You are on page 1of 25

PPPPTK Bidang Bangunan dan Listrik Medan 2015

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja memegang peranan yang sangat vital bagi keselamatan pekerja
dimana pekerja berada, disamping kesehatan yang perlu diperhatikan. Dalam kenyataan di
lapangan bahwa para pekerja selalu mengabaikan keselamatan dan kesehatan terutama para
pekerja yang berada pada bengkel-bengkel kecil atau bengkel-bengkel kaki lima. Sebagai ilustrasi
contoh mengelas tanpa menggunakan pelindung, membuang oli bekas disembarang tempat dll.
Dengan kenyataan tersebut perlu kiranya K3 perlu disampaikan kepada peserta diklat yang
nantinya bisa sampaikan ke peserta didik, dimana peserta didik akan bekerja di dunia industry.

B. Deskripsi Singkat
Bahan ajar ini berisikan informasi tentang definisi dan pengertian K3 berdasarkan ILO/WHO,
sejarah perkembangan K3 mulai dari pra-sejarah hingga sekarang, syarat-syarat keselamatan
kerja, pengaruh buruk terhadap lingkungan kerja, media alat pemadam kebakaran, cara
memadamkan api, factor resiko, pendekatan untuk mengurangi resiko, batasan beban yang boleh
diangkat, SOP pengguna APAR, SOP pengguna hidrant

C. Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai mempelajari bahan ajar ini, peserta diklat dapat memahami dan mampu
mengeterapkan K3 di sekolah

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


Mendeskripkan K3, mengidentifikasi aspek-aspek keamanan kerja, mendemontrasikan pemadam
kebakaran, melakukan pengangkatan benda kerja secara manual dan menerapkan pekerjaan
sesuai dengan SOP untuk APAR

1
PPPPTK Bidang Bangunan dan Listrik Medan 2015

BAB II

MATERI POKOK 1

A. JUDUL : MENDESKRIPKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

B. INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah selesai mempelajari materi ini peserta diklat dapat mendefinisikan pengertian K3 dan
sejarah perkembangan K3

C. URAIAN

1. Definisi/ Pengertian K3

Dalam pemahaman secara umum, bahwa K3 adalah segala upaya untuk mengendalikan
resiko yang berhubungan dengan aktivitas maupun kegiatan kerja agar tercipta tempat kerja
yang nyaman, efisien dan produktif. Sasaran utama dari K3 ditujukan terhadap pekerja,
dengan melakukan segala daya upaya berupa pencegahan, pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan tenaga kerja agar terhindar dari resiko buruk di dalam melakukan pekerjaan.
Dengan memberikan perlindungan K3 dalam melakukan pekerjaannya, diharapkan pekerja
dapat bekerja dengan aman, sehat dan produktif.

Secara keilmuan K3, didefinisikan sebagai ilmu dan penerapan teknologi tentang pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Dari aspek hokum, K3 merupakan kumpulan
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja. Melalui peraturan yang jelas dan sanksi yang tegas, perlindungan K3 dapat
ditegakkan. Untuk itu diperlukan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang K3.
Ditingkat internasional telah disepakati adanya konvensi-konvensi yang mengatur tentang
K3 secara universal sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik yang
dikeluarkan oleh organisasi dunia seperti ILO, WHO, maupun tingkat regional.

Definisi K3 yang dirumuskan oleh ILO/ WHO Joint Safety and Health Committee, yaitu :
Accupational Health and Safety is the promotion and maintenance of the highest degree of
physical, mental and social well-being of all occupation; the prevention among workers of
defartures from health caused by their working conditions; the protection of worker in their
employment from risk resulting from factors adverse to health; the placing and maintenance of

2
PPPPTK Bidang Bangunan dan Listrik Medan 2015

the worker in an accupational environment adapted to his physiological and physiological


equipment and to summarize the adaptation of work to man and each man to his job

Bila dicermati definisi K3 diatas, maka definisi tersebut dapat dipilah-pilah dalam beberapa
kalimat yang menunjukkan bahwa K3 adalah :
a. Promosi dan memelihara derajat tertinggi semua pekerja baik secara fisik, mental, dan
kesejahteraan social di semua jenis pekerjaan
b. Untuk mencegah penurunan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerja mereka
c. Melindungi pekerja pada setiap pekerjaan dari resiko yang timbul dari factor-faktor yang
dapat mengganggu kesehatan
d. Penempatan dan memelihara pekerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi
psikologis pekerja dan untuk menciptakan kesesuaian antara pekerjaan dengan pekerja dan
setiap orang dengan tugasnya.
Dari pengertian di atas dapat diambil suatu tujuan dari K3 yaitu untuk menjaga dan meningkatkan
status kesehatan pekerja pada tingkat yang tinggi dan terbebas dari factor-faktor di lingkungan
kerja yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. Definisi oleh ILO dan WHO
dapat ditelaah dengan menggunakan sistematika 4 W (What, Who, When, Where) dan 1 H
(How).

What, berarti apa atau apakah. Dalam konteks pembahasan ini sesuai dengan defines di atas,
maka yang dimaksud dengan kata What apa yang terjadi perhatian dalam keilmuan K3. Dari
definisi di atas terlihat konsern K3 yang dirumuskan lebih memperhatikan aspek kesehatan
dengan penekananterhadap pengendalian terhadap potensi-potensi hazard yang ada dilingkungan
kerja. Pada definisi di atas juga terlihat sedikit mengenai aspek keserasian anatara pekerja dengan
pekerjaan dan lingkungan kerja (aspek ergonomic)

Who, adalah semua pekerja yang berada di tempat kerja mulai dari level tertinggi dalam
menejemen sampai level terendah. Aspek yang diperhatikan meliputi fisik, mental dan
kesejahteraan social.

When, bila merujuk pada definisi di atas terdapat kata promotion, prevention, protection, dan
maintenance, menunjukkan bahwa K3 dalam penerapannya dilakukan di semua tahapan proses.
Tahapan yang dimaksud misalnya tahap disain(preventif dan promotif), Tahap proses berjalajn

3
PPPPTK Bidang Bangunan dan Listrik Medan 2015

(protection dan maintenance) serta dapat dilakukan pada saat pasca operasi khususnya untuk
penanganan masalah keselamatan dan kesehatan produk dan masalah limbah produksi.

Where, berarri dimana K3 harus di jalankan atau dilaksanakan, maka tempat penerapan K3
adalah pada setiap pekerjaan di lingkungan kerja

How, bagaimana yang maksudnya adalah bagaimana metode untuk melaksanakan K3 di


lingkungan kerja pada semua jenis pekerjaan. Terlihat bahwa penerapan K3 menurut ILO dan
WHO adalah dengan melakukan promotive, preventive, protective, maintenance dan adaptive.

Dilihat dari segi ekonomis, bahwa dengan menerapkan K3, maka tingkat kecelakaan akan
menurun, sehingga kompetensi terhadap kecelakaan juga menurun, dan biaya tenaga kerja dapat
berkurang. Sejalan dengan itu, K3 yang efektif akan dapat meningkatkan produktivitas kerja
sehingga dapat meningkatkan hasil produksi. Hal ini pada gilirannya kemudian dapat mendorong
semua tempat kerja maupun tempat-tempat umum merasakan perlunya dan memiliki budaya K3
untuk diterapkan disetiap tempat dan waktu dimana berada.

Dengan melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap tenaga kerja dari resiko
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu melakukan pekerjaan di
tempat kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan K3, diharapkan akan tercipta tempat aman,
nyaman, sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja.
Dengan demikian K3 sangat besar perannya dalam upaya meningkatkan produktivitas, terutama
dapat mencegah korban manusia dan segala kerugian akibat kecelakaan.

Berdasarkan data bahwasetiap tahun di dunia terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 juta pekerja
menderita penyakit akibat kerja, kematian mencapai 2,2 juta orang dengan kerugian financial
sebesar 1.25 triliun USD. Sedangkan di Indonesia menurut data PT. Jamsostek (Persero) dalam
periode 2002 – 2005 terjadi lebih dari 300 ribu kecelakaan kerja, 5 ribu kematian, 500 cacat tetap
dan konpensasi lebih dari Rp 550 milyar. Kompensasi ini adalah sebagian dari kerugian langsung
dan 7.5 juta pekerja sector formal yang aktif sebagai peserta Jamsostek. Diperkirakan kerugian
tidak langsung dari seluruh sector formal lebih dari Rp 2 triliun, dimana sebagian besar
merupakan kerugian dunia usaha (DK3N,2007).

4
PPPPTK Bidang Bangunan dan Listrik Medan 2015

2. Sejarah Perkembangan K3

Sejarah perkembangan K3 mulai dari zaman pra-sejarah sampai dengan zaman modern sekarang
secara ringkas adalah sebagai berikut :
a. Zaman Pra-Sejarah
Pada zaman batu dan goa (Paleolithic dan Neolithic) dimana manusia yang hidup pada zaman
ini telah mulai membuat kapak dan tombak yang mudah untuk digunakan serta tidak
membahayakan bagi mereka saat digunakan.
b. Zaman Bangsa Babylonia (Dinasti Summeria) di Irak
Pada era ini masyarakat sudah mencoba membuat sarung kapak agar aman dan tidak
membahayakan bagi orang yang membawanya. Pada masa ini masyarakat sudah mengenal
berbagai macam peralatan yang digunakan untuk membantu pekerjaan mereka.
c. Zaman Mesir Kuno
Pada masa ini terutama pada masa berkuasanya Fir’aun banyak sekali dilakukan pekerjaan-
pekerjaan raksasa yang melibatkan banyak orang sebagai tenaga kerja. Pada masa Raja
Ramses II dilakukan pekerjaan pembangunan terusan dari Mediterania ke laut Merah.
Disamping itu untuk menjaga agar pekerjaannya lancer, Raja Ramses II menyediakan tabib
serta pelayan untuk menjaga kesehatan para pekerjanya.
d. Zaman Yunani Kuno
Pada zaman Yunani Kuno tokoh yang paling terkenal adalah Hippocrates. Ia berhasil
menemukan adanya penyakit tetanus pada awak kapal yang ditumpanginya.

e. Zaman Romawi
Para ahli seperti Lecretius, Martial, dan Vritivius mulai memperkenalkan adanya gangguan
kesehatan yang diakibatkan karena adanya paparan bahan-bahan toksik dari lingkungan kerja
seperti timbale dan sulfur. Pada masa pemerintahan Jendral Alexander Yang Agung sudah
dilakukan pelayanan kesehatan bagi angkatan perang.

f. Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan sudah diberlakukan pembayaran terhadap pekerka yang mengalami
kecelakaan sehingga menyebabkan cacat atau meninggal. Masyarakat pekerja sudah

5
PPPPTK Bidang Bangunan dan Listrik Medan 2015

mengenal akan bahaya vapour di lingkungan kerja sehingga disyaratkan bagi pekerja yang
bekerja pada lingkungan yang mengandung vapour harus menggunakan masker.

g. Abad ke – 16
Salah satu tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Phillipus Aureolus Theopharastus
Bombastus von Hoheim atau yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Paracesus mulai
memperkenalkan penyakit-penyakit akibat kerja terutama yang dialami oleh pekerja tambang.
Pada era ini seorang ahli bernama Agricola dalam bukunya De Re Metallica Bahkan sudah
mulai melakukan upaya pengendalian bahaya timbale di pertambangan dengan menerapkan
prinsip ventilasi.

h. Abad ke – 18
Pada masa ini ada seorang ahli bernama Bernardino Ramazzini (1664 – 1714) dari
Universitas Modena di Italia, menulis dalam bukunya yang terkenal : Discourse on the
diseases of workers, (buku ini dipakai sebagai referensi oleh para ahli K3 sampai sekarang.
Ramazzini melihat bahwa ada dua factor besar yang menyebabkan penyakit akibat kerja,
yaitu bahaya yang ada dalam bahan-bahan yang digunakan ketika bekerja dan adanya
gerakan-gerakan janggal yang dilakukan oleh para pekerja ketika bekerja (ergonomic
factors).

i. Era Rovolusi Industri (Traditional Industrialization)


Pada era ini hal-hal yang turut mempengaruhi perkembangan K3 adalah :
 Penggantian tenaga hewan dengan mesin-mesin seperti mesin uap yang baru
ditemukan sebagai sumber energy
 Penggunaan mesin-mesin yang menggantikan tenaga manusia
 Pengenalan metode-metode baru dala pengolahan bahan baku (khususnya bidang
industry kimia dan logam)
 Pengorganisasian pekerjaan dalam cakupan yang lebih besar berkembangnya
industry yang ditopang oleh penggunaan mesin-mesin baru
 Perkembangan teknologi ini menyebabkan mulai muncul penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan pemakaian karbon dari bahan-bahan sisa pembakaran.

6
PPPPTK Bidang Bangunan dan Listrik Medan 2015

j. Era Industrialisasi (Modern Industrialization)


Sejak era revolusi industry di atas sampai dengan pertengahan abad 20, maka penggunaan
teknologi semakin berkembang , sehingga K3 juga mengikuti perkembangan ini.
Perkembangan pembuatan alat pelindung diri, safety devices dan alat-alat pengaman yang
lain turut berkembang.

k. Era Manajemen dan Manajemen K3


Perkembangan era manajemen modern dimulai sejak tahun 1950-an hingga sekarang.
Perkembangan ini dimulai dengan teori Heinrich (1941) yang meneliti penyebab-penyebab
kecelakaan, bahwa umumnya 85% terjadi karena factor manusia (unsafe) dan factor kondisi
kerja yang aman (unsafe condition).

l. Era Mendatang
Perkembangan K3 pada masa yang akan dating tidak hanya difokuskan pada permasalahan
K3 yang ada sebatas di lingkungan industry dan pekerja. Perkembangan K3 dimulai
menyentuh aspek-aspek yang sifatnya public atau untuk masyarakat luas. Penerapan aspek-
aspek K3 mulai menyentuh segala sector aktivitas kehidupan dan lebih bertujuan untuk
menjaga harkat dan martabat manusia serta penerapan hak asazi manusia demi terwujudnya
kualitas hidup yang tinggi.

D. LATIHAN
Dalam pemahaman secara umum, bahwa K3 adalah segala upaya untuk mengendalikan resiko
yang berhubungan dengan aktivitas maupun kegiatan kerja agar tercipta tempat kerja yang
nyaman, efisien dan produktif. Menurut pemahaman anda apa sebenarnya pemahaman nyaman,
efisien dan produktif.

E. EVALUASI MATERI POKOK1


1. Jelaskan K3 secara ke ilmuan menurut pemahaman anda !
2. Jelaskan menurut anda pemahaman K3 !
3. Jelaskan penerapan K3 ditinjau dari segi ekonomis !
4. Berdasarkan data/ pengalaman di lapangan bahwa kecelakaan kerja umumnya terjadi pada
tenaga kerja usia muda. Jelaskan menurut pemahaman anda mengapa ini bisa terjadi ?

7
PPPPTK Bidang Bangunan dan Listrik Medan 2015

BAB III
MATERI POKOK 2

A. JUDUL : MENGIDENTIFIKASI ASPEK-ASPEK KEAMANAN KERJA

B. INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah selesai mempelajari modul ini peserta mampu mengidentifikasi aspek-aspek yang
berkaitan keamanan kerja

C. URAIAN
1. Syarat-syarat Keselamatan Kerja
 Mencegah dan mengurangi kecelakaan
 Mencegah, mengurangi bahaya peledakan
 Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
 Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian
lain yang berbahaya
 Memberi pertolongan pada kecelakaan
 Memberi alat perlindungan diri kepada para pekerja
 Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran
 Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun psikis,
peracunan infeksi dan penularan
 Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
 Menyelenggarakan udara yang cukup
 Menyelenggarakan suhu dan lembab yang baik
 Memelihara kebersihan, keselamatan dan kebersihan
 Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, dan alat kerja
 Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya

2. Pengaruh Buruh Terhadap Lingkungan Kerja


 Perkembangan dan kemajuan industry mengakibatkan bertambahnya pencemaran
lingkungan
 Pencemaran tersebut adalah akibat pembuangan sisa-sisa pabrik selama atau sesudah
proses industry berlangsung

8
PPPPTK Bidang Bangunan dan Listrik Medan 2015

 Buangan ini dapat berbentuk gas, air, padat, panas, radiasi, bunyi dll
Pada permulaan perkembangan industry belum terasa pengaruh buruk yang timbul. Akan tetapi
makin terasa kerugian-kerugian yang ditimbulkan akibat makin banyaknya zat buangan dari
pabrik-pabrik industry. Pabrik-pabrik membuang kotoran dan zat-zat komia ke sungai. Sungai
tercemar yang menyebabkan kehidupan ganggang, ikan dan hewan-hewan terganggu dan
seterusnya mempengaruhi penyediaan makan bagi umat manusia.
Pengotoran udara menyebabkan kesehatan manusia terganggu. Begitu pula tumbuh-tumbuhan
dapat dirusak oleh gas-gas buangan tersebut. Menurut pengalaman, pengotoran air dan udaralah
yang paling buruk bagi kesehatan makhluk hidup.
Seperti pepatah mengatakan “ Lebih Baik Mencegah Dari Pada Mengotorinya “ (Prevention is
than cure). Begitu juga dengan pencemaran, lebih baik mencegahnya dari pada pemberbaikinya
yang diakibatkannya. Akibat dari pencemaran industry menjadi sangat serius, sehingga setiap
pencemaran yang dilakukan lambat atau cepat harus dibayar akibatnya.

D. LATIHAN
Industri disamping menghasilkan dampak positif, juga menghasilkan dampak negative terhadap
lingkungan. Menurut anda apa maksud dampak negative terhadap lingkungan

E. EVALUASI MATERI POKOK 2


1. Menurut anda pengertian lebih baik mencegah dari pada mengotori
2. Menurut anda ada kaitan K3 dengan lingkungan hidup

BAB IV

9
PPPPTK Bidang Bangunan dan Listrik Medan 2015

MATERI POKOK 3

A. JUDUL : MENDEMONTRASIKAN PEMADAM KEBAKARAN (APAR)

B. INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah selesai mempelajari modul ini peserta diklat mampu mendemontrasikan pemakaian alat
pemadam kebakaran dengan benar

C. URAIAN
1. Media/ Alat Pemadam Kebakaran

Agar bisa memadamkan secara cepat, perlu dipahami segitiga api yaitu dengan cara
menghilangkan salah satu unsur dari segitiga api seperti gambar dibawah ini

Gambar 1. Segitiga Api

Selain itu harus ada sarana dan prasarana alat pemadam kebakaran. Alat yang sifatnya
tradisional masih bisa dipakai seperti karung goni, pasir, termasuk keperluan komunikasi
kentongan dll. Sedang untuk alat pemadam kebakaran yang sifatnya umum antara lain
hydrant, mobil pemadam kebakaran, alat pemadam api ringan (APAR), sprinkler dll.

Ditinjau dari jenis api, dapat dikatagorikan menjadi jenis api jinak dan liar. Jenis api jinak
artinya api yang masih dapat dikuasai oleh manusia, sedang jenis api liar tidak dapat dikuasai.
aInilah yang dinamai kebakaran. Proses kebakaran atau terjadinya api sebenarnya bisa kita
baca dari teori segitiga api yang meliputi elemen bahan, panas dan oksigen. Tanpa salah satu
dari ketiga unsur tersebut, api tidak akan muncul.

Sedang mengenai sumber panas bisa muncul dari beberapa sebab antara lain :

10
PPPPTK Bidang Bangunan dan Listrik Medan 2015

a. Sumber api terbuka yaitu penggunaan api yang langsung dalam beraktifitas seperti masak,
las, dll
b. Listrik dinamis yaitu panas yang berlebihan dari sistem peralatan/rangkaian listrik seperti,
setrika, atau karena adanya korsleting.
c. Listrik statis yaitu panas yang ditimbulkan akibat loncatan ion negative dengan ion positif
seperti, peti
d. Mekanis yaitu panas yang ditimbulkan akibat gesekan/benturan benda seperti, gerinda,
memaku, dll
e. Kimia yaitu panas yang timbul akibat reaksi kimia seperti, karbit dengan air

Ada beberapa klasifikasi kebakaran berdasarkan jenis bahan yang terbakar antara lain :

 Kelas A : Benda padat seperti kertas, kayu, plastic, karet, kain, dll
 Kelas B : Benda cair seperti minyak tanah, bensin, solar, thiner, gas elpiji, dll
 Kelas C : Kebakaran listrik, travo, kabel/konsleting arus listrik
 Kelas D : Kebakaran khusus seperti besi, aluminium, konstruksi baja

Gambar 2. Type-type Kebakaran

Adapun media alat pemadam kebakaran, karakter dan sifat pemadamnya adalah sbb :

a. Hydrospray
Alat pemadam dengan air umumnya digunakan untuk kebakaran kelas A. Alat ini biasanya
dilengkapi dengan penera untuk mengetahui tekanan air. Penera berwarna hijau menunjukkan
alat aman untuk digunakan, sedangkan warna merah menunjukkan tekanan sudah berkurang
b. Drychemical Powder
Jenis bubuk kering digunakan untuk kelas A, B, C, dan D, sedang sifat pemadam jenis bubuk
kering antara lain :

11
PPPPTK Bidang Bangunan dan Listrik Medan 2015

 Menyerap panas dan mendinginkan obyek yang terbakar


 Menahan radiasi panas
 Bukan penghantar arus listrik
 Menutup dengan cara melekat pada objek yang terbakar karena adanya reaksi kimia
bahan tersebut saat terjadi kebakaran (reaksi panas api)
 Menghambat terjadinya oksidasi pada obyek yang terbakar
 Tidak berbahaya
 Efek samping yang muncul adalah debu dan kotor
 Dapat berakibat korosi dan kerusakan pada mesin ataupun perangkat elektronik
 Sekali pakai pada tiap kejadian

Gambar 3. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

c. Gas Cair Hallon


Alat pemadam gas cair ini bisa digunakan untuk semua jenis klasifikasi kebakaran. Sifat
pemadam ini antara lain :
 Bukan penghantar listrik
 Tidak merusak peralatan
 Non Toxic (tidak beracun)
 Bersih tidak meninggalkan bekas
 Memadamkan api dengan cara mengikat O2 disekitar area kebakaran
 Penggunaan yang multi purpose (semua klas kebakaran)
 Bisa digunakan berulang-ulang
 Lebih cepat digunakan di dalam ruang
d. Carbon dioksida
Racun api Co2 ini cocok dan efektif untuk pemadam api kelas B dan C. Sifat-sifatnya antara
lain :
 Bersih tidak meninggalkan bekas
 Non Toxic (tidak beracun)
 Bukan penghantar listrik
 Tidak merusak peralatan (elektronik/mesin)
 Cara pemadam dengan mendinginkan dan menyelimuti obyek yang terbakar
 Tepat untuk area generator dan instalasi listrik

12
PPPPTK Bidang Bangunan dan Listrik Medan 2015

 Tekanan kerja sangat besar


e. Racun Api Busa
Racun api berupa busa hanya digunakan untuk jenis kebakaran kelas A dan B. Cara kerjanya
menyelimuti dan membasahi obyek yang terbakar. Jika obyek yang terbakar benda cair, racun
api busa ini bekerja menutup permukaan zat cair. Sifat lainnya yaitu penghantar arus listrik
sehingga tidak dapat digunakan pada ruang yang berisi peralatan komponen listrik.

f. Fire Sprinkler System

Gambar 4. Fire Sprinkler

Alat ini biasanya terinstal didalam gedung dan bersifat mengandung Hg. Mekanisme kerja
sprinkler yaitu secara otomatis akan mengeluarkan air bila kepala sprinkler terkena panas.
Prinsip dasar alat ini adalah mampu menyerap kalor yang dihasilkan dari bahan yang terbakar

Gambar 5. Hydrant

g. Hydrant
Digunakan untuk jenis api kelas A dan B. Agar bisa bekerja cepat dalam keadaan darurat perlu
diperhitungkan persyaratan dan cara pemasangan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yang
antara lain :
 Tempat mudah dilihat dan dijangkau, tidak boleh digembok atau diikat mati
 Jarak jangkauan maksimum 15 meter
 Tinggi pemasangan maksimum 125 cm

13
PPPPTK Bidang Bangunan dan Listrik Medan 2015

 Jenis media dan ukuran sesuai denan klasifikasi kebakaran dan beban api
 Diperiksa secara berkala
 Bisa diisi ulang (refill)
 Kekuatan konstruksi terstandar

2. Cara Memadamkan Api

Untuk melakukan memadamkan api bila terjadi kebakaran, maka hal-hal yang harus diperhatikan
adalah sbb :
 Selalu siap mental dan jangan panic
 Perhatikan arah angin (dengan melihat lidah api)
 Membelakangi arah angin menghindar dari sisi lain
 Semprotkan/arahkan pada sumber api
 Harus tahu jenis benda yang terbakar
 Usahakan mengatur dan menahan nafas

Sedangkan prosedur emergensi evakuasi seperti berikut :

 Bunyikan/ tekan alarm terdekat


 Keluar lewat pintu terdekat
 Berkumpul ditempat yang berjarak minimal 30 meter dari sumber kebakaran
 Beritahu petugas emergensi mengenai orang-orang yang ada didalam
 Beritahu petugas emergensi mengenai alasan pengosongan ruangan
 Jangan masuk kedalam gedung lagi sampai diijinkan oleh yang berwenang

Adapun usaha preventif tanggap kebakaran adalah sbb :

 Penyuluhan dan pelatihan tentang pemadam kebakaran


 Adanya SOP cara pengoperasian pada tabung pemadam
 Pastikan listrik/api telah padam sebelum meninggalkan laboratorium
 Usahakan bak kamar mandi selalu penuh

14
PPPPTK Bidang Bangunan dan Listrik Medan 2015

D. LATIHAN

Diberikan gambar seperti dibawah ini. Coba lengkapi/ubah ke bahasa Indonesia

E. EVALUASI MATERI POKOK 3

1. Tuliskan pengertian APAR menurut anda


2. Bila ada oksigen, panas. Menurut anda bisa timbul api
3. Menurut anda, apa maksud api terbuka

15
PPPPTK Bidang Bangunan dan Listrik Medan 2015

BAB V

MATERI POKOK 4

A. JUDUL : MELAKUKAN PENGANGKATAN BENDA KERJA SECARA MANUAL

B. INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah selesai mempelajari modul ini peserta diklat dapat melakukan pengankatan benda kerja
secara manual dengan benar

C. URAIAN

1. Faktor Resiko

Pemindahan bahan secara manual apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan
menimbulkan kecelakaan dalam industry. Kecelakaan industry (industrial accident) yang
disebut sebagai “ Over exertion-lifting and carrying” yaitu kerusakan tubuh yang diakibatkan
oleh beban angkat yang berlebih. Data mengenai insiden tersebut telah mencapai nilai rata-
rata 18% dari seluruh kecelakaan selama tahun 1982 – 1985 menurut data statistic tentang
kompensasi para pekerja di negara bagian New South Wales, Australia. Dari data kecelakaan
ini 93% diantaranya diakibatkan oleh strain (rasa nyeri yang berlebihan), sedangkan 5%
lainnya pada hernia. Dari data tentang strain 61% diantaranya berada pada bagian punggung.

Faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya nyeri punggung adalah arah beban yang
diangkat dan frequensi pemindahan. Resiko-resiko nyeri tersebut banyak dijumpai pada
beberapa industry berikut ini :
 Industri berat
 Pertambangan
 Pemindahan material
 Konstruksi/ bangunan
 Pertanian
 Rumah sakit
 Dll

Usaha-usaha untuk mengurangi hal tersebut adalah dengan cara mengadakan pelatihan,
pendidikan dan penyuluhan tentang pengaruh negatifnya serta perhatian khusus pada
perancangan produk yang nantinya akan dikonsumsi untuk masyarakat. Beberapa aktivitas
yang dapat menimbulkan efek sampingan negative antara lain :

 Mengankat beban berat di kantor


 Mengangkat pasien di rumah sakit
 Menyebar benih tanaman di kebun
 Mengoperasikan peralatan/fasilitas kerja di industry manufaktur maupun jasa

16
PPPPTK Bidang Bangunan dan Listrik Medan 2015

Pada usia menengah (40 tahun) merupakan usia yang berpeluang besar untuk mendapatkan
resiko ini. Beberapa parameter yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
 Beban yang harus diangkat
 Perbandingan antara berat beban dan orangnya
 Jarak horizontal dari beban terhadap orangnya
 Ukuran beban yang akan diangkat

Beberapa factor yang berpengaruh dalam pemindahan material adalah sebagai berikut :

 Berat beban yang harus diangkat dan perbandingannya terhadap berat badan operator
 Jarak horizontal dari beban relative terhadap operator
 Jarak horizontal dari beban relative terhadap operator
 Ukuran beban yang harus diangkat memiliki pusat massa yang letaknya jauh dari badan
operator, hal tersebut akan menghalangi pandangan
 Ketinggian beban yang harus diangkat dan jarak perpindahan beban
 Beban puntirpada badan operator selama aktivitas angkat beban
 Prediksi terhadap berat beban yang akan diangkat
 Stabilitas beban yang akan diangkat
 Kemudahan untuk dijangkau oleh pekerja
 Berbagai macam rintangan yang menghalangi
 Kondisi kerja terhadap pencahayaan, temperature, kebisingan dan kelicinan lantai
 Frequensi angkat yaitu banyaknya aktivitas angkat
 Metoda angkat yang benar (tidak boleh mengangkut beban secara mendadak)

2. Pendekatan Untuk Mengurangi Resiko


Kebutuhan untuk mengangkat secara manual (tanpa alat) haruslah benar-benar diteliti secara
ergonomis. Penelitian ini akan mengakibatkan adanya standarisasi dalam aktivitas angkat
manusia. Standar kemampuan angkat tersebut tidak hanya meliputi arah beban, akan tetapi
berisi pula tentang ketinggian dan jarak operator terhadap beban yang akan diangkat.
Akhirnya, pelatihan dalam mengangkat beban dan metode angkat terbaik haruslah
diimplementasikan.

3. Batasan Beban Yang Boleh Diangkat


Pendekatan terhadap batasan dari massa beban yang akan diangkut meliputi :
 Batasan Legal (legal limitations)
 Batasan Biomekanika (biomechanical limitations)
 Batasan Fisiologi (physiological limitations)
 Batasan Psiko-fisik (pycho-physical limitations)

Penjelasan pada modul ini hanya membahas tentang batasan legal sbb :

Dalam rangka untuk menciptakan suasana kerj yang aman dan sehat maka perlu adanya suatu
batasan angkat untuk operator. Batasan angkat dipakai sebagai batasan angkat secara
internasional . Adapun variabelnya adalah sbb :

17
PPPPTK Bidang Bangunan dan Listrik Medan 2015

 Pria bibawah usia 16 tahun, maksimum angkat adalah 14 kg


 Pria usia diantara 16 tahun dan 18 tahun, maksimum angkat 18 kg
 Pria usia lebih dari 18 tahun, tidak ada batasan angkat
 Wanita usia antara 16 tahun dan 18 tahun, maksimum angkat 11 kg
 Wanita usian lebih dari 18 tahun, maksimum angkat, maksimum angkat adalah 16 kg

Tabel. 1. Tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkatnya

LEVEL BATAS ANGKAT (KG) TINDAKAN

1 16 Tidak diperlukan tindakan khusus

2 16 - 25  Tidak diperlukan alat dalam mengangkat


 Ditekankan pada metode angkat

3 25 - 34  Tidak diperlukan alat dalam mengangkat


 Dipilih job redesign (rancang ulang terhadap
tipe pekerjaan)

4 34 Haruslah dibantu dengan peralatan mekanis


Sumber Data : Worksafe Australia, 1996

Tabel 2. Tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkatnya

BATASAN ANGKAT TINDAKAN


(KG)

Dibawah 16 Tidak ada tindakan khusus yang perlu diadakan

16 - 34 Prosedur administrative dibutuhkan untuk mengidentifikasi


ketidak mampuan seseorang dalam dalam mengangkat beban
tanpa menanggung resiko yang berbahaya kecuali dengan
perantaraan alat bantu tertentu

34 - 55 Sebaiknya operator yang terpilih dan terlatih. Menggunakan


sistem pemindahan material secara terlatih harus dibawah
pengawasan supervisor

Diatas 55 Harus memakai peralatan mekanis. Operator yang terlatih dan


terpilih. Pernah mengikuti pelatihan kesehatan dan keselamatan
kerja dalam industry. Harus dibawah pengawasan ketat

Sumber Data : Komisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Inggris, 1982)

18
PPPPTK Bidang Bangunan dan Listrik Medan 2015

Gambar 6. Roller conveyor antara beberapa proses operasi akan mengurangi aktivitas angkat dan
jinjing untuk beban yang berat

Gambar 7. Stacker Kecil(small stacker) baik secara manual maupun tenaga listrik dapat
digunakan untuk memindahkan beban dari bangku kerja

Gambar 8. Floor stand (rangka besi yang dikeling pada lantai) dirancang pada ketinggian yang
antropometris untuk menghindari aktivitas jongkok dan angkat yang terlalu sering

19
PPPPTK Bidang Bangunan dan Listrik Medan 2015

SALAH BENAR

Gambar 9. Meja kerja yang menggunakan pegas (spring loaded platform)

Batasan-batasan angkat ini dapat membantu untuk mengurangi rasa nyeri, ngilu pada tulang
belakang bagi para wanita. Batasan angkat ini akan mengurangi ketidaknyamanan kerja pada
tulang belakang, terutama bagi operator untuk pekerjaan berat

D. LATIHAN
Isilah kolom kosong pada table dibawah ini !

LEVEL BATAS ANGKAT (KG) TINDAKAN

1 16

2 16 - 25

3 25 - 34

4 34
Sumber Data : Worksafe Australia, 1996

E. EVALUASI MATERI POKOK 4

1. Tuliskan factor-faktor yang mempengaruhi terhadap timbulnya nyeri punggung


2. Tuliskan beberapa factor aktivitas yang dapat menimbulkan efek sampingan
3. Pada gambar dibawah ini ditunjukkan seorang mengangkat benda kerja. Menurut anda mana
yang benar dan yang salah

20
PPPPTK Bidang Bangunan dan Listrik Medan 2015

a. …………………………… b. …………………………

21
PPPPTK Bidang Bangunan dan Listrik Medan 2015

BAB VI

MATERI POKOK 5

A. JUDUL : MENERAPKAN PEKERJAAN SESUAI DENGAN SOP APAR

B. INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah selesai mempelajari modul ini peserta diklat mampu menerapkan pekerjaan APAR sesuai
dengan SOP

C. URAIAN
1. SOP Pengguna APAR

Hal-hal yang harus dilakukan SOP pengguna APAR adalah sebagai berikut :
 Ambil APAR yang paling dekat dan mudah dijangkau
 Bawa ke sumber api dan jaga jarak kurang lebih 3 meter dan jangan melawan arah angin
 Bentangkan hose pada posisi lurus dan arahkan ke sumber api dan semprotkan sampai
padam
 Mudah dijangkau
 Tidak terhalang/ tertutup benda lain

2. SOP Pengguna Hydrant

 Buka tutup box, pastikan bahwa selang tersambung dengan benar


 Tarik keluar selang di box, pastikan selang lurus kemudian 1 orang mengarahkan
ujungnya, 1 orang menjaga dibelakangnya orang pertama (dengan posisi kaki saling
menopang), 1 orang mengatur kran air sambil mengontrol jangkauan dan kecepatan air
terkendalikan
 Arahkan pancaran air ke obyek sasaran
 Setelah selesai valve ditutup sampai air berhenti
 Masukkan selang air ke box dengan melipat dan menggantungkan pada tempatnya
 Tutup kembali box seperti semula

22
PPPPTK Bidang Bangunan dan Listrik Medan 2015

D. LATIHAN

Diberikan alat APAR, coba operasikan penggunaan alat ini bila terjadi kebakaran yang sifatnya
skala kecil.

D. EVALUASI MATERI POKOK 5

1. Tuliskan tujuan SOP untuk pekerjaan


2. Dalam SOP pengguna APAR tidak dibenarkan memadamkan api melawan angin. Menurut
anda apa maksudnya
3. Tuliskan hal-hal yang harus dilakukan SOP pengguna APAR

23
PPPPTK Bidang Bangunan dan Listrik Medan 2015

DAFTAR PUSTAKA

Eko Nurmianto, 2008. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Penerbit : Guna Widya Surabaya
60282
Indonesia
Iftikar Z. Sutalaksana Dkk. 2007. Teknik Tata Cara Kerja. Diterbitkan : Jurusan Teknik Industri
Institut
Teknologi Bandung
Hendra, 2000. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Penerbit : Widyaloka Jakarta
Jalius Jama, 2008. Teknik Sepeda Motor Jilid 1. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan
Jakarta

24
PPPPTK Bidang Bangunan dan Listrik Medan 2015

25

You might also like