You are on page 1of 14

STUDI AWAL RESPON BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI PRE

NURSERY PADA PERLAKUAN STRES AIR


DAN PUPUK NPK TAWON

EARLY STUDY THE RESPONE OF PALM OIL SEEDLINGS (Elaeis guineensis Jacq) IN
PRE NURSERY ON TREATMENT OF WATER STRESS AND FERTILIZER NPK TAWON
1
Agnes Imelda Manurung, 2 Bilter A.Sirait, 3Osten M.Samosir
1
Dosen Fakultas Pertanian UDA Medan 20153; 2Dosen LLDikti Wil.I Sumatera Utara dpk
UDA; 3Dosen Fakultas Pertanian UDA

Coorresponding Author: manurunghutabarat@gmail.com

ABSTRACT. Background and Objective: Indonesia always facing negative campaign on


palm oil from many countries, until now, there has not been a study of one superior variety
planted starting from the nursery until the plants that produce palm oil in various agroclimate in
Indonesia. This research starts from seedlings with water stress and NPK Tawon fertilizer
treatment and gradually later until plants that yield of crude palm oil in various regions in
Indonesia. This study aims to determine the response of growth of palm oil seedlings (Elaeis
guineensis Jacq) to water stress and NPK Tawon fertilizer. Materials and Methods: The
experiment was conducted in the field experiment station of the Agricultural Faculty of Darma
Agung University, with ± 23 meters above sea level. The research is done in May 2019 until
August 2019. This research uses Completely Randomized Block Design non factorial method
with water stress consist of: W1 = 0,2 litre babybag -1days-1; W2 = 0,2 litre babybag-1days-3; W3
= 0,2 litre babybag-1 days-5; while NPK Tawon Fertilizer consist of :T1 = 0 g babybag -1, T2 =
10,0 g babybag-1, T3 = 15,0 g babybag-1, and T4=20,0 g babybag-1. A contrast test was carried
out to see the main effect of the water stress treatment and NPK Tawon fertilizer. Results:
Observed variables are shown that the higher the level of water stress the more depressed the
growth of oil palm seedlings in the pre nursery i.e. Accretion of plant height (cm), accretion of
stem diameter,accretion number of leaves, on the contrary increasing the content of Prolin
(mM/g) and ABA (ppm). Furthermore, the higher the NPK Tawon fertilizer, the higher the
growth of oil palm seedlings in the pre nursery. Conclusion: The higher the level of water
stress the more depressed the growth of oil palm seedlings, on the contrary increasing the
content of leaf prolin and ABA with each equation Y = 0.0007 + 0.001X with r = 0.8242 and Y
= 0.0023 + 0.0007X with r = 0.8073. Then, the higher NPK Tawon fertilizer the higher the
growth of oil palm seedlings.

Keywords: Water stress, NPK Tawon, proline and ABA content cm-2leaf area

PENDAHULUAN

Indonesia dikenal dunia juga dari kelapa sawit sebab penghasil nomor dua
terbesar minyak sawit setelah Malaysia1. Keberhasilan produksi CPO sangat ditentukan
oleh penggunaan bibit unggul bersertifikat, serta Kualitas (jenis bibit dan tingkat
pertumbuhannya) dan kuantitas bibit kelapa sawit. Kualitas bibit juga menentukan
apakah tanaman kelapa sawit dapat dipanen mulai pada umur 30 bulan di lapangan.
Kualitas bibit dipengaruhi, antara lain oleh: Varietas dan Sumber bibit atau potensi
genetik. Proses pembibitan (Kultur teknis) dalam penanaman dan pemeliharaan

33
bibit.,seleksi bibit dan umur bibit pada waktu ditanam di lapangan 1,2. Sayangnya, pada
saat panen dilapangan, walaupun dari berbagai varietas unggul, petani atau industry
besar mencampur hasil panenan sehingga tidak tahu lagi perbedaan antar varietas.
Pembibitan memiliki tujuan untuk menghasilkan bibit yang berkualitas dengan daya
tahan tinggi dan kemampuan adaptasinya yang besar sehingga factor kematian bibit di
pembibitan dan setelah di lapangan dapat dikurangi2(Ariyanti, M.G. Natali dan C.
Suherman. 2017). Titik kritis pemeliharaan bibit kelapa sawit terletak pada pemupukan
yang dimulai dari pembibitan awal sampai pembibitan utama, tanah memiliki
keterbatasan sumber hara karena ditanam dalam polybag 3 (Sari 2015 dalam Ariyanti,
M.G. Natali dan C. Suherman. 2017). Kebutuhan air di pembibitan babypolybag adalah
0.2 l air per hari3a.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menggunakan bahan tanaman bibit kelapa sawit Tenera varietas
Simalungun yang diperoleh dari PPKS Medan. Penelitian menggunakan rumah plastik
yang dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Darma Agung
kompleks TD Pardede Jl. Binjai km 10.8 Medan dan berada pada ketinggian 28 meter di
atas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2019 hingga Agustus
2019. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap non faktorial yang diulang 3
kali. Perlakuan stres air adalah W1 = 0.2 l air/ baby polybag/hari, W2 = 0,2 l air/ baby
polybag/3 hari dan W3 = 0.2 l air/baby polybag/5 hari, sedang pupuk NPK Tawon
terdiri dari T0 = 0 g/ baby polybag; T1 = 5 g/ baby polybag; T2 = 10 g/ baby polybag
dan T3 = 15 g/ baby polybag. Uji kontras dilakukan untuk melihat efek utama pengaruh
efek utama perlakuan stres air dan pupuk NPK Tawon. Variabel respon yang diamati
adalah pertambahan tinggi tanaman, pertambahan diameter batang, pertambahan
jumlah daun, kandungan Prolin per cm2 luas daun serta kandungan ABA per cm2 luas
daun. Analisis kandungan Prolin dan ABA mengikuti prosedur Laboratorium Institute
of Research and Development of Agriculture-Center for Research and Development of
Agriculture Biotechnology and Genetic Resources of Agriculture, Bogor.
HASIL DAN PEMBAHASAN

34
Pertambahan Tinggi Tanaman. Hasil pertambahan tinggi tanaman setiap 2
minggu, dari umur 4 -12 Minggu Setelah Tanam (MST)/Weeks After Planting (WAP)
ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Pertambahan Tinggi Tanaman (cm) setiap 2 minggu pada Perlakuan Stres Air dan NPK
Tawon Umur 4 MST hingga 12 MST
Table 1. The Accretion in Plant Height (cm) every 2 weeks in the Treatment of Water Stress and
NPK Tawon Age 4 WAP to 12 WAP
Perlakuan Pertambahan Tinggi Tanaman (MST)

4 MST-6 MST 6 MST-8 MST 8 MST-10 MST 10 MST-12 MST


W1 = 0.2 l air/ baby
polybag/hari 3.67a 2.71ab 3.69a 3.43a
W2 = 0.2 l air/baby polybag/3
hari 3.6ab 2.8a 3.39ab 3.39a
W3 = 0.2 l air/ baby polybag/5
hari 3.54b 2.69b 2.01b 0.18b

T0 = 0 g/ baby polybag 3.01b 2.22b 2.19b 2.16b


T1 = 5 g/ baby polybag 3.13b 3.03a 2.13b 3.46ab
T2 = 10 g/ baby polybag 4.04a 2.62ab 4.23ab 3.55ab
T3 = 15 g/ baby polybag 3.22ab 2.97a 4.71a 4.16a
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kelompok perlakuan dan kolom
yang sama tidak berbeda nyata dengan menggunakan uji LSD pada taraf uji 5%.
Note: Numbers followed by the same letters in the treatment and column the same was
not significantly different from using the LSD test at the 5% level.

Dari Tabel 1 terlihat bahwa semakin kekurangan air, pertambahan tinggi tanaman
semakin menurun, W1 (pemberian 0.2 l air/ baby polybag/hari) nyata berbeda dengan
W3 (0.2 l air/ baby polybag/5hari atau setara dengan rata-rata 0.040 l air/ baby
polybag/hari). Stres air menurunkan pertambahan tinggi tanaman, ini sangat erat
kaitannya dengan ketersediaan air yang kurang sehingga menghambat metabolisme
tanaman.
Sebaliknya, pada perlakuan NPK Tawon, semakin tinggi pemberian dosis pupuk
NPK Tawon semakin tinggi pertambahan tinggi tanaman khusunya pada umur 10 MST-
12 MST (Tabel 1).
Persamaan regresi stres air dengan pertambahan tinggi tanaman ditunjukkan pada
Gambar 1. Gambar 1 menunjukkan bahwa semakin sedikit pemberian air ke bibit kelapa
sawit khususnya pada umur 10-12 MST pertambahan tinggi tanaman semakin menurun
dengan persamaan Ŷ = 5.5433-1.605X dengan r = 0.7407. Hal ini dapat diartikan dari
sudut agronomi bahwa setiap pengurangan penyiraman 1 liter air akan menurunkan

35
pertambahan tinggi tanaman 1.605 cm dengan keeratan hubungan 74.07 %, sisanya
25.93 % diperjelas oleh faktor lain. Menurut 3Rini, M.V., dan U. Efriyani (2016),
lamanya stres air mempengaruhi pertumbuhan bibit kelapa sawit antara lain
menurunkan tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar akar dan batang, serta bobot
kering akar. Cekaman air akan membuat kadar air tanah terus menurun, pada akhirnya
akan membuat tanaman layu dan kering

Gambar 1. Hubungan Pertambahan Tinggi Tanaman (cm) dengan Stres Air pada Umur 10-12
Minggu Setelah Tanam
Figure 1. Relationship Between Plant Height Accretion (cm) and Water Stress at Age 10-12
Weeks After Planting

Hubungan pupuk NPK Tawon dengan pertambahan tinggi tanaman ditunjukkan


pada Gambar 2, terlihat bahwa semakin tinggi pemberian pupuk NPK Tawon ke bibit
kelapa sawit khususnya pada umur 10-12 MST pertambahan tinggi tanaman semakin
meningkat dengan persamaan Y = 1.81 + 0.609 X dengan r = 0.8735. Hal ini dapat
diartikan dari sudut agronomi bahwa setiap penambahan pupuk NPK Tawon 1g akan
meningkatkan pertambahan tinggi tanaman 0.609 cm dengan hubungan 87.35% .
Kelebihan NPK super star cap Tawon dibanding dengan: tidak bersifat masam-pH 6.5,
tidak merusak tanah, kandungan N = 16%, P2O5 = 16%, K2O = 16% serta memiliki
unsur hara mikro seperti: B, Zn, Cu, Mn, dan Mo4a. (https://shopee.co.id/Pupuk-NPK-
Mutiara-Tawon-Superstar-16-16-i.25394947.771861013). Diduga makin tinggi
pemberian dosis NPK Tawon makin dibutuhkan bibit kelapa sawit. N merupakan hara

36
esensial dan merupakan konstituen asam amino, protein dan klorofil, dan dibutuhkan
untuk penyusunan komponen inti sel. Dalam hal ini, N mampu meningkatkan
pertumbuhan daun dan batang kelapa sawit. Selanjutnya unsur Fosfor (P) diduga
mampu merangsang pertumbuhan dan perkembangan perakaran tanaman sehingga
penyerapan hara menjadi besar sedang K berperan dalam enzim, fotosintesis, translokasi
karbohidrat dan penyerapan CO2 pada mulut daun.

Gambar 2. Hubungan Pertambahan Tinggi Tanaman (cm) dengan Perlakuan NPK Tawon pada
Umur 10-12 Minggu Setelah Tanam
Figure 2. Relationship Between Plant Height Accretion (cm) and NPK Tawon Fertilizer at Age
10-12 Weeks After Planting

Pupuk NPK Tawon mampu menambah unsur hara dalam tanah, sehingga
pertumbuhan tanaman meningkat, dengan kata lain ada sinkronisasi antara ketersediaan
unsur hara dengan kebutuhan tanaman sehingga dapat mendorong pertumbuhan
tanaman. Pupuk NPK Tawon yang diberikan melalui tanah berhubungan dengan
mikroorganisme dan nutrisi yang dikeluarkan dari dekomposisi menjadi tersedia dan
diserap oleh akar tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman bibit kelapa sawit
meningkat. Hal ini diduga karena pupuk NPK Tawon mampu memasok unsur hara,
meningkatkan kesesuaian sifat fisik dan biologis tanah untuk bibit kelapa sawit.
Pertambahan Diameter Batang. Dari Tabel 2 terlihat bahwa semakin
kekurangan air, pertambahan tinggi tanaman semakin menurun, W1 (pemberian 0.2 l
air/ baby polybag/hari) nyata berbeda dengan W3 (0.2 l air/ baby polybag/5hari). Stres

37
air menurunkan pertambahan diameter batang, ini sangat erat kaitannya dengan
ketersediaan air yang kurang sehingga menghambat metabolisme tanaman.
Sebaliknya, pada perlakuan NPK Tawon, semakin tinggi pemberian dosis pupuk
NPK Tawon semakin tinggi pertambahan tinggi tanaman khusunya pada umur 10 MST-
12 MST (Tabel 2).
Tabel 2. Pertambahan Diameter Batang (cm) setiap 2 minggu pada Perlakuan Stres Air
dan NPK Tawon Umur 4 MST hingga 12 MST
Table 2. The Accretion of Stem Diameter (cm) every 2 weeks in the Treatment of Water
Stress and NPK Tawon Age 4 WAP to 12 WAP

Pertambahan Diameter Batang (mm)


Perlakuan
4-6 MST 6-8 MST 8-10 MST 10-12 MST
W1 = 0.2 l air/ baby
polybag/hari 1.11a 0.39a 0.65a 0.61ab
W2 = 0.2 l air/baby polybag/3
hari 1.12a 0.22ab 0.47ab 0.68a
W3 = 0.2 l air/ baby
polybag/5 hari 0.14b 0.13b 0.12b 0.12b

T0 = 0 g/ baby polybag 1.04b 0.15b 0.11b 0.12b


T1 = 5 g/ baby polybag 1.05b 0.23ab 0.30ab 0.72a
T2 = 10 g/ baby polybag 1.15ab 0.27ab 0.46ab 0.74a
T3 = 15 g/ baby polybag 1.25a 0.47a 0.59a 0.66ab
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kelompok perlakuan dan kolom yang sama
tidak berbeda nyata dengan menggunakan uji LSD pada taraf uji 5%.
Note: Numbers followed by the same letters in the treatment and column the same was not
significantly different from using the LSD test at the 5% test level.

Hubungan stres air dengan pertambahan diameter batang ditunjukkan pada


Gambar 3. Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin sedikit pemberian air ke bibit kelapa
sawit khususnya pada umur 10-12 MST pertambahan tinggi tanaman semakin menurun
dengan persamaan Ŷ = 1.03-0.28X dengan r = 0.8421. Hal ini dapat diartikan dari
sudut agronomi bahwa setiap pengurangan penyiraman 1 liter air akan menurunkan
5
pertambahan tinggi tanaman 1.605 cm dengan keeratan hubungan 84.21 %. Menurut
Taiz dan Zeiger (2002) dalam Wagino, S.M. Tarigan, E.B. Febrianto (2018) rendahnya
jumlah air akan menyebabkan terbatasnya perkembangan akar sehingga akan
menganggu penyerapan unsur hara oleh akar tanaman. Ketidakseimbangan antara
penyerapan air oleh akar dan kehilangan air akibat evapotranspirasi dapat membuat
tanaman menjadi layu.

38
Gambar 3. Hubungan Pertambahan Diameter Batang (cm) dengan Stres Air pada Umur 10-12
Minggu Setelah Tanam
Figure 3. Relationship Between Stem Diameter Accretion (cm) and Water Stress at Age 10-12
Weeks After Planting

Hubungan pupuk NPK Tawon dengan pertambahan diameter batang ditunjukkan


pada Gambar 4. Gambar 4 menunjukkan bahwa semakin tinggi pemberian pupuk NPK
Tawon ke bibit kelapa sawit khususnya pada umur 10-12 MST pertambahan diameter
batang tanaman semakin meningkat dengan persamaan Ŷ = 0.08 +0.192X dengan r =
0.7046. Hal ini dapat diartikan dari sudut agronomi bahwa setiap penambahan pupuk
NPK Tawon 1g akan meningkatkan pertambahan diameter batang 0.192 cm dengan
hubungan 70.46% .

39
Gambar 4. Hubungan Pertambahan Diameter Batang (cm) dengan Pupuk NPK Tawon pada
Umur 10-12 Minggu Setelah Tanam

Figure 4. Relationship Between Stem Diameter Accretion (cm) and NPK Tawon Fertilizer at
Age 10-12 Weeks After Planting

Ardiansyah, H.P.F., S.M. Rohmiyanti, A.Mu’in (2018) mengemukakan bahwa


tidak terdapat interaksi nyata antara volume siraman dan jenis tanah terhadap
pertumbuhan bibit kelapa sawit di pre-nursery.
Pertambahan Jumlah Daun.
Dari Tabel 3 terlihat bahwa semakin kekurangan air, pertambahan tinggi tanaman
semakin menurun, W1 (pemberian 0.2 l air/ baby polybag/hari) nyata berbeda dengan
W3 (0.2 l air/ baby polybag/5hari). Stres air menurunkan pertambahan diameter batang,
ini sangat erat kaitannya dengan ketersediaan air yang kurang sehingga menghambat
metabolisme tanaman.
Sebaliknya, pada perlakuan NPK Tawon, semakin tinggi pemberian dosis pupuk
NPK Tawon semakin tinggi pertambahan tinggi tanaman khusunya pada umur 10 MST-
12 MST (Tabel 3).

40
Tabel 3. Pertambahan Jumlah Daun setiap 2 minggu pada Perlakuan Perlakuan Stres Air dan
NPK Tawon Umur 4 MST hingga 12 MST
Table 3. The Accretion Number of Leaves Every 2 weeks in the Treatment of Water Stress
Treatment and NPK Tawon Age 4 WAP to 12 WAP

Perlakuan Pertambahan Jumlah Daun (helai)


4-6 MST 6-8 MST 8-10 MST 10-12 MST
W1 = 0.2 l air/ baby
polybag/hari 1.00tn 1.00 tn 1.16a 0.61a
W2 = 0.2 l
air/baby
polybag/3 hari 1.00 tn 0.95 tn 1.08ab 0.50ab
W3 = 0.2 l air/
baby polybag/5
hari 0.98 tn 0.97 tn 1.00b 0.44b

T0 = 0 g/ baby
polybag 0.96 tn 0.93 tn 1.00b 0.25b
T1 = 5 g/ baby
polybag 1.00 tn 0.96 tn 1.04ab 0.40ab
T2 = 10 g/ baby
polybag 1.00 tn 1.00 tn 1.11ab 0.70a
T3 = 15 g/ baby
polybag 1.00 tn 1.00 tn 1.18a 0.71a
ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kelompok perlakuan dan kolom yang sama
tidak berbeda nyata dengan menggunakan uji LSD pada taraf uji 5%.
note: Numbers followed by the same letters in the treatment and column the same was not
significantly different from using the LSD test at the 5% test level.

Hubungan stres air dengan pertambahan jumlah daun ditunjukkan pada Gambar 5.
Gambar 5 menunjukkan bahwa semakin sedikit pemberian air ke bibit kelapa sawit
khususnya pada umur 10-12 MST pertambahan jumlah daun semakin menurun dengan
persamaan Ŷ = 0.6867-0.085X dengan r = 0.972. Hal ini dapat diartikan dari sudut
agronomi bahwa setiap pengurangan penyiraman 1 liter air akan menurunkan
pertambahan jumlah daun 0.085 helai daun dengan keeratan hubungan 97.20 %.
7
Menurut Wagino, S.M. Tarigan, E.B. Febrianto. 2018. Pemberian air 100% nyata
berbeda dengan tingkat 60% dan 20% terhadap tinggi bibit, bobot basah akar, bobot
kering akar, bobot basah tanaman dan bobot kering tanaman, volume akar, panjang akar
serta diameter batang dan jumlah daun.

41
Gambar 5. Hubungan Pertambahan Jumlah Daun (helai) dengan Stres Air pada Umur 10-12
Minggu Setelah Tanam
Figure 5. Relationship Between Accretion (cm) Number of Leaves and Water Stress Treatment
at Age 10-12 Weeks After Planting

Hubungan pupuk NPK Tawon dengan pertambahan jumlah daun ditunjukkan


pada Gambar 6. Gambar 6 menunjukkan bahwa semakin tinggi pemberian pupuk NPK
Tawon ke bibit kelapa sawit khususnya pada umur 10-12 MST pertambahan jumlah
daun semakin meningkat dengan persamaan Ŷ = 0.095+0.168X dengan r = 0.9064. Hal
ini dapat diartikan dari sudut agronomi bahwa setiap penambahan pupuk NPK Tawon
1g akan meningkatkan pertambahan jumlah daun 0.168 cm dengan hubungan 90.64% .

Gambar 6. Hubungan Pertambahan Jumlah Daun (helai) dengan Pupuk NPK Tawon pada
Umur 10-12 Minggu Setelah Tanam

42
Figure 6. Relationship Between Accretion (cm) Number of Leaves and NPK Tawon Fertilizer
Treatment at Age 10-12 Weeks After Planting

Hubungan stres air dengan kandungan prolin ditunjukkan pada Gambar 7.


Gambar 7 menunjukkan bahwa Semakin sedikit pemberian air ke bibit kelapa sawit
khususnya pada umur 12 MST menyebabkan peningkatan kandungan prolin daun
semakin tinggi dengan persamaan Ŷ = 0.0007+0.001X dengan r = 0.8242.

Gambar 7. Hubungan Stres Air dengan Kandungan Prolin Daun pada Umur 12 Minggu Setelah
Tanam
Figure 7. Relationship of Water Stress with Leaf Proline Content at Age 12 Weeks After
Planting

Hubungan stres air dengan kandungan ABA ditunjukkan pada Gambar 8. Gambar
8 menunjukkan bahwa Semakin sedikit pemberian air ke bibit kelapa sawit khususnya
pada umur 12 MST menyebabkan peningkatan kandungan ABA di dalam daun semakin
tinggi dengan persamaan Ŷ = 0.0023+0.0007X dengan r = 0.8073.

43
Gambar 8. Hubungan Stres Air dengan Kandungan ABA Daun pada Umur 12 Minggu Setelah
Tanam
Figure 8. Relationship of Water Stress with Leaf ABA Content at Age 12 Weeks After Planting

Baik Prolin maupun ABA yang terbentuk saat stress air merupakan suatu mekanisme
adaptasi tanaman
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Semakin tinggi tingkat stress air semakin tertekan pertumbuhan bibit kelapa
sawit di pre nursery, sebaliknya meningkatkan kandungan Prolin dan ABA
Daun.
2. Semakin tinggi pupuk NPK Tawon, semakin tinggi pertumbuhan bibit kelapa
sawit di pra pembibitan.

PERNYATAAN SIGNIFIKAN

Studi ini menemukan pengaruh stres air terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit dan
pengaruh pupuk NPK Tawon untuk menghasilkan pertumbuhan bibit kelapa sawit yang
lebih baik. Studi ini membantu peneliti, petani, industri benih untuk mengungkap area
kritis pembibitan di berbagai tempat di Indonesia sekaligus memilih agroklimat yang
lebih sesuai untuk TBM dan TM. Dengan demikian, dapat sampai menuju sebuah teori
baru, ditemukan bahwa pada stres air dapat diprediksi kandungan Prolin dan ABA yang
terbentuk pada bibit kelapa sawit di pre nursery.

UCAPAN TERIMAKASIH
Kami mengucapkan terima kasih kepada pengurus Yayasan Perguruan Darma Agung
serta Rektor UDA atas bantuannya baik secara material maupun moril.

DAFTAR PUSTAKA
1. Fairhurst, T and R. Hardler, 2003. Oil Palm : Management for large and
Sustainable Yield. International Potash Institute, Singapore.

44
2. Sari, Sudradjat, dan Sugiyanta, 2015. Peran pupuk oganik dalam meningkatkan
efektifitas pupuk NPK pada bibit kelapa sawit di pembibitan utama dalam
Ariyanti, M.G. Natali dan C. Suherman. 2017. Respon Pertumbuhan Bibit
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik
Asal Pelepah Kelapa Sawit dan Pupuk Majemuk NPK. Jurnal Agrikultura 2017,
28(2):64-67 ISSN 0853-2885.
DOI:https://doi.org/10.24198/agrikultura.v28i2.14955. URL:
http://jurnal.unpad.ac.id/agrikultura/article/view/14955/7060
3. Sirait, B.A dan A.I. Manurung, 2019. Budidaya Kelapa Sawit. Diktat. Program
Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian UDA.
4. Ariyanti, M.G. Natali dan C. Suherman. 2017. Respon Pertumbuhan Bibit
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik
Asal Pelepah Kelapa Sawit dan Pupuk Majemuk NPK. Jurnal Agrikultura 2017,
28(2):64-67 ISSN 0853-2885.
DOI:https://doi.org/10.24198/agrikultura.v28i2.14955. URL:
http://jurnal.unpad.ac.id/agrikultura/article/view/14955/7060
5. Sari, Sudradjat, dan Sugiyanta, 2015. Peran pupuk oganik dalam meningkatkan
efektifitas pupuk NPK pada bibit kelapa sawit di pembibitan utama dalam
Ariyanti, M.G. Natali dan C. Suherman. 2017. Respon Pertumbuhan Bibit
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik
Asal Pelepah Kelapa Sawit dan Pupuk Majemuk NPK. Jurnal Agrikultura 2017,
28(2):64-67 ISSN 0853-2885.
DOI:https://doi.org/10.24198/agrikultura.v28i2.14955. URL:
http://jurnal.unpad.ac.id/agrikultura/article/view/14955/7060
6. http://www.spks.or.id/wp-content/uploads/2017/09/4.-SOP-PEMBIBITAN-
Fixed-edit1.pdf. Standar Operasional Prosedur. No Dokumen:SOP Agro-04/00.
Di download April 2019.
7. Rini, M.V., dan U. Efriyani. 2016. Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskular dan
Cekaman Air. Menara Perkebunan 2016, 84(2), 106-115 p-ISSN: 0215-9318/e-
ISSN:1858-3768. DOI: http://dx.doi.org/10.22302/iribb.jur.mp.v84i2.225.
https://www.researchgate.net/publication/315945828_Respons_pertumbuhan_bi
bit_kelapa_sawit_Elaeis_guineensis_Jacq_terhadap_pemberian_fungi_mikoriza
_arbuskular_dan_cekaman_air
8. https://shopee.co.id/Pupuk-NPK-Mutiara-Tawon-Superstar-16-16-
i.25394947.771861013. Downloaded on Agust 2019.
9. Rosenani, A.B., R. Rovica, P.M. Cheah and C.T. Lim, (2016). Growth
Performance and Nutrient Uptake of Oil Palm Seedling in Prenursery Stage as
Influenced by Oil Palm Waste Compost in Growing Media. Hindawi Publishing
Corporation International Journal of Agronomy Vol. 2016, Article ID 6930735,
8 pages
10. Taiz, L. And E. Zeiger. (2002). Plant physiologi. Third Edition. dalam Wagino,
S.M. Tarigan, E.B. Febrianto. 2018. Respon Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) Varietas Dyxp Dumpy pada Kondisi Stres Air di Pembibitan
Awal. Agrotekma:Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian, 3(1) Desember
2018. ISSN: 2548-7841 (print); ISSN: 2614-011X
(online).DOI: https://doi.org/10.31289/agr.v3i1.
https://ojs.uma.ac.id/index.php/agrotekma/article/view/1934/1789

45
11. Ardiansyah, H.P.F., S.M. Rohmiyanti, A.Mu’in. 2018. Pengaruh volume air
siraman terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit di pre-nursery pada beberapa
jenis tanah. Jurnal Agromast Vol. 3, No.2, Okt 2018.
http://36.82.106.238:8885/jurnal/index.php/JAI/article/view/824/778
12. Caroline salazar, Hernandez, C., Pino, M.T., 2015. Plant water stress;
Associations between ethylene and abscisic acid response. Chitean Journal of
Agricultural Research 75 (suppl.1) August 2015.
13. Chaves, M.M., Maroco, J.P., dan Pereira, J.S., 2003. Understanding plant
responses to drought from genes to the whole plant. Functional Plant Biology,
30. 239-264.
14. Duangpan, S., Sujitto, and Eksomtramage, T., 2017. Genotypic variation in
Proline Accumulation during Sequenting Drought and Rewatering in Response
to Drought Preconditioning International Journal of Agricultural Technology
2017. Vol. 13 (6): 927-940
15. Hanafi, Sirait, S.M., Purwanti E., Irawan, C., Rochaeni, H., Rosita, T., and
Purba, J.A., 2017. Comparison of Abscisic Acid Hormone on the leaves of Palm
Oil Seeds with Watered and not watered. Journal of Pharmacognosy and
Phytochemistry.
16. Hendrati, R.L., Diah R., Asri, C.P., 2016. Respon Kekeringan Terhadap
Pertumbuhan, Kadar Prolin, dan Anatomi Akar Acacia auriculiformis Cunn,
Tectona Grandis L., Alstonia spectabilis Br dan Cendrela odoratal. Jurnal
Penelitian Kehutanan Wallacea Vol. 5 issue 2 (20160 123-133
17. Harun, M. H., 1997. Proline Accumulation in the Leaves of Water Stressed Oil
Palm (ElaeisguineensisJacq) Seedlings. Elaeis Vol.9 No 2, December 1997. Pp
93-99.
18. Mastur, 2016. Respon Fisiologis Tanaman Tebu terhadap kekeringan. Buletin
Tanaman Tembakau, serat, dan minyak Industri 8 (2), Oktober 2016:98-111
19. Wagino, S.M. Tarigan, E.B. Febrianto. 2018. Respon Pertumbuhan Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Varietas Dyxp Dumpy pada Kondisi Stres Air di
Pembibitan Awal. Agrotekma:Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian, 3(1)
Desember 2018. ISSN: 2548-7841 (print); ISSN: 2614-011X (online)
DOI: https://doi.org/10.31289/agr.v3i1.https://ojs.uma.ac.id/index.php/agrotekm
a/article/view/1934/1789

46

You might also like