You are on page 1of 9

PIJAT PERUT MENURUNKAN TINGKAT KONSTIPASI PADA LANJUT USIA

Erna Dwi Wahyuni*, Silvia Lusiana Suwandi**, Setho Hadisuyatmana*


*Staff Pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
**Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ners, Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga
Email: erna-d-w@fkp.unair.ac.id

Abstract: Constipation is one of the results of decreased body structure and function in
the elderly. One way that can be used to prevent constipation is by doing abdominal
massage. The purpose of this research was to determine the influence of abdominal
massage on prevention of constipation for elderly. This research used Quasy experiment
method by using pre test-post test with control group design. The study population was
elderly at the nursing home which had risk of constipation amounted to 38 respondents.
The sample was 30 respondents with sample random sampling technique. Independent
variables was abdominal massage and dependent variable was constipation level. Data
were collected using Constipation Assessment Scale. Data were analyzed by using
Wilcoxon sign rank test and Mann-Whitney test. The results showed statistic test using
Wilcoxon in the treatment group showed there was a decrease of constipation level before
and after receiving abdominal massage, with p value = 0.001 and in the control group
there was no difference of constipation level with p value = 0.057. The results of Mann-
Whitney, showed difference in abdominal massages to prevent constipation in the elderly
with a value of p = 0.033. Stimulation from the outside with abdominal massage can help
stimulate the parasympathetic nerve in the intestine and accelerate blood circulation, so
that weakened bowel peristaltic becomes increased. In this study, abdominal massage was
statistically significant against the prevention of constipation in the elderly but clinically
not too significant.

Keywords: Abdominal Massage, Constipation, Peristaltic Intestine, Elderly

Abstrak: Konstipasi adalah salah satu akibat penurunan struktur dan fungsi tubuh pada
lansia. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mencegahan konstipasi adalah dengan
pijat perut. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan pengaruh pijat perut terhadap tingkat
konstipasi pada lansia. Penelitian ini menggunakan metode quasy experiment dengan
menggunakan pre test-post test with control group. Populasi penelitian adalah lansia di
panti yang berisiko konstipasi berjumlah 38 responden. Sampel berjumlah 30 responden
dengan teknik simple random sampling. Variabel independen adalah pijat perut dan
variabel dependen adalah tingkat konstipasi. Data dikumpulkan dengan menggunakan
Constipaion Assessment Scale . Analisis data menggunakan uji Wilcoxon sign rank test
dan Mann- Whitney. Hasil uji statistik menggunakan Wilcoxon sign rank test pada
kelompok perlakuan menunjukkan ada penurunan tingkat konstipasi sebelum dan setelah
diberikan pijat perut, dengan nilai p= 0.001 dan pada kelompok kontrol tidak ada
perbedaan tingkat konstipasi dengan nilai p= 0.057. Hasil Mann-Whitney, menunjukkan
ada perbedaan pijat perut terhadap tingkat konstipasi pada lansia dengan nilai p= 0.033.
Stimulasi dari luar dengan pijat perut dapat membantu merangsang saraf parasimpatis
pada usus dan memperlancar peredaran darah, sehingga peristaltik usus yang melemah
menjadi meningkat.

Kata kunci: pijat perut, konstipasi, lanjut usia


PENDAHULUAN bertujuan untuk membuktikan pengaruh
Penurunan struktur dan fungsi pada pijat perut terhadap tingkat konstipasi
sistem gastrointensinal lansia dapat pada lansia di Balai Pelayanan Sosial
menyebabkan konstipasi (Nugroho H.W Tresna Werdha Budhi Luhur
2008). Menurut Mubarak (2012), hal ini Yogyakarta.
karena waktu pengosongan lambung
menjadi lebih lama, peristaltik usus BAHAN DAN METODE
melemah dan kemampuan absorbsi Penelitian ini menggunakan metode
menurun. Konstipasi pada lansia juga quasy experiment dengan menggunakan
turut disebabkan oleh penurunan asupan pre test-post test with control group.
cairan, konsumsi makanan rendah serat, Populasi penelitian adalah lansia pada
penurunan mobilitas dan penggunaan panti yang berisiko konstipasi berjumlah
beberapa jenis obat. 38 responden. Sampel berjumlah 30
Menurut Rao Jorge T Go & Rao responden dengan teknik pengambilan
(2010), insiden konstipasi akan sampel secara simple random sampling
meningkat seiring dengan pertambahan dengan menggunakan undian sampai
usia, khususnya untuk orang-orang yang dengan mencapai jumlah besar sampel
berusia 65 tahun ke atas. Di Australia yang sesuai yaitu 30 responden..
sekitar 20% populasi di atas 65 tahun Variabel independen adalah pijat perut
mengeluh menderita konstipasi dan variabel dependen tingkat
(Hidayah 2014). Menurut data Dinas konstipasi.
Kesehatan Kota Pontianak, di Intervensi pijat perut dilakukan
Kalimantan Barat pada tahun 2014 selama 15 menit pada pagi hari selama 7
terdapat 350,056 lansia yang menderita hari. Instrument yang digunakan untuk
konstipasi (Saputra et al. 2016). Di mendapatkan data, peneliti
Yogyakarta terdapat 38 dari 80 lansia menggunakan kuestioner Constipation
(51%) tercatat berisiko konstipasi. Assessment Scale (CAS). Analisis data
Penyebab konstipasi pada lansia menggunakan uji Wilcoxon sign rank
disebabkan adanya peristaltik usus yang test dan Mann- Whitney dengan nilai p ≤
lemah, sehingga pengeluaran feses 0.05. Penelitian ini telah lulus uji etik
berjalan secara lambat sehingga usus oleh Komite Etik Fakultas Keperawatan
besar mengabsorbsi air pada feses Universitas Airlangga dengan nomor
berlebihan, dan feses menjadi keras serta sertifikat etik No: 562-KEPK
susah dikeluarkan. Selain itu penurunan
kekuatan otot abdomen juga dapat HASIL PENELITIAN
memicu perlambatan waktu yang Data yang ditampilkan pada bagian
dibutuhkan feses untuk berpindah dari ini menjelaskan tentang gambaran
kolon ke rectum (Ginting et al. 2015). umum karakteristik responden meliputi
Menurut Lamas et al (2009), pijat jenis kelamin, usia dan risiko konstipasi.
perut dapat mengatasi konstipasi pada Pemisahan kedua kelompok ini belum
lansia. Nilai lebih pijat perut yang lain, menggunakan proses matching. Dari
adalah dapat digunakan secara efektif tabel 1 mobilisasi responden pada
dan dapat diaplikasikan oleh siapa saja kelompok kontrol (73.3%) maupun
(Ikaristi et al. 2015). Pijat perut dapat kelompok perlakuan (86.7%) sebagian
menstimulasi saraf parasimpatis yang besar dapat bergerak bebas. Sebagian
berada di area abdomen, sehingga akan besar konsumsi cairan kelompok
meningkatkan mekanisme gerakan perlakuan dan kelompok kontrol ≤5
peristaltik menjadi lebih cepat dan gelas/ hari yaitu sebanyak 10 responden
memperkuat otot-otot abdomen serta (66.7%) dan 13 responden (86,7%).
membantu sistem pencernaan sehingga Kelompok perlakuan hanya 3 responden
dapat berlangsung dengan lancar (20%) menderita penyakit Diabetus
(Ginting et al. 2015). Mengacu pada Melitus (DM) dan pada kelompok
teori-teori tersebut, penelitian ini kontrol 5 responden (33.3%).
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Risiko Konstipasi pada Lansia
Perlakuan Kontrol
Risiko Konstipasi f % f %
Bergerak bebas 13 86.7 11 73.3
Mobilisasi Bantuan Alat 2 13.3 4 26.7
≤2 sayur/ buah perhari 15 100 15 100
Serat 3 atau 4 sayur/ buah
0 0 0 0
perhari
6-9 gelas/ hari 5 33.3 2 13.3
Cairan ≤5 gelas/ hari 10 66.7 13 86.7
Tidak memiliki
12 80 10 66.7
penyakit
Penyakit
Memiliki Penyakit
3 20 5 33.3
Diabetus Melitus
Tidak ada gangguan 15 100 15 100
Psikologi Depresi 0 0 0 0
Obat- Tidak Konsumsi Obat 15 100 15 100
obatan Konsumsi Obat 0 0 0 0

Semua responden baik kelompok mengalami gangguan psikologis dan


perlakuan maupun kelompok kontrol tidak mengkonsumsi obat- obatan yang
mendapatkan serat yang sama, tidak dapat meningkatkan risiko konstipasi.

Tabel 2. Perubahan Tingkat Konstipasi pada Lansia


Constipation Assessment Scale (CAS)
No. Perlakuan Kontrol
Pre Post Selisih Pre Post Selisih
1 5 2 ↓3 3 2 ↓1
2 9 5 ↓4 4 5 ↑1
3 4 1 ↓3 5 1 ↓4
4 4 4 0 3 4 ↑1
5 12 8 ↓4 5 8 ↑3
6 7 4 ↓3 8 4 ↓4
7 5 3 ↓2 3 3 0
8 4 1 ↓3 3 1 ↓2
9 10 7 ↓3 4 7 ↑3
10 6 3 ↓3 9 3 ↓6
11 5 5 0 5 5 0
12 5 2 ↓3 3 2 ↓1
13 5 2 ↓3 4 2 ↓2
14 4 3 ↓1 5 3 ↓2
15 9 5 ↓4 2 5 ↑3
Mean 6.27 3.67 2.60 4.40 4.93 -0.53
SD 2.549 2.059 1.298 1.920 1.163 0.990
Wilcoxon
p= 0.001 p= 0.057
p ≤ 0.05
Mann- Whitney
p= 0.033
p ≤ 0.05
Pada tabel 2. diketahui bahwa 2011). Adanya rasa penuh pada
terdapat 13 responden pada kelompok abdomen tersebut disebabkan oleh
perlakuan yang menunjukkan penurunan gerakan peristaltik yang lambat sehingga
tingkat konstipasi. Kelompok kontrol feses dapat menumpuk pada kolon.
terdapat 8 responden yang meunjukkan Adanya rasa nyeri dan tidak nyaman,
penurunan dan terdapat 5 responden serta rasa tidak tuntas, terjadi akibat
yang justru mengalami peningkatan. peristaltik yang lemah sehingga
Berdasarkan hasil uji Wilcoxon pada pre pengeluaran feses berjalan secara
test dan post test kelompok perlakuan lambat. Akibat peristaltik usus yang
dengan pemberian pijat perut didapatkan lambat, maka usus besar mengabsorbsi
nilai p= 0.001yang berarti ada air pada feses secara berlebihan yang
perbedaan tingkat konstipasi pada menyebabkan feses menjadi keras.
kelompok perlakuan sebelum dan Feses yang keras dapat melukai mukosa
sesudah diberikan pijat perut. Pada dinding usus, sehingga menimbulkan
kelompok kontrol tidak didapatkan rasa nyeri dan susah dikeluarkan.
perbedaan tingkat konstipasi yang Responden dengan tingkat konstipasi
dibuktikan dengan nilai p= 0.057 l. Hasil rentang 5-9, setelah peneliti lihat
uji Mann- Whitney didapatkan nilai p= sebagian besar mengkonsumsi cairan
0.033 maka ada perbedaan antara rata- rata 5 gelas/ hari, serta beberapa
kelompok perlakuan dengan kelompok dari responden memiliki penyakit
kontrol. Diabetus Melitus. Responden dengan
tingkat konstipasi paling tinggi,
PEMBAHASAN didapatkan mengkonsumsi cairan <5
Berdasarkan hasil penelitian ini, gelas perhari. Menurut Andrews &
peneliti menemukan bahwa pada Morgan (2013) konsumsi serat dan
kelompok perlakuan yang mendapatkan cairan yang cukup, sangat baik untuk
pijat perut, sebagian besar terdapat mencegah dan mengatasi konstipasi.
penurunan tingkat konstipasi. Penelitian mengenai diit buah tinggi
Sebaliknya pada kelompok kontrol tidak serat juga menunjukkan berpengaruh
ada perbedaan tingkat konstipasi yang pada kejadian konstipasi (Rofiq 2011).
signifikan. Nilai tingkat konstipasi Aktifitas merupakan hal yang
kelompok perlakuan sebelum dilakukan berpengaruh pada terjadinya konstipasi,
pijat perut paling rendah adalah 4 dan dikarenakan aktifitas yang kurang
paling tinggi adalah 12. Responden bahkan imobilisasi dapat meningkatkan
dengan nilai 4 (masalah ringan), rentang risiko konstipasi seseorang
nilai 5-9 (masalah sedang) dan rentang (Seyyedrassoli et al. 2016). Menurut
nilai 10-12 (masalah berat) sebagian penelitian Kartika Sari & Wirjatmadi
besar paling banyak mengeluhkan (2016) lansia yang cukup melakukan
adanya rasa penuh pada perut, nyeri saat aktifitas cenderung tidak terkena
BAB, dan BAB terasa tidak tuntas. konstipasi. Penyakit DM menurut
Stockslager & Schaeffer; Mcclurg Hartini (2015) dapat meningkatkan
& Dickinson (2008; 2011) mengatakan risiko konstipasi karena adanya
bahwa salah satu dari tanda konstipasi neuropati pada saluran pencernaan.
adalah adanya periode waktu yang lama Sebagian besar responden dengan
antara defekasi, rasa penuh pada rentang tingkat konstipasi 5-9 konsumsi
abdomen, feses lebih keras, nyeri dan cairan yang kurang dari 5 gelas, hal ini
tidak nyaman saat dikeluarkan, serta dapat meningkatkan konstipasi karena
adanya rasa tidak tuntas saat BAB. saat kondisi tubuh kekurangan cairan,
Sebagian besar keluhan yang secara otomatis colon akan
dirasakan responden mengarah pada mengabsorbsi air pada feses lebih besar
tanda- tanda adanya konstipasi, hal ini untuk mencegah dehidrasi, sehingga
sesuai dengan pendapat Stockslager & feses menjadi keras dan sulit
Schaeffer; Mcclurg & Dickinson (2008; dikeluarkan. Responden dengan
penyakit Diabetus Melitus juga dapat memperlancar peredaran darah sehingga
berisiko lebih tinggi terkena konstipasi terasa lebih rileks.
dikarenakan adanya kerusakan saraf Pijat perut berpengaruh terhadap
pada pencernaan akibat kadar gula yang tingkat konstipasi lansia dikarenakan
terlalu tinggi. pijat ini menggunakan penekanan ringan
Kelompok perlakuan setelah sampai dengan medium dan searah
mendapatkan pijat perut, memiliki nilai dengan arah jarum jam, hal ini sesuai
terendah adalah 1 (masalah ringan) dan dengan pendapat Saeger & Kyle (2008).
paling tinggi adalah 7 (masalah sedang). Pijat perut ini dilakukan rutin dalam 7
Penurunan tingkat konstipasi pada hari selama 10-15 menit, pijat perut
kelompok perlakuan setelah diberikan yang dilakukan secara rutin dipercaya
pijat perut, sebagian besar ditandai dapat membantu merangsang saraf-
dengan responden mengatakan adanya saraf parasimpatis sehingga peristaltik
nyeri saat BAB yang menurun, BAB usus meningkat dan otot abdomen
menjadi lebih nyaman dan tuntas. Pijat menjadi lebih kuat.
perut yang digunakan dalam penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini
ini adalah dengan teknik Swedish adalah Variabel perancu seperti
massage. Pijat ini dilakukan selama 7 konsumsi cairan, stress dan aktifitas
hari 10-15 menit dengan tekanan ringan sehari- hari yang tidak dapat dikontrol
sampai dengan sedang. Pijat ini juga
menggunakan gerakan memutar searah SIMPULAN & SARAN
jarum jam dengan arah naik pada kolon Simpulan
asenden dan transfersum kemudian Pijat perut berpengaruh terhadap
menurun pada kolon desenden. penurunan tingkat konstipasi pada
Menurut Saeger & Kyle (2008) lansia, karena stimulasi dari luar pada
mengatakan bahwa arah pijat perut yang abdomen dalam bentuk pijat perut dapat
baik adalah searah jarum jam. Gerakan membantu menurunkan nyeri saat BAB,
dan tekanan ringan sampai dengan BAB terasa lebih tuntas dan nyaman.
medium yang dilakukan juga memiliki
efek dapat merangsang saraf Saran
parasimpatis pada usus dan Bagi Peneliti
meningkatkan sirkulasi darah (Trisno Bagi peneliti lain yang ingin
2011). Lamas et al (2009) mengatakan melanjutkan penelitian mengenai pijat
dengan diberi rangsangan dari luar perut, diharapkan pijat dapat dilakukan
berupa pijatan dapat menstimulasi pada pagi hari sesuai dengan jam
sistem persarafan parasimpatis organ biologis tubuh. Bagi Institusi
usus dan memicu gerakan massa pada Institusi dapat mempertahankan upaya
kolon. Sinclair (2011) mengatakan pencegahan konstipasi yang selama ini
bahwa pijat perut dapat membuat waktu sudah ada. Hasil penelitian ini dapat
transit feses dikolon memendek, dijadikan pilihan terapi suportif untuk
meningkatkan frekuensi buang air besar, membantu para lansia yang tinggal di
dan menurunkan ketidaknyamanan saat panti dalam mencegah konstipasi, tanpa
buang air besar sehingga feses lebih melupakan aspek nutrisi, cairan dan
mudah dikeluarkan. Trisno (2011) aktivitas.
mengatakan pijat perut dapat
KEPUSTAKAAN Hoan, Tan& Rahardja, K., 2007. Obat-
Andrews, A. & Morgan, G., 2013. Obatan Penting Khasiat,
Constipation in palliative care: Penggunaan, dan Efek-Efek
treatment options and Sampingnya, Jakarta: Elex Media
considerations for individual Komputindo Kelompok Kompas-
patient management. International Gramedia.
journal of palliative nursing, 19(6), Ikaristi, S., Anjar, F. & Estri, A.K.,
pp.266, 268–73. Available at: 2015. Pengaruh Massage
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubm Abdominal dalam Upaya
ed/24151737. Pencegahan Konstipasi pada
Ayas et al., 2006. The Effect of Pasien yang Menjalani Rawat Inap
Abdominal Massage on Bowel di RS Panti Nugroho Yogyakarta. ,
Function in Patients with Spinal pp.17–34.
Cord Injury. American Journal of Indah, Y., 2014. Bebas Kanker itu
Physical Medicine & Mudah, Jakarta: FMedia.
Rehabilitation, 85(12), pp.951– Kartika Sari, A. & Wirjatmadi, B., 2016.
955. Hubungan Aktivitas Fisik dengan
Bardsley, A., 2017. Assessment and Kejadian Konstipasi pada Lansia
Treatment Options for Patients di Kota Madiun. Universitas
with Constipation. British Journal Airlngga Surabaya.
of Nursing, 26. Kassolik, K. et al., 2015. The
Beck Mark, 2014. The Visual Guide to effectiveness of massage based on
Swedish Massage, United States: the tensegrity principle compared
Cengage Learning. with classical abdominal massage
Brunner& Suddarth’s, 2010. Textbook of performed on patients with
Medical- Surgical Nursing, constipation. Archives of
Philadelphina: Lippincott Gerontology and Geriatrics, 61(2),
Williams& Wilkins. pp.202–211. Available at:
Cox, C., 2010. Physical Assessment for http://linkinghub.elsevier.com/retri
Nurses 2nd ed., USA: Wiley- eve/pii/S0167494315300042
Blackwell. [Accessed April 10, 2017].
Gallegos-Orozco, J.F. et al., 2012. Lamas, K. et al., 2009. Effects of
Chronic Constipation in the abdominal massage in management
Elderly. , 107. Available at: of constipation — A randomized
http://www.nature.com/doifinder/1 controlled trial. International
0.1038/ajg.2011.349 [Accessed Journal of Nursing Studies, 46,
May 4, 2017]. pp.759–767. Available at:
Ginting, D.B., Waluyo, A. & Sukmarini, http://linkinghub.elsevier.com/retri
L., 2015. Mengatasi Konstipasi eve/pii/S0020748909000108
Pasien Stroke Dengan Masase [Accessed March 31, 2017].
Abdomen dan Minum Air Putih Lämås, K., Graneheim, U.H. &
Hangat. , 18(1), pp.23–30. Jacobsson, C., 2012. Experiences
Grace, P.A. & Borley, N.R., 2007. At a of abdominal massage for
Glance Ilmu Bedah 3rd ed., constipation. Journal of Clinical
Jakarta: Erlangga. Nursing, 21(5–6), pp.757–765.
Hartini, S., 2015. Diabetes Siapa Takut, Lolowang, M., 2017. Pembagian Regio
Jakarta: Qanita. Abdomen. Available at:
Hidayah, N.D., 2014. Analisis Praktik https://www.academia.edu/111760
Klinik Keperawatan Kesehatan 85/Pembagian_Regio_Abdomen_
Masyarakat Perkotaan pada Nenek Dinding_abdomen_Dinding_abdo
R dengan Masalah Konstipasi di men_tampak_luar_terdiri_dari
Wisma Dahlia PSTW Budi Mulia 1 [Accessed September 6, 2017].
Cipatung. Universitas Indonesia.
Maryam, 2008. Mengenal Usia Lanjut pp.163–171. Available at:
dan Perawatannya, Jakarta: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc
Salemba Medika. /articles/PMC2920196/pdf/cia-5-
Mcclurg, D. et al., 2017. Abdominal 163.pdf [Accessed September 5,
massage for neurogenic bowel 2017].
dysfunction in people with Richmond, J.P. & Wright, M.E., 2006.
multiple sclerosis (AMBER — Development of a constipation risk
Abdominal Massage for Bowel assessment scale. , (2005), pp.37–
Dysfunction Effectiveness 48.
Research): study protocol for a Rofiq, M., 2011. Pengaruh diet buah
randomised controlled trial. tinggi serat terhadap kejadian
Available at: konstipasi pada lansia di wilayah
https://link.springer.com/content/p pukesmas dinoyo malang.
df/10.1186%2Fs13063-017-1890- Universitas Muhammadiyah
y.pdf [Accessed August 26, 2017]. Malang.
Rusilanti & Kusharto, C., 2007. Sehat
McClurg, D. et al., 2016. Abdominal dengan Makanan Berserat,
massage for the alleviation of Jakarta: ArgoMedia Pustaka.
symptoms of constipation in Saeger, J.L. & Kyle, D., 2008.
people with Parkinson’s: A Therapeutic Massage and
randomised controlled pilot study. Bodywork 1st ed., New York:
Age and Ageing, 45(2), pp.299– McGraw- Hill.
303. Saputra, F., Marlenywati & Saleh, I.,
Mcclurg, D. & Dickinson, H.S., 2011. 2016. Hubungan Antara Asupan
Abdominal massage for the Serat Dan Cairan (Air Putih)
treatment of constipation Dengan Kejadian Konstipasi Pada
(Protocol). , (4). Available at: Lansia. Universitas
http://www.thecochranelibrary.co Muhammadiyah Pontianak.
m [Accessed August 16, 2017]. Seyyedrassoli, A., Azizi, A. &
Mubarak, W.I., 2012. Ilmu Keperawatan Goljarian, S., 2016. Comparison of
Komunitas Konsep dan Aplikasi, Effectiveness of Reflexology and
Jakarta: Salemba Medika. Abdominal Massage on
Notoatmodjo, 2010. Metodologi Constipation among Orthopedic
Penelitian Ilmu Kesehatan, Patients : A single-blind
Jakarta: Rineka Cipta. Randomized Controlled Trial. ,
Nugroho H.W, 2008. Keperawatan pp.33–40.
Gerontik dan Geriatrik, Jakarta: Sianipar, N.B., 2015. Konstipasi pada
EGC. Pasien Geriatri. CDK-234, 42 No.
Nugroho H.W, 2009. Komunikasi dalam 8.
Keperawatan Gerontik, Jakarta: Sinclair, M., 2011. The use of
EGC. abdominal massage to treat chronic
Nursalam, 2016. Metodologi Penelitian constipation. Journal of Bodywork
Ilmu Keperawatan Edisi 4., and Movement Therapies, 15(4),
Jakarta: Salemba Medika. pp.436–445. Available at:
Pearce, E.C., 2009. Anatomi dan http://linkinghub.elsevier.com/retri
Fisiologi untuk Paramedis, eve/pii/S1360859210001063
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. [Accessed May 2, 2017].
Rao Jorge T Go, S.S. & Rao, S.S., 2010. Stockslager, J.. & Schaeffer, L. eds.,
Clinical Interventions in Aging 2008. Buku Saku Asuhan
Dovepress Update on the Keperawatan Geriatrik 2nd ed.,
management of constipation in the Jakarta: EGC.
elderly: new treatment options.
Clinical Interventions in Aging, 5,
Swarjana, I.K., 2016. Statistik Toner, F., 2012. Preventing, Assessing,
Kesehatan, Yogyakarta: Ando and Managing Constipation in
Offset. Older Adults. Geriatric Nursing,
Tamher, S. & Noorkasiani, 2009. 1(1), pp.52–55.
Kesehatan Usia Lanjut dengan Trisno, B., 2011. Remedial Massage,
Pendekatan Asuhan Keperawatan, Yogyakarta: Nuha Medika.
Jakarta: Salemba Medika. Turan, N., 2016. The Effect of
Thomas, 2014. Abdominal massage for Abdominal Massage on. , pp.48–
constipation. NHS Foundation 59.
Trust. Available at: Wang, X., 2015. Complementary and
https://www.guysandstthomas.nhs. Alternative Therapies for Chronic
uk/resources/patient- Constipation Xinjun. Evidence-
information/gi/abdominal- Based Complementary and
massage-for-constipation.pdf AlternativeMedicine, 2015(d),
[Accessed May 2, 2017]. pp.1–1

You might also like