You are on page 1of 14

IDUL ADHA

HAJI DAN QURBAN

Nama : ASRANI

Tempat Tanggal Lahir : Margasari, 02 Juli 1975

Pendidikan Terakhir : PAKET C

No. Reg : 17.05.19750702.0049

Bidang Tugas / Spesialisasi : Jaminan Produk Halal

Alamat : Jl. Gusti Libi Desa Margasari Hilir RT.02


RW.01 Kec. Candi Laras Utara Kab.Tapin
Kode Pos 71171

A. Ibadah Haji
1. Pengertian Ibadah Haji
Haji menurut etimilogi ialah bersengaja pada suatu yang dimuliakan.
Sedangkan menurut syara’ ibadah haji ialah beberapa amalan tertentu yang
dilaksanakan pada waktu tertentu dengan cara tertentu pula.1 Definisi lain dari
haji menurut bahasa adalah menyengaja atau menuju. Sementara ibadah haji
menurut istilah adalah sengaja mengujungi ka’bah (Rumah Suci) untuk
melakukan beberapa amalan ibadah, dengan syarat-syarat tertentu.2
2. Hukum dan Dalil Kewajiban untuk Melaksanakan Ibadah Haji
Ibadah haji adalah suatu kewajiban yang hanya sekali dalam seumur
hidup. Tantang kewajiban untuk menjalankannya sudah ditetapkan
berdasarkan Al-qur’an dan Hadits. Adapun dalil Al-qur’an pada surat Ali
Imron ayat 97 yang berbunyi sebagai berikut:

1
A.Aziz Masyhuri. Fiqih Haji.PT Bungkul Indah Surabaya:1996 Hlm 3
2
Sulaiman Rasyid.Fiqih Islam.Sinar Baru Algensindo.Bandung:2012 hlm 247

1
ِ ‫اس ِحجُّ ْٱلبَ ْي‬
‫ت َم ِن ٱ ْستَطَا‬ ِ َّ‫ت َّمقَا ُم ِإ ْب ٰ َر ِهي َم ۖ َو َمن َد َخلَ ۥهُ َكانَ َءا ِم ۭنًا ۗ َوهَّلِل ِ َعلَى ٱلن‬ ٌ ۢ َ‫فِي ِه َءا ٰي‬
ٌۭ َ‫ت بَيِّ ٰن‬
َ‫َع ِإلَ ْي ِه َسبِياًۭل ۚ َو َمن َكفَ َر فَِإ َّن ٱهَّلل َ َغنِ ٌّى ع َِن ْٱل ٰ َعلَ ِمين‬
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi)
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. (QS. Ali Imran: 97).
Adapun hadits Rasullah yang menerangkan tentang diwajibkannya haji
yaitu sebagai berikut:

‫ْت َرسُوْ َل‬ ُ ‫ َس ِمع‬: ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ َما قَا َل‬ ِ ‫ب َر‬ ِ ‫ع َْن َأبِي َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن َع ْب ِد هللاِ ب ِْن ُع َم َر ب ِْن ْالخَطَّا‬
ً‫ َشهَا َدةُ َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ َوَأ َّن ُم َح َّمدا‬: ‫س‬ ٍ ‫ بُنِ َي ْاِإل ْسالَ ُم َعلَى َخ ْم‬: ‫هللاِ صلى هللا وسلم يَقُوْ ُل‬
َ‫ضان‬َ ‫صوْ ُم َر َم‬ َ ‫ت َو‬ِ ‫صالَ ِة َوِإ ْيتَا ُء ال َّز َكا ِة َو َحجُّ ْالبَ ْي‬
َّ ‫َرسُوْ ُل هللاِ َوِإقَا ُ’م ال‬
Dari Abu Abdirrohman Abdulloh bin Umar bin Khoththob rodhiyallohu
‘anhuma, dia berkata “Aku pernah mendengar Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda: ’Islam itu dibangun di atas lima perkara, yaitu: Bersaksi
tiada sesembahan yang haq kecuali Alloh dan sesungguhnya Muhammad
adalah utusan Alloh, menegakkan sholat, mengeluarkan zakat, mengerjakan
haji ke Baitulloh, dan berpuasa pada bulan Romadhon.”(HR.Bukhori dan
Muslim)

َ ‫ال « َأيُّهَا النَّاسُ قَ ْد فَ َر‬


‫ض‬ َ َ‫ فَق‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ال خَ طَبَنَا َرسُو ُل هَّللا‬ َ َ‫ع َْن َأبِى هُ َري َْرةَ ق‬
ٍ ‫ فَقَا َل َر ُج ٌل َأ ُك َّل ع‬.» ’‫هَّللا ُ َعلَ ْي ُك ُم ْال َح َّج فَحُجُّ وا‬
‫َام يَا َرسُو َل هَّللا ِ فَ َسكَتَ َحتَّى قَالَهَا ثَالَثًا فَقَا َل‬
– ‫ال‬ َ َ‫ت َولَ َما ا ْستَطَ ْعتُ ْم – ثُ َّم ق‬ ْ َ‫ت نَ َع ْم لَ َو َجب‬ ُ ‫ « لَوْ قُ ْل‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫َرسُو ُل هَّللا‬
‫اختِالَفِ ِه ْ’م َعلَى َأ ْنبِيَاِئ ِه ْ’م فَِإ َذا‬
ْ ‫ك َم ْن َكانَ قَ ْبلَ ُك ْم بِ َك ْث َر ِة سَُؤ الِ ِه ْ’م َو‬
َ َ‫َذرُونِى’ َما تَ َر ْكتُ ُك ْ’م فَِإنَّ َما هَل‬
ُ‫َأ َمرْ تُ ُك ْ’م بِ َش ْى ٍء فَْأتُوا ِم ْنهُ َما ا ْستَطَ ْعتُ ْم َوِإ َذا نَهَ ْيتُ ُك ْم ع َْن َش ْى ٍء فَ َدعُوه‬

“Wahai manusia, telah diwajibkan atas kalian berhaji maka berhajilah”,


kemudian ada seorang bertanya: “Apakah setiap tahun Wahai Rasulullah?”,
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menjawab sampai
ditanya tiga kali, barulah setelah itu beliau menjawab: “Jika aku katakan:
“Iya”, maka niscaya akan diwajibkan setiap tahun belum tentu kalian

2
sanggup, maka biarkanlah apa yang sudah aku tinggalkan untuk kalian,
karena sesungguhnya telah binasa orang-orang sebelum kalian, akibat
banyaknya pertanyaan dan penyelisihan mereka terhadap nabi mereka, maka
jika aku perintahkan kalian dengan sesuatu, kerjakanlah darinya sesuai
dengan kemampuan kalian dan jika aku telah melarang kalian akan sesuatu
maka tinggalkanlah”. (HR. Muslim)

3. Syarat-syarat Wajib Ibadah Haji


Adapun syarat-syarat orang yang wajib untuk menjalankan ibadah haji
yaitu sebagai berikut:
a. Islam, jadi orang kafir tidak wajib untuk melakukan ibadah haji. Jikapun
orang kafir melakukan ibadah haji maka hukumnya tidak sah.
b. Berakal sehat. Oleh sebab itu orang gila dan bodoh tidak diwajibkan untuk
ibadah haji.
c. Balig (dewasa), maka tidak diwajibkan untuk anak kecil.
d. Kuasa, jika seseorang tidak mampu maka tidak wajib untuk berhaji. Kata
kuasa memiliki 2 macam pengertian yaitu sebagai berikut:
1) Mampu mengerjakan haji dengan sendirinya, dengan beberapa syarat
sebagai berikut:
a) Mempunyai bekal untuk pergi ke Mekkah dan kembalinya.
b) Ada kendaraan yang pantas untuk pergi ke Mekkah, meskipun
menyewa.
c) Aman perjalanannya.
d) Syarat wajib bagi perempuan, hendaknya berjalan bersama-sama
mahramnya, suaminya atau perempuan lain yang dapat dipercaya.
2) Kuasa mengerjakan haji yang bukan dikerjakan oleh orang
bersangkutan, tetapi dengan jalan menggantinya dengan orang lain.
Umpamanya seseorang telah meninggal dunia, tetapi sewaktu
hidupnya ia sudah mencukupi syarat-syarat wajib haji, maka hajinya
wajib dikerjakan oleh orang lain.3

3
Sulaiman Rasyid. Fiqih Islam ......hl 248-250

3
4. Macam-macam Cara Mengerjakan Haji
Cara mengerjakan haji ada 3 cara yaitu:
a. Ifard yaitu mendahulukan mengerjakan haji dan setelah itu mengerjakan
umrah.
b. Tammatu’ yaitu mendahulukan mengerjakan umrah dari pada haji dalam
waktu haji.
c. Qiran yaitu dikerjakan bersama-sama antara haji dan umrah.4
5. Rukun Haji dan Wajib Haji
Rukun haji merupakan amalan-amalan yang harus dikerjakan, apabila
salah satu amalan tidak dilakukan maka hajinya tidak sah dan tidak bisa
diganti dengan membayar dam. Adapun rukun-rukun haji sebagai berikut :
a. Ihram merupakan berniat memulai mengerjakan haji.
b. Wukuf di Padang Arafah pada waktu yang ditentukan.
c. Tawaf (berkeliling Ka’bah) ifadah. Adapun syarat-syarat tawaf adalah
sebagai berikut:
1) Menutup aurat.
2) Suci dari hadats dan najis.
3) Ka’bah hendaknya di sebelah kiri orang yang tawaf.
4) Permulaan tawaf hendaknya dari Hajar Aswad.
5) Tawaf hendaknya dilakukan sebanyak 7 kali.
6) Tawaf itu hendaknya di dalam masjid karena Rasullah SAW,
melakukan tawaf di dalam masjid.
Tawaf memiliki beberapa macam diantaranya:
1) Tawaf qudum (tawaf ketika baru sampai) sebagai salat Tahiyatul
masjid.
2) Tawaf ifadah (tawaf rukun).
3) Tawaf wada’ (tawaf ketika akan meninggalkan Mekah).
4) Tawaf tahallul (penghalalan barang yang haram karena ihram).
5) Tawaf nazar (tawaf yang dinazarkan).

4
Agus Arifin. Peta perjalanan Haji dan umrah. PT. Elex Media Komputindo Kompas Gramedia.
Jakarta:2009 ,hlm 9-10

4
6) Tawaf sunnat.
d. Sa’i merupakan berlari-lari kecil di antara bukit Safa dan Marwa. Syarat-
syarat untuk melakukan sa’i sebagai berikut:
1) Hendaklah dimulai dari bukit Safa dan disudahi di Bukit Marwah .
2) Hendaklah sa’i itu tujuh kali karena Rasullah SAW telah sa’i tujuh
kali.
3) Waktu sa’i itu hendaknya sesudah tawaf, baik tawaf rukun atau tawaf
qudum.
e. Mencukur atau menggunting rambut, sekurang-kurangnya menghilangkan
tiga helai rambut. Pihak yang mengatakan bercukur menjadi rukun
beralasan karena tidak dapat diganti dengan menyembelih.
f. Menertibkan rukun-rukun itu, yang dimaksud adalah mendahulukan yang
dahulu diantara rukun-rukun itu.5
Wajib haji merupakan suatu amalan-amalan yang harus dikerjakan,
apabila salah satu amalan tidak dikerjakan maka hajinya tetap sah tetapi harus
membayar dam. Adapun wajib haji sebagai berikut:
a. Ihram dari miqat. Miqat merupakan ketentuan tempat yang ditentukan dan
masa tertentu. miqat dibagi jadi 2 yaitu:
1) Miqat zamani (masa) ialah ketentuan ihram haji dari awal bulan Syawal
sampai terbitnya fajar Hari Raya Haji (tanggal 10 Dzulhijjah). Jadi
1
ihram haji wajib dilakukan dalam masa 2 bulan 9 hari.
2
2) Miqat makani (ketentuan tempat) ialah sesuai dari mana dia berangkat
untuk berhaji yaitu sebagai berikut:
a) Mekah ialah miqat orang yang tinggal di Mekah. Berarti orang yang
tinggal di Mekah hendaklah ihram dari rumah masing-masing.
b) Zul-Hulaifah ialah miqat orang yang datang dari arah Madinah dan
negeri-negeri yang sejajar dengan Madinah. Jarak Zul-Hulaifah
dengan Mekah adalah 403,2 km.

5
Retno Widyani dan Mansyur Pribadi. Haji dan Umrah. Swagati Press. Cirbon:2010. hlm 18

5
c) Juhfah ialah miqat orang yang datang dari arah Syam, Mesir,
Magribi, dan negeri-neri yang sejajar dengan negeri-negeri tersebut.
Juhfah adalah nama suatu kampung di antara Mekah dan Madinah,
yang jaraknya dari Mekah adalah 161,28 km.
d) Yalamlam ialah nama suatu bukit dari beberapa bukit Tuhamah.
Bukit ini merupakan miqat orang yang datang dari Yaman, India,
Indonesia, dan negeri-negeri yang sejajar dengan dengan negeri-
negeri itu, yang jaraknya dari Mekah adalah 80,64 km.
e) Qarnul Manazil ialah nama sebua bukit, jauhnya kira-kira 80,64 km
dari Mekah. Bukit ini merupakan miqat orang yang datang dari arah
Najdil-Yaman dan Najdil-Hijaz serta orang-orang yang sejajar
dengan dengan negeri itu.
f) Zatu ‘irqin ialah nama kampung yang jauhnya kira-kira 80,64 km
dari Mekah. Kampung ini yang dijadiakan miqat orang yang datang
dari Irak dan negeri yang sejajar dengannya.
g) Bagi penduduk negeri-negeri diantara Mekah dan miqat, maka
miqat mereka ialah negerinya sendiri.
b. Berhenti di Muzdalifah sesudah tengah malam.
c. Melontar Jumratul ‘Aqabah pada Hari Raya Haji.
d. Melontar tiga Jumrah.
e. Bermalam di Mina.
f. Tawaf Wada’.
g. Menjauhkan diri dari segala larangan atau yang diharamkan.
6. Sunat Haji
Beberapa sunat haji yaitu sebagai berikut:
a. Ifrad.
b. Membaca talbiyah dengan suara yang keras bagi laki-laki, jika perempuan
cukup terdegar telinganya sendiri.
c. Berdo’a sesudah membaca talbiyah.
d. Membaca zikir waktu tawaf.
e. Salat dua rakaat sesudah tawaf.

6
f. Masuk ke Ka’bah.
7. Larangan-larangan Ketika Ihram
Larangan ketika ihram dikelompokan jadi 3 macam yaitu:
a. Yang dilarang bagi laki-laki
1) Dilarang memakai pakaian yang berjahit, baik jaitan biasa atau
bersulam atau dikaitkan kedua ujungnya.
2) Dilarang menutup kepala, kecuali karena suatu keperluan maka
diperbolehkan, tetapi harus membayar dam.
b. Yang dilarang bagi perempuan
Dilarang menutup muka dan telapak tangan, kecuali keadaan
mendesak maka diperbolehkan, tetapi wajib membayar fidyah.
c. Yang dilarng bagi laki-laki dan perempuan
1) Dilarang memakai wangi-wangian, baik badan maupun pakaian.
2) Dilarang menghilangkan rambut atau bulu badan yang lain.
3) Dilarang memotong kuku.
4) Dilarang mengakadkan nikah(menikah, menikahkan, atau menjadi
wakil dalam akad nikah).
5) Dilarang bersetubuh dan pendahuluannya.
6) Dilarang berburu dan membunuh binatang darat yang liar dan halal
dimakan.
8. Tahallul
Tahallul merupakan penghalalan larangan. Diantaranya larangan tersebut
ada tiga macam yaitu:
a. Melontar Jumrah ‘Aqabah pada hari raya.
b. Mencukur atau menggunting rambut.
c. Tawaf yang diiringi dengan sa’i, kalau ia belum sa’i sesudah tawaf qudum.
Apabila dua perkara diantara tiga perkara telah dikerjakan, halallah
baginya beberapa larangan berikut ini:
a. Memakai pakaian berjahit.
b. Menutup kepala bagi laki-laki dan menutup muka dan telapak tangan bagi
perempuan.

7
c. Motong kuku.
d. Memakai wangi-wangian, berminyak rambut, dan memotongnya kalau ia
belum bercukur.
e. Berburu dan membunuh binatang liar.
Maka apabila dikerjakan satu perkara lagi sesudah dua perkara yang
pertama tadi, hasilnya penghallan yang kedua, dan halal semua larangan yang
belum halal di penghallan pertama tadi. Sesudah itu ia wajib melanjutkan
beberapa pekerjaan haji yang belum selesai, tetapi ia sudah tidak dalam ihram
lagi.

9. Jenis-jenis Dam
Adapun beberapa jenis-jenis dam sebagai berikut:
a. Dam (denda) tamattu’ dan qiran. Artinya orang yang mengerjakan haji
dengan cara tamattu’ dan qiran, ia wajib membayar denda yang di atur
seagai berikut:
1) Menyembelih seekor kambing yang sah untuk kurban.
2) Kalau tidak sanggup memotong kambing, maka ia wajib puasa 10
hari, 3 hari wajib dikerjakan sewaktu ihram paling lambat Hari Raya
Haji, tujuh hari lagi wajib dikerjakan sesudah ia kembali ke negerinya.

Yang disamakan dengan denda tamattu’ bila meninggalkan ihram dari


tempatnya (miqat), begitu juga meninggalkan melontar, bermalam di
Muzdalifah atau Mina, tawaf wada’, dan ketinggalan hadir di Padang
Arafah, semua hal tersebut diqiaskan dengan tamattu’ dan dendanya juga
disamakan dengan tamattu’.
b. Dam (denda) karena mengerjakan salah satu dari bebrapa larangan-
larangan berikut:
1) Mencukur atau menghilangkan tiga helai rambut atau lebih.
2) Memotong kuku.

8
3) Memakai pakaian yang berjahit.
4) Berminyak rambut.
5) Memakai minyak wangi baik pada badan maupun pakaian.
6) Pendahuluan bersetubuh dan bersetubuh sesudah tahallul pertama.
Denda kesalahan tersebut boleh memilih antara ketiga perkara:
menyembelih seekor kambing yang sah untuk kurban, puasa tiga hari,
atau bersedekah tiga sa’(9,3 liter) makanan kepada enam orang miskin.
c. Dam (denda) karena bersetubuh yang membatalkan haji apabila terjadi
sebelum tahallul pertama. Denda itu berupa: mula-mula wajib
menyembeli unta, kalau tidak sanggup menyembeli unta, ia wajib
menyembeli sapi, kalau tidak sanggup maka dapat menyembeli 7 ekor
kambing, kalau tidak sanggup kambing maka hendaklah dihitung harga
unta dan dibelikan makanan untuk disedekahkan pada fakir miskin di
Tanah Haram. Jikapun tidak sanggup bersedekah makanan maka ia wajib
puasa, tiap-tiap ¼ sa’ dari harga unta tadi, ia harus puasa 1 hari. Dam
tersebut wajib dilakukan di Tanah Haram. Cara tersebut ialah pendapat
beberapa ulam’ menurut fatwa Umar. Ulama’ lain yang lain berpendapat
wajib menyembeli hanya seekor kambing saja, mereka mengambil hadits
mursal yang diriwayatkan oleh Abu Dawud.
d. Dam membunuh buruan. Dendanya adalah menyembelih binatang jinak
yang sebanding dengan harga binatang terbunuh. Atau di hitung harganya
dan sebanyak harga itu dibelikan makanan untuk disedekahkan kepada
fakir miskin di Tanah Haram. Jika tidak sanggup maka bisa di ganti puasa
seharga binatang tadi, tiap-tiap ¼ sa’ makanan berpuasa 1 hari.
e. Dam karena terhambat. Orang yang terhalang di jalan tidak dapat
meneruskan pekerjaan haji, baik terhalang di Tanah Halal atau di Tanah
Haram, sedangkan tidak ada jalan lain, ia hendaknya tahallul dengan
menyembeli seekor kambing di tempatnya terhambat itu, dan mencukur
rambut kepalanya. Menyembelih dan bercukur itu hendaklah dengan niat
tahallul.
10. Urutan Tata Cara Pelaksanaan Ibadah Haji

9
Adapun urutan tata cara pelaksanaan haji sebagai berikut:
a. Umat islam sebelum 8 zulhijah akan menjalankan ibadah tawaf haji yang
dilakukan di masjid Al Haram, di mekkah.
b. Tanggal 8 zulhijah, para jamaah haji akan bermalam di padang mina. Dan
tanggal 8 zulhijah paginya, jamaah menggunakan pakaian ihram kemudian
melakukan niat haji serta membaca bacaan taibiyah. Kemudian jamaah
akan berangkat ke mina, dan harus sampai sebelum malam karena para
jamaah harus bermalam di mina.
c. Tanggal 9 zulhijah, para jamaah akan pergi ke arafah pada saat pagi
harinya, lalu para jamaah melakukan wukuf, yang berupa berdiam diri
serta melakukan doa di padang yang luas sampai dengan waktu maghrib.
Dan pada saat akan malam, para jamaah akan segera menuju ke
muzdalifah dan bermalam disana.
d. Tanggal 10 zulhijah, setelah datang pagi di muzdalifah, maka para jamaah
akan segera menuju ke mina untuk melakukan ibadah jumrah aqabah,
ibadah melempar batu dengan sebanyak tujuh kali ke tugu yang pertama.
Hal ini dilakukan sebagai simbolisasi untuk mengusir setan. Dan setelah
itu, para jamaah mencukur sebagian atau seluruh rambutnya, dan
selanjutnya para jamaah bisa melakukan tawaf haji atau menyelesaikan
ibadah haji atau bisa juga para jamaah bermalam di mina dan melakukan
jumrah sambungan.
e. Tanggal 11 zulhijah, para jamaah akan kembali melakukan lempar jumrah
sambungan di tugu yang pertama, kedua, serta ketiga.
f. Tanggal 12 zulhijah para jamaah juga masih melakukan hal yang sama
seperti pada tanggal 11 zulhijah.
g. Dan pada saat para jamaah akan pulang, para jamaah melakukan tawaf
wada atau tawaf perpisahan.6
B. Ibadah Kurban
1. Pengertian Ibadah Kurban

6
Yazid bin Abdul Qadir Jawas.Panduan Praktis Manasik Haji dan Umrah menurut Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Pustaka Imam Asy-Syafi’i. Surabaya:2013 .hlm 71-103

10
Kurban berasal dari kata ‫ قر ب‬yang berarti dekat atau mendekatkan atau
disebut juga Udhhiyah atau Dhahiyyah secara harfiah berarti hewan
sembelihan. Sedangkan ibadah kurban adalah salah satu ibadah pemeluk
agama Islam, dimana dilakukan penyembelihan binatang ternak untuk
dipersembahkan kepada Allah. Ritual kurban dilakukan pada
bulan Dzulhijjah pada penanggalan Islam, yakni pada tanggal 10 Dzulhijjah
dan 11,12 dan 13 (hari tasyrik) Dzulhijjah bertepatan dengan Hari Raya Idul
Adha.7
2. Hukum Ibadah Kurban
Sebagian ulama’ berpendapat bahwa kurban itu wajib, sedangkan
sebagian lagi mengatakan sunnat muakad.
3. Syarat-syarat hewan Kurban
Adapun syarat-syarat hewan kurban menurut Dr Abdullah bin
Muhammad Ath-Thayyar adalah sebagai berikut:
a. Hewan kurbannya berupa binatang ternak, yaitu unta, sapi dan kambing,
baik domba atau kambing biasa.
b. Telah sampai usia yang dituntut syari’at berupa jaza’ah (berusia setengah
tahun) dari domba atau tsaniyyah (berusia setahun penuh) dari yang
lainnya. Unta adalah yang telah sempurna berusia lima tahun. Sapi
adalah yang telah sempurna berusia dua tahun. Kambing adalah yang
telah sempurna berusia setahun.
c. Bebas dari aib (cacat) yang mencegah keabsahannya, yaitu Buta sebelah
yang jelas/tampak, Sakit yang jelas, Pincang yang jelas, Sangat kurus,
tidak mempunyai sumsum tulang. Dan hal yang serupa atau lebih dari
yang disebutkan di atas dimasukkan ke dalam aib-aib (cacat) ini,
sehingga tidak sah berkurban dengannya, seperti buta kedua matanya,
kedua tangan dan kakinya putus, ataupun lumpuh.
d. Hewan kurban tersebut milik orang yang berkurban atau diperbolehkan
(di izinkan) baginya untuk berkurban dengannya. Maka tidak sah
berkurban dengan hewan hasil merampok dan mencuri, atau hewan

7
Hasbiyallah. Fiqih. Grafindo media Pratama. Bandung:2008,hlm.8

11
tersebut milik dua orang yang beserikat kecuali dengan izin teman
serikatnya tersebut.
e. Tidak ada hubungan dengan hak orang lain. Maka tidak sah berkurban
dengan hewan gadai dan hewan warisan sebelum warisannya di bagi.
f. Penyembelihan kurbannya harus terjadi pada waktu yang telah
ditentukan syariat. Maka jika disembelih sebelum atau sesudah waktu
tersebut, maka sembelihan kurbannya tidak sah.8
4. Waktu penyembelihan hewan kurban
Secara umum, pelaksanaan ibadah kurban adalah bermula dari terbitnya
matahari pada hari Nahr (10 Dzulhijjah) dan hari tasyrik (11- 13 Dzulhijjah).
Waktu yang paling afdhal melakukannya adalah ketika matahari telah naik
sekedar 7 kali dari ufuk sampai dengan terbenamnya matahari pada tanggal
13 Dzulhijjah.9
5. Sunnah ketika menyembeli
a. Membaca bismillah.
b. Membaca shaawat atas nabi SAW.
c. Membaca takbir.
d. Berdoa supaya kurban diterima Allah SWT.
e. Binatang yang disembeli hendaknya di hadapkan ke kiblat.
6. Aturan dan Tata Cara Menyembeli Hewan Kurban
Adapun berikut beberapa aturan dan tata cara menyembeli hewan kurban:
a. Pertama, tidak boleh menyembeli kecuali orang muslim yang sudah balig
dan berakal sehat. Kemudian orang yang menyembeli harus berniat
menyembeli karena Allah. Jika selain Allah maka daging tersebut haram
untuk dimakan.
b. Kedua, dianjurkan untuk orang yang berkurban untuk menyembeli hewan
kurbannya sendiri. Tetapi jika di wakilkan oleh panitia atau jagal,
hukumnya tetap sah.

8
Sulaiman Rasyid.2012 Fiqih Islam.................... hlm 475-477
9
Ahmad Faizin Karimi. Kuban. MUHI Press Lembaga penerbitan SMA Muhammad 1. Gresik:
2012,hlm 50

12
c. Ketiga, wajib memerlakukan hewan kurban dengan baik ketika
menyembeli. Dengan melakukan penyembelihan yang mudah dan yang
paling cepat mematikan dengan menggunakan pisau yang tajam. Jika yang
disembeli adalah unta maka menyembelihnya dilakukan dengan berdiri
dan kaki kiri depan ditekuk kemudian diikat. Dan jika hewan sembelianya
selain unta maka menyembelinya sambil dengan cara dibaringkan ke
lambung kiri, dan orang yang menyembeli meletakan kaki kirinya di leher
hewan kurban agar dapat mengurangi pergerakan hewan.
d. Keempat, membaca basmallah ketika menyembeli. Tidak perlu di tambahi
dengan Ar-rahman dan Ar-rahim dan hukumnya wajib.
e. Kelima, setelah membaca basmalla kemudian dianjurkan membaca takbir.
f. Keenam, menyebut nama orang berkurban ketika menyembeli.
g. Ketujuh, terputusnya dua urat leher yaitu kerongkongan dan
tenggorokan.10

10
Ammi Nur Baits. Panduan Qurban dari A sampai Z. Yufid pablising. Yogyakarta:2015 hlm 47-51

13
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Agus.2009.Peta perjalanan Haji dan umrah. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo Kompas Gramedia.
Baits, Ammi Nur. 2015.Panduan Qurban dari A sampai Z.. Yogyakarta: Yufid
pablising
Hasbiyallah. 2008. Fiqih. Bandung: Grafindo media Pratama
Karimi, Ahmad Faizin.2012. Kuban. Gresik:MUHI Press Lembaga penerbitan
SMA Muhammad 1.
Masyhuri,A.Aziz. 1996. Fiqih Haji. Surabaya: PT Bungkul Indah.
Rasyid,Sulaiman. 2012. Fiqih Islam.Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Widyani,Retno dan Mansyur Pribadi.2010. Haji dan Umrah. Cirbon: Swagati
Press.
Yazid bin Abdul Qadir Jawas. 2013.Panduan Praktis Manasik Haji dan Umrah
menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah. Surabaya: Pustaka Imam Asy-Syafi’i

You might also like