Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
The purpose of this research was to determine the effect of combinations of fish meal
and wheat flour to physico-chemical and sensoris of mantou. This research used randomized
block design consisted of one factor treatment with three replications. Factor treatment
consists of combinations fish meal and wheat flour 0 g : 100 g, 10 g : 90 g, 20 g : 80 g, 30 g :
70 g, 40 g : 60 g and 50g : 50 g. The parameters observed were physical characteristics
(percentage level of development of bread, texture and Whiteness), chemical characteristics
(moisture content, ash, protein, lipid, carbohydrate, calcium and phosphor) and sensory
characteristics (color, flavor, aroma, and texture). Result of this research showed that average
value percentage level of development mantou were 3.49 to 1.85, texture were 661.53 gf to
1307.13 gf, whiteness were 63.32% to 51.20% moisture content were 35.92% to 30.79%, ash
content were 1.73% to 3.99%, protein were 11.20% to 26.75%, lipid were 3.51% to 7.26%,
carbohydrate were 47.64% to 31.21%, calcium were 7.21 mg/100g to 25.21 mg/100g,
phosphor were 53.54 mg/100g to 51.53 mg/100g, and a sensory test had significantly
(Fhitung>Ftabel) for color, flavor, aroma, and texture. The best treatments according to
sensory characteristics was 20% of fish meal.
Keywords: fish meal, mantou, siamese gourami, wheat flour.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menentukan pengaruh perlakuan dengan kombinasi tepung
ikan dan tepung terigu terhadap karakteristik fisiko-kimia dan sensoris pada mantou. Penelitian
ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor perlakuan dengan
tiga kali ulangan. Faktor perlakuan terdiri dari kombinasi tepung ikan sepat siam dan tepung
terigu 0 g : 100 g, 10 g : 90 g, 20 g : 80 g : 30 g :70 g, 40 g : 60 g dan 50g : 50 g. Parameter
yang diamati meliputi karakteristik kimia (kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat, kalsium
dan fosfor), karakteristik fisik (tekstur (kekerasan), nisbah pengembangan dan uji warna) dan
karakteristik sensori uji organoleptik yaitu uji hedonik (rasa, warna, tekstur dan aroma). Hasil
penelitian ini menunjukkan rerata nilai kadar air 35,92% sampai 30,79%, kadar abu 1,73%
sampai 3,99%, protein 11,20% sampai 26,75%, lemak 3,51% sampai 7,26%, karbohidrat
47,64% sampai 31,21%, kalsium 7,21 mg/100g sampai 25,21 mg/100g dan fosfor 53,54
mg/100g sampai 51,53 mg/100g, tekstur 661,53 gf sampai 1.307,13 gf, nisbah pengembangan
antara 3,49 sampai 1,85 ; uji warna (derajat putih) 63,32% sampai 51,20%, dan hasil uji
sensoris memberikan pengaruh nyata (Fhitung>Ftabel) terhadap rasa, warna, aroma, dan
tekstur. Perlakuan yang terbaik berdasarkan karakteristik sensori adalah 20% tepung ikan.
Kata kunci: sepat siam, mantou, tepung ikan, tepung terigu.
Aryani et al.: Pengaruh kombinasi tepung ikan sepat siam 15
Penambahan tepung ikan sepat pada dilakukan kombinasi dengan tepung ikan
masing-masing perlakuan ditentukan dari sepat. Formulasi mantou tepung ikan sepat
persentase berat seluruh tepung yang yang digunakan dalam penelitian disajikan
digunakan. Dalam penelitian ini tepung terigu pada Tabel 1.
Tabel 1. Formulasi mantou tepung ikan sepat yang digunakan dalam 100 gram bahan.
Bahan N0 N1 N2 N3 N4 N5
Tepung Terigu (g) 100 90 80 70 60 50
Tepung ikan (g) 0 10 20 30 40 50
Air (ml) 60 60 60 60 60 60
Susu Bubuk (g) 5 5 5 5 5 5
Ragi (g) 2 2 2 2 2 2
Gula (g) 20 20 20 20 20 20
Mentega (g) 8 8 8 8 8 8
Garam (g) 1,75 1,75 1,75 1,75 1,75 1,75
Bread Improver 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7
Cara Kerja
Pembuatan Tepung Ikan (Lismawarni, 4. Setelah mengembang, gas pada adonan
2017) dikeluarkan dengan menusuk bagian
Cara kerja pembuatan tepung ikan sepat tengah adonan, kemudian adonan
siam pada penelitian ini dilakukan sebagai dipipihkan berbentuk persegi panjang.
berikut : 5. Adonan digulung dan dipotong-potong.
1. Ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis) disiangi, 6. Adonan didiamkan kembali selama 30
dibuang isi perutnya, sisik, sirip, dan mata lalu menit hingga adonan mengembang.
dicuci bersih kemudian ditiriskan untuk 7. Mantou dikukus selama 8 menit.
menghilangkan air yang masih tersisa. 8. Mantou siap dihidangkan.
2. Ikan ditimbang seberat 1000 gram. Catatan: * (dimodifikasi)
Kemudian ikan dikukus selama 20 menit.
3. Tahap selanjutnya ikan dicincang-cincang Parameter Pengamatan
kasar. Parameter produk yang akan diamati
4. Kemudian dilakukan penyangraian dengan pada penelitian ini berupa analisis kimia yang
api kecil pada suhu ± 50 oC selama 60 menit. diamati meliputi kadar air, kadar abu, kadar
5. Setelah pengeringan dilakukan penggilingan lemak, kadar protein, kadar karbohidrat,
dan diayak menggunakan ayakan 80 mesh. kadar kalsium dan kadar fosfor, parameter
fisik berupa uji tekstur (kekerasan), uji nisbah
Pembuatan Mantou Tepung Ikan Sepat pengembangan dan uji warna (derajat putih).
Pembuatan mantou tepung ikan sepat Selain itu dilakukan juga uji organoleptik yaitu
ini dilakukan dengan metode yang telah uji hedonik terhadap (warna, rasa, tekstur,
dimodifikasi dari Vina (2013) adalah sebagai dan aroma).
berikut:
1. Pembuatan mantou dilakukan dengan Analisis Data
mencampurkan air, ragi dan gula, Data yang diperoleh dianalisis
kemudian diaduk hingga larut. menggunakan statistik parametrik dan non
2. Setelah larut, garam, bread improver, parametrik. Untuk statistik parametrik jika
margarin, tepung terigu dan tepung ikan
sepat dimasukkan sesuai perlakuan sambil berpengaruh nyata, maka dilanjutkan uji
diuleni sampai tidak lengket di tangan lanjut beda nyata jujur pada taraf uji 5%. Pada
(kalis). * analisa statistik non parametrik jika
3. Selanjutnya adonan ditutup dengan serbet berpengaruh nyata, maka dilanjutkan uji
dan didiamkan selama 20 menit. lanjut perbandingan.
Tabel 2. Pengaruh Kombinasi Tepung Ikan Sepat dan Tepung Terigu terhadap Karakteristik
Kimia Mantou
Karakteristik Kimia
Perlakuan K.
K. Air K. Abu K. Protein K. Lemak K. Kalsium K. Fosfor
Karbohidrat
(%) (%) (%) (%) (mg/100g) (mg/100g)
(%)
N0 35,92a 1,73a 11,20a 3,51a 47,64a 7,21a 53,54a
N1 34,14ab 2,19b 15,49b 4,35ab 43,83b 12,15b 53,07a
N2 34,06ab 2,73c 17,73b 5,15b 39,13c 13,63c 52,48b
N3 33,31b 3,12d 21,69c 5,33bc 36,55d 20,04d 52,51b
N4 32,35bc 3,67e 24,06cd 6,16c 33,76e 23,19e 52,09b
N5 30,79c 3,99f 26,75d 7,26d 31,21f 25,21f 51,53c
dalam bentuk kompleks protein gulten sendiri sudah tinggi, menurut Lismawarni
sedangkan pada tepung ikan sepat tidak (2017), kandungan kadar abu pada tepung
memiliki protein gliadin dan glutenin (gluten) ikan sepat sebesar 18,5%, sedangkan kadar
yang dapat digunakan untuk mengikat air kalsium sebesar 52,94 mg/100g dan kadar
sehingga menyebabkan kemampuan adonan fosfor sebesar 99,21 mg/100g. Kandungan
untuk mengikat air rendah. kadar abu pada tepung terigu sebesar 1,2%
Kadar air yang terdapat pada bahan (Inglett, 1974 dalam Harris, 1989).
juga dapat mempengaruhi kadar air mantou. Peningkatan kadar abu terjadi akibat porsi
Tepung ikan sepat memiliki kadar air rendah tepung ikan sepat yang bertambah pada
yaitu sebesar 5,5% (Lismawarni, 2017) setiap perlakuannya meningkat. Tingginya
sedangkan tepung terigu memiliki kadar air kadar abu pada tepung ikan sepat
lebih tinggi dibandingkan kadar air tepung dikarenakan bahan baku yang digunakan
ikan sepat yaitu sebesar 12,4% (Inglett, 1974 meliputi kepala, daging dan tulang yang
dalam Harris, 1989). Hal ini menyebabkan banyak mengandung mineral.
semakin banyak tepung ikan sepat yang
ditambahkan, maka semakin sedikit air yang Kadar Protein
terkandung pada mantou. Hasil penelitian terhadap kadar
protein mantou tepung ikan sepat dengan
Kadar Abu perbedaan kombinasi tepung ikan dan tepung
Hasil penelitian terhadap kadar abu terigu dapat dilihat pada Tabel 3.2.
mantou tepung ikan sepat dengan perbedaan menunjukkan bahwa nilai kadar protein
kombinasi tepung ikan dan tepung terigu mantou tepung ikan sepat dengan perbedaan
dapat dilihat pada Tabel 2. yang kombinasi tepung ikan sepat dan tepung
menunjukkan bahwa hasil analisis kadar abu terigu berkisar antara 11,20% sampai 26,75%.
menunjukkan bahwa jumlah kadar abu Nilai kadar protein tertinggi ada pada
tertinggi terdapat pada perlakuan N5 dengan perlakuan N5 dengan perbandingan tepung
perbandingan konsentrasi tepung terigu dan terigu dan tepung ikan sepat 50 g : 50 g yaitu
tepung ikan sepat 50 g : 50 g yaitu sebesar sebesar 26,75%. Sedangkan nilai kadar
3,99% dan kadar abu terendah pada protein terendah ada pada perlakuan N0
perlakuan N0 (kontrol) dengan perbandingan (kontrol) dengan perbedaan konsentrasi
tepung terigu dan tepug ikan sepat 100 g : 0 g tepung terigu dan tepung ikan sepat 100 g :
yaitu sebesar 1,73%. 0 g yaitu sebesar 11,20%.
Hasil analisa sidik ragam Hasil analisa keragaman menunjukkan
menunjukkan bahwa perbedaan kombinasi bahwa perbedaan kombinasi tepung terigu
tepung ikan sepat dan tepung terigu yang dan tepung ikan sepat berbeda nyata
diformulasikan berpengaruh nyata (Fhitung>Ftabel) terhadap kadar protein
(Fhitung>Ftabel) terhadap kadar abu mantou mantou tepung ikan sepat, dimana perlakuan
ikan sepat, dimana perlakuan N0 berbeda N0 berbeda nyata dengan semua perlakuan.
nyata terhadap seluruh perlakuan. Penelitian Hal ini menunjukan bahwa perbedaan
suplementasi roti tawar dengan tepung ikan formulasi tepung ikan dan tepung terigu pada
nila merah menghasilkan kadar abu sebesar setiap perlakuan dapat mempengaruhi kadar
0,925% sampai 1,14% (Benita, 2001) protein mantou. Semakin banyak penggunaan
sedangkan penelitian fortifikasi tepung kijing tepung ikan sepat maka kadar protein
air tawar pada pengolahan kulit bakpao mantou semakin meningkat, hal tersebut
memiliki kadar abu sebesar 2,42%-2,72% disebabkan karena pada tepung ikan sepat
(Hayati, 2015). Pada mantou dengan sendiri mengandung protein sebesar 42,67%
kombinasi tepung ikan sepat kadar abu yang (Lismawarni, 2017) selain itu tepung terigu
dihasilkan lebih besar yaitu 1,73% sampai yang digunakan mengandung protein sebesar
3,99%. 13%.
Tingginya kadar abu disebabkan karena Kandungan protein tepung ikan sepat
komponen kadar abu pada tepung ikan sepat yang lebih besar dibandingkan tepung terigu
dapat memperkaya protein pada mantou, hal perlakuan 20% tepung ikan sepat memiliki
tersebut dapat dilihat pada perlakuan kontrol nilai sebesar 5,15% sedangkan pada penelitian
(N0) dengan perlakuan tanpa tepung ikan kulit bakpao dengan penambahan tepung
sepat dengan nilai sebesar 11,20% dan kijing pada perlakuan 20% memiliki nilai
meningkat seiring dengan meningkatnya sebesar 6,30% (Hayati, 2015) dan pada
konsentrasi tepung ikan sepat yang digunaan, penelitian suplementasi rori tawar dengan
sama halnya dengan penelitian yang tepung ikan nila merah dengan perlakuan
dilakukuan Hayati (2015) pada fortifikasi kulit 15% memiliki nilai sebesar 10,42% (Benita,
bakpao dengan tepung kijing air tawar yang 2001), hal ini dipengaruhi oleh jenis bahan
mengalami kenaikan seiring dengan yang digunakan seperti jenis tepung ikan yang
meningkatnya penambahan tepung kijing air digunakan.
tawar yaitu sebesar 18,62% sampai 30,26%.
Kadar Karbohidrat (By Difference)
Kadar Lemak Hasil penelitian terhadap kadar
Hasil penelitian terhadap kadar lemak karbohodrat by difference mantou tepung ikan
mantou tepung ikan sepat dengan perbedaan sepat dengan perbedaan kombinasi tepung
kombinasi tepung ikan dan tepung terigu ikan dan tepung terigu dapat dilihat pada
dapat dilihat pada Tabel 3.2. yang Tabel 3.2. yang menunjukkan bahwa nilai
menunjukkan bahwa nilai kadar lemak kadar karbohidrat mantou tepung ikan sepat
mantou tepung ikan sepat dengan perbedaan dengan perbedaan kombinasi tepung ikan
kombinasi tepung ikan sepat dan tepung sepat dan tepung terigu berkisar antara
terigu berkisar antara 3,51% sampai 7,26%. 47,64% sampai 31,21%. Nilai karbohidrat
Nilai kadar lemak tertinggi ada pada tertinggi ada pada perlakuan N0 (kontrol)
perlakuan N5 dengan perbandingan tepung dengan perbandingan tepung terigu dan
terigu dan tepung ikan sepat 50 g : 50 g yaitu tepung ikan sepat 100 g : 0 g yaitu sebesar
sebesar 7,26%. Sedangkan nilai kadar lemak 47,64%. Sedangkan nilai karbohidrat
terendah ada pada perlakuan N0 (kontrol) terendah ada pada perlakuan N5 dengan
dengan perbedaan konsentrasi tepung terigu perbandingan tepung terigu dan tepung ikan
dan tepung ikan sepat 100 g : 0 g yaitu sepat 50 g : 50 g yaitu sebesar 31,21%.
sebesar 3,51%. Perbedaan karbohidrat masing-masing
Hasil analisa keragaman menunjukkan perlakuan disebabkan perbedaan konsentrasi
bahwa perbedaan kombinasi tepung terigu tepung ikan sepat yang ditambahkan.
dan tepung ikan sepat berbeda nyata Hasil analisa keragaman menunjukkan
(Fhitung>Ftabel) terhadap kadar lemak bahwa perbedaan kombinasi tepung terigu
mantou tepung ikan sepat, dimana perlakuan dan tepung ikan sepat berbeda nyata
N0 berbeda nyata terhadap N2, N3, N4 dan (Fhitung>Ftabel) terhadap kadar karbohidrat
N5, namun berbeda tidak nyata dengan mantou tepung ikan sepat, dimana semua
perlakuan N1. Hal ini menunjukan bahwa perlakuan menunjukkan berbeda nyata
perbedaan formulasi tepung ikan dan tepung terhadap masing-masing perlakuan. Hal
terigu pada setiap perlakuan dapat tersebut disebabkan karena penggunaan
mempengaruhi kadar lemak mantou, karena tepung ikan sepat yang semakin meningkat
pada tepung ikan sepat memiliki kadar lemak pada setiap perlakuan, semakin banyak
sebesar 8,12% (Lismawarni, 2017) sedangkan tepung ikan sepat yang ditambahkan kadar
kadar lemak pada tepung terigu lebih rendah, karbohidrat semakin menurun. Semakin
yaitu sebesar 1,3% (Inglett, 1974 dalam sedikit tepung terigu yang digunakan akan
Harris, 1989). Sehingga semakin banyak menurunkan kadar karbohidrat pada mantou,
tepung ikan sepat yang digunakan akan karena sebagian besar karbohidrat pada
menaikkan kadar lemak pada mantou. mantou terdapat pada tepung terigu yaitu
Kadar lemak pada mantou tepung sebesar 71, 6% (Inglett, 1974 dalam Harris,
ikan sepat lebih rendah dari bakpao dengan 1989) sedangkan pada tepung ikan kadar
penambahan tepung kijing, yaitu pada
karbohidrat hanya sedikit yaitu 25,21% mg/g (0% bk), 1,14 mg/g (0,75% bk) dan
(Lismawarni, 2017). 3,76 mg/g (3% bk).
Kadar karbohidrat mantou dengan Kandungan kalsium sangat diperlukan
kombinasi tepung ikan sepat pada perlakuan oleh tubuh. Kecukupan kalsium yang
20% sebesar 39,13% lebih tinggi dianjurkan untuk bayi dan anak-anak serta
dibandingkan dengan bakpao tepung kijing kebanyakan orang dewasa kira-kira 500 mg
pada perlakuan 20% yaitu sebesar 26,58% seharinya. Wanita hamil dan menyusui
(Hayati, 2015). Namun lebih rendah dari memerlukan dua kali lipat (Suhardjo et al.,
penelitian roti tawar tepung ikan nilai merah 2009). Dalam hal ini berarti mengkonsumsi
pada perlakuan 15% dengan nilai sebesar mantou tepung ikan sepat tidak memberikan
38,59% (Benita, 2001). efek buruk bagi kesehatan.
terhadap derajat putih mantou ikan sepat. ikan sepat dengan kombinasi tepung ikan
Semakin tinggi nilai derajat putih yang sepat dan tepung terigu dapat dilihat pada
didapat maka semakin cerah warna pada Tabel 4. yang menunjukkan bahwa hasil
mantou. warna tertinggi dari mantou tepung ikan
Hasil analisa uji lanjut BNJ 5% sepat yang diuji, yaitu pada perlakuan N0
menunjukkan bahwa perlakuan N0 berbeda (kontrol) dengan perbandingan tepung terigu
nyata terhadap masing-masing perlakuan. Hal dan tepung ikan sepat 100 g : 0 g dengan nilai
ini menunjukan bahwa perbedaan formulasi rata-rata 6,16 (suka). Sedangkan nilai
tepung ikan dan tepung terigu pada setiap terendah didapat pada perlakuan N5 dengan
perlakuan dapat mempengaruhi derajat putih perbandingan tepung terigu dan tepung ikan
mantou. Hal tersebut terjadi karena sepat 50 g : 50g dengan nilai rata-rata 5,76
penggunaan tepung ikan sepat yang (agak suka).
meningkat pada setiap perlakuannya.
Menurut Putra (2017), warna coklat Tabel 4. Pengaruh Kombinasi Tepung Ikan
pada tepung ikan sepat siam disebabkan oleh Sepat dan Tepung Terigu terhadap
reaksi pencoklatan non enzimatis, dimana Karakteristik Sensori Mantou.
protein dan karbohidrat yang terkandung Perlakuan
Karakteristik Sensori
dalam tepung bereaksi dan menghasilkan Warna Rasa Tekstur Aroma
senyawa melanoidin yang mengubah warna N0 6,16a 5,92a 5,88a 5,69a
menjadi coklat, sehingga tepung ikan menjadi N1 5,76ab 5,92ab 5,83a 5,40ab
N2 4,86b 5,24b 5,05ab 4,73b
coklat. Reaksi maillard ini terjadi karena N3 4,53b 4,80b 4,47b 4,48b
adanya interaksi antara asam amino lisin N4 4,27bc 4,60b 4,23b 4,23b
berikatan dengan gula pereduksi. Menurut N5 3,56c 4,19b 4,19b 4,12b
Budiman et al. (2009), reaksi maillard dapat
terjadi antara lisina yang bereaksi dengan gula Hasil analisis Kruskal Wallis
pereduksi. Kandungan asam amino L-Lysin menunjukkan bahwa perbedaan kombinasi
pada tepung ikan sepat merupakan jenis asam tepung terigu dan tepung ikan sepat
amino yang tetinggi yaitu sebesar 71.234,60 memberikan pengaruh nyata terhadap warna
mg/kg (Putra, 2017), hal tersebut mantou tepung ikan sepat yang dihasilkan
menyebabkan semakin banyak konsentrasi (n>x2). Dari hasil uji lanjut perbandingan
tepung ikan sepat yang digunakan, maka akan menunjukkan bahwa N0 berbeda nyata
semakin coklat produk yang dihasilkan. terhadap semua perlakuan. Namun, berbeda
tidak nyata terhadap perlakuan N1. Hal
Karakteristik Sensori tersebut terjadi karena penggunaan tepung
Pengujian sensori produk mantou ikan sepat yang meningkat pada setiap
tepung ikan sepat dengan perbedaan perlakuannya. Semakin tinggi konsentrasi
formulasi tepung ikan sepat dan tepung terigu tepung ikan sepat yang ditambahkan maka,
dilakukan terhadap parameter warna, rasa, semakin menurun tingkat kesukaan panelis
tekstur dan aroma. Uji ini dilakukan oleh 25 terhadap warna, karena penilaian yang disukai
orang panelis semi terlatih dengan panelis cendrung memiliki spesifikasi warna
menggunakan metode uji skala hedonik 1-7. putih sampai putih kekuningan. Semakin
Pengujian organoleptik (uji hedonik) banyak tepung ikan sepat yang ditambahakan
merupakan pengujian sensori yang dilakukan maka warna mantou yang dihasilkan akan
untuk menentukan tingkat penerimaan semakin coklat dan kurang menarik. Hal
panelis terhadap suatu produk. Hasil tersebut disebabkan karena warna coklat pada
pengujian karakteistik sensori dapat dilihat tepung ikan sepat siam.
pada Tabel 4. Menurut Putra (2017), warna coklat
pada tepung ikan sepat siam disebabkan oleh
Warna reaksi pencoklatan non enzimatis, dimana
Hasil uji sensori skala hedonik protein dan karbohidrat yang terkandung
terhadap parameter warna mantou tepung dalam tepung bereaksi dan menghasilkan
senyawa melanoidin yang mengubah warna faktor penting lainnya dalam keputusan
menjadi coklat, sehingga tepung ikan menjadi terakhir konsumen untuk menerima atau
coklat. Reaksi maillard ini terjadi karena menolak suatu produk (Purwanto, 2006).
adanya interaksi antara asam amino lisin
berikatan dengan gula pereduksi. Menurut Tekstur
Budiman et al. (2009), reaksi maillard dapat Hasil uji sensori skala hedonik
terjadi antara lisina yang bereaksi dengan gula terhadap parameter tekstur mantou tepung
pereduksi. Kandungan asam amino L-Lysin ikan sepat dengan kombinasi tepung ikan
pada tepung ikan sepat merupakan jenis asam sepat dan tepung terigu dapat dilihat pada
amino yang tetinggi yaitu sebesar 71.234,60 Tabel 3.4. Tingkat kesukaan panelis terhadap
mg/kg (Putra, 2017), hal tersebut tekstur mantou ikan sepat memiliki nilai
menyebabkan semakin banyak konsentrasi tertinggi 5,88 (agak suka) yaitu pada N0
tepung ikan sepat yang digunakan, maka akan (kontrol) dengan perlakuan tanpa kombinasi
semakin coklat produk yang dihasilkan. tepung ikan sepat sedangkan nilai terendah
pada N5 yaitu dengan perbandingan
Rasa kombinasi tepung terigu dan tepung ikan
Hasil uji sensori skala hedonik sepat sebesar 50 g : 50 g dengan nilai
terhadap parameter rasa mantou tepung ikan kesukaan 4,19 (netral). Semakin banyak
sepat dengan kombinasi tepung ikan sepat tepung ikan yang digunakan maka tekstur
dan tepung terigu dapat dilihat pada Tabel yang dihasilkan akan semakin keras. Hal
3.4. Hasil rasa tertinggi dari mantou tepung tersebut sejalan dengan hasil tekstur pada
ikan sepat yang diuji, yaitu pada perlakuan N0 parameter fisik, semakin banyak tepung ikan
(kontrol) dengan perbandingan tepung terigu sepat yang digunakan maka tekstur yang
dan tepung ikan sepat 100 g : 0 g dengan nilai dihasilkan akan semakin keras dan tingkat
rata-rata 5,92 (agak suka) dan perlakuan N1 kesukaan panelis menjadi menurun.
(10%) dengan perbandingan tepung terigu Hasil analisis Kruskal Wallis
dan tepung ikan sepat 90 g : 10 g dengan nilai menunjukkan bahwa perbedaan kombinasi
rata-rata 5,92 (agak suka). Sedangkan nilai tepung terigu dan tepung ikan sepat
terendah didapat pada perlakuan N5 dengan memberikan pengaruh nyata terhadap tekstur
perbandingan tepung terigu dan tepung ikan mantou tepung ikan sepat yang dihasilkan
sepat 50 g : 50 g dengan nilai rata-rata 4,19 (n>x2). Dari hasil uji lanjut perbandingan
(netral). menunjukkan bahwa N0 berbeda nyata
Hasil analisis Kruskal Wallis terhadap perlakuan N3, N4 dan N5. Namun,
menunjukkan bahwa perbedaan kombinasi berbeda tidak nyata terhadap perlakuan N1
tepung terigu dan tepung ikan sepat dan N2. Hal ini terjadi karena penggunaan
memberikan pengaruh nyata terhadap rasa tepung ikan sepat yang meningkat pada setiap
mantou tepung ikan sepat yang dihasilkan perlakuannya yang menyebabkan kadar air
(n>x2). Dari hasil uji lanjut perbandingan yang semakin rendah, semakin banyak tepung
menunjukkan bahwa N0 berbeda nyata ikan sepat yang ditambahakan maka kadar air
terhadap semua perlakuan. Namun, berbeda akan semakin menurun, hal tersebut
tidak nyata terhadap N1. Hal ini disebabkan disebabkan karena protein pada tepung ikan
karena, semakin banyak tepung ikan sepat sepat telah terdenaturasi pada saat proses
yang ditambahkan akan menurunkan tingkat pengukusan dan penyangraian, sehingga
kesukaan konsumen karena mantou yang kemampuan protein untuk menahan air
dihasilkan sangat terasa ikan sepat. Rasa berkurang.
merupakan salah satu faktor yang Selain itu jumlah penggunaan tepung
mempengaruhi penerimaan konsumen terigu dapat berpengaruh terhadap kadar air,
terhadap suatu produk. Meskipun penilaian karena di dalam tepung terigu terdapat
terhadap parameter lain baik, jika rasanya protein berbentuk gluten. Menurut Muchtadi
tidak enak, maka produk tersebut tidak akan dan Sugiyono (2013), gluten ini terbetuk dari
diterima. Oleh karena itu, rasa merupakan fraksi glutenin dan gliadin yang bereaksi
dengan air, kedua protein ini jika diadon 1. Pembuatan mantou dengan kombinasi
bersama air akan membentuk adonan yang tepung ikan sepat dan tepung terigu dapat
liat dan elastis. mempengaruhi karakteristik kimia, fisik
dan sensoris mantou yang dihasilkan.
Aroma 2. Semakin banyak tepung ikan sepat yang
Hasil analisis uji hedonik terhadap ditambahkan pada mantou maka
parameter aroma mantou tepung ikan sepat berpengaruh nyata terhadap karakteristik
dengan kombinasi tepung ikan sepat dan kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar
tepung terigu dapat dilihat pada Tabel 3.4. lemak, kadar karbohidrat, kadar kalsium
yang menunjukkan bahwa hasil nilai aroma dan kadar fosfor.
tertinggi dari mantou tepung ikan sepat yang 3. Mantou dengan penambahan tepung ikan
diuji, yaitu pada perlakuan N0 (kontrol) sepat 20% memberikan pengaruh terbaik
dengan perbandingan tepung terigu dan terhadap karakteristik kimia, fisik dan
tepung ikan 100 g : 0 g dengan nilai rata-rata sensori.
5,69 (agak suka) sedangkan nilai terendah
terdapat pada perlakuan N5 dengan
perbandingan tepung terigu dan tepung ikan DAFTAR PUSTAKA
sepat 50 g : 50 g dengan nilai rata-rata 4,12
(netral). [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1995.
Hasil analisis Kruskal Wallis Roti Tawar SNI 01-3840-1995.
menunjukkan bahwa perbedaan kombinasi BSN, Jakarta
tepung terigu dan tepung ikan sepat Benita I. 2001. Mempelajari Suplementasi Roti
memberikan pengaruh nyata terhadap aroma Tawar Dengan Tepung Ikan Nila Merah
mantou tepung ikan sepat yang dihasilkan (Oreochromis sp), Skripsi S1. Fakultas
(n>x2). Dari hasil uji lanjut perbandingan Perikanan dan Ilmu Kelautan
menunjukkan bahwa N0 berbeda nyata Institut Pertanian Bogor, Bogor.
dengan seluruh perlakuan dan N2 tidak Budiman Z., Wulandari., dan T. Suryati.
berbeda nyata dengan N3, N4 dan N5. Hal ini 2009. Suplementasi tepung putih
disebabkan penggunaan tepung ikan sepat telur untuk memperbaiki nilai nutrisi
yang semakin meningkat pada setiap snack ekstrusi berbahan grits jagung.
perlakuannya. Semakin banyak tepung ikan Jurnal Media Peternakan. 32(3): 179-
sepat yang ditambahkan, mantou yang 184.
dihasilkan akan memiliki aroma yang tidak deMan JM. 1997. Kimia Makanan;
disukai. Hal tersebut dikarenakan tepung ikan Terjemahan Kosasih Padmawinata.
sepat memiliki aroma yang amis, sehingga Penerbit ITB, Bandung.
semakin banyak tepung ikan sepat yang Fahrudin D. 2009. Pengaruh Penambahan
digunakan maka aroma ikan sepat yang Tepung Daging-Tulang Leher Ayam
dihasilkan akan semakin kuat. Aroma yang Pedaging Terhadap Sifat Fisik
dihasilkan tidak hanya berasal dari suatu Organoleptik Roti Tawar Berbahan
komponen yang menimbulkan bau khas, Terigu dan Tepung Ubi Jalar. Skripsi
tetapi perbandingan berbagai komponen S1. Fakultas Peternakan Institut
bahan seperti jenis tepung, gula dan lain-lain Pertanian Bogor, Bogor.
yang digunakan dalam adonan (Purwanto, Harris RS. dan Karmas E. 1989. Evaluasi Gizi
2006). pada Pengolahan Bahan Pangan;
Terjemahan Suminar Achmadi.
KESIMPULAN SARAN Penerbit ITB, Bandung.
Hayati M. 2015. Fortifikasi Tepung Kijing Air
Berdasarkan hasil penelitian yang Tawar (Pilsbryoconcha exilis) pada
didapat, maka dapat disimpulkan beberapa Pengolahan Kulit Bakpao. Skripsi S1.
hal sebagai berikut: Fakultas Perikanan dan Kelautan.
Universitas Riau, Riau.
Hu XZ., Sheng XL, Liu L., Ma Z., Li XP. (Trichogaster pectoralis). Skripsi S1.
dan Zao WQ. 2015. Food system Fakultas Pertanian Universitas
advances towards more nutritious Sriwijaya, Indralaya.
and sustainable mantou production Shiau SY., Wu MY. dan Liu YL. 2015. The
in China. Asia Pac J Clin Nutr. 24(2): effect of pineapple core fiber on
119-205. dough rheology and the quality of
Husnah S. 2010. Pembuatan Tepung Ubi Jalar mantou. Journal of food and drug
Ungu (Ipomoea batatas Varietas analysis. 23: 493-500.
Ayamurasaki) dan Aplikasinya dalam Suhardjo., Harper LJ., Deaton BJ., dan
Pembuatan Roti Tawar. Skripsi S1. Driskel JA. 2009. Pangan, Gizi dan
Fakultas Teknologi Pertanian. Pertanian. UI-Press, Jakarta.
Institut Pertanian Bogor, Bogor. Supriadi C. 2004. Suplementasi Tepung Rumput
Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari, SN Laut Eucheuma cottonii pada Pembuatan
Wirjoatmojo. 1993. Freshwater Fishes Roti Tawar dan Cookies. Skripsi S1.
Of Western Indonesiaand Sulawesi. Fakultas Teknologi Pertanian.
Periplus Editions Limited. Jakarta. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Kusnandar F. 2011. Kimia Pangan Thalib A. 2009. Pemanfaatan Tepung Tulang
Komponen Makro Seri 1. Dian Ikan Mandidihang (Thunnus albacores)
Rakyat, Jakarta. Sebagai Sumber Kalsium dan Fosfor
Lestari DP. 2010. Karakteristik Fisikokimia untuk Meningkatkan Nilai Gizi
Tepung Sorgum Fermentasi dan Makron Kenari. Tesis S2. Sekolah
Aplikasinya Sebagai Bahan Subsitusi Pascasarjana Institut Pertanian
Roti Tawar. Skripsi S1. Fakultas Bogor, Bogor.
Teknologi Pertanian. Institut Vina Y. 2013. Chinese Steamed Bun Aka
Pertanian Bogor, Bogor. Mantou.
Lismawarni E. 2017. Karakteristik Fisiko-Kimia https://cookpad.com/id/resep/941
dan Sensoris Pempek Nasi dengan 718-chinese-steamed-bun-aka-
Kombinasi Tepung Ikan Sepat Siam mantou (Diakses 14 November
(Trichogaster pectoralis). Skripsi S1. 2016).
Fakultas Pertanian. Universitas Yanuar V., Santoso J. dan Salamah E. 2009.
Sriwijaya, Palembang. Pemanfaatan cangkang rajungan
Muchtadi TR. dan Sugiyono. 2013. Prinsip (Portunus pelagicus) sebagai sumber
Proses dan Teknologi Pangan. Penerbit kalsium dan fosfor dalam
Alfabeta, Bandung. pembuatan produk crackers. Jurnal
Muslim. 2008. Potensi Rawa Lebak Lebung Pengolahan Hasil Perikanan. 12(1): 59-
untuk Pengembangan Budidaya 72.
Ikan Air Tawar di Sumatra Selatan. Zuryani H. dan Muslim. 2006. Jenis-Jenis
Universitas Sriwijaya, Sumatra Ikan Rawa Ekonomis yang
Selatan. Tertangkap di Rawa Banjiran Sekitar
Nurhayati T. 1996. Studi pembuatan tepung Sungai Kelekar Indralaya Ogan Ilir.
ikan pangan (Fish Flour) dari ikan Makalah pada Seminar Forum Perairan
lemuru. Buletin Teknologi Hasil Umum Indonesia III, Di Palembang
Perikanan. 2(1): 44-49. Tanggal 27-28 November 2006.
Purwanto E. 2006. Pengaruh Penambahan
Rumput Laut Kappaphycus alvarezii
terhadap Mutu Kue Mochi. Skripsi
S1. Fakultas Perikanan dan Ilmu
kelautan Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Putra WP. 2017. Kandungan Gizi Ikan Sepat
Siam dan Tepung Ikan Sepat Siam