You are on page 1of 20
\ BAB XIV PENEGAKAN HUKUM HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA 1. Perlindungan dan Penegakan Hukum Terhadap Hak Asagj Manusia Hukum diciptakan sebagai suatu sarana atau instrumen untuk mengatur hakchak dan kewajiban-kewajiban subjek hukum, agar masing-masing subjek hukum dapat_menjalankan kewajibannya dengan baik dan mendapatkan haknya secara wajar, hukum juga berfungsi sebagai instrumen perlindungan bagi subjek hukum, jika dikaitkan dengan keberadaan suatu negara, hukum dapat difungsikan sebagai pelindung warga negara dari tindakan pemerintah yang tiran dan absolut, Untuk melembagakan perlindungan hukum bagi warga negara, dibentuk lembaga peradilan umum yang melaksanakan fungsinya untuk menegakkan hukum dan keadilan, serta sebagai tempat untuk mencari keadilan dan tempat mengajukan gugatan ganti kerugian bagi oknum pemerintah yang melanggar hukum, baik dalam tataran hukum publik maupun hukum privat, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedudukan pemerintah atau administrasi negara dalam hal ini, tidak berbeda dengan seseorang atau badan hukum perdata yang sejajar sehingga pemerintah dapat menjadi tergugat maupun penggugat, dalam konteks inilah kedudukan yang sama di hadapan hukum (equality before the law) yang menjadi salah satu unsur negara hukum terimplementasikan. Menurut Philipus M. Hadjon (1987:2) perlindungan hukum bagi rakyat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu: pertama, perlindungan hukum preventif dan perlindungan hukum represif. Perlindungan hukum preventif, rakyat diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan (inspraak) atau pendapatnya sebelum suatu keputus2? pemerintah mendapat bentuk yang defenitif, artinya perlindungan hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah _terjadinya sengketa, sedangkan sebaliknya perlindungan hukum yang repres! bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Perlindungan hukum ya"d preventif sangat besar artinya bagi tindakan pemerintah yang didasarkan kepada kebebasan bertindak, karena dengan adany? Perlindungan hukum yang preventif pemerintah terdorong unt bersikap hati-hati dalam mengambil keputusan yang didasarkan P2 258 << Bab XIV. Penegakan Hukum Hak Asasi Manusia di indonesia jiskresi. Dalam kajian Hukum Administrasi Negar . veradian administrasi negara (Peradilan Tats ihe Nee eaalen W. Irawan Tjandra (1996:1) adalah: Memberikan pertndinee es hak-hak rakyat yang bersumber dari hak-hak individu dan mrberkon perlindungan terhadap hak-hak ‘Masyarakat yang didasarkan th kepentingan bersama dari individu yang hidup dalam masyarakat tersebut. Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 sebagaimana dirobah dengan UU No. 9 Tahun 2004 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, perlindungan hukum akibat dikeluarkannya ketetapan (beschiking) dapat ditempuh melalui dua jalur, yaitu melalui banding administrasi atau upaya administrasi dan melalui peradilan. Menurut Sjahran Basah dalam Mukhsin (1998:83), perlindungan hukum yang diberikan merupakan qonditio sine qua non dalam menegakan hukum. Penegakan hukum merupakan gonditio sine qua non pula untuk merealisasikan fungsi hukum itu sendiri, fungsi hukum yang dimaksud adalah: (a) direktif, sebagai pengarah dalam membangun untuk membentuk masyarakat yang hendak dicapai dengan tujuan kehidupan ber- _ Negara; (b) integratif, sebagai pembina kesatuan bangsa;, (0) stabiltatif, sebagai pemelihara dan menjaga keselarasan, keserasian, dan keseimbangan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat; : : (d) perfektif, sebagai penyempurna balk terhadap sikap_ tindak administrasi negara maupun sikap tindak warga apabila terjadi pertentangan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat : (e) korektif, sebagai pengoreksi atas sikap tindak baik can Negara maupun warga apabila terjadi pertentangan hak dan kewajiban untuk mendapatkan keadilan. ukannya upaya untuk Penegakan hukum adalah proses dilakt nyata tegaknya atau berfungsinya norma-norma fhukum Stange sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan- So dari hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan beegara. DUIS Sudut subjeknya, penegakan hukum itu dapat aflakuken kan hukum Yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaye Ona hukum. itu melil i setia| ibatkan semua subjek hukum dalam a melakukan sesuatu Siapa saja yang menjalankan aturan normatif ata 259 Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia — atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan atau menegak. kan aturan hukum. Dalam arti sempit, dari segi subjeknya itu, penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan tegaknya hukum itu, apabila diperlukan, aparatur penegak hukum itu diperkenankan untuk menggunakan daya paksa (Philipus M. Hadjon, 1994:5). Pengertian penegakan hukum itu dapat pula ditinjau dari sudut objeknya, yaitu dari segi hukumnya. Dalam hal ini, pengertiannya juga mencakup makna yang luas dan sempit. Dalam arti luas, penegakan hukum itu mencakup pada nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalam bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat. Tetapi dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya menyangkut penegakan peraturan yang formal dan tertulis saja, karena itu, penerjemahan perkataan "Law enforcement” ke dalam bahasa Indonesia dalam menggunakan perkataan “Penegakan Hukum” dalam arti luas dapat pula digunakan istilah “Penegakan Peraturan” dalam arti sempit. Pembedaan antara formalita aturan hukum yang tertulis dengan cakupan nilai keadilan yang dikandung- nya ini bahkan juga timbul dalam bahasa Inggris sendiri dengan dikembangkannya istilah “the rule of /aw’ atau dalam istilah “the rule of law and not of a man“ versus istilah “the rule by law" yang berarti “the rule of man by law”.Dalam istilah “the rule of law" terkandung makna pemerintahan oleh hukum, tetapi bukan dalam artinya yang formal, melainkan mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya, karena itu, digunakan istilah "the rule of Just law”. Dalam istilah "the rule of law and not of man” dimaksudkan untuk menegaskan bahwa pada hakikatnya pemerintahan suatu negara hukum modern itu dilakukan oleh hukum, bukan oleh orang. Istilah sebaliknya adalah “the rule by law” yang dimaksudkan sebagai Pemerintahan oleh orang yang menggunakan hukum sekedar sebagai alat kekuasaan belaka (Paulus Efendi Lotulung, 1998:7). Dengan uraian di atas jelaslah bahwa yang dimaksud dengan Penegakan hukum itu kurang lebih merupakan upaya yang dilakuykan untuk menjadikan hukum, baik dalam artian formil yang sempit maupun dalam arti materil yang luas, sebagai pedoman perilaku dalam setiap perbuatan hukum, baik oleh Para subjek hukum yand bersangkutan maupun oleh penegak hukum yang resmi diberi tugas dan kewenangan oleh Undang-undang, untuk menjamin berfungsiny 260 Bab XIV. Penegakan Hukum Hak a. nusia di Indonesia -norma hukum yang berlaku dalam i aor pernegare. Sebagaimana diuraikan anniaeen bermasyarakat hukum yang hendak ditegakkan 1 Secara_ objektif, norma i Mencakup pengertian hi formal dan hukum materiil. Hukum formal hanya bersangkutay lukum peraturan perundang-undangan yang tertulis, sedangkan lang an mencakup pula pengertian nilai-nilai_ keadilan yang hiduy rial il masyarakat. Dalam bahasa yang khusus, kadang orang ine antara pengertian penegakan hukum dengan penegakan keadiin, Penegakan hukum dapat dikaitkan dengan pengertian “law enforcement! dalam arti sempit, sedangkan penegakan hukum dalam arti hukum materiil, diistilahkan dengan penegakan keadilan. Dalam bahasa Inggris juga terkadang dibedakan antara konsepsi "court of /aw” dalam arti pengadilan hukum dan "court of justice” atau pengadilan keadilan. Bahkan dengan semangat yang sama pula, Mahkamah Agung di Amerika Serikat disebut dengan istilah "Supreme Court of Justice”. Istilah-istilah itu dimaksudkan untuk menegaskan bahwa hukum yang harus ditegakkan itu pada intinya bukanlah norma aturan semata, melainkan nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya. Memang ada doktrin yang membedakan antara tugas hakim dalam proses pembuktian dalam perkara pidana dan perdata. Dalam perkara perdata dikatakan bahwa hakim cukup menemukan bukti formil belaka, sedangkan dalam perkara pidana barulah hakim diwajibkan mencari dan menemukan kebenaran materil yang menyangkut nilai- nilai keadilan yang harus diwujudkan dalam peradilan pidana. Namun demikian, hakikat tugas hakim itu sendiri memang seharusnya mencart dan menemukan kebenaran materiil untuk mewujudkan keadilan materiil. Kewajiban demikian berlaku, balk dalam bidang Pitan maupun perdata. Pengertian kita tentang penegakan hukum sudal seharusnya berisikan penegakan keadilan itu sendiri =e poerelan hukum dan penegakan keadilan merupakan dua sisi dari mata uang yang sama. Setiap fone hukum sudah dengan sendirinya mengen yetentuan tentang hak-hak dan kewajiban-kewajiban Pi ae ‘um. Norma hukum yang bersifat dasar berisi rum nih hay aiban yang juga mendasar. Secara akademis, cometh, Frsepsl ak dan kewajiban asasi manusia memang menyangeet h imbangan konsep hukum dan keadilan. Dalam selip hu peks 'ukum terkandung di dalamnya dimensi hak dan kewal! 261 rarel dan bersilang. Atas dasar itu hak asasi manusia mestinya imbangi dengan kewajiban asasi manusia, akan tetapi, dalam perkembangan sejarah, isu hak asasi manusia itu sendiri terkait erat dengan persoalan ketidakadilan yang timbul dalam kaitannya dengan Persoalan kekuasaan. Dalam sejarah, kekuasaan yang diorganisasikan ke dalam dan melalui organ-organ negara, sering terbukti melahirkan penindasan dan ketidakadilan, karena itu, sejarah umat manusia mewariskan gagasan perlindungan dan penghormatan terhadap hak- hak asasi manusia. Gagasan perlindungan dan penghormatan hak asasi ‘manusia ini bahkan diadopsi ke dalam pemikiran mengenai pembatasan kekuasaan yang kemudian dikenal dengan aliran konstitusionalisme, Aliran konstitusionalisme inilah yang memberi warna modern terhadap ide-ide demokrasi, sehingga perlindungan konstitusional terhadap hak asasi manusia dianggap sebagai ciri utama yang perlu ada dalam setiap negara hukum yang demokratis. Dengan perkataan lain, isu hak asasi manusia itu sebenarnya terkait erat dengan _persoalan Penegakan hukum dan keadilan itu sendiri, 2. Pengadilan Hak Asasi Manusia Perlindungan dan penegakan hak asasi manusia di Indonesia mencapai kemajuan ketika in Rakyat (DPR) mengesahkan_ Undang-undang Nomor 26 bea 000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia ( mudian diundangkan tanggal 23 November 2000. Un ini merupakan’ undang-undang mean jadilan yang khusus untuk _Mengadili- kejahatan -genosida lhatan terhadap kemanusiaan, Pengadilan ini di * Pengadilan ini dikatakan khusus karena dari segi Penamaan bentuk Pengadilannya sudah secara spesifik menggunakan istilah pengadilan HAM dan kewenangan Pengadilan ini juga mengadi sara Pelanggaran HAM berat. stilah | na honed dipertentangkan dengan’ peradilan pidana, karena memang pada hake merupakan kewenangan Pengadilan Ham juga Merupakan perbuatan 262 Bab XIV. Penegakan Hukum Hak Asasi Manusia di indonesi ia Uy No. 26 Tahun 2000 yang menjadi lan iri HAM, mengatur tentang beberapa vethusueen ae pengaturan yang berbeda dengan pengaturan dalam hukum acara pidana. Pengaturan yang berbeda atau khusus ini mulai sejak tahap idikan oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnasham), sebagai lembaga yang berwenang menyelidiki terjadinya pelanggaran M berat, sampal pengaturan tentang majelis hakim yang kom- posisinya berbeda dengan pengadilan pidana biasa. Dalam pengadilan HAM ini komposisi hakim terdiri dari lima orang yang mewajibkan tiga orang diantaranya adalah hakim ad foc. Pengaturan yang sifatnya khusus ini didasarkan atas karakteristik kejahatan yang sifatnya extraordinary sehingga memerlukan pengaturan dan mekanisme yang seharusnya juga sifatnya khusus. Hal yang diharapkan dengan adanya pengaturan yang sifatnya khusus ini, adalah agar dapat berjalan proses peradilan terhadap kasus-kasus pelanggaran HAM berat secara kompeten dan fair. Efek yang lebih jauh adalah putusnya rantai impunity atas pelaku pelanggaran HAM berat dan bagi korban adanya pengadilan HAM akan mengupayakan adanya keadilan bagi mereka. UU No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM telah dijalankan dengan dibentuknya pengadilan HAM ad soc untuk kasus pelanggaran HAM. berat yang terjadi di Timor Leste (Timor Timur). Dalam-prakteknya, pengadilan HAM ad hoc ini mengalami banyak~Kendala terutama berkaitan dengan lemahnya atau kurang memadainya instrumen hukum. UU No. 26 Tahun 2000 ternyata belum memberikan aturan yang jelas dan lengkap tentang tindak pidana yang diatur dan tidak adanya mekanisme hukum acara secara Khusus. Dari kondisi in, pemahaman atau penerapan UU No. 26 Tahun 2000 lebih banyak didasarkan 24a enafsiran hakim ketika melakukan pemeriksaan di Pengadilan. ren memiliki tanggung jawab mendasar ee Goi Pencari keadilan, sejauh mana tindakan atau People merupa nN pengadilan bisa dipertanggungjawabkan kepada mas f an salah keadilan. Setiap saat Pengadilan te satu pertanyaan tentang ie meningkatkan Citranya di ngah dihadapkan kepada tantangan U) ou sebuah crash one Masyarakat, oleh karena itu dibutuhkan ue jadican yang ditujukan melalui perilaku yang Pats Contoh “4 " rsih dan dalam setiap usaha membangun pengadilan Yang oerorma Wibawa. Hal ini 5 jan fal ini berkaitan dengan kevender ve ra kepedulian SOsial - Politik dan kondisi rill yang berkembang, 263 Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia a it i di pemikiran utama, terhadap kepentingan yang lebih luas harus menja J . Oleh arena, tenitamna berkaitan dengan lembaga pengadilan perly diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Menempatkan aparatur hukum pada posisi netral dan tidak dibebani komitmen politik; 2. Deane Kontrol internal dan eksternal terhadap lembaga pengadilan; . 3. Mendorong responsibilitas dan akuntabilitas pengadilan dalam rangka meningkatkan pelayanan publik yang lebih manusiawi, bermartabat, dan berkeadilan. Berkaitan dengan akuntabilitas tersebut, tidak hanya terkait dengan masalah tanggung jawab individual akan tetapi juga tanggung jawab institusional. Tanggung jawab individual menuntut adanya kematangan integritas moral dan hati nurani para pihak yang terlibat dalam proses penyelenggaraan peradilan. Tanggung jawab institusional menuntut adanya manajemen atau administrasi peradilan yang baik. Dalam kaitan ini masyarakat harus mempunyai peran melalui Pengawasan mereka terhadap proses peradilan. Sebuah argumentasi perlu diajukan sehubungan dengan hal ini, yaitu bagi peradilan, Masyarakat tidak hanya berfungsi sebagai unsur penekan tetapi sekaligus melakukan konstruksi komunikatif. Terbukanya komunikasi masyarakat dengan pengadilan merupakan satu elemen penting bagi pelaksanaan pengawasan dimana masyarakat dapat melihat, menilai, dan mengambil tindakan. Apa itu Pengadilan Hak Asasi Manusia? Mengapa diperlukan hadir- nya Pengadilan Hak Asasi Manusia? Jawaban terhadap pertanyaan itu akan diketahui dengan jelas, apabila dipahami secara seksama pasang Surutnya gerak langkah penghormatan dan penegakan hak asasi manusia dalam penyelenggaraan pemerintahan selama ini. Pada satu sisi komitmen bangsa Indonesia menegakkan hak asasi manusia cukup kuat dengan sikap dan Pandangan bangsa Indonesia yang mengakui dan Menghormati hak-hak asasi manusia yang bersifat universal, namua pada sisi lain praktek penyelenggaraan pemerintahan terutama dimasa orde baru berbicara lain, termasuk sikap pemerintah yang menilai hak asasi manusia_sering berbenturan dengan _kebil: gan_kebijakan nasional yang dapat_menghambat pelaksanaan pembangula”- Penilaian ini menimbulkan banyakn aran / dibi + 5, ya _pelanggaran-pelangg VV dibidang hak asasi manusia, termasuk pelanggarer eat feat dengan 264 ia i Reese uur Hk ae Maras donsin indonesia " kuasaan yang mendoron naa malar memandang bangsa Indonesia. espa hoa co benyak melakukan pelanggaran terhadap hak asasi manus pelanggaran-pelanggaran yang terjadi baik kuantitas maupun kualitasnya cukup mengkhawatirkan, sehingga Pelanggaran-pelanggaran terhadap harkat dan martabat kemanusiaan tersebut tidak lagi bisa diselesaikan oleh lembaga seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Lsehingga di era pemerintahan reformasi dikeluarkanlah Peraturan Jpemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu) Nomor 1 Tahun 1999 ~Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, namun Perpu ini dinilai tidak memadai sehingga tidak disetujui oleh DPR dijadikan sebagai Undang- undang, Perpu tersebut dicabut oleh UU Nomor 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia._Konsideran dari UU No. 26 Tahun 2000 ini menyatakan bahwa untuk ikut serta memelihara perdamaian dunia dan menjamin pelaksanaan hak asasi manusia serta memberi perlindungan, kepastian, keadilan, dan perasaan aman kepada perorangan ataupun masyarakat, perlu segera dibentuk suatu Pengadilan Hak Asasi Manusia untuk menyelesaikan pelanggaran hak. asasi manusia yang berat sesuai dengan ketentuan Pasal 104 ayat (1) Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia..-~ Berdasarkan pertimbangan tersebut melalui Undang-undang No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, ditetapkan tiga mekanisme untuk.penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM berat. Pertama; mekanisme pengadilan HAM ad foc untuk pelanggaran HAM masa lalu sebelum adanya undang-undang No. 26 Tahun 2000, artinya untuk kasus-kasus yang terjadi sebelum tahun 2000 akan dibentuk Pengadilan HAM ad hoc, Kedua; pengadilan HAM yang sifatnya Permanen terhadap kasus pelanggaran HAM berat setelah ter- bentuknya UU No. 26 Tahun 2000 dan yang ketiga adalah dibukanya jalan mekanisme komisi kebenaran dan rekonsiliasi untuk penyelesaian Pelanggaran HAM yang berat. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2000 ini dikeluarkan dengan dasar pertimbangan moral dan dasar pertimbangan yuridls. Dasar Pertimbangan moralnya adalah bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat aes dan langgeng oleh karena itu harus dilindungi, dihormati, see ahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangl atau dlrarnpee Kea aP@ Pun. Dasar pertimbangan lainnya sesua! dengan @ . t empat UUD Tahun 1945 yang menegaskan bangsa Indonesia ikut 265 Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia serta memelihara perdamaian dunia dan menjamin pelaeeran nas asasi manusia serta memberi perlindungany kepastian, fan tau _masyarakat. Dasar per- perasaan aman kepada perorangan al hak esas) aria timbangan yuridisnya adalah bahwa pelanggaran ha nusia . a berdampak secara yang berat merupakan extraordinary crimes Yang * 1 dant Bi luas baik pada tingkat nasional maupun ea jan bukan merupakan tindak pidana yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), pelanggaran tersebut menimbulkan kerugian baik materiil maupun immateril yang mengakibatkan perasaan tidak aman baik terhadap perseorangan maupun masyarakat, sehingga perlu segera dipulihkan dalam mewujudkan supremasi hukum untuk mencapai kedamaian, ketertiban, ketentraman, keadilan dan kesejahteraan masyarakat. : Pengadilan hak asasi manusia merupakan pengadilan khusus yang berada dalam ruang lingkup atau lingkungan peradilan umum yang diberi wewenang memeriksa dan memutus pelanggaran HAM berat. Pengertian memeriksa dan memutus yang dimaksud disini mempunyai makna yang luas, di dalamnya termasuk mengenai penyelesaian perkara yang menyangkut kompensasi, restitusi dan rehabilitasi. Selain itu Pengadilan hak asasi manusia juga berwenang mengadili pelanggaran HAM berat yang dilakukan di luar batas wilayah teritorial Indonesia oleh warga Negara Indonesia. Dari sudut pandang ilmu’ hukum, kewenangan ini merupakan bentuk jaminan dan perlindungan terhadap warga negara Indonesia yang melakukan pelanggaran HAM berat yang dilakukan di luar batas “teritorial Indonesia, sehingga warga negara Indonesia dilindungi oleh hukum nasional dan tidak dibenarkan diadili oleh negara lain, di tempat mana yang bersangkutan melakukan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Sifat khusus Pengadilan HAM ini tercermin dari kewenangannya yang ee hanya mengadili pelanggaran HAM berat dan ber aes ey asas retroaktif yang dimilikinya serta tidak nengenal kadaluarsa untuk mengadili pelanggaran HAM berat. Secara rinci kekhususan yang dimaksud dalam penanganan pelanggaran Hi berat dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. diperlukan penyelidik dengan membentuk tim ad hoc, penyidik 44 ‘Aoc penuntut umum ad hoc dan hakim ad hoc; oe Zz diperlukan penegasan bahwa penyelidikan hanya dilakukan oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia sedangkan penyidik tidak " od Bab XIV. Penegakan Hukum Hak A, Sasi : \ i Indonesia berwenang menerima laporan a diatur dalam Kitab Undang-undang uke geen sebagaimana 3. diperlukan ketentuan mengenai tenggang veh ae melakukan penyidikan, penuntutan dan Pemeriksaan bbl untuk 4, diperlukan ketentuan mengenai Perlindungan saksi pb il 5, diperlukan ketentuan mengenai penegasan tidak ada kad Sh in; bagi pelanggaran HAM berat; jaluarsa 6. Dapat diperlakukan asas retroaktif dalam rangka melindungi hak asasi manusia berdasarkan ketentuan Pasal 28 J UUD Tahun 1945, Maksud pemberlakuan asas retroaktif ini adalah bahwa mengenai pelanggaran HAM berat seperti genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang berdasarkan hukum internasional dapat digunakan asas retroaktif. Diberlakukan pasal mengenai kewajiban untuk tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan Undang-undang sebagai- mana tercantum dalam pasal 28 J ayat (2) UUD 1945, dimana dalam ketentuan pasal tersebut ditegaskan: Dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk’ kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata, untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesual dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis. Kategori pelanggaran HAM berat yang dimaksud adalah ee a yang merupakan kejahatan genosida dan kejahatan sea eae Manusiaan sebagaimana diatur dalam pasal 6 dan pe ‘enosida ini Statute of The International Criminal Court « eet a meng: merupakan kejahatan yang dilakukan dengan mal ‘a ‘an kelompok hancurkan atau memusnahkan seluruh atau se apes bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agam@ oe ‘ota _kelompok 1. membunuh anggota kelompok; pengertian ses disini adalah seorang atau lebih anggota ag bert terhadap 2. mengakibatkan penderitaan fisik atau mental Y2 anggota-anggota kelompok; 3. menciptakan ondisi Kehidupan kelompok Lier kemusnahan secara fisik baik seluruh atau 5 akan mengekibatian agiannyai 267 Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia oo 4, memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok; atau 5. memindahkan secara paksa anal kelompok lain. kan termasuk dalam kategori kejahatan kemanusiaan, bi pe paleni pelt yang dilakukan sebagaian dari serangan yang meluas atau sistematik, sebagai lanjutan kebijakan penguasa atau kebijakan yang berhubungan dengan organisas! kekuasaan yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil dengan cara: . 1. melakukan pembunuhan sebagaimana diatur dalam Pasal 340 KUHP; ; 2. pemusnahan, termasuk perbuatan yang menimbulkan penderitaan yang dilakukan dengan sengaja seperti perbuatan menghambat pemasokan barang makanan dan obat-obatan yang dapat me- nimbulkan pemusnahan pada sebagian penduduk; 3. perbudakan yang di dalamnya termasuk perdagangan manusia khususnya perdagangan wanita dan perdagangan anak-anak; 4, pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa, yaitu pemindahan orang secara paksa dengan cara pengusiran atau tindakan pemaksaan yang lain dari daerah dimana mereka bertempat tinggal secara sah, tanpa didasari oleh alasan yang diijinkan oleh hukum internasional; 5. perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional; 6. penyiksaan; yaitu perbuatan yang dilakukan dengan sengaja dan melawan hukum menimbulkan kesakitan atau penderitaan yang berat, baik fisik maupun mental terhadap seseorang tahanan atau seseorang yang berada di bawah pengawasan; perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan atau strerilisasi secara paksa ataU bentuk-bentuk kekerasan seksual lain ; penganiayaan terhadap suatu kelompor teenta a Jan yang didasari er tertentu atau perkumpu is budaya, a Persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etn » agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakul secara universal sebagai rf kum internasional; gai hal yang dilarang menurut hu k-anak dari kelompok tertentu ke 268 Bab XIV. Penegakan Hukum Hak Asasi fan Indonesia nghilangan orang secara Paksa_yaitu penahan atau penculikan seseorang oleh dukungan atau persetujuan dari negara atau kebijakan 4, diikuti oleh penolakan mengakui perampasan kemendein es atau untuk memberikan informasi tentang nasib atau iebe rsebut orang tersebut, dengan ' maksud untuk fee yecaa a) perlindungan hukum dalam jangka waktu yang panjang; ari 10. kejahatan apartheid, yaitu perbuatan tidak manusiawi dengai sifat-sifat dan kriteria sebagaimana kejahatan genosida He dilakukan dalam konteks suatu rezim kelembagaan fens penindasan dan dominasi oleh suatu kelompok atau kelompok- kelompok ras lain dan dilakukan dengan maksud untuk mem- pertahankan rezim itu. berupa penangkapan atau dengan kuasa, Pengaturan tentang kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam UU No. 26 Tahun 2000 dalam penjelasannya dinyatakan sebagai ketentuan yang sesuai dengan Rome Statute of International Criminal Court 1998. Penjelasan tersebut mempunyai konsekuensi bahwa kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan seperti yang tercantum dalam Pasal 7 UU No. 26 Tahun 2000, sama maksudnya dengan ketentuan Pasal 6 dan 7 dalam Statuta Roma 1998, termasuk terhadap penyesuaian unsur-unsur tindak pidananya (element of crimes). Definisi kejahatan genosida dalam Pasal 8 UU No. 26 Tahun 2000, secara umum tidak ada persoalan dalam artian sudah sesuai dengan beberapa norma yang berkaitan dengan pengaturan genosida dalam ketentuan hukum internasional. Ketentuan tersebut adalah Pasal 6 Statuta Roma tentang Rome Statute of International Criminal Court 1998 dan Article IT Genocide Convention 1948 yang mendefinisikan genosida sebagai 5 {ina} Perbuatan tertentu atau khusus yang dilakukan dengan maksud a memusnahkan (intent to destroy) suatu kelompok etnis, rasial a agama. Berbeda dengan pengertian tentang kejahatan oa ak definisi tentang kejahatan terhadap kemanusiaan dianggaP nd endelami distorsi terutama dalam beberapa pengert jahatan wang dk hejnatan in Da poses 2205, dain? Kemanusiaan dan kejahatan genosida da oe ecara teoritis ine No. 26 Tahun 2000 ini, terdapat distors! Leu led tentang kejahareto Konsep_kejahatan tersebut, Cente ak ada kejelasan thadap kemanusiaan yaitu; Pertama; 269 — Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia ——— mengenai unsur meluas (widespread), sistematik (systematic) dan diketahui (intension), hal ini akan berakibat adanya berbagai macam interpretasi atas pengertian di atas. Hal ini berbeda dengan ketentuan dalam Statuta Roma yang menjelaskan secara tegas mengenai intensian, Kedua, penerjemahan directed against any civilian population menjadi ditujukan secara langsung kepada penduduk sipil, yang seharusnya ditujukan kepada populasi sipil. Kata “langsung” ini bias, berimplikasi seolah-olah hanya pelaku di lapangan saja yang dapat dikenakan pasal ini sedangkan pelaku di atasnya yang membuat kebijakan tidak tercakup dalam pasal ini. Istilah “penduduk” untuk menterjemahkan kata “population” telah menyempitkan subjek hukum dengan meng- gunakan batasan-batasan wilayah yang akan menyempitkan target- target potensial korban kejahatan terhadap kemanusiaan hanya kepada warga negara di mana kejahatan tersebut berlangsung. Pasal 10 UU No. 26 Tahun 2000 menyatakan bahwa hukum acara yang digunakan adalah hukum acara yang berdasarkan hukum acara pidana, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini. Hal ini berarti hukum acara yang akan digunakan untuk proses pemeriksaan di pengadilan menggunakan hukum acara dengan mekanisme sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). UU No. 26 Tahun 2000 mengatur Kekhususan pengadilan HAM di luar ketentuan KUHAP untuk pelanggaran HAM berat. Kekhususan dalam Penanganan pelanggaran HAM berat dalam UU No. 26 Tahun 2000 adalah; Diperlukan penyelidik dengan membentuk tim adhoc, penyidlk adhoc, penuntut adhoc, dan hakim adhoc, Diperlukan penegasan bahwa Penyelidik hanya dilakukan oleh komisi nasional hak asasi manusia sedangkan penyidik tidak berwenang menerima laporan atau Pengaduan sebagaimana diatur dalam KUHAP. Diperlukan ketentuan mengenai tenggang waktu tertentu untuk melakukan_penyidikan, Penuntutan, dan pemeriksaan di Pengadilan. Diperlukan ketentuan dan saksi. Diperlukan_ ketentuan Pelanggaran HAM berat. Kekhususan Pasal demi pasal dalam UU No. ei me yang merupakan Pengecualian dari Pengaturan dalam Kewenangan untuk melakukan iti idikan dalam pengadilan HAM ini, adi Fake Kaen ditingkat pen 270 A Bab XIV. Penegakan Hukum Hak Asasi Manusia di Ind i Indonesia jlakukan oleh penyidik dengan memperlihatkan or njukkan surat perintah penangkapan yang imencahturwan bene a fosangka dengan menyebutkan alasan penangkapan, tempat ditak ion emeriksaan serta uraian singkat perkara pelanggaran HAM be " yang dipersangkakan. Keluarga harus mendapatkan tembusan ct 3danya penangkapan tersebut segera setelah penangkapan dilaku- kan, Pelaku pelanggaran HAM berat yang tertangkap tangan penangkapannya dilakukan tanpa surat perintah tetapi dengan segera nangkap harus segera menyerahkannya kepada bahwa orang yang me! S idik, Lama penangkapan paling lama 1 (satu) hari dan masa penyi | 7 penangkapan ini dapat dikurangkan dari pidana yang dijatuhkan. Ketentuan khusus mengenai penangkapan ini jika dikomparasikan la. Hal yang membedakan adalah dengan KUHAP tidak jauh berbed: yang melakukan penangkapan, dalam UU No. 26 Tahun 2000 pelaksana tugas penangkapan adalah Jaksa Agung sedangkan dalam KUHAP yang melakukan penangkapan adalah Polisi. Penjelasan tentang bukti permulaan yang cukup adalah bukti permulaan untuk menduga adanya tindak pidana bahwa seseorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku pelanggaran HAM berat. Selama proses penyidikan dan penuntutan, penahanan atau penahanan lanjutan dapat dilakukan oleh Jaksa Agung, sedangkan lan yang berwenang untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadil melakukan penahanan adalah hakim dengan mengeluarkan penetapan. Perintah penahanan ini harus didasarkan pada alasan-alasan Yaue disyaratkan, yaitu adanya dugaan keras melakukan pelanggaran HAM berat dengan bukti yang cukup, adanya kekhawatiran tersangka atau aria # k atau menghilangkan barang ee akan melarikan diri, merusa! Wi penahanan ini ukti, atau mengulangi pelanggaran HAM berat. Alasan i" di a alasan yang berdasarkan atas ala jek i atau majelis haki isi isyaratkan torr jelis hakim atas kondisi yang disyara Ne watiran akan Pertimbangan atas adanya bukti yan cukup, ya bukti yang jakukan pelanggaran san su menghilangkan barang bukti atau akan me’ k bert, adalah alasan atas peniaian dari pihak yang berwenang akukan penyidikan atau hakim yang memer neyaratkan berbeda den juga ™ gan ketentuan dalam KUHAP yang Jug: da adanya unsur objektif untuk dapat dilakuken penal a swiaiton ngka maupun terdakwa. Jangka waktu penahanan untuk pe! Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia ____—_—_—— dapat dilakukan paling lama 90. hari dan dapat diperpanjang selama 90 hari oleh Ketua Pengadilan HAM, jika waktu penahanan telah selesai tapi penyidikan belum dapat diselesaikan, dapat diperpanjang selama 60 hari oleh ketua pengadilan HAM. Jangka waktu Penahanan untuk penuntutan paling lama 30 hari dan dapat diperpanjang 20 hari, tetapi jika belum selesai maka dapat diperpanjang selama 20 hari lagi oleh ketua pengadilan HAM sesuai dengan daerah hukumnya, Ketentuan mengenai lamanya penahanan ini tidak disertai dengan konsekuensi mengenai hak tersangka untuk dikeluarkan dari tahanan jika selama waktu penahanan itu proses penyidikan dan penuntutan belum dapat diselesaikan. KUHAP di samping mengatur tentang lamanya panahanan juga mengatur tentang hak tersangka untuk dikeluarkan dari tahanan jika telah selesai masa penahanannya tetapi proses penyidikan dan penuntutan belum selesai. Penahanan untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan dapat dilakukan selama 90 hari dan dapat diperpanjang oleh ketua pengadilan HAM selama 30 hari. Dalam pemeriksaan tingkat banding di pengadilan tinggi dapat dilakukan paling lama 60 hari dan dapat diperpanjang paling lama 30 hari oleh ketua pengadilan tinggi HAM. Sedangkan untuk tingkat kasasi di Mahkamah Agung (MA) penahanan dapat dilakukan selama 60 hari dan dapat diperpanjang selama 30 hari oleh ketua MA. Dalam KUHAP Pasal 24 menyatakan bahwa lama penahanan untuk proses penyidikan adalah paling lama 20 hari dan dapat diperpanjang paling lama 40 hari, jika dalam waktu 60 hari sudah terpenuhi, penyidik harus sudah mengeluarkan tersangka dari tahanan demi hukum. Pasal 25 menyatakan bahwa lama penahanan 20 hari dan dapat diperpanjang paling lama 30 hari, jika dalam waktu 50 hari telah terpenuhi tersangka harus dikeluarkan dari tahanan demi hukum. Kedua pasal di atas juga menyatakan bahwa tersangka dapat dilepaskan dari tahanan jika pemeriksaan sudah selesai meskipun waktu penahanan belum berakhir. Dalam KUHAP perpanjangan penahanan untuk kepentingan pemeriksaan, dapat dilakukan ber- dasarkan alasan yang patut dan tidak dapat dihindari yaitu bahwe tersangka atau terdakwa menderita gangguan fisik atau mental ya"9 berat, yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter dan perka'@ yang sedang diperiksa diancam dengan pidana penjara selama sembilan tahun atau lebih, Perpanjangan penahanan_ ini dapat dilakukan untuk paling lama 30 hari dan dapat diperpanjang selama 272 Bab XIV. Penegakan Hukum Hak Asasi Manusia di Ind lonesia ari berikutnya. Selama total 60 hari tersebu Se harus sudah dikeluarkan demi hukum mips atau belum selesai diperiksa maupun belum diputus. ranya Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa hukum acara ya akan dalam Pengadilan HAM adalah hukum acara pla ang tidak ditentukan lain dalam UU Nomor 26 Tahun 2000, berapa hal tertentu dalam Pengadilan HAM ada yang menyimpang dari ketentuan hukum acara pidana, seperti penyelidikan terhadap pelanggaran HAM berat, kewenangan penyelidikan terhadap pelanggaran HAM berat ini, hanya dilakukan oleh Komnasham dan dapat membentuk tim adhoc yang keanggotaannya terdiri dari unsur Komnasham dan unsur masyarakat. Pemberian kewenangan kepada Komisi ini membentuk tim adhoc dimaksudkan untuk menjaga objektivitas hasil penyelidikan karena lembaga ini merupakan lembaga yang bersifat independen. Jadi dalam hal ini baik Komnasham maupun tim adhoc yang dibentuk tersebut memerankan fungsi Kepolisian untuk melakukan penyelidikan. Kewenangan penyelidikan yang diberikan oleh undang-undang kepada Komnasham meliputi: 1. melakukan penyelidikan dan pemeriksaan terhadap_peristiwa yang timbul dalam masyarakat yang berdasarkan sifat atau lingkupnya patut diduga terdapat pelanggaran hak asasi manusia yang berat; 2. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang atau kelompok orang tentang terjadinya pelanggaran hak asasi manusia yang berat serta mencari keterangan dan barang bukti; 3. memanggl pihak pengadu, korban atau pihak untuk diminta dan didengar keterangannya; : ; 4. memanggil saksi untuk ‘diminta dan didengar kesaksian yn dan 5. ee dan mengumpulkan keterangan ai tempat keja tempat lainnya yang dianggap perlu; a 6. mamanggll ange erkalt entuk memberkan Retard) par tert ‘atau menyerahkan dokumen yang diperiu lengan aslinya; i 7. atas’ perintah’ penyidik dapat _melakukan tind aan Pemeriksaan surat; penggeledahan dan penyitaah” an tempat- Setempat terhadap rumah, pekarangan, bam junatak tertentu; tempat lainnya yang diduduki atau dimiliki oan mendatangkan ahli dalam hubungan dengan penye’ ‘ diguni sepanj Artinya bel yang diadukan 273 [Negara Hukum dan Hak Asasi Manusi ___—_—_—— Apabila hasil penyelidikan Komnasham Sea terdapat bukti permulaan yang cukup bahwa tela jadi peristiwa oom HAM. berat yang dilakukan oleh seseorang atay pelanggaran i i| penyelidikan itu disampaikan sekelompok orang, kesimpulan hasil p' y' kepada Jaksa Agung sebagai penyidik. Jika dalam hukum acara pidana, Polisi diberi wewenang oleh undang-undang une eee penyidikan tindak pidana, dalam perkara pelanggaran M berat, penyidikan bukan merupakan kewenangan Polisi, akan tetapi merupakan kewenangan Jaksa Agung yang dalam proses penyidikan dapat mengangkat penyidik adhoc yang terdiri dari unsur pemerintah dan unsur masyarakat. Ruang lingkup penyidikan yang merupakan kewenangan Jaksa Agung ini tidak termasuk menerima laporan dan pengaduan terhadap adanya dugaan terjadinya pelanggaran HAM berat. Penuntutan tentang pelanggaran HAM berat dilakukan oleh Jaksa Agung, paling lambat 70 hari terhitung semenjak hasil penyidikan diterima, dalam melakukan kewenangannya tersebut Jaksa Agung dapat mengangkat penuntut umum adhoc yang terdiri dari unsur pemerintah dan unsur masyarakat. Untuk menjamin terlaksananya dengan baik kewenangan yang diberikan kepada Jaksa Agung sebagai penyidik dan penuntut dalam pelanggaran HAM berat, Komnas- ham sewaktu-waktu dapat meminta keterangan tertulis kepada Jaksa Agung mengenai perkembangan penyidikan dan penuntutan dimaksud. Dilihat dari sudut hukum acara yang digunakan pengadilan HAM, mulai dari penuntutan sampai pemeriksaan persidangan, mempunyai ketetapan batas waktu dan tahapan-tahapan yang jelas. Penegasan ketentuan batas waktu dan tahapan ini merupakan salah satu bentuk ones penyelesian perkara pelanggaran HAM berat mendapat oedsien ae Selain itu untuk menjamin _ terlaksanany@ martabat eee nae an Penghormatan terhadap harkat dan dalam pelanggaran HAM eee Genie ee ea dengan hak-hak tertentu, iberi perlindungan oleh hukum Hak-hak yang dimiliki oleh saksi dan korban dalam pelanggar@" \ggal HAM berat adalah hak-hak sebagaimana dimaksud dalam UU Nome 274 —— Bab XIV. Pes a negakan Hukum Hak Asasi Manusia di Ir indonesia 43 Tahun 2003 Tentang Perlindungan saksj dan tersebut terdiri dari: e memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi 2 harta bendanya, serta .bebas dari pal ged dan dengan kesaksian yang akan, sedang atau telah diberikann ie 2. ikut serta dalam proses memiih dan menentukan. bentuk perlindungan dan dukungan keamanan; a memberikan keterangan tanpa tekanan; mendapat penerjemah bagi saksi dan korban yang tidak bisa atau kurang lancar berbahasa Indonesia; bebas dari pertanyaan yang menjerat; mendapatkan informasi mengenai perkembangan kasus; mendapatkan informasi mengenai putusan pengadilan; mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan; mendapat identitas baru; . mendapatkan tempat kediaman yang baru; . memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan kebutuhan; 12. mendapat nasihat hukum, dan/atau; 13, memperoleh bantuan biaya hidup sement perlindungan berakhir; dan juga berhak 14. mendapatkan bantuan medis dan rehabilitasi. Selain hakchak dimaksud korban pelanggaran HAM beret Jug diberi kompensasi, restitusi dan rehabilitasi. Perlindungan ‘semacam ini merupakan perlindungan Sean diperlukan saksi dan korban. Apabila dianggap perlu saksi en dari harus ditempatkan dalam suatu lokasi yang irate emoeria siapa pun untuk menjamin keamanannya. Syarat sy eian dengan Perlindungan dan batuan sebagaimana dimaksud dil Pertimbangan: ) sifat pentingnya keterangan saksi dan/atau korban b) tingkat ancaman yang membahayakan saksi dari g atau korban ©) basis analisis tim medis atau psikolog ter oleh 4) fear fejak Kejahatan yang perah dilakuken ‘0! in. korban, Hak-hak ay Hee era eS tara sampai batas waktu 275 a Bab XIV. Penegakan Huku: im Hak Asasi Man sia di Indonesia lan Korban (LPSK). Selain itu, Peraturan perundang- - eal sudah sejak lama mengakui bahwa jotenieee i : vraris Korban pelanggaran HAM berat dapat memperoleh kompenae restitusi dan rehabilitasi, namun hak korban dan/atau ahli ce tersebut tidak dapat dinikmati dengan serta merta. Ada ae tahapan yang harus dilalui sebelum korban atau ahli hee mendapatkan haknya. Ketentuan ini tentunya sangat merugikan dan bertentangan dengan instrumen hak asasi manusia internasional yang mewajibkan negara untuk memberikan ganti rugi terhadap korban pelanggaran HAM dan kesewenang-wenangan aparat. Hal lain yang diatur dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2000 adalah bahwa pelanggaran HAM berat yang terjadi sebelum diundangkannya Undang-undang ini, penyelesaiannya dapat dilakukan melalui pengadilan HAM adhoc atau sebagai alternatif bisa dilakukan oleh Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi. Kebanyakan pelanggaran HAM berat dimasa lalu yang dilakukan oleh rezim pemerintahan terdahulu antara lain; pembunuhan massal di tahun 1965-1966 sebagai akibat terjadinya pemberontakan G-30S PKI, pelanggaran HAM di Aceh dan Papua, penculikan dan pembunuhan misterius atau yang dikenal dengan Petrus, kasus Tanjung Priok, kasus Warsidi di Lampung, kasus penculikan aktivis demokratis, serta pelanggaran HAM di Timor Timur pasca jajak pendapat. Pelanggaran HAM berat sebagaimana disebutkan di atas dilakukan oleh penguasa untuk melanggengkan kekuasaannya. Perbuatan penguasa ini merupakan hal yang biasa dalam pemerintahan atau rezim totaliter sebagaimana terjadi di banyak negara dengan rezim yang sama seperti di Spamyoh Yunani, Ceko, Hungaria, Argentina, dan Chili dimasa lal. Pada we ee masih berkuasa, pelanggaran F lampir tidak tersentuh oleh hukum. Para penentang Pi diadili dengan undang-undang subversi, akan = oe berjalannya waktu dan bergantinya pemerintahan dari ee ienitall ream yang lebih demokratis, tuntutan untuk mengung a eae : benaran masa lalu muncul dan memerlukan penyalurat Ydonesi2, Tragat Penyelesaian pelanggaran HAM berat me ta aati n dan tiga. pendekatan utama, yaitu: Denga! ‘utkan hidup” Melupakan apa yang telah terjadi, kemudian “melanjul 277 Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia _——————_———— begitu saja atau dengan menuntut semua pelaku melalui jalur hukum dengan menciptakan suatu pengadilan HAM. Menerima apa yang terjadi di masa lalu, sampai pada suatu tingkat dan kondisi tertentu, dengan fokus tujuan pada keinginan mengungkap kebenaran dan menyediakan kompensasi dan rehabilitasi untuk para korban dengan mendirikan suatu Komisi Kebenaran dan hanya menuntut pelaky utama untuk diajukan ke pengadilan. 278

You might also like