You are on page 1of 11

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN STRUKTUR

KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

Muhammad Saifi
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
E-mail : msaifi@ub.ac.id

ABSTRACT

This study examines the effect of corporate governance and ownership structure on the company's financial
performance. Good corporate governance is proxyed by the proportion of independent commissioners,
while the ownership structure is proxyed by the proportion of institutional and managerial ownership.
Financial performance indicators are measured by Return on Equity (ROE) and Return on Assets (ROA).
The sample used was 22 companies from a population of 54 property companies and public real estate that
were publicly traded on the Indonesia Stock Exchange and obtained a total of 110 observations for the
period 2011-2015. The sample is determined using the purposive sampling method. This study uses multiple
regression analysis and is processed using SPSS. The results showed that there was a significant negative
effect between the proportion of independent commissioners and institutional ownership of financial
performance as measured by ROE. However, managerial ownership was found not to have a significant
effect on financial performance as measured by ROE. Other results indicate that the proportion of
independent commissioners, institutional ownership, and managerial ownership has a positive and
significant effect on financial performance measured using ROA.

Keywords: Corporate Governance, Ownership Structure, Corporate Financial Performance

ABSTRAK

Penelitian ini menguji pengaruh corporate governance dan struktur kepemilikan terhadap kinerja keuangan
perusahaan. Good corporate governance diproxy dengan proporsi dewan komisaris independen, sedangkan
struktur kepemilikan diproxy dengan proporsi kepemilikan institusional dan manajerial. Indikator kinerja
keuangan diukur dengan Return on Equity (ROE) dan Return on Asset (ROA). Sampel yang digunakan
adalah 22 perusahaan dari populasi 54 perusahaan properti dan real estate yang go-public di Bursa Efek
Indonesia dan didapatkan total 110 pengamatan untuk periode 2011-2015. Sampel ditentukan dengan
menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dan diolah
menggunakan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang negatif signifikan antara
proporsi dewan komisaris independen dan kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan yang diukur
dengan ROE. Namun, kepemilikan manajerial ditemukan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja keuangan yang diukur dengan ROE. Hasil lain menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris
independen, kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja keuangan yang diukur menggunakan ROA.

Kata Kunci : Corporate Governance, Struktur Kepemilikan , Kinerja Keuangan Perusahaan

Jurnal Profit| Volume. 13 No. 2 2019| 1


https://profit.ub.ac.id
PENDAHULUAN rumah tentu berubah, namun butuh periode
Pentingnya penerapan sistem tata kelola tahunan. Sebaliknya, harga-harga di bursa saham
perusahaan yang baik (Good Corporate sangat mungkin berfluktuasi dengan cepat karena
Governance) masih menjadi fokus utama dalam isu ekonomi, politik dan keamanan dalam negeri
pengembangan iklim usaha di Indonesia terutama (Kellen, 2011).
dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi. Krisis keuangan yang dialami dunia pada
Good Corporate Governance (GCG) dipandang akhir tahun 2007 dipicu oleh bangkrutnya
sebagai salah satu kunci sukses perusahaan untuk perusahaan-perusahaan pengembang atau real
tumbuh secara berkelanjutan, sekaligus estate, dan bank-bank yang mendanai kredit
memenangkan persaingan bisnis global terutama perumahan di Amerika Serikat, yang dikenal
bagi perusahaan terbuka. Tim studi BAPEPAM- dengan peristiwa subprime mortgage loan. Krisis
LK yang melakukan pengkajian penerapan yang terjadi membuat manajemen perusahaan
prinsip-prinsip OECD 2004 dalam peraturan diseluruh dunia harus cepat merubah keputusan-
Bapepam mengenai corporate governance keputusan keuangan terutama keputusan
menemukan bahwa pengembangan GCG dianggap pendanaan dan investasi agar dapat mencapai
penting karena krisis ekonomi dunia di kawasan tujuannya sehingga dapat bertahan hidup (Kellen,
Asia dan Amerika Latin yang diyakini muncul 2011). Survey mengenai properti yang dilakukan
karena kegagalan penerapan GCG seperti sistem oleh Ghandayarini & Lukita (2009, dalam Kellen,
regulatory yang kurang baik, standar akuntansi 2011) menunjukkan bahwa krisis perekonomian
dan audit yang tidak konsisten, serta Board of yang melanda dunia sejak tahun 2008
Directors (BOD) yang kurang peduli terhadap hak- mempengaruhi melambatnya pertumbuhan pasar
hak pemegang saham minoritas. properti. Hal itu dipengaruhi oleh melemahnya
Di hampir semua negara termasuk Indonesia, pasar, penurunan aktivitas pengembang, dan
sektor industri properti dan realestate merupakan kesulitan pendanaan dari perbankan. Melihat
sektor dengan karakteristik yang sulit untuk siklus perkembangan beberapa produk properti
diprediksi dan berisiko tinggi. Pasang surut sektor saat ini, dapat diperkirakan arah perkembangannya
ini memiliki amplitudo yang besar, yaitu pada saat kedepan lebih positif. Perkembangan tersebut
terjadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, industri berdampak pada tingginya persaingan antar
properti dan realestate mengalami booming dan perusahaan properti dan real estate. Persaingan
cenderung over supplied, namun sebaliknya pada yang tinggi akan mengakibatkan semakin tinggi
saat pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan, pula biaya yang dikeluarkan perusahaan tersebut.
secara cepat sektor ini akan mengalami penurunan Apabila perusahaan tersebut kalah dalam
yang cukup drastis pula. Industri sektor properti persaingan, maka perusahaan tersebut akan
dan realestate dikatakan juga mengandung risiko mengalami kerugian yang pada akhirnya akan
tinggi. Hal ini disebabkan pembiayaan atau sumber memperngaruhi keuangan perusahaan, sehingga
dana utama sektor ini pada umumnya diperoleh menyebabkan perusahaan tersebut mengalami
melalui kredit perbankan, sementara sektor ini financial distress (Aisyah, 2013).
beroperasi dengan menggunakan aktiva tetap Salah satu upaya yang dapat ditempuh
berupa tanah dan bangunan. Meskipun tanah dan dalam mewujudkan GCG dalam pengelolaan
bangunan dapat digunakan untuk melunasi utang korporasi adalah dengan membentuk komisaris
tetapi aktiva tersebut tidak dapat dikonversikan ke independen yang duduk dalam jajaran pengurus
dalam kas dalam waktu yang singkat. Oleh karena perseroan serta Komite Audit . Keberadaan
itu, banyak pengembang (developer) tidak dapat komisaris independen dan Komite audit
melunasi utangnya pada waktu yang telah diharapkan dapat bersikap netral terhadap segala
ditentukan (Mulviawan, 2012). Sebagai kebijakan yang dibuat oleh direksi, karena
instrumen investasi, properti dianggap menarik keberadaan GCG saat ini bukan hanya menjadi
karena tingkat likuiditasnya moderat, namun imbal kewajiban bagi setiap perusahaan tetapi telah
hasil return dan capital gain per tahun rata-rata menjadi sebuah kebutuhan yang menjembatani
cukup tinggi. Instrumen properti tidak sama hubungan antara investor dengan manajemen
dengan umumnya instrumen investasi lain yang perusahaan (agency theory). Struktur kepemilikan
mudah dipengaruhi oleh faktor eksternal. Harga menjadi penting dalam teori keagenan karena

Jurnal Profit| Volume. 13 No. 2 2019| 2


https://profit.ub.ac.id
sebagian besar argumentasi konflik keagenan memiliki kepentingan terhadap perusahaan tidak
disebabkan oleh adanya pemisahan kepemilikan hanya pemegang saham, termasuk didalamnya
dan pengelolaan. Menarik untuk diketahui adalah karyawan, kreditor, pemerintah, dan pihak
pengaruh GCG dan struktur kepemilikan terhadap lain yang terlibat (Sanda et al., 2005).
kinerja keuangan perusahaan, karena kinerja John & Senbet (1998, dalam Sanda et al., 2005)
keuangan merupakan ukuran keberhasilan membuat penelitian tentang stakeholder theory
perusahaan menunjukkan kemampuan dalam yang berfokus pada mekanisme GCG. Peneliti
mencapai tujuan dan sasaran. Kinerja keuangan menyatakan bahwa terdapat banyak kepentingan
perusahaan juga menjadi acuan dari nilai suatu yang berbeda dari banyak kalangan terhadap
perusahaan yang berpengaruh terhadap operasional suatu perusahaan. Seperti contohnya,
ketertarikan investor berinvestasi. Menurut apabila perusahaan hendak melakukan suatu
Munawir (2007) pengukuran kinerja merupakan investasi yang berisiko tinggi, maka kemungkinan
alat analisis data serta pengendalian bagi besar kreditor akan menolak investasi tersebut,
perusahaan. meskipun pemegang saham akan mendukung
pengambilan kredit, karena dapat memberikan
Tujuan Penelitian return yang tinggi bagi para pemegang saham.
Tujuan dalam penelitian ini adalah
untuk menguji dan menjelaskan pengaruh proporsi Prinsip Corporate Governance
dewan komisaris independen, Kepemilikan Dalam penerapan Corporate Governance
Manajerial dan kepemilikan institusional terhadap terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan
ROE dan ROA. oleh perusahaan untuk diterapkan pada kegiatan
bisnis dalam perusahaan. Terdapat lima prinsip
KAJIAN TEORI yang dijadikan pedoman perusahaan dalam
Corporate Governance menjalankan bisnis dan meningkatkan
Istilah corporate governance dapat kemakmuran, yakni Transparency, Accountability,
didefinisikan dari berbagai disiplin ilmu seperti Responsibility, Indepandency, dan Fairness.
ilmu hukum, psikologi, ekonomi, manajemen, Prinsip ini diuraikan seperti dalam Peraturan
keuangan, akuntansi, filsafat bahkan dalam Menteri BUMN Nomor : PER-01/MBU/2011.
disiplin ilmu agama. Oleh karena itu, seringkali
dapat dilihat definisi corporate governance secara Transparency (Keterbukaan)
berbeda. Jadi corporate governance adalah suatu Prinsip transparansi, yaitu keterbukaan
sistem yang menjembatani kepentingan pihak dalam melakukan proses pengambilan keputusan
internal dengan pihak eksternal untuk menghindari dan keterbukaan dalam mengungkapkan
terjadinya konflik keagenan, sehingga dapat informasi material dan relevan mengenai
mencapai tujuan perusahaan dan meningkatkan perusahaan. Prinsip keterbukaan ini sangat
nilai perusahaan. penting dalam penerapan good corporate
governance. Keterbukaan yang memadai
Agency Theory diperlukan investor dalam kemampuannya untuk
Agency theory terbentuk berdasarkan mengambil keputusan terhadap resiko dan
hubungan kontrak antar anggota-anggota dalam keuntungan investasinya. Kurangnya informasi
perusahaan, dimana principal dan agen sebagai dan tidak adanya keterbukaan dalam sebuah
pelaku utama. Perbedaan kepentingan yang terjadi perusahaan, akan membatasi investor untuk
dalam suatu kontrak kerja, akan memunculkan memperkirakan nilai resiko ataupun keuntungan
suatu konflik yang disebut sebagai konflik dari perubahan modal.
keagenan. Keterbukaan perusahaan dalam
mengungkapkan informasi kepada masyarakat
Stakeholder Theory akan memberikan dampak positif bagi
Pada awalnya teori agensi hanya perusahaan, dimana masyarakat akan mampu
diterapkan pada hubungan antara pemilik saham menilai suatu kinerja perusahaan yang kemudian
dan pihak manajemen. Namun pada perkembangan akan memberikan suatu kepercayaan terhadap
riset selanjutnya menunjukkan bahwa pihak yang suatu perusahaan apabila kinerja perusahaan

Jurnal Profit| Volume. 13 No. 2 2019| 3


https://profit.ub.ac.id
tersebut dinilai baik. Fairness (Kewajaran)
Prinsip kewajaran merupakan keadilan
Accountability (Akuntabilitas) dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak
Prinsip akuntabilitas yaitu kejelasan pemangku kepentingan (stakeholders) yang
fungsi pelaksanaan dan pertanggungjawaban timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan
organ perusahaan sehingga pengelolaan terlaksana perundang-undangan. Prinsip ini menuntut adanya
secara efektif. Prinsip akuntabilitas menurut suatu perlakuan yang adil dalam memenuhi hak
Arifin (2005:14) berhubungan dengan adanya stakeholder sesuai dengan peraturan yang berlaku.
sistem yang mengendalikan hubungan antara unit- Dengan menerapkan prinsip kewajaran
unit pengawasan yang ada di perusahaan. Prinsip diharapkan akan membantu mengurangi konflik
ini memberikan jaminan untuk dapat menunjukan yang mungkin akan terjadi dalam suatu organ
pelaksanaan dan pembatasan kekuasaan yang jelas perusahaan.
yang dibebankan pada suatu fungsi. Penerapan
prinsip akuntabilitas harus dikelola dengan baik, Tujuan dan Manfaat Corporate Governance
namun tetap memperhitungkan kepentingan Dalam suatu perusahaan, penerapan
pemegang saham dan pemangku kepentingan prinsip GCG diperlukan dalam setiap kegiatan
yang lain sehingga kinerja yang bisnis. Salah satu tujuannya adalah untuk
berkesinmabungan akan tercapai dengan baik. membantu dalam mencapai tujuan. Menurut
Forum Corporate Governance in Indonesia
Responsibility (Pertanggung jawaban) (FCGI) beberapa manfaat yang dapat diperoleh
Prinsip pertanggungjawaban merupakan dari penerapan Corporate Governance yang baik,
kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan antara lain:
terhadap peraturan perundang-undangan dan a) Meningkatkan kinerja perusahaan melalui
prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Bentuk proses terciptanya pengambilan keputusan
pertanggungjawaban perusahaan adalah yang lebih baik, meningkatkan efisiensi
kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang operasional perusahaan serta lebih
berlaku. Penerapan prinsip ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kepada stakeholder.
menyadarkan perusahaan bahwa dalam kegiatan b) Mempermudah diperolehnya dana
operasionalnya, perusahaan juga mempunyai pembiayaan (karena faktor kepercayaan) yang
tanggung jawab kepada stakeholders lainnya. pada akhirnya akan meningkatkan corporate
value.
Independency (Kemandirian) c) Mengembalikan kepercayaan investor untuk
Prinsip Kemandirian merupakan keadaan menanamkan modalnya di Indonesia.
dimana perusahaan dikelola secara profesional d) Pemegang saham akan merasa puas dengan
tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan kinerja perusahaan, karena sekaligus akan
dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan meningkatkan stakeholder value dan deviden.
peraturan perundang-undangan dan prinsip- Khusus bagi BUMN akan membantu
prinsip korporasi yang sehat. Prinsip ini penerimaan bagi APBN terutama dari hasil
mensyaratkan perusahaan dikelola secara privatisasi.
professional, dan prinsip pertanggungjawaban
dapat dilaksanakan dengan baik sehingga Struktur Kepemilikan
terhindar dari benturan kepentingan dan tekanan Struktur kepemilikan yang
dari pihak luar yang tidak sesuai dengan peraturan dipresentasikan sejak tahun 1969 oleh Berle &
yang berlaku. Prinsip kemandirian ini Means telah menjadi topik utama dari teori
memberikan tanggung jawab bagi masing-masing perusahaan modern yang kemudian dikembangkan
organ perusahaan untuk mampu mengelola lebih lanjut oleh Jensen & Meckling (1976).
perusahaannya secara mandiri dan tanpa Struktur kepemilikan dapat dijelaskan dari dua
intervensi oleh pihak lain. sudut pandang yaitu pendekatan keagenan (agency
approach) dan pendekatan ketidakseimbangan
informasi (asymmetric information approach).
Pendekatan keagenan menganggap struktur

Jurnal Profit| Volume. 13 No. 2 2019| 4


https://profit.ub.ac.id
kepemilikan sebagai suatu instrumen atau alat menjalankan kegiatan operasionalnya sesuai
untuk mengurangi konflik kepentingan. dengan rencana yang telah ditetapkan, dan sesuai
Pendekatan keseimbangan informasi memandang dengan tujuannya adalah dengan mengetahui
mekanisme struktur kepemilikan sebagai suatu kinerja keuangan dari suatu perusahaan tersebut.
cara untuk mengurangi ketidakseimbangan Kinerja keuangan merupakan salah satu alat ukur
informasi antara insider dan outsider melalui yang digunakan untuk mengukur suatu kualitas
pengungkapan informasi di pasar modal. Jensen & perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan dapat
Meckling menunjukkan bahwa struktur dilihat dan diukur dengan menganalisis suatu
kepemilikan dapat digunakan untuk mengurangi laporan keuangan perusahaan.
agency cost yang bersumber dari agency problem.
Struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial dan Berdasarkan uraian pada tinjauan teoritis,
kepemilikan institusional) akan menyelaraskan maka model penelitian dapat di gambarkan sebagai
kepentingan manajemen dan pemegang saham. berikut :

Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah
kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh Komisaris CORPORATE
Kinerja
institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, independen GOVERNANCE
Keuanga
bank, perusahaan investasi dan kepemilikan n
institusi lain (Wahidahwati, 2002). Alasan Kepemilikan
Struktur ROA
pemilihan kepemilikan institusional sebagai proxy Manajerial ROE
Kepemilik
struktur kepemilikan, karena institusi memiliki an
sumber daya yang lebih besar dibandingkan
dengan pemegang saham lainnya, sehingga dapat Kepemilikan
menguasai mayoritas saham. Konsentrasi institusional

kepemilikan dianggap memiliki kekuatan untuk


mengendalikan keputusan manajemen Gambar 1: Model Konsep

Kepemilikan Manajerial
Berdasarkan teori keagenan, perbedaan
kepentingan antara manajer dan pemegang saham METODE PENELITIAN
ini mengakibatkan timbulnya konflik yang biasa Jenis Penelitian.
disebut agency conflict. Konflik kepentingan yang Penelitian ini tergolong pada explanatory
sangat potensial ini menyebabkan pentingnya research, karena penelitian ini dilakukan untuk
suatu mekanisme yang diterapkan guna menjelaskan pengaruh Corporate Governance dan
melindungi kepentingan pemegang saham (Jensen Struktur kepemilikan terhadap kinerja keuangan
dan Meckling, 1976). Perusahaan.
Menurut Jensen (1993), hipotesis pemusatan
kepemimpinan (convergence of interest hypotesis) Variabel Penelitian.
menyatakan bahwa kepemilikan saham manajerial Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
dapat membantu penyatuan kepentingan antara terdiri dari variabel independen, yaitu Corporate
pemegang saham dengan manajer. Semakin Governance terdiri dari Proporsi dewan komisaris
meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial independen sedangkan Struktur Kepemilikan
maka semakin baik kinerja perusahaan. yang terdiri dari Kepemilikan manajerial dan
Kepemilikan institusional . dan variabel dependen
Kinerja Keuangan Perusahaan kinerja keuangan terdiri dari ROE (return on
Menurut Zarkasyi (2008:48), kinerja equity), dan ROA (return on assets).
merupakan hasil kerja yang dicapai dari suatu
usaha organisasi dalam periode tertentu dengan Populasi dan Sampel
mengacu pada standar yang ditetapkan. Untuk Populasi adalah wilayah generalisasi yang
mengetahui apakah suatu perusahaan telah terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai

Jurnal Profit| Volume. 13 No. 2 2019| 5


https://profit.ub.ac.id
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan menunjukkan bahwa rata-rata saham
oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik perusahaan properti dan real estate yang
kesimpulannya (Sugiyono, 2012:215). Populasi terdaftar di BEI didominasi oleh pemegang
pada penelitian ini adalah perusahaan properti dan saham institusional, sehingga para institusi
real estate yang terdaftar di BEI tahun 2011 - berada di posisi utama untuk memonitor
2015. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan manajemen perusahaan. Standar deviasi yang
menggunakan metode purposive sampling tinggi menunjukkan bahwa jumlah
diperoleh 22 Perusahaan. kepemilikan intitusional pada perusahaan
properti dan real estate berbeda-beda
Analisis Data sehingga titik data menyebar pada beberapa
Metode analisis data yang dipergunakan nilai.
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan 3. Rata-rata KM (kepemilikan manajerial) pada
metode analisis kuantitatif dengan menggunakan perusahaan sampel penelitian hanya sebesar
a) statistik deskriptif ,b) Uji Asumsi Klasik 0,41% dari total saham beredar. Jumlah rata-
meliputi Uji Normalitas , Uji Multikolinearitas , rata kepemilikan saham manejerial yang
Uji Autokorelasi , Uji Heteroskedastisitas dan c) terbilang kecil, menunjukkan bahwa
statistik Inferensial dengan Uji Hipotesis dengan perusahaan properti dan real estate yang
Analisis Regresi. terdaftar di BEI belum menerapkan teori
keagenan yang dikemukakan oleh Jensen dan
HASIL PENELITIAN Meckling (1976), karena perusahaan belum
Hasil penelitian memuat data kuantitatif meningkatkan kepemilikan manajerial yang
mengenai semua indikator penelitian sesuai dianggap sebagai mekanisme kontrol yang
kerangka konsep dan hasil uji statistik. tepat dalam mengurangi konflik keagenan
yang terjadi. Standar deviasi yang rendah
Statistik Deskriptif menunjukkan bahwa jumlah kepemilikan
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini manajerial pada perusahaan properti dan real
adalah proporsi dewan komisaris independen estate tidak jauh berbeda, sehingga titik data
(PDKI), kepemilikan institusional (KI), cenderung dekat.
kepemilikan manajerial (KM), dan Return on 4. ROE (return on equity) memiliki nilai
Equity (ROE), serta Return on Assets (ROA) pada tertinggi sebesar 33,20 dan rata-rata saham
perusahaan properti dan real estate yang terdaftar mampu menghasilkan prosentase laba bersih
di BEI selama tahun 2011-2015. Dalam statistik terhadap ekuitas sebesar 10,67%. Nilai yang
deskriptif disajikan data dari masing-masing cukup tinggi menunjukkan bahwa
variabel yang digunakan, perusahaan properti dan real estate cukup
1. PDKI (proporsi dewan komisaris baik dalam menggunakan dana investasi
independen) memiliki nilai rata-rata sebesar dalam menghasilkan pertumbuhan laba.
40,9%. Hal itu menunjukkan bahwa rata-rata 5. Rata-rata ROA (return on asset) memiliki
perusahaan properti dan real estate yang nilai rata-rata sebesar 4,92%. Hal ini berarti
terdaftar di BEI telah memenuhi peraturan bahwa rata-rata saham, mampu
mengenai kewajiban bagi perusahaan yang menghasilkan prosentase laba bersih
sahamnya tercatat di BEI untuk memiliki terhadap asset sebesar 4,92%. Nilai yang
komisaris independen sekurang-kurangnya kecil dapat diartikan bahwa perusahaan
tiga puluh persen dari jajaran anggota dewan properti dan real estate yang terdaftar di BEI
komisaris. kurang efisien dalam penggunaan modal
2. Rata-rata KI (kepemilikan institusional) yang berasal dari aktiva dalam perusahaan
dalam Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah tersebut.
kepemilikan saham institusional pada
perusahaan adalah sebesar 66,58% dari total Uji Asumsi Klasik
saham beredar. Nilai maksimum Hasil Uji Normalitas
kepemilikan institusional yang mencapai Hasil uji normalitas, diperoleh nilai sig >
95% dan nilai rata-rata yang tinggi, 0,05 yang berarti bahwa model regresi yang

Jurnal Profit| Volume. 13 No. 2 2019| 6


https://profit.ub.ac.id
digunakan dalam penelitian ini berdistribusi Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Variabel
normal. PDKI, KI, dan KM terhadap ROE
Variabel B thitung Signifikansi Ket.
Hasil Uji Multikolinieritas Konstanta 2.066
Berdasarkan nilai VIF dari PDKI (1.047), - -
KI (1.016) dan KM (1.032) kurang dari 10 dan nilai PDKI 0.000 Signifikan
0.017 5.379
tolerance mendekati 1 yaitu PDKI (0,959), KI KI
- -
0.000 Signifikan
0.007 4.101
(0,985) dan KM (0,969). Oleh karena itu, dapat Tidak
disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi antara KM 0.018 0.544 0.587
Signifikan
variabel bebas yang satu dengan variabel bebas Α = 0.050
yang lain dalam model regresi. R = 0.538
Koefisien
Hasil Uji Autokorelasi Determinasi (Adj. = 0.269
Hasil nilai Durbin Watson terletak antara batas R2)
atas atau upper bound (du) dan (4-du), maka F-hitung = 14.358

koefisien autokorelasi sama dengan nol yang F-tabel (F3,106, 0.05) = 2.690
berarti bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam Signifikansi = 0.000
variabel yang digunakan dalam model penelitian. t-tabel (t106, 0.05) = 1.983

Hasil Uji Heterokedastisitas


Hasil analisis regresi tersebut menunjukkan
Hasil scatterplot pada Gambar 4.1 dan 4.2
bahwa variabel independen proporsi dewan
terlihat titik-titik tersebar secara acak (tak berpola)
komisaris independen (PDKI) dan kepemilikan
baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu
institusional (KI) memiliki pengaruh negatif
ROE dan ROA, sehingga disimpulkan tidak terjadi
terhadap variabel dependen Return on Equity
heteroskedastisitas (asumsi homoskedastisitas
(ROE). Dapat dilihat bahwa koefisien yang
terpenuhi).
diperoleh variabel PDKI dan KI bernilai negatif,
yang berarti bahwa variabel independen PDKI dan
Statistik Inferensial
KI berbanding terbalik dengan variabel dependen
Uji hipotesis dilakukan dengan
ROE. Apabila terjadi peningkatan pada PDKI dan
meregresikan setiap variabel independen dengan
KI, maka ROE akan menurun dan sebaliknya
variabel dependennya, dengan menggunakan
apabila PDKI dan KI menurun, maka akan terjadi
teknik analisis regresi linier berganda. Peneliti
peningkatan pada ROE.
menggunakan α = 5% untuk menilai signifikansi
Hasil yang berbeda didapatkan pada variabel
hubungan antara setiap variabel yang diteliti.
independen kepemilikan manajerial (KM) yang
Hasil analisis pengaruh Proporsi Dewan Komisaris
berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel
Independen, Kepemilikan Institusional,
dependen Return on Equity (ROE). Koefisien
Kepemilikan Manajerial terhadap Return on
yang didapatkan bernilai positif berarti bahwa KM
Equity (ROE).
berbanding lurus terhadap ROE. Apabila terjadi
Dalam pengolahan data dengan
peningkatan pada KM, maka ROE akan meningkat
menggunakan analisis regresi linier berganda,
dan sebaliknya apabila KM menurun, maka akan
dilakukan beberapa tahapan untuk mencari
terjadi penurunan pada ROE.
pengaruh antara variabel independen dan
Berdasarkan hasil tersebut juga diketahui
dependen. Berdasarkan hasil pengolahan data
bahwa nilai koefisien determinasi (Adjusted R
didapatkan ringkasan seperti berikut:
Square) sebesar 0.269. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa kontribusi dari variabel-
variabel bebas (PDKI, KI, dan KM) yang
disertakan dalam persamaan regresi terhadap ROE,
adalah sebesar 26.9%. Hal itu menunjukkan bahwa
kontribusi sebesar 73.1% disumbangkan oleh

Jurnal Profit| Volume. 13 No. 2 2019| 7


https://profit.ub.ac.id
variabel lainnya yang tidak dimasukkan ke dalam variabel-variabel bebas (PDKI, KI, dan KM) yang
persamaan ini. disertakan dalam persamaan regresi terhadap ROA
adalah sebesar 12.2%, sedangkan kontribusi lain
Hasil analisis pengaruh Proporsi Dewan Komisaris sebesar 87.8% disumbangkan oleh variabel lainnya
Independen, Kepemilikan Institusional, yang tidak dimasukkan ke dalam persamaan ini.
Kepemilikan Manajerial terhadap Return on Asset
(ROA). Pembahasan
Dalam pengolahan data dengan Setelah mengetahui hasil analisis regresi atas
menggunakan analisis regresi linier berganda, pengaruh variabel independen terhadap variabel
dilakukan beberapa tahapan untuk mencari dependen yang digunakan dalam penelitian ini,
hubungan antara variabel independen dan selanjutnya akan dibahas mengenai kesesuaian
dependen. Berdasarkan hasil pengolahan data hasil analisis terhadap teori-teori yang digunakan
didapatkan ringkasan seperti berikut: dan perbandingan terhadap penelitian yang telah
Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Variabel PDKI, KI, dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
dan KM terhadap ROA
Signifi
Variabel B thitung
kansi
Ket. Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris
Konstanta -1.531 Independen, Kepemilikan Intitusional, dan
Kepemilikan Manajerial terhadap Return on
PDKI 0.074 2.463 0.015 Signifikan
Equity (ROE)
KI 0.047 2.914 0.004 Signifikan Hasil analisis regresi membuktikan bahwa
KM 0.799 2.649 0.009 Signifikan proporsi dewan komisaris independen (PDKI)
Α = 0.050
memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja
keuangan perusahaan yang diwakili oleh Return on
R = 0.383
Equity (ROE). Hasil ini menunjukkan bahwa
Koefisien Determinasi
(Adj. R2)
= 0.122 hipotesis yang diajukan ditolak dan tidak didukung
F-hitung = 6.071 oleh teori yang digunakan. Pengaruh negatif dari
dewan komisaris independen dikarenakan
F-tabel (F3,106, 0.05) = 2.690
pengawasan oleh komisaris pada perusahaan di
Signifikansi = 0.001
Indonesia yang belum sepenuhnya independen.
t-tabel (t106, 0.05) = 1.983 Dalam penelitian ini terdapat beberapa perusahaan
properti dan real estate yang terdaftar di BEI yang
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa memiliki komisaris independen dengan masa kerja
ketiga variabel independen, yaitu proporsi dewan lebih dari satu periode. Hal itu dapat menjadi
komisaris independen (PDKI), kepemilikan penyebab menurunnya kinerja perusahaan, karena
institusional (KI), dan kepemilikan manajerial independensi dari komisaris independen menjadi
(KM) memiliki pengaruh positif signifikan diragukan.. Komisaris independen tidak boleh
terhadap variabel dependen Return on Assets memiliki hubungan bisnis dengan perusahaan,
(ROA). Koefisien yang bernilai positif dari ketiga kecuali gaji atau fee yang diterimanya dari
variabel independen berarti bahwa terdapat perusahaan. Komisaris independen sebaiknya
hubungan yang berbanding lurus antara PDKI, KI bukan mantan direktur atau komisaris perusahaan
dan KM terhadap variabel dependen ROA. di periode sebelumnya. Mereka juga tidak boleh
Apabila terjadi peningkatan pada PDKI, KI dan terlalu lama menjabat sebagai komisaris
KM maka ROA akan meningkat dan sebaliknya independen, yaitu maksimum satu periode masa
apabila menurun, maka akan terjadi penurunan kerja saja.
pada ROA. Nilai signifikansi yang menunjukkan Dalam penelitian ini juga diperoleh hasil
angka kurang dari α=0.050 dan t hitung lebih besar bahwa kepemilikan institusional (KI) berpengaruh
dari t tabel, menunjukkan bahwa pengaruh dari secara negatif terhadap ROE. Beberapa hal yang
ketiga variabel tersebut signifikan. Dalam analisis dirasa merupakan penyebab pengaruh negatif
data tersebut juga didapatkan nilai koefisien tersebut adalah dikarenakan kepemilikan saham
determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0.122. institusi pada perusahaan properti dan real estate
Hasil tersebut menjelaskan bahwa kontribusi dari yang terkonsentrasi (consentration of ownership)

Jurnal Profit| Volume. 13 No. 2 2019| 8


https://profit.ub.ac.id
sehingga memungkinkan terjadinya hubungan atau dengan cara lain yang berhubungan langsung
afiliasi antara pemilik, pengawas, dan direktur atau tidak langsung dengan pemegang saham
perusahaan. Hal itu juga terjadi dalam perusahaan mayoritas dari suatu perusahaan yang mengawasi
yang dijadikan sampel penelitian, sehingga pengelolaan perusahaan.
sebaiknya dilakukan pembenahan atas kondisi- Penelitian ini menunjukkan bahwa Good
kondisi yang saat ini terjadi dalam rangka Corporate Governance (GCG) berpengaruh positif
penerapan corporate governance. signifikan terhadap ROA. Hal ini membuktikan
Kepemilikan institusional yang terkonsentrasi bahwa perusahaan yang sudah menerapkan GCG
juga akan menimbulkan konflik keagenan tipe II, dengan baik dan secara berkesinambungan akan
yaitu konflik yang terjadi antara pemegang saham mampu memberikan keuntungan kepada
mayoritas dan minoritas karena manajer akan perusahaan dengan memanfaatkan aktiva yang
cenderung bertindak sesuai dengan desakan telah dikeluarkan oleh perusahaan terlebih lagi aset
pemegang saham mayoritas. Hasil yang berbeda merupakan operasional utama bagi perusahaan
didapatkan dari variabel Kepemilikan manajerial properti dan real estate . Kepemilikan Institusional
(KM) yang memiliki pengaruh positif yang tidak (KI) juga memiliki pengaruh positif signifikan
signifikan terhadap ROE. Jumlah rata-rata terhadap kinerja perusahaan yang diukur
kepemilikan manajerial yang masih relatif kecil menggunakan ROA. Kepemilikan suatu institusi
membuat manajer lebih banyak dikendalikan oleh dalam suatu entitas bisnis akan meningkatkan
pemilik mayoritas, sehingga manajer hanya pengawasan yang akan dilakukan terhadap entitas
sebagai kepanjangan tangan pemilik mayoritas. bisnis tersebut. Hal ini dikarenakan sebuah
Selain itu, manajer memang memiliki kewajiban institusi akan menjaga dan mengawasi
untuk memaksimumkan kesejahteraan pemegang investasinya dengan baik, karena memiliki
saham. kepentingan besar terhadap investasinya. Dengan
demikian maka akan terjadi peningkatan atas
Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris pengendalian terhadap kebijakan-kebijakan
Independen, Kepemilikan Intitusional, dan manajemen, yang pada akhirnya akan
Kepemilikan Manajerial terhadap Return on meningkatkan kinerja manajemen. Berdasarkan
Asset (ROA) hasil pada penelitian ini, perusahaan sampel
Hasil analisis regresi membuktikan bahwa mayoritas dimiliki oleh kepemilikan institusional.
seluruh variabel independen yang digunakan yaitu Kepemilikan institusional yang meningkat akan
proporsi dewan komisaris independen (PDKI), meningkatkan kinerja keuangan yang diukur
kepemilikan institusional (KI) dan kepemilikan dengan ROA..
manajerial (KM) memiliki pengaruh yang positif Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang
dan signifikan terhadap variabel kinerja keuangan dikemukakan Jensen dan Meckling (1976) yang
perusahaan yang diwakili oleh variabel Return on menyatakan bahwa kepemilikan institusional
Assets (ROA). memiliki peranan yang sangat penting dalam
Hasil positif signifikan atas pengaruh meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi
komisaris independen terhadap ROA ini antara manajer dan pemegang saham. Keberadaan
mendukung teori keagenan yang dikemukakan investor institusional dianggap mampu menjadi
oleh Jensen dan Meckling (1976) bahwa komisaris mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap
independen dibutuhkan pada jajaran dewan keputusan yang diambil oleh manajer.
komisaris untuk mengawasi dan mengontrol Peningkatan kepemilikan institusional
tindakan-tindakan direksi sehubungan dengan menyebabkan kinerja manajemen diawasi secara
perilaku oportunistik mereka. Dibutuhkan optimal sehingga manajemen menghindari
seperangkat peraturan yang mengatur tata kelola perilaku yang merugikan prinsipal.
perusahaan antar pihak-pihak yang berkepentingan Dengan hasil penelitian yang menunjukkan
sehingga tujuan umum perusahaan dapat tercapai, bahwa kepemilikan saham oleh institusional
salah satunya adalah dengan menunjuk komisaris memberikan pengaruh yang positif dan signifikan
independen. Komisaris independen adalah terhadap ROA, dapat disimpulkan bahwa suatu
komisaris yang bukan merupakan anggota perusahaan dengan kepemilikan saham oleh
manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat institusional yang besar mampu memberikan suatu

Jurnal Profit| Volume. 13 No. 2 2019| 9


https://profit.ub.ac.id
pengawasan atas aktiva yang telah dikeluarkan Hasil lain pada penelitian ini menunjukkan
perusahaan, dan keuntungan yang didapatkan akan bahwa GCG dan struktur kepemilikan memiliki
lebih terkontrol . Besar kecilnya jumlah pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
kepemilikan saham manajerial dalam perusahaan kinerja keuangan perusahaan yang dihitung
dapat mengindikasikan adanya kesamaan dengan Return on Asset (ROA). Selain itu, hasil
(congruence) kepentingan antara manajemen yang menunjukkan bahwa Good Corporate
dengan pemegang saham. Perusahaan dengan Governance (GCG) dan struktur kepemilikan
jumlah kepemilikan saham manajerial yang berpengaruh positif signifikan terhadap ROA,
semakin besar seharusnya mempunyai konflik membuktikan bahwa perusahaan yang sudah
keagenan yang rendah dan biaya keagenan yang menerapkan GCG dengan baik dan secara
rendah pula. berkesinambungan, akan mampu memberikan
keuntungan kepada perusahaan dengan
KESIMPULAN DAN SARAN memanfaatkan aktiva yang telah dikelola oleh
Kesimpulan perusahaan. Terlebih lagi, aset merupakan modal
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui operasional utama bagi perusahaan properti dan
pengaruh Corporate Governance (CG) dan real estate .
struktrur kepemilikan terhadap kinerja keuangan
perusahaan Corporate Governance diproksikan Saran
dengan proporsi dewan komisaris independen, Berdasarkan hasil kesimpulan dari
struktur kepemilikan diproksikan dengan penelitian, maka diajukan beberapa saran sebagai
kepemilikan institusional, dan kepemilikan berikut:
manajerial. Sedangkan kinerja keuangan Bagi Perusahaan
perusahaan diukur dengan rasio profitabilitas Perusahaan sebaiknya dapat menjadikan
Return on Equity (ROE) dan Return on Asset corporate governance sebagai corporate culture
(ROA). sehingga penerapan prinsip-prinsip GCG yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi dilakukan tidak semata hanya memenuhi
dewan komisaris independen dan kepemilikan peraturan, tetapi juga dapat meningkatkan kinerja
institusional, berpengaruh negatif dan signifikan perusahaan secara keseluruhan.
terhadap ROE. Keberadaan komisaris independen Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya
diharapkan bukan hanya sekedar formalitas dan disarankan menambah variabel mekanisme GCG
pemenuhan peraturan dari BEI yang mewajibkan seperti ukuran perusahaan, ukuran dewan direksi,
tiap perusahaan memiliki sekurang-kurangnya dan aktivitas rapat dewan komisaris yang mungkin
30% komisaris independen dari total dewan lebih berpengaruh terhadap kinerja keuangan
komisaris . Sebaiknya komisaris independen dalam perusahaan. Penggunaan variabel dependen yang
jajaran perusahaan dapat berperan aktif, menggunakan ukuran pasar seperti Tobin’s Q perlu
independen, dan konstruktif sehingga dapat digunakan untuk menunjukkan kontribusi yang
memonitoring aktivitas perusahaan agar dapat berbeda.
meningkatkan kinerja.
Kepemilikan saham institusi pada perusahaan DAFTAR PUSTAKA
properti dan real estate yang terkonsentrasi
(concentration of ownership) memungkinkan Ang, James S., Cole, Rebel A., & Lin, James Wuh.
terjadinya hubungan afiliasi antara pemilik, (1999). Agency Costs and Ownership
pengawas, dan direktur perusahaan . Hasil yang Structure. Journal of Finance. 55, 81-106.
berbeda didapatkan dari variabel kepemilikan Arifin. (2005). Peran Akuntan Dalam Menegakkan
manajerial (KM) yang memiliki pengaruh positif Prinsip Good Corporate Governance Pada
tidak signifikan terhadap ROE. Jumlah rata-rata Perusahaan di Indonesia (Tinjauan
kepemilikan manajerial yang masih relatif kecil Perspektif Teori Keagenan). Sidang Senat
membuat manajer lebih banyak dikendalikan oleh Guru Besar. Universitas Diponegoro
pemilik mayoritas, sehingga manajer hanya Semarang. 1-52.
sebagai kepanjangan tangan pemilik mayoritas.

Jurnal Profit| Volume. 13 No. 2 2019| 10


https://profit.ub.ac.id
Arifin, Helmi. (2010). Hubungan Antara Zarkasyi, M. Wahyudi. (2008). Good Corporate
Mekanisme Good Corporate Governace Governance pada Badan Usaha
dengan Kinerja Saham. Skripsi. Manufaktur, Perbankan, dan Jasa
Universitas Diponegoro Semarang. Keuangan Lainnya. Bandung: Alfabeta.
Berle, Adolf A., & Means, Gardiner C. (1969). The
modern Corporation and Private
Property. New Brunswick: Transaction
Publishers.
Chen, Jiangou, Blenman, Lloyd, & Dar-Hsin,
Chen. (2008). Does Institutional
Ownership create values? The New
Zaeland Case. Quarterly Journal of
Finance and accounting. 47(4), 109-124.
Colleman, Anthony Kyereboah. (2007). Corporate
Governance and Firm Performance in
Africa: A Dinamic Panel Data Analysis. A
Paper Prepared for The International
Conference on Corporate Governance in
Emerging Markets. Sabancy University,
Istanbul Turkey. 1-32
Demsetz, Harold, & Villalonga, Bellen. (2001).
Ownership Structure and Corporate
Performance. Journal of Corporate
Finance. 7, 209-233.
Effendi, Arief. (2009). The Power of Good
Corporate Governance: Teori dan
Implementasi. Jakarta: Salemba Empat.
Fauzi, Fitriya, & Locke, Stuart. (2012). Board
Structure, Ownership Structure and Firm
Performance: A Study of New Zealand
Listed-Firms. Journal of Accounting and
Finance. 8(2), 43-67.
Hastuti, Theresia Dwi. (2005). Hubungan Antara
Good Corporate Governance dan Struktur
Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan.
Simposium Nasional Akuntansi VIII. 238-
247.
Indriantoro, Nur, & Bambang Soepomo. (2009).
Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta.
Munawir, S. (2007). Analisis Laporan Keuangan.
Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantiatif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Jurnal Profit| Volume. 13 No. 2 2019| 11


https://profit.ub.ac.id

You might also like