You are on page 1of 9

Tanjungpura Journal of Nursing Practice and Education, Volume 3, No.

1, 2021
E ISSN 2745-858X

HUBUNGAN PERILAKU KESEHATAN TERHADAP RISIKO PENYAKIT


BERBASIS LINGKUNGAN PADA MAHASISWA DI WILAYAH ASRAMA
RUSUNAWA UNTAN PONTIANAK

Feni Afriani1, M. Ali Maulana2, Argitya Righo3


1,2,3 Program Studi Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura,

Email: afrianifeni245@gmail.com

ABSTRACT
Background: In terms of the health behavior of students in the Tanjungpura University Dormitory
area, it was found that the majority of students did light activities such as frequently using eating and
drinking utensils at the same time, sanitation every 2/3 weeks, inappropriate disposal of waste water
and untidy rooms arrangement with humidity and dry room temperature which might cause
itching/redness of the skin, fever, flu and cough. The behavior patterns and habits that the researcher
found did not meet health standards which could lead to diseases if they did not maintain the
cleanliness of the environment in the area.
Methods: This research was descriptive quantitative data study with cross sectional design which
was conducted from May to August 2020 using 2 questionnaire instruments Likert and Guttman
scale. The research sample consisted of 104 student respondents.
Results: There was a relationship between health behavior and the risk of environmental-based
diseases in the area of Tanjungpura University Dormitory Pontianak with a statistical test result p
value of 0.000 where the majority of respondents were 20-22 years old and a year length of stay.
Respondents lived on the 1st floor and the average number of residents in 1 room was 4 people
Conclusion: Health behavior had a strong influence on health status, daily eating and drinking habits
which did not meet health standards and led to diseases.
Keywords: health behavior, environmental-based disease, students, dormitories

ABSTRAK
Latar Belakang: perilaku kesehatan mahasiswa di wilayah Asrama Rusunawa Untan ditemukan
bahwa mayoritas mahasiswa melakukan aktivitas ringan, sering menggunakan perabot makan dan
minum secara bersamaan, sanitasi dibersihkan 2/3 minggu sekali, air limbah yang dibuang tidak
pada tempatnya serta keadaan kamar yang tidak tertata rapi dengan kelembaban suhu ruang yang
kering sehingga dapat menimbulkan gatal-gatal/kemerahan pada kulit, demam, flu dan batuk. Pola
perilaku dan kebiasaan yang peneliti temukan tidak memenuhi standar kesehatan inilah yang dapat
memicu timbulnya penyakit apabila tidak menjaga kebersihan lingkungan didaerah tersebut.
Metode: penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif data deskriptif dengan desain cross sectional
yang dilakukan pada Bulan Mei sampai Agustus 2020 menggunakan 2 instrumen kuesioner skala
Likert dan Guttman. Sampel penelitian berjumlah 104 responden mahasiswa.
Hasil: ada hubungan antara perilaku kesehatan terhadap risiko penyakit berbasis lingkungan di
wilayah Asrama Rusunawa Untan Pontianak dengan nilai p hasil uji statistik sebesar 0,000 dimana
mayoritas responden berusia 20-22 tahun, lama tinggal selama 1 tahun, responden tinggal di lantai
1, dan rata-rata jumlah penghuni dalam 1 kamar sebanyak 4 orang.
Kesimpulan: perilaku kesehatan memiliki pengaruh yang kuat terhadap status kesehatan dan
kebiasaan makan serta minum sehari-hari sehingga jika tidak memenuhi standar kesehatan tersebut
dapat memicu timbulnya penyakit.
Kata Kunci: perilaku kesehatan, penyakit berbasis lingkungan, mahasiswa, asrama

67
Tanjungpura Journal of Nursing Practice and Education, Volume 3, No. 1, 2021
E ISSN 2745-858X

PENDAHULUAN Penyakit dapat menular dari orang


Kesehatan merupakan keadaan sehat yang satu dengan yang lainnya dapat
secara fisik, mental, spiritual dan sosial ditentukan oleh 3 faktor yaitu faktor agen,
yang menjadi hak bagi setiap individu host, dan rute transmisinya dimana faktor
yang tercantum pada UU RI No. 36 tahun agen adalah penyebab penyakit, host
2009. Kesehatan dipandang sebagai satu sebagai manusia dan rute transmisi ialah
kesatuan integral yang holistik dengan jalannya penularan infeksi. Infeksi yang
cakupan dari unsur fisik, mental, sosial ditularkan dapat berpotensi wabah atau
dan jiwa. Kesehatan menjadi kriteria tidak. Penyakit tidak menular muncul
perilaku individu untuk melakukan karena kombinasi kedua faktor yaitu
kegiatan aktif sesuai dengan fungsi faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
biologis yang optimal. Unsur-unsur dan dapat dimodifikasi.
holistik pada biopsikososial dapat Tenaga kesehatan khususnya bidang
memenuhi keadaan sehat individu keperawatan memiliki peran sebagai
sendiri. (Ikhtiar, 2017; Kemenkes, 2017; seorang manajer di lingkungan berbasis
dan Rosmalia & Sriani, 2017) wilayah khususnya wilayah yang
Perilaku masyarakat terhadap memerlukan intervensi masalah
kesehatan dapat dilihat melalui kebiasaan kesehatan dengan melakukan
dan pola hidup sehari-hari. Kebiasaan pendekatan kesehatan masyarakat.
masyarakat yang tidak menjaga pola Tenaga kesehatan memiliki peran yaitu
kebersihan lingkungan dapat memicu mengantisipasi penyakit berbasis
angka kejadian penyakit berbasis lingkungan dengan strategi
lingkungan yang tinggi. Penyakit berbasis pengembangan PHBS diantaranya
lingkungan masih menjadi penyebab dengan (a) strategi promosi yang dimulai
kematian di wilayah Indonesia. (Susanti pada pendekatan individu, (b) strategi
dkk, 2019; Asriani, 2019; dan Kemenkes, memberikan pengalaman belajar dengan
2019) menciptakan hubungan saling percaya,
Penyakit berbasis lingkungan dapat (c) strategi edukasi bagi individu, (d) dan
dibedakan menjadi 2 bagian yaitu strategi monitor penerapan PHBS oleh
penyakit menular berbasis lingkungan individu yang dilakukan oleh perawat
dan penyakit tidak menular berbasis hingga tercapai nya lingkungan yang
lingkungan. Kementerian Kesehatan RI terbebas dari penyakit berbasis
pada tahun 2019 menunjukan bahwa lingkungan. (Achmadi, 2009 dan
penyakit tidak menular berbasis Saraswati dkk, 2019).
lingkungan. 35% dikarenakan penyakit Penelitian Saraswati dkk (2019)
jantung & pembuluh darah, 12% menunjukan bahwa penyakit kulit
dikarenakan kanker, 6% dikarenakan merupakan penyakit menular yang
penyakit pernapasan kronis, 6% banyak terjadi khususnya di lingkungan
dikarenakan diabetes, serta 15% lainnya asrama. Adapun penyakit kulit tersebut
disebabkan oleh kasus penyakit tidak meliputi skabies & kudis. Namun ada pula
menular lainnya. Pada penyakit menular, penyakit ISPA dan diare yang sering
Indonesia masih memiliki kasus penyakit terjadi pada wilayah asrama.
yang masih menonjol misalnya DBD, METODE
TBC, malaria, diare, ISPA, cacingan, Penelitian ini menggunakan penelitian
penyakit kulit, keracunan & keluhan akibat kuantitatif dengan desain analitik
lingkungan yang buruk. observational dengan rancangan

68
Tanjungpura Journal of Nursing Practice and Education, Volume 3, No. 1, 2021
E ISSN 2745-858X

penelitian cross sectional. Data penelitian HASIL PENELITIAN


berupa angka dengan skala pengukuran Distribusi data karakteristik responden
ordinal tidak melakukan intervensi atau berdasarkan usia, lama tinggal, jumlah
perlakuan dari peneliti kepada subyek penghuni dalam kamar, dan nomor lantai
penelitian. Penelitian ini menghubungkan responden yang tinggal di Asrama
2 variabel yaitu variabel independen Rusunawa Untan Pontianak.
diidentifikasikan pada satu satuan waktu.
Populasi dalam penelitian ini mencakup Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi
mahasiswa yang tinggal di asrama berdasarkan Karakteristik
Rusunawa Untan dengan jumlah Responden
keseluruhan sebanyak 441 orang. Karakteristik
Frekuensi Presentase
Terdapat 104 orang. Sampel yang Responden
digunakan dalam penelitian ini adalah Usia
mahasiswa yang tinggal di asrama >20 tahun 18 17,3
Rusunawa Untan sebanyak 104 orang. 20 – 22 tahun 75 72,1
Instrument penelitian yang digunakan >22 tahun 11 10,6
dalam penelitian ini terdapat 2 instrumen Lama Tinggal di Asrama
yang pertama adalah kuesioner 1 tahun 51 49,0
mengukur perilaku kesehatan responden 2 tahun 19 18,3
yang diadopsi dari Shabat, J.M.M (2015) 3 tahun 34 32,7
terdiri dari 45 pernyataan dan memiliki Jumlah Penghuni dalam Kamar
pilihan jawaban ya/tidak, pilihan jawaban 2 orang 3 2,9
singkat, dan pilihan jawaban sangat 3 orang 28 26,9
jarang; jarang; kadang-kadang; sering; 4 orang 73 70,2
dan selalu. Sedangkan instrumen Nomor Lantai Kamar
penelitian yang kedua adalah kuesioner Lantai 1 39 37,5
riwayat risiko penyakit berbasis Lantai 2 30 28,8
lingkungan yang diadopsi dari penelitian Lantai 3 35 33,7
Malendra, O (2018) terdiri dari 11
pertanyaan dan memiliki pilihan jawaban Sumber: Data Primer, (2020) telah diolah
ya dengan skor 1, dan tidak dengan skor Berdasarkan tabel 4.1 mayoritas
0. Instrumen penelitian telah diuji validitas responden berada pada usia 20-22 tahun
dengan nilai sebesar 0,01 sedangkan nilai sebanyak 75 orang dengan persentase
uji reliabilitas sebesar 0,0919 maka 72,1%. Mayoritas mahasiswa tinggal di
instrumen dikategorikan konsisten. asrama selama 1 tahun sebanyak 51
Prosedur pada penelitian ini yaitu orang dengan persentase 49,0%.
peneliti meminta ijin untuk melakukan Mayoritas mahasiswa menempati kamar
penelitian pada pihak Kepala Sekeretariat asrama di lantai 1 sebanyak 39 orang
Asrama Rusunawa Untan, kemudian dengan presentase 37, 5%.
peneliti meminta ijin kepada responden
dengan memberikan lembar informed
consent, kemudian memperkenalkan diri
serta menjelaskan maksud dan tujuan
penelitian, selanjutnya peneliti
memberikan lembar persetujuan pada
responden.

69
Tanjungpura Journal of Nursing Practice and Education, Volume 3, No. 1, 2021
E ISSN 2745-858X

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Item Kuesioner Perilaku


Kesehatan, Risiko PBL, Kebersihan Kamar

Variabel Kategori Frekuensi Persentase


Kuesioner perilaku kesehatan
Status kesehatan Baik 48 46,2
Kurang baik 56 53,8

Perilaku kebersihan sehari-hari Baik 54 51,9


Kurang baik 50 48,1

Aktivitas fisik sehari-hari Baik 82 78,8


Kurang baik 22 21,2

Kebiasaan makan dan minum Baik 35 33,7


Kurang baik 69 66,3

Perilaku berisiko Baik 74 71,2


Kurang baik 30 28,8

Kuesioner Risiko PBL


Risiko PBL Rendah 69 66,3
Tinggi 35 33,7
Sumber: Data Primer, (2020) telah diolah
Berdasarkan tabel 4.2 kurang baik sebanyak 22 dengan
menggambarkan bahwa sebaran perilaku persentase 21,2%. Mahasiswa yang
kesehatan responden berdasarkan memiliki kebiasaan makan dan minum
tingkat status kesehatan, perilaku yang baik sebanyak 35 dengan
kebersihan sehari-hari, aktivitas fisik presentase 33,7%, sedangkan
sehari-hari, kebiasaan makan dan minum mahasiswa yang memiliki kebiasaan
dan perilaku berisiko. Mahasiswa yang makan dan minum yang kurang baik
memiliki status kesehatan yang baik sebanyak 69 dengan persentase 66,3%.
berfrekuensi sebanyak 48 dengan Mahasiswa yang memiliki perilaku
presentase 46,2%, sedangkan berisiko yang baik sebanyak 74 dengan
mahasiswa yang memiliki status presentase 71,2%, sedangkan
kesehatan kurang baik berfrekuensi mahasiswa yang memiliki perilaku
sebanyak 56 dengan presentase 53,8%. berisiko yang kurang baik sebanyak 30
Mahasiswa yang memiliki perilaku dengan persentase 28,8%.
kebersihan yang baik dalam Sebaran adanya risiko penyakit
kesehariannya sebanyak 54 dengan berbasis lingkungan di wilayah asrama
persentase 51,9%, sedangkan mahasiswa menggambarkan bahwa
mahasiswa yang berperilaku kurang baik risiko rendah sebanyak 69 dengan
sebanyak 50 dengan persentase 48,1%. persentase 66,3%, sedangkan risiko
Mahasiswa yang memiliki aktivitas fisik penyakit berbasis lingkungan yang tinggi
yang baik dalam kesehariannya sebanyak sebanyak 35 dengan persentase 33,7%.
82 dengan presentase 78,8%, sedangkan
mahasiswa yang memiliki aktivitas fisik

70
Tanjungpura Journal of Nursing Practice and Education, Volume 3, No. 1, 2021
E ISSN 2745-858X

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Kesehatan dan Risiko PBL

Item kuesioner Kategori Frekuensi Persentase

Perilaku kesehatan Baik 59 56,7


Kurang baik 45 43,3

Risiko PBL 66,3


Rendah 69
Tinggi 35 33,7

Sumber: Data Primer, (2020) telah diolah


Berdasarkan tabel 4.3 diatas mahasiswa dengan kebersihan kamar
menunjukan bahwa perilaku kesehatan yang kurang baik sebesar 27 dengan
mahasiswa dalam kategori baik sebesar persentase 26%. Mahasiswa yang
59 dengan persentase 56,7%, sedangkan memiliki risiko penyakit berbasis
mahasiswa dengan perilaku kesehatan lingkungan yang rendah sebesar 69
kurang baik sebesar 45 dengan dengan persentase 66,3%, sedangkan
persentase 43,3%. Mahasiswa dengan mahasiswa yang memiliki risiko penyakit
kebersihan kamar yang baik sebesar 77 berbasis lingkungan yang tinggi sebesar
dengan persentase 74%, sedangkan 35 dengan persentase 33,7%.

Tabel 4.4 Hubungan Perilaku Kesehatan Terhadap Risiko Penyakit Berbasis


Lingkungan (PBL)
Perilaku
Kesehatan P
Baik Kurang
Total
Baik
Risiko PBL f % f % f %
Rendah 59 85,5 10 14,5 69 66,3
Tinggi 0 0,0 35 77,8 35 33,7 0,000
Total 59 56,7 45 43,3 104 100
Sumber: Data Primer, (2020) telah diolah
Hasil analisa pada tabel 4.4 memiliki perilaku kesehatan yang kurang
menunjukan mahasiswa dengan risiko baik (14,5%). Nilai p hasil analisa
penyakit berbasis lingkungan yang hubungan risiko penyakit berbasis
rendah lebih banyak (f=69) dibandingkan lingkungan terhadap perilaku kesehatan
dengan mahasiswa dengan risiko lebih kecil dari nilai signifikan p, yaitu
penyakit berbasis lingkungan tinggi 0,000 yang berarti ada hubungan antara
(f=35). Risiko penyakit berbasis risiko penyakit berbasis lingkungan
lingkungan yang rendah terlihat lebih dengan perilaku kesehatan. Sehingga
banyak pada mahasiswa yang memiliki dapat disimpulkan bahwa risiko penyakit
perilaku kesehatan yang baik (85,5%) berbasis lingkungan memiliki hubungan
dibandingkan dengan mahasiswa yang

71
Tanjungpura Journal of Nursing Practice and Education, Volume 3, No. 1, 2021
E ISSN 2745-858X

dengan perilaku kesehatan di wilayah merupakan contoh dari pola perilaku


Asrama Rusunawa Untan Pontianak. kesehatan yang dilakukan oleh mahasiswa.
PEMBAHASAN Hasil penelitian berdasarkan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh karakteristik jumlah penghuni dalam kamar
peneliti di Asrama Rusunawa Untan didapatkan bahwa mahasiswa yang tinggal
Pontianak didapatkan jumlah responden 2 orang dalam 1 kamar sebanyak 3 orang,
sebanyak 104 mahasiswa dengan rentang mahasiswa yang tinggal 3 orang sebanyak
usia >20 tahun sebanyak 18 orang, usia 20- 19 orang, dan mahasiswa yang tinggal 4
22 tahun sebanyak 75 orang, dan usia <22 orang dalam 1 kamar sebanyak 34 orang.
tahun sebanyak 11 orang. Mayoritas Asrama Rusunawa Untan memprioritaskan
mahasiswa angkatan 2016 yang tinggal di mahasiswa Bidikmisi sehingga untuk biaya
asrama Rusunawa Untan dengan rentang kamar dapat dilakukan dengan membayar
usia antara 20-22 tahun. Mahasiswa bersama dalam 1 kamar.
angkatan 2016 memasuki usia dewasa Mahasiswa yang tinggal berdasarkan
muda memiliki pola pikir praktis dengan rentang waktu tertentu berdampak pada
memilih tinggal di tempat yang strategis dari pola perilaku terhadap lingkungan sekitar
kampus. Penelitian Hargono, 2018 yang serta kebiasaan sehari-hari dapat menjadi
menunjukan bahwa usia memiliki pengaruh salah satu contoh yang berkaitan antara
terhadap status kesehatan individu. individu satu dengan yang lainnya. Interaksi
Semakin tinggi rentang usia maka besar sosial yang terjadi di dalam kamar terhadap
pengaruh perilaku kesehatan yang berisiko sesama mahasiswa memiliki durasi yang
menimbulkan penyakit. Mahasiswa yang lebih lama. Mahasiswa dapat menjadi agen
memasuki usia dewasa awal memiliki pola infeksius apabila tidak mengontrol perilaku
perilaku yang bertanggungjawab, masa dan kebiasaan yang sehat.
peningkatan autonomi dan peran dalam Hasil penelitian berdasarkan nomor
mengontrol perilaku yang berdampak pada lantai kamar didapatkan bahwa mahasiswa
kesehatan individu itu sendiri. yang tinggal di lantai 1 sebanyak 39 orang,
Hasil penelitian berdasarkan lantai 2 sebanyak 30 orang, dan di lantai 3
karakteristik lama tinggal responden sebanyak 35 orang. Mayoritas mahasiswa
didapatkan bahwa responden yang tinggal memilih tinggal di lantai 1 dikarenakan akses
selama 1 tahun sebanyak 51 orang, keluar dan masuk ruangan menjadi lebih
mahasiswa yang tinggal selama 2 tahun mudah dibandingkan dengan lantai atas
sebanyak 19 orang dan mahasiswa yang yang mengharuskan naik turun tangga.
tinggal selama 3 tahun sebanyak 34 orang. Mahasiswa yang memiliki kebiasaan malas
Penelitian Widiastuti & Susana, 2014 beraktivitas dapat menjadi salah satu faktor
menjelaskan bahwa individu yang tinggal pemicu penyakit bagi individu itu sendiri.
lebih lama di wilayah asrama/kos memiliki Karakteristik nomor lantai kamar asrama
pengetahuan mengenai orientasi sedikit berbeda antara lantai 1 dengan lantai
lingkungan serta mampu memodifikasi atas. Pada lantai 1 asrama memiliki akses
lingkungan menjadi lingkungan yang sehat. transportasi yang lebih leluasa dibandingkan
Mahasiswa yang tinggal di asrama pada dengan lantai 2 dan lantai 3. Lantai 2 dan
batas waktu tertentu memiliki kebiasaan lantai 3 asrama cenderung memiliki desain
yang baik dan tidak baik misal pemakaian yang lebih tidak jauh berbeda dengan lantai
alat mandi bersama serta menjaga 1. Hal yang membedakan antara lantai 1
kebersihan sanitasi didalam asrama dan lantai 2 serta lantai 3 ialah tingkat
kelembaban serta tingkat kebersihan yang

72
Tanjungpura Journal of Nursing Practice and Education, Volume 3, No. 1, 2021
E ISSN 2745-858X

kurang terjamin cenderung berada di lantai ekonomi dan faktor sosio-kognitif misalnya
atas. Kurangnya pencahayaan lampu dan pengetahuan, sikap, motivasi, persepsi
sinar matahari dapat memicu adanya risiko terhadap lingkungan dan persepsi mengenai
penyakit yang disebabkan oleh zoonosis. konsep sehat dan sakit pada faktor eksternal
Kondisi lingkungan dapat menghasilkan yang meliputi sistem kesehatan. Indikator
tingkat kenyamanan berbeda. Suhu dalam penerapan perilaku kesehatan dapat
ruangan, tingkat kelembaban serta fisiologis meliputi beberapa hal yaitu menggunakan
penghuni ruangan dapat mempengaruhi air bersih, menggunakan jamban sehat, rajin
kondisi termal di dalam ruangan, misalnya cuci tangan dengan air bersih dan sabun,
jangkauan sinar matahari sedikit dan ukuran melakukan aktivitas fisik secara rutin, dan
ventilasi udara yang kecil dapat menganggu tidak memiliki kebiasaan merokok. Individu
proses sirkulasi udara. Udara yang memiliki yang sadar akan pentingnya memelihara
sirkulasi buruk menjadi salah satu faktor perilaku kesehatan dapat melakukan
pemicu penyakit pernapasan akut bagi berbagai upaya preventif (pencegahan) baik
individu. kepada diri sendiri maupun lingkungan
Hasil penelitian berdasarkan dengan menjaga pola hidup bersih dan
karakteristik perilaku kesehatan didapatkan memanfaatkan pelayanan kesehatan.
bahwa mahasiswa dengan perilaku Kriteria responden berdasarkan risiko
kesehatan yang baik sebanyak 59 orang, penyakit berbasis lingkungan didapatkan
mahasiswa dengan perilaku kesehatan bahwa mahasiswa dengan risiko penyakit
kurang baik sebanyak 45 orang. Perilaku berbasis lingkungan yang rendah sebanyak
kesehatan mahasiswa asrama Rusunawa 69 orang dan mahasiswa dengan risiko
Untan dengan frekuensi kurang baik yang penyakit berbasis lingkungan yang tinggi
tinggi terdapat didalam variabel status sebanyak 35 orang. Mahasiswa yang tinggal
kesehatan (f = 56) dan kebiasaan makan di asrama Rusunawa Untan mampu
dan minum (f = 69). Status kesehatan memodifikasi lingkungan sehingga frekuensi
memiliki selisih nilai frekuensi yang kontras, risiko penyakit berbasis lingkungan rendah
sedangkan variabel pada perilaku dikarenakan lama tinggal dan rentang usia
kesehatan sehari-hari memiliki nilai mahasiswa menjadi salah satu faktor
frekuensi selisih 7 angka. Penjumlahan pendukung rendahnya risiko penyakit
mean pada item kuesioner menunjukan berbasis lingkungan. Individu yang tinggal di
bahwa perilaku kesehatan mahasiswa yang wilayah asrama/kos rentan terhadap
baik (f = 59) memiliki nilai frekuensi yang penyakit infeksius apabila individu tidak
kontras dengan nilai frekuensi perilaku menjaga kebersihan dengan tepat. Sarana
kesehatan kurang baik (f = 45). Kebiasaan dan prasarana yang mencetus penyakit
makan dan minum sehari-hari berdampak berbasis lingkungan ditambah dengan
pada status gizi yang baik sehingga perilaku kesehatan mahasiswa yang kurang
pertumbuhan dan perkembangan individu baik dapat menjadi agen penyebar penyakit
menjadi optimal. Individu dengan status terhadap individu lainnya dalam ruang
kesehatan yang baik dapat meningkatkan lingkup yang luas.
sistem imunitas tubuh sehingga tubuh tidak Ruangan yang mendapat sinar matahari
mudah terserang penyakit. Perilaku yang cukup meningkatkan kenyamanan
kesehatan memiliki gambaran 2 faktor yang termal pada penghuni asrama. Mahasiswa
mempengaruhi lingkungan yaitu faktor beraktifitas ringan selama didalam kamar
internal dan faktor eksternal. Faktor internal asrama keadaan sirkulasi udara yang baik,
dapat meliputi faktor sosio-demografi misalnya membuka jendela dan membuka

73
Tanjungpura Journal of Nursing Practice and Education, Volume 3, No. 1, 2021
E ISSN 2745-858X

pintu dapur. Kelembaban udara menjadi berbasis lingkungan dengan perilaku


seimbang dikarenakan mahasiswa mampu kesehatan mahasiswa.
memodifikasi lingkungan dan kelembaban SIMPULAN DAN SARAN
udara di siang hari. Simpulan:
Hasil uji statistik menujukan sebagian Karakteristik responden dalam
besar responden memiliki risiko penyakit penelitian ini sebagian besar berusia 20-
berbasis lingkungan yang rendah (f=69). 22 tahun sebanyak 75 orang dengan
Responden dengan risiko penyakit berbasis presentase 72,1%, durasi lama tinggal di
lingkungan yang rendah memiliki perilaku asrama rusunawa selama 1 tahun
kesehatan yang baik (f=59). Responden sebanyak 51 orang dengan persentase
dengan risiko penyakit berbasis lingkungan 49%, jumlah penghuni 4 orang dalam 1
yang tinggi tidak memiliki perilaku kesehatan kamar sebanyak 73 orang dengan
yang baik (f=0) yang menunjukan bahwa persentase 70,2% serta mahasiswa
risiko penyakit berbasis lingkungan tinggal di lantai 1 sebanyak 39 orang
berhubungan dengan perilaku kesehatan dengan persentase 37,5%.
mahasiswa sehingga berdampak menjadi Mahasiswa memiliki perilaku
penyakit menular. kesehatan yang baik sebesar 59 dengan
Penyakit terjadi akibat keadaan ruang yang persentase 56%, mahasiswa memiliki
tidak sehat bervasiasi menyesuaikan risiko penyakit berbasis lingkungan
dengan kondisi tempat tinggal individu, yaitu rendah sebesar 69 dengan persentase
bentuk bangunan, sarana dan prasarana 66,3%.
bangunan serta perilaku individu sendiri. Ada hubungan antara kebersihan
Faktor lingkungan fisik ruangan seperti kamar dengan perilaku kesehatan dan
pencahayaan, keadaan lantai, luas ventilasi risiko penyakit berbasis lingkungan
ruangan, kualitas suhu dan tingkat dengan perilaku kesehatan mahasiswa
kelembaban pada ruangan memiliki korelasi dengan nilai signifikan p sebesar 0,000.
dengan terjadinya penyakit sistem Saran:
pernapasan. Hasil uji statistik lebih lanjut Bagi profesi keperawatan diharapkan
mengenai hubungan risiko penyakit dapat memberikan informasi dan edukasi
berbasis lingkungan dengan perilaku pada mahasiswa untuk meningkatkan
kesehatan memberikan nilai p = 0,000, nilai dan mengingatkan pentingnya penerapan
ini lebih kecil dari nilai signifikan p = 0,005 perilaku kesehatan terhadap risiko
sehingga dapat dikatakan bahwa ada penyakit berbasis lingkungan.
hubungan antara risiko penyakit berbasis Bagi pihak Asrama Rusunawa Untan
lingkungan dengan perilaku kesehatan. Hal diharapkan dapat memberikan
ini didukung oleh penelitian Hidayat dan pemahaman mengenai informasi
Ramlah, 2018 yang menyatakan ada mengenai pentingnya perilaku kesehatan
hubungan antara kondisi ruangan dengan untuk mahasiswa yang tinggal di asrama
perilaku kesehatan terhadap penyakit vektor Rusunawa Untan.
di asrama. Penelitian Wijirahayu dan Sukesi, Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
2019 juga menyatakan ada hubungan dapat melakukan pengambilan data
antara kondisi lingkungan fisik dengan responden secara tatap muka,
kejadian DBD. Berdasarkan penelitian menganalisis jumlah sampel penelitian
terdahulu dan teori mengenai risiko penyakit sesuai kebutuhan serta dapat
berbasis lingkungan dan perilaku kesehatan mengidentifikasi lingkungan dengan
ada hubungan antara risiko penyakit

74
Tanjungpura Journal of Nursing Practice and Education, Volume 3, No. 1, 2021
E ISSN 2745-858X

mengobservasi sekitar kamar sesuai Kemenkes. (2019). Buku Pedoman


kebutuhan penelitian. Manajemen Penyakit Tidak Menular.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta Selatan.
Achmadi, U. F. (2009). Manajemen Nasihah, M., Istianah, & Saraswati, A. A.
Penyakit Berbasis Lingkungan. Jurnal (2019). Strategi Pengembangan Pola
kesehatan Masyarakat Nasional, Vol. Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam
3, No. 4, Hal. 147-153. Mengantisipasi Penyakit Berbasis
Asriani, & S, S. (2019). Penerapan Lingkungan (PBL). Jurnal Pengabdian
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Masyarakat, Vol. 2, No. 2. Hal. 19 - 25.
(STBM) Pilar 1 Stop Buang Air Besar p-ISSN: 2685-1563.
Sembarangan (Stop BABS) Dengan Rosmalia, D., & Sriani, Y. (2017).
Kejadian Penyakit Diare Di Kelurahan Sosiologi Kesehatan. Jakarta.
Lakkang Kecamatan Tallo Kota
Makassar. Jurnal Sulolipu: Media Susanti, F., Lestari, Y., & Abdiana. (2018).
Komunikasi Sivitas Akademik dan Analisis Komparasi Pelaksanaan
Masyarakat, Vol. 19 No. 1 Hal. 109- Klinik Sanitasi antara Puskesmas
119. e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854- Pencapaian tinggi & Puskesmas
624X. Pencapaian Rendah di Kota Jambi
tahun 2018. Jurnal Kesehatan
Hidayat, & Ramlah. (2018). Hubungan Andalas, 677-688.
Kondisi Ruangan dan Personal
Hygiene Terhadap Kejadian Penyakit Widiastuti, A., & Susana, D. (2014).
Kulit Pada Asrama Putri Pondok Kondisi Lingkungan dan Personal
Pesantren Sultan Hasanuddin Kab. Higiene Dengan Kejadian Penyakit
Gowa. Jurnal Sulolipu, Vol. 18. No. 3. Kulit Di Asrama Pondok Pesantren "A"
Hal, 195-203. e-ISSN: 2622-6960, p- Kabupaten Bekasi Tahun 2014.
ISSN: 0854-624X. Journal FKM UI, 1-15.
Ikhtiar, M. (2017). Pengantar Kesehatan Wijirahayu, S., & Sukesi, T. W. (2019).
Lingkungan. Makassar: CV. Social Hubungan Kondisi Lingkungan Fisik
Politic Genius (SIGn) dengan Kejadian Demam Berdarah
Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas
Kemenkes. (2017). Rencana Aksi Kalasan Kabupaten Sleman. Jurnal
Strategis Nasional Pencegahan Kesehatan Lingkungan Indonesia, Vol.
Pengendalian Penyakit Tidak Menular 18. No.1. Hal, 19-24. ISSN: 1412-
(RAN PP-PTM) 2015-2019. Jakarta: 4939.
Kementerian Kesehatan.

75

You might also like