You are on page 1of 56

STRATEGI PEMASARAN PADA HOME INDUSTRY

TEMPE DI KOTA JAYAPURA

Proposal Penelitian
Tujuan proposal penelitian adalah untuk Menyusun Skripsi
di Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Yapis Papua
Program Studi Manajemen

Diajukan oleh:

Dinni Lestari

1911127

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS YAPIS PAPUA
2023
Proposal Penelitian

STRATEGI PEMASARAN PADA HOME INDUSTRY


TEMPE DI KOTA JAYAPURA

Diajukan oleh:

Dinni Lestari

1911127

telah disetujui oleh:


Jayapura, …………………………………

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Muhdi B Hi Ibrahim, S.E., M.M Dr. Andri Irawan, S.E., M.Si.

Mengetahui,

Ketua Program Studi Manajemen

Dr. Yendra, S.E., M.M


KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT

Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya

penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Muhdi B Hi Ibrahim, S.E., M.M selaku

pembimbing I dan Bapak Dr. Andri Irawan, S.E., M.Si. selaku pembimbing II

yang telah meluangkan waktunya dan penuhperhatian memberikan bimbingan,

dorongan serta saran guna penyelesaian penyusunan skripsi ini.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan

kepada:

1. Kedua Orang Tua Penulis

2. Bapak Dr. H. Muhdi B. Hi. Ibrahim, SE, MM, selaku Rektor Universitas

Yapis Papua atas kesempatan yang diberikan kepada penulis guna mengikuti

pendidikan Universitas Yapis Papus

3. Bapak Dekan Dr. Mohammad Aldrin Akbar, S.E.,M.M, selaku Dekan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Yapis Papua atas kesempatan yang

diberikan kepada penulis guna mengikuti pendidikan pada Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Yapis Papua.

4. Bapak Dr. Yendra, S.E., M.M selaku Ketua Program Studi Manajemeni

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Yapis Papua atas kesempatan dan
fasilitas yang diberikan kepada penulis selama menempuh pendidikan sampai

dengan penyelesaian studi.

5. Segenap Dosen Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Yapis Papua yang telah mendidikan dan membimbing kepada

penulis selama studi.

6. Staf Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Yapis Papua atas bantuannya kepada penulis.

7. Teman-teman Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Yapis Papua, atas bantuan dan kesempatan waktunya untuk

diskusi.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan-

nya, terutama terhadap penulis sendiri. Amin.

Jayapura, Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
LAMPIRAN............................................................................................................vi
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................7
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................7
D. Manfaat Penelitian........................................................................................7
BAB II......................................................................................................................9
KAJIAN PUSTAKA................................................................................................9
A. Kajian Teori..................................................................................................9
1. Pemasaran..................................................................................................9
2. Home Industry.........................................................................................19
3. Tempe......................................................................................................26
B. Penelitian Terdahulu...................................................................................30
C. Kerangka Berpikir.......................................................................................34
BAB III..................................................................................................................36
METODE PENELITIAN.......................................................................................36
A. Jenis dan Rancangan Penelitian..................................................................36
B. Subyek Penelitian........................................................................................37
C. Data dan Sumber Data................................................................................38
D. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................39
E. Teknik Analisis Data...................................................................................41
F. Teknik Keabsahan Data..............................................................................45
1. Uji Kredibilitas........................................................................................45
2. Uji Dependabilitas...................................................................................46
DAFTAR TABEL

Table 2.1 Syarat Mutu Tempe............................................................................28


Table 2.2 Penelitian Terdahulu...........................................................................30
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Perkembangan Harga Kedelai Impor (Rp/Kg).............................4


Gambar 2.1 Perkembangan Harga Kedelai Impor (Rp/Kg)...........................35
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Industri merupakan bagian dari proses produksi yang juga menjadi bentuk

dari kegiatan ekonomi pengolah bahan baku dan atau memanfaatkan sumber daya,

sehingga dapat menghasilkan barang atau jasa yang memiliki nilai tambah atau

manfaat yang lebih tinggi. Home industry sendiri telah banyak berkembang di

kota–kota besar di seluruh Indonesia dengan eksistensinya tidak dapat diabaikan.

Karena industri rumah tangga mempunyai jumlah unit usaha yang jauh lebih baik

dibandingkan kelompok usaha industri sedang dan industri besar. Hal itu

disebabkan industri rumah tengga memiliki daya tahan yang kuat dalam

perekonomian, dan merupakan bagian terbesar dengan menumbuhkembangkan

sekitar 99,19% dari keseluruhan usaha di sektor industri (Joesyiana, 2017).

Industri rumah tangga atau home industry merupakan suatu peluang usaha

yang mulai bermunculan dalam era sekarang karena semakin sempitnya lapangan

kerja yang tersedia. Industri semacam ini dapat dikelola di dalam rumah sehingga

dapat dipantau setiap saat. Usaha kecil semacam ini dikelola oleh orang-orang

yang memiliki hubungan kekerabatan. Modal yang dibutuhkan usaha ini sedikit

dan alat-alat yang digunakan bersifat manual. Industri rumahan di kota Jayapura

mengalami perkembangan yang besar. Menurut data dari Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Koperasi dan UKM Kota Jayapura, pada tahun 2019 terdapat 1.808

unit usaha
2

industri di Kota Jayapura dengan peningkatan jumlah unit usaha sebesar 4,51%

dari tahun sebelumnya (BPS Kota Jayapura, 2022).

Data tersebut mengindikasikan bahwa perindustrian di wilayah Kota

Jayapura terus mengalami pertumbuhan dan memiliki peluang besar termasuk

jenis industri rumahan yang memberi peluang dan pemasukan ekonomi bagi

keluarga. Industri rumahan dalam bidang makanan menjadi salah satu pilihan

usaha yang menarik bagi masyarakat khususnya wirausahawan di kota Jayapura.

Perkembangan yang pesat pada produk makanan tersebut tentunya juga didorong

oleh minat beli yang tinggi dari masyarakat sebagai konsumen. Keinginan dan

minat beli yang tinggi tersebut memunculkan peluang bagi produsen produk

makanan untuk semakin berinovasi dalam membuat produk-produk makanan

yang variatif. Menurut Yuni (2010) terdapat tiga alasan wirausahawan memilih

melakukan usaha di sektor makanan adalah karena bisnis tersebut lebih populer

dan menguntungkan, dengan biaya bisnis yang umumnya kecil dan bantuan

tenaga dapat memberdayakan anggota keluarga. Hal ini menunjukkan bisnis

makanan mudah dilakukan asalkan dapat dikelola denga tepat pula.

Salah satu home industry yang paling banyak ditemui adalah industri yang

bergerak dalam sektor produksi makanan seperti produk tempe dan segala

olahannya. Indonesia merupakan Negara produsen tempe terbesar di dunia dan

menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

Indonesia dijadikan untuk memproduksi tempe, 40% tahu dan 10% dalam bentuk

lainnya (seperti, tauco, kecap dan lain-lain). Konsumsi tempe rata-rata per orang

per tahun di Indonesia diduga berkisar 6,45 kg (Astawan, 2004). Tempe


3

merupakan salah satu makanan yang khas dari Indonesia, dengan proses

fermentasi dari kacang kedelai atau jenis kacang-kacangan lainnya.

Usaha industri tempe yang berkembang dimasyarakat adalah tergolong

industri rumah tangga dan industri kecil. Seringkali permasalahan yang ditemui

menghambat perkembangan industri kecil adalah pertama pengaruh modal kerja

yang minim, kedua kenaikan harga bahan baku yang digunakan, dan ketiga

pemasaran tempe dari produsen ke konsumen (Yanis, 2018). Hal ini tentunya

selalu menjadi permasalahan pokok yang masih ditemui pada sejumlah industri

kecil, karena kurangnya informasi pasar disisi lain kompetensi dalam manajemen

bisnis yang dimiliki juga masih rendah sehingga seringkali pengusaha tidak

mampu menghasilkan produk yang mampu memenuhi permintaan pasar dan

selera konsumen.

Permasalahan tersebut juga ditemui pada jenis industri rumah tangga yang

memproduksi tempe. Kedelai sebagai bahan utama pembuatan tempe dikenal

sebagai salah satu komoditas pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung,

sehingga kedelai seringkali mengalami kenaikan harga yang turut mempengaruhi

produksi tempe. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk serta

kesadaran mengenai pentingnya mengkonsumsi makanan bergizi, mengakibatkan

permintaan terhadap makanan olahan kedelai meningkat. Namun tingginya

permintaan kedelai tersebut tidak diimbangi dengan meningkatnya produksi

kedelai di dalam negeri. Permasalahan kenaikan harga kedelai di tahun 2022 turut

menjadi permasalahan pokok yang membuat sebagian besar industri rumah tangga
4

produk olahan kedelai termasuk tempe mengalami kesulitan mempertahankan

usahanya.

Berdasarkan data Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok (SP2KP)

Kementerian Perdagangan, harga rata-rata nasional kedelai impor mengalami

peningkatan 0,71% sebesar Rp13.605,-/kg pada pertengahan tahun sedangkan

harga rata-rata nasional kedelai lokal mengalami penurunan namun dibandingkan

tahun sebelumnya rata-rata mengalami kenaikan sebesar 10,88% (Kemendag,

2022). Berikut grafik statistik yang menggambarkan kenaikan hara kedelai impor

dari tahun 2019 hingga pertengahan tahun 2022:

Gambar 1.1 Perkembangan Harga Kedelai Impor (Rp/Kg)


Sumber: SP2KP, Kemendag (2022)

Selain itu harga kedelai impor yang tinggi ditemukan di beberapa wilayah

antara lain di kota Palangkaraya, Ambon, Jayapura, Denpasar, Bangka Belitung

dan Tanjung Pinang. Berdasarkan data Kemendag, Jayapura tercatat menunjukkan

harga kedelai impor tertinggi yang mencapai 7,04%. Hal tersebut menunjukkan

kenaikan harga kedelai sebagai bahan pokok pembuatan tempe menjadi sebagian

dari permasalahan yang dirasakan oleh industri rumah tangga di Kota Jayapura
5

saat ini. Adanya kondisi tersebut yang kemudian mendorong sejumlah usaha

produksi tempe di Kota Jayapura mulai melakukan berbagai upaya dalam

meningkatkan keuntungannya serta mempertahankan usahanya ditengah

permasalahan yang ada.

Adanya perkembangan di era digital saat ini telah membuat persaingan

bisnis makanan khususnya industri produk tempe semakin ketat, sehingga

mendorong setiap industri rumahan melakukan berbagai upaya untuk dapat

bertahan. Industri rumah tangga juga sangat dipengaruhi oleh perkembangan

zaman dan globalisasi, karena semakin banyaknya produk sejenis yang masuk ke

pasaran akan menimbulkan persaingan yang sangat ketat. Banyaknya variasi

merek dan jenis produk menunjukan bahwa perusahaan tidak dapat hanya berdiam

diri dalam menjalankan bisnisnya. Oleh karena itu setiap industri rumahan harus

mulai memikirkan upaya dalam meningkatkan keberhasilan penjualan produk

salah satunya melalui pemasaran.

Pemasaran adalah salah satu perangkat vital dalam suatu bisnis, sistem

pemasaran yang baik merupakan pendukung siklus hidup sebuah produk.

Pemasaran tidak sekedar pengembangan produk yang baik, penetapan harga yang

menarik, dan ketersediaan bagi konsumen sasaran. Perusahaan dalam hal ini

industri rumha tangga juga harus berkomunikasi dengan konsumen. Oleh karena

itu, keberhasilan suatu usaha sangat ditentukan oleh keberhasilan usaha

pemasaran dari produk yang dihasilkannya. Dalam hal ini, maka usaha pemasaran

yang menunjang keberhasilan usaha haruslah didasarkan pada konsep pemasaran


6

yang tepat untuk dapat menentukan strategi pasar dan strategi pemasaran yang

mengarah kepada sasaran pasar yang dituju (Assauri, 2012).

Strategi pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting bagi suatu

usaha yang bekerja dalam sistem pasar persaingan yang kuat. Akurasi dan

ketepatan strategi pemasaran akan menentukan keberhasilan dalam mengejar

keuntungan yang berkelanjutan. Strategi pemasaran yang baik memberi gambaran

yang jelas dan terarah mengenai hal yang perlu dilakukan perusahaan dalam

menggunakan setiap peluang pada beberapa sasaran pasar. Industri rumahan masa

kini tidak lagi bergerak dalam pasar dengan persaingan yang pasti, atau pilihan

yang stabil. Pada era pasar bebas saat ini, produk-produk industri negara maju

mulai memasuki pasar Indonesia dan menggeser produk-produk domestik atau

lokal. Melihat hal ini, maka perusahaan dengan produk lokal termasuk industri

rumah tangga perlu menerapkan strategi pemasaran yang tepat.

Seperti yang diketahui bahwa keberlangsungan dan kesuksesan dari sebuah

usaha adalah suatu hal yang tidak diperoleh dengan mudah. Dibutuhkan analisis

yang teliti dan benar, sehingga dalam menetapkan sebuah strategi perusahaan

dibutuhkan banyak faktor yang harus dipertimbangkan dan dianalisis. Oleh karena

itu banyak pengusaha mengunakan analisis strategi bisnis seperti analisis 4P

dalam merancangkan strategi pemasarannya. Maka perlu adanya identifikasi

terhadap price, product, promotion, place sebelum melaksanakan kegiatan

pemasarannya.

Berdasarkan uraian penjelasan diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian

terkait pemasaran yang dilakukan sejumlah industri rumahan produk tempe


7

sebagai usaha skala kecil di Kota Jayapura. Maka penelitian ini diberi judul

“Strategi Pemasaran Pada Home Industry Tempe di Kota Jayapura”.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana strategi 4P pada home industry tempe di Kota

Jayapura

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui penerapan strategi 4P pada

home industry tempe di Kota Jayapura.

4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa

pihak-pihak terkiat baik berupa manfaat teoritis maupun manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan

dalam bidang ilmu manajemen bisnis khususnya dalam ruang lingkup

pemasaran bisnis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan wawasan bagi perusahaan

khususnya pada industri rumah tangga dengan produk domestik dan


8

lokal mengenai pentingnya penerapan strategi pemasaran yang tepat

dalam meningkatkan minat pembelian konsumen. Selain itu hasil

penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan

pertimbangan untuk seluruh industri rumah tangga dalam mengambil

keputusan mengenai kebijakan strategi pemasarannya di masa yang

akan datang.

b. Bagi Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi

dan menjadi referensi bahan penelitian berikutnya dengan topik serupa

terkait strategi pemasaran pada industri rumah tangga.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

2. Pemasaran

3. Pengertian Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu bagian paling sentral dalam kegiatan

bisnis. Pemasaran berperan serta secara langsung terhadap kelangsungan

hidup perusahaan, karena pemasaran merupakan ujung tombak dalam

penjualan dan jalannya produksi perusahaan. Pemasaran berhubungan

dengan kegiatan untuk memperkirakan atau mengantisipasi kebutuhan dan

berkaitan dengan kegiatan mengalirnya produk berupa barang dan jasa dari

produsen ke konsumen. Maka, sudah tentu bahwa pemasar merupakan

bagian penting dari bagian sukses penjualan.

Pemasaran menurut American Marketing Association (dalam Kotler &

Keller, 2014) adalah suatu aktifitas, sebuah grup yang berisikan institusi-

institusi, dan proses untuk membuat, mengkomunikasikan, mengantarkan

dan bertukar penawaran yang mempunyai nilai bagi konsumen, klien,

partner dan masyarakat luas. Sedangkan menurut Kismono (2011),

pemasaran adalah sekelompok aktivitas yang saling berkaitan yang

dirancang untuk mengidentifikasi kebutuhan konsumen dan

mengembangkan distribusi, promosi, dan penetapan harga serta pelayanan

untuk memuaskan kebutuhan konsumen pada tingkat keuntungan tertentu.

9
10

Pemasaran menurut Kotler dan Armstrong (2015) pemasaran adalah

proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa

yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan

dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Stanton yang di kutip oleh Dharmesta dan Irawan (2010) mengemukakan

pemasaran sebagai suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis

yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan,

dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik

kepada pembeli yang ada maupun yang potensial.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa pemasaran merupakan aktivitas bisnis yang bertujuan untuk

mencapai sasaran perusahaan yang dilakukan dengan cara mengantisipasi

kebutuhan pelanggan serta mengarahkan aliran barang dan jasa yang

memenuhi kebutuhan pelanggan dari produsen. Pemasaran sebagai bagian

dalam perusahaan yang lebih berurusan dengan pelanggan dibandingkan

dengan fungsi bisnis lainnya.

4. Strategi Pemasaran

Dalam rangka menunjang keberhasilan kegiatan pemasaran yang

dijalankan, maka ditunjang dengan strategi pemasaran yang perlu

ditempuh oleh setiap perusahaan. Menurut Assauri (2014) strategi

pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan

yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran perusahaan dari waktu


11

ke waktu, pada masing-masing tingkatan dan acuan serta aloksinya,

terutama sebagai tanggapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan

dan keadaan persaingan yang selalu berubah. Adapun proses dalam

menyusun strategi pemasaran menurut Kotler dan Amstrong (2015)

sebagai berikut:

1. Segmentasi Pasar (Market Segmentation)

Segmentasi Pasar adalah tindakan membagi pasar menjadi

kelompok pembeli berbeda dengan kebutuhan, karakteristik, atau

perilaku berbeda yang mungkin memerlukan produk atau bauran

pemasaran terpisah. Strategi segmentasi merupakan bagian yang

paling penting dalam menentukan kesuksesan suatu perusahaan.

2. Penetapan Target Pasar (Market Targeting)

Penetapan target pasar yaitu proses mengevaluasi daya tarik

masing-masing segmen pasar dan memilih satu atau lebih segmen

yang akan dilayani, penetapan sasaran pasar terdiri dari merancang

strategi untuk membangun hubungan yang benar dengan pelanggan

yang tepat, atau sebuah perusahaan besar mungkin memutuskan untuk

menawarkan ragam produk yang lengkap dalam melayani seluruh

segmen pasarnya, sebagian besar perusahaan memasuki pasar baru

dengan melayani segmen tunggal, dan jika hal ini terbukti berhasil,

mereka menambahkan segmen. Perusahaan dapat mempertimbangkan

lima pola pemilihan pasar sasaran yaitu:

a. Konsentrasi Segmen Tunggal


12

Perusahaan memilih berkonsentrasi pada satu segmen tertentu

dengan di dasari oleh beberapa pertimbangan, misalnya

perusahaan memiliki dana terbatas, segmen tersebut merupakan

segmen yang paling tepat sebagai landasan untuk ekspansi ke

segmen lainnya.

b. Spesialisasi Selektif

Perusahaan memilih sejumlah segmen pasar yang menarik dan

sesuai dengan tujuan dan sumber daya yang di miliki.

c. Spesialisasi Pasar

Perusahaan memusatkan diri pada upaya melayani berbagai

kebutuhan dari suatu kelompok pelanggan tertentu.

d. Spesialisasi Produk

Perusahaan memusatkan diri pada pembuatan produk tertentu

yang akan di jual kepada berbagai segmen pasar.

e. Pelayanan Penuh

Perusahaan berusaha melayani semua kelompok pelanggan

dengan semua produk yang mungkin di butuhkan.

3. Diferensiasi dan Posisi Pasar (Differentiation & Positioning)

Perusahaan harus memutuskan bagaimana mendiferensiasikan

penawaran pasarnya untuk setiap segmen sasaran dan posisi apa yang

ingin ditempatinya dalam segmen tersebut, posisi produk adalah

tempat yang diduduki produk relatif terhadap pesaingnya dalam

pikiran konsumen, pemasar ingin mengembangkan posisi pasar unik


13

bagi produk mereka. Jika sebuah produk dianggap sama persis dengan

produk lainnya di pasar, konsumen tidak mempunyai alasan untuk

membelinya.

5. Fungsi Pemasaran

Kotler (2012) mengatakan bahwa dalam pelaksanaannya, pemasaran

memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:

1. Mengumpulkan informasi mengenai pelanggan, pesaing serta pelaku

dan kekuatan lain yang ada saat ini maupun yang potensial dalam

lingkungan pemasaran.

2. Mengembangkan dan menyebarkan komunikasi persuasif untuk

merangsang pembelian.

3. Mencapai persetujuan akhir mengenai harga dan syarat lain sehingga

transfer kepemilikan dapat dilakukan.

4. Menanggung resiko yang berhubungan dengan pelaksanaan fungsi

saluran pemasaran.

5. Mengatur kesinambungan penyimpanan dan pergerakan produk

sampai ke pelanggan akhir.

6. Faktor yang Mempengaruhi Strategi Pemasaran

Menurut Tjiptono (2010), kemampuan pemasaran suatu perusahaan

untuk menanggapi setiap perubahan kondisi pasar dan faktor biaya

tergantung pada analisis terhadap faktor-faktor sebagai berikut:


14

1. Faktor Lingkungan

Analisis terhadap faktor lingkungan seperti pertumbuhan populasi dan

peraturan pemerintah sangat penting untuk mengetahui pengaruh yang

ditimbulkannya pada bisnis perusahaan. Selain itu faktor-faktor seperti

perkembangan teknologi, tingkat inflasi, dan gaya hidup juga tidak

boleh diabaikan. Hal-hal tersebut merupakan faktor lingkungan yang

harus dipertimbangkan sesuai dengan produk dan pasar perusahaan.

2. Faktor Pasar

Setiap perusahaan perlu selalu memperhatikan dan

mempertimbangkan faktor-faktor seperti ukuran pasar, tingkat

pertumbuhan, tahap perkembangan, trend dalam sistem distribusi, pola

perilaku pembeli, permintaan musiman, segmen pasar yang ada saat

ini atau yang dapat dikembangkan lagi, dan peluang-peluang yang

belum terpenuhi.

3. Persaingan

Dalam kaitannya dengan persaingan, setiap perusahaan perlu

memahami siapa pesaingnya, bagaimana posisi produk/pasar pesaing

tersebut, apa strategi mereka, kekuatan dan kelemahan pesaing,

struktur biaya pesaing, dan kapasitas produksi para pesaing.

4. Analisis Kemampuan Internal

Setiap perusahaan perlu menilai kekuatan dan kelemahannya

dibandingkan para pesaingnya. Penilaian tersebut dapat didasarkan


15

pada faktor-faktor seperti teknologi, sumber daya finansial, kekuatan

pemasaran.

5. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen perlu dipantau dan dianalisis karena hal ini sangat

bermanfaat bagi pengembangan produk, desain produk, penetapan

harga, pemilihan saluran distribusi, dan penentuan strategi promosi.

Analisis perilaku konsumen dapat dilakukan dengan penelitian (riset

pasar), baik melalui observasi maupun metode survai.

6. Analisis Ekonomi

Dalam analisis ekonomi perusahaan dapat memperkirakan pengaruh

setiap peluang pemasaran terhadap kemungkinan mendapatkan laba.

Analisis ekonomi terdiri atas analisis terhadap komitmen yang

diperlukan, analisis BEP (break even point), penilaian risiko/laba, dan

analisis faktor ekonomi pesaing.

7. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Marketing Mix merupakan sebagai suatu strategi yang dilakukan oleh

suatu perusahaan yang dapat meliputi penetapan master plan dan

mengetahui serta menghasilkan pelayanan (penyajian) produk yang

memuaskan pada suatu segmen pasar tertentu dimana segmen pasar

tersebut telah dijadikan pasar sasaran untuk produk yang telah diluncurkan

guna menarik konsumen melakukan pembelian (Hermawan, 2012). Kotler

menyebutkan marketing mix terdiri dari produk (product), harga (price),


16

promosi (promotion) dan distribusi (place) yang dikenal dengan “Four of

P‟s‟. Dalam konsep komunikasi, product dihubungkan dengan solusi

pelanggan (costomer solution), price dihubungkan dengan biaya pelanggan

(costumer cost), place dihubungkan dengan kenyamanan (convenience),

sedangkan promotion dihubungkan dengan sebuah komunikasi

(communication) (Soemanagara, 2006).

1. Produk (product)

Keputusan-keputusan tentang produk ini mencangkup penentuan

bentuk penawaran secara fisik, mereknya, pembungkusnya, garansi,

dan servis sesudah penjualan. Pengembangan produk dapat dilakukan

setelah menganalisa kebutuhan dan keinginan pasarnya. Jika masalah

ini telah diselesaikan, maka keputusan-keputusan tentang harga,

distribusi dan promosi dapat diambil. Produk merupakan objek yang

sangat vital yang dapat mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam

mendatangkan tingkat keuntungan yang akan tetap menjaga aktivitas

operasional dan kesehatan keuangan perusahaan, sehingga segala

sesuatu yang ditawarkan kepasar yang mana untuk memenuhi

memuaskan kebutuhan atau keinginan (Hermawan, 2012).

2. Harga (price)

Harga sangat mempengaruhi penjualan suatu produk yang ditawarkan

oleh perusahaan. Penetapan harga membutuhkan strategi pemasaran

yang matang agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Sehingga

didalam menentukan penetapan harga dari suatu produk akan sangat


17

berpengaruh dari seberapa besar pengorbanan yang telah dilakukan

dalam memproduksi produk itu sendiri. Semakin besar pengorbanan

yang dilakukan makan akan semakin besar dan tinggi harga yang

ditetapkan oleh produk itu. Maka strategi yang tepat dalam

menetapkan harga produk dengan cara menganalisa keunggulan dan

kekurangan dari produk yang dimiliki (Hermawan, 2012).

3. Promosi (promotion)

Promosi merupakan salah satu komponen yang menjadi prioritas

dari kegiatan pemasaran, karena konsumen akan mengetahui bahwa

perusahaan akan meluncurkan produk baru yang akan menggoda

konsumen untuk melakukan kegiatan pembelian, sehingga strategi

yang dilakukan perusahaan biasanya dengan menganalisis keunggulan

produk, modal lain yang dimiliki oleh perusahaan, dan segmen pasar

yang dibidik. Maka didalam penyampaian sebuah informasi kepada

calon konsumen setidaknya perlu memperhatiakan kriteria-kriteria

sebagai berikut program periklanan yang dijalankan, promosi dengan

mengutamakan penjualan yang dilakukan secara pribadi (personal

selling), promosi yang dilakukan dengan mengedepankan aspek

penambahan intensitas nilai produk lebih dikenal dengan promosi

penjualan (sales promotion), dan promosi dengan cara meningkatkan

publisitas yang mana lebih untuk membentuk citra yang positif

terhadap produk yang ditawarkan (Hermawan, 2012).


18

Termasuk dalam kegiatan promosi adalah priklanan, personal

selling, promosi penjualan, dan publisitas. Beberapa keputusan yang

berkaitan dengan periklanan yakni pemilihan media (majalah, televisi,

suratkabar, dan sebagainya), penentuan bentuk iklan dan beritanya.

Penarikan, pemilihan, latihan, kompensasi, dan supervisi merupakan

tugas manajemen dalam kaitanya dengan salesman (penjual). Promosi

penjualan dilakukan dengan mengadakan suatu pameran, peragaan,

demonstrasi, contoh-contoh, dan sebagainya. Sedangkan publisitas

merupakan kegiatan yang hampir sama dengan periklanan, hanya saja

biasanya dilakukan tanpa biaya (Basu, 2010).

4. Tempat (place)

Berkaitan dengan proses distribusi yang merupakan kegiatan

perusahaan yang merupakan kegiatan perusahaan yang saling

berkaitan agar dapat menjadikan suatu produk/jasa siap digunakan

atau dikonsumsi dalam hal ini termasuk lokasi, persediaan transportasi

dan cakupan pasar. Tempat strategis dan mudah dijangkau tentunya

juga menjadi faktor pendukung terhadap keputusan membeli suatu

barang/jasa (Ningsih & Maika, 2020).

Distribusi menjadi bagian yang vital didalam strategi pemasaran,

karena dengan memilih strategi yang tepat akan dapat membantu

produk sampai kepada konsumen sesuai dengan harga yang telah

ditentukan perusahaan. Sehingga perlu diperhatikan beberapa

keriteria-keriteria agar dapat meningkatkan hal tersebut yakni dengan


19

cara memperhatikan saluran distribusi (distribution channel), saluran

ini dapat membantu perusahaan untuk menganalisis berbagai kendala

yang terjadi dilapangan, sehingga dapat diambil kebijakan yang tepat

untuk memecahkan masalah yang dihadapi agar distribusi dapat

berjalan dengan normal dan baik demi tercapaianya kepuasaan

konsumen yakni melakukan riset dan analisis yang mendalam

terhadap pihak-pihak terkait yang menunjang proses pemasaran,

Mempertimbangkan karakteristik dari segmen pasar yang telah

dibidik, dan secara geografis juga mempertimbangkan lokasi pembeli

apakah mudah dijangkau, memperhitungkan tingkat persedian produk

agar sesuai dengan tingkat kebutuhan konsumen, dan memaksimalkan

seluruh jaringan pemasaran yang dimiliki sehingga distribusi

memberikan kontribusi yang optimal bagi proses pemasaran

(Hermawan, 2012).

8. Home Industry

a. Pengertian Home Industry

Home industry atau industri rumah tangga menurut Muliawan (2008)

adalah suatu unit usaha atau perusahaan dalam skala kecil yang bergerak

dalam bidang industri tertentu. Home berarti rumah, tempat tinggal,

ataupun kampung halaman. Sedangkan Industry, dapat diartikan sebagai

kerajinan, usaha produk barang dan ataupun perusahaan. Singkatnya,

Home Industry adalah rumah usaha produk barang atau juga perusahaan
20

kecil. Industri kecil menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995

tentang usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil yang

memiliki kriteria Tentang Usaha Kecil adalah milik WNI, berdiri sendiri,

berafiliasi langsung atau tidak langsung dengan usaha menengah atau

besar dan berbentuk badan usaha perorangan, baik berbadan hukum

maupun tidak.

Berbagai Badan Pemerintah serta Instansi menggunakan definisi

industri kecil atau industri rumah tangga yang berbeda-beda, diantaranya

(Asyah, 2018):

1. Menurut Kemenrindag (Kementerian Perindustrian dan Perdagangan)

tahun 1999, industri kecil merupakan kegiatan usaha industri yang

memiliki investasi sampai Rp. 200.000.000,- tidak termasuk bangunan

dan tanah tempat usaha.

2. Menurut Biro Pusat Statistik tahun 2003, mendefinisikan industri kecil

adalah usaha rumah tangga yang melakukan kegiatan mengolah

barang dasar menjadi barang belum jadi atau setengah jadi, barang

setengah jadi menjadi barang jadi, atau yang kurang nilainya menjadi

barang yang lebih tinggi nilainya dengan maksud untuk dijual, dengan

jumlah pekerja paling sedikit 5 orang dan yang paling banyak 19

orang termasuk pengusaha.

3. Berdasarkan Bank Dunia, yang dimaksud dengan usaha kecil atau

industri rumah tangga adalah usaha yang melibatkan tenaga kerja < 20
21

orang. Departemen keuangan menggunakan batasan aset dan omzet

maksimal rp.300.000.000,-, di luar tanah dan bangunan.

Home industry dapat dikatakan sebagai perusahaan kecil atau industri

rumah tangga karena jenis kegiatannya dilakukan di rumah. Industri skala

rumah tangga dan industri kecil yang mengolah hasil pertanian

mempunyai peranan yang penting (Soekartawi, 2001), yaitu: a)

Meningkatkan nilai tambah dan kualitas hasil; b) Menigkatkan penyerapan

tenaga kerja; c) Meningatkan ketrampilan produsen; d) Menigkatkan

pendapatan produsen.

2. Karakteristik Home Industry

Menurut Saleh dalam Nurhadi (2021), usaha yang bersifat home

industri dicirikan oleh beberapa hal yakni:

1. Skala usaha ini umumnya sangat kecil dan mencerminkan suatu pola

pengusaha yang bersifat sub sistem.

2. Target pemasaran sangat terbatas sehingga sarana transportasi

sederhana.

3. Pemasaran produksi ditangani sendiri.

4. Sebagai unit usaha menyerap tenaga kerja 1 – 4 orang tenaga kerja.

Sedangkan dalam kajian prisma dalam Sukmayani (2016),

menjelaskan bahwa usaha rumah tangga mempunyai ciri – ciri sebagai

berikut:
22

1. Produksi skala usaha rumah tangga pada umumnya bekerja di salah

satu bagian rumah, di teras, ruang tamu, dapur, ataupun halaman

rumah.

2. Peralatan yang digunakan sangat sederhana.

3. Pelibatan tenaga kerja adalah dari keluarga.

4. Sebagian anggota keluarga yang bekerja tidak menerima bayaran

untuk pekerjaan yang dilakukan.

3. Jenis Home Industry

Ada beberapa bentuk dan jenis home industry yang dikenal oleh

umumnya masyarakat, seperti diantaranya (Wira, 2015):

1. Home industry bidang kosmetik (alat-alat kecantikan), contoh: face

lotion (lotion muka), skin tonic lotion, cleansing cream, bedak

powder, minyak rambut kental, minyak rambut hair cream.

2. Home industry bidang kebutuhan sehari-hari, contoh: sabun mandi,

sabun cuci batangan, sabun cuci deterjen, pasta gigi.

3. Home industry bidang obat-obatan ringan, contoh: minyak angin, obat

gosok, obat kutu busuk, obat nyamuk.

4. Home industry bidang makanan, contoh: keripik ubi, keripik pisang,

emping.

5. Home industry bidang minuman, contoh: soda, jus buah.


23

4. Keunggulan dan Kelemahan Home Industri

Industri kecil seperti industri rumahan merupakan potensi rakyat yang

harus mendapat perhatian yang besar. Hal ini disebabkan karena industri

kecil mempunyai kebaikan-kebaikan atau keunggulan yang terkadang

tidak terdapat pada industri sedang maupun industri besar. Keunggulan

pada industri kecil tersebut adalah (Sukmayani, 2016):

1. Memiliki jumlah fleksibilitas dan kemampuan adaptasi yang sulit

dilakukan oleh industri sedang maupun industri besar.

2. Tidak tergantung pada sumber tenaga sehingga bisa menghindarkan

diri dari krisis energi.

3. Pemasaran barang tidak begitu terpengaruhi sesi ekonomi dunia dan

menurunnya intensitas perdagangan internasional.

4. Termasuk penyumbangan devisa.

5. Industri kecil bisa bertahan berkat mudahkan tenaga buruh yang

digunakan.

6. Umumnya terletak di pedesaan sehingga dapat membantu kehidupan

petani miskin di pedesaan.

Disamping kebaikan – kebaikan yang menguntungkan tersebut, sub

sektor ini juga mempunyai beberapa kelemahan yang sukar ditanggulangi,

diantaranya (Sukmayani, 2016):


24

1. Tingkat produksi rendah, sehingga hanya sanggup memberi

sumbangan yang kecil dalam nilai produksi total, nilai per kapita dan

tingkat gaji pegawai dan buruh.

2. Kurang bisa menjangkau pasaran yang lebih luas.

3. Kurang mampu menyerap tehnologi baru yang lebih efisien.

4. Mengalami kesulitan dalam memperoleh kredit.

5. Proses dalam Home Industry

Berikut proses kerja yang umumnya dilakukan dalam industri rumah

tangga atau home industry, diantaranya:

1. Produksi

Produksi menurut Assauri (2012), didefinisikan sebagai:

segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan

(utility) sesuatu barang atau jasa, untuk kegiatan mana dibutuhkan

faktor-faktor produksi dalam ilmu ekonomi berupa tanah, tenaga

kerja dan skill (organization, managerial dan skills). Menurut

Sumarni dan Soeprihanto (2010), Produksi adalah semua kegiatan

dalam menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa,

dimana untuk kegiatan tersebut diperlukan faktor-faktor produksi.

Secara ekonomi, produksi adalah kegiatan menghasilkan

barang maupun jasa atau kegiatan menambah nilai kegunaan atau

manfaat suatu barang. Terhentinya proses produksi dalam home

industri mengakibatkan terhentinya kegiatan-kegiatan lain seperti


25

pemasaran, pembelian, penjualan, keuangan, dan pengiriman.

Kegiatan produksi di home industri membuat manusia menjadi lebih

giat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau bisa menciptakan

nilai guna barang dan jasa. Selama proses produksi di home industri,

setiap karyawaan memilki tugasnya masing-masing agar proses di

home industri tetap berjalan baik dan lancar.

2. Distribusi

Distribusi adalah kegiatan pemasaran untuk memperlancar

dan mempermudah barang dan jasa dari produsen ke konsumen.

Distribusi dimaksudkan sebagai penyaluran pembagian, pengiriman

kepada beberapa orang atau ke beberapa tempat. Menurut Sigit

dalam Damsar (2011) saluran distribusi adalah perantara-perantara,

para pembeli dan penjual yang dilalui oleh perpindahan barang baik

fisik maupun perpindahan milik sejak dari produsen hingga ke

tangan konsumen. Suatu perusahaan di dalam mendistribusikan

barangnya dapat menggunakan salah satu atau lebih dari cara

penyaluran.

3. Konsumsi

Konsumsi adalah kegiaatn yang bertujuan mengurangi atau

menghabiskan suatu barang, benda, ataupun jasa. Menurut Don

Slater dalam Damsar (2011) konsumsi adalah bagaimana manusia

dan aktor sosial dengan kebutuhan yang dimilikinya berhubungan

dengan sesuatu dalam hal ini material, barang simbolik, jasa atau
26

pengalaman yang dapat memuaskan mereka. Berhubungan dengan

sesuatu yang dapat memuaskan mereka dapat dilakukan dengan

berbagai cara seperti menikmati, menonton, melihat, menghabiskan,

mendengar, memperhatikan dan lainnya. Marx mengklasifikasikan

jenis konsumsi, yaitu konsumsi subsistensi dan konsumsi mewah.

Konsumsi subsistensi merupakan alat-alat konsumsi yang diperlukan

atau yang memasuki konsumsi kelas pekerja. Sedangkan orang atau

pihak yang melakukan kegiatan konsumsi tersebut disebut

konsumen.

6. Tempe

a. Pengertian Tempe

Tempe adalah makanan yang dibuat dari kacang kedelai yang

difermentasikan menggunakan kapang rhizopus (“ragi tempe“). Menurut

Badan Standarisasi Nasional (2012), kata tempe diduga berasal dari bahasa

jawa kuno. Pada zaman jawa kuno terdapat makanan berwarna putih

terbuat dari tepung sagu yang disebut tumpi. Tempe segar yang juga

berwarna putih terlihat memiliki kesamaan dengan makanan tumpi

tersebut. Menurut catatan sejarahnya, awal (sebelum tahun 1875) tempe

mungkin berasal dari pulau Jawa setidaknya beberapa abad yang lalu. Pada
27

saat itu orang-orang Jawa, tanpa pelatihan formal di bidang mikrobiologi

atau kimia berhasil menegembangkan sebuah makanan baru yang luar

biasa dari proses fermentasi yang disebut tempe. Makanan ini bisa disebut

ini produk pengganti daging, karena mereka memiliki banyak tekstur yang

sama dengan daging, rasa, dan kandungan protein yang tinggi seperti

makanan daging (Limando et al., 2007).

Tempe merupakan salah satu produk fermentasi yang umumnya

berbahan baku kacang kedelai yang difermentasi dan mempunyai nilai gizi

yang biak bagi kesehatan. Dari tanaman kedelai, selain bijinya

dimanfaatkan sebagai makanan manusia, daun dan batangnya yang sudah

agak kering pun dapat digunakan sebagai makanan ternak, dan pupuk

hijau. Kacang kedelai banyak mengandung protein dan lemak. Sebagai

makanan, kedelai lebih baik jika dibandingkan dengan kacang tanah,

karena kandungan protein dan lemak pada kedelai lebih baik dari pada

kandungan protein dan lemak pada kacang tanah (AAK, 1989).

Tanaman kedelai salah satu komoditas tanaman pangan yang sangat

dibutuhkan oleh penduduk Indonesia dan dipandang penting karena

merupakan sumber protein, nabati, lemak, vitamin dan mineral yang

murah dan mudah tumbuh diberbagai wilayah Indonesia serta kedelai

merupakan salah satu jenis tanaman palawija yang cukup penting setelah

kacang tanah dan jagung. Sebagai bahan makanan kedelai mempunyai

kandungan gizi yang tinggi terutama protein (40 persen), lemak (20
28

persen), karbohidrat (35 persen) dan air (8 persen) (Suprapto dalam

Yulianti, 2016).

Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014

tentang Baku Mutu Air Limbah, industri pengolahan kedelai adalah usaha

dan/atau kegiatan yang memanfaatkan kedelai sebagai bahan baku utama

yang tidak bisa digantikan dengan bahan lain. Industri tempe usaha

dan/atau kegiatan yang memanfaatkan kedelai sebagai bahan utama

pembuatan tempe. Pada umumnya industri tempe masih tergolong industri

rumah tangga dengan jumlah tenaga kerja 1-4 orang dan industri kecil

dengan jumlah tenaga kerja 5-19 orang.

b. Syarat Mutu Tempe

Badan Standardisasi Nasional (BSN) telah menerbitkan standar tempe,

yakni: SNI 3144:2009, Tempe Kedelai. SNI 3144:2009 menetapkan

mengenai syarat mutu tempe kedelai. Sesuai dengan standar tersebut,

syarat mutu tempe kedelai, dengan perincian sebagai berikut:

Table 2.1 Syarat Mutu Tempe


No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1. Keadaaan
1.1 Tekstur - Kompak, jika diiris tetap utuh
Putih merata pada seluruh
1.2 Warna - permukaan
1.3 Bau Bau khas tempe tanpa
- adanya bau amoniak
2. Kadar Air Fraksi masa, Maks. 65
%
Fraksi masa,
3. kadar Lemak Min. 7
%
Kadar Protein Fraksi masa,
4. Min. 15
(Nx5,75) %
29

Fraksi masa,
5. Kadar Serat Kasar Maks. 2,5
%
6. Cemaran Logam
6.1 Kadmium (Cd) Mg/kg Maks. 2
6.2 Timbal (Pb) Mg/kg Maks. 02,5
6.3 Timah (Sn) Mg/kg Maks. 40
6.4 Merkuri (Hg) Mg/kg Maks. 0,03
Cemaran Arsen
7. Mg/kg Maks. 0,25
(As)
8. Cemaran Mikroba
8.1 Coliform Maks. 10
8.2 Salmonella sp. APM/g Negatif/25gr
Sumber: Badan Standarisasi Nasional (BSN) (2012)

3. Proses Pembuatan Tempe

Terdapat berbagai metode pembuatan tempe. Namun, teknik

pembuatan tempe di Indonesia secara umum terdiri dari tahapan

perebusan, pengupasan, perendaman dan pengasaman, pencucian,

inokulasi dengan ragi, pembungkusan, dan fermentasi (Pandiangan, 2020).

1. Perebusan

Pada tahap awal pembuatan tempe, biji kedelai direbus. Tahap

perebusan ini berfungsi sebagai proses hidrasi, yaitu agar biji kedelai

menyerap air sebanyak mungkin. Perebusan juga dimaksudkan untuk

melunakkan biji kedelai supaya nantinya dapat menyerap asam pada

tahap perendaman.

2. Pengupasan

Kulit biji kedelai dikupas pada tahap pengupasan yang dapat

dilakukan dengan tangan, diinjak-injak dengan kaki, atau dengan alat.


30

3. Perendaman dan pengasaman

Setelah dikupas, biji kedelai direndam. Tujuan tahap perendaman

ialah untuk hidrasi biji kedelai dan membiarkan terjadinya fermentasi

asam laktat secara alami agar diperoleh keasaman yang dibutuhkan

untuk pertumbuhan fungi.

4. Pencucian

Proses pencucian akhir dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang

mungkin dibentuk oleh bakteri asam laktat dan agar biji kedelai tidak

terlalu asam. Bakteri dan kotorannya dapat menghambat pertumbuhan

fungi.

5. Inokulasi

Inokulasi dilakukan dengan penambahan inokulum, yaitu ragi tempe

atau laru. Inokulasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (1)

penebaran inokulum pada permukaan kacang kedelai yang sudah

dingin dan dikeringkan, lalu dicampur merata sebelum

pembungkusan; atau (2) inokulum dapat dicampurkan langsung pada

saat perendaman, dibiarkan beberapa lama, lalu dikeringkan.

6. Pembungkusan

Setelah diinokulasi, biji-biji kedelai dibungkus atau ditempatkan

dalam wadah untuk fermentasi. Bahan pembungkus dari daun atau

plastik biasanya diberi lubang-lubang dengan cara ditusuk-tusuk.

7. Fermentasi
31

Biji-biji kedelai yang sudah dibungkus dibiarkan untuk mengalami

proses fermentasi. Fermentasi dapat dilakukan pada suhu 20 °C–37 °C

selama 18–36 jam. Waktu fermentasi yang lebih singkat biasanya

untuk tempe yang menggunakan banyak inokulum dan suhu yang

lebih tinggi.

4. Penelitian Terdahulu

Berikut beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini

terkait strategi pemasaran pada home industry tempe sebagai berikut:

Table 2.2 Penelitian Terdahulu


No Peneliti Judul Metode Hasil
1 Maria dan Strategi Studi kasus Faktor-faktor lingkungan
Shavab Pemasaran dengan internal industri rumah
(2021) Keripik analisis tangga Nikmat Sari terdiri
Tempe Pada SWOT dari kekuatan, yaitu
Situasi karyawan berasal dari
Pandemi lingkungan industri, produk
Covid-19 memiliki kualitas baik,
(Studi Kasus harga relatif terjangkau,
Home memiliki tempat produksi
Industry dan gerai penjualan milik
Nikmat Sari sendiri, ketersediaan bahan
Kecamatan baku kedelai yang relatif
Kramatwatu stabil. Sedangkan faktor
Kabupaten kelemahan yaitu merek
Serang dagang belum dikenal
Provinsi masyarakat, minimnya
Banten) varian rasa, belum terdaftar
32

BPOM dan label halal,


daerah pemasaran yang
belum luas, minimnya
modal, belum tepatnya
waktu pendistribusian
produk, peralatan produksi
masih manual, kurangnya
kegiatan promosi dan
lemahnya pengelolaan
manajemen usaha.
2 Yanis (2018) Analisis Deskriptif Hasil analisis saluran
Strategi Kualitatif pemasaran terdiri dari II
Pemasaran dengan jenis, yaitu saluran I dari
Tempe analisis produsen kepada pengecer
Kelompok saluran kemudian konsumen.
Usaha Kecil pemasaran, Saluran II dari produsen
Menengah marjin langsung kepada konsumen
(UKM) di tataniaga, dan berada pada urutan
Desa Sei efisiensi efisiensi tertinggi. Matriks
Mencirim pemasaran Posisi SWOT Sampel I dan
Kecamatan dan SWOT III ini berada pada daerah I
Sunggal (Strategi Agresif), strategi
Kabupaten yang harus diterapkan
Deli Serdang dalam kondisi ini adalah
mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif
(Growth oriented strategy)
yaitu dengan menggunakan
kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
yang ada.
33

3 Hasnah, Strategi metode faktor internal yang menjadi


Kusnandar Pemasaran deskriptif, kekuatan utama adalah
dan Keripik analitik dan kualitas keripik tempe
Setyowati Tempe di metode terjaga, sedangkan yang
(2020) Kecamatan integrasi menjadi kelemahan utama
Pedan SWOT- dari pemasaran keripik
Kabupaten AHP tempe adalah kurangnya
Klaten Tempe inovasi produk. Faktor
Chips eksternal yang menjadi
Marketing peluang utama dari
Strategy In pemasaran keripik tempe
Pedan adalah permintaan keripik
District, tempe dari konsumen
Klaten tinggi, sedangkan yang
Regency menjadi ancaman utama
pemasaran keripik tempe
adalah pesaing membuat
produk keripik tempe lebih
bervariasi. Prioritas strategi
yang dapat diterapkan
dalam pemasaran keripik
tempe adalah
mempertahankan harga
keripik tempe untuk
mempertahankan pelanggan
yang tetap.
4 Alqifari dan Analisis Analisis Rekomendasi strategi yang
Sulaeman Strategi SWOT diberikan adalah
(2021) Pemasaran Diversifikasi, artinya
Usaha Tempe meskipun menghadapi
Di Desa berbagai ancaman, usaha
34

Jelantik (Studi rumah tangga ini masih


di Home memiliki kekuatan dari segi
Industri internal. Strategi tersebut
Tempe dilakukan dengan
“Batur) meningkatkan kuantitas
produk, serta meningkatkan
promosi hasil produk tempe
agar dapat memenuhi
jumlah permintaan dan
memanfaatkan lembaga
simpan pinjam dalam
mengatasi permaslahan
modal yang dialami usaha
rumah tangga tempe Batur.
5 Desky dan Strategi metode Strategi bauran pemasaran
Rahmawati Bauran deskriptif yang dilakukan industri
(2019) Pemasaran kualitatif rumah tangga tempe masih
Industri tradisional, baik dari segi
Tempe produk, tempat, promosi,
Di dan harga. Faktor
Kota pendukung nya merupakan
Lhokseumawe salah satu makanan
Dalam tradisional, yang populer
Perspektif di masyarakat dan seteril
Ekonomi dari bahan kimia,
Syariah sementara faktor
penghambatnya,
terbatasnya bahan baku
kedelai.

5. Kerangka Berpikir
35

Berdasarkan uraian pustaka dan teori di atas, maka kerangka berpikir pada

penelitian ini dapat tersusun dalam bagan sebagai berikut:

Kenaikan harga Home Industry di Persaingan


kedelai Kota Jayapura industri

Pemasaran

Analisis 4P

Harga (Price)
Produk (Product)
Promosi (Promotion)
Tempat (Place)

Strategi 4P pada home industry tempe di Kota


Jayapura
Gambar 2.1 Perkembangan Harga Kedelai Impor (Rp/Kg)
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Menurut Moleong (2014) penelitian kualitatif bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik, dan dengan

cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian

kualitatif memiliki prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa tulisan atau

lisan dari berbagai sikap orang-orang atau dijadikan sebagai objek penelitian

yang dapat diamati, sedangkan analisis datanya menggunakan analisis data secara

induktif, dengan pengumpulan datanya lebih banyak berhubungan dengan

informan secara langsung dan peneliti sebagai instrumen kunci.

Metode penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang digunakan untuk

menjelaskan fenomena sosial yang terjadi, terutama berhubungan dengan budaya

dan manusianya. Pemilihan pendekatan penelitian ini dirasa tepat karena dapat

memberikan gambaran yang lebih mendalam dan menyeluruh mengenai realitas

dan fenomena sosial yang akan diteliti, yang dalam hal ini adalah strategi

pemasaran pada home industry di Kota Jayapura.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, Menurut

Moleong (2014) metode deskriptif adalah berupa kata-kata tertulis ataupun lesan

dari fenomena sosial yang diamati baik dengan observasi, wawancara maupun

36
37

dokumentasi yang relevan. Penelitian dengan riset deskriptif kualitatif bertujuan

untuk menjelaskan fenomena sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data.

Beberapa asumsi dalam pendekatan kualitatif ialah peneliti lebih memperhatikan

proses daripada hasil. Oleh karena itu data penelitian kualitatif tidak hanya berupa

kondisi perilaku yang diteliti, tetapi juga kondisi dan situasi lingkungan

sekitarnya. Peneliti melakukan penelitian dengan studi diskriptif karena sesuai

dengan sifat masalah serta tujuan yang ingin memperoleh dan bukan menguji

hipotesis, tetapi berusaha untuk memperoleh gambaran nyata tentang strategi

pemasaran berbasis yang digunakan sejumlah home industry di Kota Jayapura di

tengah krisis kenaikan harga bahan pokok.

2. Subyek Penelitian

Sugiyono (2012) menyatakan bahwa informan yang telah terpilih diyakini

memiliki informasi dan data yang sesuai dengan tujuan penelitian dan mau

memberikankanya kepada peneliti secara obyektif. Selanjutnya untuk menentukan

informan dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Teknik

purposive digunakan untuk mengarahkan pengumpulan data sesuai dengan

kebutuhan melalui penyeleksian informan yang benar-benar menguasai informasi

yang berkaitan dengan fokus penelitian secara mendalam sekaligus dapat

dipercaya untuk dijadikan informan. Pemilihan subjek penelitian ini didasarkan

pada kriteria sebagai berikut:

1. Informan merupakan mereka yang bersedia terlibat dan mampu untuk

menggambarkan pengalaman-pengalaman mereka. Selain ini bersedia

untuk diwawancara dan direkam.


38

2. Informan merupakan mereka yang berkaitan dan benar-benar mengetahui

tentang aktivitas pemasaran yang dilakukan home industry di Kota

Jayapura, dalam hal ini adalah pemilik dan karyawan industri rumah

tangga tempe di Kota Jayapura.

3. Informan merupakan mereka yang tidak berkaitan langsung namun

merasakan hasil dari strategi pemasaran yang dilakukan home industry di

Kota Jayapura, dalam hal ini adalah konsumen.

3. Data dan Sumber Data

Sumber data yang dimaksud penelitian ini adalah subyek dari mana data

dapat diperoleh. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sumber

data primer dan sumber data sekunder.

1. Sumber Data Primer

Data primer merupakan sumber data yang langsung diberikan oleh informan

mengenai fokus penelitian selama berada di lokasi penelitian. Sumber data

primer ini merupakan unit analisis utama yang digunakan dalam kegiatan

analisis data. Dalam hal ini sumber data primer diperoleh peneliti selama

proses pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara dan

observasi terkait fokus penelitian. Adapun yang menjadi sumber data primer

dalam penelitian ini adalah data dari subyek penelitian.

2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data tertulis yang digunakan sebagai

informasi pendukung dalam analisis primer. Sumber data sekunder berfungsi

sebagai penunjang data primer. Dalam hal ini misalnya peneliti memperoleh
39

melalui dokumen-dokumen tertulis maupun online serta jurnal-jurnal terkait

mengenai strategi pemasaran yang dilakukan home industry di Kota Jayapura.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data di dalam penelitian kualitatif bersifat dinamis.

Untuk itu dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data wawancara,

observasi dan dokumentasi.

1. Wawancara

Wawancara dalam pendekatan kualitatif bersifat mendalam. Teknik

wawancara dilakukan untuk untuk memperjelas dan mempertegas ketika

terjadi kesenjangan antara temuan peneliti dilapangan dengan keterangan

yang diperoleh dari hasil percakapan peneliti dengan objek peneliti. Teknik

wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

terstruktur secara mendalam, dimana sebelum melakukan wawancara

peneliti membuat pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis

dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman wawancara berupa

pertanyaan-pertanyaan tertulis yang berkaitan dengan strategi pemasaran

yang dilakukan home industry di Kota Jayapura.

Wawancara dilakukan dengan daftar pertanyaan-pertanyaan open

ended questions dan digunakan untuk menjadi penghubung informan

dengan memberi ruang untuk memperluas topik tertentu. Pertanyaan-

pertanyaan tersebut dirancang untuk memaksimalkan deskripsi informan

menceritakan pengalaman mereka saat melakukan pemasaran. Peneliti

menambahkan beberapa pertanyaan tambahan selain yang tercantum pada


40

daftar pertanyaan wawancara, yang masih berhubungan dengan jawaban

masing-masing informan. Jika jawaban informan terlalu sulit untuk

dimengerti, peneliti mencari klarifikasi melalui pertanyaan lain yang

mencerminkan penjelasan kembali ke informan, untuk memperoleh akurasi.

Semua informan ditanyakan pertanyaan yang sama sesuai dengan daftar

pertanyaan wawancara.

2. Observasi

Sugiyono (2012) mengemukakan bahwa observasi yaitu mengadakan

pengamatan dan pencatatan secara sistematis pada objek atau subjek

penelitian. Obsevasi dalam penelitian kualitatif penting untuk memperoleh

informasi kegiatan, perilaku, objek, peristiwa atau kejadian secara obyektif.

Kegiatan observasi peneliti lakukan untuk memberikan dan menyampaikan

gambaran penyajian data yang realistis mengenai kegiatan pemasaran yang

dilakukan home industry di Kota Jayapura.

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan observasi

non partisipatif dimana peneliti tidak terlibat secara langsung dengan

kegiatan yang diamati. Pedoman observasi dipegang untuk memantau serta

menjaga agar tidak terjadi kesalahan dalam mengumpulkan data. Selain itu,

diadakan observasi agar mendapatkan kelengkapan data terkait konteks

tuturan yang tidak dapat dijangkau oleh alat perekam saat observasi

berlangsung. Teknik ini dipilih karena peneliti ingin mengetahui strategi

pemasaran yang dilakukan home industry di Kota Jayapura.

3. Dokumentasi
41

Sugiyono (2012) menyebutkan bahwa dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu, dimana hasil penelitian akan lebih

kredibel/dapat dipercaya kalau didukung oleh data-data yang akurat.

Dokumentasi dilakukan pada saat observasi berlangsung, dan berfungsi

sebagai data pendukung untuk menguatkan hasil laporan observasi.

Perekaman yang dilakukan juga berfungsi untuk mencegah kelalaian

peneliti daalm mencatat kejadian yang ada dilapangan. Dokumen-dokumen

yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa profil usaha, struktur

organisasi, catatan pendapatan dan pengeluaran usaha, jumlah konsumen,

produk pemasaran, dan dokumen lainnya yang terkait fokus penelitian.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan tahapan yang penting dalam proses penelitian,

karena analisis data merupakan tahapan untuk memecahan permasalahan yang ada

dan untuk mencapai tujuan akhir dari penelitian dengan cara membuat kesimpulan

yang dapat diceritakan atau dijelaskan kepada orang lain. Analisis data dalam

penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di

lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Pada penelitian ini, analisis data

dilakukan menggunakan analisis Interaktif.

Model analisis interaktif menurut Milies & Huberman (Milles &

Huberman, 1992) yang terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu pengumpulan data,

reduksi data, penyajian data, serta penarikan/verifikasi kesimpulan (Jusuf, dkk.,

2020). Berikut ini merupakan gambar mengenai komponen dalam analisis data,

yaitu:
42

Pengumpulan Penyajian
Data Data

Verifikasi/
Reduksi
Penarikan
Data
Kesimpulan

1. Pengumpulan Data

Dalam proses pengambilan data dapat juga sekaligus dilakukan analisis

data. Datanya adalah segala sesuatu yang dilihat, didengar dan diamati. Data

yang diperoleh bukan merupakan data akhir yang akan dapat langsung

dianalisis untuk menarik suatu kesimpulan akhir. Data pada penelitian ini

dikumpulkan melalui kegiatan wawancara, observasi dan dokumentasi pada

beberapa home industry di Kota Jayapura yang bersedia terlibat dalam kegiatan

penelitian ini.

2. Reduksi Data

Tahap ini berlangsung terus menerus sejalan pelaksanaan penelitian

berlangsung. Dimaksudkan untuk lebih menajamkan, menggolongkan,


43

mengarahkan, membuang data yang tidak diperlukan dan

mengorganisasikannya. Penelitian ini akan mereduksi data dari hasil

wawancara yang hendak digunakan. Peneliti membuang hasil wawancara dari

informan yang dianggap keluar dari topik dan tidak sesuai dengan struktur

tema khususnya berkaitan dengan Strategi Pemasaran Pada Home Industry

Tempe di Kota Jayapura.

3. Penyajian Data

Penyajian data merupakan suatu kegiatan untuk melakukan

pengumpulan data informasi yang membahas tentang hubungan dan kegiatan

selama penelitian. Penyajian data memiliki tujuan agar pembaca memahami

tentang apa yang terjadi dan melakukan analisis data yang sudah terkumpul

dan membahas sesuai dengan pemahamannya. Sugiyono (2016) menyatakan,

yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian

kualitatif adalah teks yang bersifat naratif.

Pada langkah ini peneliti membandingkan hasil temuan penelitian

yang yang telah dikelompokkan berdasarkan tema-tema yang sesuai dengan

fokus penelitian dan selanjutnya dihubungkan dengan teori. Hasil dari display

ini akan diketahui apakah hasil temuan tersebut sesuai dengan teori yang ada

dan apakah terdapat temuan baru yang berada di luar teori.

4. Penarikan/Verifikasi Kesimpulan.
44

Kegiatan selanjutnya adalah melakukan penarikan kesimpulan data penelitian

yang pertama dilakukan dengan pengumpulan data, melakukan analisis

kualititif dengan mecari arti yang berbeda-beda, melakukan pencatatan dalam

mengatur sebab akibat dan melakukan kesimpulan sesuai dengan hasil

penelitian. Kesimpulan-kesimpulan final tidak adanya pengumpulan data

terakhir maka tergantung pada besarnya kumpulan dalam melakukan catatan

yang ada dilapangan, memberikan kode, melakukan penyimpanan dan

melakukan pencarian kembali dalam penelitian yang sudah dilakukan.

Penarikan kesimpulan dilakukan guna menjawab rumusan masalah yang telah

di tulis pada bab pertama. Penarikan kesimpulan merupakan hasil akhir dari

proses penelitian.

Setelah data dianalisis maka perlu dilakukan uji keabsahan data. Keabsahan

data digunakan empat macam kriteria keabsahan data, yaitu (a) dengan

menggunakan derajat kepercayaan data atau kredibilitas data yang meliputi

perpanjangan waktu penelitian di lapangan, melakukan triangulasi, pengamatan

secara tekun, memperbanyak referensi, dan pengecekan dalam temuan

penelitian. Selanjutnya (b) transferalibilitas data dalam pengumpulan sampel

secara purposive dan meneruskan untuk melakukan perbandingan data secara

konstan dan melakukan proses triangulasi dependabilitas data yaitu dengan

melakukan pemeriksaaan data melalui pengumpulan data lapangan yang

tereduksi dan interprestasi data dengan maksud mendapatkan data yang paling

akurat, dan (c) konfirmabilitas data, dilakukan melalui pengumpulan data,

rekonstruksi data, menekan bisa penelitian dan memperhatikan etika penelitian


45

serta melakukan instropeksi atas hasil-hasil penelitian (Milles dan Huberman,

2014)

6. Teknik Keabsahan Data

1. Uji Kredibilitas

Setelah dilakukan analisis data, untuk memperoleh kesimpulan

yang tepat dalam penelitian maka dilakukan pengecekan keabsahan data.

Pada penelitian ini, validitas data yang dilakukan berupa uji keabsahan

data dengan teknik triangulasi. Triangulasi dalam penelitian kualitatif

sebagai teknik untuk melakukan pengecekan keabsahan data, dengan

teknik pengecekan dalam menggunakan triangulasi untuk melakukan

pemeriksaaan keabsahan data yang memiliki manfaat untuk suatu

perbandingan terhadap objek penelitian (Moleong, 2014).

Menurut Sutopo (2012) data triangulasi yang merupakan cara yang

digunakan dalam melakukan perencanaan data pada penelitian kualitatif.

Sehubungan dengan hasil yang didapatkan maka terdapat beberapa

tahapan triangulasi untuk melakukan pengecekan yaitu: (a) triangulasi

data/sumber (data triangulation), (b) triangulasi peneliti (investigator

triangulation), (c) triangulasi metodologis (methodological triangulation),

(d) triangulasi teoritis (theoretical triangulation) merupakan teknik dalam

melakukan sesuai dengan pemikiran fenomenologi yang memiliki sifat

multiperpektif yang artinya melakukan penarikan kesimpulan yang


46

diperlukan yang tidak hanya dari sudut pandang saja, melainkan

multipandang untuk dikomparasikan sebagai hasil penelitian.

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi

metode. Tringulasi metode dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari

satu teknik pengumpulan data. Teknik yang digunakan ialah observasi dan

wawancara, dan dokumentasi guna memperoleh data pendukung. Data

wawancara berfungsi sebagai penjelas atau penguat dan pembanding dari

data yang diperoleh dari penafsiran yang bias.

2. Uji Dependabilitas

Selain menggunakan metode triangulasi data, untuk menjamin

keakurasian data penelitian maka peneliti berusaha dengan terus menerus

mengaudit keseluruhan proses penelitian mulai dari awal penelitian,

pelaksanaan kegiatan penelitian, sampai pada akhir penelitian. Sebelum

ditarik suatu kesimpulan, peneliti selalu melakukan analisis dan

perbandingan terhadap hasil penelitian atau disebut dengan

dependability/reliabilitas. Suatu penelitian dapat dikatakan reliable, saat

orang lain melakukan pengulangan data atau replikasi data dalam proses

penelitian, dalam penelitian dependability dapat dilakukan dengan

melakukan audit dan pengecekan ulang terhadap keseluruhan dalam proses

penelitian.

Pengecekkan data tersebut dilakukan dengan meneliti kembali

hasil wawancara antara informan satu dengan informan yang lain. Apabila
47

terdapat pernyataan yang ambigu terkait dengan jawaban responden maka

dapat dilakukan konfirmasi ulang untuk memastikan jawaban yang benar

sehingga intepretasi yang dilakukan peneliti tepat.

You might also like