BAB XI
PERNYATAAN UMUM HAK ASASI MANUSIA
4, Makna Pernyataan Umum Hak Asasi Manusia
Ide dasar tentang hak asasi manusia yang dirumuskan dalam
The Universal Declaration of Human Rights, merupakan hasil penalaran
yang diperoleh selama berlangsungnya perang dunia kedua. Selama
perang tersebut, dipandang dari segi kelangsungan hidup manusia,
terlinat bahwa timbul ancaman berbahaya dari pemerintahan kaum
nazi di bawah pimpinan Hitler, di mana tidak terlindunginya kehidupan
dan kebebasan manusia. Melihat kenyataan tersebut, negara sekutu
mencoba membangun perhatian dunia internasional, dengan ber-
pedoman pada Deklarasi PBB yang terbit pada tanggal 1 Januari 1942,
yang pada pokoknya berisi; bahwa kemenangan adalah penting untuk
menjaga kehidupan, kebebasan, independensi dan kebebasan beragama,
serta untuk mempertahankan hak asasi manusia dan keadilan. Dalam
pesan berikutnya yang ditujukan kepada Kongres, Presiden Franklin
D. Roosevelt mengidentifikasikan, empat kebebasan yang diupayakan
untuk dipertahankan di dalam perang tersebut, yaitu: kebebasan
berbicara dan berekspresi, kebebasan beragama, kebebasan dari
hidup berkekurangan, dan kebebasan dari ketakutan akan perang,
pembunuhan dan kerusakan dahsyat yang ditimbulkan.
Perang dunia kedua, menggugah suatu kebulatan tekad masyarakat
internasional untuk melakukan sesuatu, guna mencegah timbul
kehancuran peradaban manusia, membangun sebuah organisasi
internasional yang sanggup meredakan krisis internasional serta
menyediakan suatu forum untuk diskusi dan mediasi. Organisasi
ini adalah PBB yang telah memainkan peran utama dalam
Pengembangan pandangan kontemporer tentang hak asasi manusia.
Para pendiri PBB, yakin bahwa pengurangan kemungkinan perang
mensyaratkan adanya pencegahan atas pelanggaran besar-besaran
terhadap hak-hak manusia.
a ees Universal Hak Asasi Manusia (The Universal eciaation
perubahen Rights) pada tahun 1948, telah menyebabkan terja ae
pander aus global di dunia internasional, untuk mengubah care
ng dan kesadaran terhadap pentingnya perlindungan hak asas!
manusia, Meningkatn i ‘onal mengenal
SSU hak asas) nya kesadaran masyarakat internasiona’ Mo,
Manusia ini, merupakan langkah maju dalam kel
207Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia
bernegara secara demokratis, menuju sistem kenegaraan yang men-
junjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia. Dengan dituangkannya
nilai-nilai hak asasi manusia yang terkandung di dalam Deklarasj
Universal Hak Asasi Manusia tersebut, telah membawa perubahan
sistem pemerintahan di belahan dunia, membentuk masyarakat yang
menaruh penghormatan terhadap_nilai-nilai hak asasi manusia,
dengan cara menjadikan nilai-nilai hak asasi manusia sebagai bagian
dari Konstitusi yang menjadi landasan yuridis tertinggi dalam
kehidupan bernegara (R.P. Forsythe, 1983:201).
Naskah awal Piagam PBB, memuat ketentuan tentang hak asasi
manusia yang harus dianut oleh negara mana pun yang bergabung di
dalam organisasi tersebut, namun sejumlah kesulitan muncul,
berkenaan dengan pemberlakuan ketentuan semacam itu, karena
mencemaskan prospek kedaulatan mereka, banyak negara bersedia
untuk mengembangkan hak asasi manusia, namun tidak bersedia
melindungi hak tersebut. Akhirnya diputuskan, untuk memasukkan
sebagian saja acuan tentang hak asasi manusia di dalam Piagam PBB,
di samping menugaskan kepada Komisi Hak Asasi Manusia PBB, untuk
merumuskan pernyataan internasional tentang hak asasi manusia.
Piagam itu sendiri menegaskan kembali, keyakinan akan hak asasi
manusia yang mendasar akan martabat dan harkat manusia, akan
persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, serta antara negara
besar dan negara kecil. Para penandatangannya mengikrarkan diri,
untuk melakukan aksi bersama dan terpisah, dalam kerja sama
dengan organisasi ini untuk memperjuangkan penghargaan universal
terhadap hak asasi manusia, serta kebebasan-kebebasan mendasar
untuk seluruh manusia, tanpa membedakan ras, jenis kelamin, bahasa
atau agama.
: Komisi Hak Asasi Manusia PBB, mempersiapkan sebuah pernyataan
internasional, tentang hak asasi manusia yang disetujui oleh Majelis
Umum pada tanggal 10 Desember 1948. Pernyataan ini, adalah apa
yang dikenal dengan Universal Declaration of Human Rights, yaitu
pernyataan Hak Asasi manusia sedunia, diumumkan sebagai suatu
standar pencapaian yang berlaku umum, untuk semua rakyat dan
semua negara. Hak-hak yang disuarakannya disebarkan melalui
pengajaran dan Pendidikan, serta melalui langkah-langkah progresif
secara nasional dan internasional, untuk menjamin pengakuan dan
kepatuhan yang bersifat universal dan efektif terhadap The Universal
Declaration of Human Rights tersebut.
208Bab XI. Pernyataan Umum Hak Asasi Manusia
Dalam penyebarluasan Deklarasi Universal, sebagai standar
ncapaian yang bersifat umum, PBB tidak bermaksud untuk
menjabarkan hak-hak yang telah diakui di mana-mana atau untuk
mengundangkan hak-hak ini di dalam hukum internasional. Justru
peklarasi tersebut mencoba untuk mengajukan norma-norma yang
ada di dalam moralitas-moralitas yang sudah mengalami pencerahan.
Meski tujuan sejumlah besar partisipan Deklarasi itu adalah untuk
menampilkan hak-hak ini di dalam sistem hukum nasional maupun
internasional, hak tersebut dipandang bukan sebagai hak hukum
(/egal rights), melainkan sebagai hak moral yang berlaku secara
universal (universal moral rights) (Paul Sieghart, 1986:80).
Pernyataan umum Hak-hak Asasi Manusia yang disetujui tanggal
40 Desember 1948 ini, dimaksudkan sebagai suatu standar kemajuan
bagi semua rakyat. Rumusan pasal-pasalnya menjelaskan hak-hak
sipil dan politik yang mendasar dan hak ekonomi, sosial dan
kebudayaan yang fundamental yang harus dinikmati oleh manusia di
setiap negara. Sebagai sebuah pernyataan mengenai tujuan dan
prinsip, deklarasi tersebut merupakan suatu langkah evaluasioner
yang besar. Dia tidak punya kekuatan sebagaimana perjanjian dan
konvensi yang harus dipatuhi secara hukum oleh negara menurut
standar internasional, namun deklarasi tersebut secara umum
dianggap memiliki bobot hukum internasional, karena telah diterima
secara luas dan dipergunakan sebagai patokan untuk menilai tindak-
tanduk negara. Banyak negara yang baru merdeka mengutip deklarasi
tersebut atau memasukkan ketentuan-ketentuannya dalam hukum
dan undang-undang dasar mereka. Hak-hak asasi manusia selayak-
nya terus-menerus dilihat dalam cakrawala yang positif, . bukan
diperdebatkan secara licik oleh pihak-pihak yang tidak bersimpati
dalam masyarakat nasional, regional dan global. Hanya dengan
demikianlah perlindungan hak-hak asasi manusia dapat sepenuhnya
bermanfaat. Perkembangan internasional dibidang _kemanusiaan
setelah perang dunia kedua, diwarnai dengan lahirnya persetujuan-
Peuduan internasional yang mengatur masalah hak-hak asasi
nusia. Internasionalisasi masalah hak-hak asasi manusia, melalui
Jara uan-persetujuan internasional ini, menggeser pertimbenset
sebagai pit yang sering digunakan oleh beberapa _ es
urusan h \jata untuk mencegah agar negara lain tidak mencamp!
lak-hak asasi negaranya.
209Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia
PBB sebagai organisasi internasional yang bertanggung jawat
terhadap penyelesaian masalah-masalah internasional, juga tidak
dapat begitu saja mengabaikan masalah hak-hak asasi manusia, Oleh
sebab itu di dalam Piagamnya, PBB mempunyal komitmen untu,
memajukan dan menghormati hak-hak asasi manusia secara universay
tanpa membedakan warna kulit, jenis kelamin, bahasa maupun
agama. Selain itu, negara-negara anggota PBB secara individu, terikat
untuk mengambil tindakan secara sendiri-sendiri maupun bersama-
sama dan bekerjasama dengan PBB, untuk mencapai tujuan yan,
dirumuskan dalam Piagam PBB. Sesuai dengan komitmen ini, Majelis
Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948, menerima Deklarasi
Universal Hak-hak Asasi Manusia yang mencantumkan hak-hak dasar
dan kebebasan fundamental manusia. Deklarasi ini diterima dengan
perbandingan suara: 48 (empat puluh delapan) negara mendukung, 8
(delapan) negara abstein dan tiada satu negara pun yang menentang,
Negara-negara yang mengambil sikap abstein adalah: Beylorussia,
Cekoslovakia, Polandia, Saudi Arabia, Ukrania, Uni Soviet, Persatuan
Afrika Selatan dan Yugoslavia. Walaupun deklarasi ini bukan merupakan
instrumen yang mengikat, beberapa ketentuannya diakui sebagai
prinsip-prinsip umum hukum, selain mencerminkan pertimbangan-
pertimbangan dasar kemanusiaan, juga mempunyai pengaruh hukum
tidak langsung. Deklarasi universal itu kemudian diakui sebagai dasar
lahirnya persetujuan-persetujuan internasional hak-hak asasi manusia
baik dalam tingkat regional’ maupun internasional (R.J. Vincent,
1986:210).
Para pendiri PBB bereaksi terhadap pelanggaran hak-hak asasi
manusia menjelang perang dunia kedua, dan kekejian-kekejian yang
terbongkar menjelang berakhirnya perang, dengan memberikan
tekanan pada masalah hak-hak asasi manusia dalam Piagam PBB.
Piagam tersebut berulang-ulang merujuk pada konsep seperti hak-hak
yang sama; keadilan; kemajuan sosial; kebebasan-kebebasan asasl
dan menyediakan dua bab untuk hak menentukan nasib sendiri dart
rakyat, hak rakyat di mana saja untuk mengatur diri mereka senditi-
Mengikat perhatian pada hak-hak asasi manusia dalam sebum
dokumen yang menyusun tolok ukur baru untuk tindak-tanduk neg
jelas belum pernah ada sebelumnya. Piagam tersebut, mencerm!
pandangan para pendiri bahwa penghormatan atas hak-hal
manusia, erat berkaitan dengan pemeliharaan perdamaianBab XI. Pernyataan Umum Hak Asasi Manusia
rmatan pada hak-hak dasar manusia, dalam batas-bal ri
ee kan kepedulian yang sah dari masyarakat INereces ee
Dilihat dari tingkat pengakuan_hak-hak tersebut di atas, hak
asasi manusia pada umumnya telah memperoleh skala Pengakuan
internasional, sedangkan hak-hak ‘ dasar berhubungan dengan
ngakuan hukum nasional dan menjadi landasan hak-hak lain yang
diatur dalam berbagai Peraturan Perundang-undangan. Pengakuan
hukum nasional itu bisa dalam bentuk Undang-Undang Dasar (UUD)
dan dapat pula dalam bentuk Peraturan Perundang-undangan yang
lain. Deklarasi yang bersifat universal ini berisi 30 (tigapuluh) pasal
tentang hak asasi manusia yang secara garis besar dikelompokkan
menjadi:
1. Hak asasi pribadi (personal rights);
2. Hak asasi di bidang ekonomi (property rights);
3. Hak asasi manusia di bidang sosial budaya (Socia/ and cultural
rights);
4. Hak asasi di bidang politik (political rights);
5. Hak asasi di bidang hukum (/ega/ rights) yang meliputi rights of
legal quality dan procedural rights.
Namun demikian, deklarasi PBB tentang hak-hak asasi manusia
tersebut tidak mempunyai kekuatan mengikat secara hukum, melain-
kan hanya sebagai pedoman, anjuran atau kewajiban moral bagi
Negara-negara di dunia untuk melaksanakan hak asasi manusia di
Negara masing-masing sesuai dengan maksud dan isi serta tujuan dari
deklarasi tersebut,
Bertitik tolak pada pengelompokkan hak asasi manusia dimaksud,
kelompok hak asasi pribadi dan hak asasi sosial ekonomi, sebagai-
mana dimaksud dalam ketentuan pasal 23 deklarasi PBB tentang hak
&sasi manusia 1948, Pasal 23 menentukan (Ian Brownlie, 1993:68):
(2) Setiap orang berhak atas pekerjaan, atas pilinan pekerjaan secara
ae atas kondisi-kondisi kerja yang adil dan menguntungkan
2) Seti atas perlindungan dari pengangguran;
same orang tanpa diskriminasi apapun berhak atas upah yang
(3) Setigy UK Pekerjaan yang sama; sa
an .'2"9 yang bekerja berhak .atas imbalan yang adi
Menguntungkan yang menjamin suatu eksistensi yang layak
3! martabat manusia untuk dirinya sendiri dan et (te
' AL weBab XI. Pernyataan Umum Hak Asasi ia
1. Each State Party ..... undertakes to respect and to ensure
indivic ithin Is it to all
individual within is territory .... the rights re iz '
present covenant. ig! scognized in the
2. «. to adopt such legislative or other measures as may be necessai
to give effect to the rights recognized in the presentcovsiant Wy
Dengan demikian pemenuhan yang timbul dari konvensi ini bagi
negara peserta adalah mutlak dan segera (absolute and immediate).
Hal ini berbeda dengan kewajiban yang timbul pada negara-negara
anggota peserta konvensi internasional tentang hak-hak ekonomi,
sosial dan budaya. Dalam dokumen konvensi ini diakui bahwa
pemenuhan hak-hak yang dijamin hanya dapat dicapai setelah jangka
waktu tertentu, karena diperlukan fasilitas-fasilitas yang dapat
mendukung tercapainya hak-hak yang dirumuskan di dalamnya.
Ketentuan Pasal 2 ayat (1) konvensi tersebut menyatakan; "Fach
States Party .... undertakes to takes steps .... to the maximum of its
available resources, with a view to achieving progressively the full
realization of the rights recognized in the present covenant anit
Di sini pemenuhan kewajiban yang timbul dari konvensi internasional
tentang hak-hak ekonomi, sosial dan budaya adalah relatif dan
progresif (relative and progressive). Berkaitan dengan uraian tersebut,
sifat The Universal Declaration of Human Rights 1948 yang kemudian
ditingkatkan menjadi dua “Covenant” dan satu "optional protocol”
mengandung makna yuridis. Maksudnya berubahnya status yang
semula hanya Declaration, kemudian menjadi “Covenant” dan
“optional protocol’, maka hak-hak asasi manusia itu memperoleh sifat
hukum. Dengan demikian semua negara tidak hanya secara moral
terlibat_ untuk mematuhinya, tetapi juga dituntut untuk meng-
implementasikan hak-hak asasi tersebut pada masing-masing
Negaranya (Scott Davidson, 1993:74). :
Deklarasi Universal tidak hanya meliputi pernyataan hak asasi
manusia di dalam banyak konstitusi nasional, melainkan juga
Sejumlah perjanjian internasional tentang hak asasi. Hal yang pertama
_ yang paling bermakna adalah Konvensi Eropa tentang Hak Asasi
as (European Convention on Human Rights). Konvens! bal
on di Dewan Eropa (European Council) pada 1950 in, mene a
ane yang paling berhasil yang dibentuk demi penegakan ha ar
= lusia, Konvensi ini menyebutkan hak-hak yang Kurang ane
upa dengan yang terdapat di dalam dua puluh satu pasal Pe
213me
Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia
Deklarasi Universal. Konvensi tersebut tidak memuat hak ekonomj dan
hak sosial, hak-hak ini dialihkan ke dalam Perjanjian Sosial Eropa
(European Social Covenant), dokumen yang mengikat para penanda.
tangannya untuk mengangkat soal penyediaan berbagai tunjangan
ekonomi dan sosial sebagai tujuan penting pemerintah. Sejumlah
kalangan mengusulkan, agar suatu pernyataan hak asasi internasiona|
di PBB hendaknya tidak berhenti menjadi sekadar suatu deklarasi,
melainkan juga tampil sebagai norma yang didukung oleh prosedur
penegakan yang mampu mengerahkan tekanan _ internasional,
terhadap negara-negara yang melanggar hak asasi manusia.
2. Sifat Universal Pernyataan Umum Hak Asasi Manusia
Sebagaimana diuraikan pada pembahasan sebelumnya, bahwa
pengaturan hak asasi manusia dalam perkembangan pergaulan
internasional, terutama setelah berakhirnya perang dunia kedua
diwarnai dengan persetujuan-persetujuan internasional yang mengatur
masalah-masalah hak asasi manusia. Internasionalisasi masalah hak-
hak dasar atau hak asasi melalui berbagai persetujuan ini, menggeser
pertimbangan yurisdiksi domestik yang sering digunakan oleh
beberapa negara sebagai alasan untuk mencegah agar negara lain
tidak mencampuri urusan hak asasi negaranya. Analisis yang lebih
lengkap dan mendasar tentang internasionalisasi hak-hak dasar
dikemukakan oleh Gould. Secara jelas Gould (1993:311), menelaah
pemikiran-pemikiran yang berusaha membentuk _ prinsip-prinsip
internasionalisasi hak-hak dasar dan menjamin perdamaian dunia.
Menurutnya dalam teori demokrasi yang mengandung nilai dasar,
penghormatan terhadap hak asasi manusia dan penentuan diri, bila
diterapkan pada hubungan antar bangsa nampaknya akan mengalami
kesulitan. Masalahnya, hak pengaturan diri sebagai bangsa mengabai-
kan adanya pengakuan terhadap kedaulatan negara, untuk mengatur
dan mengurus masalah dalam negerinya sendiri, sedangkan prinsip
hak asasi manusia dan keadilan menuntut adanya intervensi pihak
luar, bilamana pelaksanaannya disuatu negara mengalami hambatan
atau penekanan. .
Gould (1993:312-327) secara taj i ndangan
filsafat dari dua anak yon pete ee ee politik
tradisional yang dikembangkan oleh Hobbes yang berpendapat bahwa
hubungan antar bangsa tidak disentuh oleh prinsip-prinsip moral.Bab XI. Pernyataan Umum Hak Asasi Manusia
Kedaulatan suatu bangsa adalah primer dan setiap negara ber-
u sama lain secara alamiah. Hak negara analog dengan
jan sat 2 ak
he yang mempunyai hak mengurus diri sendiri dan bebas dari
ir juar. Kedua, filsafat politik kontemporer yang mengkritik
intervensi
inangan di atas dan menegaskan, bahwa semua bangsa harus
dipanarni sebagai lebih dari entitas yang serba kuasa dan saling
terpisah dan hubungan antar bangsa harus diikat oleh prinsip-prinsip
moral. Mereka juga mendukung ditegakkannya hak asasi manusia,
melintasi batas kebangsaan dan menekankan keadilan distributif antar
bangsa. Dengan demikian mengizinkan adanya intervensi militer
dalam hak-hak tertentu.
Gould sendiri menganggap bahwa kedua pandangan itu me-
ngandung kelemahan. Menurutnya, mereka yang menekankan
otonomi negara menerima pelecehan hak asasi manusia demi kekuatan
negara. Sementara mereka yang-berpandangan kosmopolitan kurang
memperhatikan proses pengurusan diri atau keragaman budaya,
meskipun mereka mempunyai perhatian pada hak-hak asasi individu
dan keadilan distributif, namun demikian nilai-nilai yang ditekankan
oleh keduanya, tetap merupakan nilai-nilai demokrasi yang fundamental.
Masalahnya, mengapa keduanya seolah-olah tidak selaras dalam
hubungan antar bangsa? Gould melihat bahwa masalahnya, terletak
pada bagaimana mengurutkan nilai-nilai tersebut menurut asal
mulanya. Menurutnya, kedua nilai tersebut harus dipandang dalam
esspeltt nilai yang fundamental, yakni kebebasan. Penghormatan
feneee terhadap kebebasan itulah yang menurut Gould
melputi hake ajaran tentang hak asasi_manusia. Hak asasi itu
tindakan fasar untuk hidup dan merdeka, yang dibutuhkan untuk
pence eee hak-hak lain yang diperlukan dalam proses
aan on diri, Selanjutnya, pengembangan diri ini membutuh-
bersama, goa itu diperoleh dalam kegiatan sosial atau kegiatan
mengan Gitan vy sekelompok orang secara bersama dengan
Mencapai tien lanya kesamaan martabat bahu-membahu dalam
bersama kegin ee mereka. Proses suatu kelompok menentukan
kelompok terse mereka dan dapat disebut sebagai penentuan diri
tu bisa terjadi fis Dalam konteks yang lebih luas, kegiatan bersama
internasional a jam lingkup negara. Oleh karena itu, dalam konteks
ipersyaratkan beat Penentuan diri sendiri oleh semua bangsa
agi partisipasi pembuatan keputusan yang demokrasi.
215=
ra Hukum dan Hak Asasi Manusia
5 dan penentuan diri seperti anajj
Dari analisis baat rng remusia lebih utama dari rae
Gould, nama “bangsa untuk mengurus diri sendiri, sebab
hak Keo kelompok secara normatif, menghendaki kebebasan
CS ea yang berpartisipasi di dalamnya, karena itu kebebasan
indi lebih utama dari pada penentuan diri suatu kelompok atay
hak kolektif. Dengan argumen ini, Gould menyimpulkan_ bahwa
pandangan kaum kosmopolitan bahwa hak asasi manusia itu bersifat
internasional dan melintasi batas-batas kebangsaan atau negara
adalah benar. Konsekuensinya, hak asasi manusia ini harus dijamin
secara internasional dan tidak tergantung pada kehendak suaty
bangsa atau negara. Selain itu, penentuan di i sendiri oleh suatu
negara harus dipahami secara normatif sebagai nilai demokrasi yang
di dalamnya setiap orang mewujudkan hak-hak sosialnya demi tujuan
bersama. Lebih lanjut proses penentuan diri kelompok hanya dapat
dikatakan sah bila berlangsung secara demokratis. Sementara itu, PBB
sebagai organisasi_ internasional yang bertanggung jawab atas
masalah-masalah internasional, tidak dapat begitu saja mengabaikan
masalah-masalah hak asasi, oleh sebab itu dalam Piagamnya, PBB
Mempunyai komitmen untuk memajukan dan menghormati hak asasi
Mmanusia secara universal. Pemikiran_ teoritis argumentatif yang
mendukung pendekatan universal terhadap hak asasi pada umumnya
didasarkan pada beberapa alasan tertentu sebagaimana dikemukakan
oleh (Paul Sieghart, 1986:171):
(a) Pada intinya konsep hak asasi Mengandung arti bahwa hak
tersebut diperuntukkan bagi manusia, jadi hak asasi yang
diberikan pada manusia itu, harus dilihat secara universal tanpa
membedakan ras, agama, kebangsaan maupun budaya;
Konsep hak asasi manusia bersifat umum, tidak terbagi dalam
wilayah-wilayah dan ber!
lakunya tidak memandang batas-batas
wilayah negara;
(c) Kesatuan konsep hak asasi
piagam yang pada kenyata
(d) Kemajuan ilmu dan tekn
terhadap budaya, sehing
bersifat transnasional. Ja
tegas batas budaya dan
(b)
Manusia telah dirumuskan dalam suatu
an diterima oleh setiap negara;
‘logi, membawa pengaruh yang kuat
19a setiap negara saling tergantung dan
idi hampir mustahil menggariskan secara
etnis suatu negara.
216Bab XI. Pernyataan Umum Hak Asasi Manusia
Bangsa Indonesia sebenarnya sejak awal telah mengakui sifat
universal dari hak asasi manusia, pengakuan bangsa Indonesia terhadap
sifat keuniversalan hak asasi manusia tersebut merupakan pengakuan
secara_politis dalam bentuk nilai moral dan pengakuan secara
konstitusional dalam bentuk nilai hukum. Secara politis dalam bentuk
pengakuan moral, dapat dilihat dalam pengertian yang lebih bersifat
umum pada alinea pertama Pembukaan UUD Tahun 1945, dengan
adanya kalimat bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak
semua bangsa, selanjutnya secara konstitusional dapat dilihat dalam
Batang Tubuh UUD Tahun 1945 tentang pasal-pasal hak asasi
manusia, di mana awal kalimatnya menunjuk nilai universal dengan
menyebut setiap orang, demikian pula halnya dalam UU Nomor 39
Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia disebutkan dalam
konsideransnya; bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar yang
secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal. Sifat
universal dari deklarasi tersebut nampak jelas dari perumusannya.
1, Semua artikel dalam deklarasi tersebut senantiasa dimulai
dengan kata-kata yang mengandung makna universal seperti:
everyone, no one, men, women;
Validitasnya tidak terbatas pada negara tertentu;
Deklarasi tersebut tidak hanya merupakan seruan kepada
bangsa-bangsa, tetapi kepada setiap individu dan setiap lembaga
masyarakat;
4. Organ PBB dalam mempertahankan hak-hak asasi manusia demi
tercapainya perdamaian dan keamanan dunia tidak hanya terbatas
pada negara-negara anggota PBB.
Dipandang dari sudut ilmu hukum, 7he Universal Declaration of
Human Rights bukan merupakan perjanjian_internasional, jadi
deklarasi tersebut, tidak memiliki watak hukum. Dengan demikian
Deklarasi tersebut, tidak dimaksudkan mengikat secara hukum.
Artinya deklarasi itu tidak mempunyai kekuatan mengikat secara
hukum (legally binding obligation), melainkan hanya sebagai suatu
Pedoman atau suatu kewajiban moral (moral obligation) saja bagi
bangsa-bangsa di dunia, agar semua negara melaksanakan hak asasi
seal dengan maksud dan isi deklarasi. Jadi deklarasi tersebut,
oo untuk memajukan norma-norma yang ada dalam moralitas,
hig hak-hak yang dirumuskan di dalamnya bukan merupakan hak
‘um, melainkan hak moral yang berlaku secara universal. Isi dari
PR
217Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia
deklarasi tersebut pada hakekatnya merupakan penjabaran dari
ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam program PBB dan Sekaligus
juga merupakan implementasi dari program PBB. Biarpun kada,
implementasi hak-hak asasi itu, berbeda antara satu negara dengan
negara lain, akan tetapi jika dilihat dari sudut penegakannya, lata,
belakang untuk mengedepankan masalah hak-hak asasi, didasarkan
pada keinginan atau usaha untuk menghindari penyalahgunaan
kekuasaan dan hukum dengan alasan politis dari penguasa,
Sehubungan dengan itu, dapat dipahami bahwa timbulnya keinginan,
untuk merumuskan hak dalam suatu naskah_internasional adalah
untuk menjamin dan melindungi hak-hak asasi manusia.
218