You are on page 1of 11
BAB XI PERNYATAAN UMUM HAK ASASI MANUSIA 4, Makna Pernyataan Umum Hak Asasi Manusia Ide dasar tentang hak asasi manusia yang dirumuskan dalam The Universal Declaration of Human Rights, merupakan hasil penalaran yang diperoleh selama berlangsungnya perang dunia kedua. Selama perang tersebut, dipandang dari segi kelangsungan hidup manusia, terlinat bahwa timbul ancaman berbahaya dari pemerintahan kaum nazi di bawah pimpinan Hitler, di mana tidak terlindunginya kehidupan dan kebebasan manusia. Melihat kenyataan tersebut, negara sekutu mencoba membangun perhatian dunia internasional, dengan ber- pedoman pada Deklarasi PBB yang terbit pada tanggal 1 Januari 1942, yang pada pokoknya berisi; bahwa kemenangan adalah penting untuk menjaga kehidupan, kebebasan, independensi dan kebebasan beragama, serta untuk mempertahankan hak asasi manusia dan keadilan. Dalam pesan berikutnya yang ditujukan kepada Kongres, Presiden Franklin D. Roosevelt mengidentifikasikan, empat kebebasan yang diupayakan untuk dipertahankan di dalam perang tersebut, yaitu: kebebasan berbicara dan berekspresi, kebebasan beragama, kebebasan dari hidup berkekurangan, dan kebebasan dari ketakutan akan perang, pembunuhan dan kerusakan dahsyat yang ditimbulkan. Perang dunia kedua, menggugah suatu kebulatan tekad masyarakat internasional untuk melakukan sesuatu, guna mencegah timbul kehancuran peradaban manusia, membangun sebuah organisasi internasional yang sanggup meredakan krisis internasional serta menyediakan suatu forum untuk diskusi dan mediasi. Organisasi ini adalah PBB yang telah memainkan peran utama dalam Pengembangan pandangan kontemporer tentang hak asasi manusia. Para pendiri PBB, yakin bahwa pengurangan kemungkinan perang mensyaratkan adanya pencegahan atas pelanggaran besar-besaran terhadap hak-hak manusia. a ees Universal Hak Asasi Manusia (The Universal eciaation perubahen Rights) pada tahun 1948, telah menyebabkan terja ae pander aus global di dunia internasional, untuk mengubah care ng dan kesadaran terhadap pentingnya perlindungan hak asas! manusia, Meningkatn i ‘onal mengenal SSU hak asas) nya kesadaran masyarakat internasiona’ Mo, Manusia ini, merupakan langkah maju dalam kel 207 Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia bernegara secara demokratis, menuju sistem kenegaraan yang men- junjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia. Dengan dituangkannya nilai-nilai hak asasi manusia yang terkandung di dalam Deklarasj Universal Hak Asasi Manusia tersebut, telah membawa perubahan sistem pemerintahan di belahan dunia, membentuk masyarakat yang menaruh penghormatan terhadap_nilai-nilai hak asasi manusia, dengan cara menjadikan nilai-nilai hak asasi manusia sebagai bagian dari Konstitusi yang menjadi landasan yuridis tertinggi dalam kehidupan bernegara (R.P. Forsythe, 1983:201). Naskah awal Piagam PBB, memuat ketentuan tentang hak asasi manusia yang harus dianut oleh negara mana pun yang bergabung di dalam organisasi tersebut, namun sejumlah kesulitan muncul, berkenaan dengan pemberlakuan ketentuan semacam itu, karena mencemaskan prospek kedaulatan mereka, banyak negara bersedia untuk mengembangkan hak asasi manusia, namun tidak bersedia melindungi hak tersebut. Akhirnya diputuskan, untuk memasukkan sebagian saja acuan tentang hak asasi manusia di dalam Piagam PBB, di samping menugaskan kepada Komisi Hak Asasi Manusia PBB, untuk merumuskan pernyataan internasional tentang hak asasi manusia. Piagam itu sendiri menegaskan kembali, keyakinan akan hak asasi manusia yang mendasar akan martabat dan harkat manusia, akan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, serta antara negara besar dan negara kecil. Para penandatangannya mengikrarkan diri, untuk melakukan aksi bersama dan terpisah, dalam kerja sama dengan organisasi ini untuk memperjuangkan penghargaan universal terhadap hak asasi manusia, serta kebebasan-kebebasan mendasar untuk seluruh manusia, tanpa membedakan ras, jenis kelamin, bahasa atau agama. : Komisi Hak Asasi Manusia PBB, mempersiapkan sebuah pernyataan internasional, tentang hak asasi manusia yang disetujui oleh Majelis Umum pada tanggal 10 Desember 1948. Pernyataan ini, adalah apa yang dikenal dengan Universal Declaration of Human Rights, yaitu pernyataan Hak Asasi manusia sedunia, diumumkan sebagai suatu standar pencapaian yang berlaku umum, untuk semua rakyat dan semua negara. Hak-hak yang disuarakannya disebarkan melalui pengajaran dan Pendidikan, serta melalui langkah-langkah progresif secara nasional dan internasional, untuk menjamin pengakuan dan kepatuhan yang bersifat universal dan efektif terhadap The Universal Declaration of Human Rights tersebut. 208 Bab XI. Pernyataan Umum Hak Asasi Manusia Dalam penyebarluasan Deklarasi Universal, sebagai standar ncapaian yang bersifat umum, PBB tidak bermaksud untuk menjabarkan hak-hak yang telah diakui di mana-mana atau untuk mengundangkan hak-hak ini di dalam hukum internasional. Justru peklarasi tersebut mencoba untuk mengajukan norma-norma yang ada di dalam moralitas-moralitas yang sudah mengalami pencerahan. Meski tujuan sejumlah besar partisipan Deklarasi itu adalah untuk menampilkan hak-hak ini di dalam sistem hukum nasional maupun internasional, hak tersebut dipandang bukan sebagai hak hukum (/egal rights), melainkan sebagai hak moral yang berlaku secara universal (universal moral rights) (Paul Sieghart, 1986:80). Pernyataan umum Hak-hak Asasi Manusia yang disetujui tanggal 40 Desember 1948 ini, dimaksudkan sebagai suatu standar kemajuan bagi semua rakyat. Rumusan pasal-pasalnya menjelaskan hak-hak sipil dan politik yang mendasar dan hak ekonomi, sosial dan kebudayaan yang fundamental yang harus dinikmati oleh manusia di setiap negara. Sebagai sebuah pernyataan mengenai tujuan dan prinsip, deklarasi tersebut merupakan suatu langkah evaluasioner yang besar. Dia tidak punya kekuatan sebagaimana perjanjian dan konvensi yang harus dipatuhi secara hukum oleh negara menurut standar internasional, namun deklarasi tersebut secara umum dianggap memiliki bobot hukum internasional, karena telah diterima secara luas dan dipergunakan sebagai patokan untuk menilai tindak- tanduk negara. Banyak negara yang baru merdeka mengutip deklarasi tersebut atau memasukkan ketentuan-ketentuannya dalam hukum dan undang-undang dasar mereka. Hak-hak asasi manusia selayak- nya terus-menerus dilihat dalam cakrawala yang positif, . bukan diperdebatkan secara licik oleh pihak-pihak yang tidak bersimpati dalam masyarakat nasional, regional dan global. Hanya dengan demikianlah perlindungan hak-hak asasi manusia dapat sepenuhnya bermanfaat. Perkembangan internasional dibidang _kemanusiaan setelah perang dunia kedua, diwarnai dengan lahirnya persetujuan- Peuduan internasional yang mengatur masalah hak-hak asasi nusia. Internasionalisasi masalah hak-hak asasi manusia, melalui Jara uan-persetujuan internasional ini, menggeser pertimbenset sebagai pit yang sering digunakan oleh beberapa _ es urusan h \jata untuk mencegah agar negara lain tidak mencamp! lak-hak asasi negaranya. 209 Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia PBB sebagai organisasi internasional yang bertanggung jawat terhadap penyelesaian masalah-masalah internasional, juga tidak dapat begitu saja mengabaikan masalah hak-hak asasi manusia, Oleh sebab itu di dalam Piagamnya, PBB mempunyal komitmen untu, memajukan dan menghormati hak-hak asasi manusia secara universay tanpa membedakan warna kulit, jenis kelamin, bahasa maupun agama. Selain itu, negara-negara anggota PBB secara individu, terikat untuk mengambil tindakan secara sendiri-sendiri maupun bersama- sama dan bekerjasama dengan PBB, untuk mencapai tujuan yan, dirumuskan dalam Piagam PBB. Sesuai dengan komitmen ini, Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948, menerima Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia yang mencantumkan hak-hak dasar dan kebebasan fundamental manusia. Deklarasi ini diterima dengan perbandingan suara: 48 (empat puluh delapan) negara mendukung, 8 (delapan) negara abstein dan tiada satu negara pun yang menentang, Negara-negara yang mengambil sikap abstein adalah: Beylorussia, Cekoslovakia, Polandia, Saudi Arabia, Ukrania, Uni Soviet, Persatuan Afrika Selatan dan Yugoslavia. Walaupun deklarasi ini bukan merupakan instrumen yang mengikat, beberapa ketentuannya diakui sebagai prinsip-prinsip umum hukum, selain mencerminkan pertimbangan- pertimbangan dasar kemanusiaan, juga mempunyai pengaruh hukum tidak langsung. Deklarasi universal itu kemudian diakui sebagai dasar lahirnya persetujuan-persetujuan internasional hak-hak asasi manusia baik dalam tingkat regional’ maupun internasional (R.J. Vincent, 1986:210). Para pendiri PBB bereaksi terhadap pelanggaran hak-hak asasi manusia menjelang perang dunia kedua, dan kekejian-kekejian yang terbongkar menjelang berakhirnya perang, dengan memberikan tekanan pada masalah hak-hak asasi manusia dalam Piagam PBB. Piagam tersebut berulang-ulang merujuk pada konsep seperti hak-hak yang sama; keadilan; kemajuan sosial; kebebasan-kebebasan asasl dan menyediakan dua bab untuk hak menentukan nasib sendiri dart rakyat, hak rakyat di mana saja untuk mengatur diri mereka senditi- Mengikat perhatian pada hak-hak asasi manusia dalam sebum dokumen yang menyusun tolok ukur baru untuk tindak-tanduk neg jelas belum pernah ada sebelumnya. Piagam tersebut, mencerm! pandangan para pendiri bahwa penghormatan atas hak-hal manusia, erat berkaitan dengan pemeliharaan perdamaian Bab XI. Pernyataan Umum Hak Asasi Manusia rmatan pada hak-hak dasar manusia, dalam batas-bal ri ee kan kepedulian yang sah dari masyarakat INereces ee Dilihat dari tingkat pengakuan_hak-hak tersebut di atas, hak asasi manusia pada umumnya telah memperoleh skala Pengakuan internasional, sedangkan hak-hak ‘ dasar berhubungan dengan ngakuan hukum nasional dan menjadi landasan hak-hak lain yang diatur dalam berbagai Peraturan Perundang-undangan. Pengakuan hukum nasional itu bisa dalam bentuk Undang-Undang Dasar (UUD) dan dapat pula dalam bentuk Peraturan Perundang-undangan yang lain. Deklarasi yang bersifat universal ini berisi 30 (tigapuluh) pasal tentang hak asasi manusia yang secara garis besar dikelompokkan menjadi: 1. Hak asasi pribadi (personal rights); 2. Hak asasi di bidang ekonomi (property rights); 3. Hak asasi manusia di bidang sosial budaya (Socia/ and cultural rights); 4. Hak asasi di bidang politik (political rights); 5. Hak asasi di bidang hukum (/ega/ rights) yang meliputi rights of legal quality dan procedural rights. Namun demikian, deklarasi PBB tentang hak-hak asasi manusia tersebut tidak mempunyai kekuatan mengikat secara hukum, melain- kan hanya sebagai pedoman, anjuran atau kewajiban moral bagi Negara-negara di dunia untuk melaksanakan hak asasi manusia di Negara masing-masing sesuai dengan maksud dan isi serta tujuan dari deklarasi tersebut, Bertitik tolak pada pengelompokkan hak asasi manusia dimaksud, kelompok hak asasi pribadi dan hak asasi sosial ekonomi, sebagai- mana dimaksud dalam ketentuan pasal 23 deklarasi PBB tentang hak &sasi manusia 1948, Pasal 23 menentukan (Ian Brownlie, 1993:68): (2) Setiap orang berhak atas pekerjaan, atas pilinan pekerjaan secara ae atas kondisi-kondisi kerja yang adil dan menguntungkan 2) Seti atas perlindungan dari pengangguran; same orang tanpa diskriminasi apapun berhak atas upah yang (3) Setigy UK Pekerjaan yang sama; sa an .'2"9 yang bekerja berhak .atas imbalan yang adi Menguntungkan yang menjamin suatu eksistensi yang layak 3! martabat manusia untuk dirinya sendiri dan et (te ' AL we Bab XI. Pernyataan Umum Hak Asasi ia 1. Each State Party ..... undertakes to respect and to ensure indivic ithin Is it to all individual within is territory .... the rights re iz ' present covenant. ig! scognized in the 2. «. to adopt such legislative or other measures as may be necessai to give effect to the rights recognized in the presentcovsiant Wy Dengan demikian pemenuhan yang timbul dari konvensi ini bagi negara peserta adalah mutlak dan segera (absolute and immediate). Hal ini berbeda dengan kewajiban yang timbul pada negara-negara anggota peserta konvensi internasional tentang hak-hak ekonomi, sosial dan budaya. Dalam dokumen konvensi ini diakui bahwa pemenuhan hak-hak yang dijamin hanya dapat dicapai setelah jangka waktu tertentu, karena diperlukan fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung tercapainya hak-hak yang dirumuskan di dalamnya. Ketentuan Pasal 2 ayat (1) konvensi tersebut menyatakan; "Fach States Party .... undertakes to takes steps .... to the maximum of its available resources, with a view to achieving progressively the full realization of the rights recognized in the present covenant anit Di sini pemenuhan kewajiban yang timbul dari konvensi internasional tentang hak-hak ekonomi, sosial dan budaya adalah relatif dan progresif (relative and progressive). Berkaitan dengan uraian tersebut, sifat The Universal Declaration of Human Rights 1948 yang kemudian ditingkatkan menjadi dua “Covenant” dan satu "optional protocol” mengandung makna yuridis. Maksudnya berubahnya status yang semula hanya Declaration, kemudian menjadi “Covenant” dan “optional protocol’, maka hak-hak asasi manusia itu memperoleh sifat hukum. Dengan demikian semua negara tidak hanya secara moral terlibat_ untuk mematuhinya, tetapi juga dituntut untuk meng- implementasikan hak-hak asasi tersebut pada masing-masing Negaranya (Scott Davidson, 1993:74). : Deklarasi Universal tidak hanya meliputi pernyataan hak asasi manusia di dalam banyak konstitusi nasional, melainkan juga Sejumlah perjanjian internasional tentang hak asasi. Hal yang pertama _ yang paling bermakna adalah Konvensi Eropa tentang Hak Asasi as (European Convention on Human Rights). Konvens! bal on di Dewan Eropa (European Council) pada 1950 in, mene a ane yang paling berhasil yang dibentuk demi penegakan ha ar = lusia, Konvensi ini menyebutkan hak-hak yang Kurang ane upa dengan yang terdapat di dalam dua puluh satu pasal Pe 213 me Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia Deklarasi Universal. Konvensi tersebut tidak memuat hak ekonomj dan hak sosial, hak-hak ini dialihkan ke dalam Perjanjian Sosial Eropa (European Social Covenant), dokumen yang mengikat para penanda. tangannya untuk mengangkat soal penyediaan berbagai tunjangan ekonomi dan sosial sebagai tujuan penting pemerintah. Sejumlah kalangan mengusulkan, agar suatu pernyataan hak asasi internasiona| di PBB hendaknya tidak berhenti menjadi sekadar suatu deklarasi, melainkan juga tampil sebagai norma yang didukung oleh prosedur penegakan yang mampu mengerahkan tekanan _ internasional, terhadap negara-negara yang melanggar hak asasi manusia. 2. Sifat Universal Pernyataan Umum Hak Asasi Manusia Sebagaimana diuraikan pada pembahasan sebelumnya, bahwa pengaturan hak asasi manusia dalam perkembangan pergaulan internasional, terutama setelah berakhirnya perang dunia kedua diwarnai dengan persetujuan-persetujuan internasional yang mengatur masalah-masalah hak asasi manusia. Internasionalisasi masalah hak- hak dasar atau hak asasi melalui berbagai persetujuan ini, menggeser pertimbangan yurisdiksi domestik yang sering digunakan oleh beberapa negara sebagai alasan untuk mencegah agar negara lain tidak mencampuri urusan hak asasi negaranya. Analisis yang lebih lengkap dan mendasar tentang internasionalisasi hak-hak dasar dikemukakan oleh Gould. Secara jelas Gould (1993:311), menelaah pemikiran-pemikiran yang berusaha membentuk _ prinsip-prinsip internasionalisasi hak-hak dasar dan menjamin perdamaian dunia. Menurutnya dalam teori demokrasi yang mengandung nilai dasar, penghormatan terhadap hak asasi manusia dan penentuan diri, bila diterapkan pada hubungan antar bangsa nampaknya akan mengalami kesulitan. Masalahnya, hak pengaturan diri sebagai bangsa mengabai- kan adanya pengakuan terhadap kedaulatan negara, untuk mengatur dan mengurus masalah dalam negerinya sendiri, sedangkan prinsip hak asasi manusia dan keadilan menuntut adanya intervensi pihak luar, bilamana pelaksanaannya disuatu negara mengalami hambatan atau penekanan. . Gould (1993:312-327) secara taj i ndangan filsafat dari dua anak yon pete ee ee politik tradisional yang dikembangkan oleh Hobbes yang berpendapat bahwa hubungan antar bangsa tidak disentuh oleh prinsip-prinsip moral. Bab XI. Pernyataan Umum Hak Asasi Manusia Kedaulatan suatu bangsa adalah primer dan setiap negara ber- u sama lain secara alamiah. Hak negara analog dengan jan sat 2 ak he yang mempunyai hak mengurus diri sendiri dan bebas dari ir juar. Kedua, filsafat politik kontemporer yang mengkritik intervensi inangan di atas dan menegaskan, bahwa semua bangsa harus dipanarni sebagai lebih dari entitas yang serba kuasa dan saling terpisah dan hubungan antar bangsa harus diikat oleh prinsip-prinsip moral. Mereka juga mendukung ditegakkannya hak asasi manusia, melintasi batas kebangsaan dan menekankan keadilan distributif antar bangsa. Dengan demikian mengizinkan adanya intervensi militer dalam hak-hak tertentu. Gould sendiri menganggap bahwa kedua pandangan itu me- ngandung kelemahan. Menurutnya, mereka yang menekankan otonomi negara menerima pelecehan hak asasi manusia demi kekuatan negara. Sementara mereka yang-berpandangan kosmopolitan kurang memperhatikan proses pengurusan diri atau keragaman budaya, meskipun mereka mempunyai perhatian pada hak-hak asasi individu dan keadilan distributif, namun demikian nilai-nilai yang ditekankan oleh keduanya, tetap merupakan nilai-nilai demokrasi yang fundamental. Masalahnya, mengapa keduanya seolah-olah tidak selaras dalam hubungan antar bangsa? Gould melihat bahwa masalahnya, terletak pada bagaimana mengurutkan nilai-nilai tersebut menurut asal mulanya. Menurutnya, kedua nilai tersebut harus dipandang dalam esspeltt nilai yang fundamental, yakni kebebasan. Penghormatan feneee terhadap kebebasan itulah yang menurut Gould melputi hake ajaran tentang hak asasi_manusia. Hak asasi itu tindakan fasar untuk hidup dan merdeka, yang dibutuhkan untuk pence eee hak-hak lain yang diperlukan dalam proses aan on diri, Selanjutnya, pengembangan diri ini membutuh- bersama, goa itu diperoleh dalam kegiatan sosial atau kegiatan mengan Gitan vy sekelompok orang secara bersama dengan Mencapai tien lanya kesamaan martabat bahu-membahu dalam bersama kegin ee mereka. Proses suatu kelompok menentukan kelompok terse mereka dan dapat disebut sebagai penentuan diri tu bisa terjadi fis Dalam konteks yang lebih luas, kegiatan bersama internasional a jam lingkup negara. Oleh karena itu, dalam konteks ipersyaratkan beat Penentuan diri sendiri oleh semua bangsa agi partisipasi pembuatan keputusan yang demokrasi. 215 = ra Hukum dan Hak Asasi Manusia 5 dan penentuan diri seperti anajj Dari analisis baat rng remusia lebih utama dari rae Gould, nama “bangsa untuk mengurus diri sendiri, sebab hak Keo kelompok secara normatif, menghendaki kebebasan CS ea yang berpartisipasi di dalamnya, karena itu kebebasan indi lebih utama dari pada penentuan diri suatu kelompok atay hak kolektif. Dengan argumen ini, Gould menyimpulkan_ bahwa pandangan kaum kosmopolitan bahwa hak asasi manusia itu bersifat internasional dan melintasi batas-batas kebangsaan atau negara adalah benar. Konsekuensinya, hak asasi manusia ini harus dijamin secara internasional dan tidak tergantung pada kehendak suaty bangsa atau negara. Selain itu, penentuan di i sendiri oleh suatu negara harus dipahami secara normatif sebagai nilai demokrasi yang di dalamnya setiap orang mewujudkan hak-hak sosialnya demi tujuan bersama. Lebih lanjut proses penentuan diri kelompok hanya dapat dikatakan sah bila berlangsung secara demokratis. Sementara itu, PBB sebagai organisasi_ internasional yang bertanggung jawab atas masalah-masalah internasional, tidak dapat begitu saja mengabaikan masalah-masalah hak asasi, oleh sebab itu dalam Piagamnya, PBB Mempunyai komitmen untuk memajukan dan menghormati hak asasi Mmanusia secara universal. Pemikiran_ teoritis argumentatif yang mendukung pendekatan universal terhadap hak asasi pada umumnya didasarkan pada beberapa alasan tertentu sebagaimana dikemukakan oleh (Paul Sieghart, 1986:171): (a) Pada intinya konsep hak asasi Mengandung arti bahwa hak tersebut diperuntukkan bagi manusia, jadi hak asasi yang diberikan pada manusia itu, harus dilihat secara universal tanpa membedakan ras, agama, kebangsaan maupun budaya; Konsep hak asasi manusia bersifat umum, tidak terbagi dalam wilayah-wilayah dan ber! lakunya tidak memandang batas-batas wilayah negara; (c) Kesatuan konsep hak asasi piagam yang pada kenyata (d) Kemajuan ilmu dan tekn terhadap budaya, sehing bersifat transnasional. Ja tegas batas budaya dan (b) Manusia telah dirumuskan dalam suatu an diterima oleh setiap negara; ‘logi, membawa pengaruh yang kuat 19a setiap negara saling tergantung dan idi hampir mustahil menggariskan secara etnis suatu negara. 216 Bab XI. Pernyataan Umum Hak Asasi Manusia Bangsa Indonesia sebenarnya sejak awal telah mengakui sifat universal dari hak asasi manusia, pengakuan bangsa Indonesia terhadap sifat keuniversalan hak asasi manusia tersebut merupakan pengakuan secara_politis dalam bentuk nilai moral dan pengakuan secara konstitusional dalam bentuk nilai hukum. Secara politis dalam bentuk pengakuan moral, dapat dilihat dalam pengertian yang lebih bersifat umum pada alinea pertama Pembukaan UUD Tahun 1945, dengan adanya kalimat bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak semua bangsa, selanjutnya secara konstitusional dapat dilihat dalam Batang Tubuh UUD Tahun 1945 tentang pasal-pasal hak asasi manusia, di mana awal kalimatnya menunjuk nilai universal dengan menyebut setiap orang, demikian pula halnya dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia disebutkan dalam konsideransnya; bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal. Sifat universal dari deklarasi tersebut nampak jelas dari perumusannya. 1, Semua artikel dalam deklarasi tersebut senantiasa dimulai dengan kata-kata yang mengandung makna universal seperti: everyone, no one, men, women; Validitasnya tidak terbatas pada negara tertentu; Deklarasi tersebut tidak hanya merupakan seruan kepada bangsa-bangsa, tetapi kepada setiap individu dan setiap lembaga masyarakat; 4. Organ PBB dalam mempertahankan hak-hak asasi manusia demi tercapainya perdamaian dan keamanan dunia tidak hanya terbatas pada negara-negara anggota PBB. Dipandang dari sudut ilmu hukum, 7he Universal Declaration of Human Rights bukan merupakan perjanjian_internasional, jadi deklarasi tersebut, tidak memiliki watak hukum. Dengan demikian Deklarasi tersebut, tidak dimaksudkan mengikat secara hukum. Artinya deklarasi itu tidak mempunyai kekuatan mengikat secara hukum (legally binding obligation), melainkan hanya sebagai suatu Pedoman atau suatu kewajiban moral (moral obligation) saja bagi bangsa-bangsa di dunia, agar semua negara melaksanakan hak asasi seal dengan maksud dan isi deklarasi. Jadi deklarasi tersebut, oo untuk memajukan norma-norma yang ada dalam moralitas, hig hak-hak yang dirumuskan di dalamnya bukan merupakan hak ‘um, melainkan hak moral yang berlaku secara universal. Isi dari PR 217 Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia deklarasi tersebut pada hakekatnya merupakan penjabaran dari ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam program PBB dan Sekaligus juga merupakan implementasi dari program PBB. Biarpun kada, implementasi hak-hak asasi itu, berbeda antara satu negara dengan negara lain, akan tetapi jika dilihat dari sudut penegakannya, lata, belakang untuk mengedepankan masalah hak-hak asasi, didasarkan pada keinginan atau usaha untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan dan hukum dengan alasan politis dari penguasa, Sehubungan dengan itu, dapat dipahami bahwa timbulnya keinginan, untuk merumuskan hak dalam suatu naskah_internasional adalah untuk menjamin dan melindungi hak-hak asasi manusia. 218

You might also like