You are on page 1of 16

UNDERSTANDING COWORKING SPACE AS A NEW

CONCEPT OF WORKPLACE
(A STUDY ON COWORKING SPACES IN MALANG CITY)

Kandanu Asyhar
Faculty of Economics and Business, Brawijaya University
kandanu@student.ub.ac.id

Advisor:
Rahaditya Yunianto, SE., MM.

Abstract: This study aims to explore the existence of coworking space as a new concept
of workplace for independent workers. The qualitative phenomenological study uses
descriptive research design. The data was collected by conducting structured and informal
interviews as well as the combination of both with ten respondents in five coworking
spaces selected through snowball sampling process. The verbatim data was processed
through data reduction, data display, and conclusion drawing & verification. The results
of this study indicate that coworking space is in great demand and popular among
independent workers, such as entrepreneurs and startups. Its easy access to facilities and
infrastructures that support flexible and dynamic work, semi-formality, and communal
and collaborative work environments are attractive for coworking space users. The
implementation of coworking space management and personnel empowerment was
carried out by place managers or community managers through clerical or administrative
functions. The transition to technology-based work increases the demand for affordable,
flexible, and dynamic workplaces, so coworking space can meet the criteria for a
workplace in such a way.

Keywords: coworking space, workplace, innovation, independent workers,


entrepreneurship, work community, collaboration.
MEMAHAMI COWORKING SPACE (RUANG KERJA
BERSAMA) SEBAGAI KONSEP BARU TEMPAT BEKERJA
(STUDI PADA COWORKING SPACE DI KOTA MALANG)

Kandanu Asyhar
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
kandanu@student.ub.ac.id

Dosen Pembimbing:
Rahaditya Yunianto, SE., MM.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendalami tentang keberadaan coworking space
sebagai konsep baru tempat bekerja bagi kalangan pekerja independen. Dalam penelitian
ini digunakan metode penelitian dengan pendekatan kualitatif dengan desain penelitian
deskriptif menggunakan studi fenomenologi. Penelitian dilaksanakan pada lima
coworking space dengan pengumpulan data verbatim melalui wawancara terstruktur dan
informal dari kombinasi sepuluh informan yang diperoleh melalui proses snowball
sampling. Data verbatim yang diperoleh diolah melalui proses reduksi data, penjabaran
data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa coworking space banyak diminati dan populer di kalangan pekerja independen,
seperti wirausahawan, wiraswasta, dan startup. Kemudahan akses pada fasilitas/sarana
dan prasarana penunjang kerja yang fleksibel dan dinamis, lingkungan kerja semi formal,
komunal, dan kolaboratif menjadi daya tarik bagi para pengguna coworking space.
Pelaksanaan pengelolaan coworking space dan pemberdayaan personalia dilakukan oleh
pengelola tempat atau community manager dengan menjalankan fungsi klerikal /
administratif. Peralihan akan pekerjaan berbasis teknologi meningkatkan permintaan akan
tempat bekerja yang terjangkau, fleksibel, dan dinamis. Coworking space dapat
memenuhi kriteria tempat bekerja yang sedemikian rupa.

Kata Kunci: coworking space, tempat bekerja, inovasi, pekerja independen, wirausaha,
komunitas kerja, kolaborasi.
Kemudahan memperoleh fasilitas Generasi yang lebih muda saat ini
teknologi informasi melalui internet mulai bergabung dalam angkatan kerja
dan tingginya dinamika pekerjaan baru dan mewakili mayoritas terbanyak
menciptakan suatu revolusi baru sebagai anggota/ member dari
mengenai cara masyarakat melakukan coworking space. Generasi Y atau
pekerjaannya yang kini telah banyak generasi Millennial, yang lahir antara
dilakukan dengan teknologi berbasis tahun 1980 dan 1990 merupakan
digital. Adanya infrastruktur teknologi digital natives. Generasi milenial
digital abad ke-21 kini memunculkan adalah profesional muda yang
ekonomi berbagi (sharing economy) mengubah arah peradaban kerja
baru yang radikal yang mengubah cara melalui budaya perusahaan dan
mengelola, menggerakkan, dan kehidupan keseharian dengan menjadi
memindahkan kehidupan ekonomi pekerja-pekerja independen seperti
(Rifkin 2011). freelance ataupun entrepreneur yang
Dessler (2014) menyatakan bahwa bekerja untuk orang lain ataupun
saat ini pekerjaan-pekerjaan dialihkan mendirikan start-up (Schürmann,
pada pekerja nontradisional yang 2013). Berdasarkan Independent
mayoritas dari orang-orang tersebut Workforce Index tahun 2012 digital
adalah pekerja paruh waktu, pekerja natives telah mewakili 21% dari
honorer, pekerja kontrak, pekerja tim, seluruh wiraswasta (self employed) dan
dan pekerja lepas atau independen. pekerja lepas (freelance), ini
Pekerja nontradisional adalah pekerja diperkirakan akan terus meningkat
yang bersifat kontinjensi dan bekerja seiring pertumbuhan ekonomi (MBO
dalam skema bekerja alternatif. Partners, 2012).
Gandini (2016) lebih lanjut Sebagian dari perekonomian saat ini
menjabarkan akan masuknya angkatan membutuhkan suatu konfigurasi kerja
kerja pendatang yang baru di lapangan yang berbeda, dan sebagai hasilnya,
pekerjaan. Angkatan kerja tersebut coworking space (ruang kerja bersama)
diantaranya termasuk pula pekerja telah muncul sebagai bentuk tipe
lepas dan pekerja paruh waktu. Hal ini kantor yang baru. Pekerja independen
diikuti dengan adanya peningkatan seperti kaum nomaden digital (digital
fleksibilitas pada kondisi, tempat dan nomads) tidak lagi membutuhkan
waktu bekerja dari para tenaga ahli tempat untuk bekerja yang bersifat
profesional. Kemampuan pekerja menetap di dalam suatu gedung atau
independen yang dapat mengambil kantor seperti pada umumnya. Generasi
proyek dan mengerjakannya dalam digital mulai dari generasi Y atau
masa kontrak tertentu menjadi salah generasi Milenium/Milenial hingga
satu alternatif untuk merekrut bagi generasi Z menginginkan kebebasan
Manajer SDM (Schürmann, 2013). dan independensi dalam pekerjaan dan
karier. Kalangan generasi Milenial
menuntut adanya pilihan dan terdapat beberapa coworking space.
fleksibilitas mulai dari tempat dan cara Diantaranya yaitu Ngalup.Co, DILo
untuk bekerja (Jones, 2013). Malang, Malang Digital Core, Ruang
Tidak terlepas dari arus globalisasi, Perintis dan Gartenhaus (Fatimah,
Malang kini telah bertransformasi 2017; Novaya, 2018, Saparudin, 2019).
menjadi sebuah kota modern yang Mengadakan penelitian mengenai
mulai berkembang dan dipadati oleh coworking space tentunya akan dapat
kegiatan-kegiatan perekonomian. memberikan kontribusi dari segi
Perekonomian di Malang digerakkan disiplin ilmiah untuk membantu pihak
oleh berbagai bentuk usaha kecil dan penyelenggara coworking space agar
menengah yang dijalankan oleh dapat meningkatkan kualitas
kalangan-kalangan wirausahawan yang pengelolaan tempat dan pemberdayaan
banyak diantaranya berasal dari sumber daya manusia yang ada dalam
kalangan muda. Kota Malang coworking space. Begitu pula bagi
merupakan salah satu kota pendidikan pelaku pemberi kerja/majikan untuk
di Indonesia yang banyak menampung dapat memanfaatkan eksistensi dari
pelajar mahasiswa dari berbagai tempat coworking space sebagai salah satu
di Indonesia. Hal ini membuat Malang sumber tenaga kerja handal dan sebagai
memiliki potensi yang besar bagi tempat alternatif menyelenggarakan
wirausaha muda untuk berkembang kegiatan kerja. Maka dari itu penelitian
(RRI Malang, 2017). Ketatnya ini bertujuan untuk nantinya agar dapat
persaingan dalam dunia kerja dimanfaatkan dan digunakan sebagai
mendorong kalangan muda untuk pembuka wawasan mengenai topik
memulai usahanya sendiri. Banyak yang berkenaan dengan coworking
diantaranya telah menggunakan space bagi berbagai pihak demi
fasilitas dalam jaringan/daring (online) kepentingan pengembangan ataupun
sebagai penunjang usaha untuk studi dan penelitian di masa depan
memasarkan produk-produk mereka mengenai ragam peluang dan model
(Antara Jatim, 2015). Merebaknya bisnis mutakhir yang telah banyak
usaha rintisan (start-up) di Indonesia berkembang di tengah perekonomian
menciptakan iklim baru bagi dunia.
pertumbuhan bisnis penyediaan ruang
kerja bersama atau co-working space. METODE
Jaringan ruang kerja berbayar dengan Penelitian ini ditujukan untuk
beragam fasilitas ini menjadi opsi mendalami mengenai pemahaman dari
berkantor bagi wirausaha pemula coworking space sebagai konsep baru
tempat bekerja untuk kalangan pekerja,
(Mediana, 2017).
baik dari angkatan pekerja lama
Sebagai implikasi akan globalisasi
ataupun pekerja pendatang / baru.
dan pertumbuhan teknologi berbasis
Karena topik dari penelitian merupakan
digital, kini di Kota Malang telah fenomena yang relatif baru dan
merupakan sebuah konsep maka untuk Dalam penelitian ini informan yang
itu dipilih dan digunakan metode ditentukan adalah berbagai pihak yang
kualitatif dengan desain penelitian memiliki keterkaitan dengan coworking
deskriptif menggunakan studi space. Informan-informan tersebut
fenomenologi. Penelitian dilaksanakan diantaranya adalah pemilik, pengelola,
pada lima coworking space dengan pengguna jasa / pelanggan / member /
pengumpulan data verbatim tenant / anggota dari coworking space
(Moustakas, 1994) melalui wawancara yang berada di wilayah Kota Malang.
terstruktur dan informal dari kombinasi
Penelitian dilakukan pada setiap
sepuluh informan yang diperoleh
coworking space yang ada di Kota
melalui proses snowball sampling
Malang yang telah berdiri dan ada pada
(Creswell, 2017; Usman, 2014). Data
tahun 2017. Diketahui terdapat
verbatim yang diperoleh diolah melalui
beberapa coworking space. berdasarkan
proses reduksi data, penjabaran data,
testimoni dari para informan. Yang
dan penarikan kesimpulan dan
telah diperoleh. Beberapa tempat
verifikasi.
seperti Ngalup co, Malang Digital
Populasi di dalam penelitian Core, dan Ruang Perintis dinilai
kualitatif tidak dinyatakan dengan menjadi lokasi stategis untuk menjadi
istilah populasi, tetapi oleh Spradley lokasi utama penelitian didasarkan
disebut sebagai situasi sosial (social pada beberapa pertimbangan seperti
situation) yang terdiri dari tiga elemen popularitas dan klaim yang jelas
diantaranya: tempat (place), pelaku sebagai lokasi coworking space
(actors), dan aktivitas (activity) yang (Supriadi, 2017). Beberapa tempat lain
saling berinteraksi secara sinergis seperti Gartenhaus dan Digital
(Sugiyono, 2011). Penelitian kualitatif Innovation Lounge (Omega, 2017) juga
tidak ditujukan untuk menciptakan akan dijadikan pula sebagai lokasi
generalisasi dari hasil penelitiannya, penelitian. Periode dari penelitian ini
Oleh karena itu dalam penelitian akan dilaksanakan secara berkelanjutan
kualitatif tidak dikenal adanya populasi hingga data dan teori yang diperoleh
dan sampel. telah dinilai komprehensif.
HASIL TEMUAN verifikasi merupakan langkah terakhir
Tahap penarikan kesimpulan dan dalam serangkaian analisis data
kualitatif dari model interaktif Miles & sentral penelitian, yang dalam
Huberman (2002). Kesimpulan dari penelitian ini adalah mengenai
analisa data kualitatif merupakan hasil coworking space. Terakhir, kesimpulan
dari jawaban atas pertanyaan dibuat dengan memaparkan penjelasan
wawancara yang disampaikan atas jawaban dari pertanyaan penelitian
sebelumnya, di mana mengungkapkan yang telah disampaikan. Kumpulan
makna "apa" dan "bagaimana" dan informasi yang telah diperoleh
menjadi temuan penelitian. Kesimpulan kemudian dikelompokkan ke dalam
yang dimunculkan berisi mengenai bentuk hasil temuan untuk dikonfirmasi
deskripsi dari semua kategori dan tema dalam pembahasan (Creswell, 2017).
yang tercantum dalam tabel
Berikut adalah tabel hasil temuan
pengelompokan.
analisa verbatim yang telah
Selain itu, kesimpulan tersebut dikelompokkan berdasarkan pernyataan
menjelaskan hasil penelitian dengan dari tiap kategori dan tema yang
menjawab pertanyaan penelitian sebelumnya telah ditentukan
didasarkan pada aspek, komponen, berdasarkan teori-teori terdahulu yang
faktor, dan dimensi dari fenomena diperoleh dari studi literatur
:
Tabel 1
Hasil Temuan Analisa Verbatim
Kategori Tema Temuan
 Terdapat beberapa medium utama yang menjadi sarana bagi informan untuk
pada awalnya mengetahui tentang konsep dari coworking space. beberapa
medium tersebut diantaranya adalah: (1) Informasi dari internet. (2) Melalui
perbincangan dengan teman atau relasi lain dalam bisnis atau komunitas. (3)
Keperluan bisnis, usaha, atau lainnya. (4) Undangan pada acara dan lokakarya
bertajuk industri kreatif, UMKM dan start-up. (5) Mengunjungi tempat
(coworking space) secara langsung.
Pengenalan
Hal tersebut menandakan bahwa informasi melalui akses daring internet dan
Mengenai
word of mouth (perbincangan dari mulut ke mulut) merupakan sarana
Coworking
potensial untuk mempromosikan coworking space.
Space
 Secara keseluruhan, informan memiliki pemahaman bahwa coworking space
adalah suatu tempat yang digunakan oleh banyak orang sebagai pilihan tempat
untuk melakukan pekerjaan ataupun melakukan kegiatan penunjang bisnis
Coworking (secara independen).
Space  Konsep coworking space mulai dikenal oleh masyarakat semenjak tiga hingga
dua tahun yang lalu, atau awal tahun 2014 yang searah dengan awal
munculnya coworking space di Kota Malang.
 Berdasarkan keterangan dari keseluruhan informan, coworking space
utamanya berfungsi sebagai pilihan tempat untuk bekerja.
 Beberapa menyatakan coworking space adalah alternatif pengganti kantor dan
cafe yang sering dipakai sebagai tempat bekerja.
Fungsi  Beberapa fungsi spesifik dari coworking space yang teridentifikasi dari
Coworking keseluruhan diantaranya: (1) Penggunaan tempat atau ruang kerja bagi
Space freelance / pekerja lepas dan self-employed / wiraswasta. (2) Start-up office
dan start-up inkubator (3) Ruang meeting, lokakarya, konferensi, dan acara
lain. (4) Sarana mentoring. (5) Launchpad. (6) Peer support.
 Adanya perbedaan latar belakang (Pemilik, Pendiri, Komunitas, dan Afiliasi)
dari setiap coworking space menentukan nilai dan kultur yang dianut, fokus
Tabel 1
Hasil Temuan Analisa Verbatim
bisnis, kalangan audien, luasan jaringan, dan derajat keterbukaan.
 Perbedaan bentuk model (tipologi) dan entitas bisnis dari coworking space
akan menentukan orientasi profitabilitas, sistem dan mekanisme pengelolaan,
derajat formalitas, dan segmentasi pelanggan.
 Mayoritas pelaku bisnis yang berada dalam lingkungan coworking space
berada dalam lingkup industri kreatif atau pekerjaan dan bisnis berbasis
teknologi informasi yaitu berupa start-up (terutama start-up digital), desain
grafis, pengembang software dan web, sistem informasi terpadu, serta bidang
TI lainnya.
 Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa secara umum coworking space
memiliki fungsi sebagai sarana dan prasarana untuk memperoleh akses pada
tempat bekerja yang fleksibel dengan fasilitas (fisik dan nonfisik) yang
memadai dan lingkungan kerja komunal yang dinamis.
 Pada praktiknya suatu coworking space memiliki inti kegiatan bisnis pada
penyediaan fasilitas ruangan atau tempat bekerja dalam lingkungan semi
formal dan komunal. Hal ini menciptakan perbedaan antara bekerja dalam
lingkungan kantor yang cenderung formal, atau dengan lingkungan cafe yang
cenderung tidak kondusif dan memadahi.
Ciri
 Banyak informan yang menekankan bahwa ciri coworking space ditujukan
Coworking
untuk fokus yang berbeda, dipandang dari segi fungsi, pengelolaan, kegiatan,
Space
dan fleksibilitas.
 Adanya perbedaan fungsi, pengelolaan, kegiatan, dan tingkat fleksibilitas
dalam coworking space menciptakan suatu lingkungan bekerja yang bebas,
dinamis, dan kondusif, menjadikan hal tersebut sebagai sebuah solusi untuk
memperoleh fasilitas yang terkelola dan dapat diakses bersama.
 Dari segi pengelola, secara keseluruhan mereka memiliki tugas dan peran
untuk mengatur jalannya coworking space sesuai dengan ketentuan atau
peraturan yang berlaku. Pengelola memfasilitasi dan mengakomodasi
Kepentingan
kebutuhan coworker sesuai kapasitas sumber daya yang dimiliki untuk
dan
mengoperasikan kegiatan dan rutinitas dalam coworking space.
Keperluan
akan  Dari segi pelanggan (coworker, member, dan tenant), umumnya mereka
mencari tempat bekerja yang memiliki daya dukung, menyesuaikan dengan
Coworking
kebutuhan, kapabilitas dan ekspektasi mereka. Beberapa hal yang dicari oleh
Space
pelanggan (coworker, member, dan tenant) adalah meliputi akses pada sarana
dan prasarana dari coworking space serta akses dari hubungan berjejaring
dalam lingkungan coworking space.
Dinamika
dari Aspek  Setiap coworking space memiliki perbedaan dalam mengimplementasikan
Pengelolaa mekanisme pengelolaan. Gartenhaus merupakan coworking space yang
n dan diberdayakan oleh keluarga dan dikelola dengan sistem pembagian tugas yang
Aspek sederhana dan informal. Ngalup.co adalah coworking space yang dibangun
Personalia oleh BEON Intermedia sebagai diversifikasi usaha. Dikelola dan dijalankan
pada oleh tim yang dibentuk khusus untuk menangani kegiatan operasional yang
Coworking berbeda-beda. Tim terdiri atas community host, space manager, boystock,
space growth hacker, dan manajer HR. Digital Lounge (DiLo) merupakan
Pengelolaan coworking space yang dikelola di bawah naungan Telkom-MIKTI yang
Coworking diinisiasi oleh komunitas start-up Malang, dikelola oleh administrator dan
Space penyelia umum. Malang Digital Core adalah coworking space yang dikelola di
bawah naungan Universitas Ma Chung yang dikelola oleh Pimpinan
coworking space beserta administrator. Ruang Perintis merupakan coworking
space yang didirikan oleh eksekutif Mavens Mitra Perkasa untuk
berpartisipasi dalam pengembangan industri kreatif, dikelola oleh community
manager bersama dengan member.
 Adanya perbedaan dari latar belakang (pemilik, pendiri, komunitas, dan
afiliasi) dan bentuk model (tipologi) bisnis dari tiap coworking space turut
membedakan pula sistem serta struktur pengelolaannya. Formalitas dari
Tabel 1
Hasil Temuan Analisa Verbatim
pengelolaan coworking space yang diterapkan mempengaruhi hal seperti
uraian pekerjaan dan rantai komando.
 Pengelolaan dilakukan secara adaptif dengan menyesuaikan pada
perkembangan faktor internal dan eksternal coworking space. Meliputi
perkembangan (jangka panjang dan jangka pendek) lingkungan dan tren
kalangan pengguna coworking space.
 Aktivitas kerja dimulai sesuai waktu operasional masing-masing coworking
space. Rata-rata dari coworking space yang teridentifikasi memiliki hari
operasional selama 5—7 hari dalam seminggu dengan jam operasional mulai
dari jam 9—10 pagi hingga 9—11 malam dalam sehari.
Rutinitas dan
 Pengelola memiliki rutinitas tetap / konsisten sesuai waktu operasional dan
Aktivitas
mengakomodasi kebutuhan dari pelanggan coworking space ketika
Kerja dalam
diperlukan. Pelanggan (coworker, member, dan tenant) menentukan jam kerja
Lingkungan
mereka sesuai kesepakatan dengan pengelola berdasarkan rencana sewa dan
Coworking
sistem langganan yang sebelumnya telah ditentukan.
Space
 Rutinitas formal hanya dilakukan dalam segi pengelolaan sarana dan prasarana
serta pelaksanaan acara berkala. Tidak terdapat rutinitas formal pada kalangan
pelanggan (coworker, member, dan tenant). Namun pelaksanaan kerja
dilakukan sepenuhnya secara profesional.
 Penyediaan fasilitas tempat bekerja merupakan bisnis inti (core business) dari
coworking space.
 Fasilitas dapat dikelompokkan pada fasilitas fisik dan fasilitas non fisik.
 Beberapa fasilitas fisik yang umum ditemui dalam lingkungan coworking
space diantaranya (1) Tempat dan atau ruang kerja (2) Start-up office dan
start-up inkubator (3) Ruang meeting, lokakarya, konferensi, dan acara lain.
(4) Akses jaringan internet (5) Peralatan kantor elektronik seperti printer,
Fasilitas LCD, sound system, dll. (6) Pantry dan freeflow drink. (7) Sarana dan
Kerja pada prasarana umum ruangan lainnya.
Coworking  Fasilitas non fisik (intagible) yang umumnya terdapat dalam coworking space
Space diantaranya (1) Sarana mentoring. (2) Launchpad. (3) Peer network. (4)
Community support.
 Fasilitas yang disediakan dapat diakses secara mandiri dan atau melalui
pelayanan dari pengelola, tergantung pada bentuk fasilitas yang akan diakses.
 Pelanggan (coworker, member, dan tenant) umumnya membawa fasilitas
komputer pribadi serta fasilitas khusus lainnya dalam lingkungan coworking
space untuk menunjang keperluan kerja mereka, baik untuk penggunaan
individual maupun tim.
 Kebijakan dan implementasi tarif bervariasi pada tiap-tiap coworking space.
 Dasar penetapan tarif bervariasi mulai dari tarif individual, durasi pemakaian,
jumlah akses fasilitas, dan kepentingan bisnis. Namun terdapat pula
coworking space yang aksesnya terbuka dan dapat digunakan secara gratis.
 Pada praktiknya terdapat pula coworking space yang membuka peluang
negosiasi bagi para pelaku bisnis yang menginginkan bekerja dalam
lingkungan coworking space terkait, baik melalui tawar menawar ataupun
Kebijakan melalui sistem donasi terbuka.
Tarif pada  Gartenhaus menerapkan tarif per individu melalui reservasi tempat dan
Coworking konsumsi makanan dan minuman. Ngalup menerapkan kebijakan tarif dari
Space ukuran durasi pemakaian mulai dari jam, harian, mingguan dan bulanan,
namun tarif dapat dinegosiasikan (tidak dikenakan biaya untuk kegiatan non-
profit). Malang Digital Core menerapkan kebijakan tarif dari ukuran durasi
pemakaian mulai dari harian, mingguan dan bulanan. Ruang Perintis
menerapkan sistem donasi terbuka bagi member reguler dan paket per jam
untuk penggunaan per orang, tim, dan ruang meeting (tidak dikenakan biaya
untuk kegiatan non-profit). Digital Lounge Malang membuka akses
penggunaan venue secara gratis bagi member yang telah terdaftar. Sedangkan
Tabel 1
Hasil Temuan Analisa Verbatim
penggunaan ruang kelas, ruang meeting, dan event akan dikenakan biaya
(untuk kepentingan komersial di luar kepentingan pihak pengelola).
 Terdapat peraturan formal dan peraturan informal dalam lingkungan
coworking space.
Peraturan dan  Peraturan disusun dalam bentuk tata tertib tertulis maupun verbal, SOP, syarat
Regulasi dan ketentuan, dan kontrak.
pada  Umumnya peraturan akan diberitahukan pada pra-pendaftaran dan pada
Coworking pelaksanaan secara insidental.
Space  Peraturan lembaga atau perusahaan akan terproliferasi dan mempengaruhi
implementasi peraturan dan kebijakan dari coworking space yang
dinaunginya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
 Keterbatasan sumber daya fisik merupakan masalah utama dalam pelaksanaan
kerja dan menjadi tantangan bagi pengelola untuk menyesuaikan dan
mengalokasikan sumber daya yang terbatas. Beberapa kasus yang ditemui
Kendala, diantaranya keterbatasan ruang dan tempat serta kendala teknis seperti listrik
Masalah dan mati, jaringan internet bermasalah, dll.
Tantangan  Keberadaan tenaga profesional ataupun sukarela serta perolehan jumlah
ketika pelanggan yang akan mempengaruhi keberlanjutan dalam pelaksanaan
Mengelola kegiatan operasional pada coworking space. Minimnya minat, antusiasme dan
atau Bekerja biaya yang terbatas menghambat pengadaan tenaga tambahan.
di  Adanya miskomunikasi dan kesalahpahaman yang terjadi antara pengelola dan
Lingkungan pelanggan (coworker, member, dan tenant) akan dijadikan evaluasi dan
Coworking referensi untuk mengoreksi syarat dan ketentuan, regulasi, peraturan, atau
Space SOP.
 Lokasi yang kurang strategis menyebabkan coworking space kurang diminati
oleh sasaran pelanggan (coworker, member, dan tenant), sehingga enggan
untuk datang.
 Adanya keterbukaan dari akses bersama memicu interaksi yang kemudian
memunculkan knowledge sharing, kolaborasi, dan jaringan sejawat (peer
network). Hal tersebut menciptakan suasana komunal yang kemudian
menciptakan interaksi dan kolaborasi antar coworker. Beberapa coworker
memang mengharapkan adanya suasana interaksi untuk tujuan memperoleh
pengalaman, koneksi dan pengetahuan dari kegiatan diskusi dan berbagi
Interaksi bersama coworker lain.
dalam  Fleksibilitas untuk memilih tempat dan lingkungan kerja dalam ruang terbuka
Coworking memicu interaksi antar coworker. Interaksi yang berlangsung dalam
Space coworking space berlangsung secara formal maupun informal.
 Interaksi yang umumnya ditemui dalam lingkungan coworking space meliputi
kegiatan berbagi pengalaman, diskusi mengenai aktivitas kerja, dan
perkembangan bisnis. Itu semua dilakukan dan atau dirangkum dalam sesi
istirahat, brainstorming dan knowledge sharing, diskusi kelompok, atau
lokakarya. Itu semua memfasilitasi adanya interaksi formal, informal, dan
semi-formal dalam coworking space.
 Kegiatan kolaborasi, kemitraan dan relasi bisnis pada coworking space
berlangsung dalam lingkup internal maupun eksternal. Kegiatan kolaborasi
dan kerjasama secara internal berlangsung antara pengelola dengan coworker
dan antar coworker (termasuk pula start-up). Aktivitas yang dilakukan
Kolaborasi,
meliputi penjagaan dan perawatan fasilitas serta bentuk bantuan informal
Kemitraan,
lainnya. Kegiatan kolaborasi dan kerjasama eksternal meliputi afiliasi dengan
dan Relasi
mitra investor, komunitas, asosiasi, pers atau korporasi.
Bisnis /
Profesional  Pihak pengelola atau Community manager mengangani, mengawasi, dan
memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang berlangsung dalam coworking space.
Peran dari pihak pengelola dan community manager dapat berlaku pasif
maupun aktif dalam menginisiasi kegiatan kolaborasi, kemitraan dan relasi
profesional. Hal tersebut dilakukan secara kondisional tergantung pada
Tabel 1
Hasil Temuan Analisa Verbatim
kesempatan dan tawaran yang tersedia. Dengan demikian, para coworker
dapat pula untuk meminta atau menyarankan untuk diadakannya kegiatan-
kegiatan tertentu, baik itu pelatihan, pengembangan kerja, bursa kerja, atau
sesi berbagi antar member dalam coworking space.
 Tidak terdapat proses mediasi dalam menjalin kolaborasi, kemitraan, dan
relasi antar pelanggan (coworker, member, dan tenant) oleh pengelola
coworking space. Namun dalam prakteknya sering terjadi proses pemberian
referensi yang diperoleh dalam lingkup coworking space dan kegiatan
berjejaring untuk kemudian mengadakan relasi atau kerjasama profesional
secara mandiri.
 Terdapat perbedaan sistem pelanggan (coworker, member, dan tenant) pada
tiap coworking space. Ada yang memberlakukan sistem membership/tenant,
Perlakuan
sistem durasi pemakaian, dan sistem reservasi.
dan
 Perlakuan pada pelanggan (coworker, member, dan tenant) disetarakan sesuai
Pelayanan
ketentuan dan kebijakan yang berlaku pada masing-masing coworking space.
Member /
Tenant  Beberapa coworking space seperti Ngalup dan Ruang Perintis membuka pintu
Coworking negosiasi bagi coworker yang ingin bergabung dan bekerja dalam lingkungan
space coworking space dengan mempertimbangkan dan menyesuaikan kemampuan
membayar sewa atas penggunaan tempat dan fasilitas-fasilitas yang
disediakan.
 Kapasitas maksimal dari tiap coworking space bervariasi antara 25—100
orang dengan margin kapasitas optimal di bawah jumlah tersebut.
 Ukuran ruang dan tempat mempengaruhi jumlah kapasitas yang mampu untuk
digunakan dari setiap coworking space.
 Pada coworking space komunitas kecil yang memiliki kapasitas tempat yang
relatif sedikit lebih berfokus pada pemeliharaan member. Sedangkan pada
coworking space yang memiliki kapasitas tempat yang lebih besar lebih
Kapasitas
berfokus pada menjaring member dan tenant melalui upaya-upaya pemasaran
Coworking
daring (online).
space
 Sejauh ini untuk pengelolaan sirkulasi / perputaran atau turnover dari
pelanggan (coworker, member, dan tenant) masih sebatas pada tahap
pendataan perolehan pelanggan karena seluruh coworking space belum
mencapai kapasitas maksimum (Pengecualian bagi Gartenhaus yang
menerapkan sistem reservasi penggunaan tempat secara temporer).
 Umumnya coworking space akan mencapai jumlah kapasitas maksimum
ketika mengadakan acara seminar, lokakarya dan acara lain.
 Secara keseluruhan, pelanggan merasa nyaman ketika bekerja dalam
lingkungan coworking space.
 Tempat bekerja yang kondusif serta fasilitas penunjang kerja yang memadai
Kenyamanan
merupakan faktor utama yang menentukan kenyamanan bekerja.
Kerja dalam
Coworking  Kegiatan kerja dilakukan dengan santai dan bebas karena ruang yang terbuka
dan fleksibel untuk memilih preferensi tempat bekerja.
space
 Tidak ada jadwal kerja yang mengikat sehingga dapat menentukan waktu
kerja dan istirahat masing-masing. Hanya terdapat batas jam operasional dari
tiap coworking space.
 Alasan yang umum dikemukakan oleh pengelola coworking space adalah
memberdayakan aset yang sebelumnya telah dimiliki.
 Adanya permintaan akan lingkungan kerja yang terjangkau dan fleksibel dari
Alasan pelaku usaha rintisan (start-up) serta dari komunitas start-up di Kota Malang.
Prospek
Coworking
Membangun  Kota Malang merupakan tempat yang strategis dan memiliki potensi sebagai
Coworking wilayah pengembangan industri kreatif.
space
space  Beberapa pemilik dan pendiri memiliki motivasi untuk turut berpartisipasi
dalam momentum pengembangan ekonomi kreatif yang merupakan kebijakan
pemerintah dengan diusung melalui program BEKRAF dan diikuti Gerakan
1000 Start-up.
Tabel 1
Hasil Temuan Analisa Verbatim
 Tren bekerja jarak jauh berbasis digital di kalangan penduduk Kota Malang
memunculkan permintaan akan adanya tempat bekerja sementara dengan
fasilitas yang memadahi, tempat yang mudah dijangkau, dan biaya sewa yang
relatif murah.
 Kemunculan dari coworking space ada mulai pada sekitar awal periode tahun
2014. Dipicu oleh Gerakan 1000 Start-up Digital menjadi ajang bagi pelaku
start-up untuk merealisasikan ide dan konsep usaha / bisnis mereka. Adanya
BEKRAF yang bekerjasama dengan MIKTI turut memberikan dukungan bagi
Latar pelaku perintis usaha di seluruh Indonesia.
Belakang  Bertumbuhnya usaha rintisan (start-up) dalam lingkup industri kreatif,
Kemunculan terutama dalam bidang teknologi informasi dan digital.
Coworking  Pelaku usaha dalam industri kreatif menciptakan wadah berupa komunitas
space berjejaring dan afiliasi serta membentuk forum.
 Adanya tren start-up yang memunculkan permintaan akan sebuah tempat
untuk menjalankan usaha rintisan yang masih rentan serta memiliki
keterbatasan sumber daya, di sisi lain membutuhkan fasilitas dan akomodasi
yang kondusif dan memadai.
 Kalangan pekerja yang ada dalam coworking space umumnya
merupakan freelance / pekerja lepas dan self-employed / wiraswasta.
 Beberapa profesi yang dimiliki oleh kalangan pekerja umumnya adalah
Kalangan
kalangan mahasiswa dan pekerja swasta yang tergabung dalam start-up
Pekerja
ataupun bekerja secara independen di bidang teknologi informasi digital,
(Profesi dan
teknik, desain grafis, seni/kerajinan, musik dan fotografi.
Bidang)
 Adanya start-up yang tumbuh dalam lingkungan coworking space serta
pengelolaan relasi berjejaring dengan mitra tertentu menentukan popularitas
serta jenis kalangan audiens dari tiap coworking space dalam suatu wilayah.
 Dengan dibangunnya fasilitas coworking space maka diharapkan akan banyak
usaha rintisan yang lahir dan mampu berkembang secara mandiri melalui
dukungan dalam coworking space.
 Munculnya dukungan dari berbagai pihak untuk keberlangsungan coworking
space yang telah didirikan. Kemitraan dengan investor, komunitas, asosiasi,
Harapan atas
pers atau korporasi diharapkan dapat mengkonsolidasi eksistensi coworking
Keberadaan
space. Dukungan dari pemerintah juga diharapkan agar dapat memberikan
Coworking
insentif bagi coworking space sebagai bentuk partisipasi untuk pengembangan
space
industri yang bergerak dalam lingkup ekonomi kreatif.
 Harapan dari pengguna jasa coworking space diantaranya meliputi
memperoleh fasilitas kerja yang terjangkau, memadai, nyaman, dan fleksibel
untuk dapat mengembangkan usaha atau bisnis sembari memperoleh
pengalaman dari saling berbagi, juga memperluas relasi dan jaringan.
KESIMPULAN DAN SARAN internal dan eksternal coworking space.
Meliputi kepemilikan, orientasi bisnis,
Kesimpulan
lingkungan, dan audiens / kalangan
Berdasarkan hasil analisis dan
pengguna coworking space, komunitas,
pembahasan data wawancara dari
afiliasi. Faktor-faktor tersebut
informan dan data observasi secara
memunculkan perbedaan sistem kerja
langsung dari penelitian mengenai
dari tiap coworking space.
coworking space sebagai konsep baru
Coworking space .menjadi tempat
tempat bekerja dapat diambil
yang dikenal sebagai cara baru
kesimpulan bahwa:
menyelenggarakan lingkungan bekerja
Popularitas dari coworking space
bagi kalangan pekerja modern.
sebagai konsep baru tempat bekerja
Pengelola atau community manager
terus bertumbuh seiring terjadinya
umumnya bertugas untuk melakukan
peralihan generasi dan angkatan kerja
kegiatan klerikal dan tugas-tugas
baru yang kini banyak bergerak pada
administratif dan praktis dari proses
bidang industri kreatif dan pekerjaan
turnover operasional, turnover dari
berbasis digital. Coworking space
para coworker (kapasitas dan
memiliki fungsi sebagai alternatif
ketersediaan tempat), dan
untuk memperoleh akses akan tempat
penyelenggaraan acara ataupun sesi
bekerja pribadi, baik itu meja kerja atau
seperti seminar, lokakarya, pelatihan
ruangan. Coworking space
dan pengembangan, sharing,
memungkinkan akses bersama secara
kolaborasi, dan kegiatan komunitas.
terbuka pada berbagai sarana dan
Hal tersebut dilakukan untuk
prasana penunjang kerja. Lingkungan
memastikan agar fasilitas tetap terawat,
kerja semi formal, komunal,
kapasitas optimal dapat dipertahankan,
kolaboratif, dan aksesbilitas yang
serta segala kebutuhan coworker dapat
dinamis serta fleksibel menjadi daya
dipenuhi tanpa mengurangi kualitas
tarik bagi para pengguna coworking
dari layanan yang diberikan.
space.
Permintaan akan lingkungan kerja
Pengelolaan dari coworking space
yang terjangkau dan fleksibel terus
dilakukan oleh pengelola atau
meningkat seiring bertumbuhnya
community manager yang bertugas dan
pelaku usaha rintisan (start-up) dan
berperan untuk mengatur jalannya
pekerja independen dalam lingkup
fungsi kerja dari coworking space
industri kreatif, terutama dalam bidang
sesuai dengan ketentuan, kebijakan,
teknologi informasi dan digital.
dan peraturan yang berlaku. Ini
Dengan dibangunnya fasilitas
dilakukan dengan menyediakan
coworking space maka diharapkan
fasilitas dan akomodasi baik fisik
akan banyak usaha rintisan yang lahir
(tangible) atau non-fisik (intagible)
dan mampu mengembangkan usaha
untuk kebutuhan coworker akan sarana
atau bisnis sembari memperoleh
dan prasarana kerja. Kebijakan
pengalaman dari kegiatan saling
pengelolaan dilakukan secara adaptif
berbagi, dan berjejaring.
dengan menyesuaikan pada faktor
Munculnya dukungan dari berbagai dapat mempersiapkan tahap-tahap
pihak untuk keberlangsungan penelitian dengan matang. Tahap pra-
coworking space yang telah didirikan lapangan dan tahap pekerjaan lapangan
seperti kemitraan dengan investor, sangat perlu untuk dipersiapkan dengan
komunitas, asosiasi, pers atau korporasi matang agar didapatkan hasil yang
diharapkan dapat mengkonsolidasi sesuai. Pada penelitian kualitatif model
eksistensi coworking space. Dukungan interaktif akan terjadi banyak
dari pemerintah juga diharapkan agar penyesuaian seiring ditemukannya
dapat memberikan insentif bagi temuan baru sehingga diperlukan
coworking space sebagai bentuk prosedur penelitian yang dinamis dan
partisipasi untuk pengembangan dapat menyesuaikan dengan batas-
industri yang bergerak dalam lingkup batas yang sebelumnya telah ditentukan
ekonomi kreatif. dalam fokus penelitian.

Saran Adanya perbedaan pemahaman


antar narasumber atau informan akan
Bagi Penelitian yang Akan Datang sering terjadi, tugas dari peneliti adalah
Secara teoritis, penelitian mengenai untuk dapat dengan jeli menentukan
ini dapat digunakan untuk sebagai dan mengelompokkan temuan sesuai
sumber rujukan untuk penelitian dengan topik atau tema yang sama.
kualitatif ataupun kuantitatif mengenai Dalam kasus seperti ini, studi literatur
subjek dan pembahasan penelitian yang secara komprehensif dan memperkaya
berkenaan dengan coworking space wawasan pada bahasan penelitian
dari aspek pengelolaan tempat dan terkait akan sangat membantu untuk
pemberdayaan personalia. Penelitian memahami perbedaan yang bersifat
ini dapat pula dijadikan sebagai semantik dan pedantik. Kendala bahasa
rujukan komplementer bagi penelitian atau language barrier akan sering
di bidang lain yang terkait dengan ditemui jika literatur yang dijadikan
perkembangan topik manajemen pedoman mayoritas berasal dan ditulis
sumber daya manusia kontemporer dalam bahasa asing. Ini akan berlanjut
mengenai topik seperti rekrutmen pada penerapannya dalam menyusun
pekerja lepas / independen, talent pool, teori-teori dan penelitian terdahulu,
outsourcing, dan pertumbuhan pasar hingga penyususnan pertanyaan
tenaga kerja mutakhir. Penelitian ini wawancara yang menjadi salah satu
diharapkan dapat mengadvokasi lebih tantangan untuk dapat
jauh dalam penelitian-penelitian atau menyampaikannya dengan bahasa lokal
studi-studi konseptual dan empiris keseharian yang lebih dapat dimengerti
mengenai coworking space. Penelitian (colloquial). Hal ini umum terjadi
yang mungkin akan dilakukan di masa terutama jika penelitian yang dilakukan
depan dapat menghubungkan dengan adalah membahas mengenai topik
model konseptual dalam penelitian ini. kontemporer yang masih jarang
Secara praktis, disarankan bagi dibahas atau belum terdapat penelitian
penelitian yang akan datang untuk sejenis. Karenanya memperkaya diksi
dan pemahaman transliterasi akan besar. Hal ini telah banyak diterapkan
sangat diperlukan dalam situasi yang di Eropa dan Amerika Serikat dengan
sedemikian rupa. dibentuknya Coworking Hub. Hal ini
dapat dicapai dengan pembentukan
Bagi Penyelenggara Coworking Space
komunitas atau paguyuban dari pihak-
beserta Afiliasinya
pihak penyelenggara coworking space
Beberapa hal yang dapat disarankan untuk membuka pintu integrasi dan
bagi coworking space beserta pihak- mencipakan sebuah sistem yang saling
pihak yang secara langsung atau tidak terhubung (interconnected). Ini tidak
langsung menjalin afiliasi dengan pihak hanya terbatas antar coworking space,
coworking space diantaranya adalah: namun juga dapat dilakukan bersama
dengan stakeholder lain seperti
Karakteristik pelayanan yang komunitas lokal, perusahaan lokal,
berbeda pada tiap coworking space serta pemerintah lokal.
banyak dilakukan untuk menciptakan
diferensiasi. Namun disarankan bagi Perusahaan dan institusi pendidikan
coworking space untuk melakukan telah banyak yang membuka peluang
benchmark dan standardisasi yang kerja sama untuk memberikan insentif
mendasar, seperti sistem layanan serta berupa CSR, investasi, dan akses ilmu
sarana dan prasarana, dengan pengetahuan. Diharapkan terjadi
mengadopsi dari praktik kerjasama yang intensif dari pihak-
penyelenggaraan coworking space pihak tersebut dengan coworking space
yang sebelumnya telah ada dan kini agar kemudian dapat menciptakan
menjadi percontohan, seperti We hubungan timbal balik yang positif dan
Work, Impact Hub, Hive, dll. saling menguntungkan antar pihak
yang terlibat.
Upaya menguasai penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi Peran pemerintah sangat diperlukan
serta perluasan jaringan kerja dalam mendukung penciptaan pusat-
diperlukan oleh pihak penyelenggara pusat kerja sama. Potensi coworking
coworking space agar dapat space sebagai pusat praktik kerja
memaksimalkan perolehan audiens kolaboratif dan inovatif pada
yang menjadi sasaran. Jika kegiatan praktiknya dapat menghasilkan dan
komunikasi dan berjejaring dapat mendukung pembangunan ekonomi
dilakukan secara efektif, maka lokal. Penyelenggaraan BEKRAF dan
coworking space akan dapat Gerakan 1000 Start-up telah
mempertahankan keberlanjutan dan memberikan rangsangan untuk
mengembangkan kualitas ataupun pengembangan industri kreatif bidang
kapasitas akan layanannya. digital. Namun masih diperlukan
upaya-upaya untuk mempertahankan
Pembentukan Hub atau pusat keberlanjutan pengembangan usaha
jaringan dari tiap-tiap coworking space rintisan / start-up yang kini sedang
dalam lingkup lokal atau regional berlangsung. Menggandeng coworking
dinilai akan memberikan manfaat yang space adalah langkah strategis yang
dapat ditempuh, karena salah satu MBO Partners. (2012). The State of
fungsi dari coworking space adalah Indipendence in America:
sebagai tempat inkubasi usaha rintisan / Indipendence Workforce Index.
start-up. Dengan memberikan insentif, Herndon: MBO Partners.
subsidi, atau benefit lain seperti Mediana, B. (2018). PressReader.com -
pembebasan pajak ataupun bentuk Connecting People Through
News. [online] Pressreader.com.
kebijakan lainnya tentunya akan sangat
Sumber:
membantu fungsi kerja coworking https://www.pressreader.com/ind
space dalam mengkomodasi proses onesia/kompas/20170509/282097
inkubasi dan atau akselerasi usaha 751618486 [Diakses pada 11
rintisan / start-up untuk dapat Februari 2018].
bertumbuh dan go public. Moustakas, C.
(1994). Phenomenological
DAFTAR RUJUKAN
research methods. Sage.
Creswell, J. W., & Creswell, J. D. Novaya, S. (2018). Biar Makin
(2017). Research design: Produktif, Ini 5 Coworking Space
Qualitative, quantitative, and Hits di Kota Malang. [online]
mixed methods approaches. Sage IDN Times. Sumber:
publications. https://www.idntimes.com/life/ca
Dessler, G. (2014), Fundamentals of reer/brahm-1/biar-makin-
Human Resource Management, produktif-ini-5-coworking-space-
Pearson Education Limited. hits-di-kota-malang-c1c2/full
Fatimah, A. (2017). 5 Co-Working [Diakses pada 12 Februari 2019].
Space Paling Kece di Malang, Omega, Y., 2017. Daftar Co-working
Cocok untuk Freelancer!. Space di Malang Untuk Jadi
[online] IDN Times. Sumber: Kantor Kamu. Studentpreneur |
https://www.idntimes.com/life/ca Media Bisnis | Ide Bisnis | Bisnis
reer/post-1/5-co-working-space- Anak Muda. Sumber:
di-kota-malang-untuk-penggiat- https://studentpreneur.co/blog/daf
start-up-c1c2/full [Diakses pada 4 tar-co-working-space-di-malang-
September 2018]. untuk-jadi-kantor-kamu/ [Diakses
Gandini, A. (2016), Reputation pada 23 September 2017].
Economy: Understanding
Knowledge Work in Digital Rahayu, A.C.S. (2015), “Kalangan
Society, Palgrave Macmillan. Muda Dominasi Industri Kreatif
Huberman, M., & Miles, M. B. Indonesia”, ANTARA News Jawa
(2002). The qualitative Timur, November, Sumber:
researcher's companion. Sage. http://www.antarajatim.com/lihat
/berita/155130/kalangan-muda-
Jones, A.M. (2013), The Fifth Age of dominasi-industri-kreatif-
Work: How Companies Can indonesia [diakses pada 20
Redesign Work to Become More November. 2017]..
Innovative in a Cloud Economy, Rifkin, J. (2011). The third industrial
Night Owls Press. revolution: how lateral power is
transforming energy, the
economy, and the world.
Macmillan.
RRI Malang (2017). “Malang Punya
Potensi Besar Bagi Wirausaha
Muda untuk Berkembang”. (n.d.).
Ekonomi & Perbankan -
Malang Punya Potensi Besar
Bagi Wirausaha Muda Untuk
Berkembang | RRI Portal Berita
Radio Berjaringan Nasional Dan
Internasional, Sumber:
http://rri.co.id/malang/post/berita/
320219/ekonomi/malang_punya_
potensi_besar_bagi_wirausaha_m
uda_untuk_berkembang.html
[diakses pada 20 November
2017].
Saparudin, M. (2019). 5 Rekomendasi
Coworking Space di Malang
yang Nyaman. [online]
keluyuran.com. Sumber:
https://keluyuran.com/coworking
-space-di-malang/ [Diakses pada
12 Februari 2019].
Schürmann, M., (2013). Coworking
space: A Potent Business Model
for Plug ‘n Play and Indie
Workers, Springer-Verlag.
Sugiyono (2011). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Supriadi, C. (2017), “Coworking space
Asli Malang Mulai
Bermunculan”, Portal Lengkap
Dunia Marketing, Sumber:
http://www.marketing.co.id/gerak
an-nasional-1000-start-up-
digital-coworking-space-asli-
malang-mulai-bermunculan/
[Diakses pada 25 Desember
2017].
Usman, H. dan Purnomo A. S. (2014).
Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: Bumi Aks

You might also like