan Sudi Mampir tergolong paling
masyarakat yang cukup ramai di Banjarmasin. besar dan paling strategis, karena berada di
Dermaga Pasar Lima terletak di tepi Sungai depan pusat perbelanjaan, namun kini pelabuhan
Martapura. Di Pelabuhan Pasar Lima masih tersebut sudah kosong. Pusat perbelanjaan itu saat
ditemukan bus air jurusan Banjarmasin–Negara ini juga sudah tutup. Dermaga Alalak merupakan
yang sedang memuat sembako, antara lain terigu, pelabuhan penyeberangan dari Banjarmasin ke
supermi, telor, roti, minyak goreng, minuman, Jerapat (Barito Kuala). Kapal yang melayani
gula, dan bahan sembako lainnya. Di dermaga jalur ini yaitu kapal ferry yang dibuat dari kayu.
ini juga terdapat dua kapal klothok yang sedang Walaupun disebut kapal ferry namun kapal ini
berlabuh menunggu muatan barang. Dari arah tidak besar, dan selain memuat orang hanya bisa
Dermaga Pasar Lima naik ke hilir sedikit terdapat memuat motor.
beberapa perahu klothok jurusan Tabunganen,
Barito Kuala, dan Marabahan. Pada hari Minggu FAKTOR PENYEBAB SURUTNYA
penumpang cukup ramai, dengan membawa TRANSPORTASI SUNGAI
barang dagangan berupa sembako yang diambil
dari Pasar Lima. Sebelum infrastruktur jalan dibangun, masyarakat
Banjarmasin sangat bergantung pada sungai
Ke arah hilir di sekitar siring Tendean, dengan menggunakan sarana transportasi
terdapat sejumlah speedboat yang sering disebut utama perahu atau jukung. Namun sejak akhir
juga taksi air, yang khusus melayani angkutan tahun 1960-an, seiring dengan menyusutnya
para pekerja tambang batu bara dari Muara Sungai hasil hutan yang bisa diangkut seperti rotan
Barito menuju daerah wisata pasar terapung dan lainnya, karena hutan sudah berubah
Siring Tendean. Taksi air digerakkan dengan menjadi hutan tanaman industri yang dikuasai
mesin tempel merek Yamaha berkekuatan 200 oleh pengusaha, perlahan-lahan transportasi

6 Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 24 No. 1 Tahun 2022, hlm. 1–14
SURUTNYA TRANSPORTASI SUNGAI DI BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN DAN PERMASALAHANNYA

sungai mulai berkurang. Kondisi seperti itu secara keseluruhan. Secara ekonomi, jembatan
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Zuhdi ini merupakan fasilitas pemacu pertumbuhan
(2016: 58), yang menyatakan bahwa tanpa ekonomi, bukan hanya Kalimantan Selatan, tetapi
ditopang oleh tumbuhnya produksi pertanian juga wilayah Kalimantan secara keseluruhan.
di daerah pedalaman (hinterland), hampir bisa Selain aspek ekonomi, Jembatan Barito
dipastikan pelayaran rakyat dan pelabuhan juga memberikan dampak sosial yang luas
sebagai infrastruktur pendukungnya tidak karena memudahkan mobilitas penduduk dari
akan dapat berkembang. Ditambah semakin Banjarmasin ke Kalimantan Tengah.
pesatnya pertumbuhan kendaraan bermotor dan Dibangunnya Jembatan Barito dan
dibangunnya jaringan jalan, maka sejak tahun meningkatnya kualitas jalan Banjarmasin sampai
1970-an transportasi sungai di kota Banjarmasin Palangkaraya berakibat pada pertumbuhan
mengalami penurunan. Meskipun demikian, pada angkutan darat antarprovinsi, antarkabupaten,
saat ini sebagian masyarakat di pedalaman tetap bahkan antarkota dan kampung. Kondisi
menggunakan perahu sebagai sarana transportasi seperti itu memiliki dampak yang sangat
lokal. Sedangkan transportasi sungai antarprovinsi besar pada keberadaan angkutan sungai. Surat
cenderung digunakan untuk mengangkut barang kabar Banjarmasin Post tanggal 27 April 1997
(Abidin, 2016: 23). memberitakan bahwa setelah berdirinya Jembatan
Surutnya transportasi sungai di Banjarmasin Barito, para pengusaha speedboat, longboat,
terjadi sejak dibangunnya Jembatan Barito yang dan taksi air mulai kehilangan penumpangnya.
diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun Sebagai gambaran, angkutan speedboat jurusan
1997, yang menghubungkan wilayah Kalimantan pelabuhan Banjarmasin–Kuala Kapuas yang
Selatan dan Kalimantan Tengah. Pembangunan tercatat di kantor Lalu Lintas Angkutan Sungai
jalan dilakukan dengan adanya program dan Danau (LLASD) di Dermaga Kuala Kapuas
peningkatan prasarana jalan dan jembatan yang sebanyak 51 unit, dalam satu hari diberangkatkan
diprakarsai oleh Gubernur Kalimantan Selatan 18 speedboat dengan kapasitas 20 penumpang.
saat itu, yaitu Ir. M Said (1984–1995). Sasaran Dengan demikian, dalam satu hari speedboat
program berupa penuntasan jaringan jalan rata-rata mengangkut penumpang kurang lebih
Banjarmasin dan sekitarnya yang menuju ke 500 orang. Semula diperkirakan akan terjadi
wilayah-wilayah lain, program hotmix seluruh penyusutan jumlah penumpang sebanyak 50%
jalan di kota-kota di Kalimantan Selatan, serta saat selesainya pembangunan Jembatan Barito,
peningkatan seluruh jaringan jalan provinsi dan akan tetapi tingkat penyusutannya ternyata lebih
kabupaten. Semua jalan yang dibangun awalnya besar dari jumlah tersebut. Pada tahun 1996
berupa jalan tanah belum diaspal. Pengaspalan misalnya, jurusan Banjarmasin-Anjir terdapat
jalan baru dimulai tahun 1996, dilakukan secara 2.583 penumpang angkutan sungai, namun pada
terus-menerus secara bertahap dan selesai secara bulan Januari tahun 2000 terjadi pengurangan
keseluruhan pada tahun 1999. penumpang yang cukup drastis menjadi 950
Pembangunan jalan darat tersebut kemudian orang. Itu berarti dalam kurun waktu empat
dihubungkan dengan pembangunan jembatan tahun, telah terjadi penyusutan penumpang
yang melintasi Sungai Barito, yang kemudian sebanyak 52,5%.
dinamakan Jembatan Barito. Jembatan ini Dalam waktu singkat transportasi darat sudah
terletak pada ruas jalan Kota Banjarmasin dan langsung diminati masyarakat, karena perjalanan
wilayah di Kalimantan Tengah, yang merupakan lebih efisien. Menggunakan transportasi darat,
bagian dari alur lintas selatan Kalimantan yang masyarakat hanya memerlukan waktu sekitar
menghubungkan wilayah Kalimantan Barat, 45 menit dari Anjir Pasar menuju Banjarmasin,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, jauh lebih cepat dibandingkan dengan taksi air
dan Kalimantan Timur sepanjang 2.779 km. yang memerlukan waktu sekitar dua jam dengan
Jembatan ini memiliki peran sosial ekonomi ongkos yang hampir sama. Perhitungan waktu
yang sangat besar bagi wilayah Kalimantan yang lebih efisien, ditambah kecenderungan

Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 24 No. 1 Tahun 2022, hlm. 1–14 7
Masyhuri Imron; Sudiyono

masyarakat untuk mencoba hal yang baru, maka Penyempitan dan pendangkalan sungai itu
angkutan darat menjadi pilihan masyarakat. berakibat pada sulitnya kapal untuk melewati
Dalam kurun waktu tiga tahun (1997–2000), sungai, sebagaimana dikeluhkan oleh Boedi
jumlah penumpang angkutan darat dari Anjir Banjar, seorang nakhoda kapal.12 Pendangkalan
Pasar ke Banjarmasin telah meningkat dari 79.200 Sungai Barito yang dibarengi dengan surutnya
orang menjadi 186.120 orang, atau meningkat sungai misalnya, sering berdampak pada
135% (Kabupaten Barito Kuala dalam Angka kandasnya kapal, sehingga biaya operasional
Tahun 1998–2000). angkutan menjadi tinggi karena memerlukan
Melonjaknya jumlah penumpang angkutan biaya ekstra untuk menunggu barang muatan.
darat tentu saja berakibat pada berkurangnya Risiko lain dengan kandasnya kapal dalam waktu
jumlah penumpang angkutan sungai. Dampak yang lama yaitu berdampak pada kerusakan
lanjutannya yaitu para pengelola angkutan barang yang diangkut dan barang konsumsi
sungai banyak yang mengalami kerugian karena menjadi kedaluwarsa. Selain itu, kandasnya
penghasilan tidak cukup untuk menutupi biaya kapal juga dapat berakibat rusaknya lambung
operasional. Akibatnya banyak pengusaha kapal. Pendangkalan dan penyempitan alur
angkutan sungai yang menutup usahanya dan pelayaran Sungai Barito juga berakibat pada
beralih profesi menjadi pengusaha angkutan seringnya terjadi kecelakaan kapal akibat saling
darat. bersenggolan.

Selain diakibatkan oleh perkembangan Selain diakibatkan oleh pembangunan daratan


jalan dan sarana transportasi darat, perubahan dan permukiman di tepi sungai, penyempitan
kondisi sungai juga ikut berpengaruh terhadap dan pendangkalan sungai juga dipengaruhi oleh
penyusutan transportasi sungai. Perubahan itu kerusakan lingkungan di wilayah hulu. Daerah
diakibatkan oleh pemanfaatan bantaran sungai Aliran Sungai (DAS) di wilayah hulu Sungai
untuk pembangunan permukiman, bahkan banyak Barito yang sebelumnya berupa hutan primer
bangunan yang dibangun di atas sungai, sehingga berfungsi sebagai tangkapan air hujan, dalam
banyak sungai yang mengalami penyempitan perkembangannya telah terjadi alih fungsi lahan
dan pendangkalan (Muchamad, 2018: 333). menjadi areal pertambangan, areal perkebunan
Menurut Mentayani (2019: 500), fenomena karet, areal konsesi HPH/HTI dan perkebunan
tumbuhnya permukiman penduduk di tepi sungai sawit. Selain itu, pendangkalan sungai juga
selain karena cerminan budaya sungai, juga dipercepat dengan adanya limbah domestik,
karena pertimbangan kemudahan menyambung yaitu sampah yang dibuang oleh penduduk yang
titian pada hunian di bantaran sungai. Dengan tinggal di perkampungan sepanjang pinggiran
demikian hubungan kekerabatan akan lebih sungai, sehingga mengganggu perjalanan kapal .
mudah terjalin.11 Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan
Seiring dengan perkembangan pembangunan bahwa hampir seluruh rumah tangga yang berada
yang berorientasi ke darat, beberapa sungai bahkan di tepi sungai melakukan pembuangan sampah
diurug untuk dijadikan jalan. Sungai-sungai yang di sungai, sehingga menyebabkan terjadinya
masih ada juga kurang terawat, sehingga sebagian percepatan pendangkalan sungai. Pada saat ini
sungai mati akibat sedimentasi dan tercemar oleh juga banyak rumah menghadap ke darat/jalan
limbah sampah dan gulma. Bukan hanya sungai, raya dan membelakangi sungai, sedangkan
keberadaan anjir, handil, dan saka juga banyak ruang dapur berada di belakang, menghadap
yang mengalami perubahan, baik diurug untuk sungai yang berfungsi sebagai tempat memasak,
dijadikan jalan maupun untuk permukiman mandi, cuci, dan membuang hajat besar. Ini
penduduk. Berkurangnya anjir mengakibatkan menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan
prasarana untuk transportasi sungai juga semakin dari kondisi sebelumnya, yaitu rumah-rumah
menyempit. yang dibangun di tepian sungai itu menghadap

11 Titian adalah jembatan yang menghubungkan antarrumah 12 Bukan nama sebenarnya. Wawancara tanggal 16 Mei
di tepi sungai 2017

8 Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 24 No. 1 Tahun 2022, hlm. 1–14
SURUTNYA TRANSPORTASI SUNGAI DI BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN DAN PERMASALAHANNYA

ke arah sungai. Dengan demikian sungai menjadi pedalaman dan dapat membawa barang-barang
halaman depan yang selalu dijaga kebersihannya yang belum terjangkau transportasi darat. Bagi
(Rochgiyanti, 2011: 55). Kondisi tersebut masyarakat pedalaman, keberadaan bus air
sekaligus menunjukkan bahwa telah terjadi masih diperlukan karena menggunakan angkutan
pergeseran budaya sungai menuju budaya daratan darat biayanya lebih mahal. Jika menggunakan
di Banjarmasin. transportasi darat, karena lokasi rumahnya lebih
Pergeseran budaya dari orientasi sungai dekat dengan sungai, mereka harus menyambung
menuju ke daratan pada masyarakat Banjarmasin dengan transportasi lain untuk sampai ke rumah
tersebut mengakibatkan sungai tidak lagi bersih. mereka, yaitu dengan menggunakan ojek.
Banyak limbah padat seperti sampah plastik, Perlunya revitalisasi pelayaran sungai juga
pakaian, kaleng, botol, daun, dan kardus sesuai dengan hasil penelitian Abidin tentang
ditemukan di kolong-kolong rumah panggung. revitalisasi angkutan sungai di Banjarmasin pada
Sebagian tersangkut di tiang-tiang rumah, di tahun 2016, yang menunjukkan bahwa 37,5%
lantai-lantai rumah panggung, atau terperangkap dari total responden yang diteliti menyatakan
oleh badan jembatan yang nyaris bersentuhan akan menggunakan angkutan sungai sebagai
dengan permukaan air sungai. Sampah-sampah ini pengguna rutin. Selain itu, terdapat 62,5%
berbaur dengan limbah tanaman air seperti eceng responden yang menyatakan sebagai pengguna
gondok dan nipah yang terperangkap dalam satu tidak rutin. Para responden yang menyatakan
lokasi membentuk gundukan sampah. Semua itu sebagai pengguna tidak rutin tersebut, yaitu 26,5%
turut berkontribusi atas terjadinya pendangkalan menggunakan angkutan sungai untuk rekreasi,
dan penyempitan sungai di Kota Banjarmasin. 17,5% menggunakannya untuk kerja, dan 12,5%
menyatakan untuk coba-coba. Hanya 6% yang
Hasil penelitian tentang sungai yang tidak
menyatakan tidak ingin menggunakan angkutan
produktif di Kota Banjarmasin yang dilakukan
sungai sama sekali. Masyarakat yang menyatakan
oleh Agoes (2011: 157) menunjukkan bahwa
bersedia menggunakan angkutan sungai memiliki
sejumlah sungai di Kota Banjarmasin telah
alasan bahwa angkutan sungai merupakan moda
mengalami penyempitan dari lebar enam meter
yang bebas hambatan dan kemacetan. Selain itu,
menjadi hanya tinggal sekitar dua sampai tiga
mereka juga berpendapat bahwa naik angkutan
meter. Hasil penelitian juga menemukan sejumlah
sungai merupakan sarana rekreasi dan menikmati
sungai yang mengalami pendangkalan dengan
pemandangan di sepanjang bantaran sungai
menyebut penyebabnya secara rinci, antara lain
(Abidin, 2016: 28).
menjadi tempat pembuangan sampah, pelebaran
jalan, banyaknya permukiman, dan rendahnya Revitalisasi transportasi sungai bukan berarti
struktur jembatan. melakukan romantisasi seperti masa lalu, yaitu
dengan menggunakan sungai sebagai transportasi
utama, namun mempertahankan transportasi
REVITALISASI
sungai untuk lokasi yang belum dijangkau oleh
TRANSPORTASI SUNGAI DAN
transportasi darat, dan menghidupkan kembali
PERMASALAHANNYA
transportasi sungai untuk kepentingan tertentu.
Revitalisasi transportasi sungai perlu dilakukan Salah satu cara yang dilakukan oleh Pemerintah
selain untuk mempertahankan kebudayaan Kota Banjarmasin untuk menghidupkan kembali
sungai yang menjadi ciri khas Kota Banjarmasin, transportasi sungai yaitu diterbitkannya Peraturan
juga karena masih banyak masyarakat yang Walikota Banjarmasin No. 23 Tahun 2016
membutuhkan transportasi melalui sungai, tentang Pengelolaan dan Pengembangan Wisata
berhubung lokasi tempat tinggalnya yang Berbasis Sungai. Pengembangan wisata berbasis
jauh dari jalan raya dan lebih dekat ke sungai. sungai tersebut selain sebagai upaya untuk
Masyarakat yang selama ini menggunakan menghidupkan budaya sungai yang menjadi
bus air sebagai sarana transportasi misalnya, identitas Kota Banjarmasin, juga diharapkan
menginginkan agar bus air tetap dipertahankan
agar bisa melayani mobilitas dari daerah

Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 24 No. 1 Tahun 2022, hlm. 1–14 9
Masyhuri Imron; Sudiyono

dapat menggairahkan kembali transportasi sungai Upaya menghidupkan kembali transportasi


di Kota Banjarmasin. sungai melalui pengembangan wisata berbasis
Dalam rangka pengembangan wisata sungai tersebut tampaknya cukup berhasil.
sungai, dalam Pasal 3 Ayat (1) Peraturan Keberadaan wisata sungai selain dapat
Walikota menyatakan bahwa pengelolaan dan menghidupkan transportasi sungai untuk wisata,
pengembangan wisata berbasis sungai diawali juga telah berdampak secara signifikan pada
di Pasar Terapung Siring Tendean yang dibagi perekonomian Kota Banjarmasin yang ditandai
menjadi tiga zona, yaitu Zona Utara 18 titik oleh berdirinya pusat-pusat perbelanjaan, hotel,
(termasuk Pasar Terapung Siring Tendean), dan restauran-restauran yang mulai menjamur
Zona Barat lima titik termasuk pasar terapung di Kota Banjarmasin. Selain itu juga telah
sungai Kuin, dan Zona Selatan 12 titik.13 Untuk menggairahkan aktivitas ekonomi masyarakat
merealisasikan peraturan walikota tersebut, telah dengan berjualan makanan dan minuman serta
dibangun tempat wisata air yang di dalamnya suvenir di sekitar lokasi wisata Siring Tendean.
berisi wisata susur sungai menggunakan perahu- Bersamaan dengan itu juga dilakukan pengenalan
perahu tradisional dengan mengambil lokasi di budaya masyarakat melalui berbagai atraksi,
Siring Tendean.14 seperti tarian musik lanting yang disajikan oleh
beberapa seniman lokal dan penyewaan pakaian
Pengelolaan wisata susur sungai tersebut
adat untuk berfoto.
diserahkan kepada masyarakat yaitu “Kelompok
Maju Karya Bersama”, dengan tujuan untuk Untuk menggairahkan wisata sungai,
mendorong tumbuhnya kesempatan kerja. Jumlah Pemerintah Kota Banjarmasin juga mengadakan
perahu klothok yang dikelola oleh kelompok ini lomba dayung pada setiap hari ulang tahun
sebanyak 85 buah. Para wisatawan dapat menyewa Provinsi Kalimantan Selatan. Selain itu, untuk
perahu klothok ke beberapa objek wisata, antara memperingati hari jadi Kota Banjarmasin, setiap
lain Pasar Terapung Kuin, Pulau Kembang, dan tahun juga diadakan festival jukung hias dengan
wisata kuliner Soto Banjar. Biaya yang harus berbagai hiasan seperti kepala naga, replika rumah
dikeluarkan oleh pengunjung untuk menyewa adat Banjar, dan Jembatan Barito. Selain untuk
perahu berkeliling menyusuri Sungai Tendean menghidupkan wisata sungai dan berdampak
sebesar Rp5.000,00 per orang dan satu perahu pada transportasi sungai, acara tersebut juga
klothok bermuatan 25 orang. Dari uang sewa dimaksudkan untuk melestarikan budaya Banjar
tersebut, diambil Rp15.000,00 untuk pengelola (Hartiningsih, 2018: 159).
dan sisanya diberikan kepada pemilik perahu. Sebagai salah satu upaya menghidupkan
Jika perahu klothok dicarter untuk menyusuri transportasi sungai, pemerintah daerah juga
sungai menuju ke beberapa lokasi objek wisata menghidupkan pasar terapung di Siring Tendean.
yang jauh, misalnya ke Pasar Terapung Kuin, ke Penjualan barang dagangan seperti buah-buahan,
Pulau Kembang, dan ke Tempat Wisata Kuliner sayuran, tanaman hias, dan keberadaan warung
Soto Banjar, tarifnya antara Rp300.000,00– makan di atas perahu, selain berperan menjadi
Rp500.000,00 per perahu dan setiap perahu yang ajang wisata juga berperan untuk melestarikan
dicarter sebesar Rp10.000,00 diserahkan kepada pelayaran rakyat, yaitu sebagai tempat
pengelola. Uang pungutan untuk kas pengelola berkumpulnya perahu-perahu Banjar. Disamping
tersebut tidak disetor ke pemerintah daerah, tetapi itu pemerintah juga telah mengupayakan
dikelola oleh kelompok untuk membayar petugas pembangunan museum yang menyimpan
pengelola, perawatan siring, dan kebersihan berbagai macam dokumen perahu khas Suku
lingkungan. Banjar untuk menunjang sektor kepariwisataan
daerah tersebut.15
13 Gambaran selengkapnya tentang titik-titik wisata yang
ada dalam setiap zona tersebut dapat dilihat dalam 15 Kompas.com, 2008. Banjarmasin Bangun Museum
Peraturan Walikota Banjarmasin No. 23 Tahun 2016 Jukung, dalam https://nasional.kompas.com/
14 Disebut Siring Tendean karena lokasinya berada di Jalan read/2008/08/23/13215489/banjarmasin.bangun.
Tendean museum.jukung?page=all

10 Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 24 No. 1 Tahun 2022, hlm. 1–14
SURUTNYA TRANSPORTASI SUNGAI DI BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN DAN PERMASALAHANNYA

Selain di Siring Tendean, pasar terapung juga sungai terdapat pasar terapung, kini hanya
terdapat di beberapa tempat lain di Banjarmasin, tinggal beberapa saja yang masih aktif. Meskipun
seperti di Sungai Kuin dan Lok Baintan. demikian, dengan adanya wisata susur sungai
Berbeda dengan pasar terapung Siring Tendean diharapkan keberadaan pasar terapung akan
yang hanya berlangsung pada hari Sabtu dan menggeliat kembali.
Minggu, karena hanya di dua hari itu banyak Upaya yang dilakukan pemerintah daerah
wisatawan berkunjung, pasar terapung Sungai untuk merevitalisasi transportasi sungai
Kuin berlangsung hampir setiap hari antara pukul melestarikan budaya sungai di Banjarmasin
05.00–07.00 pagi. Perbedaan lain yaitu jika di perlu diapresiasi. Namun hal itu belum menjawab
pasar terapung Siring Tendean hanya penjual permasalahan transportasi sungai secara
yang berada di atas perahu sedangkan pembeli keseluruhan. Sebagaimana dikemukakan oleh
berada di pinggir sungai, di pasar terapung Abidin (2016: 24), berdasarkan fungsinya alur
Sungai Kuin baik penjual maupun pembeli berada transportasi sungai dapat dibedakan menjadi tiga,
di atas perahu. Hal yang sama dilakukan di pasar yaitu alur primer yang melayani lalu-lintas sungai
terapung Lok Baintan. Untuk menggairahkan utama antarkota atau kabupaten, alur sekunder
wisata sungai dan untuk menunjukkan eksistensi melayani lalu lintas sungai dari dan ke kawasan
pasar terapung Lok Baintan sebagai warisan di dalam kota, dan alur lokal yang melayani
budaya turun-temurun masyarakat sekitar Sungai lalu lintas sungai di dalam Kawasan. Dari tiga
Martapura, pada tahun 2019 di pasar terapung jenis alur transportasi sungai tersebut maka
Lok Baintan diadakan festival pasar terapung revitalisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota
dengan mengambil tema “Menggenggam Banjarmasin baru terbatas pada alur sekunder dan
Semangat Tradisi”.16 Keberadaan pasar terapung alur lokal. Sementara revitalisasi transportasi
Lok Baintan yang jauh dari kota juga merupakan sungai pada alur primer belum memperoleh
aspek pendukung pelestarian transportasi sungai, perhatian.
karena walaupun dapat dijangkau dengan
menggunakan transportasi darat, namun lebih Revitalisasi transportasi sungai pada
efisien jika menggunakan transportasi sungai alur primer tidak mudah karena terjadinya
karena waktunya lebih cepat.17 pendangkalan sungai-sungai besar yang
menghubungkan lintas kabupaten bahkan lintas
Walaupun pasar terapung merupakan bagian provinsi. Sungai Barito misalnya, menghubungkan
dari upaya mempertahankan transportasi sungai, antara Provinsi Kalimantan Selatan dengan
namun ramainya aktivitas pasar terapung juga Kalimantan Tengah. Sungai Martapura yang
sangat ditentukan oleh transportasi sungai (Idwar merupakan anak Sungai Barito, walaupun
dkk., 1982: 25). Seiring dengan berkembangnya tidak lintas provinsi tapi lintas kabupaten, yaitu
jalan darat dan transportasi darat, secara perlahan menghubungkan antara Kota Banjarmasin dan
keberadaan pasar terapung juga mulai surut, Kabupaten Banjar. Kondisi sungai yang lintas
sehingga jika sebelumnya hampir di setiap daerah tersebut tentunya membutuhkan biaya
besar untuk melakukan revitalisasi. Selain itu,
16 Niakurniawan, banjarmasinpost.co.id, dalam https://
banjarmasin.tribunnews.com/2019/11/17/inilah-warisan- juga tidak mungkin dikerjakan oleh Pemerintah
budaya-turun-temurun-masyarakat-sungai-martapura- Kota Banjarmasin tanpa ada kerjasama dengan
lokbaintan pemerintah daerah lainnya yang dilintasi
17 Kegiatan pelayaran rakyat dengan perahu khas oleh sungai-sungai tersebut, baik pemerintah
Banjar atau perahu klothok memang sangat unik provinsi, pemerintah kabupaten, atau bahkan oleh
ketika berlangsungnya pasar terapung karena
pemerintah pusat.
transaksi dilakukan di atas sungai menggunakan
perahu kayu sebagai lapak. Para pedagang dan Walaupun dalam skala terbatas, wisata
petani berdatangan dari berbagai penjuru desa sungai yang digalakkan oleh pemerintah Kota
pedalaman ataupun desa-desa yang terdapat Banjarmasin telah berhasil menggairahkan
pinggir sungai, membawa hasil kebun atau hasil
kembali transportasi sungai. Namun upaya
pertaniannya sendiri untuk dijual di atas perahu.
untuk revitalisasi pelayaran rakyat akan sulit

Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 24 No. 1 Tahun 2022, hlm. 1–14 11
Masyhuri Imron; Sudiyono

dilakukan jika tidak dibarengi dengan pengadaan perahu. Oleh karena itu diperlukan subsidi dari
sarana transportasi yang baru karena perahu yang pemerintah daerah, agar pemilik perahu dapat
ada umumnya sudah berumur puluhan tahun. mewujudkannya.
Tanpa adanya peremajaan perahu, wisata susur Selain perbaikan kondisi perahu, kondisi
sungai semakin lama menjadi kurang menarik sungai sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
karena selain penampakan kapal yang tidak revitalisasi transportasi sungai. Menyadari
menarik perhatian wisatawan, juga keselamatan hal itu, Pemerintah Kota Banjarmasin telah
penumpang kurang terjamin. Selain peremajaan mengeluarkan Perda No. 15 tahun 2016 tentang
perahu untuk keperluan wisata, peremajaan Upaya Peningkatan Pengelolaan Sungai. Pasal
kapal untuk transportasi sungai di luar keperluan 5 dalam Perda tersebut menyatakan bahwa
wisata juga perlu dilakukan, karena kapal-kapal pengelolaan sungai yang dilaksanakan harus
yang digunakan untuk transportasi masyarakat menunjang terbentuknya sistem transportasi
umumnya juga sudah berusia tua. Selain itu, sungai lokal maupun regional kewilayahan.
kondisi kapal umumnya juga tidak menarik Jika ini dapat dilaksanakan, maka diperkirakan
dan kurang memperhitungkan keselamatan kelancaran transportasi sungai akan dapat lebih
penumpang. terjamin sehingga dapat meningkatkan kembali
Untuk peremajaan perahu baik untuk gairah pengusaha untuk mengaktifkan kembali
sarana pariwisata maupun untuk transportasi angkutan sungai.
masyarakat, idealnya perlu dilakukan dengan Permasalahannya kemudian, kurang
membuat kapal baru. Meskipun begitu, hal berfungsinya sungai-sungai itu bukan semata-
tersebut tidak mudah dilakukan karena sulitnya mata karena pendangkalan, tetapi juga karena
memperoleh kayu sebagai bahan baku untuk keberadaan permukiman di tepian sungai dan
membuat perahu. Akibatnya, para perajin pelebaran jalan yang mengakibatkan terjadinya
perahu klothok yang banyak terdapat di Pulau penyempitan. Selain itu karena banyak jembatan
Sewangi Banjarmasin menyiasati pembuatan yang terlalu rendah dari permukaan sungai
perahu dengan menggunakan kayu bekas yang (Agoes, 2011: 157). Oleh karena itu upaya
diperoleh dari perusahaan penggergajian kayu revitalisasi sungai ini tidak mudah dilakukan
setempat.18 Hal ini tentunya sangat berpengaruh tanpa ada dukungan dari pemerintah provinsi
pada kekuatan dan keselamatan perahu. dan pemerintah pusat. Hal itu selain karena
Selain pembuatan perahu baru, peremajaan banyaknya jumlah sungai yang memerlukan
perahu dapat dilakukan dengan cara memberikan revita-lisasi, juga biaya yang dibutuhkan sangat
perawatan yang baik terhadap perahu yang ada. besar, yang tidak mungkin dapat ditanggulangi
Dengan perawatan yang baik, selain keselamatan sendiri oleh Pemerintah Kota Banjarmasin.
perahu sebagai sarana transportasi dapat lebih
terjaga, juga tampilan perahu perlu diusahakan PENUTUP
agar lebih menarik. Melalui cara demikian akan
dapat menambah daya tarik bagi wisatawan Sebagai kota yang memiliki banyak sungai,
untuk mengunjungi pasar-pasar terapung dan hampir semua aspek kehidupan masyarakat di
tempat-tempat wisata lainnya melalui susur Banjarmasin banyak tergantung pada sungai,
sungai dengan menggunakan perahu. Selain itu, baik untuk kegiatan sehari-hari maupun untuk
dengan keselamatan perahu yang lebih terjaga kegiatan ekonomi. Bukan hanya itu, bahkan
akan menjadi daya tarik juga bagi masyarakat banyak kepercayaan dan tradisi masyarakat yang
pendatang untuk melakukan perjalanan melalui berkaitan dengan sungai. Oleh karena itu, tidak
sungai, karena dapat mendatangkan sensasi yang berlebihan jika dikatakan bahwa budaya sungai
berbeda dibandingkan perjalan darat. Atas dasar merupakan bagian dari kehidupan masyarakat
keperluan tersebut, akan sulit diwujudkan jika Banjarmasin.
biayanya ditanggung sepenuhnya oleh pemilik Keberadaan sungai yang banyak terdapat di
tengah kota juga mendorong masyarakat untuk
18 Wawancara dengan Baharlan, 10 Mei 2017

12 Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 24 No. 1 Tahun 2022, hlm. 1–14
SURUTNYA TRANSPORTASI SUNGAI DI BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN DAN PERMASALAHANNYA

melakukan kegiatan transportasi melalui sungai. terjamin. Untuk keperluan tersebut, diperlukan
Meskipun demikian, penyusutan transportasi bantuan subsidi dari pemerintah daerah agar
sungai tidak dapat dihindari seiring dengan pemilik perahu dapat mewujudkannya.
pelaksanaan pembangunan yang berorientasi Kebijakan pemerintah kota untuk
ke darat. Banyaknya jalan yang dibangun dan meningkatkan pengelolaan sungai yang
berkembangnya transportasi darat merupakan menunjang terbentuknya sistem transportasi
faktor yang mempercepat berkurangnya sungai juga layak untuk diapresiasi. Meskipun
penggunaan transportasi sungai. Hadirnya begitu, oleh karena banyaknya sungai yang harus
transportasi darat itu telah merubah pandangan direvitalisasi dan banyaknya masalah yang harus
masyarakat dengan melihat transportasi darat ditangani, maka hal itu akan sulit dilakukan
sebagai simbol modernitas. tanpa ada dukungan pembiayaan dari pemerintah
Pelaksanaan pembangunan yang berorientasi provinsi maupun pemerintah pusat. Selain itu,
ke darat juga mengakibatkan kondisi sungai kurang upaya revitalisasi sungai juga akan sulit dilakukan
mendapatkan perhatian, sehingga banyak sungai jika tidak dibarengi dengan perubahan perilaku
yang mengalami pendangkalan dan penyempitan, masyarakat yang tidak lagi menjadikan sungai
baik karena digunakan untuk permukiman di tepi sebagai bagian belakang rumah, tetapi sebagai
sungai maupun untuk pembuangan sampah ke beranda yang harus dirawat kebersihannya.
sungai. Bahkan ironisnya, beberapa kanal yang Dengan demikian pendangkalan sungai akibat
sebelumnya banyak digunakan untuk kegiatan pembuangan sampah tidak akan terulang kembali.
transportasi juga menghilang, karena digunakan
untuk pembangunan jalan. Kondisi ini tentu saja DAFTAR PUSTAKA
berakibat pada merosotnya pelayaran sungai.
Abbas, E. W. (2018). Kehidupan Sungai Masyarakat
Walaupun transportasi darat telah Kuin Kota Banjarmasin. Makalah dipresenta-
berkembang dengan pesat, namun transportasi sikan pada Seminar Nasional Pendidikan IPS,
sungai masih diperlukan oleh masyarakat Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin,
20 April 2018.
Banjarmasin. Selain sebagai bagian dari upaya
untuk mempertahankan budaya sungai yang Abidin, Z. (2016). Studi revitalisasi angkutan sungai
sebagai moda transportasi perkotaan di kota
merupakan identitas kota Banjarmasin, juga
Banjarmasin. Jurnal Agregat 1 (1): 23–32.
karena masih banyak masyarakat yang tinggal di
Agoes, F. H. (2011). Studi inventarisasi sungai yang
pedalaman dan jauh dari akses transportasi darat. tidak produktif di kota Banjarmasin. Jurnal
Oleh karena itu, keberadaan pelayaran sungai Intekna,11 (2): 157–165.
masih perlu untuk dipertahankan. Badan Pusat Statistik Kota Banjarmasin. (2016). Kota
Upaya menghidupkan pelayaran sungai yang Banjarmasin dalam Angka.
dilakukan oleh pemerintah Kota Banjarmasin Data Statistik Dinas Perhubungan Komunikasi dan
melalui pengembangan wisata berbasis sungai Informatika Kota Banjarmasin, Tahun 2016.
sebagai kebijakan yang sangat pantas untuk Data Statistik Kantor Angkutan Sungai Danau dan
Penyeberangan Banjarmasin, Tahun 2016.
diberikan apresiasi. Meskipun demikian,
mengingat sebagian perahu sudah berusia Hartiningsih. (2018). Strategi pengembangan wisata
susur sungai kota Banjarmasin dan peranan
tua, maka upaya tersebut sulit dikembangkan media massa lokal dalam mempublikasikan.
jika tidak dibarengi dengan pengadaan sarana Jurnal Kebijakan Pembangunan 13 (2):
transportasi yang baru, sehingga tampilan perahu 153–166.
lebih menarik bagi wisatawan. Idwar, Soleh M., dkk. (1982). Rumah Tradisional Ban-
Peremajaan kapal untuk transportasi sungai jar, Proyek Penelitian dan Pemetaan Kebuday-
aan Daerah, Dirjen Kebudayaan Banjarmasin.
juga perlu dilakukan di luar kegiatan wisata,
Julianto, P. A. (2017, Maret 29). Menjaga tradisi
walaupun itu tidak mudah dilakukan karena
leluhur di Pasar Apung Lok Baintan Kalimantan
sulitnya memperoleh kayu sebagai bahan baku Selatan. Kompas.com. Dalam https://money.
untuk membuat perahu. Dengan demikian kompas.com/read/2017/03/29/122811826/
keselamatan penumpang akan dapat lebih menjaga.tradisi.leluhur.di.pasar.apung.lok.

Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 24 No. 1 Tahun 2022, hlm. 1–14 13
Masyhuri Imron; Sudiyono

baintan.kalimantan.selatan?page=all. diunduh Peraturan Walikota Banjarmasin No. 23 Tahun 2016


tanggal 17 Januari 2021 tentang Pengelolaan dan Pengembangan Wisata
Kabupaten Barito Kuala dalam Angka, Tahun Berbasis Sungai.
1998–2000. Rochgiyanti. (2011). Fungsi sungai bagi masyarakat di
Kompas.com. (2008, Agustus 23). Banjarmasin bangun Tepian Sungai Kuin Kota Banjarmasin. Jurnal
museum jukung. Kompas. Dalam https://nasi- Komunitas, 3 (1): 51–59.
onal.kompas.com/read/2008/08/23/13215489/ Subiyakto, B. (2010, April 30). Budaya mate-
banjarmasin.bangun.museum.jukung?page=all. rial masyarakat Banjar. https://subiyakto.
Diunduh tanggal 18 Februari 2021 wordpress.com/2010/04/30/budaya-material-
Mentayani, I. (2019). Identitas dan eksistensi permuki- masyarakat-banjar. Diunduh tanggal 25 Januari
man tepi sungai di Banjarmasin. Dalam Pro- 2021.
siding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Soesilowati, E. (2013). Dari Pelabuan Martapura ke
Basah 4 (3): 497–502. Palabuhan Trisakti: Pelayaran perahu rakyat di
Muchamad, N. B. (2018). Studi tipologi ruang Antara Derap Modernisasi 1965-1995. Jurnal
bantaran sungai di Kota Banjarmasin. Dalam Sejarah Citra Lekha, 17 (1): 19–32.
Prosiding Seminar Lingkungan Lahan Basah Wajidi. (2012). Orang Banjar dan budaya sungai.
3 (2): 333–341. Dalam https://bubuhanbanjar.wordpress.
Kurniawan, N. (2019, November 17). Inilah warisan com/2012/11/12/orang-banjar-dan-budaya-
budaya turun-temurun masyarakat Sungai Mar- sungai/dan Ilmu Pendidikan Universitas
tapura Lokbaitan. TribunNews. Dalam https:// Lambung Mangkurat Banjarmasin. Diunduh
banjarmasin.tribunnews.com/2019/11/17/ tanggal 12 Januari 2021.
inilah-warisan-budaya-turun-temurun- Yuliyana. (2007). Lalu Lintas Angkutan Sungai Anjir
masyarakat-sungai-martapura-lokbaintan. Serapat Tahun 1980–2000. Skripsi Program
Diunduh tanggal 5 Januari 2021. Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pen-
Peraturan Daerah Kota Banjarmasin No 15 tahun getahuan Sosial Fakultas Keguruan.
2016 tentang Upaya Peningkatan pengelolaan Zuhdi, S. (2016). Cilacap 1830–1942: Bangkit dan
sungai. Runtuhnya Suatu Pelabuhan di Jawa. Yogya-
karta: Penerbit Ombak.

14 Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 24 No. 1 Tahun 2022, hlm. 1–14

You might also like