You are on page 1of 15

KARAKTERISTIK CAMPURAN BERASPAL (LASTON) AKIBAT

PENGARUH PENGGUNAAN INSTANT POWDER


SEBAGAI PENGGANTI FILLER

Safariadi1, H. Komala Erwan2, Akhmadali2


Email:fahri041991@gmail.com

ABSTRACT
Asphalt Concrete-Wearing Course (AC-WC) a surface layer which is a flexible pavement
construction comprising a mixture of hard asphalt and aggregates, mixed, spread and compacted
at temperature. This study used King Kong Instant Powder as a substitute of filler on Laston AC-
WC mixture to increase strength on concrete asphalt.
The purpose of this research is to get the comparison of laston (AC-WC) characteristics with
filler from, King Kong Instant Powder, Tiga Roda portland sement and ash stone and analyzed the
effect of the use of King Kong Instant Powder as a filler against the strength of Laston. In this study
using variations of asphalt content of 5%, 5.5%, 6%, 6.5% and 7%.
This research was conducted in Laboratorium Unit Pengujian Mutu Pembinaan Jasa
Konstruksi (UPMPJK) Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Barat which is at jalan
Khatulistiwa km 6,5 Pontianak. The coarse aggregate used is a crushed stone extracted from a stone
crusher, which comes from the Peniraman area. For fine aggregates, the river sand is used from the
Kapuas River Pontianak.
Laboratory test results obtained as Optimum Asphalt Level (KAO) of 6.75% for Asphalt
mixture with Instant Powder Kingkong Filler, Portland Cement and Ash Stone. Result of Analysis
with Instant Powder Kingkong Filler At 6.75% KAO obtained Stability value of 1721,7 Kg, Flow
3,8 mm, VIM 4,9%, VFB 72,4%, VMA 20,1% and MQ 454,7 Kg. Result of Analysis with Portland
Cement Filler At KAO 6.75% obtained result of 1355,5 Kg, Flow 3,7 mm, VIM 5,3%, VFB 74,0%,
VMA 20,5% and MQ 366,8 Kg. Result Analysis with Filler Ash stone at KAO 6.75% got result of
1158,7 Kg, Flow 3,8 mm, VIM 5,9%, VFB 72,9%, VMA 20,6% and MQ 305,7 Kg.
The end result shows that in terms of quality, the use of Kingkong Intant Powder as Filler is
able to provide good characteristic of Laston, this can be seen from the value of stability, Flow,
VMA, VMA, and MQ generated, compared with the use of Porland Cement Filler and Filler Abu
Batu. Kingkong Intant Powder can be an alternative to its use as a Filler because the resulting
laston characteristics are almost identical to the commonly used filler for portland cement, and
stone ash where the resulting values fall within the required specifications.

Keywords: Laston (AC-WC) Filler, Instant Powder.

1. Alumni Prodi Teknik Sipil FT. UNTAN


2. Dosen Prodi Teknik Sipil FT. Untan

1
1. PENDAHULUAN  Laston sebagai lapisan pondasi,
Bahan pengisi (filler) pada campuran dikenal dengan nama AC- Base
beraspal sebagai lapis permukaan jalan, (Asphalt Concrete-Base), dengan tebal
merupakan salah satu komponen yang nominal minimum adalah 7,5 cm.
mempunyai prosentase yang terkecil
disamping aspal. Namun mempunyai fungsi Sebagai lapis permukaan perkerasan
yang sangat penting untuk memodifikasi jalan, Laston (AC) mempunyai nilai struktur,
gradasi agregat halus dalam campuran kedap air, dan mempunyai stabilitas tinggi.
beraspal, sehingga kepadatan campuran bisa Ketentuan sifat-sifat campuran beraspal panas
meningkat. menurut Spesifikasi Bina Marga 2010 untuk
Instant Powder merupakan dempul Laston (AC) bergradasi kasar, tertera pada
tembok yang dirancang khusus untuk Tabel 2.1 berikut ini :
memperbaiki permukaan tembok dan menutup
lubang-lubang bekas perbaikan tembok Tabel 1. Ketentuan Sifat-Sifat Campuran
sebelum dilakukan pengecatan akhir. Salah Lapis Aspal Beton (LASTON)
satu dari produk Instant Powder ini dalah King LASTON
Kong Instant Powder. Pemakaian King Kong Sifat-sifat AC-WC AC-BC AC-Base
Instants Powder ini sangat jarang, biasanya Campuran

hanya untuk pekerjaan penyelesaian Ha Ka Ha Ka Ha Ka


lus sar lus sar lus sar
(Finishing). Hal ini mungkin disebabkan Kadar Aspal 5, 4, 4, 4, 4, 3,
karena harganya yang relatif mahal. Untuk itu Efektif (%) Min 1 3 3 0 0 5
Penyerapan Aspal Ma 1,
perlu diadakan penelitian Instant Powder ini (%) ks. 2
dalam disiplin ilmu lain yaitu bidang Jumlah Tumbukan 11
per Bidang 75 2
Transportasi ./ Jalan dimana dalam hal ini 3,
Rongga dalam
adalah penggunaan King Kong Instant Powder Campuran (VIM)
Min 0
Ma 5,
sebagai filler dalam campuran laston. Sehingga (%)
ks. 0
nantinya akan didapatkan suatu kesimpulan Rongga dalam
Agregat (VMA)
mengenai mutu laston tersebut. (%) Min 15 14 13
Rongga Terisi
Aspal (VFB) (%) Min 65 65 65
2. TINJAUAN PUSTAKA Stabilitas Marshall 80 18
(kg) Min 0 00
Lapisan aspal beton (Laston) adalah 2,
suatu lapisan pada konstruksi jalan yang Min 0 3
Pelelehan (FLOW) Ma 4.
terdiri dari campuran aspal keras dan agregat, (mm) x 0 6
dicampur dan dihampar dalam keadaan panas Marshall Quotient 25 30
(kg/mm) 0 0
serta dipadatkan pada suhu tertentu (Sukirman, Stabilitas Marshall
S.,1992). Ciri lainnya adalah memiliki sedikit Sisa
setelah Min 90
rongga dalam struktur agregatnya, saling Perendaman 24
mengunci satu dengan yang lainnya, oleh jam 60 C (%)
Rongga dalam
karena itu aspal beton memiliki sifat Campuran
Min 2
stabilitas tinggi dan relatif kaku. (Menurut pada Kepadatan
Membal (%)
Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum Sumber: Bina Marga, 2010
2010). Sesuai fungsinya Laston (AC)
mempunyai 3 macam campuran yaitu:
 Laston sebagai lapisan aus, dikenal 2.2 Unsur - Unsur Pembentuk Laston
dengan nama AC-WC (Asphalt 2.2.1 Aspal
Concrete-Wearing Course), dengan Aspal atau bitumen merupakan material
tebal nominal minimum adalah 4 cm. yang berwarna hitam kecoklatan yang bersifat
 Laston sebagai lapisan antara, viskoelastic sehingga akan melunak dan
dikenal dengan nama AC-BC mencair bila mendapat cukup pemanasan dan
(Asphalt Concrete-Binder Course), sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang
dengan tebal nominal minimum adalah membuat aspal dapat menyelimuti dan
6 cm. menahan agregat tetap pada tempatnya selama
proses produksi dan masa pelayanannya. Pada

2
dasarnya aspal terbuat dari suatu rantai 2.3 Agregat
hidrokarbon yang disebut bitumen, oleh sebab Agregat adalah partikel mineral yang
itu aspal sering disebut material berbentuk butiran-butiran yang merupakan
berbituminous. (Manual Pekerjaan Campuran salah satu penggunaan dalam kombinasi
Beraspal Panas, Buku 1. Petunjuk dengan berbagai macam tipe mulai dari
umum).Fungsi aspal adalah sebagai bahan sebagai bahan material di semen untuk
pengikat aspal dan agregat atau antara aspal itu membentuk beton, lapis pondasi jalan, material
sendiri, juga sebagai pengisi rongga pada pengisi,(Harold N. Atkins, PE. 1997).
agregat. Daya tahannya (durability) berupa Agregat didefinisikan secara umum
kemampuan aspal mempertahankan sifat aspal sebagai formasi kulit bumi yang keras dan
akibat pengaruh cuaca dan tergantung pada padat. ASTM mendefinisikan agregat sebagai
sifat campuran aspal dan agregat. Sedangkan suatu bahan yang terdiri dari mineral padat,
sifat adhesi dan kohesi yaitu kemampuan aspal berupa massa berukuran besar ataupun berupa
mempertahankan ikatan yang baik. Sifat fragmen-fragmen. Agregat merupakan
kepekaan terhadap temperaturnya aspal adalah komponen utama dari struktur perkerasan
material termoplastik yang bersifat lunak / cair jalan, yaitu 90-95% agregat berdasarkan
apabila temperaturnya bertambah. prosentase berat atau 75- 85% agregat
Berdasarkan bentuknya, aspal dapat berdasarkan prosentase volume. Dengan
dibedakan dalam 3 jenis yaitu : demikian kualitas perkerasan jalan ditentukan
dari sifat agregat dan hasil campuran agregat
a. Aspal keras (Asphalt Cement) dengan material lain.
Aspal keras pada suhu ruang (250 – 300
C) berbentuk padat. AC dibedakan berdasarkan 2.3.1 Agregat Kasar
nilai penetrasi (tingkat kekerasannya). Untuk Menurut SNI 1970-2008 , Agregat
Aspal dengan penetrasi rendah digunakan di Kasar adalah keriki sebagai hasil disintegrasi
daerah bercuaca panas, volume lalu lintas alami dari batuan atau berupa batu pecah yang
tinggi sedangkan aspal dengan penetrasi tinggi diperoleh dari industri pemecah batu dan
digunakan untuk daerah bercuaca dingin, lalu mempunyai ukuran butir antara 4,475 mm
lintas rendah. Aspal keras yang biasa (No.4 ) sampai 40 mm (No.11/2 Inci).
digunakan yaitu:
 AC Pen 40/50 Tabel 2. Ketentuan Agregat Kasar
 AC Pen 60/70
 AC Pen 80/100
 AC Pen 120/150
 AC pen 200/300

b. Aspal cair (Cut Back Asphalt)


Aspal cair adalah campuran antara aspal
keras dengan bahan pencair dari hasil
penyulingan minyak bumi. Maka cut back
asphalt berbentuk cair dalam temperatur
ruang. Aspal cair digunakan untuk keperluan
lapis resap pengikat (prime coat).

c. Aspal emulsi
Aspal emulsi adalah suatu campuran Sumber: Speksifikasi Umum Bina Marga, 2010.(Revisi 3)
aspal dengan air dan bahan pengemulsi. Pada
proses ini partikel-partikel aspal padat
dipisahkan dan didispersikan dalam air.

3
2.3.2 Agregat Halus Tabel 4. Amplop Gradasi Agregat Gabungan
Berdasarkan SNI 03-6820-2002 Untuk Campuran Laston AC-WC
AGREGAT % LOLOS
Agregat halus adalah agregat besar butir Ukuran Saringan
Agregat Kasar Agregat Halus Filler CAMPURAN Spek. AC-WC
% % ( GABUNGAN )
maksimum 4,76 mm yang berasal dari alam Inc
1
Mm
25.40
%

atau hasil alam, sedangkan agregat halusolahan ¾


½
19.10
12.70
100
90-100
adalah agregat halus yang dihasilkan dari 3/8
No 4
9.50
4,75
77-90
53-69
pecahan dan pemisahan butiran dengan cara No 8
No 16
2.46
1.18
33-53
21-40
penyaringan atau cara lainnya dari batuan atau No 30
No 50
0.60
0.30
14-30
9-22
terkat tanur tinggi. No 100 0.15 6-15
No 200 0.075 4-9

Sumber : Spesifikasi Umun Bina Marga 2010 (Revisi 3)


Tabel 3. Ketentuan Agregat Halus

Sumber: Speksifikasi Umum Bina Marga, 2010.(Revisi 3)

2.3.3 Bahan Pengisi (Filler)


Filler adalah suatu bahan berbutir halus
yang lewat ayakan No. 200 (0,075 mm). Bahan
filler sendiri dapat berupa : debu batu, kapur,
Portland cement atau bahan lainnya (Bahan
dan Struktur Jalan Raya, Ir. Soeprapto Gambar 1. Gradasi Campuran Laston
Tatomihardjo, M.Sc ; 1994) Filler mempunyai AC-WC Spesifikasi Bina Marga 2010
fungsi mempertinggi kepadatan dan stabilitas
campuran, menambah jumlah titik kontak
butiran, mengurangi jumlah bitumen yang
digunakan untuk mengisi rongga dalam 3. METODOLOGI PENELITIAN
campuran. Metode yang digunakan dalam
Bahan pengisi ( filler ) pada campuran penelitian ini adalah metode eksperimental
beraspal terutama Laston sebagai lapis yaitu dengan melakukan percobaan terhadap
permukaan jalan, merupakan salah satu sejumlah benda uji dimana akan didapat data-
komponen yang mempunyai prosentase yang data primer dan metode studi pustaka yang
terkecil disamping aspal. Namun mempunyai bertujuan mengkaji hubungan antarabahan-
fungsi yang sangat penting untuk bahan yang diteliti dengan teori-teori yang ada
memodifikasi gradasi agregat halus dalam dan didapat kesimpulan sementara. Metode-
campuran beraspal, sehingga kepadatan metode ini merupakan metode yang relevan
campuran bias meningkat. kerena metode tersebut memungkinkan
didapatnya kebenaran yang objektif dengn
2.4 Gradasi adanya fakta-fakta serta literatur-literatur
Gradasi agregat dinyatakan dalam sebagai bukti.
persentase berat masing-masing contoh yang Perencanaan campuran menggunakan
lolos pada saringan tertentu. Persentase ini metode Bina Marga dimana metode ini
ditentukan dengan menimbang agregat yang merupakan adaptasi dari metode Asphalt
lolos atau tertahan pada masing-masing Institute (AI) untuk penggunaannya di
saringan. (Buku 1: Petunjuk umum, Manual Indonesia.
Pekerjaan Campuran Beraspal Panas)

4
yang telah ada. Berikut adalah hasil dari data
pemeriksaan agregat dan aspal.

Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Penetrasi 60/70


Syarat
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan
Min Max
Penetrasi 25°C,100 Gr, 5 Detik 66 60 70 0,1 Mm
Titik Lembek 52 48 58 °C
Titik Nyala 305 200 - °C
Daktilitas 25°C 130 100 - Cm
Berat Jenis Aspal 1,1231 1 - Gr/Cc
Penurunan Berat 0,1496 - 0,8 %
Penetrasi Setelah Penurunan Berat 57 54 - 0,1 Mm
Daktilitas Setelah Penurunan
Berat 120 50 - Cm

Sumber: Hasil pemeriksaan di Laboratorium Unit Pengujian


Mutu Pembinaan Jasa Konstruksi (UPMPJK) Dinas PU Prov.
Kalbar (Data Sekunder)

Tabel 7. Hasil Pemeriksaan Agreggat Kasar


Batu 1 - 2 cm
No Jenis Pemerikasaan Spesifikasi Hasil Keterangan

Keausan agregat
1 Maks 40 % 11,63 % Memenuhi
(Los Angeles)

Gambar 2. Bagan alir peneltian 2 Berat jenis Bulk Min 2,5 2.669 gr/cm3 Memenuhi

3 Berat jenis SSD Min 2,5 2.686 gr/cm3 Memenuhi

Berat jenis semu


Tabel 5. Tabel Benda Uji 4 Min 2,5 2.715 gr/cm3 Memenuhi
(APParent)
Komposisi Kadar Jumlah
Kelompok Filler Aspal Benda Uji
5,0 % 3 Buah Penyerapan
5 Maks 3 0,629 % Memenuhi
5,5 % 3 Buah (Absorption)
A (Instant Powder) X% 6,0 % 3 Buah
6,5 % 3 Buah Sumber: Hasil pemeriksaan di Laboratorium Unit Pengujian
7,0 % 3 Buah Mutu Pembinaan Jasa Konstruksi (UPMPJK) Dinas PU Prov.
5,0 % 3 Buah Kalbar
5,5 % 3 Buah
B (Semen Potrland) X% 6,0 % 3 Buah
6,5 % 3 Buah
Tabel 8. Hasil Pemeriksaan Batu Pecah 0,5
7,0 % 3 Buah cm
5,0 % 3 Buah Jenis
No Spesifikasi Hasil Keterangan
5,5 % 3 Buah Pemerikasaan
C (Abu Batu) X% 6,0 % 3 Buah
6,5 % 3 Buah Keausan agregat
1 - - -
7,0 % 3 Buah (Los Angeles)
Total 45 Buah
2 Berat jenis Bulk Min 2,5 2,515 gr/cm3 Memenuhi
Sumber :Rencana Analisa
3 Berat jenis SSD Min 2,5 2,561 gr/cm3 Memenuhi

Berat jenis semu


4. HASIL ANALISA PENELITIAN 4 Min 2,5 2,636 gr/cm3 Memenuhi
(APParent)
Pada proses mendapatkan data,
Penyerapan
pemeriksaan agregat menggunakan data 5
(Absorption)
Mak 3 1,834 % Memenuhi
primer dan data sekunder yaitu dengan
melakukan pengujian terhadap agregat tersebut Sumber: Hasil pemeriksaan di Laboratorium Unit Pengujian
seperti analisa saringan, abrasi, berat jenis, dan Mutu Pembinaan Jasa Konstruksi (UPMPJK) Dinas PU Prov.
kepipihan, sementara pada pemeriksaan aspal Kalbar
penetrasi 60/70 menggunakan data sekunder

5
Tabel 9. Hasil Pemeriksaan Abu Batu untuk jenis AC-WC, perhitungannya dengan
No
Jenis
Spesifikasi Hasil Keterangan
menggunakan cara coba - coba (trial and
Pemerikasaan error). Dengan cara ini, maka akan diperoleh
1 Berat jenis Bulk Min 2,5 2,625 gr/cm3 Memenuhi
seberapa besar presentase campuran dari
masing-masing agregat pada campuran AC-
2 Berat jenis SSD Min 2,5 2,641 gr/cm3 Memenuhi WC tersebut yang ideal untuk digunakan
Berat jenis semu dalam proses pencampuran. Maka dalam
3 Min 2,5 2,667 gr/cm3 Memenuhi grafik akan dapat terlihat batasan-batasan
(APParent)
spesifikasi untuk jenis campuran Hrs-Wc baik
Penyerapan
4 Mak 3 0,604 % Memenuhi itu yang gradasi sendang maupun semi senjang
(Absorption)
dan dari hasil agregat yang dianalisa didapat
spesifikasi gradasi semi senjang yang
memenuhi persyaratan. Hasil perhitungan
proporsi campuran dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 10. Hasil Pemeriksaan Pasir
Jenis Tabel 13. Campuran Proporsi Agregat
No Spesifikasi Hasil Keterangan
Pemerikasaan Gradasi Gabungan
AGREGAT % LOLOS HASIL GRADASI
Ukuran Saringan
batu 1-2 Batu 0-5 Abu Batu Pasir SPESIFIKASI
1 Berat jenis Bulk Min 2,5 2,791 gr/cm3 Memenuhi Inc mm 11% 29% 40% 17%
Filler
3%
CAMPURAN
( GABUNGAN )
1 25,40 100,00 100,0 100,0 100,0 100,0 100,00
3/4 19,10 100,00 100,0 100,0 100,0 100,0 100,00 100
2 Berat jenis SSD Min 2,5 2,803 gr/cm3 Memenuhi 1/2 12,70 24,67 100,00 100,0 100,0 100,0 91,71 90 - 100
3/8 9,50 3,05 99,27 100,0 100,0 100,0 89,12 77 - 90
No 4 4,75 1,80 13,64 94,5 100,0 100,0 61,97 53 - 69
Berat jenis semu No 8 2,36 1,73 0,24 67,7 99,4 100,0 47,24 33 - 53
3 Min 2,5 2,823 gr/cm3 Memenuhi No 16
No 30
1,18 0,00
0,00
0,00
0,00
38,8
24,3
97,5
90,1
100,0
100,0
35,10 21 - 40
14 - 30
(APParent) 0,60 28,06
No 50 0,30 0,00 0,00 15,4 13,6 100,0 11,47 9 - 22
No 100 0,15 0,00 0,00 8,1 0,7 100,0 6,35 6 - 15
No 200 0,075 0,00 0,00 5,4 0,0 100,00 5,18 4 -9
Penyerapan
4 Mak 3 0,402 % Memenuhi Sumber: Hasil pemeriksaan di Laboratorium Unit Pengujian
(Absorption) Mutu Pembinaan Jasa Konstruksi (UPMPJK) Dinas PU Prov.
Kalbar

Tabel 11. Hasil Pemeriksaan Instant Powder


Jenis Catatan: Agregat Kasar : 11 + 29 = 40%
No Spesifikasi Hasil Keterangan
Pemerikasaan Agregat Halus : 40 + 17 = 57 %
1 Berat jenis Bulk Min 2,5 3,01 gr/cm3 Memenuhi
Filler : =3 %

Berat jenis semu


2 Min 2,5 3,03 gr/cm3 Memenuhi
(APParent)

Tabel 12. Hasil Pemeriksaan Semen Portland


Jenis
No Spesifikasi Hasil Keterangan
Pemerikasaan

1 Berat jenis Bulk Min 2,5 3,15 gr/cm3 Memenuhi

Berat jenis semu


2 Min 2,5 3,15 gr/cm3 Memenuhi
(APParent)

Sumber: Hasil pemeriksaan di Laboratorium Unit Pengujian


Mutu Pembinaan Jasa Konstruksi (UPMPJK) Dinas PU Prov.
Kalbar
Gambar 3. Amplop Gradasi Gabungan

Dari hasil pengujian analisa saringan


untuk masing - masing agregat maka diperoleh
data untuk menentukan hasil proporsi pada
campuran jenis AC-WC. Dalam perhitungan
penentuan proporsi campuran yang akan dibuat

6
Tabel 14. Proporsi Campuran 4.3.1.2 Penentuan KAO Menggunakan
Kadar Aspal Campuran (%) 5% 5,5% 6% 6,5% 7% Filler Instant Powder
Proporsi Campuran AC-WC
1 2 3 4 5 Selanjutnya dari grafik dibawah ini
(gram) (gram) (gram) (gram) (gram) dapat kita lihat spesifikasi yang memenuhi
a. Batu Crusser 1 - 2 125.4 124.7 124.1 123.4 122.8 persyaratan untuk AC-WC dan Batas
c . Batu Crusser 0.5 330.6 328.9 327.1 325.4 323.6 spesifikasi tersebut berdasarkan nilai kadar
d. Stone Dust 456.0 453.6 451.2 448.8 446.4 aspalnya dapat diplot ke dalam diagram batang
e. Pasir 193.8 192.8 191.8 190.7 189.7 (Bar chart) baik untuk menggunakan Filler
f. Filler 34.2 34.0 33.8 33.7 33.5 Instant Powder seperti terlihat gambar berikut:
Aspal 60.0 66.0 72.0 78.0 84.0
RENTANG KADAR ASPAL TOTAL YANG MEMENUHI PERSYARATAN
SIFAT SIFAT CAMPURAN
Berat Total 1200 1200 1200 1200 1200 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0

RONGGA DALAM AGREGAT ( VMA )


Sumber: Hasil pemeriksaan di Laboratorium Unit Pengujian RONGGA TERISI ASPAL ( VFB )
Mutu Pembinaan Jasa Konstruksi (UPMPJK) Dinas PU Prov.
STABILITAS MARSHAL
Kalbar
KELELEHAN

MARSHAL QUOTIENT

RONGGA UDARA ( VIM )

4.3.1.1 Hasil Marshall Test


Menggunakan Filler Instant Powder SUPERPOSISI DALAM CAMPURAN KADAR
ASPAL YANG MEMENUHI PERSYARATAN 6,75

Gambar 4. Diagram Batang Penentuan


Tabel 15. Hasil Perhitungan Hubungan Kadar KAO dengan Filler Instand Powder
Aspal dengan Sifat Marshall Menggunakan
Filler Instant Powder
4.3.1.3 Hasil Marshall Test Dengan Filler
No. Kadar Aspal(%) Stabilitas (Kg/mm) Flow (mm) VIM VFB VMA MQ
Semen Portland
5 1984,0 4,5 7,3 61,4 18,9 440,9

I 5 1951,2 4,2 7,7 60,0 19,3 464,6


Tabel 16. Hasil Perhitungan Hubungan Kadar
5 2016,8 4,1 8,8 56,5 20,2 491,9
Aspal dengan Sifat Marshall Menggunakan
Rata-rata 1984,0 4,3 7,9 59,3 19,5 465,8
Filler Semen Portland
No. Kadar Aspal(%) Stabilitas (Kg/mm) Flow (mm) VIM VFB VMA MQ

5,5 2246,4 3,9 5,2 71,0 18,0 576,0 5 1557,7 4,2 8,4 58,0 19,9 370,9

5,5 2164,4 3,7 7,6 62,3 20,0 585,0 I 5 1492,1 4,0 8,4 57,9 20,0 373,0
II
5 1459,3 3,8 7,9 59,4 19,6 384,0
5,5 2131,6 3,5 7,1 63,8 19,7 609,0
Rata-rata 1503,0 4,0 8,2 58,4 19,8 376,0
Rata-rata 2180,8 3,700 6,6 65,7 19,2 590,0

5,5 1344,5 4,0 8,0 61,1 20,5 336,1


6 1836,4 3,900 5,4 71,9 19,1 470,9
II 5,5 1328,1 4,1 8,1 60,6 20,6 323,9

III 6 1902,0 3,600 5,7 70,4 19,4 528,3


5,5 1360,9 3,9 7,5 62,7 20,1 349,0

6 1803,6 3,800 5,8 70,2 19,4 474,6 Rata-rata 1344,5 4,0 7,9 61,5 20,4 336,3

Rata-rata 1847,4 3,767 5,6 70,8 19,3 491,3

6 1229,8 3,8 6,2 68,7 19,9 323,6

6,5 1705,3 3,800 4,1 78,3 18,9 448,8 III 6 1328,1 3,9 7,2 65,2 20,8 340,5

6 1344,5 4,2 6,4 68,0 20,1 320,1


IV 6,5 1639,7 3,800 4,8 75,4 19,5 431,5
Rata-rata 1300,8 4,0 6,6 67,3 20,2 328,1
6,5 1672,5 3,400 4,7 75,9 19,4 491,9

Rata-rata 1672,5 3,667 4,5 76,5 19,3 457,4


6,5 1590,5 4,1 4,9 75,1 19,7 387,9

IV 6,5 1164,2 3,3 5,3 73,7 20,0 352,8


7 1557,7 3,300 3,4 82,5 19,2 472,0
6,5 1344,5 3,6 4,5 76,7 19,3 373,5

V 7 1656,1 3,800 3,9 80,3 19,6 435,8 Rata-rata 1366,4 3,7 4,9 75,2 19,7 371,4

7 1606,9 3,900 4,0 79,8 19,7 412,0

Rata-rata 1606,9 3,667 3,7 80,9 19,5 440,0 7 1229,8 3,5 4,4 78,2 20,2 351,4

V 7 1131,4 3,2 4,6 77,3 20,4 353,6

Sumber: Hasil pemeriksaan di Laboratorium Unit Pengujian Mutu 7 1344,5 3,8 4,5 77,8 20,3 353,8
Pembinaan Jasa Konstruksi (UPMPJK) Dinas PU Prov. Kalbar Rata-rata 1235,2 3,5 4,5 77,7 20,3 352,9

Sumber: Hasil pemeriksaan di Laboratorium Unit Pengujian


Mutu Pembinaan Jasa Konstruksi (UPMPJK) Dinas PU Prov.
Kalbar

7
4.3.1.1 Penentuan KAO dengan 4.3.1.6 Penentuan KAO dengan
Menggunakan Filler Semen Portland Menggunakan Filler Abu Batu
Selanjutnya dari grafik dibawah ini
Selanjutnya dari grafik dibawah ini dapat kita lihat spesifikasi yang memenuhi
dapat kita lihat spesifikasi yang memenuhi persyaratan untuk AC-WC dan Batas
persyaratan untuk AC-WC dan Batas spesifikasi tersebut berdasarkan nilai kadar
spesifikasi tersebut berdasarkan nilai kadar aspalnya dapat diplot ke dalam diagram batang
aspalnya dapat diplot ke dalam diagram batang (Bar chart) baik untuk menggunakan Filler
(Bar chart) baik untuk menggunakan Filler Abu Batu seperti terlihat gambar berikut:
Semen Portland seperti terlihat gambar berikut:
RENTANG KADAR ASPAL TOTAL YANG MEMENUHI PERSYARATAN
SIFAT SIFAT CAMPURAN
5,0 5,5 6,0 6,5 7,0
RENTANG KADAR ASPAL TOTAL YANG MEMENUHI PERSYARATAN
SIFAT SIFAT CAMPURAN RONGGA DALAM AGREGAT ( VMA )
5,0 5,5 6,0 6,5 7,0

RONGGA TERISI ASPAL ( VFB )


RONGGA DALAM AGREGAT ( VMA )

STABILITAS MARSHAL
RONGGA TERISI ASPAL ( VFB )

KELELEHAN
STABILITAS MARSHAL

MARSHAL QUOTIENT
KELELEHAN

RONGGA UDARA ( VIM )


MARSHAL QUOTIENT

RONGGA UDARA ( VIM )

SUPERPOSISI DALAM CAMPURAN KADAR


ASPAL YANG MEMENUHI PERSYARATAN 6,75
SUPERPOSISI DALAM CAMPURAN KADAR
ASPAL YANG MEMENUHI PERSYARATAN 6,75 Gambar 6. Diagram Batang Penentuan
Gambar 5.Diagram Batang Penentuan KAO dengan Filler Abu Batu
KAO dengan Filler Semen Portland
Dari ketiga perhitungan diatas dibuat
4.3.1.5 Hasil Marshall Test Dengan Filler tabel perbandingan perhitungan sebagai
Abu Batu berikut :

Tabel 18. Perbandingan Hasil Perhitungan


Tabel 17. Hasil Perhitungan Hubungan
Kadar Aspal Antara Filler Instant Powder,
Kadar Aspal dengan Sifat Marshall Semen Portland dan Abu Batu
Menggunakan Filler Abu Batu
Flow
VIM VFB VMA MQ
No. Kadar Aspal(%) Stabilitas (Kg/mm) (mm) Stabilitas Flow
VIM VFB VMA MQ Kao
5 1541,3 3,1 8,3 57,6 19,5 497,2 Filler Kadar Aspal (Kg/mm) (mm)
I 5 1475,7 3,0 9,7 53,3 20,7 491,9 5,0 1984,0 4,3 7,9 59,3 19,5 465,8
5 1492,1 3,0 8,2 57,6 19,5 497,4 5,5 2180,8 3,7 6,6 65,7 19,2 590,0
Rata-rata 1503,0 3,0 8,7 56,2 19,9 495,5 Instant Powder 6,0 1847,4 3,8 5,6 70,8 19,3 491,3 6,75
6,5 1672,5 3,7 4,5 76,5 19,3 457,4
5,5 1311,7 3,5 6,7 64,6 19,1 374,8 7,0 1606,9 3,7 3,7 80,9 19,5 440,0
II 5,5 1426,5 3,7 7,2 63,1 19,4 385,5

5,5 1377,3 3,4 7,9 60,5 20,1 405,1 5,0 1503,0 4,0 8,2 58,4 19,8 376,0
Rata-rata 1371,9 3,5 7,3 62,7 19,5 388,5 5,5 1344,5 4,0 7,9 61,5 20,4 336,3
Semen Portland 6,0 1300,8 4,0 6,6 67,3 20,2 328,1 6,75
6 1360,9 3,3 6,2 68,2 19,5 412,4 6,5 1366,4 3,7 4,9 75,2 19,7 371,4
III 6 1557,7 3,4 5,8 69,9 19,1 458,1 7,0 1235,2 3,5 4,5 77,7 20,3 352,9
6 1426,5 3,5 7,3 64,3 20,5 407,6

Rata-rata 1448,4 3,4 6,4 67,4 19,7 426,0 5,0 1503,0 3,0 8,7 56,2 19,9 495,5
5,5 1371,9 3,5 7,3 62,7 19,5 388,5
6,5 1197,0 3,0 4,7 75,3 19,2 399,0 Abu Batu 6,0 1448,4 3,4 6,4 67,4 19,7 426,0 6,75
IV 6,5 1180,6 3,4 6,0 70,2 20,3 347,2 6,5 1213,4 3,2 4,9 74,8 19,3 380,3
6,5 1262,6 3,2 3,9 79,0 18,5 394,5 7,0 1257,1 3,4 4,4 77,8 19,8 374,3
Rata-rata 1213,4 3,2 4,9 74,8 19,3 380,3
Sumber: Hasil pemeriksaan di Laboratorium Unit Pengujian
Mutu Pembinaan Jasa Konstruksi (UPMPJK) Dinas PU Prov.
7 1180,6 3,5 4,2 78,5 19,7 337,3 Kalbar
V 7 1279,0 3,2 4,4 77,8 19,8 399,7

7 1311,7 3,4 4,6 77,1 20,0 385,8

Rata-rata 1257,1 3,4 4,4 77,8 19,8 374,3

Sumber: Hasil pemeriksaan di Laboratorium Unit Pengujian


Mutu Pembinaan Jasa Konstruksi (UPMPJK) Dinas PU Prov.
Kalbar

8
4.4 Hasil Pemeriksaan Pada Kadar 5. PEMBAHASAN
Aspal Optimum (KAO) 5.1.1 Hubungan Kadar Aspal Dengan VIM
Pada Campuran Aspal Dengan Filler
Tabel 19. Proporsi Campuran Pada kadar Instant Powder
Aspal Optimum Masalah di lapangan yang sering terjadi,
Kadar Aspal Campuran (%) 6.75%
kadar rongga akhir selalu tinggi atau pada saat
Proporsi Campuran AC-WC (gram) pemadatan selesai. VIM dicapai lebih besar
a. Batu Crusser 1 - 2 123.1 dari 6%. Akibat yang terjadi adalah munculnya
c . Batu Crusser 0.5 324,5 retak dini, pelepasan butir, dan pengelupasan.
d. Stone Dust 447,6 VIM dapat manjadi indikator durability dan
e. Pasir 190,2 kemungkinan bleeding.
f. Filler 33,6 Dari Tabel 19 dapat dilihat bahwa
Aspal 81 penambahan kadar aspal menyebabkan rongga
Berat Total 1200
dalam campuran mengecil, hal ini disebabkan
aspal mampu mengisi lebih banyak rongga-
Sumber: Hasil pemeriksaan di Laboratorium Unit Pengujian rongga yang ada sehingga campuran menjadi
Mutu Pembinaan Jasa Konstruksi (UPMPJK) Dinas PU Prov.
Kalbar lebih rapat atau rongga menjadi makin kecil
dan makin sedikit. Dimana dari ketentuan
Tabel 20. Hasil Perhitungan KAO Dengan menurut Bina Marga, 2010 mengizinkan nilai
Filler Instant Powder Minimal 3% dan maksimal 5%.
Filler
kadar
aspal Stabilitas Flow (mm) VIM VFB VMA MQ
Campuran yang mengalami pemadatan
Instant Powder 6,75% 1721,7 3,8 4,9 75,4 20,1 454,7 karena lalu-lintas berat di mana VIM dicapai
Sumber: Hasil pemeriksaan di Laboratorium Unit Pengujian kurang dari 3% akan mengakibatkan alur
Mutu Pembinaan Jasa Konstruksi (UPMPJK) Dinas PU Prov. plastis dan jembul. Nilai VIM lebih dari 5 %
Kalbar
mengakibatkan campuran tidak kedap air. Di
samping itu, kadar aspal menjadi tinggi dapat
pula disebabkan oleh fasilitas pencampuran
Tabel 21. Hasil Perhitungan KAO Dengan
yang kurang baik, atau adanya sejumlah bahan
Filler Semen Portland
filler lolos Saringan No.200 yang tinggi.
kadar
Filler aspal Stabilitas Flow (mm) VIM VFB VMA MQ
semen Portland 6,75% 1355,5 3,7 5,3 74,0 20,5 366,8
5.1.2 Hubungan Kadar Aspal dengan VMA
Sumber: Hasil pemeriksaan di Laboratorium Unit Pengujian
Pada Campuran Aspal Dengan Filler
Mutu Pembinaan Jasa Konstruksi (UPMPJK) Dinas PU Prov. Instant Powder
Kalbar Dari Tabel 19 Dapat dilihat bahwa
penambahan kadar aspal menyebabkan VMA
Cenderung semakin meningkat Bina Marga,
Tabel 22. Hasil Perhitungan KAO Dengan 2010 memberikan prosentase minimum
Filler Abu Batu sebesar 15%. Dari grafik hasil percobaan,
kadar menunjukkan garis hubungan tidak
Filler aspal Stabilitas Flow (mm) VIM VFB VMA MQ
mempunyai nilai minimum dan menghasilkan
Abu Batu 6,75% 1158,7 3,8 6,0 70,9 20,7 305,7
Sumber: Hasil pemeriksaan di Laboratorium Unit Pengujian nilai maksimum yaitu rata – rata sebesar 19 %.
Mutu Pembinaan Jasa Konstruksi (UPMPJK) Dinas PU Prov. Rongga minimum dalam agregat
Kalbar dibutuhkan untuk mencegah terjadinya
kekurangan aspal dalam campuran yang
Tabel 23. Perbandingan Hasil Perhitungan
mengakibatkan butiran dalam campuran lepas,
Kadar Aspal Optimum (KAO) Antara Filler
campuran retak (crack), sehingga umur
Instant Powder, Semen Portland dan Abu
layanan menjadi lebih pendek. VMA juga
Batu
kadar dapat dijadikan indikator terhadap durability
Filler aspal Stabilitas Flow (mm) VIM VFB VMA MQ
Instant Powder 6,75% 1721,7 3,8 4,9 75,4 20,1 454,7 campuran.
semen Portland 6,75% 1355,5 3,7 5,3 74,0 20,5 366,8
Abu Batu 6,75% 1158,7 3,8 6,0 70,9 20,7 305,7
Nilai VMA dapat ditambah dengan
Sumber: Hasil pemeriksaan di Laboratorium Unit Pengujian menyediakan rongga yang cukup untuk aspal
Mutu Pembinaan Jasa Konstruksi (UPMPJK) Dinas PU Prov. dan VIM, yaitu dengan mengatur gradasi
Kalbar agregat. Penambahan proporsi agregat kasar

9
atau halus dan pengurangan bahan pengisi / pemadatan lapisan, mengakibatkan aspal
filler mengaikibatkan volume rongga semakin meleleh keluar, yang disebut bleeding.
besar. Bina Marga, 2010 memberikan batasan
stabilitas minimum sebesar 800 kg. Dari grafik
5.1.3 Hubungan Kadar Aspal dengan VFB dapat dilihat pada kadar aspal 5% stabilitas
Pada Campuran Aspal Dengan Filler mencapai nilai tertinggi. Penambahan kadar
Instant Powder aspal yang melampui 7 % sudah menunjukkan
VFB adalah bagian dari VMA yang penurunan nilai stabilitas. Stabilitas yang
terisi oleh aspal, tidak termasuk aspal yang terlalu tinggi menyebabkan perkerasan mudah
terabsorbsi oleh masing-masing butir agregat retak dan bila terlalu rendah mudah terjadi
(Sukirman, 2003:89). Dengan demikian, aspal deformasi.
VFB adalah aspal yang berfungsi untuk
menyelimuti butir-butir agregat dalam 5.1.5 Hubungan Kadar Aspal dengan
campuran padat. VFB inilah menjadi film atau Flow Pada Campuran Aspal Dengan Filler
selimut aspal, yang menjadi indikator tentang Instant Powder
durability campuran. Kelelehan plastis (flow) merupakan
Dari Tabel 19 dapat dilihat bahwa indikator terhadap lentur. Pada tabel 19
peningkatan kadar aspal dalam campuran diperlihatkan bahwa dengan penambahan
menyebabkan rongga-rongga dalam campuran kadar aspal mengakibatkan menurunnya nilai
semakin banyak terisi aspal. Hal ini kelelehan plastis (flow). Hal ini disebabkan
menunjukkan tidak adanya halangan bagi aspal karena bertambahnya aspal yang mengisi
dalam mengisi rongga-rongga yang ada. rongga sehingga volume rongga semakin
Bina marga, 2010 memberikan toleransi besar.
minimum VFB sebesar 65%. Nilai minimum Bina Marga, 2010 memberikan batasan
ini untuk mencegah terjadinya keausan lapisan minimum untuk flow sebesar 2 mm
perkerasan jalan. VFB membatasi level danmaksimum sebesar 4 mm. Flow dibutuhkan
maksimum VMA, sekaligus membatasi level agar perkerasan mempunyai daerah mulur
maksimum penambahan kadar aspal VFB juga akibat pembebanan. Pada saat terjadi
membatasi rongga udara untuk campuran yang pembebanan campuran mulur / memanjang
mendekati kriteria VMA. Kriteria dari VFB untuk mengikuti pembebanan agar perkerasan
membantu agar campuran tidak mudah rutting tidak retak.
terhadap beban lalu-lintas berat. Dalam tabel 19 diperlihatkan, semakin
tinggi kadar aspal semakin kecil pula nilai
5.1.4 Hubungan Kadar Aspal dengan flow. Itu berarti perkerasan mudah retak.
Stabilitas Pada Campuran Aspal Dengan Tetapi besarnya flow juga dibatasi untuk
Filler Instant Powder mencegah terjadi gelombang dan alur pada
Dari Tabel. 19 dapat dilihat perkerasan, sehingga perkerasan memberikan
penambahan kadar aspal cenderung kenyamanan dan keamanan berlalu-lintas.
menurunkan nilai stabilitas. Ini menunjukkan
bahwa dengan bertambahnya aspal 5.1.6 Hubungan Kadar Aspal dengan MQ
menyebabkan penguncian antar partikel Pada Campuran Aspal Dengan Filler
agregat dan daya ikat aspal terhadap agregat Instant Powder
menjadi lebih kecil, daya adhesi dan kohesi Nilai MQ merupakan pendekatan
dari aspal menjadi tidak baik. terhadap kekakuan dan kelenturan dari suatu
Penambahan kadar aspal yang terus lapis perkerasan. Bila campuran mempunyai
menerus menyebabkan nilai stabilitas semakin nilai MQ yang tinggi berarti campuran itu kaku
turun, karena sudah tidak efektif lagi. Kadar atau fleksibilitasnya rendah.
aspal yang terlalu tinggi menyebabkan aspal Pada Tabel 19 dapat dilihat pada kadar
tidak dapat menyelimuti agregat dengan baik. aspal 5,5% MQ mencapai nilai maksimum, dan
Aspal yang berlebihan tidak mampu lagi menurun dengan penambahan kadar aspal.
diserap oleh rongga dalam campuran, apabila Bina Marga,2010 memberi batasan minimum
ada beban lalu-lintas yang menambah 250 kg/mm. Dengan demikian MQ dapat

10
dijadikan indikator terhadap kelenturan 2010 memberikan prosentase minimum
(flexibility) yang potensial terhadap keratakan. sebesar 15%. Dari grafik hasil percobaan,
Dari Tabel 19 Dapat dilihat bahwa menunjukkan garis hubungan tidak
komposisi dari produk King Kong Instant mempunyai nilai minimum dan menghasilkan
Powder yang mengandung Semen putih, nilai maksimum yaitu rata – rata sebesar 19
Magnesium Silicate, Calsium Carbonate, sampai 20 %.
Perekat/Binder, Additives dapat meningkatkan Rongga minimum dalam agregat
nilai – nilai dari parameter uji marshall. dibutuhkan untuk mencegah terjadinya
kekurangan aspal dalam campuran yang
5.1.7 Hubungan Kadar Aspal dengan mengakibatkan butiran dalam campuran lepas,
Parameter Marshall pada Campuran Aspal campuran retak (crack), sehingga umur
Dengan Filler Semen Portland layanan menjadi lebih pendek. VMA juga
Semen merupakan salah satu bahan dapat dijadikan indikator terhadap durability
perekat yang jika dicampur dengan air mampu campuran.
mengikat bahan-bahan padat seperti pasir dan Nilai VMA dapat ditambah dengan
batu menjadi suatu kesatuan kompak. Sifat menyediakan rongga yang cukup untuk aspal
pengikatan semen ditentukan oleh susunan dan VIM, yaitu dengan mengatur gradasi
kimia yang dikandungnya. Kapur (CaO), Silika agregat. Penambahan proporsi agregat kasar
(SiO2), Alumina ( Al2O3), Besi (Fe2O3). Dari atau halus dan pengurangan bahan pengisi /
hasil analiasa dapat diketahui hasil dari filler mengaikibatkan volume rongga semakin
hubungan antara parameter – parameter besar.
marshall dengan penggunaan Semen Portland
sebagai pengganti Filler tersebut adalah 5.2.3 Hubungan Kadar Aspal dengan VFB
sebagai berikut : Pada Campuran Aspal Dengan Filler
Semen Portland
5.2.1 Hubungan Kadar Aspal Dengan VIM VFB adalah bagian dari VMA yang
Pada Campuran Aspal Dengan Filler terisi oleh aspal, tidak termasuk aspal yang
Semen Portland terabsorbsi oleh masing-masing butir agregat
Dari Tabel 19 dapat dilihat bahwa (Sukirman, 2003:89). Dengan demikian, aspal
penambahan kadar aspal menyebabkan rongga VFB adalah aspal yang berfungsi untuk
dalam campuran mengecil, hal ini disebabkan menyelimuti butir-butir agregat dalam
aspal mampu mengisi lebih banyak rongga- campuran padat. VFB inilah menjadi film atau
rongga yang ada sehingga campuran menjadi selimut aspal, yang menjadi indikator tentang
lebih rapat atau rongga menjadi makin kecil durability campuran.
dan makin sedikit. Dimana dari ketentuan Dari Tabel 19 dapat dilihat bahwa
menurut Bina Marga, 2010 mengizinkan nilai peningkatan kadar aspal dalam campuran
Minimal 3% dan maksimal 5%. menyebabkan rongga-rongga dalam campuran
Campuran yang mengalami pemadatan semakin banyak terisi aspal. Hal ini
karena lalu-lintas berat di mana VIM dicapai menunjukkan tidak adanya halangan bagi aspal
kurang dari 3% akan mengakibatkan alur dalam mengisi rongga-rongga yang ada.
plastis dan jembul. Nilai VIM lebih dari 5 % Bina marga, 2010 memberikan toleransi
mengakibatkan campuran tidak kedap air. Di minimum VFB sebesar 65%. Nilai minimum
samping itu, kadar aspal menjadi tinggi dapat ini untuk mencegah terjadinya keausan lapisan
pula disebabkan oleh fasilitas pencampuran perkerasan jalan. VFB membatasi level
yang kurang baik, atau adanya sejumlah bahan maksimum VMA, sekaligus membatasi level
filler lolos Saringan No.200 yang tinggi. maksimum penambahan kadar aspal VFB juga
membatasi rongga udara untuk campuran yang
5.2.2 Hubungan Kadar Aspal dengan VMA mendekati kriteria VMA. Kriteria dari VFB
Pada Campuran Aspal Dengan Filler membantu agar campuran tidak mudah rutting
Semen Portland terhadap beban lalu-lintas berat.
Dari Tabel 19 Dapat dilihat bahwa
penambahan kadar aspal menyebabkan VMA
Cenderung semakin meningkat Bina Marga,

11
5.2.4 Hubungan Kadar Aspal dengan Tetapi besarnya flow juga dibatasi untuk
Stabilitas Pada Campuran Aspal Dengan mencegah terjadi gelombang dan alur pada
Filler Semen Portland perkerasan, sehingga perkerasan memberikan
Dari Tabel. 19 dapat dilihat kenyamanan dan keamanan berlalu-lintas.
penambahan kadar aspal cenderung
menurunkan nilai stabilitas. Ini menunjukkan 5.2.6 Hubungan Kadar Aspal dengan MQ
bahwa dengan bertambahnya aspal Pada Campuran Aspal Dengan Filler
menyebabkan penguncian antar partikel Semen Portland
agregat dan daya ikat aspal terhadap agregat Nilai MQ merupakan pendekatan
menjadi lebih kecil, daya adhesi dan kohesi terhadap kekakuan dan kelenturan dari suatu
dari aspal menjadi tidak baik. lapis perkerasan. Bila campuran mempunyai
Penambahan kadar aspal yang terus nilai MQ yang tinggi berarti campuran itu kaku
menerus menyebabkan nilai stabilitas semakin atau fleksibilitasnya rendah.
turun, karena sudah tidak efektif lagi. Kadar Pada Tabel 20dapat dilihat bahwa
aspal yang terlalu tinggi menyebabkan aspal penambahan kadar aspal cenderung
tidak dapat menyelimuti agregat dengan baik. menurunlkan nilai MQ. Bina Marga,2010
Aspal yang berlebihan tidak mampu lagi memberi batasan minimum 250 kg/mm.
diserap oleh rongga dalam campuran, apabila Dengan demikian MQ dapat dijadikan
ada beban lalu-lintas yang menambah indikator terhadap kelenturan (flexibility) yang
pemadatan lapisan, mengakibatkan aspal potensial terhadap keratakan.
meleleh keluar, yang disebut bleeding. Dari Tabel 20 Dapat dilihat bahwa
Bina Marga,2010 memberikan batasan komposisi dari Semen Portland yng terdiri dari
stabilitas minimum sebesar 800 kg. Dari grafik Kapur (CaO), Silika (SiO2), Alumina (
dapat dilihat pada kadar aspal 5% stabilitas Al2O3), Besi (Fe2O3), mampu meningkatkan
mencapai nilai tertinggi. Penambahan kadar nilai – nilai dari parameter marshall. Akan
aspal yang melampui 7 % sudah menunjukkan tetapi hasil yang didapat masil kecil
penurunan nilai stabilitas. Stabilitas yang dibandingkan dengan penggunaan Instant
terlalu tinggi menyebabkan perkerasan mudah Powder sebagai pengganti Filler.
retak dan bila terlalu rendah mudah terjadi
deformasi. 5.3 Hubungan Kadar Aspal dengan
Parameter Marshall pada Campuran Aspal
5.2.5 Hubungan Kadar Aspal dengan Dengan Filler Abu batu
Flow Pada Campuran Aspal Dengan Filler Abu Batu adalah Material dari hasil
Semen Portland proses penghancuran batu yang lewat ayakan
Kelelehan plastis (flow) merupakan No. 200 (0,075 mm). Dari hasil analiasa dapat
indikator terhadap lentur. Pada tabel 4.16 diketahui hasil dari hubungan antara parameter
diperlihatkan bahwa dengan penambahan – parameter marshall dengan penggunaan Abu
kadar aspal mengakibatkan menurunnya nilai Batu sebagai pengganti Filler tersebut adalah
kelelehan plastis (flow). Hal ini disebabkan sebagai berikut :
karena bertambahnya aspal yang mengisi
rongga sehingga volume rongga semakin
besar. 5.3.1 Hubungan Kadar Aspal Dengan VIM
Bina Marga, 2010 memberikan batasan Pada Campuran Aspal Dengan Filler Abu
minimum untuk flow sebesar 2 mm Batu
danmaksimum sebesar 4 mm. Flow dibutuhkan Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa
agar perkerasan mempunyai daerah mulur penambahan kadar aspal menyebabkan rongga
akibat pembebanan. Pada saat terjadi dalam campuran mengecil, hal ini disebabkan
pembebanan campuran mulur / memanjang aspal mampu mengisi lebih banyak rongga-
untuk mengikuti pembebanan agar perkerasan rongga yang ada sehingga campuran menjadi
tidak retak. lebih rapat atau rongga menjadi makin kecil
Dalam tabel 20 diperlihatkan, semakin dan makin sedikit. Dimana dari ketentuan
tinggi kadar aspal semakin kecil pula nilai menurut Bina Marga, 2010 mengizinkan nilai
flow. Itu berarti perkerasan mudah retak. Minimal 3% dan maksimal 5%.

12
Campuran yang mengalami pemadatan menunjukkan tidak adanya halangan bagi aspal
karena lalu-lintas berat di mana VIM dicapai dalam mengisi rongga-rongga yang ada.
kurang dari 3% akan mengakibatkan alur Bina marga, 2010 memberikan toleransi
plastis dan jembul. Nilai VIM lebih dari 5 % minimum VFB sebesar 65%. Nilai minimum
mengakibatkan campuran tidak kedap air. Di ini untuk mencegah terjadinya keausan lapisan
samping itu, kadar aspal menjadi tinggi dapat perkerasan jalan. VFB membatasi level
pula disebabkan oleh fasilitas pencampuran maksimum VMA, sekaligus membatasi level
yang kurang baik, atau adanya sejumlah bahan maksimum penambahan kadar aspal VFB juga
filler lolos Saringan No.200 yang tinggi. membatasi rongga udara untuk campuran yang
mendekati kriteria VMA. Kriteria dari VFB
5.3.2 Hubungan Kadar Aspal dengan VMA membantu agar campuran tidak mudah rutting
Pada Campuran Aspal Dengan Filler Abu terhadap beban lalu-lintas berat.
batu
Dari Tabel 20 Dapat dilihat bahwa 5.3.4 Hubungan Kadar Aspal dengan
penambahan kadar aspal menyebabkan VMA Stabilitas Pada Campuran Aspal Dengan
Cenderung semakin meningkat Bina Marga, Filler Abu Batu
2010 memberikan prosentase minimum Dari Tabel. 20 dapat dilihat
sebesar 15%. Dari grafik hasil percobaan, penambahan kadar aspal cenderung
menunjukkan garis hubungan tidak menurunkan nilai stabilitas. Ini menunjukkan
mempunyai nilai minimum dan menghasilkan bahwa dengan bertambahnya aspal
nilai maksimum yaitu rata – rata sebesar 19 %. menyebabkan penguncian antar partikel
Rongga minimum dalam agregat agregat dan daya ikat aspal terhadap agregat
dibutuhkan untuk mencegah terjadinya menjadi lebih kecil, daya adhesi dan kohesi
kekurangan aspal dalam campuran yang dari aspal menjadi tidak baik.
mengakibatkan butiran dalam campuran lepas, Penambahan kadar aspal yang terus
campuran retak (crack), sehingga umur menerus menyebabkan nilai stabilitas semakin
layanan menjadi lebih pendek. VMA juga turun, karena sudah tidak efektif lagi. Kadar
dapat dijadikan indikator terhadap durability aspal yang terlalu tinggi menyebabkan aspal
campuran. tidak dapat menyelimuti agregat dengan baik.
Nilai VMA dapat ditambah dengan Aspal yang berlebihan tidak mampu lagi
menyediakan rongga yang cukup untuk aspal diserap oleh rongga dalam campuran, apabila
dan VIM, yaitu dengan mengatur gradasi ada beban lalu-lintas yang menambah
agregat. Penambahan proporsi agregat kasar pemadatan lapisan, mengakibatkan aspal
atau halus dan pengurangan bahan pengisi / meleleh keluar, yang disebut bleeding.
filler mengaikibatkan volume rongga semakin Bina Marga,2010 memberikan batasan
besar. stabilitas minimum sebesar 800 kg. Dari grafik
dapat dilihat pada kadar aspal 5% stabilitas
5.3.3 Hubungan Kadar Aspal dengan VFB mencapai nilai tertinggi. Penambahan kadar
Pada Campuran Aspal Dengan Filler Abu aspal yang melampui 7 % sudah menunjukkan
batu penurunan nilai stabilitas. Stabilitas yang
VFB adalah bagian dari VMA yang terlalu tinggi menyebabkan perkerasan mudah
terisi oleh aspal, tidak termasuk aspal yang retak dan bila terlalu rendah mudah terjadi
terabsorbsi oleh masing-masing butir agregat deformasi.
(Sukirman, 2003:89). Dengan demikian, aspal
VFB adalah aspal yang berfungsi untuk 5.3.5 Hubungan Kadar Aspal dengan
menyelimuti butir-butir agregat dalam Flow Pada Campuran Aspal Dengan Filler
campuran padat. VFB inilah menjadi film atau Abu batu
selimut aspal, yang menjadi indikator tentang Kelelehan plastis (flow) merupakan
durability campuran. indikator terhadap lentur. Pada tabel 4.16
Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa diperlihatkan bahwa dengan penambahan
peningkatan kadar aspal dalam campuran kadar aspal mengakibatkan menurunnya nilai
menyebabkan rongga-rongga dalam campuran kelelehan plastis (flow). Hal ini disebabkan
semakin banyak terisi aspal. Hal ini karena bertambahnya aspal yang mengisi

13
rongga sehingga volume rongga semakin karakteristik Laston yang baik, hal ini
besar. dapat dilihat dari nilai Stabilitas, Flow,
Bina Marga, 2010 memberikan batasan VIM, VFB, VMA, dan MQ yang
minimum untuk flow sebesar 2 mm dihasilkan, dibandingkan dengan
danmaksimum sebesar 4 mm. Flow dibutuhkan penggunaan filler Semen Porland dan
agar perkerasan mempunyai daerah mulur Filler Abu Batu.
akibat pembebanan. Pada saat terjadi b. Penggunaan Kingkong Intant Powder
pembebanan campuran mulur / memanjang Sebagai Filler menghasilkan nilai
untuk mengikuti pembebanan agar perkerasan Kadar Aspal Optimum (KAO) sama
tidak retak. dengan penggunaan filler Semen
Dalam tabel 20 diperlihatkan, semakin Portland dan Filler Abu Batu yaitu
tinggi kadar aspal semakin kecil pula nilai sebesar 6,75%.
flow. Itu berarti perkerasan mudah retak. c. Pada kadar Aspal Optimum (KAO),
Tetapi besarnya flow juga dibatasi untuk untuk campuran Aspal dengan Filler
mencegah terjadi gelombang dan alur pada Kingkong Instant Powder, Semen
perkerasan, sehingga perkerasan memberikan Portland dan Abu Batu. Hasil Analisa
kenyamanan dan keamanan berlalu-lintas. dengan Filler Kingkong Instant
Powder Pada KAO 6,75% didapat
5.3.6 Hubungan Kadar Aspal dengan MQ Nilai stabilitas sebesar 1721,7 Kg,
Pada Campuran Aspal Dengan Filler Abu Flow 3,8 mm, VIM 4,9 %, VFB 72,4
batu %, VAM 20,1 % dan MQ 454,7 Kg.
Nilai MQ merupakan pendekatan Hasil Analisa dengan Filler Semen
terhadap kekakuan dan kelenturan dari suatu Portland Pada KAO 6,75 % didapat
lapis perkerasan. Bila campuran mempunyai hasil sebesar 1355,5 Kg, Flow 3,7 mm,
nilai MQ yang tinggi berarti campuran itu kaku VIM 5,3 %, VFB 74,0 %, VMA 20,5
atau fleksibilitasnya rendah. % dan MQ 366,8 Kg. Hasil Analisa
Pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa dengan Filler Abu batu Pada KAO
penambahan kadar aspal cenderung 6,75 % didapat hasil sebesar 1158,7
menurunlkan nilai MQ. Bina Marga,2010 Kg, Flow 3,8 mm, VIM 5,9 %, VFB
memberi batasan minimum 250 kg/mm. 72,9 %, VMA 20,6 % dan MQ 305,7
Dengan demikian MQ dapat dijadikan Kg.
indikator terhadap kelenturan (flexibility) yang d. Kingkong Intant Powder dapat
potensial terhadap keratakan. dijadikan alternatif untuk
Dari Tabel 20 Dapat dilihat bahwa penggunaannya Sebagai Filler karena
penggunaan Abu Batu Sebagai filler pada karakteristik laston yang dihasilkan
campuran aspal memberikan nilai yang relatif hampir sama dengan filler yang biasa
lebih kecil dibandingan dengan menggunakan dipakai untuk yaitu semen portland,
Instant Powder dan Semen Portland sebagai dan abu batu dimana nilai nilai yang
pengganti Filler. dihasilkan masuk dalam spesifikasi.
e. Meskipun penggunaan filler dari
6. PENUTUP Kingkong Intant Powder mampu
6.1 Kesimpulan memberikan karakteristik Laston yang
Berdasarkan hasil penelitian dan lebih baik, namun penggunaannya
pengamatan yang dilakukan di Laboratorium dilapangan harus dipertimbangkan
Unit Pengujian Mutu dan Pengembangan Jasa mengingat harganya yang relatif lebih
Kosntruksi (UPMPJK) Dinas PU Prov. Kalbar mahal.
serta dilengkapi dengan analisa data,
selanjutnya dari hasil analisis data yang 6.2 Saran
diperoleh dalam penelitian maka peneliti Setelah dilakukan serangkaian kegiatan
peneliti menarik beberapa kesimpulan yaitu : penelitian dan pengamatan yang dilakukan di
a. Penggunaan Kingkong Intant Powder Laboratorium Unit Pengujian Mutu dan
Sebagai Filler mampu memberikan Pengembangan Jasa Kosntruksi (UPMPJK)
Dinas PU Prov. Kalbar dalam penulisan skripsi

14
ini, penulis dapat memberikan saran – saran Maulana, Arief. 2014. Karakteristik Kekutan
antara lain : Campuran Beraspal Akibat Air Laut.
a. Penggunan material dari sumber quary Fakultas Teknik Universitas Tanjung
yang berbeda bisa menjadi bahan Pura.
pertimbangan untuk penelitian
berikutnya, karena bukan tidak Rosidah, Syarifah. 2006. Pengaruh Semen
mungkin penggunaan material dari PutihSebagai Filler Terhadap Kekuatan
sumber yang berbeda dapat Laston .Fakultas Teknik Universitas
memberikan perubahan dan perbedaan Tanjungpura.
dari campuran yang akan dibuat.
b. Karena sifatnya yang merupakan RSNI 03-1737-1989. Pelaksanaan Lapis
percobaan pengujian dilaboratium Campuran Beraspal Panas. Badan
,maka perlu ketelitian dalam Litbang Departemen Pekerjaan Umum.
pengukuran bahan – bahan dan 2005
pembacaan data – data yang
dihasilkan, begitu juga dalam Ruzniar, Kurniawan. 2008. Pengaruh Suhu
penimbangan bahan dan material serta Pemadatan Pada lapis Aspal Beton
pembacaan alat – alat agar dapat (Laston) Dengan Memvariasikan Kerak
menghasilkan data – data yang baik Ketel Dan Pasir Sebagai Agregat Halus.
dan benar. Fakultas Teknik Universitas
Tanjungpuura.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Bahan dan Perkerasan Jalan, Pusat Kusnata. 2012. Perubahan karakteristik
Penelitian dan Pengembangan Jalan dan campuran aspal akibat penggunaan
Jembatan, Departemen Pekerjaan retona blend 55 pada jenis perkerasan
Umum. 2009. Modul Pengendalian lataston (HRS-WC). Fakultas Teknik
Mutu Pekerjaan Aspal dan Agregat. Universitas Tanjungpura.

Departemen Pekerjaan Umum, Pusat Sapuan. 2016. Karakteristik Kekuatan


Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Campuran Hrs-Wc Akibat Perubahan
Jembatan, Departemen Pekerjaan Susunan Saringan. Fakultas Teknik
Umum. 2009. Modul - 1 Pengambilan Universitas Tanjungpuura.
Contoh dan Pengujian Aspal untuk
Perkerasan Campuran Beraspal. SNI 03-1968-1990. Metode Pengujian
Tentang Analisis Saringan Agregat
Departemen Pekerjaan Umum, Pusat Kasar dan Halus. Pusjatan Balitbang
Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Pekerjaan Umum.
Jembatan, Departemen Pekerjaan
Umum. 2009. Modul - 2 Pengambilan Sukirman, Silvia. 1999. Perkerasan Lentur
Contoh dan Pengujian Agregat untuk Jalan Raya. Bandung: Nova.
Perkerasan Campuran Beraspal.
Totomiharjo, Soeprapto 1994. Bahan dan
Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementrian Struktur Jalan Raya. Universitas Gajah
Pekerjaan Umum. 2010. Spesifikasi Mada: Biro Penerbit.
Umum.Edisi 2010 (Revisi 3). Divisi 6
Perkerasan Aspal.

Hardiyatmo, Hary Christady. 2007.


Pemeliharaan Jalan Raya. Edisi
Pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

15

You might also like