You are on page 1of 16

JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN| EISSN:2549-1407 Vol. 05 No.

03, Desember 2020


https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsil DOI: 10.29244/jsil.5.3.163-178

Desain Pintu Air Sekunder Berbantu Komputer untuk Daerah


Irigasi Cinangka Kabupaten Bogor

(Computer Aided Design for Secondary Sluice on Cinangka Irrigation Area of


Bogor Regency)

Risky Ramadan1* dan Budi Indra Setiawan1


1
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Jl. Raya Dramaga, Kampus IPB Dramaga, PO BOX 220, Bogor, Jawa Barat, Indonesia

* Penulis Korespondensi: riskyramadan94@gmail.com

Diterima: 29 Juni 2020 Disetujui: 22 September 2020

ABSTRACT
The most problem that occurs in Cinangka Irrigation Area is the not function of sluice and not used
to properly regulate water of it. If the discharge regulator is not operated properly, the provision of
irrigation water has the potential to be wasteful or lacking. The purpose of this study is to determine the
discharge requirements for secondary irrigation water in Cinangka, produce a design of sluice in the
channel and an estimated cost of manufacture. The study was conducted in the Cinangka Irrigation Area,
Cibitung Tengah Village, Tenjolaya District, Bogor Regency. The study began from April - June 2020. The
results obtained were known to be evapotranspiration, effective rainfall, and irrigation needs in the
secondary channel of DI Cinangka per period of irrigation for one year. The largest Eto value occurred in
September of 5.8 mm / day, the largest Cheff value occurred in November of 8.4 mm / day and the largest
debit of needs occurred in March of 0.6 m3 / sec. Secondary sluice designed manifold steel sluice with
high specification and door width 1x 1 m, total height 2 m door, handlebar diameter 45 cm. Dratstick used
is 1.5 inches. Estimated cost for making doors is IDR 7,085,000. These costs can increase depending on
the manufacture location and manufacture services.

Keywords: computer aided design, secondary channels, sluice, visual basic applications.

PENDAHULUAN jaringan irigasi, jaringan irigasi ini


mengairi 132.45 ha.
Kabupaten Bogor memiliki Permasalahan yang terjadi di DI
potensi sumberdaya alam yang Cinangka adalah sebagian besar
menjanjikan, utamanya untuk bangunan sadap pintu air tidak berfungsi
pengembangan sektor pertanian. dan tidak digunakan untuk mengatur air
Menurut BPS (2019), jumlah luas lahan dengan semestinya (Ain 2019). Hal ini
sawah di Kabupaten Bogor mencapai diakibatkan karena perawatan dan
46780 ha yang sebagian besarnya terdiri pemeliharaan tidak dilakukan secara
dari lahan sawah irigasi 32674 ha dan rutin di bawah UPT Pengairan. Jika
sisanya 14105 ha adalah lahan sawah pengatur debit tidak dioperasikan
non irigasi. Salah satu daerah irigasi (DI) dengan semestinya, pemberian air irigasi
yang terdapat pada Kabupaten Bogor berpotensi boros ataupun kurang.
dan mengairi lahan pertanian aktif Pemberian air irigasi yang boros
adalah DI Cinangka, Desa Cibitung berdampak terhadap menurunnya
Tengah, Kecamatan Tenjolaya, distribusi air irigasi di saluran lainnya.
Kabupaten Bogor. Berdasarkan peta Luas lahan yang dapat dialiri pun akan

163
JSIL | Risky dan Setiawan : Desain Pintu Air Sekunder Berbantu Komputer untuk Daerah Irigasi Cinangka
Kabupaten Bogor

berkurang, sedangkan pemberian air pelayanan informasi secara tepat waktu,


irigasi yang terlalu sedikit menyebabkan tepat sasaran dan tepat guna.
tanaman mengalami kekeringan dan Tujuan dari penelitian ini adalah
gagal panen. (1) Mengetahui nilai evapotranspirasi di
Upaya yang dilakukan untuk DI Cinangka. (2) Mengetahui curah
mengatasi permasalahan di DI Cinangka hujan efektif pada DI Cinangka. (3)
adalah melakukan penelitian untuk Mengetahui debit kebutuhan air irigasi
menghasilkan rancangan pintu air yang pada petak sekunder DI Cinangka sesuai
sesuai dalam mengalirkan air irigasi. dengan pola tanam yang ada. (4)
Ada banyak tipe pintu air namun yang Menghasilkan rancangan pintu air
umum digunakan di Indonesia adalah saluran sekunder pada DI Cinangka
jenis pintu sorong dengan sistem berupa dimensi pintu air berupa tinggi
mekanik ke atas (vertical lift) dengan pintu, lebar pintu dan ketinggian bukaan
tipe gate dan sluice. Jenis ini umumnya pintu. (5) Mendapatkan perkiraan biaya
digunakan untuk mengatur muka air dan pembuatan pintu air sekunder.
laju aliran di saluran. Pada penelitian ini
digunakan pintu air sorong karena METODOLOGI
pengoperasiannya cukup mudah dan
biayanya tidak mahal dibandingkan jenis Penelitian dilaksanakan di Daerah
yang lainnya. Irigasi Cinangka yaitu di Desa Cibitung
Proses perancangan pintu air untuk Tengah, Kecamatan Tenjolaya,
DI Cinangka didesain dengan berbantu Kabupaten Bogor. Penelitian dimulai
komputer atau computer aided design dari bulan April – Juni 2020.
(CAD) agar dihasilkan rancangan pintu Berdasarkan peta jaringan irigasi luas
air yang memberikan suplai air irigasi DI. Cinangka sebesar 132.45 ha. Letak
secara terukur dan tepat. Karena pada geografis bendung Cinangka adalah
dasarnya prinsip pemanfaatan teknologi 6°37'39.43" LS dan 106°41'4.84" BT
komputer adalah untuk memberikan dengan elevasi 370 mdpl. Lokasi
penelitian disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Lokasi Penelitian

164
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN| EISSN:2549-1407 Vol. 05 No. 03, Desember 2020
https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsil DOI: 10.29244/jsil.5.3.163-178

Bahan yang digunakan dalam Prosedur penelitian diawali


penelitian ini merupakan data sekunder dengan studi literatur, pengumpulan
yang didapatkan dari stasiun BMKG data, perhitungan kebutuhan air irigasi,
terdekat dengan lokasi penelitian dan perhitungan kebutuhan air sumber,
hasil penelitian yang dilakukan oleh Ain perhitungan dimensi pintu air, dan
(2019) berupa data klimatologi, curah perhitungan tinggi bukaan pintu, water
hujan, efisiensi irigasi, dan layout level, dan debit air. Selain itu dilakukan
jaringan irigasi Cinangka. Untuk pembuatan gambar teknik dari pintu air
mengelola data-data tersebut diperlukan sekunder tersebut beserta rancangan
seperangkat laptop yang dilengkapi anggaran biayanya. Diagram alir
Google Earth, ArcGIS, Microsoft Excel, penelitian disajikkan pada Gambar 2.
Auto CAD, dan Microsoft Office.

Gambar 2 Diagram Alir Penelitian

165
JSIL | Risky dan Setiawan : Desain Pintu Air Sekunder Berbantu Komputer untuk Daerah Irigasi Cinangka
Kabupaten Bogor

Dalam penelitian ini, semua proses disebut prosedur. Salah satu contoh
perhitungan menggunakan aplikasi macro ditunjukkan pada Gambar 3.
Visual Basic aplication (VBA) yang Selain itu VBA ini digunakan untuk
terdapat pada Ms. Excel. Semua perintah kerja seperti mengurutkan data,
persamaan yang digunakan ditulis di menghapus, menghitung dengan
VBA dalam bentuk macro yang kemungkinan dan membuat solver.
kemudian susunan macro tersebut

Gambar 3 Sub Prosedure Macro

Pengolahan data dimulai dengan kebutuhan air persiapan lahan, curah


mengolah data klimatologi 10 tahun hujan efektif, perkolasi, luas area,
terakhir berupa suhu udara maksimum efisiensi irigasi dan pola tanam di lokasi
dan minimum, kelembaban relatif, lama tersebut.
penyinaran, kecepatan angin dari stasiun Evapotranspirasi merupakan
BMKG terdekat dengan lokasi gabungan dua istilah yang
penelitian. Pengolahan data tersebut menggambarkan proses fisika air ke
menghasilkan nilai suhu udara dalam atmosfer, yakni evaporasi dari
maksimum dan minimum rata-rata permukaan tanah dan tranpirasi melalui
perbulan, kelembaban relatif rata-rata tumbuhan (Usman 2004). Menurut
perbulan, lama penyinaran rata-rata Rahmayeni (2010) untuk menganalisa
perbulan, dan kecepatan angin rata-rata evapotranspirasi acuan (ETo) non
perbulan. Dari data hasil tersebut standar empat variabel menggunakan
digunakan untuk perhitungan kebutuhan rumus Penman modifikasi. Perhitungan
air irigasi. evapotranspirasi acuan (ETo) dilakukan
Perhitungan kebutuhan air irigasi dengan metode Penman modifikasi.
bertujuan untuk mengetahui perkiraan Metode Penman modifikasi disajikan
besar debit air irigasi yang akan dialirkan pada persamaan (1). Setelah mengetahui
oleh pintu air yang dirancang. Menurut nilai Eto dapat dihitung besarnya nilai
Yunus dan Amran (2004) penyusunan evaporasi tanamanan dengan persamaan
model imbangan air di sawah adalah (2).
hujan efektif dasar, evapotranspirasi,
perkolasi, perubahan tampungan di lahan
dan perubahan lengas tanah di zona ETo = C ( W x Rn+( 1– W) x f(U) x (ea-ed).(1)
perakaran. Untuk mengetahui nilai
kebutuhan air irigasi perlu diketahui nilai ETc = Kc . Eto ………………..........(2)
evapotranspirasi tanaman acuan,

166
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN| EISSN:2549-1407 Vol. 05 No. 03, Desember 2020
https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsil DOI: 10.29244/jsil.5.3.163-178

Dimana: S = Kebutuhan air, untuk


ETo = evapotranspirasi potensial penjenuhan di tambah dengan
harian (mm/hari) lapisan air 50 mm
C = faktor koreksi
W = suatu faktor yang Menurut Purwanto dan Ikhsan
berhubungan dengan (2006) daya perkolasi (P) adalah laju
temperatur dan suhu perkolasi maksimum yang
Rn = radiasi gelombang netto dimungkinkan, yang besarnya
(mm/hari) dipengaruhi oleh kondisi tanah dalam
f(U) = suatu faktor yang bergantung zona tidak jenuh yang terletak antara
pada kecepatan angin permukaan tanah dengan permukaan air
(km/hari) tanah. Pada tanah-tanah lempung berat
ea = nilai tekanan uap jenuh dengan karakteristik pengelolahan
(m bar) (puddling) yang baik, laju perkolasi
ed = nilai tekanan uap air nyata dapat mencapai 1-3 mm/ hari. Pada
(m bar) tanah-tanah yang lebih ringan laju
Kc = Koefisien tanaman perkolasi bisa lebih tinggi. Menurut hasil
ETc = Evapotranspirasi (mm/hari) penelitian dilapangan untuk berbagai
jenis tanaman dengan tanah bagian atas
Kebutuhan air untuk penyiapan (topsoil) dengan ketebalan 50 cm dari
lahan termasuk kebutuhan air untuk atas permukaan tanah nilai perkolasinya
persemaian (KemenPU 2013). dapat dilihat pada Tabel 1.
Perhitungan kebutuhan irigasi selama
penyiapan lahan, digunakan metode Tabel 1 Laju Perkolasi dari Berbagai
yang dikembangkan oleh Van de Goor Jenis Tanah
dan Zijlsha (1968). Metode tersebut No Macam Tanah Perkolasi (mm/hr)
didasarkan pada laju air konstan dalam 1. Sandy loam 3-6
lt/dt/ha selama periode penyiapan lahan
2. Loam 2-3
dan disajikan pada persamaan (3).
3. Clay 1-2
k k
IR = Me /(e – 1)......................................(3)

Dimana: Curah hujan andalan yang


IR = Kebutuhan air irigasi ditingkat digunakan yakni curah hujan R80 yang
persawahan (mm/hari) merupakan curah hujan yang besarnya
Eo = Evaporasi air terbuka yang dapat dilampaui sebanyak 80% atau
diambil 1.1 Eto selama dengan kata lain dilampauinya 8 kali
penyiapan lahan (mm/hari) kejadian dari 10 kali kejadian. Hal ini
P = Perkolasi (mm/hari) berarti besarnya curah hujan yang lebih
K = M.T/ S kecil dari R80 mempunyai kemungkinan
M = Eo + P, kebutuhan air untuk hanya 20%. Menurut KemenPU (2013)
mengganti kehilangan air untuk menghitung curah hujan efektif
akibat evaporasi dan perkolasi digunakan persamaan (4).
di sawah yang sudah
dijenuhkan 1
Re = 0.7 x R80 ...................................(4)
T = Jangka waktu penyiapan lahan 𝑛𝑛

(hari)

167
JSIL | Risky dan Setiawan : Desain Pintu Air Sekunder Berbantu Komputer untuk Daerah Irigasi Cinangka
Kabupaten Bogor

Dimana: e = Efisiensi irigasi secara


Re = Curah hujan efektif (mm/ hari) keseluruhan
n = Banyaknya hari dalam DR = Kebutuhan pengambilan air
setengah bulan pada sumbernya (lt/dt/ha)
R80 = Curah hujan andalan 1/8.64 = Angka konversi satuan dari
(mm/setengah bulan) mm/hari ke lt/dt/ha

Penentuan pola tanam merupakan Perhitungan dimensi pintu air


hal yang perlu dipertimbangkan dalam sekunder berpedoman terhadap
memenuhi kebutuhan air bagi tanaman. Perencanaan Bangunan Irigasi KP-08
Pola tanam ada tiga macam, yaitu yang dikeluarkan oleh Pusdiklat Sumber
monokultur, rotasi tanaman, dan daya Air PUPR dengan
polikultur (Anwar 2012). Prinsipnya mempertimbangkan dimensi saluran
pemilihan pola tanam bedasarkan dari sekunder yang sudah ada. Setelah
ketersediaan air pada saat itu. ditentukan dimensi pintu air yang
Penggantian lapisan air dilakukan digunakan, dengan data debit kebutuhan
setelah pemupukan. Penggantian lapisan irigasi dapat ditentukan tinggi bukaan
air dilakukan sebanyak 2 kali, masing- pintunya.
masing 50 mm selama sebulan dan dua Pengaruh tinggi bukaan pintu air
bulan setelah transplantasi atau 1.7 terhadap debit aliran dimodelkan dengan
mm/hari. Setelah mengetahui nilai Etc, bantuan program komputer Visual Basic
perkolasi, penggantian lapisan air, dan Aplication pada aplikasi Ms. Excel.
curah hujan efektif maka dapat dihitung Persamaan yang digunakan untuk
kebutuhan air irigasinya. Kebutuhan menghitung debit aliran yang mengalir
bersih air di sawah dihitung dengan di bawah pintu (undershot) disajikan
persamaan (5), untuk menghitung pada persamaan (8). Untuk mentukan
kebutuhan air irigasi digunakan nilai koefisien pengaliran digunakan
persamaan (6), dan untuk menghitung persamaan (9) yang ditetapkan oleh
kebutuhan pengambilan air pada Swamee (1992).
sumbernya digunakan persamaan (7).
Q= Cd .w.b. �2. g .h1 .......................(8)
NFR = ETc + P + WLR – Re ............(5)
h1 -w k1
IR =
NFR
..............................................(6) Cd = Cc � � ……......................(9)
h1 +k0 w
e

IR Dimana:
DR = .............................................(7)
8,64 Cd = koefisien pengaliran
w = bukaan pintu (m)
Dimana: b = lebar saluran (m)
NFR = Netto field water requirement, g = percepatan gravitasi
kebutuhan bersih air di sawah (9.81 m/det2)
(mm/hari) h1 = tinggi aliran di hulu pintu (m)
ETc = Evaporasi tanaman (mm/hari) Q = laju aliran (m3/det).
P = Perkolasi (mm/hari)
WLR = Penggantian lapisan air Berdasarkan hasil eksperimen
(mm/hari) yang dilakukan Swamee (1992) untuk
Re = Curah hujan efektif (mm/hari) pintu sorong berbentuk persegi dengan
IR = Kebutuhan air irigasi (mm/hr) nilai Cc sebesar 0.611, memiliki nilai

168
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN| EISSN:2549-1407 Vol. 05 No. 03, Desember 2020
https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsil DOI: 10.29244/jsil.5.3.163-178

konstanta k0 dan k1 sebesar 15 dan 0.072 akurat. Maka dari itu digunakan add-in
dengan nilai Cd sesuai dengan Solver yang terdapat pada Ms. Excel.
Nomogram Henry, yaitu memiliki nilai Fungsi Solver ini adalah menemukan
Cd maksimum yang konstan sebesai nilai w yang pas untuk mendapatkan
0.611. debit yang diinginkan. Umunya Solver
Tinggi bukaan (w) tidak bisa bekerja untuk menyelesaikan tiap satu
dihitung secara langsung dengan permasalahan dalam satu waktu. Namun
persamaan diatas. Untuk mendapatkan cara ini kurang efektif digunakan untuk
nilai w perlu dilakukan dengan data yang banyak dan berulang. Maka
memasukkan nilai w secara coba-coba dipadukan solver ke dalam VBA dengan
sampai menemukan debit yang sesuai. menulis macro seperti Gambar 4.
Cara ini sangat merepotkan dan tidak

Gambar 4 Macro Solver

Luaran dari penelitian ini adalah Data koordinat (x,y) ini dapat
gambar teknik konstruksi dan gunakan untuk menjadi perintah
perhitungan rancangan anggaran biaya. membuat garis di aplikasi AutoCAD
Pembuatan gambar teknik konstruksi dengan cara menambahkan awalan baris
dilakukan di Ms. Excel dalam bentuk “LINE”. Kemudan seluruh barisan line
baris-baris koordinat x dan y. Nilai x dan tersebut disimpan dalam bentuk .SCR
y ini menunjukan lokasi titik-titik sudut dan dibuka di aplikasi AutoCAD untuk
gambar. Salah satu fungsi excel yang dilakukan pendetailan gambar.
gunakan adalah fungsi = Kemudian untuk pembuatan perkiraan
CONCATENATE (X ; ",";Y). Fungsi biaya pembuatan menggunakan aplikasi
tersebut berguna untuk menggabung Ms. Excel dengan mempertimbangkan
baris kordinat x dan baris kordinat y harga material yang beredar di lokasi DI
sehingga dihasilkan baris koordinat Cinangka.
(x,y).

169
JSIL | Risky dan Setiawan : Desain Pintu Air Sekunder Berbantu Komputer untuk Daerah Irigasi Cinangka
Kabupaten Bogor

HASIL DAN PEMBAHASAN pertanian dan untuk kehutanan


(Nuryanto 2013). Evapotranspirasi
Evapotranspirasi Potensial secara luas telah dipergunakan dalam
menentukan jadwal irigasi pertanian
Evapotranspirasi merupakan melalui estimasi jumlah air yang
gabungan dua istilah yang diperlukan untuk bercocok tanam dan
menggambarkan proses fisika air ke untuk peningkatan hasil pertanian
dalam atmosfer, yakni evaporasi dari (Dingman 2002). Hasil yang didapatkan
permukaan tanah dan tranpirasi melalui dari perhitungan evapotranspirasi
tumbuhan (Usman 2004). Informasi potensial dengan menggunakan rumus
tentang evapotranspirasi adalah untuk Penman modifikasi (Persamaan 1)
perencanaan sumber daya air, misalnya disajikan dalam Tabel 2.
untuk penjadwalan irigasi dalam

Tabel 2 Nilai Evapotranspirasi Potensial


T RH n/N u Eto
Bulan
(°C) (%) (%) (m/dtk) mm/hari
Januari 25.4 86.0 26.0 1.4 4.1
Februari 25.5 86.6 32.4 1.5 4.4
Maret 25.9 84.6 37.3 1.6 4.2
April 26.3 84.7 45.1 1.6 3.8
Mei 26.5 83.7 52.0 1.5 3.7
Juni 26.2 82.4 53.1 1.4 3.6
Juli 25.9 80.3 54.8 1.5 3.8
Agustus 25.9 77.6 59.2 1.7 4.8
September 26.1 76.9 59.4 1.8 5.8
Oktober 26.3 79.6 51.8 1.7 5.6
November 26.4 83.0 41.7 1.6 5.0
Desember 26.0 84.3 33.8 1.6 4.6

Bedasarkan tabel diatas nilai Wang et al. (2012) mendefinisikan


evapotranspirasi potensial (Eto) terbesar evapotranspirasi sebagai perubahan
terdapat pada bulan September yaitu wujud dari H2O cair menjadi uap atau
sebesar 5.8 mm/hari. Sedangkan nilai gas serta bergerak dari bidang penguap
Eto terkecil terdapat pada bulan Juni (permukaan tanah dan vegetasi) ke
yaitu sebesar 3.611 mm/hari. Nilai Eto atmosfir. Dalam proses ini
dipengaruhi oleh besarnya nilai membutuhkan energi berupa panas laten
temperatur rata-rata (T), kelembapan yang didapatkan dari sinar matahari.
relatif (RH), lama penyinaran matahari Suhu udara dan suhu tanah yang tinggi
(n/N), dan kecepatan angin rata-rata (u). membuat proses evapotraspirasi menjadi
Nilai temperatur rata-rata, lama lebih efektif. Kemudian air yang
penyinaran matahari dan kecepatan menguap ke atmosfer menyebabkan
angin rata-rata berbanding lurus dengan lapisan batas antara tanah dengan udara
nilai evapotranspirasi. Sedangkan nilai menjadi jenuh. Lapisan jenuh tersebut
kelembapan relatif berbanding terbalik harus diganti dengan udara kering
dengan nilai evapotranspirasinya. sehingga proses evapotranspirasi dapat

170
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN| EISSN:2549-1407 Vol. 05 No. 03, Desember 2020
https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsil DOI: 10.29244/jsil.5.3.163-178

berjalan. Peranan kecepatan angin dalam persamaan 3. Nilai perkolasi yang


proses evapotranspirasi adalah digunakan adalah 2 mm/hari dan lama
mengganti lapisan jenuh tersebut. pengolahan lahan adalah 30 hari
Namun penggantian lapisan udara yang dikarenakan di lokasi penelitian telah
sama kelembapannya tidak akan menggunakan alat bantu pengolahan
memperbesar laju evapotranspirasi. tanah traktor. Selain itu nilai kebutuhan
Karena kelembapan relatif yang besar air untuk penjenuhan yang digunakan
menyebabkan kemampuan untuk adalah 250 mm ditambah 50 mm untuk
menguapkan air berkurang. pergantian lapisan air. Kebutuhan air
untuk penyiapan lahan termasuk
Kebutuhan Air Persiapan Lahan kebutuhan air untuk persemaian
(KemenPU 2013). Hasil perhitungan
Perhitungan kebutuhan air selama kebutuhan air persiapan lahan disajikan
penyiapan lahan dihitung dengan pada Tabel 3.

Tabel 3 Kebutuhan Air Persiapan Lahan


Eto Eo M IR
Bulan K
(mm/hari) (mm/hari) (mm/hari) (mm/hari)
Januari 4.1 4.5 6.6 0.656 13.6
Februari 4.4 4.8 6.8 0.685 13.8
Maret 4.2 4.6 6.7 0.666 13.7
April 3.8 4.2 6.2 0.624 13.4
Mei 3.7 4.1 6.1 0.610 13.4
Juni 3.6 4.0 6.0 0.597 13.3
Juli 3.8 4.1 6.1 0.619 13.4
Agustus 4.8 5.3 7.3 0.733 14.1
September 5.8 6.4 8.4 0.841 14.8
Oktober 5.6 6.2 8.2 0.817 14.6
November 5.0 5.5 7.5 0.754 14.2
Desember 4.6 5.1 7.1 0.707 14.0

Diketahui kebutuhan air persiapan Curah Hujan Efektif


lahan yang terbesar terjadi pada bulan
September yaitu 14.8 mm/hari. Besarnya Curah hujan efektif merupakan
nilai kebutuhan air persiapan lahan besaran curah hujan yang langsung dapat
dipengaruhi oleh nilai evapotranspirasi dimanfaatkan tanaman pada masa
potensial dibulan tersebut. semakin besar pertumbuhannya (Hidayat dan Empung
nilai Etonya maka akan semakin besar 2016). Curah hujan efektif untuk padi
kebutuhan air persiapan lahan. dihitung dengan menggunakan
persamaan 4 yang menghasilkan curah
hujan efektif tiap periode pemberian air
irigasi seperti pada Tabel 4.

171
JSIL | Risky dan Setiawan : Desain Pintu Air Sekunder Berbantu Komputer untuk Daerah Irigasi Cinangka
Kabupaten Bogor

Tabel 4 Curah Hujan Efektif


R80 Ch efektif
Banyak
Bulan (mm/1/2 (mm/ 1/2
hari (mm/hari)
bulan) bulan)
15 95 66 4
Januari
16 66 46 3
14 161 113 8
Februari
14 66 46 3
15 80 56 4
Maret
16 63 44 3
15 117 82 5
April
15 99 69 5
15 111 77 5
Mei
16 90 63 4
15 71 50 3
Juni
15 34 23 2
15 53 37 2
Juli
16 1 1 0
15 21 15 1
Agustus
16 4 3 0
15 6 4 0
September
15 42 30 2
15 42 29 2
Oktober
16 146 102 6
15 110 77 5
November
15 180 126 8
15 92 64 4
Desember
16 57 40 3

Bedasarkan hasil tersebut, Kebutuhan Air Irigasi


diketahui nilai curah hujan efektif
terbesar terjadi pada bulan November di Berdasarkan peta jaringan irigasi,
setengah bulan terakhir sebesar 126 DI Cinangka mengairi lahan seluas
mm/bulan atau 8 mm/hari. Curah hujan 132.45 ha. Dengan area seluas itu, lokasi
efektif yang terkecil terjadi pada bulan ini memiliki pola tanam padi-padi-
Juli di setengah bulan pertama sebesar 1 palawija. Pola pertama dimulai bulan
mm/bulan. Menurut Hidayat dan November dan pola tanam kedua dimulai
Empung (2016) curah hujan efektif padi bulan Maret. Pada pola pertama dan
dan palawija dapat dijadikan sebagai kedua ini diperbolehkan menanam padi
bahanpertimbangan pola tanam terutama dikarenakan curah hujan pada kedua
dalam penentuan waktu tanam untuk pola tersebut dapat dikatakan cukup
hasil maksimal. besar. Bedasarkan perhitungan
kebutuhan air irigasi saluran sekunder
Daerah Irigasi Cinangka didapatkan
debit kebutuhan air irigasi perperiode

172
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN| EISSN:2549-1407 Vol. 05 No. 03, Desember 2020
https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsil DOI: 10.29244/jsil.5.3.163-178

pemberian irigasi selama satu tahun yang


disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Kebutuhan Air Irigasi Saluran Sekunder Dareah Irigasi Cinangka

IR
Musim persiapan
Bulan Periode
Tanam Eto lahan Re Etc DR
(mm/hari) (mm/hari) (mm/hari) (mm/hari) (m3/dt)
1 5.0 14.2 5 14.2 0.5
November
2 5.0 14.2 8 14.2 0.3
1 4.6 13.9 4 5.1 0.2
Desember
2 4.6 13.9 3 5.0 0.3
Padi I
1 4.1 13.6 4 4.3 0.2
Januari
2 4.1 13.6 3 4.1 0.3
1 4.4 13.8 8 2.1 0.0
Februari
2 4.4 13.8 3 0.0 0.0
1 4.2 13.7 4 13.7 0.5
Maret
2 4.2 13.7 3 13.7 0.6
1 3.9 13.4 5 4.2 0.0
April
2 3.9 13.4 5 4.1 0.2
Padi II
1 3.7 13.4 5 3.9 0.1
Mei
2 3.7 13.4 4 3.7 0.2
1 3.6 13.3 3 1.7 0.1
Juni
2 3.6 13.3 2 0.0 0.0
Juli 1 3.8 13.4 2 1.9 0.1
2 3.8 13.4 0 2.1 0.2
Agustus 1 4.8 14.1 1 3.8 0.3
2 4.8 14.1 0 4.7 0.4
Palawija
September 1 5.8 14.8 0 5.9 0.4
2 5.8 14.8 2 6.0 0.3
Oktober 1 5.6 14.6 2 5.5 0.3
2 5.6 14.6 6 2.7 0.0

Bedasarkan tabel tersebut Dimensi Pintu Air dan Tinggi


diketahui pada bulan Februari tidak Bukaan Pintu Air
diperlukan air irigasi dikarenakan curah
hujannya sudah cukup untuk memenuhi
Penentuan dimensi pintu air
kebutuhan airnya. debit kebutuhan air
saluran sekunder mempertimbangkan
irigasi terbesar terjadi pada bulan Maret
dimensi saluran sekunder yang sudah
setengah bulan terakhir yakni sebesar 0.6
ada serta debit maksimum yang
m3/detik. Informasi debit terbesar
dialirkan. Pada saluran ini debit
tersebut dapat dijadikan acuan untuk
maksimum yang dialirkan adalah 0.6
memilih dimensi pintu air yang pas.
m3/detik dan dimensi saluran sekunder

173
JSIL | Risky dan Setiawan : Desain Pintu Air Sekunder Berbantu Komputer untuk Daerah Irigasi Cinangka
Kabupaten Bogor

sebesar 1 m. Maka dimensi pintu air Tabel 7 Tinggi Bukaan Pintu Air
yang dirancang adalah seperti Tabel 6.
Bedasarkan kriteria perencanaan yang Q h1 w
Bulan
dikeluarkan oleh KemenPU (2013) (m3/det) (m) (m)
untuk pintu sorong yang lebarnya 1,0 m 0.5 1.0 0.2
sampai 1,2 m, tinggi daun pintu harus November
0.3 1.0 0.1
kurang dari 2,0 m. Maka dipilih tinggi
daun pintu sebesar 1,0 m. 0.2 1.0 0.1
Desember
0.3 1.0 0.1
Tabel 6 Dimensi Pintu Air Sekunder 0.2 1.0 0.1
Januari
Dimensi Nilai Satuan 0.3 1.0 0.1
0.0 1.0 0.0
Tinggi Pintu 200 cm Februari
Lebar Daun pintu(B) 100 cm 0.0 1.0 0.0
Tinggi daun Pintu(H) 100 cm 0.5 1.0 0.2
Maret
Dratstick 3.81 cm 0.6 1.0 0.3
D setang 45 cm 0.0 1.0 0.0
April
tebal Daun Pintu 0.8 cm 0.2 1.0 0.1
8 cm 0.1 1.0 0.1
Rangka (pxl)
10 cm Mei
0.2 1.0 0.1
0.1 1.0 0.0
Rangka pintu yang digunakan Juni
berjenis baja holo untuk tiang atas dan 0.0 1.0 0.0
baja wf untuk tiang samping. Dengan 0.1 1.0 0.0
Juli
dimensi yang direncanakan sudah cukup 0.2 1.0 0.1
untuk menahan tekanan air dan kokoh. 0.3 1.0 0.1
Kemudian dengan ukuran batang ulir Agustus
0.4 1.0 0.1
(dratstick) 1.5 inci dirasa sudah cukup
kuat menahan berat daun pintu. 0.4 1.0 0.2
September
Bukaan pintu diatur per periode 0.3 1.0 0.1
pemberian irigasi yakni per setengah 0.3 1.0 0.1
bulan. Pintu yang digunakan adalah Oktober
0.0 1.0 0.0
pintu sorong dengan lebar pintu 1.
Dengan menggunakan solver dan VBA
pada Ms. Excel dihasilkan tinggi bukaan
Gambar Teknik Pintu Air
pintu yang disajikan dalam Tabel 7.
Tinggi bukaan pintu tertinggi terjadi
Gambar teknik pintu air dilakukan
pada bulan Maret yaitu sebesar 0.254 m.
dengan sistem otomatis yang mana untuk
membuat sebuah gambar hanya perlu
memasukkan parameter desainnya.
Parameter desain ini telah terhubung
dengan baris-baris koordinat x dan y
yang nantinya akan menjadi script untuk
membuat gambar di AutoCAD. Tabel 6
dijadikan parameter desain, yang mana
parameter ini akan berpengaruh terhadap
pembentukan gambar pintu air. Sehingga

174
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN| EISSN:2549-1407 Vol. 05 No. 03, Desember 2020
https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsil DOI: 10.29244/jsil.5.3.163-178

untuk membuat gambar yang berbeda gambar tampak depan pintu air dan
cukup merubah parameter yang ada. tampak samping. Kemudian gambar
Dengan parameter desain tersebut tersebut diberi notasi dan dibuat tampak
akan dihasilkan baris-baris koordinat 3 dimensinya seperti yang ditunjukkan
yang kemudian dibuat menjadi script. pada Gambar 5 dan Gambar 6.
Dengan script tersebut dihasilkan

Gambar 5 Gambar Teknik 2D Pintu Air

Gambar 6 Gambar Teknik 3D Pintu Air

175
JSIL | Risky dan Setiawan : Desain Pintu Air Sekunder Berbantu Komputer untuk Daerah Irigasi Cinangka
Kabupaten Bogor

Perkiraan Biaya Pembuatan lokasi penelitian. Biaya ini bisa


bertambah atau berkurang tergantung
Perkiraan biaya pembuatan pintu dari lokasi pembuatan dan jasa
air didasarkan dari survei harga tiap pembuatan. Rincian biaya pembuatan
material di pasaran terdekat dengan pintu air disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Perkiraan Biaya Pembuatan

No Nama Kuantitas Satuan Harga satuan Jumlah


1 Plat baja 8 mm 1 m2 Rp900,000 Rp900,000
batang baja holo 80 x 80
2 1 m Rp500,000 Rp500,000
mm
3 batang baja 30 x 20 mm 2 m Rp200,000 Rp400,000
4 ring D 6 mm 2 buah Rp50,000 Rp100,000
batang ulir D 1.5 Inch x
5 1 buah Rp1,100,000 Rp1,100,000
1,1 m
6 Baja wf 100x80 mm 1.1 m Rp600,000 Rp660,000
7 Baja wf 50x80 mm 5.5 m Rp550,000 Rp3,025,000
8 Setir putar D 45 cm 1 buah Rp300,000 Rp300,000
9 cat Besi 1 Kaleng Rp100,000 Rp100,000
Total Rp7,085,000

KESIMPULAN 4. Pintu air sekunder yang dirancang,


berjenis pintu air sorong baja
Kesimpulan yang dapat dari dengan spesifikasi tinggi dan lebar
penelitian ini adalah : daun pintu 1x 1 m, tinggi total pintu
1. Telah diketahui evapotranspirasi di 2 m, diameter stang 45 cm. Batang
DI Cinangka selama satu tahun per ulir yang digunakan sebesar 1.5
bulannya. Nilai Eto terbesar terjadi inch.
pada bulan September sebesar 5.8 5. Perkiraan biaya untuk pembuatan
mm/hari. pintu sebesar Rp 7.085.000. Biaya
2. Telah diketahui curah hujan efektif ini bisa bertambah tergantung lokasi
di DI Cinangka selama satu tahun pembuatan dan jasa pembuatan.
per setengah bulannya. Nilai CHeff
terbesar terjadi di bulan November DAFTAR PUSTAKA
setengah bulan kedua sebesar 8.4
mm/hari. Ain AQ. 2019. Evaluasi Daerah Irigasi
3. Telah diketahui kebutuhan air Cinangka Kabupaten Bogor
irigasi di DI Cinangka selama satu menggunakan metode nilai kinerja
tahun per periode pemberian air sistem irigasi (NKSI) [skripsi].
irigasi (per 1/2 bulan). Kebutuhan Bogor (ID) : Institut Pertanian
air irigasi terbesar terjadi pada bulan Bogor.
Maret periode ke-2 yakni sebesar
4.5 lt/dt/ha atau 0.6 m3/detik.

176
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN| EISSN:2549-1407 Vol. 05 No. 03, Desember 2020
https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsil DOI: 10.29244/jsil.5.3.163-178

Anwar S. 2012. Pola Tanam Tumpang Soemarto CD. 1987. Hidrologi Teknik.
Sari Agroeteknologi. Jakarta (ID) : Surabaya (ID) : Usaha Nasional.
Deptan. Swamee PK. 1992. Sluice-gate
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten discharge equations. Journal of
Bogor. 2019. Kabupaten Bogor Irrigation and Drainage
Dalam Angka 2019. Bogor (ID) : Engineering. 118(1):56–60.
BPS Kabupaten Bogor. Usman. 2004. Analisis kepekaan
Dingman S.L. 2002. Physical beberapa metode pendugaan
Hydrology’ Prentice Hall, Upper evapotranspirasi potensial
Saddle River. New Jersey (US) : terhadap perubahan iklim. Jurnal
Waveland Press Natur Indonesia. 6(2): 91-98
Hidayat AK, Empung. 2016. Analisis Van de Goor GAW, Zijlstra G. 1968.
curah hujan efektif dan curah Irrigation Requirements for
hujan dengan berbagai periode Doublecropping of Lowland Rice
ulang untuk wilayah Kota in Malaya. Wageningen (NL) :
Tasikmalaya dan Kabupaten ILRIPublication.
Garut. Jurnal Siliwangi. 2(2) : Wang Y L, Wang X, Zheng Q Y, Li C H
121-6. dan Guo X J. 2012. A comparative
[KemenPU] Kementerian Pekerjaan study on hourly real
Umum. 2013. Standar evapotranspiration and potential
Perencanaan Irigasi Kriteria evapotranspiration during
Perencanaan Bagian Jaringan different vegetation growth stages
Irigasi KP - 01. Jakarta (ID) : in the zoige wetland. Jurnal
Departemen Pekerjaan Umum. Procedia Environ Sci. 13:1585-
[KemenPU] Kementerian Pekerjaan 1594.
Umum. 2013. Standar Yunus, Amran. 2004. Analisa Curah
Perencanaan Irigasi Kriteria Hujan Efektif Pada Sawah Tadah
Perencanaan Bagian Standar Hujan di Kabupaten Aceh Barat.
Pintu Pengatur Irigasi KP - 08. Yogyakarta (ID) : Universitas
Jakarta (ID) : Departemen Gadjah Mada.
Pekerjaan Umum.
Nuryanto DE. 2013. Perbandingan
evapotranspirasi potensial antara
hasil keluaran model ReGCM 4.0
dengan perhitungan data
pengamatan. Jurnal Meteorologi
dan Geofisika. 14(2):75-85.
Purwanto, Ikhsan. 2006. Analisis
kebutuhan air irigasi pada Daerah
Irigasi Bendung Mrican. Jurnal
Ilmiah Semesta Yeknika. 9(1):83-
89.
Rahmayeni F. 2010. Analisa kebutuhan
air pada Daerah Irigasi Sei Tibun
Kabupaten Kampar [skripsi].
Pekanbaru (ID) : Universitas Riau.

177
JSIL | Risky dan Setiawan : Desain Pintu Air Sekunder Berbantu Komputer untuk Daerah Irigasi Cinangka
Kabupaten Bogor

178

You might also like