You are on page 1of 9

p-ISSN : 2528-3561

Volume VIII, No.1, Januari 2023 Hal 4707 - 4715


e-ISSN : 2541-1934

Studi Profil Metabolit Pada Organ Tikus Hasil Uji Toksisitas Sub
Kronis Ekstrak Etanol 70% Daun Justicia Gendarussa
Nur Irhamni Sabrina1, Luthfiatu Kanina2, Bambang Prajogo EW3, Retno Widyowati4*, Suciati5

1,2
Program Magister Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia
3,4,5
Departemen Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia
*Koresponden email: rr-retno-w@ff.unair.ac.id

Diterima: 16 November 2022 Disetujui: 18 Desember 2022

Abstract
Justicia gendarussa Burm.f has been traditionally used as male contraceptionin in Indonesia. Gandarusa
leaves contain gendarusin A which has potential as an antifertility agent. To prove that gandarusa leaves
are safe to use as a male contraceptive, a subchronic toxicity test was carried out on this plant. Acute and
subchronic oral toxicity studies of Justicia gendarussa Burm.f in rats were performed in the previous study
in order to evaluate its safety. The aim of this study is to identify the metabolite profile of rat organ results
of their subchronic toxicity test. Seven organs of rat such as kidney, hepar, testis, limph, instestine, lung,
and heart were extracted using methanol and their profile metabolites were identified using UHPLC
Vanquish Tandem Q Exactive Plus Orbitrap HRMS by positive and negatif mode. The results showed that
all sampels contain 22 compounds from the positive ionization mode and 35 compounds from the negatif
ionization mode. Compounds identified from the positive mode were dominated by amino acid groups,
then compounds identified from the negatif mode were dominated by fatty acids and their derivatives. There
were 35 metabolites that identified from the organ samples of the rat resulting subchronic toxicity test using
the UHPLC Vanquish Tandem Q Exactive Plus Orbitrap HRMS method.
Keywords: Justicia gendarussa Burm.f, rats, organ, metabolite profile

Abstrak
Justicia gendarussa Burm.f secara tradisional telah digunakan sebagai salah satu kontrasepsi pria di
Indonesia. Daun gandarusa mengandung senyawa gendarusin A yang memiliki potensi sebagai agen
antifertilitas. Untuk membuktikan bahwa daun gandarusa aman digunakan sebagai alat kontrasepsi pria,
maka dilakukan penelitian uji toksisitas subkronis pada tanaman ini. Studi toksisitas oral akut dan subkronis
Justicia gendarussa Burm.f pada tikus telah dilakukan pada penelitian sebelumnya untuk mengevaluasi
keamanannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi profil metabolit organ tikus hasil
uji toksisitas subkronis. Tujuh organ tikus seperti ginjal, hepar, testis, limpa, usus, paru, dan jantung
diekstraksi menggunakan metanol dan diidentifikasi profil metabolitnya menggunakan UHPLC Vanquish
Tandem Q Exactive Plus Orbitrap HRMS dengan mode positif dan negatif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa semua sampel mengandung 22 senyawa dari mode ionisasi positif dan 35 senyawa dari mode
ionisasi negatif. Senyawa yang teridentifikasi dari mode positif di dominasi oleh gugus asam amino,
kemudian senyawa yang teridentifikasi dari mode negatif di dominasi oleh asam lemak dan turunannya.
Terdapat 35 metabolit yang teridentifikasi dari sampel organ tikus yang dihasilkan uji toksisitas subkronik
dengan menggunakan Metode UHPLC Vanquish Tandem Q Exactive Plus Orbitrap HRMS.
Kata Kunci: Justicia gendarussa Burm.f, tikus, organ, profil metabolit

1. Pendahuluan
Indonesia saat ini memiliki laju pertambahan penduduk yang sangat tinggi, sehingga untuk
menanggulangi hal tersebut, pemerintah menggalakkan program Keluarga Berencana (KB). Proyeksi laju
angka kelahiran di Indonesia menunjukkan angka yang relatif stabil dengan jumlah kelahiran sebanyak 4,5
juta jiwa pertahunnya [1]. Telah banyak metode kontrasepsi dengan berbagai jenis kerugiannya. Peran
suami dalam KB juga masih kecil karena metode kontrasepsi yang terbatas untuk suami. Usaha dalam
meningkatkan peran suami pada program KB, perlu dikembangkan metode kontrasepsi yang efektif dan
reversibel, tidak ada penurunan libido dan tidak toksik pada saat digunakan dalam terapi. Salah satu
tanaman obat di Indonesia yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat kontrasepsi adalah gandarusa
(Justicia gendarussa Burm. f.). Berdasarkan hasil survei di Papua, daun gandarusa dipergunakan oleh
masyarakat setempat sebagai kontrasepsi pria [2].

4707
p-ISSN : 2528-3561
Volume VIII, No.1, Januari 2023 Hal 4707 - 4715
e-ISSN : 2541-1934

Penelitian mengenai gandarusa telah dilakukan sejak tahun 1987, dimana penelitian ini berfokus pada
uji aktivitas antifertilitas pada pria secara analisis fitokimia dan farmakologis. Mekanisme kerja utama
adalah dengan menghambat enzim hialuronidase spermatozoa yang bersifat kompetitif dan reversibel.
Secara in vitro, uji antifertilitas menunjukkan bahwa ekstrak etanol 60% dan fraksi air daun gandarusa
dapat menghambat aktivitas enzim hialuronidase pada testis sapi [3]. Penelitian lain secara in vitro juga
menunjukkan bahwa ekstrak etanol 60% daun gandarusa dengan konsentrasi 15,3 g/mL dapat menghambat
50% aktivitas enzim hialuronidase pada testis manusia [4]. Enzim hialuronidase adalah salah satu enzim
yang berperan dalam proses fertilisasi untuk menembus sel ovum [5]. Hialuronidase berperan dalam
mencerna filamen proteoglikan pada jaringan [6].
Hasil penelitian [4] menunjukkan bahwa gandarusa mengandung alkaloid, flavonoid justicin, tanin,
amin aromatik iridoid dan kumarin. Selain itu hasil analisis isolasi senyawa golongan flavonoid dalam
gandarusa ini mengandung flavonol-3-glikosida. Pada deteksi dengan LC-MS dari fraksi n-butanol
menunjukkan 12 senyawa flavonoid yang mempunyai waktu retensi dari 38 hingga 50 menit serta memiliki
kesamaan berat molekul (534-535). Flavonoid yang telah teridentifikasi dalam tanaman ini adalah
gendarusin A, gendarusin B, gendarusin C, gendarusin D, dan gendarusin E [7]. Sedangkan senyawa
golongan alkaloid yang telah teridentifikasi adalah 2-amino benzil alkohol, 2-(2’amino-benzil)-o-
metilbenzil-alkohol (justridusamid A), justridusamid B, justridusamid C, dan justridusamid D). Alkaloid
tersebut telah diuji dengan software offline toxtree dan diprediksi mempunyai sifat karsinogenik [8].
Pada tahun 2019 perkembangan industri kimia farmasi dan obat tradisional menunjukkan angka
peningkatan yaitu sebesar 9,61% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 8,48% [9]. Dalam rangka
pengembangan industri obat tradisional, gandarusa menjadi model penemuan obat yang harus memenuhi
persyaratan uji klinik agar dapat dikonsumsi dengan aman oleh manusia. Obat tradisional yang dimaksud
harus memenuhi persyaratan mutu kefarmasian agar dapat menjamin bahwa zat aktif yang diinginkan,
dalam hal ini gendarusin A telah dapat diabsorpsi dengan baik dan dapat mencapai sirkulasi sistemik agar
menimbulkan efek klinik [10].
Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan uji toksisitas subkronis dari fraksi etanol 70% daun
gandarusa yang telah dibebaskan dari alkaloidnya secara oral selama 90 hari. Pemilihan uji toksisitas
subkronis tersebut berdasarkan hasil studi yang mendeteksi adanya senyawa gendarusin A dalam urine
subjek pada uji hari ke-144. Pada uji toksisitas subkronis juga dilakukan pemeriksaan makropatologi,
biokimia klinis, histopatologi (organ hati dan ginjal), pemeriksaan darah lengkap dan biokimia klinis
(SGOT dan SGPT, ginjal meliputi BUN dan kreatinin darah), dan perubahan metabolit dalam darah [11].
Metabolite profiling adalah suatu analisis cepat dari sejumlah besar metabolit-metabolit berbeda
dengan tujuan untuk mengidentifikasi profil metabolit spesifik yang mengkarakterisasi suatu sampel [12].
Dalam metabolite profiling, dilakukan scanning semua metabolit yang terdeteksi dengan menggunakan
teknik analisis terpilih. Teknik analisis yang dapat digunakan adalah LC-MS, GC-MS, CE-MS, NMR
(Nuclear Magnetic Resonance), dan spektroskopi FT-IR [12]. Teknik analisis saat ini yang memenuhi
kualifikasi dan kuantifikasi penuh dari deteksi analit dalam matriks biologi adalah LC-MS/MS. Penggunaan
mass spectrometry untuk penelitian sejenis telah dilakukan yaitu pada penentuan jumlah isoflavon
glukoronat dalam urin tikus dengan LC-ESI/MS dan ion-trap LC-MS/MS, penentuan isoflavon glukoronat
dan sulfat dari darah manusia, dan deteksi metabolit genistein sulfat dengan menggunakan LC-ESI-MS/MS
[12].
Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian profil metabolit dari organ tikus hasil uji
toksisitas subkronik dari ektsrak etanol 70% daun gandarusa khususnya pada organ hati, ginjal, usus halus,
paru, testis, limfa, dan jantung dengan menggunakan UHPLC Vanquish Tandem Q Exactive Plus Orbitrap
HRMS.

2. Metode Penelitian
2.1. Alat dan Bahan
Bahan utama yang digunakan adalah organ tikus hasil uji toksisitas subkronis yang disimpan dalam
freezer dalam suhu -28 oC dan telah dipreparasi metanol, dan gas nitrogen. Sedangkan alat-alat yang
digunakan dalam preparasi sampel antara lain mortar-stamper, vial vortex Thermo Scientific M37610-33,
ultrasonikator Branson 3510, sentrifus Hettich Zentrifugen EBA 20, neraca analitik Sartorius BL 210S, dan
alat gelas. Beberapa instrument untuk profil metabolit adalah UHPLC Vanquish Tandem Q Exactive Plus
Orbitrap HRMSion source menggunakan ESI (+) dan ESI (-) dengan energi ionisasi sebesar 18, 35, dan
53eV (ThermoScientific), Accucore phenyl hexyl dimensi 100mm x 2,1 mm, 2,6µm (Thermo Scientific),
dan MicroplateReader seri ELx808 (BioTek Instruments,US).

4708
p-ISSN : 2528-3561
Volume VIII, No.1, Januari 2023 Hal 4707 - 4715
e-ISSN : 2541-1934

Kondisi LC MS yang digunakan dalam penelitian ini adalah LC-MS : UHPLC Vanquish Tandem Q
Exactive Plus Orbitrap HRMS ThermoScientific; Kolom : Accucore C18; 100 x 2,1 mm; 1,5µm (Thermo
Scientific); Laju Alir : 0,2 ml/min; Eluen: H2O + 0,1% asam format (A) dan asetonitril + 0,1 % asam
format(B); Gradien : 0-1 menit (5% B), 1-25 menit (5-95% B), 25-28 menit (95%B), dan 28-35 menit
(5%B); Suhu kolom : 30 oC; Volume Injeksi : 5µl; Mass range : 100-1500 m/z; dan Mode ionisasi : Positive
dan Negatif.
2.2 Preparasi Sampel
Sampel berupa berbagai organ tikus hasil uji toksisitas subkronis dari ekstrak etanol 70% daun
gandarusa bebas alkaloid yang disimpan sesuai perlakuan. Sampel ini berasal dari tikus kelompok kontrol
yakni kelompok tikus sehat yang tidak diberikan perlakuan ekstrak etanol 70% daun gandarusa. Sampel
berkode perlakuan atau P1A/PA merupakan sampel yang berasal dari kelompok tikus yang diberikan
ekstrak etanol 70% daun gandarusa secara oral selama 90 hari. Adapun organ tikus yang digunakan yaitu
ginjal, hati, paru, limfa, testis, jantung, dan usus.
2.3. Ekstraksi Sampel
Organ ditimbang kurang lebih 250 mg dan dihaluskan dengan bantuan dry ice sampai halus,
kemudian dilarutkan dalam metanol dan ditampung dalam eppendorf untuk dilakukan sonikasi selama 10
menit. Setelah itu sampel disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Supernatan yang
diperoleh dikumpulkan dan proses ektraksi ini dilakukan sebanyak 3 kali. Semua supernatan dikumpulkan
dan divortex selama 2 menit dan disimpan pada wadah tertutup di dalam lemari pendingin pada suhu -24°C
untuk proses analisis selanjutnya. Sampel ini disebut sebagai ekstrak organ.
2.4. Proses Penyimpanan Ekstrak Organ Kering untuk Analisis dengan UHPLC Vanquish Tandem
Q Exactive Plus Orbitrap HRMS
Ekstrak organ kering dilarutkan dalam 2 ml metanol dan 0,1% asam format. kemudian divortex selama
15 detik dan diultrasonik selama 10 menit dengan kecepatan 4.000 rpm. Proses ini diulang lagi selama 2
menit (vortex) dan 5 menit (sentrifugasi). Supernatan yang telah terkumpul, diuapkan dengan gas N 2 hingga
kering. Sampel ini disebut sebagai ekstrak organ kering [13].
2.5. Proses Analisis pada UHPLC Vanquish Tandem Q Exactive Plus Orbitrap HRMS
Untuk proses analisis pada instrumen UHPLC Vanquish Tandem Q Exactive Plus Orbitrap
HRMS, eksrak organ kering dilarutkan dengan 200,0 μl metanol. Kemudian ekstrak di vortex selama 30
detik dan ultrasonik selama 1 menit sampai terlarut sempurna, disaring dan diinjek sebanyak 1 µL.

3. Hasil dan Pembahasan


Uji toksisitas merupakan suatu uji yang dilakukan untuk mendeteksi efek toksik pada suatu zat dalam
sistem biologi dengan memperoleh data respon dari dosis tertentu [14]. Uji toksisitas dapat diamati dari
perubahan fungsi atau struktur dari organ vital seperti ginjal sebagai tempat ekskresi senyawa toksin yang
masuk ke dalam tubuh [15]. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat bahaya
suatu zat bila dipaparkan kepada manusia, sehingga dapat ditentukan dosis aman untuk penggunaannya
kepada manusia.
Pada penelitian ini diperoleh beberapa profil kromatogram dari sampel ekstrak gandarusa, sampel
organ kontrol hati, sampel organ kontrol jantung, sampel organ kontrol paru, sampel organ kontrol usus,
sampel organ kontrol testis, sampel organ kontrol ginjal, sampel organ kontrol limpa, sampel organ
perlakuan hati, sampel organ perlakuan jantung, sampel organ perlakuan paru, sampel organ perlakuan
usus, sampel organ perlakuan testis, sampel organ perlakuan ginjal, dan sampel organ perlakuan limpa.
Masing-masing kromatogram menunjukkan posisi metabolit tertentu dari hasil analisa metode
menggunakan UHPLC Vanquish Tandem Q Exactive Plus Orbitrap HRMS dari Thermo Scientific dengan
mode ionisasi positif dan negatif. Dilihat dari pola kromatogramnya menunjukkan bahwa profil dari masing
masing sampel memberikan pola yang khas dengan menunjukkan BPC (Base Peak Chromatogram).
3.1. Identifikasi Metabolik
Berdasarkan hasil identifikasi kromatogram dari 15 variable sampel, maka diperoleh sebanyak 22
metabolit yang terdeteksi dengan metode auto MS/MS pada sumber ion positif yang kemudian dinyatakan
sebagai senyawa positif dan 35 metabolit pada sumber ion negtaif yang kemudian dinyatakan senyawa
negatif dengan menggunakan software Compound Discoverer. Keseluruhan metabolit tersebut selanjutnya
diidentifikasi dengan berbagai literatur dan database hingga diperoleh data fragmentasi.

4709
p-ISSN : 2528-3561
Volume VIII, No.1, Januari 2023 Hal 4707 - 4715
e-ISSN : 2541-1934

Tabel 1. Perbandingan metabolit sampel kontrol dan perlakuan (P1) organ hati
Hati
No. Senyawa yang teridentifikasi pada mode ionisasi positif Kontrol Perlakuan
1. DL-Phenylalanine V V
2. L-(+)-Leucine V V
3. L-(+)-Valine V V
4. L-Proline V V
5. 1,2,3,4-Tetrahydro-β-carboline-3-carboxylic acid V V
6. DL-TYROSINE - V
7. L-(-)-Threonine - V
8. DL-Lysine - V
No. Senyawa Negatif Kontrol Perlakuan
1. (-)-pinellic acid V V
2. icomucret V V
3. Azelaic acid V V
4. Arachidonic acid V V
5. 8,9-DiHETrE V -
6. Palmitic acid V -
7. Glucose V -
8. Suberic acid - V
9. (-)-Prostaglandin E1 - V
Software Compound Discoverer (September, 2021)

Pada data Tabel 1 dengan kategori organ hati menunjukkan bahwa ada perbedaan metabolit yang
teridentifikasi dari sampel kontrol dan perlakuan. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada senyawa DL-
TYROSINE,L-(-)-Threonine,DL-Lysinepada sampel perlakuan teridentifikasi tetapi pada sampel kontrol
tidak teridentifikasi pada kategori senyawa positif. Begitu juga pada mode ionisasi negatif dimana senyawa
8,9-DiHETrE, Palmitic acid, Glucose pada sampel perlakuan senyawa tersebut tidak teridentifikasi.
Senyawa Suberic acid, Palmitic acid, (-) -Prostaglandin E1 teridentifikasi pada sampel perlakuan tetapi
pada sampel kontrol tidak teridentifikasi.

Tabel 2. Perbandingan metabolit sampel kontrol dan perlakuan (P1) organ ginjal
Ginjal
No. Senyawa yang teridentifikasi pada mode ionisasi positif Kontrol Perlakuan
1. DL-Phenylalanine V V
2. L-(+)-Leucine V V
3. L-(+)-Valine V V
4. DL-Tryptophan V V
5. L-Proline V V
6. 1,2,3,4-Tetrahydro-β-carboline-3-carboxylic acid V V
7. DL-Arginine V V
8. DL-Histidine V V
9. DL-TYROSINE V
10. L-(-)-Threonine V V
11. Dihomo-gamma-linolenic acid - V
No. Senyawa Negatif Kontrol Perlakuan
1. (-)-pinellic acid V V
2. icomucret V V
3. (-)-Prostaglandin E1 V V
4. Arachidonic acid V -
5. 8,9-DiHETrE V V
6. DL-Phenylalanine - V
7. 6-Hydroxyhexadecanoic or Juniperic acid V -
8. Leukotriene B4 V V
9. N-Palmitoyl-L-phenylalanine V V
10. Suberic acid V -
11. Ricinoleic acid or 12-Hydroxy-9-octadecenoic acidv V V
12. Palmitic acid V V
13. (9Z,11E)-(13S)-13-Hydroxyoctadeca9,11-dienoic acid or 13(S)-HODE V V
14. gamma-Linolenic acid V -
Software Compound Discoverer (September, 2021)
4710
p-ISSN : 2528-3561
Volume VIII, No.1, Januari 2023 Hal 4707 - 4715
e-ISSN : 2541-1934

Pada data Tabel 2 dengan kategori organ ginjal menunjukkan bahwa ada perbedaan metabolit yang
teridentifikasi dari sampel kontrol dan perlakuan. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada senyawa Dihomo-
gamma-linolenic acid pada sampel perlakuan teridentifikasi tetapi pada sampel kontrol tidak teridentifikasi
pada kategori senyawa positif. Begitu juga pada mode ionisasi negatif dimana senyawa 6-
Hydroxyhexadecanoic or Juniperic acid, Palmitic acid, Arachidonic acid, Suberic acid, gamma-Linolenic
acid pada sampel perlakuan senyawa tersebut tidak teridentifikasi. DL-Phenylalanine teridentifikasi pada
sampel perlakuan tetapi pada sampel kontrol tidak teridentifikasi.

Tabel 3. Perbandingan metabolit sampel kontrol dan perlakuan (P1) organ jantung
Jantung
No. Senyawa yang teridentifikasi pada mode ionisasi positif Kontrol Perlakuan
1. DL-Phenylalanine V V
2. L-(+)-Leucine V V
3. L-(+)-Valine V V
4. DL-Tryptophan V V
5. L-Proline V V
6. 1,2,3,4-Tetrahydro-β-carboline-3-carboxylic acid V V
7. DL-Arginine V V
8. DL-Histidine V V
9. L-(-)-Threonine V V
10. DL-Lysine V V
11. Leu-Leu V V
12. Leu-Val V -
No. Senyawa yang teridentifikasi pada mode ionisasi negatif Kontrol Perlakuan
1. (-)-pinellic acid V V
2. icomucret V V
3. (-)-Prostaglandin E1 V V
4. Arachidonic acid V V
5. 8,9-DiHETrE V V
6. DL-Phenylalanine V V
7. 6-Hydroxyhexadecanoic or Juniperic acid V V
8. Leukotriene B4 V V
9. 8,9-DiHETrE V -
10. DL-Tryptophan V -
11. Suberic acid V -
12. N-Acetyl-L-phenylalanine V -
13. (9Z,11E)-(13S)-13-Hydroxyoctadeca9,11-dienoic acid or 13(S)-HODE V V
14. Stearic acid V -
15. Azelaic Acid - V
16. Ricinoleic acid or 12-Hydroxy-9-octadecenoic acid - V
17. Palmitic acid - V
Software Compound Discoverer (September, 2021)

Pada data Tabel 3 kategori organ jantung menunjukkan bahwa ada perbedaan metabolit yang
teridentifikasi dari sampel kontrol dan perlakuan. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada senyawa Leu-Val
pada sampel kontrol teridentifikasi tetapi pada sampel perlakuan tidak teridentifikasi pada kategori senyawa
positif. Begitu juga pada mode ionisasi negatif dimana senyawa 8,9-DiHETrE, DL-Tryptophan, Suberic
acid, N-Acetyl-L-phenylalanine, Stearic acid pada sampel perlakuan senyawa tersebut tidak teridentifikasi.
Azelaic Acid, Ricinoleic acid atau 12-Hydroxy-9-octadecenoic acid, dan Palmitic acid teridentifikasi pada
sampel perlakuan tetapi pada sampel kontrol tidak teridentifikasi.

Tabel 4. Perbandingan metabolit sampel kontrol dan perlakuan (P1) organ paru
Paru
No. Senyawa yang teridentifikasi pada mode ionisasi positif Kontrol Perlakuan
1. DL-Phenylalanine V V
2. L-(+)-Leucine V V
3. L-(+)-Valine V V
4. L-Proline V V
5. 1,2,3,4-Tetrahydro-β-carboline-3-carboxylic acid V -
6. DL-Arginine V V
4711
p-ISSN : 2528-3561
Volume VIII, No.1, Januari 2023 Hal 4707 - 4715
e-ISSN : 2541-1934

Paru
No. Senyawa yang teridentifikasi pada mode ionisasi positif Kontrol Perlakuan
7. L-(-)-methionine V V
No. Senyawa yang teridentifikasi pada mode ionisasi negatif Kontrol Perlakuan
1. (-)-pinellic acid V V
2. icomucret V V
3. (-)-Prostaglandin E1 V V
4. Azelaic acid V -
5. Arachidonic acid V V
6. 8,9-DiHETrE V -
7. 6-Hydroxyhexadecanoic or Juniperic acid V -
8. Leukotriene B4 V -
9. 8,9-DiHETrE V -
10. Suberic acid V -
11. Ricinoleic acid or 12-Hydroxy-9-octadecenoic acid V V
12. Palmitic acid V -
13. N-Palmitoyl-L-phenylalanine - V
Software Compound Discoverer (September, 2021)

Pada data Tabel 4 kategori organ paru menunjukkan bahwa ada perbedaan metabolit yang
teridentifikasi dari sampel kontrol dan perlakuan. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada senyawa 1,2,3,4-
Tetrahydro-β-carboline-3-carboxylic acid pada sampel kontrol teridentifikasi tetapi pada sampel perlakuan
tidak teridentifikasi pada kategori senyawa positif. Begitu juga pada mode ionisasi negatif dimana senyawa
8,9-DiHETrE, 6-Hydroxyhexadecanoic atau Juniperic acid, Leukotriene B4, 8,9-DiHETrE, Suberic acid,
Palmitic acid pada sampel perlakuan senyawa tersebut tidak teridentifikasi. N-Palmitoyl-L-phenylalanine
teridentifikasi pada sampel perlakuan tetapi pada sampel kontrol tidak teridentifikasi.

Tabel 5. Perbandingan metabolit sampel kontrol dan perlakuan (P1) organ usus
Usus
No. Senyawa yang teridentifikasi pada mode ionisasi positif Kontrol Perlakuan
1. DL-Phenylalanine V V
2. L-(+)-Leucine V V
3. L-(+)-Valine V V
4. DL-Tryptophan V V
5. L-Proline V V
1,2,3,4-Tetrahydro-β-carboline-3-carboxylic acid V V
6. DL-Arginine V V
7. DL-Histidine - V
8. L-(-)-methionine V V
9. L-(-)-Threonine - V
10. DL-Lysine V V
11. Leu-Leu V V
12. DL-Ornithine V V
No. Senyawa yang teridentifikasi pada mode ionisasi negatif Kontrol Perlakuan
1. (-)-pinellic acid V V
2. icomucret V V
3. (-)-Prostaglandin E1 V V
4. Azelaic acid V -
5. Arachidonic acid V V
6. 8,9-DiHETrE V V
7. DL-Phenylalanine V V
8. 6-Hydroxyhexadecanoic or Juniperic acid V V
9. Leukotriene B4 V V
10. 8,9-DiHETrE V V
11. DL-Tryptophan V V
12. N-Palmitoyl-L-phenylalanine V -
13. Suberic acid V V
14. (+)-castanospermine - V
15. Ricinoleic acid or 12-Hydroxy-9-octadecenoic acid - V
16. Palmitic acid - V
Software Compound Discoverer (September, 2021)
4712
p-ISSN : 2528-3561
Volume VIII, No.1, Januari 2023 Hal 4707 - 4715
e-ISSN : 2541-1934

Pada data Tabel 5 kategori organ usus menunjukkan bahwa ada perbedaan metabolit yang
teridentifikasi dari sampel kontrol dan perlakuan. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada senyawa DL-
Histidine pada sampel kontrol teridentifikasi tetapi pada sampel perlakuan tidak teridentifikasi pada
kategori senyawa positif. Begitu juga pada mode ionisasi negatif dimana senyawa Azelaic acid, N-
Palmitoyl-L-phenylalanine pada sampel perlakuan senyawa tersebut tidak teridentifikasi. Senyawa (+) -
castanospermine, Ricinoleic acid atau 12-Hydroxy-9-octadecenoic acid, dan Palmitic acid teridentifikasi
pada sampel perlakuan tetapi pada sampel kontrol tidak teridentifikasi.

Tabel 6. Perbandingan metabolit sampel kontrol dan perlakuan (P1) organ testis
Testis
No. Senyawa yang teridentifikasi pada mode ionisasi positif Kontrol Perlakuan
1. DL-Phenylalanine V V
2. L-(+)-Leucine V V
3. L-(+)-Valine V V
4. L-Proline V V
5. 1,2,3,4-Tetrahydro-β-carboline-3-carboxylic acid V -
6. DL-Arginine V V
7. L-(-)-Threonine V -
No. Senyawa yang teridentifikasi pada mode ionisasi negatif Kontrol Perlakuan
1. (-)-pinellic acid V V
2. icomucret V V
3. 8,9-DiHETrE - V
4. (-)-Prostaglandin E1 V -
5. Suberic acid V -
6. Ricinoleic acid or 12-Hydroxy-9-octadecenoic acid V -
7. Palmitic acid V V

Software Compound Discoverer (September, 2021)

Pada data Tabel 6 kategori organ testis menunjukkan bahwa ada perbedaan metabolit yang
teridentifikasi dari sampel kontrol dan perlakuan. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada senyawa 1,2,3,4-
Tetrahydro-β-carboline-3-carboxylic acid, dan L-(-)-Threoninepada sampel kontrol teridentifikasi tetapi
pada sampel perlakuan tidak teridentifikasi pada kategori senyawa positif. Begitu juga pada mode ionisasi
negatif dimana senyawa (-) Prostaglandin E1, Suberic acid, Ricinoleic acid atau 12-Hydroxy-9-
octadecenoic acid pada sampel perlakuan senyawa tersebut tidak teridentifikasi. Senyawa 8,9-DiHETrE
teridentifikasi pada sampel perlakuan tetapi pada sampel kontrol tidak teridentifikasi.
Hasil dari analisis menggunakan UHPLC Vanquish Tandem Q Exactive Plus Orbitrap HRMS tidak
ditemukan senyawa gendarusin A pada sampel yang berkode P1 (perlakuan) dan terdapat perbedaan
metabolit yang teridentifikasi baik senyawa yang teridentifikasi pada mode ionisasi positif maupun negatif
pada sampel yang berkode kontrol dan perlakuan (P1). Sampel yang berkode kontrol merupakan organ
tikus sehat yang tidak diberikan perlakuan ektrak etanol 70% daun gandarussa, sedangkan sampel berkode
perlakuan merupakan sampel organ berasal dari tikus yang diberikan dosis 40 mg/kgBB ektrak etanol 70%
daun gandarussa selama 90 hari secara oral.
Dari hasil penelitian ini terdapat 22 metabolit/senyawa positif yang teridentifikasi dan 35
metabolit/senyawa. Senyawa positif yang teridentifikasi didominasi kelompok asam amino baik aromatis
maupun essensial. Senyawa DL-phenylalanine, L-(+)-leucine, L-(+)-valine, dan L-proline merupakan
senyawa-senyawa positif yang teridentifikasi dalam seluruh organ. Sedangkan senyawa negatif yang
teridentifikasi di dominasi oleh golongan asam lemak dan turunannya. Senyawa (-) -pinellic acid dan
icomucret merupakan senyawa negatif yang teridentifikasi dalam seluruh organ.
Variasi keberadaan senyawa dalam sampel dapat ditentukan dengan analisis PCA. Sampel
dikelompokkan menurut kategori berdasarkan komposisi kimianya, dimana sampel dengan profil metabolit
yang mirip akan dikelompokkan bersama sedangkan sampel dengan profil berbeda akan membentuk grup
yang terpisah. Dua komponen utama yaitu PC1 dan PC2, menjelaskan sebagian besar varian yang
digunakan dalam analisis tersebut. Dalam penelitian ini, persentase kumulatif dari dua PC yang digunakan
adalah 87% dari total varian. Jika persentase kumulatif PC1 dan PC2 lebih besar dari 70%, maka plot skor
menawarkan visualisasi dua dimensi yang baik [16].
Hasil identifikasi luas simpul area kromatogram dari masing-masing metabolit yang teridentifikasi
dari kontrol dan sampel perlakuan menunjukkan perbedaan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya trend naik-
4713
p-ISSN : 2528-3561
Volume VIII, No.1, Januari 2023 Hal 4707 - 4715
e-ISSN : 2541-1934

turunnya kromatogram. Perbedaan simpul area kromatogram ini menjadi dasar kuantisasi data. Data
prosentase simpul area kromatogram hanya digunakan untuk melihat trend naik-turunnya senyawa yang
sama dalam sampel yang berbeda khususnya pada organ yang sama. Apabila dilakukan perhitungan
konsentrasi suatu senyawa dengan menggunakan data luas area kromatogram dibutuhkan larutan standar.
Berdasarkan pemeriksaan, untuk menghitung konsentrasi sampel maka dibutuhkan informasi terkait luas
area peak pada setiap konsentrasi standar. Kemudian dibuat kurva linier antara hubungan konsentrasi
dengan luas area absorbansi sehingga dapat ditentukan persamaan untuk mencari konsentrasi pada luas area
tertentu. Luas area lebih baik digunakan karena memiliki nilai yang lebih stabil dibandingkan dengan
ketinggian peak. Tetapi ketinggian peak juga dapat digunakan untuk menentukan konsentrasinya [16].

4. Kesimpulan
Penggunaan metode UHPLC Vanquish Tandem Q Exactive Plus Orbitrap HRMS teridentifikasi
terdapat 22 senyawa dari mode ionisasi positif dan 35 senyawa dari mode ionisasi negatif dari seluruh
sampel daun Justicia gendarussa. Senyawa yang teridentifikasi dari mode ionisasi positif didominasi oleh
golongan asam amino dan senyawa yang teridentifikasi dari mode ionisasi negatif didominasi oleh
golongan asam lemak dan turunannya. Selanjutnya tidak ditemukan senyawa gendarusin A pada seluruh
sampel yang digunakan untuk perlakuan.

5. Ucapan Terima Kasih


Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ketua Program Magister Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga atas segala dukungan dan kepada para peneliti yang telah meneliti tanaman
Gandarusa.

6. Referensi
[1] Jayani, D. hadya, 2019. 2015-2045: Angka Kematian Terus Naik, Angka Kelahiran Relatif Stabil.
[online] Databoks. Available at: <https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/07/18/2015-
2045-angka-kematian-terus-naik-angka-kelahiran-relatif-stabil>.
[2] R. Ummah, B. P. Ew, and R. Widyowati, “Tinjauan Mini : Kajian Pengendalian Mutu Obat
Mentah dari Justicia gendarussa Burm . f . Daun sebagai Kontrasepsi Pria,” Media Pharmaceutica
Indonesian, vol. 4, no. 1, pp. 94–104, 2022.
[3] Prajogo BEW, Juliaan F, Hinting A, Pramesti MP, Anggraeni M, Radjaram A Musta’ina “Laporan
Pelaksanaan Uji Klinik Fase III”. Universitas Airlangga dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional. Surabaya, Indonesia, 2011.
[4] B. Prajogo, “Autentik Tanaman Justicia gendarussa Burm.f. sebagai Bahan Baku Obat Kontrasepsi
Pria”. Surabaya: Airlangga University Press, 2014.
[5] Sherwood L. In: Herman OO, Albertus AM, Dian R editors, “Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem,” Jakarta: ECG, p. 730, 2015.
[6] Guyton, A. C., Hall, J. E., “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 12,” Jakarta : EGC, 1022, 2014.
[7] M. Mnatsakanyan, E. Queiroz, L. Marcourt, B. Prajogo, and J.-L. Wolfender, “Quantitative
Evaluation of Various Preparations and Extracts of the Male Contraceptive Justicia gendarussa
and Identification of a New Aminobenzyl Derivative,” Planta Medica Int. Open, vol. 5, no. 01, pp.
e30–e38, 2018.
[8] A. Ekaputri, “Studi Toksisitas secara in Silico Kandungan Senyawa Flavonoid dan Alkaloid pada
Daun Justicia gendarussa Burm. f.,”. Skripsi. Universitas Airlangga, 2015.
[9] Kusnandar, V.B., n.d., “Nilai dan Pertumbuhan PDB Industri Kimia, Farmasi dan Obat
Tradisional” (2010-2021). [online] Databoks. Available at:
<https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/29/industri-kimia-farmasi-dan-obat-
tradisional-terus-tumbuh-di-masa-pandemi-covid-19>.
[10] L. Kanina, M. Solehah, H. Plumeriastuti, R. Widyowati, and B. P. E. Wardoyo, “Acute and
Subchronic Toxicity Assessment of 70% Ethanol Extract of Gendarusa Leaves In Vivo,” J. Farm.
Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia., vol. 9, no. 1, pp. 39–47, 2022.
[11] M. Solehah, “Profil Toksistas Oral Akut dan Subkronis 90 Hari ekstrak Etanol 70% Daun
Gandarussa (Justicia gendarussa Burm. f.).,”. Tesis. Universitas Airlangga, 2018.
[12] S. Y. Lee, H. Y. Kim, Sarah Lee, J. M. Lee, M. J. Muthaiya, B. S. Kim, J. Y. Oh, C.K. Song, E. J.
Jeon, H. S. Ryu, C. H. Lee., “Mass spectrometry-based metabolite profiling and bacterial diversity
characterization of Korean traditional meju during fermentation,” J. Microbiol. Biotechnol., vol. 22,
no. 11, pp. 1523–1531, 2012.
4714
p-ISSN : 2528-3561
Volume VIII, No.1, Januari 2023 Hal 4707 - 4715
e-ISSN : 2541-1934

[13] G. A. M. Ratih, Imawati MF, Purwanti DI, Nugroho RR, Wongso S, Prajogo B, Indrayanto G,
“Metabolite profiling of justicia gendarussa herbal drug preparations,” Nat. Prod. Commun., vol.
14, no. 6, pp. 1–5, 2019.
[14] Sharwan GP, Jain, P., Pandey, R. and Shukla, S.S., “Toxicity Profile of Traditional Herbal
Medicine,” Journal of Ayurvedic and Herbal Medicine, 1(3): 81-90, 2015.
[15] Abrori, C., Nurfadhila, K. and Sakinah, E.N., “Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Kemangi
(Ocimumsanctum) diukur dari Nilai LD50 dan Histopatologi Ginjal,” Journal of Agromedicine
and Medical Sciences, 5(1), pp.13–19, 2019.
[16] S. S. Mitić, D. A. Kostić, D. C. Nasković-Dokić, and M. N. Mitic, “Rapid and reliable HPLC method
for the determination of vitamin C in pharmaceutical samples,” Trop. J. Pharm. Res., vol. 10, no. 1,
pp. 105–111, 2011.

4715

You might also like