You are on page 1of 14

MAKALAH PATOFISIOLOGI

PROSES PATOFISIOLOGI PADA SISTEM TUBUH MANUSIA SISTEM


PERSARAFAN

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Dedi Damhudi, S,Kp., M.Kep., Sp.KMB

DISUSUN OLEH

Arliansah Aldi 221121007

Elisabet Likia 221121022

Kasianus Feliks 221121035

Triana Jeni 221121072

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN NERS

POLITEKNIK KEPERAWATAN PONTIANAK

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Segala Pujian dan Syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas Rahmat dan Karunia nya Makalah Patofisiologi yang membahas
tentang “proses patofisiologi pada sistem tubuh manusia sistem persarafan ” ini
dapat selesai tepat waktu tanpan adanya kendala yang menghambat pembuatan
Makalah ini.

Kami berharap semoga Makalah Patofisiologi dengan judul “Proses


patofisiologi pada sistem tubuh manusia sistem persarafan” ini dapat berguna bagi
perkembangan Ilmu Pengetahuan, terutama di bidang Keperawatan, sehingga
dunia Keperawatan dapat berkembang menjadi lebih baik.

Kami menyadari walaupun sudah berusaha semaksimal mungkin


mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang dimiliki, Makalah ini masih
banyak kekurangan dan kelemahannya baik dari segi Bahasa, pengolahan, maupun
dalam penyusunan. Untuk ini, penulis sangat mengharapkan kritik yang sifatnya
membangun demi tercapai suatu kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan Ilmu
Pengetahuan.

Pontianak, …........... 2022

Kelompok 8

i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

Daftar Isi ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 3

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 10

Daftar Pustaka ...................................................................................................... iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem saraf manusia merupakan jalinan jaringan saraf yang saling
berhubungan, sangat khusus dan kompleks. Sistem saraf ini
mengkoordinasikan, mengatur, dan mengendalikan interaksi antara seorang
individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga
mengatur aktivitas sebagian besar sistem tubuh lainnya. Tubuh mampu
berfungsi sebagai satu kesatuan yang harmoni karena pengaturan hubungan
saraf di antara berbagai sistem. Fenomena mengenai kesadaran, daya pikir,
daya ingat, bahasa, sensasi, dan gerakan semuanya berasal dari sistem ini. Oleh
karena itu, kemampuan untuk memahami, belajar, dan berespons terhadap
rangsangan merupakan hasil dari integrasi fungsi sistem saraf, yang memuncak
dalam kepribadian dan perilaku seseorang.
Struktur dan fungsi sistem persarafan terdiri dari sel-sel yang disebut
neuron dan jaringan penunjang yang disebut neuroglia. Tersusun membentuk
sistem saraf pusat (SPP) dan sistem saraf tepi (SST). SPP terdiri atas otak dan
mendula spinalis sedangkan sistem saraf tepi merupakan susunan saraf diluar
SPP yang membawa pesan ke dan dari sistem saraf pusat. sistem persarafan
berfungsi dalam mempertahankan kelangsungan hidup melalui berbagai
mekanisme sehingga tetap mencapai kesemimbangan. Stimulus yang diterima
oleh tubuh baik yang bersumber dari lingkungan internal maupun ekternal
menyebabkan berbagai perubahan dan menuntut tubuh dapat mengadaptasi
sehingga tubuhtetap seimbang. Upaya tubuhdalam mengadaptasi perubahan
berlangsung melalui kegiatan saraf yang dikenal sebagai kegiatan refleks. Bila
tubuh tidak mampu mengadaptasinya maka akan terjadi kondisi yang tidak
seimbang atau sakit.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1. Menjelaskan pengertian dari sistem saraf
2. Menjelaskan konsep patologis pada sistem saraf

1
C. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini yaitu dapat dijadikan sebagai bahan
untuk mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan kita untuk lebih
mendalami tentang sistem neurologis/persarafan yang terkait dalam struktur
dan fungsinya serta penyakit-penyakit sehubungan dengan adanya
permasalahan pada sistem tersebut untuk dijadikan sebagai salah satu bagian
integral sari konsep dasar teori.

2
BAB II

LANDASAN TEORI
A. Pengertian Sistem Persarafan
Sistem saraf adalah sistem organ pada manusia yang terdiri atas sel
neuron yang mengkoordinasi aktifitas otot, memonitor organ membentuk atau
menghentikan masukan dari indera dan mengaktifkan aksi. Komponen utama
dalam sistem saraf adalah neuron yang diikat oleh sel-sel neurologia, neuron
memainkan peranan penting dalam koordinasi. Sistem saraf pada manusia
secara umum dibagi menjadi dua, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
(Hermansyah dkk, 2021)
Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas adalah
kemampuan menanggapi rangsangan. Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga
komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:
1. Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita
yang bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.
2. Konduktor (Penghantar impuls), dilakukan oleh sistem saraf itu sendiri.
Sistem saraf terdiri dari sel-sel saraf yang disebut neuron.
3. Efektor, adalah bagian tubuh yang menanggapi rangsangan. Efektor yang
paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar (hormon). Otot
menanggapi rangsangan yang berupa gerakan tubuh, sedangkan hormon
menanggapi rangsang dengan meningkatkan/ menurunkan aktifitas organ
tubuh tertentu. Misalnya: mempercepat/ memperlambat denyut jantung,
melebarkan/ menyempitkan pembuluh darah dan lain sebagainya.

Fungsi saraf:

1. Menerima informasi (rangsangan) dari dalam maupun dari luar tubuh


melalui saraf sensori. Saraf sensori disebut juga afferent sensory pathway.
2. Mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem saraf
pusat.
3. Mengolah informasi yang diterima baik ditingkatkan medula spinalis
maupun di otak untuk selanjutnya menentukan jawaban atau respon.

3
4. Mengantarkan jawaban secara cepat melalui saraf motorik ke organ-organ
tubuh sebagai kontrol atau modifikasi dari tindakan. Saraf motorik disebut
juga efferent motorik pathway.
B. Konsep Patologis Pada Sistem Saraf
1. Parkinson
a. Pengertian
Penyakit parkinson adalah penyakit saraf progresif yang berdampak
terhadap respon mesenfalon dan pergerakan regulasi. Penyakit ini
bersifat lambat yang menyerang usia pertengahan atau lanjut, dengan
onset pada umur 50 sampai 60an. Tidak ditemukan sebab genetik yang
jelas dan tidak ada pengobatan yang dapat menyembukannya.
b. Etiologi
Penyakit parkinson sering dihubungkan dengan kelainan
neurotransmitter di otak, faktor-faktor lainnya, seperti:
1) Defisiensi dopamine dalam substansi nigra di otak memberikan
gejala penyakit parkinson.
2) Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus,
genetik, tokisisitas atau penyebab lain yang tidak diketahui.
c. Patofisiologi
Pada kebanyakan klien, penyebab penyakit tersebut tidak diketahui,
tetapi terlihat pada usia lanjut. Kondisi ini menyertai keracunan,
toksisitas (mangan, karbon monoksida) hipoksia atau dapat akibat
pengaruh obat. Krisis oliguri menyertai parkinsonisme jenis spasme
otot-otot konjunggasi mata. Gejala klinis penyakit parkinson sebagai
berikut:bradikinesia (pergerakan lambat), hilang secara spontan,
tremor yang menetap, tindakan dan pergerakan yang tidak terkontrol.
Gangguan saraf otonom (sulit tidur, berkeringat, hipotensi ortostatik,
depresi, dimensia, wajah seperti topeng).

4
d. Bagan Patofisiologi

2. Alzheimer
a. Pengertian
Alzheimer merupakan penyakit dementia primer yang paling sering.
Penyakit Alzheimer (AD) adalah penyakit yang bersifat degenaratif
dan progresif pada otak yang menyebabkan cacat spesifik pada
neuron, serta mengakibatkan gangguan memori, berfikir dan tingkah
laku.
b. Etiologi
Penyebab penyakit alzheimer yang pasti saat ini belum diketahui.
Sedangkan, usia dari riwayat keluarga adalah faktor resiko yang sudah
terbukti untuk penyakit alzheimer. Bila anggota keluarga ada yang
menderita penyakit ini, maka diklarifikasikan sebagai familiar atau
alzheimer disease familial (ADF). Penyakit alzheimer yang timbul

5
tanpa diketahui ada riwayat familiarnya disebut sporadic atau
alzheimer disease sporadic (ADS). AD juga digambarkan sebagai:
1) Awitan dini (gejala pertama muncul sebelum 65 tahun, yaitu
dalam kisaran 30-60 tahun). AD awitan dini jarang terjadi yaitu
angka kejadiannya 5% sampai 10%. AD awitan dini ini
cenderung terjadi dalam keluarga yang dipercayai sebagai
penyebab sebenarnya karena adanya mutasi gen yang diwariskan
secara autosomal. sejauh ini, tiga gen awitan dini mutasi
penyebab AD telah didentifikasikan pada tiga kromosom yang
berbeda yaitu kromosom nomer 21, 14 dan 1.
2) Awitan lambat (gejala pertama muncul pada usia lebih dari 65
tahun). para ahli mengemukakan bahwa lebih dari satu gen yang
terlibat dalam meningkatkan resiko seseorang untuk terkenan AD
awitan lambat. penyakit alzheimer dipengaruhi oleh faktor-faktor
berikut:
a. faktor genetic d. faktor immunologis
b. faktor infeksi e. faktor neurontransmitter
c. faktor lingkungan f. faktor trauma
3) Tanda dan gejala
a. kehilangan daya ingat/memori
b. kesulitan melakukan aktifitas rutin yang bisa seperti tidak
tahu bagaimana cara membuka baju atau tidak tahu urutan-
urutan menyiapkan makanan
c. kesulitan berbahasa
d. perubahan perilaku
e. penurunan dalam memutuskan sesuatu atau fungsi eksekutif.
misalnya tidak dapat memutuskan menggunakan baju hangat
untuk cuaca dingin atau sebaliknya

6
c. Bagan Patofisiologi

3. Multiple skelrosis
a. pengertian
MS adalah penyakit degenaris sistem saraf pusat (SSP) kronis yang
meliputi kerusakan mielin (material lemak dan protein dari
selaputsaraf).
MS secara umum dianggap sebagai penyakit autoimun, dimanan
sistem imun tubuh sendiri, yang normalnya bertanggung jawab untuk

7
mempertahankan tubuh terhadap penyakit virus dan bakteri dengan
alasan yang tidak diketahui mulai menyaring jaringan tubuh normal.
pada kasus ini menyerang sel yang membentuk meilin.
MS merupakan penyakit kronis dimana terjadi demielinisasi ireguler
pada susunan sarar pusat yang mengakibatkan berbagai derajat
penurunan motorik. Ms merupakan penyakit kronis dari sistem pusat
degeratif dikarakteristik oleh adanya bercak kecil demielinisasi pada
otak dan medula spinal.
b. Etiologi
1) Gangguan autoimun (kemungkinan dirangsang/infeksi virus)
2) Kelainan pada unsur pokok lipid mielin
3) Racun yang beredar dalam CSS
4) Infeksi virus pada SPP (morbili, destemper anjing)
c. Tanda dan Gejala
1) kelelahan
2) kehilangan keseimbang
3) lemah
4) kebas, kesemutan
5) kerusakan koordinasi
6) gangguan penglihatan-diplobia, buta parsial/total
7) kelemahan ekstermitas spastik dan kehilangan reflek abdomen
8) depresi
9) Afaksia

8
d. Bagan Patofisiologi

9
BAB III

PENUTUP
A. Kesempulan
Sistem saraf adalah sistem organ pada manusia yang terdiri atas sel
neuron yang mengkoordinasikan aktifitas otot, memonitor organ, membentuk
atau menghentikan masukan dari indra dan mengaktifkan aksi. komponen
utama dalam sistem saraf adalah neuron yang diikat oleh sel-sel neuroglia,
neuron memainkan peranan penting dalam koordinasi. Sistem saraf pada
manusia secara umum dibagi menjadi dua, yaitu sistem saraf pusat dan sistem
saraf tepi. Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. iritabilitas
adalah kemampuan menanggapi rangsangan.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang bisa penulis berikan
dapat meningkatkan wawasan dan penegtahuan dalam memahami patofiologi
penyakit sistem persarafan.

10
Daftar Pustaka
Hermansyah, L. A. (2021). Patofisiologi Penyakit Pada Sistem Persyarafan. Jambi:
Politeknik Kesehatan Jambi Jurusan keperawatan.
Jennifer P. Kowalak, W. W. (2013). Buku Ajar Patofisiologi (Professional Guide to
Pathophysiology). Jakarta: EGC.
Sidharta, P. (2008). Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Jakarta: Dian Rakyat.
Sylvia A. Price, L. M. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC.
Tambayong, J. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

iii

You might also like