You are on page 1of 18

SEJARAH PERKEMBANGAN EKONOMI ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Pengantar Ekonomi Islam

Dosen Pengampu : Dr. Itang, M.Ag.

Disusun oleh :

1. Afif Abdillah 221410001


2. Muhammad Hussein Akmal 221410002
3. Parihatul Laely 221410003

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN
BANTEN
2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Syukur Alhamdulillah Penulis Panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Sholawat serta salam atas junjungan Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukan dan mengarahkan umat manusia pada kebenaran dan kebajikan.

Dalam penulisan makalah ini penulis mengucapkan terimakasih yang tak


terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun
materil karena penulis yakin tanpa bantuan itu penulis akan merasa kesulitan untuk
menyelesaikan makalah ini. Atas segala amal baiknya semoga Allah SWT
melimpahkan pahala berlipat ganda.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak


kekurangannya oleh karena itu saran dan kritik sangat penulis harapkan. Akhirnya
penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi
semua pihak pada umumnya, semoga Ridho Allah menyertai kita semua. Aamiin
Ya Robbal Alamin.

Wassalamu`alaikum Wr.Wb

Serang, 13 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I .................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB II ................................................................................................................. 3

PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

A. Sejarah Ekonomi Islam ................................................................................ 3

B. Sejarah Perkembangan Ekonomi Islam dari masa ke masa ........................... 5

a) Perkembangan Pemikiran Ekonomi Klasik................................................ 5

b) Perkembangan Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer Tahun 1931 –


Sekarang ....................................................................................................... 8

C. Sejarah Perkembangan Ekonomi Islam di Indonesia .................................... 9

BAB III.............................................................................................................. 14

PENUTUP ......................................................................................................... 14

A. Kesimpulan ............................................................................................... 14

B. Saran dan Kritik ......................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang kaaffah, yang mengatur segala perilaku
kehidupan manusia. Bukan hanya menyangkut urusan peribadahan saja, urusan
sosial dan ekonomi juga diatur dalam Islam. Oleh karenanya setiap orang
muslim, Islam merupakan sistem hidup (way of life) yang harus
diimplementasikan secara komprehensif dalam seluruh aspek kehidupannya
tanpa terkecuali.
Sistem ekonomi Islam merupakan sistem ekonomi yang sangat baik.Sistem
ekonomi ini tidak hanya di perbankan, namun mencakup semua sistem
keuangan. Mulai dari perbankan, pasar modal, asuransi, hingga dana pensiun.
Pangsa pasar ekonomi Islam di Indonesia sangat luas, hal ini disebabkan karena
Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim, sehingga tidak diragukan
penerapan sistem ini.
Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia dalam beberapa tahun terkahir
ini, baik pada tataran teoritis-konseptual (sebagai wacana akademik) maupun
pada tataran praktis (khususnya di lembaga keuangan bank dan lembaga
keuangan non-bank), sangat pesat. Perkembangan ini tentu saja sangat
menggembirakan, karena ini merupakan cerminan dari semakin meningkatnya
kesadaran umat Islam dalam menjalankan syariat Islam.
Kendati perkembangan ekonomi Islam saat ini sangat prospek namun dalam
pelaksanaannya masih menemukan berbagai kendala sekaligus tantangan, baik
pada tataran teoritis maupun pada tataran praktis, baik yang bersifat internal
maupun yang bersifat eksternal. Pada tataran teoritis misalnya belum
terumusnya secara utuh berbagai konsep ekonomi dalam ekonomi Islam.
Sedangkan pada tataran praktis belum tersedianya sejumlah institusi dan
kelembagaan yang lebih luas dalam pelaksanaan Ekonomi Islam. Adapun dari
aspek internal adalah sikap umat Islam sendiri yang belum maksimal dalam
menerapkan ekonomi Islam. Sedangkan dari aspek eksternal adalah praktik-

1
2

praktik kehidupan ekonomi yang sudah terbiasa dengan konsep-konsep


ekonomi konvensional.
Kebangkitan ekonomi dan bisnis dibangun berdasarkan nilai-nilai Islam
telah menjadi fenomena yang menarik dalam dua dekade terakhir ini.
Kesadaran untuk menghidupkan kembali sistem ekonomi Islam merupakan
jawaban atas berbagai persoalan dan dampak negatif yang ditimbulkan oleh
sistem ekonomi ribawi.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana Sejarah Ekonomi Islam ?
2) Bagaimana Sejarah Perkembangan Ekonomi Islam dari masa ke masa ?
3) Bagaimana Sejarah Perkembangan Ekonomi Islam di Indonesia ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Sejarah Ekonomi Islam
2. Mengetahui Sejarah Perkembangan Ekonomi Islam dari masa ke masa
3. Mengetahui Sejarah Perkembangan Ekonomi Islam di Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN
A. Sejarah Ekonomi Islam
Ekonomi telah berkembang mengiringi perkembangan peradaban manusia.
Jika dalam masa – masa awal peradaban manusia ketika ekonomi baru
dilaksanakan dalam bentuk yang sangat sederhana, ekonomi baru diartikan
sebagai sekedar “mengatur urusan rumah tangga” sebagaimana arti bahasa
asalnya yaitu greek. Kini, ketika ekonomi telah berkembang pesat, kata
“ekonomi” berkembang menjadi sebuah makna istilah untuk suatu sebutan
kegiatan mengatur urusan harta kekayaan. Meluasnya pengertian kata ekonomi
ini adalah sebagai akibat berkembangnya populasi rumah tangga menjadi
kelompok ( community ) yang kemudian berkembang pula menjadi
pemerintahan dalam satu negara. Dengan demikian, kegiatan ekonomi telah
mencakup kegiatan memperbanyak jumlah kekayaan serta menjaga
pengadaannya, yang kemudian dibahas dalam ilmu ekonomi, dan semua yang
berhubungan dengan tata cara ( mekanisme ) pendistribusiannya, yang
kemudian dibahas dalam sistem ekonomi. Maka, sebagai bagian dari ilmu
social, ilmu ekonomi bertujuan menjelaskan cara – cara menghasilkan,
mengedarkan, membagi dan memakai barang dan jasa dalam masyarakat. Dan
juga bagaimana cara memperkembangkan cara – cara tersebut agar produksi
semakin tumbuh, sirkulasi semakin mudah dan distribusi semakin baik, hingga
kebutuhan – kebutuhan materi masyarakat bisa terpenuhi sebaik – baiknya, baik
sekarang maupun di masa yang akan dating.

Sepanjang sejarah umat Muslim, kebebasan ekonomi sudah dijamin dengan


berbagai tradisi masyarakat dan dengan sistem hukumnya. Nabi Saw. tidak
bersedia menetapkan harga – harga walaupun ada pada saat harga – harga itu
membumbung tinggi. Ketidaksediaannya itu didasarkan atas prinsip tawar –
menawar secara sukarela dalam perdagangan yang tidak memungkinkan
pemakasaan cara – cara tertentu agar penjual menjual barang – barang mereka
dengan harga lebih rendah daripada harga pasar selama perubahan – perubahan

3
4

harga itu disebabkan oleh faktor – faktor nyata dalam permintaan dan
penawaran yang tidak dibarengi dengan dorongan – dorongan monopolik
maupun monopsonic. Lebih dari itu, Nabi Saw. berusaha sungguh – sungguh
untuk memperkecil kesenjangan informasi di pasar ketika beliau monolak
gagasan untuk menerima para produsen pertanian sebelum mereka sampai di
pasar dan mengetahui benar apa yang ada di sana. Beliau sangat tegas dalam
mengatasi masalah penipuan dan monopoli ( dalam perdagangan ), sehingga
beliau menyamakan kedua dengan dosa – dosa paling besar dan kekafiran.

Setelah Nabi Saw. dan selama berabad – abad dalam sejarah islam, umat
Muslim mempertahankan prinsip kebebasan yang senantiasa dilaksanakan ini.
Konsep pengendalian perilaku moral di pasar itu dilaksanakan oleh Nabi
sendiri. Selama beberapa abad pertama Hijriyah, sejumlah pakar menulis buku
– buku tentang peranan dan kewajiban – kewajiban pengendali pasar, atau al –
Muhtasib itu. Tema yang terkandung dalam semua tulisan ini adalah pelestarian
kebebasan tersebut dipertahankan oleh banyak qadi ( hakim ) Muslim yang
bahkan sampai mengancam sistem hukum itu sendiri dengan mencabut hak
untuk ikut campur dalam kasus monopoli ini.

Dewasa ini kehidupan ekonomi telah menjadi standar kehidupan individu


dan kolektif suatu negara-bangsa. Keunggulan suatu negara diukur berdasarkan
tingkat kemajuan ekonominya. Ukuran derajat keberhasilan menjadi sangat
materialistic. Oleh karena itu, ilmu ekonomi menjadi amat penting bagi
kehidupan suatu bangsa. Namun demikian, pakar ilmu ekonomi sekaliber
Marshal menyatakan bahwa kehidupan dunia ini dikendalikan oleh dua
kekuatan besar yaitu ekonomi dan agama, hanya saja kekuatan ekonomi lebih
kuat pengaruhnya daripada agama. 1

1
Mahmud Abu Su`ud, Khuthut ra`isiyyah fi` al – iqtisha`d al – isla`miyy, Maktabat al – mana`r al –
isla`miyyah, Kuwait, 1968, hlm. 56
5

B. Sejarah Perkembangan Ekonomi Islam dari masa ke masa

a) Perkembangan Pemikiran Ekonomi Klasik


1. Fase Pertama 113 H/738 M s.d. 450 M/1058 H.

Di antara pemikir Muslim yang memberikan kontribusi pemikiran ekonomi


islam pada fase ini adalah Abu Yusuf lahir di Kufa, 2 seorang Qadi al – Quda (
Grand Judge ) telah menuangkan gagasan – gagasan tentang ekonomi dalam
kitabnya Al – Kharaj ( Manual on Land Tax ) pada masalah – masalah keuangan
publik, pajak tanah dan pendistribusiannya langsung tanggung jawab pemerintah
dalam ekonomi, terutama kebutuhan publik seperti pembangunan jalan, dan
irigasi3. Mengenai pajak Abu Yusuf dengan tegas menentang pajak tanah
pertanian, dan menyarankan penggantian dari pemungutan tetap atas tanah lahan
dengan pajak yang sebanding atas penghasilan pertanian.4 Dalam menjelaskan
hak pemimpin atas rakyat dan hak rakyat atas pemimpin Ibnu Salam
memberikan pendapatnya bahwa merupakan kewajiban negara terhadap orang –
orang yang masih membutuhkan bantuan karena ditinggal ( mati ) yang diambil
dari kas negara ( Bait Al-Mal ).

2. Fase Kedua ( 450-850 H/1058-1466 )

Sejumlah ulama besar dalam sejarah tiga tokoh utama yang telah
memberikan kontribusi pemikiran ekonomi adalah Imam Al – Ghazali, Ibnu
Taimiyyah dan Ibnu Khaldun.

Kitab Ihya Ulum Ad-Din, sarat berisi dengan aspek – aspek tasawuf, juga
mengandung teori – teori ekonomi yang tetap relevan hingga sekarang. Seperti
dijelaskan di depan, uang dirancang untuk memudahkan pertukaran, maka
perdagangan uang menurut Al-Ghazali, sama dengan menjarahkan uang yang di
perdagangkan, makin sedikit uang dapat berfungsi sebagai alat tukar. Bila semua

2
Abdullah Mustafa al – Maragi, Pakar-Pakar Fiqh, alih bahasa Husein Muhammad, ( Yogyakarta;
LKPSM,2001), hlm 77.
3
Zohreh Ahghari, The Origin And Evolution of Islamic economic thought, ( Michigan : UMI. 1994 ),
hlm. 100 – 101.
4
Siddiqi, Op.cit., hlm. 71
6

uang diperdagangkan untuk membeli uang, tidak ada lagi uang yang dapat
berfungsi sebagai alat tukar. Al-Ghazali juga membolehkan peredaran uang yang
tidak mengandung emas dan perak asalkan pemerintah menyatakan sebagai alat
tukar.5

Pandangan Ibnu Taimiyyah tentang kewajiban publik secara mendalam


telah membawanya kepada manajemen keuangan, peraturan timbangan dan
ukuran, pengawasan harga dan lain – lain. Ia mengatakan bahwa naik dan
turunnya harga tidak selalu disebabkan oleh tindakan tidak adil dari sebagian
orang – orang yang ikut terlibat transaksi. Dapat juga disebabkan penawaran
yang diakibatkan tidak efisiennya produksi. Penurunan jumlah impor barang –
barang yang diminta. Menurut Ibnu Taimiyyah, jika permintaan terhadap barang
meningkat, sedangkan penawaran menurun, maka harga barang tersebut akan
naik. 6

Menurut Siddiqi, Ibnu Khaldun tidak membicarakan norma – norma islam


dalam perilaku ekonomi, satu pembahasan yang banyak terdapat dalam literatur
islam pada masa sebelumnya, dan tidak pula menawarkan kebijakan ekonomi,
seperti Abu Yusuf dan Ibnu Taimiyyah. Ia tertarik pada masalah kemiskinan dan
kesejahteraan, mengapa beberapa negara maju lebih makmur dari yang lain. Hal
ini, kemudian, membawanya kepada subjek – subjek ekonomi seperti pembagian
tenaga kerja, uang dan harga, produksi dan distribusi, perdagangan internasional,
pembentukan modal, kemiskinan dan kemakmuran, pertanian, industri, dan
7
pembiayaan publik. Ketajaman visi Ibnu Khaldun dalam masalah sosial,
politik, ekonomi telah lama menjadi perhatian para ahli. M. Abdus Safar Ibn
Khaldun`s Contribution to Economic Thought ( 1993 ), telah meneliti pemikiran
Ibn Khaldun tentang tahapan – tahapan dalam perkembangan ekonomi,

5
Adiwarman A. Karim, Ekonomi islam : suatu kajian kontemporer, ( Jakarta: Gema Insani Press,
2001 ), hlm. 56
6
Abdul Azim Islahi, Ibnu Taimiyyah`s Concept of Market Mechanism dalam Sayyid Thaher dkk.
(Ed), Reading in Microeconomics an Islamic Persepective, ( Selangor: Longman Malaysia, 1992 ),
hlm. 157
7
Siddiqi, Op.cit., hlm. 78
7

pendapatan dan pembelanjaan di setiap kota yang saling berimbang. Jika


pendapatan dan pembelanjaan tinggi, kota akan berkembang.

3. Fase Ketiga ( 850 H/1446 M sampai dengan 1350 H/1932 M )

Dalam laporan Siddiqi, hanya satu orang tokoh yang tampil dalam fase ini
yaitu Syah Waliullah ( 1703 – 1762 M ), dengan karyanya Hujjatullah Al –
Baligah, yang telah memberi konstitusi ekonomi. Sejalan dengan pandangan Ibn
Khaldun, ia juga berpendapat bahwa manusia adalah makhluk sosial,
kesejahteraan manusia terletak pada kerja sama yang terjadi dalam berbagai
bentuk seperti tukar - menukar, kontrak bagi hasil, pembagian hasil panen,
perjudian dan segala bentuk riba adalah melanggar semangat kerja sama
tersebut. Syah Waliullah juga membicarakan faktor produksi yaitu sumber alam,
khususnya tanah, yang menurutnya harus dibagi secara adil. Ia menjelaskan
semua tanah sebenarnya adalah seperti masjid atau tempat istirahat yang
diserahkan kepada musafir.

Syah Waliullah menganalisis penyebab kemunduran dan kemiskinan


negara. Kezaliman adalah awal dari kemunduran dan kemiskinan. Ia
menemukan kemewahan hidup, korupsi, pelayan masyarakat yang tidak efisien,
gaji pegawai yang tinggi, pemungutan pajak yang menekan. Semua ini
menyebabkan orang kehilangan semangat kerja dan akhirnya hasil produksi
menurun.8

Menurut Chapra, seruan untuk membangun ilmu ekonomi islam hanya satu
bagian dari proses kebangkitan islam. Kontribusi pemikiran ekonomi islam telah
diberikan oleh sejumlah cendekiawan Muslim sejak awal tahun empat puluh.
Konferensi Ekonomi Islam International Pertama ( The First Islamic Economic
Conference ) yang diadakan di Makkah 1976, berfungsi sebagai katalisator pada
tingkat Internasional dan membawa pada pertumbuhan literatur ekonomi islam.

8
Chapra, Landscape., (2001), Op.cit., hlm. 172 - 173
8

b) Perkembangan Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer Tahun 1931 –


Sekarang

1. Fase Pertama

a. Pertengahan 1930-an: Muncul analisis – analisis masalah ekonomi sosial


dari sudut syariah islam.

b. Wujud kepedulian terhadap dunia islam yang dikuasai oleh negara –


negara Barat.

c. Kebanyakan analisis ini berasal dari para ulama yang tidak memiliki
Pendidikan formal bidang ekonomi.

d. Langkah mereka membuka kesadaran baru tentang perlunya perhatian


yang serius terhadap masalah sosial ekonomi.

2. Fase Kedua

a. Pada tahun 1970-an: Pengembangkan aspek tertentu dari ilmu ekonomi


islam.

b. Terutama dari sisi moneter.

c. Banyak mengetengahkan pembahasan tentang bunga dan riba.

d. Menawarkan alternatif pengganti bunga.

e. Konferensi internasional I diadakan di Makkah, 1976.

f. Konferensi internasional tentang Islam dan Ekonomi Internasional di


London, 1977.

g. Karya ilmiah dihasilkan: Makalah, jurnal ilmiah, buku, yang


dipresentasikan dalam pertemuan – pertemuan internasional maupun yang
diterbitkan secara khusus.

3. Fase Ketiga
9

a. Upaya – upaya praktikal – operasional dalam merealisasikan perbankan


Islam di sektor publik/swasta.

b. Bank – bank Islam banyak didirikan di negara – negara Muslim/non-


Muslim, misalnya: di Eropa dan Amerika.

c. Kelemahan dan kekurangan konsep bank Islam terus disempurnakan.

d. Kekuatan riil dan keniscayaan dari sebuah teori keuangan Islam.

4. Fase Keempat

a. Pembahasan yang lebih integral dan komprehensif terhadap teori dan


praktik ekonomi Islam.

b. Keguncangan dalam sistem ekonomi konvensional, tantangan dan


peluang bagi implementasi ekonomi Islam.

c. Teori: Membangun kerangka ilmu ekonomi yang menyeluruh dan


menyatu, mikro dan makro ekonomi Islam.

d. Aplikasi metode ilmiah yang baku.

e. Praktik: bagaimana kinerja lembaga ekonomi yang telah ada (misal, bank
Islam ) dapat berjalan.

f. Menunjukkan segala keunggulan bank Islam.

g. Upaya yang berkesinambung untuk mengaplikasikan teori ekonomi


Islam.

C. Sejarah Perkembangan Ekonomi Islam di Indonesia


Khusus di Indonesia, beberapa tahun belakangan ini, lembaga-lembaga
ekonomi yang berbasiskan syariah semakin marak di panggung perekonomian
nasional. Mereka lahir menyusul krisis berkepanjangan sebagai buah kegagalan
sistem moneter kapitalis di Indonesia. Sejak berdirinya Bank Muamalat sebagai
pelopor bank yang menggunakan sistem syariah pada tahun 1991, kini banyak
bermunculan bank-bank syariah, baik yang murni menggunakan sistem tersebut
10

maupun baru pada tahap membuka Unit Usaha Syariah (UUS) atau divisi usaha
syariah.

1. Perkembangan Ekonomi Islam di Awal Masuknya Islam

Ketika Islam masuk ke Indonesia pertama kali, kita tahu bersama bahwa
jalur perdaganganlah yang digunakan sebagai jalur masuknya para pedagang
muslim dari Gujarat, Persia, Yaman, Cina dan beberapa negara lainnya.
Kearifan akhlak dan santunnya tata dagang dan penyelesaian akad yang
dilakukan para pedagang muslim memberikan referensi tersendiri bagi
masyarakat pesisir kala itu.

Keterpikatan awal tersebut menghantarkan ketertarikan tersendiri bagi


masyarakat untuk lebih kenal dengan ajaran Islam. Masalah-masalah ekonomi
sederhana yang terjadi di masyarakat pun secara alami memperoleh solusi bijak
dari para pedagang muslim perantau maupun para ulama yang menyertainya.
Perselisihan dagang, hak monopoli, kesantunan dagang, bagi waris bahkan
hingga masalah pembagian harta kala terjadi perceraian.

Ketika para pedagang perantau ini mulai menetap dan membaur dengan
warga, secara otomatis kajian ekonomi sederhana ini menjadi kajian umum
dengan sendirinya. Masalah-masalah ekonomi dan pemecahannya pun
semakin kompleks beriring dengan berkembangnya tata dan sistem
masyarakat.

2. Ekonomi Islam dan Kerajaan Islam

Runtuhnya kekuasaan Kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha memberikan


sebuah kondisi anomali dalam tata kepemimpinan dan pemerintahan rakyat.
Islam yang menggunakan cara santun mulai bergerak masuk dari sekitar tepian
pantai (pesisir) masuk ke kota raja (pusat pemerintahan) dan mulai mengambil
hati para ningrat penguasa. Saat Islam mulai mendapat pengakuan dari
penguasa setempat mulailah lahir beberapa kerajaan atau kesultanan yang
bernafaskan Islam.
11

Dalam menyelesaikan permasalahan penggalangan upeti (pajak) atau


menyangkut hal-hal penyelenggaraan ekonomi negara tentu saja raja
memerlukan penasihat kebijakan. Penasihat kebijakan biasanya diampu oleh
para kaum ulama, hulu balang atau seseorang yang dianggap wali. Tentu saja
mereka akan memberikan bentuk nasihat yang mengarah pada ajaran-ajaran
Islam. Bukan hanya itu saja, konsep ajaran Islam hampir mempengaruhi
seluruh aspek pemerintahan. Pada jaman sekarang ini akan terasa bahwa hal
ini mengakibatkan banyaknya wujud pengertian masyarakat yang sudah
terbaur sangat sempurna antara pengertian agamis dan nilai-nilai yang
terkandung dalam budaya masyarakat asli.

3. Ekonomi Islam dan Kolonialisme

Peran Islam dalam mewujudkan perlawanan terhadap kolonialisme dalam


sejarah perjuangan Indonesia sangatlah nyata. Peran ulama dan tokoh
keagamaan dalam menjelaskan hak-hak kepemilikan, fungsi pajak, dan
pengertian atas kontrol ekonomi yang dilakukan imperialis membuka semangat
baru bagi masyarakat dan penguasa lokal untuk melakukan perlawanan.

Jadi, perlawanan terhadap kaum penjajah di Indonesia bukan semata


karena kafir atau tidaknya penjajah itu tetapi ada sisi lain yang benar-benar
dirasakan penting dan esensial, yaitu turunnya kelas ekonomi dan derajat
ekonomi masyarakat menjadi tingkatan terbawah.

Peran kaum Arab pedagang yang kebetulan menjadi kelas kedua bersama
kaum Cina dan India, menjadi jembatan dalam mengangkat taraf penghidupan
pedagang lokal. Mereka membuka pintu perdagangan bagi para pedagang lokal
meski harus sembunyi-sembunyi. Ada pengertian baru pada diri masyarakat
tentang dasar ukhuwah islamiyahsebagai pembentuk kegiatan ekonomi
masyarakat.

Di lain sisi, pembagian kaum penjajah atas wilayah pengelolaan


sumberdaya ekonomi menurut ras menimbulkan maslah baru. Para pedagang
Tionghoa non muslim mulai mendirikan rumah judi dan rumah pelacuran yang
12

menyediakan candu dan merusak masyarakat. Dalam aturan dagang muslim


tentu saja hal ini haram dan mendapatkan perlawanan yang serius dari para
ulama dan masyarakat. Selain itu, berdiri pula rumah-rumah gadai yang
memberlakukan riba dengan bunga yang teramat tinggi dan memberatkan
masyarakat.

4. Ekonomi Islam dan Peranannya dalam Pembentukan Ekonomi Negara

Sejak kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, tentu saja konsep-


konsep ekonomi untuk mendukung penyelenggaraan negara sangat
dibutuhkan. Ada beberapa faktor yang kemudian baik secara langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi cara pandang para tokoh pendiri negara dalam
membentuk sistem ekonomi dan tata aturan penyelenggaraan perekonomian
negara.

Beberapa tokoh nasional kala itu seperti Sukarno (yang nota bene adalah
murid HOS Tjokroaminoto), Hatta, Haji Agus Salim dan lain-lain tentu saja
sangat tidak asing dengan dasar-dasar ekonomi Islam. Maka bentuk
implementasi sistem ekonomi yang mengangkat kemaslahatan bersama dan
pengelolaan sumberdaya alam untuk kepentingan umum yang diselenggarakan
oleh negara sepertinya menjadi bukti adanya muatan ekonomi Islam dalam
pembentukan Ekonomi Negara.

Salah satu tokoh pendiri negara adalah Mohammad Hatta. Berbeda dengan
Weber, konsep koperasi yang ia bawakan begitu mengangkat unsur
kemanusiaan dan hasrat hidup orang banyak. Kita semua tahu bahwa Hatta
amat taat beragama, memperlajari ilmu agama bahkan sempat menulis sebuah
buku berjudul Nuzul Qur'an, yang diterbitkan Angkasa, tahun 1966. Pandangan
Hatta tentang masalah-masalah kebangsaan, seperti loyalitasnya terhadap
prinsip-prinsip demokrasi dan keberpihakannya terhadap nasib rakyat
kemudian diejawantahkan dalam bentuk pemikiran tentang ekonomi
kerakyatan. Ia dikenal sebagai “Bapak Koperasi Indonesia” karena pemikiran-
pemikirannya ekonominya yang pro-kerakyatan. Ketika masih belajar ekonomi
13

di Rotterdam, ia banyak mencermati nasib ekonomi rakyat yang banyak


dieksploitasi oleh pelaku ekonomi modern yang pada saat itu banyak
dikendalikan oleh investor-investor Belanda, terutama dalam bidang pertanian
dan perkebunan. Pertanian dan perkebunan dengan pemilikan lahan yang
sempit, teknologi sederhana, dan modal seadanya merupakan jenis usaha
subsisten yang akan sangat sulit berkembang. Usaha pertanian dan perkebunan
besar yang didukung dengan luas tanah ratusan ribu hektar, menggunakan
teknologi unggul, dan adanya modal yang sangat besar tentu akan mudah
memproduksi komoditi ekspor, berupa karet, teh, kelapa sawit, tebu, dan
tembakau. Dengan demikian, ekonomi kerakyatan akan semakin tersisihkan.
Hatta bertujuan untuk bagaimana mempersatukan ekonomi rakyat melalui
pengembangan usaha koperasi yang berbasis pada asas kekeluargaan.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Ekonomi telah berkembang mengiringi perkembangan peradaban
manusia. Jika dalam masa – masa awal peradaban manusia ketika ekonomi
baru dilaksanakan dalam bentuk yang sangat sederhana, ekonomi baru
diartikan sebagai sekedar “mengatur urusan rumah tangga” sebagaimana
arti bahasa asalnya yaitu greek. Kini, ketika ekonomi telah berkembang
pesat, kata “ekonomi” berkembang menjadi sebuah makna istilah untuk
suatu sebutan kegiatan mengatur urusan harta kekayaan.

Dalam perkembangan ekonomi dari masa ke masa melalui 2 sistem


perkembangan dengan beberapa fase di dalamnya, pertama yaitu
perkembangan pemikiran ekonomi klasik dengan 3 fase yang ada. Kedua
yaitu perkembangan pemikiran ekonomi islam kontemporer tahun 1931 –
sekarang dengan 4 fase di dalamnya.

Khusus di Indonesia, beberapa tahun belakangan ini, lembaga-lembaga


ekonomi yang berbasiskan syariah semakin marak di panggung
perekonomian nasional. Mereka lahir menyusul krisis berkepanjangan
sebagai buah kegagalan sistem moneter kapitalis di Indonesia. Sejak
berdirinya Bank Muamalat sebagai pelopor bank yang menggunakan
sistem syariah pada tahun 1991, kini banyak bermunculan bank-bank
syariah, baik yang murni menggunakan sistem tersebut maupun baru pada
tahap membuka Unit Usaha Syariah (UUS) atau divisi usaha syariah.

B. Saran dan Kritik


Dengan dibuatnya makalah ini, penulis berharap semoga pembaca
dapat memahami dan mengetahui sejarah perkembangan ekonomi islam
dari masa ke masa maupun yang sedang berlangsung di Indonesia. Dan
dapat di Implementasikan di kehidupan sehari – hari.

14
DAFTAR PUSTAKA
Mujahidin, Akhmad. 2014. “Ekonomi Islam Sejarah, Konsep, Instrumen,
Negara, dan Pasar” ( Depok: PT RajaGrafindo Persada )

Mahmud Abu Su`ud, Khuthut ra`isiyyah fi` al – iqtisha`d al – isla`miyy,


Maktabat al – mana`r al – isla`miyyah, Kuwait, 1968, hlm. 56

Abdullah Mustafa al – Maragi, Pakar-Pakar Fiqh, alih bahasa Husein


Muhammad, ( Yogyakarta; LKPSM,2001), hlm 77.

Zohreh Ahghari, The Origin And Evolution of Islamic economic thought, (


Michigan : UMI. 1994 ), hlm. 100 – 101.

Adiwarman A. Karim, Ekonomi islam : suatu kajian kontemporer, ( Jakarta:


Gema Insani Press, 2001 ), hlm. 56

Abdul Azim Islahi, Ibnu Taimiyyah`s Concept of Market Mechanism dalam


Sayyid Thaher dkk. (Ed), Reading in Microeconomics an Islamic
Persepective, ( Selangor: Longman Malaysia, 1992 ), hlm. 157

Siddiqi, Op.cit., hlm. 71 dan hlm. 78

Chapra, Landscape., (2001), Op.cit., hlm. 172 - 173

15

You might also like