You are on page 1of 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/338711311

Pemetaan Topografi Calon Lokasi Embung di Kampus IPB Darmaga, Bogor


(Topographic Mapping of Prospective Small Dam Location in IPB Campus
Darmaga, Bogor)

Research · January 2020


DOI: 10.29244/JSIL.4.2.59-68

CITATIONS READS

0 124

2 authors:

Bagus Rahmansyah Priyoadi Budi Indra Setiawan


Bogor Agricultural University Bogor Agricultural University
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS    183 PUBLICATIONS   462 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

DEVELOPING SRI PADDY FIELDS INFORMATION SYSTEM FOR GREEN AGRICULTURE View project

WATER MANAGEMENT View project

All content following this page was uploaded by Bagus Rahmansyah Priyoadi on 21 January 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 04 No. 02 Agustus 2019
http://dx.doi.org/10.29244/JSIL.4.2.59-68

Pemetaan Topografi Calon Lokasi Embung di Kampus IPB


Darmaga, Bogor
(Topographic Mapping of Prospective Small Dam Location in IPB Campus
Darmaga, Bogor)
Bagus Rahmansyah Priyoadi1* dan Budi Indra Setiawan1

1
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Jl. Raya Dramaga, Kampus IPB Dramaga, PO BOX 220, Bogor, Jawa Barat Indonesia

*Penulis korespondensi: bagusrahmansyah93@yahoo.com

Diterima: 11 September 2019 Disetujui: 23 Desember 2019

ABSTRACT

Before planning and designing a small dam, land’s topographic mapping and water flow pattern’s analysis
are needed. The aim of this research were to identify the land use, water catchment areas, water flow
pattern, and analyze land’s topographic condition, as well as producing topographic maps and calculating
inundation volume at small dam location at IPB Campus Darmaga. This research was conducted in April
- July 2019. The land use around the small dam location consisted of forests, roads, grasslands, bare land,
settlements, and agriculture lands. The catchment area of the small dam location was divided into four
area, with an area of 2881.0 m2, 4531.0 m2, 2790.0 m2, and 10917.3 m2 respectively. The highest and lowest
elevations based on land measurements at small dam location were 199.71 masl and 187.23 masl. The
topographic map was created using Surfer 13 software with the most appropriate interpolation method was
natural neighbor. The direction of the surface water flow was relatively uniform and leads to the North and
South. The minimum and maximum of inundation volume were 1.5 m 3 and 13752.8 m3, and the optimum
inundation volume was 2824.8 m3.

Keywords: land use, small dam, water flow patterns, topographic mapping, inundation volume

PENDAHULUAN besar, yaitu Sungai Ciapus dan Cihideung.


Saat hujan lebat, Sungai Ciapus dan
Cihideung sering meluap, sehingga
Institut Pertanian Bogor (IPB)
menyebabkan distribusi air baku utama di
merupakan salah satu perguruan tinggi
Kampus IPB Darmaga terganggu. Sumber
negeri yang ada di Indonesia. Menurut
air alternatif diperlukan untuk memenuhi
Soekarno dalam Nabilah et al. (2017), IPB
kebutuhan air di Kampus IPB Darmaga.
memiliki fasilitas pendukung kegiatan
Air hujan dan limpasan permukaan
kampus untuk menunjang kegiatan
dapat ditampung dan dimanfaatkan sebagai
pendidikan dan penelitian, yaitu adanya
sumber air alternatif. Penampungan air
University Farm (UF IPB) yang meliputi
hujan bermanfaat untuk mengantisipasi
kebun percobaan, kolam, laboratorium
kekeringan di musim kemarau serta
laut, ladang penggembalaan ternak, dan
mengatasi masalah genangan dan limpasan
hutan pendidikan. IPB memiliki beberapa
permukaan di musim hujan (Angraini
kampus, salah satunya adalah Kampus
2018). Salah satu kegiatan yang dapat
Darmaga yang berada di Kecamatan
dilakukan untuk mengatasi permasalahan
Dramaga, Kabupaten Bogor.
tersebut adalah membuat embung (Aprizal
Sumber air utama yang digunakan
2015).
untuk memenuhi kebutuhan air di Kampus
IPB Darmaga pada berasal dari dua sungai

59
JSIL | Priyoadi, dkk. : Pemetaan Topografi Calon Lokasi Embung di Kampus IPB Darmaga, Bogor

Sebelum merencanakan dan sekunder yang digunakan berupa citra


merancang embung, perlu dilakukan satelit dari lokasi penelitian yang diperoleh
pemetaan topografi lahan dan analisis pola melalui Google Earth.
aliran air untuk menentukan lokasi embung Data topografi lahan diperoleh dari
yang strategis di Kampus IPB Darmaga, pengukuran menggunakan metode grid.
Bogor. Salah satu lokasi yang cukup Tahapan pertama yang dilakukan adalah
potensial untuk dibangun embung adalah menentukan batas area pengukuran dan
di sekitar kandang ternak Fakultas membuat kotak-kotak grid dengan
Peternakan IPB. menggunakan pita ukur dan patok. Jarak
setiap kotak grid ditentukan sebesar 2 m.
METODOLOGI Titik set-up awal yang ditentukan juga
Penelitian ini dilakukan pada bulan digunakan sebagai titik acuan (benchmark)
April hingga Juli 2019. Penelitian bagi titik-titik dalam grid. Terbatasnya
berlokasi di sekitar kandang ternak jangkauan alat yang hanya dapat mencapai
Fakultas Peternakan, Kampus IPB jarak maksimum sekitar 200 m
Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian menyebabkan titik set-up alat harus
disajikan pada Gambar 1. berpindah-pindah lokasinya.
Alat yang digunakan dalam Pembacaan dan pencatatan nilai hasil
penelitian ini adalah pita ukur, global pengukuran pada setiap titik mencakup
positioning system (GPS), target rod, nilai benang atas, tengah, dan bawah yang
patok, theodolite digital, alat tulis, drone, dapat dibaca dengan jelas, serta sudut
serta komputer yang dilengkapi dengan horizontal dan vertikal yang mengacu ke
perangkat lunak Microsoft Excel 2016, arah utara. Data-data yang diperoleh dari
Google Earth, ArcGIS 10.4.1, dan Surfer hasil pembacaan alat tersebut dapat
13. menunjukkan jarak, elevasi, serta lokasi
Bahan yang digunakan dalam dari setiap titik yang mengacu pada titik
penelitian ini berupa data primer dan data set-up alat ketika nilai dari setiap titik
sekunder. Data primer berupa data dibaca. Titik set-up awal yang juga
topografi lahan, titik koordinat, serta foto digunakan sebagai benchmark diukur
udara yang diambil secara langsung di koordinat dan elevasinya dengan
lapangan menggunakan drone. Data menggunakan GPS.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian

60
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 04 No. 02 Agustus 2019
http://dx.doi.org/10.29244/JSIL.4.2.59-68

Data hasil pengukuran dan pemetaan Elevasi merupakan posisi vertikal


topografi lahan yang diperoleh (ketinggian) suatu objek terhadap titik
dimasukkan ke perangkat lunak Microsoft tertentu (datum). Umumnya, datum yang
Excel 2016 untuk dilakukan perhitungan digunakan mengacu pada tinggi
jarak dan elevasi dari setiap titik detil permukaan air laut yang sering dinyatakan
dalam grid, dengan mengacu pada titik sebagai ketinggian di atas permukaan laut
benchmark. Menurut Afifie (2015), jarak (dpl). Datum mengacu pada titik
horizontal dapat dihitung menggunakan benchmark, yang elevasinya sudah
persamaan (1). ditentukan dengan menggunakan GPS.
Menurut Afifie (2015), beda elevasi dan
𝑑 = (𝐵𝐴 − 𝐵𝐵) 𝑥 10 𝑥 (cos 𝜃)……….(1) elevasi (z) untuk setiap titik yang diukur
dapat dihitung dengan menggunakan
Keterangan: persamaan (6) dan (7).
BA = nilai benang atas terbaca
BB = nilai benang bawah terbaca ∆𝑍 = 1⁄2 𝑥 ((𝐵𝐴 − 𝐵𝐵) 𝑥 sin 2𝜃 +
θ = sudut vertikal 𝑇𝐴 − 𝐵𝑇 …………………..…...(6)
Hasil perhitungan berupa nilai 𝑍 = 𝑍𝑜 + ∆𝑍……………………....….(7)
jarak kemudian dapat digunakan untuk
menentukan koordinat lintang (x) dan Keterangan:
bujur (y) dari setiap titik, dengan BA = nilai benang atas terbaca
menggunakan titik benchmark sebagai BB = nilai benang bawah terbaca
acuan. Koordinat x dan y dari setiap titik θ = sudut vertikal
mengacu pada koordinat titik benchmark.
Koordinat titik benchmark yang digunakan Apabila penyebaran data sangat besar
dalam perhitungan dikonversi terlebih terhadap nilai rata-rata, maka nilai standar
dahulu ke dalam satuan universal deviasi atau simpangan baku (Sx) akan
transverse Mercator (UTM). Menurut besar, dan sebaliknya. Menurut Soewarno
Marzuki et al. (2000), koordinat x dan y dalam Yusniyanti dan Kurniati (2017),
setiap titik dapat dihitung dengan nilai Sx dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (2) hingga (5). menggunakan persamaan (8).
∆𝑋 = 𝑑 𝑥 (sin α)……………..………(2)
∑𝑛
1−𝑛 (𝑋i − 𝑋rata )
2
∆𝑌 = 𝑑 𝑥 (cos α)……………..………(3) Sx = √ ………..………. (8)
𝑛−1
𝑋1 = 𝑋𝑜 + ∆𝑋………………..……...(4)
𝑌1 = 𝑌𝑜 + ∆𝑌………………….……(5) Keterangan:
Xi = nilai varian
Keterangan: Xrata = rata-rata hitung
∆X = perbedaan nilai koordinat x suatu n = jumlah data
titik dengan titik sebelumnya (m)
∆Y = perbedaan nilai koordinat y suatu Data koordinat x dan y, serta elevasi
titik dengan titik sebelumnya (m) dari setiap titik pengukuran yang telah
Xo = koordinat x titik benchmark (m) diperoleh dari pengolahan data primer
Yo = koordinat y titik benchmark (m) selanjutnya dapat digunakan untuk
X1 = koordinat x suatu titik (m) membuat peta topografi. Peta topografi
Y1 = koordinat y suatu titik (m) yang dihasilkan dapat menunjukkan
d = jarak horizontal (m) perbedaan elevasi lahan berdasarkan titik-
α = sudut horizontal titik pengukuran, sehingga dapat dilakukan

61
JSIL | Priyoadi, dkk. : Pemetaan Topografi Calon Lokasi Embung di Kampus IPB Darmaga, Bogor

analisis pola aliran air permukaan yang ada A(n+1) = luas potongan melintang A(n+1)
di lokasi embung. (m2)
Pembuatan peta topografi dan pola
aliran air permukaan dilakukan dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan bantuan perangkat lunak Kondisi Tata Guna Lahan dan Daerah
Surfer 13. Metode interpolasi yang Tangkapan Air
digunakan untuk membuat peta topografi
lokasi embung pada Surfer 13 adalah Tata guna lahan di lokasi embung
metode inverse distance to a power (IDP), terbagi dalam beberapa jenis tutupan lahan
kriging, dan natural neighbor. dan digambarkan dalam bentuk peta. Peta
Setelah membuat peta topografi dari tata guna lahan lokasi embung dibuat
lokasi embung, selanjutnya dapat dengan menggunakan perangkat lunak
dilakukan analisis potensi volume ArcGIS 10.4.1. Peta tata guna lahan lokasi
genangan pada lokasi embung. Nilai embung dapat dilihat pada Gambar 2.
potensi volume genangan dihitung Berdasarkan peta tata guna lahan pada
berdasarkan perbedaan elevasi dalam peta Gambar 2, lokasi embung terbagi atas
topografi. Menurut Soewarno dalam Ulfa enam jenis tutupan lahan. Tutupan lahan
et al. (2017), volume genangan tersebut di antaranya adalah hutan, jalan,
berdasarkan topografinya dapat dihitung lahan kosong, padang rumput, pemukiman,
menggunakan persamaan (9). dan pertanian. Sebagian besar tutupan
lahan pada lokasi embung didominasi oleh
1 hutan dan padang rumput.
V = 3 x D x (An + A(n+1) +√An x A(n+1)…
Daerah tangkapan air (DTA)
………………………………………………………(8) merupakan tempat terjadinya proses
pengalih ragaman hujan menjadi aliran
Keterangan: permukaan pada suatu kawasan
V = volume (m3) (Purboseno et al. 2013). Peta pembagian
D = jarak antara dua potongan DTA pada lokasi embung dapat dilihat
melintang (m) pada Gambar 3.
An = luas potongan melintang An (m2)

Gambar 2 Peta tata guna lahan

62
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 04 No. 02 Agustus 2019
http://dx.doi.org/10.29244/JSIL.4.2.59-68

Berdasarkan peta pada Gambar 3, m2, 2790.0 m2, dan 10917.3 m2. DTA 4
dapat dihitung luas tiap DTA berdasarkan memiliki area yang paling luas, dengan
jenis tata guna lahannya. Luas masing- luas total sebesar 10917.3 m2. Jenis tata
masing DTA pada lokasi embung guna lahan pada DTA 4 terdiri dari hutan,
berdasarkan jenis tutupan lahannya dapat padang rumput, lahan kosong, pemukiman,
dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1, dan jalan, dengan luas masing-masing
luas total dari DTA 1, 2, 3, dan 4 masing- adalah sebesar 5687.6 m2, 2969.6 m2,
masing adalah sebesar 2881.0 m2, 4531.0 239.5 m2, 1865.1 m2, serta 155.6 m2.

Gambar 3. Peta pembagian DTA pada lokasi embung

Tabel 1 Luas DTA pada lokasi embung Pemetaan Topografi Lokasi Embung
Pemetaan topografi lokasi embung
dilakukan dengan menggunakan theodolite
digital merk Topcon DT-205L, dengan
tingkat ketelitian sebesar lima detik.
Pengukuran titik-titik detil dilakukan
dengan menggunakan metode grid.
Metode grid akan membuat titik-titik
pengukuran satu dengan yang lainnya
saling mengikat (Marzuki et al. 2000).
Jarak antar patok dan jalur dalam grid
dibuat sebesar 2 m. Ilustrasi pengukuran
topografi dengan metode grid yang
dilakukan pada penelitian ini ditunjukkan
pada Gambar 4. Titik-titik detil dilakukan,
sudut theodolite digital harus dinolkan ke
arah utara terlebih dahulu. Titik ikat yang
digunakan dalam pengukuran topografi ini
mengacu pada titik benchmark (BM)

63
JSIL | Priyoadi, dkk. : Pemetaan Topografi Calon Lokasi Embung di Kampus IPB Darmaga, Bogor

berupa patok kayu. Koordinat titik BM 199.71 mdpl dan elevasi terendahnya
terletak pada 106.72o BT dan 6.56o LS, adalah 187.23 mdpl. Standar deviasi atau
dengan elevasi 197 mdpl. simpangan baku dari data hasil perhitungan
elevasi adalah sebesar ± 2.87 m. Data
koordinat x, y, dan z tersebut kemudian
dikonversi ke dalam satuan UTM dan
disimpan dalam format .csv, untuk diolah
menjadi peta topografi dengan
menggunakan perangkat lunak Surfer 13.
Pembuatan peta topografi pada Surfer 13
menggunakan tiga metode interpolasi,
yaitu metode inverse distance to a power
(IDP), kriging, dan natural neighbor.
Metode IDP, kriging, dan natural neighbor
Gambar 4 Pengukuran metode grid merupakan beberapa metode yang sering
digunakan untuk menginterpolasi data
Pengukuran titik BM dilakukan koordinat dan elevasi dari hasil
menggunakan alat GPS tipe Garmin, pengukuran lahan. Menurut Keckler dalam
dengan nilai error terukur sebesar ± 5 m. Siregar dan Selamat (2009), metode IDP
Luas area pemetaan topografi embung adalah interpolator dalam pembuatan peta
sebesar 4197.2 m2, dengan jumlah titik kontur yang menggunakan pembobotan
pengukuran sebanyak 702 titik. Batas area jarak dari titik. Nilai suatu titik yang
pemetaan topografi lokasi embung yang diinterpolasi dengan menggunakan metode
dilakukan ditunjukkan pada Gambar 5. ini sangat dipengaruhi oleh titik-titik lain
Data hasil pengukuran topografi lokasi yang lebih dekat dengan titik tersebut.
embung yang diperoleh diolah Metode kriging adalah interpolator
menggunakan perangkat lunak Microsoft geostatistik yang sering digunakan pada
Excel 2016. Hasil pengolahan data berbagai bidang ilmu, terutama pada
pengukuran topografi lahan berupa data pertambangan. Metode ini dapat
koordinat bujur (x) dan lintang (y), serta menghubungkan titik-titik bernilai ekstrem
elevasi (z) dari setiap titik pengukuran tanpa mengisolasinya. Menurut van Beers
dalam grid yang dipetakan. dan Kleijnen dalam Siregar dan Selamat
(2009), hasil interpolasi metode kriging
lebih akurat dibandingkan metode regresi.
Pada metode kriging, semakin dekat nilai
masukan yang digunakan, maka korelasi
keluaran dengan masukan akan semakin
kuat.
Metode natural neighbor merupakan
metode interpolasi yang bersifat lokal,
yaitu hanya menggunakan masukan yang
berada di sekitar titik yang akan
diinterpolasi. Menurut Pasaribu dan
Gambar 5 Batas area pemetaan Haryani dalam Afifie (2015), hasil yang
topografi diperoleh dari metode interpolasi natural
neighbor akan sama dengan elevasi titik
sampel yang digunakan sebagai masukan
Berdasarkan hasil perhitungan, dalam proses interpolasi.
elevasi tertinggi dari lokasi embung adalah

64
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 04 No. 02 Agustus 2019
http://dx.doi.org/10.29244/JSIL.4.2.59-68

Interval kontur yang digunakan dalam Pola Aliran Air


proses interpolasi adalah 1 m. Skala warna Peta pola aliran air dapat dibuat
merah menunjukkan elevasi tertinggi menggunakan perangkat lunak Surfer 13
sedangkan skala warna biru menunjukkan berdasarkan peta topografi. Pola aliran air
elevasi terendah. Berdasarkan peta yang terbentuk akan menggambarkan
topografi yang telah dibuat, metode aliran air berupa limpasan permukaan yang
natural neighbor memberikan hasil mengalir dan terkonsterasi pada suatu titik
interpolasi paling mendekati hasil mengikuti bentuk topografi lahan. Peta
pengukuran topografi lokasi embung di pola aliran air pada lokasi embung dapat
lapangan. Elevasi tertinggi dan terendah dilihat pada Gambar 7. Berdasarkan
dari peta topografi hasil interpolasi metode Gambar 7, aliran air permukaan yang
ini masing-masing adalah sebesar 199.5 terjadi saat musim hujan pada lokasi
mdpl dan 187.0 mdpl. Peta topografi hasil embung relatif seragam. Sebagian besar air
interpolasi metode natural neighbor permukaan akan mengalir ke arah Utara
menggunakan perangkat lunak Surfer 13 dan Selatan lahan, menuju titik dengan
dapat dilihat pada Gambar 6. elevasi terendah yang terletak di bagian
tengah dari lokasi embung.

Gambar 6 Peta topografi lokasi embung interpolasi metode natural neighbour

Gambar 7 Peta pola aliran air

65
JSIL | Priyoadi, dkk. : Pemetaan Topografi Calon Lokasi Embung di Kampus IPB Darmaga, Bogor

Potensi Volume Genangan

Nilai potensi volume genangan pada


lokasi embung dapat dihitung berdasarkan
perbedaan elevasi pada topografi eksisting.
Perbedaan nilai elevasi dapat diketahui dari
peta topografi yang telah dibuat dengan
menggunakan perangkat lunak Surfer 13.
Perhitungan potensi volume genangan
dilakukan untuk elevasi 187-195 mdpl,
pada kedalaman 0-8 m. Hasil perhitungan
potensi volume genangan dapat dilihat
pada Tabel 2.Berdasarkan data pada Tabel
2, volume genangan kumulatif minimum Gambar 8 Hubungan antara kedalaman
pada kedalaman 0.5 m adalah sebesar 1.5 dengan luas dan volume genangan
m3 . Volume genangan kumulatif
maksimum pada kedalaman 8 m adalah
sebesar 13752.8 m3. Menurut Setiawan et
al. (2016), kedalaman embung berkisar KESIMPULAN
antara 2-4 m. Volume genangan optimum
pada lokasi embung, yaitu sebesar 2824.8 Kesimpulan yang dapat diambil adalah (1)
m3 pada kedalaman 4 m. Tata guna lahan di sekitar calon lokasi
Hubungan antara kedalaman (y) embung terbagi menjadi enam jenis
dengan luas (L) dan volume genangan tutupan lahan, yaitu hutan, jalan, padang
kumulatif (V) berbanding lurus. Hubungan rumput, lahan kosong, pemukiman, serta
antara kedalaman dengan luas dan volume pertanian, dan DTA pada lokasi embung
pada lokasi embung ditunjukkan dalam dibagi menjadi empat DTA dengan luas
bentuk grafik seperti pada Gambar 8. masing-masing adalah sebesar 2881.0 m2,
4531.0 m2, 2790.0 m2, dan 10917.3 m2. (2)
Tabel 2 Potensi volume genangan Kondisi topografi lokasi embung memiliki
elevasi tertinggi sebesar 199.71 mdpl dan
elevasi terendahnya adalah 187.23 mdpl,
dan peta topografi yang dihasilkan dibuat
menggunakan perangkat lunak Surfer 13
dengan metode interpolasi yang paling
sesuai adalah natural neighbor. (3) Pola
aliran air pada lokasi embung relatif
seragam dan sebagian besar mengalir ke
arah Utara dan Selatan lahan, menuju titik
dengan elevasi terendah yang terletak di
bagian tengah lokasi embung. (4) Volume
genangan kumulatif minimum pada
kedalaman 0.5 m adalah sebesar 1.5 m3 dan
volume genangan kumulatif maksimum
pada kedalaman 8 m sebesar 13752.8 m3,
serta volume genangan optimum adalah
sebesar 2824.8 m3 pada kedalaman 4 m.

66
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 04 No. 02 Agustus 2019
http://dx.doi.org/10.29244/JSIL.4.2.59-68

DAFTAR PUSTAKA Penelitian dan Pengembangan


Pertanian.
Afifie AF. 2015. Pemetaan topografi dan
rancangan perataan lahan di Balai Siregar VP, Selamat MB. 2009.
Besar Penelitian Tanaman Padi Interpolator dalam pembuatan kontur
(Subang, Jawa Barat) [skripsi]. peta batimetri. E-Jurnal Ilmu dan
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Teknologi Kelautan Tropis. 1(1):39-
47.
Angraini L. 2018. Perencanaan desain
embung di Sentul City [skripsi]. Ulfa A, Suprayogi S, Khoirullah EM. 2017.
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Perhitungan kapasitas Waduk
Ngancar Batuwarno, Wonogiri, Jawa
Aprizal. 2015. Perencanaan Embung
Tengah. Media Komunikasi
Tejomartani Desa Branti Raya Natar,
Geografi. 18(2):156-165.
Lampung Selatan. Jurnal Teknik
Sipil UBL. 6(1):696-714. Yusniyanti E, Kurniati. 2017. Analisa
puncak banjir dengan metode MAF
Marzuki A, Widito P, Sularto P. 2000.
(studi kasus Sungai Krueng
Pengukuran Topografi Daerah
Keureuto). Jurnal Einstein. 5(1):7-
Mineralisasi Uranium Sektor
12.
Jumbang I Kalimantan Barat.
Prosiding Seminar Pranata Nuklir
dan Teknisi Litkayasa; Jakarta (ID):
P2BGN-BATAN. hlm 43-56.
Nabilah R, Mugnisjah WQ, Gunawan A.
2017. Model lanskap permakultura
Kebun Percobaan Cikabayan untuk
memenuhi kebutuhan pangan bergizi
mahasiswa asrama IPB. Jurnal
Lanskap Indonesia. 9(1):120-126.
Purboseno S, Bambang AN, Suripin, Hadi
SP. 2013. Evaluasi Karakteristik
Daerah Tangkapan Air sebagai
Acuan Kegiatan Konservasi Sumber
Daya Air. Prosiding Seminar
Nasional Pengelolaan Sumberdaya
Alam dan Lingkungan; Semarang
(ID): Program Studi Ilmu
Lingkungan Pascasarjana
Universitas Diponegoro. hlm 226-
231.
Setiawan BI, Wirasembada YC, Kuswanda
WP, Jannati SL, Andayani A. 2016.
Penentuan Lokasi, Rancangan, dan
Pembuatan Embung untuk
Pertanian; Upaya Menghadirkan
Solusi Permanen Mengatasi Kritis
Kekeringan. Bogor (ID): Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan

67
JSIL | Priyoadi, dkk. : Pemetaan Topografi Calon Lokasi Embung di Kampus IPB Darmaga, Bogor

68

View publication stats

You might also like