You are on page 1of 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/349984143

Factors Affecting Secondary Traumatic Stress Disorder among Search and


Rescue Team in Makassar

Article  in  Indonesian Contemporary Nursing Journal (ICON Journal) · February 2021


DOI: 10.20956/icon.v5i2.9032

CITATIONS READS

0 10

3 authors, including:

Tuti Seniwati
Universitas Hasanuddin
9 PUBLICATIONS   17 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Tuti Seniwati on 15 January 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Indonesian Contemporary Nursing Journal, 5(2), 2021, 49-57

FACTORS AFFECTING SECONDARY


TRAUMATIC STRESS DISORDER AMONG
SEARCH AND RESCUE TEAM IN MAKASSAR
Sri Rahayu1, Elly L. Sjattar2, Tuti Seniwati3

1,2,3,Faculty
of Nursing, Hasanuddin University, Makassar
e-mail: rahayu99sri@gmail.com

ABSTRACT

Introduction: Disaster is an unwanted event and usually occur suddenly and is


accompanied by many victims. Disasters can have many impacts, both physical and
psychological. The psychological impact that can arise on disaster victims is called Post
Traumatic Stress Disorder (PTSD). Not only on the victim, the person who served as a
helper also can have psychological disorders. Psychological disorders in these helpers are
called Secondary Traumatic Stress Disorder (STSD). This study was aimed to identify
factors that influence the incidence STSD the Search and Rescue (SAR) teams in
universities and BASARNAS Makassar. Method: This research is a quantitative study with
a cross-sectional approach using total sampling techniques the samples in this study were
all sar and basrnas member (n=60) who agreed to be the respondent and have involved in
rescue activity on one last year. Data is collected by distributing questionnaires.
Questionnaires used were Secondary Traumatic Stress Scale and Crisis Support Scale. The
statistical test used Chi square test, Mann-Whitney U test and logistic regression analysis.
Result: The study showed that there was a relationship between the frequency of exposure,
social support, and the length of work (p<0,05) and the incidence of STSD. However, the
type of exposure has no significant relationship with the incidence of STSD. Conclusion:
Social support is the most significant factor compared to the frequency of exposure, the
type of disaster and length of work / joining. This research is expected to provide additional
information on STSD risk factors. For future researchers, in order to examine other
variables which is trauma history and coping mechanism the SAR team to experience
symptoms of STSD.

Keywords : STSD, SAR Team, Disaster

PENDAHULUAN
Bencana merupakan suatu bahwa terdapat 5.384 kejadian
peristiwa yang tidak diinginkan dan bencana dan data bencana untuk
biasanya terjadi secara mendadak Sulawesi Selatan selama 2017
yang disertai dengan jatuhnya banyak tercatat ada 71 kejadian. Angka ini
korban (Tyas, 2016). Berdasarkan terus melonjak pada tahun
data InaRisk atau Indeks Rawan selanjutnya. Dari tahun 2018 hingga
Bencana Indonesia (IRBI) yang Februari 2019 terdapat 268 kejadian.
dikeluarkan oleh Badan Nasional Bencana yang terjadi dapat
Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan dampak baik fisik
tahun 2018, indeks risiko rata-rata maupun psikologis. Dampak yang
nasional mencapai 146,3 (BNPB, diakibatkan ini bukan hanya pada
2018). Data Informasi Bencana korban bencana, tetapi juga termasuk
Indonesia (DIBI) yang dikeluarkan penolong yang membantu proses
oleh BNPB mencatat selama 2017 evakuasi saat atau setelah terjadi
terdapat 2.866 kejadian bencana di bencana. Hal ini dikemukakan oleh
Indonesia. Selama 2018 sampai Sendler, Rutkowska, & Makara-
dengan Agustus 2019 menunjukkan Studzinska (2016) bahwa individu

49
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 5(2), 2021, 49-57

yang terpapar dengan bencana dapat METODE


mengakibatkan terjadinya PTSD. Penelitian ini merupakan
PTSD dapat timbul pada semua penelitian kuantitatif dengan desain
umur, jenis kelamin, tingkat cross sectional. Populasinya adalah
pendidikan dan pekerjaan (Nasri, seluruh anggota tim SAR Perguruan
Seniwati, Ilkafah, & Erfina, 2020). Tinggi dan BASARNAS Makassar
Seperti halnya PTSD, penolong (N=60). Teknik sampling yang
sebagai individu yang memiliki n bisa digunakan yakni total sampling, jadi
mengalami gejala yang sama. Hal ini jumlah sampel sebanyak jumlah
disebut Secondary Traumatic Stress populasi (n=60). Penelitian dilakukan
Disorder (STSD). STSD ini sangat pada 7-30 November 2019 di
rentan bagi orang-orang yang sekretariat atau kantor tim SAR, yaitu
menolong dan membantu dalam SAR Unhas, SAR UNM, SAR
pengevakuasian penderita trauma. Universitas Bosowa dan BASARNAS
Seseorang yang mengalami STSD Makassar. Frekuensi paparan,
dimulai dengan datangnya stressor dukungan sosial, jenis operasi
dan tidak memiliki respon yang baik. lapangan dan lama kerja sebagai
Kecemasan semakin meningkat dan variabel independen serta kejadian
jika strategi koping tidak tepat serta STSD sebagai variabel dependen
menjadi maladaptif, maka akan penelitian. Data dianalisis
menimbulkan STSD (Doctor & menggunakan SPSS versi 16.0
Shiromoto, 2010; Townsend, 2012). dengan uji statistik yang digunakan
Penelitian terhadap tim rescuer pada kejadian STSD dengan variabel
di Chiniot dan Faisalabad frekuensi paparan, dukungan sosial,
menunjukkan bahwa tim rescuer dan jenis operasi lapangan adalah Chi
mengalami STSD tingkat sedang Square Test, sedangkan untuk
(Zaidi, Yaqoob, & Saeed, 2017). variabel lama kerja menggunakan
Seseorang yang mengalami STSD Mann-Whitney U Test.
mengalami gejala seperti intrusion, Instrumen yang digunakan ada 3
avoidance dan arousal. Kejadian yaitu; 1) kuesioner A untuk
STSD dilatarbelakangi oleh beberapa mengumpulkan data karakteristik
faktor risiko yaitu keparahan responden. 2) Kuesioner B untuk
paparan, frekuensi paparan, riwayat mengukur tingkat dukungan sosial
trauma individu dan dukungan sosial responden dengan menggunakan
(Hensel, Ruiz, Finney, & Dewa, 2016; Crisis Support Scale (CSS) yang
Paramitha, Kusristanti, & Kunci, dikembangkan oleh Joseph, Andrews,
2018). Williams, & Yule (1992). Kuesioner ini
Berhasil atau tidaknya telah diuji valid oleh peneliti
pencarian dan pertolongan di menggunakan uji validitas Pearson,
lapangan sangat dipengaruhi oleh dengan cronbach alpha 0,763. 3)
koordinasi antarpotensi SAR itu Kuesioner C untuk mengukur
sendiri (BASARNAS, 2017). Tim SAR kejadian STSD responden dengan
yang tergabung dalam BASARNAS menggunakan Secondary Traumatic
maupun Perguruan Tinggi akan Stress Scale (STSS) yang
selalu memiliki koordinasi dalam dikembangkan oleh Bride, Robinson,
proses pencarian dan pertolongan Yegidis, & Figley (2004). Kuesioner ini
dan berisiko mengalami STSD. Maka telah diuji valid menggunakan uji
dari itu peneliti tertarik untuk validitas Pearson, dengan cronbach
mengidentifikasi apa saja faktor- alpha 0,777. Izin etik penelitian
faktor yang mempengaruhi kejadian didapatkan dari Komisi Etik
STSD pada tim SAR Perguruan Tinggi Penelitian Kesehatan Politeknik
dan BASARNAS Makassar. Kesehatan Makassar dengan No.
1147/KEPK-PTKMKS/XI-2019.

50
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 5(2), 2021, 49-57

Kejadian STSD
Total
Karakteristik Responden Mengalami STSD Tidak Mengalami STSD
f % f % f
Jenis Kelamin
Laki-laki 31 66 16 34 47
Perempuan 6 46.2 7 53.8 13
Organisasi/ Lembaga
BASARNAS Makassar 20 90.9 2 9.1 22
SAR Unhas 5 35.7 9 64.3 14
SAR UNM 8 44.4 10 55.6 18
SAR Uni Bosowa 4 66.7 2 33.3 6
Riwayat paparan
Ya 37 94.9 2 5.1 39
Tidak 0 0 21 100.0 21
Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Jenis Kelamin, Organisasi
dan Riwayat Trauma

Variabel Rerata(SD)
Usia 25.00(5.352)
Frekuensi Paparan 3.38(2.906)
Lama Kerja 5.47(4.256)
Tabel 2. Distribusi Responden berdasarkan Usia, Frekuensi Paparan dan Lama Kerja

Pertanyaan Gejala Tidak Pernah


STSD Pernah
f % f %
1. Saya merasa sulit mengekspresikan apa yang saya Avoidance 6 10.0 54 90.0
rasa
2. Jantung saya terasa berdebar-debar ketika Intrusion 17 18.3 43 81.7
mengingat/memikirkan pekerjaan saya dengan
korban
3. Saya merasa seperti merasakan trauma yang dialami Intrusion 10 16.7 50 83.3
korban
4. Saya mengalami kesulitan tidur Arousal 15 25.0 45 75.0
5. Saya merasa putus asa/berkecil hati akan masa Avoidance 21 35.0 39 65.0
depan
6. Saya merasa terganggu ketika mengingat pekerjaan Intrusion 29 48.3 31 51.6
saya dengan korban
7. Saya merasa tidak begitu tertarik berada di Avoidance 21 35.0 39 65.0
dekat/sekitar orang lain
8. Saya merasa khawatir/cemas Arousal 7 11.7 53 88.3
9. Saya tidak serajin/seaktif seperti biasanya Avoidance 10 16.7 50 83.3
10. Saya tiba-tiba teringat dengan pekerjaan saya Intrusion 18 30.0 42 70.0
bersama korban secara spontan
11. Saya sulit berkonsentrasi Arousal 14 23.3 46 76.7
12. Saya menghindari orang-orang, tempat atau hal-hal Avoidance 24 40.0 36 60.0
yang dapat mengingatkan saya dengan korban
13. Saya mengalami mimpi buruk tentang pekerjaan Intrusion 26 43.3 34 56.7
saya dengan korban
14. Saya ingin menghindari bekerja dengan beberapa Avoidance 31 51.7 29 43.3
korban tertentu
15. Saya mudah merasa jengkel/kesal Arousal 12 20.0 48 80.0
16. Saya merasa ada hal buruk yang akan terjadi Arousal 21 35.0 39 65.0
17. Saya merasa ada masalah dalam ingatan saya ketika Avoidance 26 43.3 34 56.7
mengingat interaksi dengan korban
Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pernyataan terkait gejala
intrusion, avoidance dan arousal

51
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 5(2), 2021, 49-57

HASIL bahwa rata-rata responden berusia


1. Karakteristik Responden. 25 tahun dan rata-rata frekuensi
Tabel 1 menjelaskan distribusi paparan sebanyak 3 kali paparan
responden berdasarkan jenis kelamin, dengan rata-rata lama kerja sebagai
organisasi dan riwayat paparan. Hasil tim SAR selama 5 tahun.
menunjukkan bahwa sebagian besar Tabel 3 menjelaskan tentang
responden berjenis kelamin laki-laki frekuensi dan persentase berdasarkan
mengalami STSD yaitu sebanyak 31 pernyataan terkait gejala intrusion,
orang (66%). Selain itu, sebagian avoidance dan arousal. Hasil
besar responden yang merupakan penelitian menunjukkan bahwa pada
anggota BASARNAS Makassar gejala intrusion, kebanyakan
mengalami STSD sebanyak 20 orang responden sebanyak 50 orang (83%)
(90,9%). Dari sini juga menunjukkan merasakan trauma yang dialami
bahwa semua responden yang korban. Pada gejala avoidance,
mengalami STSD memiliki riwayat mayoritas responden sebanyak 54
paparan sebelumnya yaitu sebanyak orang (90%) merasakan sulit
37 orang (94,9%). mengekspresikan apa yang dia rasa.
Tabel 2 menjelaskan distribusi Sedangkan pada gejala arousal,
responden berdasarkan usia, kebanyakan responden sebanyak 53
frekuensi paparan dan lama kerja. orang (88,3%) selalu merasa khawatir
Hasil penelitian ini menunjukkan atau cemas.
Kejadian STSD Total p
Variabel Mengalami STSD Tidak Mengalami STSD
f % f %
Frekuensi Paparan
Sekali paparan 2 9.5 19 90.5 21 0.000
Lebih dari sekali 35 89.7 4 10.3 39
paparan
Dukungan Sosial
Tinggi 7 25.0 21 75.0 28 0.000
Rendah 30 93.8 2 6.2 32
Jenis Operasi Lapangan
Bencana alam 15 60.0 10 40.0 25 0.8
Bukan bencana alam 22 62.9 13 37.1 35 22
Gejala STSD
Intrusion 37 64.9 20 35.1 57
Avoidance 37 61.7 23 38.3 60
Arousal 37 61.7 23 38.3 60
Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Frekuensi Paparan, Dukungan
Sosial, Jenis Operasi Lapangan dan Gejala STSD

Kejadian STSD p
Variabel Mengalami STSD Tidak Mengalami STSD
Rerata(SD) Rerata(SD)
Lama Kerja 6.76(0.771) 3.39(0.482) 0.041
Frekuensi Paparan 4.32(3.101) 1.87(1.740)
Tabel 5. Distribusi Responden berdasarkan Frekuensi Paparan dan Lama Kerja
dengan Kejadian STSD

Variabel Koefisien Regresi Exp (B)


Frekuensi Paparan -17.945 0.741
Dukungan Sosial -1.165 34.748
Lama Kerja -0.343 0.830
Tabel 6. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian STSD

52
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 5(2), 2021, 49-57

2. Hubungan frekuensi Paparan, Khaerulrizal JY (2016) yang


Dukungan Sosial, Jenis Operasi menemukan bahwa kebanyakan
Lapangan dan Lama Kerja dengan responden yaitu sebanyak 72%
Kejadian STSD pernah mengalami intrusion.
Tabel 4 menunjukkan responden Gejala intrusion yang paling
yang memiliki paparan yang lebih banyak pernah dirasakan oleh
dari sekali mengalami STSD paling responden adalah ikut merasakan
banyak yaitu sebanyak 35 orang trauma yang dialami oleh korban. Hal
(89,7%), dukungan sosial yang ini disebabkan karena kegagalan
rendah 30 orang (93.8%), jenis responden dalam bersikap empati dan
operasi lapangan bukan bencana lebih cenderung memiliki rasa simpati
alam 22 orang (62,9%), dan terhadap keadaan yang dialami oleh
responden yang mengalami gejala korban. Adanya rasa simpati yang
intrusion mengalami gejala STSD mendalam berupa rasa iba dan
yaitu 37 orang (64,9%). Hasil kesedihan terhadap keadaan korban
penelitian juga menunjukkan bahwa dapat membuat seseorang menjadi
terdapat hubungan yang signifikan cenderung merasakan perasaan yang
dan bermakna antara frekuensi dialami oleh korban yang biasanya
paparan dan dukungan sosial dengan bersifat subjektif dan melibatkan
kejadian STSD (p<0,05). Selain itu, perasaan individu.
hasil penelitian menunjukkan bahwa Adanya pemicu atau stimulus
tidak terdapat hubungan yang yang terkait dengan kejadian tersebut
signifikan antara jenis operasi juga mempengaruhi orang dengan
lapangan dengan kejadian STSD STSD yang mengingat kembali
(p>0,05). peristiwa traumatik yang pernah
Tabel 5 menunjukkan rata-rata dialami (Othman, A. Z., Dahlan, A.,
responden yang mengalami STSD Borhani, S. N., & Rusdi, 2016).
adalah responden dengan lama kerja Seseorang dengan STSD biasanya
selama 7 tahun dan 4 kali paparan. mengalami abnormalitas dalam
Selain itu, hasil penelitian juga penyimpanan, pelepasan, dan
menunjukkan bahwa terdapat eliminasi katekolamin yang
perbedaan bermakna antara lama memengaruhi fungsi otak di daerah
kerja responden yang mengalami amigdala yang justru akan membuat
STSD dan tidak mengalami STSD kejadian tersebut disimpan dalam
(p<0,05). bentuk mimpi buruk (Yosep & Sutini,
3. Analisis Faktor yang Paling 2016). Hal ini yang menyebabkan
Berhubungan peristiwa traumatik dapat menjadi
Tabel 6 menunjukkan bahwa stimulus dan menimbulkan reaksi
dukungan sosial merupakan faktor trauma ketika mengingatnya kembali.
yang paling bermakna dengan nilai Selain gejala intrusion, gejala
Exp(B)=34.748 dibandingkan dengan lain yang juga dialami oleh responden
frekuensi paparan dan lama kerja. adalah avoidance. Penelitian ini
menunjukkan bahwa semua
PEMBAHASAN responden pernah mengalami gejala
1. Gambaran Kejadian berdasarkan avoidance. Hal ini sejalan dengan
Gejala STSD penelitian yang dilakukan oleh Duffy,
Kejadian STSD yang dialami oleh Avalos, & Dowling (2014) yang
tim SAR memiliki tiga gejala utama, menyatakan bahwa sebagian besar
yaitu intrusion, avoidance, dan responden pernah mengalami gejala
arousal. Dari penelitian ini avoidance yaitu terdapat 72%.
menunjukkan bahwa sebagian besar Gejala avoidance yang paling
responden mengalami gejala banyak pernah dirasakan oleh
intrusion. Hal ini sejalan dengan responden adalah kesulitan dalam
penelitian yang dilakukan oleh mengekspresikan apa yang dia rasa.

53
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 5(2), 2021, 49-57

Hal ini disebabkan karena adanya 2. Hubungan Frekuensi Paparan


penilaian negatif responden terhadap dengan Kejadian STSD
kejadian masa lalu yang dapat Seseorang yang memiliki
menyebabkan rasa takut, tidak paparan kejadian lebih dari sekali
berdaya dan malu (Ford, Grasso, akan membuat seseorang untuk
Elhai, & Courtois, 2015). Perasaan berisiko terkena STSD. Hal ini dapat
takut dan tidak berdaya ini dapat dilihat pada tabel 4 yang
menyebabkan rendahnya menunjukkan bahwa frekuensi
kemampuan dalam menjalin paparan memiliki hubungan
hubungan dengan lingkungan bermakna terhadap kejadian STSD.
sekitarnya dan menyebabkan Hal ini sejalan dengan penelitian yang
seseorang menjadi sulit dilakukan oleh Hensel, Ruiz, Finney,
mengekspresikan perasaannya. & Dewa (2016) menemukan bahwa
Gejala STSD yang ketiga adalah frekuensi paparan menjadi salah satu
arousal. Selain avoidance, penelitian faktor yang mempengaruhi terjadinya
ini juga menunjukkan bahwa seluruh STSD.
responden juga mengalami gejala Pada penelitian ini, rata-rata
arousal. Hal ini sejalan dengan jumlah paparan responden yang
penelitian yang dilakukan oleh mengalami STSD adalah 4 kali
Khaerulrizal JY (2016) & Nasri et al. paparan. Hal ini disebabkan karena
(2020) yang menemukan bahwa seseorang yang terpapar kejadian
sebagian besar responden pernah traumatis kembali menyebabkan
mengalami gejala arousal Gejala seseorang mengalami ingatan yang
arousal yang paling banyak pernah berulang. Paparan traumatis berulang
dirasakan oleh responden adalah yang tidak diinginkan merupakan hal
selalu merasa khawatir atau cemas. yang membuat seseorang akan
Hal ini pula didukung dengan mengalami kecemasan dan
penelitian yang dilakukan oleh kekhawatiran berlebihan yang bisa
Bahris, Sangkala, & Seniwati (2020) menimbulkan STSD.
bahwa gejala yang paling sering 3. Hubungan Dukungan Sosial
muncul pada pasca traumatic adalah dengan Kejadian STSD
arousal pada onset 11-13 minggu Dukungan sosial berpengaruh
pasca trauma. Hal ini dapat terhadap kejadian STSD pada tim
disebabkan karena adanya SAR. Misalnya dengan adanya
rangsangan memunculkan kembali dukungan moril dari orang-orang
kejadian traumatik secara mendadak sekitar, adanya tempat berbagi suka
dan/atau kembalinya trauma (Regel duka serta memberikan nasihaat
& Joseph, 2010). berupa solusi terhadap masalah yang
Faktor biokimia tubuh juga dialami. Hal ini dapat dilihat pada
mempengaruhi dimana adanya Tabel 4 yang menunjukkan bahwa
stimulus dari luar tubuh yang dukungan sosial memiliki hubungan
dianggap mengancam atau bermakna terhadap kejadian STSD.
membahayakan akan dihantar Penelitian ini sejalan dengan
melalui impuls neurotransmitter ke penelitian yang dilakukan Cheng,
otak. Peningkatan hormon androgen Wang, Wen, & Shi, (2014) & Zang et
dan norepinefrin serta penurunan al. (2017) yang menemukan bahwa
serotonin menyebabkan terjadinya rendahnya dukungan sosial menjadi
pengaruh agresif. Perilaku tersebut faktor terjadinya STSD.
dapat membuat ketidakmampuan Dukungan sosial berkaitan cara
menjalin hubungan dengan orang lain individu dalam mengontrol dan
sehingga membuatnya lebih sensitif menekan munculnya tekanan atau
dan kesulitan untuk rileks (Yosep & stres berkelanjutan yang dialaminya.
Sutini, 2016). Hal ini disebabkan karena semakin

54
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 5(2), 2021, 49-57

responden memiliki orang-orang yang stimulus atau stressor yang ada


kuat dan suportif di sekitarnya, maka (Yosep & Sutini, 2016).
kemungkinan untuk mengembangkan 5. Hubungan Lama Kerja dengan
STSD semakin kecil. Namun ketika Kejadian STSD
responden tidak mempunyai Lama kerja dengan tim SAR
dukungan sosial yang baik, maka merupakan faktor risiko seseorang
responden akan cenderung untuk mengalami STSD. Seperti yang
membuatnya semakin tidak siap atas terlihat pada tabel 5, terdapat
adanya stimulus atau kejadian yang perbedaan bermakna antara lama
mengancam. kerja responden yang mengalami
Dukungan sosial yang rendah STSD dan yang tidak mengalami
membuat individu menjadi tidak siap STSD. Studi ini menunjukkan rata-
menghadapi kejadian atau ancaman rata lama kerja responden yang
bagi dirinya. Ketika hal tersebut mengalami STSD lebih tinggi
terjadi, maka keadaan menjadi tidak dibanding dengan yang tidak
seimbang yang disebut dengan mengalami STSD. Hal ini karena
keadaan krisis. Krisis yang berat semakin banyak waktu dihabiskan
menyebabkan kecemasan meningkat dengan korban maka semakin besar
dimana dapat berisiko menyebabkan kemungkinan seseorang memiliki
STSD. (Yosep & Sutini, 2016). Oleh empatik yang tinggi atau merasakan
karena itu, semakin tinggi dukungan hal yang serupa dengan korban alami
sosial yang diterima, maka akan (Figley, 2012).
semakin rendah gangguan stress Lama paparan dengan korban
yang dialami (Tentama, 2014). menyebabkan stressor semakin kuat.
4. Hubungan Jenis Operasi Stress ini juga terjadi karena stressor
Lapangan dengan STSD yang kuat tersebut dan disertai
Jenis operasi lapangan yang dengan kurangnya dukungan dari
dilakukan oleh tim SAR terbagi atas berbagai pihak. Sejalan dengan
dua yaitu bencana alam dan bukan penelitian Kintzle et al., (2013) yang
bencana alam. Tabel 4 menunjukkan menemukan bahwa seseorang yang
bahwa jenis operasi lapangan tidak tidak mengalami gejala STSD
memiliki hubungan bermakna berkaitan dengan durasi paparan,
terhadap kejadian STSD. Hal ini dimana orang yang tidak
disebabkan karena pada penelitian ini menghabiskan waktu banyak dengan
semua jenis operasi lapangan, baik korban trauma tidak mengalami
bencana alam maupun bukan gejala STSD.
bencana alam akan memiliki risiko
untuk menyebabkan seseorang KESIMPULAN
mengalami STSD sehingga tidak Penelitian menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan diantara kedua terdapat hubungan antara frekuensi
kelompok. Hal ini juga ditemukan paparan, dukungan sosial dan lama
oleh Quinn et al. (2019) bahwa jenis kerja (p<0,05) dengan kejadian STSD.
paparan tidak memiliki hubungan Akan tetapi, jenis paparan tidak
yang signifikan terhadap STSD. memiliki hubungan bermakna dengan
Jenis operasi lapangan ini dapat kejadian STSD. Adapun faktor yang
dilihat dari model stress berdasarkan paling bermakna adalah dukungan
stimulus. Pendekatan model stimulus sosial dibanding frekuensi paparan
ini menganggap stress sebagai ciri dan lama kerja . Penelitian ini
dari stimulus yang dianggap diharapkan dapat menjadi informasi
mengganggu atau merusak. Namun tambahan terkait faktor risiko STSD.
kelemahan dari stimulus ini adalah Peneliti selanjutnya dapat melihat
kegagalan dalam memperhitungkan variabel lain termasuk riwayat
cara seseorang berespon terhadap trauma, jenis bencana alam dan

55
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 5(2), 2021, 49-57

mekanisme koping yang dapat Khaerulrizal JY, M. (2016). Gambaran Gejala


menyebabkan para tim SAR dapat Secondary Traumatic Stress Disorder
(STSD) pada Tim Search and Rescue
mengalami gejala STSD. (SAR) BASARNAS Makassar. Skripsi
tidak diterbitkan. Makassar; Program
DAFTAR PUSTAKA Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Bahris, S., Sangkala, M. S., & Seniwati, T. Hasanuddin
(2020). Overview of Post Traumatic Kintzle, S., Yarvis, L. T. C. J. S., Usaf, M. S., &
Stress Disorder (PTSD) Symptoms of Bride, B. E. (2013). Secondary Traumatic
Post-road Traffic Accident Patients. In Stress in Military Primary and Mental
Indonesian Contemporary Nursing Health Care Providers. 178(December),
Journal (Vol. 5). 1310–1316.
BASARNAS. (2017). Kerja Sama BASARNAS. https://doi.org/10.7205/MILMED-D-
Retrieved from basarnas.go.id/kerja- 13-00087
sama Nasri, R. I., Seniwati, T., Ilkafah, & Erfina, E.
BNPB. (2018). Indeks Risiko Bencana (2020). Screening of Post-Traumatic
Indonesia. InaRISK. Retrieved from Stress Disorder (PTSD) among Flood
http://inarisk.bnpb.go.id/irbi Victims in Indonesia. Enfermeria Clinica,
Bride, B. E., Robinson, M. M., Yegidis, B., & 30(2), 345–349.
Figley, C. R. (2004). Development and https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2019.0
validation of the Secondary Traumatic 7.115
Stress Scale. Research on Social Work Othman, A. Z., Dahlan, A., Borhani, S. N., &
Practice. Rusdi, H. (2016). Posttraumatic Stress
https://doi.org/10.1300/J137v11n03 Disorder and Quality of Life among
Cheng, Y., Wang, F., Wen, J., & Shi, Y. (2014). Flood Disaster Victims. Procedia - Social
Risk Factors of Post-Traumatic Stress and Behavioral Sciences.
Disorder ( PTSD ) after Wenchuan https://doi.org/https://doi.org/10.101
Earthquake  : A Case Control Study. 6/j.sbspro.2016.10.227
9(5), 1–7. Paramitha, R. G., Kusristanti, C., & Kunci, K.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0 (2018). Resiliensi Trauma dan Gejala
096644 Posttraumatic Stress Disorder ( PTSD )
Duffy, E., Avalos, G., & Dowling, M. (2014). pada Dewasa Muda yang Pernah
Secondary traumatic stress among Terpapar Kekerasan Trauma Resilience
emergency nurses: a cross- sectional and Posttraumatic Stress Disorder ( PTSD
study. International Emergency Nursing, ) Symptoms in Violence-Exposed Young
16. Adults. 6(2), 186–196. Retrieved from
https://doi.org/10.1016/j.ienj.2014.05. https://www.researchgate.net/publicati
001 on/333104410_Resiliensi_Trauma_dan_
Doctor, R. M., & Shiromoto, F. N. (2010). The Gejala_Posttraumatic_Stress_Disorder_P
Encyclopedia of Trauma and Traumatic TSD_pada_Dewasa_Muda_yang_Pernah_
Stress Disorders. Retrieved from Terpapar_Kekerasan_Trauma_Resilience
https://books.google.co.id _and_Posttraumatic_Stress_Disorder_PT
Figley, C. R. (2012). Traumatology Of Grieving: SDSymptoms_in_Violence-Exposed_You
Conceptual, Theoretical, and Treatment Quinn, A., Ji, P., & Nackerud, L. (2019).
Foundation. Retrieved from Predictors of secondary traumatic stress
https://books.google.co.id among social workers: Supervision,
Ford, J. D., Grasso, D. J., Elhai, J. D., & income, and caseload size. Journal of
Courtois, C. A. (2015). Etiology of PTSD. Social Work, 19(4), 504–528.
In Posttraumatic Stress Disorder. https://doi.org/10.1177/14680173187
https://doi.org/10.1016/b978-0-12- 62450
801288-8.00003-0 Regel, S., & Joseph, S. (2010). Post-traumatic
Hensel, J. M., Ruiz, C., Finney, C., & Dewa, C. Stress. Retrieved from
S. (2016). Meta-Analysis of Risk Factors https://books.google.co.id
for Secondary Traumatic Stress in Sendler, D. J., Rutkowska, A., & Makara-
Therapeutic Work With Trauma Victims Studzinska, M. (2016). How the
Jennifer. Journal of Traumatic Stress, exposure to trauma has hindered
29(August), 293–300. physicians’ capacity to heal: Prevalence
https://doi.org/10.1002/jts of PTSD among healthcare workers.
Joseph, S., Andrews, B., Williams, R., & Yule, European Journal of Psychiatry, 30(4),
W. (1992). The crisis support scale: 321–334.
Psychometric qualities and further https://doi.org/10.7490/f1000research.
validation. British Journal of Clinical 1111861.1
Psychology, 31, 63–73. Tentama, F. (2014). Dukungan Sosial dan Post-
https://doi.org/10.1016/S0191- Traumatic Stress Disorder. 13(2), 133–
8869(00)00220-8 138. Retrieved from
https://ejournal.undip.ac.id/index.php

56
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 5(2), 2021, 49-57

/psikologi/article/view/8084/6631 Institute, 31, 314–Tyas, M. D. C. (2016).


Townsend, M. C. (2012). Preview-Of- Keperawatan Kegawatdaruratan dan
Psychiatric-Mental-Health-Nursing- Manajemen Bencana. Retrieved from
Concepts-of-Care-in-Evidence-Based- http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksd
Practice. Retrieved from 318. Retrieved from
https://www.amazon.com/Psychiatric-Mental- https://pdfs.semanticscholar.org/e547/
Health-Nursing-Evidence- 91fa10528c8f9df41e422751e4bea4773d
Based/dp/0803640927mk/wp- 7e.pdf
content/uploads/2017/08/Keperawata Zang, Y., Gallagher, T., McLean, C. P.,
n-GAdar-dan-MAnajemen-Bencana- Tannahill, H. S., Yarvis, J. S., & Foa, E.
Komprehensif.pdf B. (2017). The impact of social support,
Yosep, H. I., & Sutini, T. (2016). Buku Ajar unit cohesion, and trait resilience on
Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika PTSD in treatment-seeking military
Aditama. personnel with PTSD: The role of
Zaidi, S. M. I. H., Yaqoob, N. Y., & Saeed, H. S. posttraumatic cognitions. Journal of
(2017). Compassion Satisfaction Psychiatric Research, 86, 18–25.
Burnout Secondary Traumatic Stress. https://doi.org/10.1016/j.jpsychires.20
Journal of Postgraduate Medical 16.11.005

57

View publication stats

You might also like