Professional Documents
Culture Documents
Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Anak Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia
Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Anak Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia
ASASI MANUSIA
Oleh :
Erniwati laia 1)
Marnaek Tua Benny Kevin Afriando 2)
Syawal Amry Siregar 3 )
Universitas Darma Agung, Medan 1,2,3)
E-mail :
edwintandamarpaung@gmail.com 1)
tuabenny@gmail.com 2)
syawalsiregar59@gmail.com 3 )
ABSTRACT
The phenomenon of child labor is still easily found in urban and rural areas. In urban areas
they used to work on the street as street children, buskers, hawkers, newspaper sellers, shoe
polishers, scavengers, and so on. Others worked as laborers in factories or industrial
households, in homes as domestic servants, and also those who were trafficked for the
purposes of prostitution and commercial sexual exploitation. Meanwhile, child labor in rural
areas is more involved in agriculture, plantations, mining, and fisheries. The problem of
child labor becomes dilemmatic when on the one hand the child can help provide for himself
or his family, but on the other hand the work he does will hinder his time to study, play, and
rest, and hinder his opportunity to develop himself to achieve his dreams and goals. It is
feared that the involvement of children in economic activity from an early age will
have a negative impact on children who are vulnerable to exploitation, arbitrary actions of
employers, low wages and interfere with the physical, psychological, mental and social
development of children. The philosophy of prohibiting children from working or employing
children as stipulated in the Manpower Law is actually closely related to efforts to protect
children's human rights, which is also guaranteed protection in Law No. 39 of 1999
concerning Human Rights. Provisions prohibiting the employment of children as stipulated
in the provisions of Article 68 of the Manpower Law, are in line with the provisions of
Article 52 paragraph (1) of Law No.39 of 1999 concerning Human Rights, which determines
that every child has the right to protection by parents, family, society and the state. The
formulation of the problem in this study is firstly what is a factor in the number of child
laborers, second, how the legal rights and protections are given to child labor, thirdly how
to overcome the problem of child labor.This research uses the normative method, which is
to analyze problems and research through approaches in laws and regulations and also
sourced from books, papers, laws and other references. The factors causing the large
number of child labor currently in Indonesia are the interaction of various factors at the
micro to macro levels, from socio-cultural economic factors to political problems. The low
family economy is the dominant factor that causes children to be involved in making a living.
Legal protection against child labor is carried out in accordance with the provisions of the
Law, including in the 1945 Constitution, labor and child protection which also regulates the
rights of the child. Conceptional countermeasures, there are three approaches in looking at
the problem of child labor, which can be used as an effort to overcome and at the same time
empower child labor, namely abolition, protection, and strengthening or empowerment.
Keywords : Child Labor, Legal Protection
486 PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA ANAK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI
MANUSIA:
Erniwati laia 1), Marnaek Tua Benny Kevin Afriando 2), Syawal Amry Siregar 3)
ABSTRAK
Fenomena pekerjaan akhir hingga saat ini masih mudah di jumpai di perkotaan dan
pedesaan. Di perkotaan mereka biasa bekerja di jalan sebagai anak jalanan, pengamen,
pedagang asongan, penjual koran, tukang semirsepatu, pemulung, dan sebagainya. Ada
pula yang bekerja sebagai buruh di pabrik atau rumah tangga industri, di rumah-rumah
sebagai pemban turumah tangga, dan juga yang diperdagangkan untuk tujuan prostitusi dan
eksploitasi seksual komersial. Sementara itu bagi pekerjaanak di daerah pedesaan lebih
banya kterlibat di sector pertanian, perkebunan, pertambangan, dan perikanan. Permasalahan
perkerjaan akan menjadi dilematis ketika di satu sisi anak dapat membantu menafkahi
dirinya sendiri ataupun keluarganya akan tetapi disisi lain pekerjaan yang dilakukannya
akan menghabat waktunya untuk belajar, bermain, dan beristirahat, serta menghambat
kesempatannya mengembangkan diri untuk menggapai impian dan cita-citanya. Keterlibatan
anak dalam Aktivitas ekonomi sejak dini dikhawatirkan akan memberikan dampak negative
bagi anak yang rentan terhadap tindakan eksploitasi, tindakansewenang-wenang pengusaha,
upah yang rendah dan mengganggu perkembangan fisik, psikologis, mental dan sosial anak.
Filosofi larangan anak untuk bekerja atau mempekerjakan anak sebagaimana diatur di
dalam UU Ketenagakerjaan ini sebenarnya erat kaitannya dengan upaya melindungi hak
asasi anak, yang juga dijamin perlindungannya dalam UU No.39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia. Ketentuan yang melarang mempekerjakan anak sebagaimana telah diatur di
dalam ketentuan Pasal 68 UU Ketenagakerjaan, sejalan dengan ketentuan Pasal 52 ayat (1)
UU No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yang menentukan bahwa setiap anak
berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat dan Negara. Adapun yang
menjadi Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah pertama apa yang menjadi faktor
banyaknya peekrja anak, kedua, bagaimana hak-hak dan perlindunganhukum yang diberikan
bagi pekerja anak, ketiga bagaimana penanggulangan permasalahan pekerja anak. Penelitian
ini menggunakan metode normatif, yaitu melakukan analisis terhadap permasalahan dan
penelitian melalui pendekatan dalam peraturan perundang-undangan dan juga bersumber
dari buku-buku, makalah, undang-undang dan referensilainnya. Faktor penyebab banyaknya
pekerja anak saat ini di Indonesia merupakan interaksi dari berbagai faktor di tingkat
mikro sampai makro, dari faktor ekonomi sosial budaya sampai pada masalah politik.
Rendahnya ekonomi keluarga merupakan faktor dominan yang menyebabkan anak-anak
terlibat mencari nafkah. Perlindungan hukum terhadap pekerjaan akan dilakukan sesuai
dengan ketentuan Undang-undang, diantaranya dalam undang-undang Dasar 1945,
ketenagakerjaan dan perlindungan anak yang juga mengatur tentang hak-hak anak. Upaya
penanggulangan secara konsepsional, ada tiga pendekatan dalam memandang masalah
pekerjaanak, yang sekiranya dapat dipergunakan sebagai upaya untuk mengatasi dan
sekaligus memberdayakan pekerja anak, yakni penghapusan (abolition), perlindungan
(protection), dan penguatan atau pemberdayaan (empowerment).
Kata kunci :Pekerja Anak, Perlindungan Hukum
488 PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA ANAK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI
MANUSIA:
Erniwati laia 1), Marnaek Tua Benny Kevin Afriando 2), Syawal Amry Siregar 3)
No. 13 Tahun 2003 tentang 3. Bagaimana penanggulangan
Ketenagakerjaan (selanjutnya disebut UU permasalahan pekerja anak?
Ketenagakerjaan) ini adalah menyangkut
perlindungan hukum terhadap 2. TINJAUAN PUSTAKA
pengupahan, dan kesejahteraan pekerja Hak Anak
anak yang dicantumkan di dalam Anak juga manusia dan karenanya
ketentuan Pasal 68 sampai dengan menghormati hak asasi anak sama halnya
ketentuan Pasal 75 UU Ketenagakerjaan. dengan menghormati hak asasi manusia.
Ketentuan Pasal 68 menentukan bawah Hak-hak asasi manusia atau lebih tepat
pengusaha dilarang mempekerjakan anak. hak-hak manusia merupakan hak yang
Filosofi larangan anak untuk bekerja atau melekat pada hakekat dan keberadaan
mempekerjakan anak sebagaimana diatur manusia, kodrati dan sebagai makhluk
di dalam UU Ketenagakerjaan ini Tuhan yang Maha Kuasa. Oleh karena itu,
sebenarnya erat kaitannya dengan upaya wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
melindungi hak asasi anak, yang juga dilindungi oleh Negara, hukum,
dijamin perlindungannya dalam UU No.39 pemerintah, dan setiap orang. Nilai-nilai
Tahun 1999 tentang HakAsasi Manusia. persamaan, kebebasan, dan keadilan yang
Ketentuan yang melarang mempekerjakan terkandung dalam HAM dapat mendorong
anak sebagaimana telah diatur di dalam terciptanya masyarakat egaliter yang
ketentuan Pasal 68 UU Ketenagakerjaan, menjadi ciricivil society. Oleh karena itu,
sejalan dengan ketentuan Pasal 52 ayat (1) penegakan HAM merupakan persyaratan
UU No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi dalam menciptakan masyarakat madani.
Manusia, yang menentukan bahwa setiap Hak-hak asasi merupakan suatu
anak berhak atas perlindungan oleh orang perangkat asas-asas yang timbul dari nilai-
tua, keluarga, masyarakat dan negara. nilai yang kemudian menjadi kaidah-
Menghadapi situasi seperti ini, harus kaidah yang mengatur perilaku manusia
ada komitmen yang sungguh-sungguh dalam hubungan dengan sesame manusia.
untuk mereduksi persoalan anak tersebut, Sebagai bagian dari kehidupan
komitmen saja belum cukup tetapi juga bermasyarakat, anak merupakan “jantung”
dibarengi dengan implementasi dari dari hak asasi manusia karena anak
komitmen. Oleh sebab itu mencari solusi merupakan cikalmasyarakat di masa
dan memberikan rekomendasi adalah depan. Sayangnya, fakta menunjukkan
penting sebagai bahan pertimbangan bagi bahwa anak termasuk sebagian dari
para pemangku kepentingan di Indonesia kelompok yang rentan terjadinya
dalam upaya memberikan perlindungan kekerasan. Kerentanan ini terjadi sebagai
anak secara komprehensif. akibat anak diklaim sebagai manusia yang
Termasuk didalamnya dengan “lemah”. Usia dan faktor kematangan
membangun sistem dan mekanisme psikologis dan mental membuatnya kerap
perlindungan anak yang bersinergi dengan kali terpinggirkan dalam pengambilan
sistem kesejahteraan sosial dan kesehatan kebijakan.
serta penegakan hukum. Salah satu yang Dalam UU No. 23 Tahun 2002 tentang
perlu menjadi prioritas penanganannya perlindungan anak disebutkan hak-hak dan
adalah mengenai pekerja anak yang kewajiban anak yang terdapat di BAB III,
melakukan pekerjaan di sektor informal antara lain :
Setiap anak berhak untuk dapat hidup,
1. Faktor-faktor apa saja yang
tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi
menyebabkan anak bekerja?
secara wajar sesuai dengan harkat dan
2. Apa saja hak-hak anak dan martabat kemanusiaan, sertamen dapat
perlindungan hukum bagi pekerja perlindungan dari kekerasan dan
anak? diskriminasi.
490 PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA ANAK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI
MANUSIA:
Erniwati laia 1), Marnaek Tua Benny Kevin Afriando 2), Syawal Amry Siregar 3)
manusiawi dan penempatannya Perlindungan Hukum bagi Anak
dipisahkan dari orang dewasa. Dalam UU No.23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak meletakkan kewajiban
b. Memperoleh bantuan hukum
memberikan perlindungan kepada anak
atau bantuan lainnya secara
berdasarkan 4 (empat) prinsip yang
efektif dalam setiap tahapan
berasaskan:
upaya hukum yang berlaku.
1. Non Diskriminasi Asas
c. Membela diri dan memperoleh perlindungan anak
keadilan di depanpengadilan Yang dimaksud sesuai dengan
anak yang objektif dan tidak prinsip-prinsip pokok yang
memihak dalam sidang terkandung dalam konvensi hak-
tertutup untuk umum. hak anak mengenai perlakuan
16. Setiap anak yang menjadi korban eksploitasi. Seperti tindakan atau
atau pelaku kekerasan seksual atau perbuatan memperalat,
yang berhadapan dengan hukum memanfaatkan atau memerasan
berhak dirahasiakan. akun untuk memperoleh
17. Setiap anak yang menjadi korban keuntungan pribadi atau kelompok
atau pelaku tindak pidana berhak golongan.
mendapatkan bantuan hukum dan 2. Kepentingan yang terbaik bagi
bantuan lainnya. anak
18. Setiap anak berkewajiban untuk: Yang dimaksud dengan asas
kepentingan yang terbaik bagi
a. Menghormati orang tua, wali,
anak adalah bahwa dalam semua
dan guru
tindakan yang menyangkut anak
b. Mencintai keluarga, yang dilakukan oleh pemerintah,
masyarakat, dan menyayangi masyarakat maka kepentingan
teman yang terbaikbagi anak harus
c. Mencintai tanah air, bangsa, menjadi kepentingan yang paling
dan Negara utama.
d. Menunaikan ibadah sesuai 3. Hakum ntuk kelangsungan hidup
dengan ajaran agamanya dan perkembangan
e. Melaksanakan etika dan akhlak Yang dimaksud dengan asas hak
untuk kelangsungan hidup dan
yang mulia.
perkembanga nadalah hak asasi
Perlindungan anak adalah yang paling mendasar bagi anak
segala kegiatan untuk menjamin dan yang dilindungi oleh seluruh
melindungi anak dan hak- haknya agar lapisan masyarakat (pemerintah,
dapat hidup, tumbuh, berkembang dan masyarakat).
berpartisipasi secara optimal sesuai 4. Penghargaan terhadap anak
dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
serta mendapat perlindungan dari Yang dimaksud dengan asas
penghargaan terhadap anak adalah
kekerasan dan diskriminasi. Perlindungan
penghormatan atas hak-hak untuk
anak adalah segala usaha yang dilakukan
berpartisipasi dan menyatakan
secara sadar oleh setiap orang dari
pendapatnya dalam pengambilan
keluarga sianak, pemerintah dan
keputusan terutama jika
masyarakat untuk menghindarkan anak
menyangkut hal-hal yang
dari berbagai ancaman dan gangguan yang
mempengaruhi kehidupannya.
mungkin datang dari luar lingkungannya
maupun dari anak itu sendiri.
492 PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA ANAK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI
MANUSIA:
Erniwati laia 1), Marnaek Tua Benny Kevin Afriando 2), Syawal Amry Siregar 3)
lapangan antara lain keluarga, pengaruh pemasukan bagi keluarga. Anak-
lingkungan, potensilokal dan pola anak seringkali tidak dapat
rekruitmen, kebutuhan pendidikan dan menghindar untuk tidak ikut
orientasi masa depan, dorongan dari diri terlibat dalam pekerjaan. Faktor
anak sendiri. Sementara itu, alasan kemiskinan dianggap sebagai
pengusaha menggunakan anak sebagai pendorong utama anak untuk
tenaga kerja disebabkan oleh beberapa hal, bekerja. Kemiskinan secara
antara lain karena anak itu datang sendiri ekonomi telah menciptakan nyape
kepada pengusaha, menawarkan tenaga, kerja anak. Orang tua “terpaksa”
untuk memasukan seorang tenaga kerja memobilisasi anak-anaknya
anak umumnya melalui prosedur yang sebagai pekerja untuk membantu
tidak formal, tenaga kerjaan akan mudah ekonomi keluarga. Pada titik inilah
diatur dan penurut bila dibandingkan munculnya kerawanan, sebab
dengan tenagakerja dewasa atau karena anak-anak bisa berubah peran dari
alasan iba/kasihan dari pada terlantar “sekadar membantu” menjadi
bekerja di jalanan di mana kondisinya pencari nafkah utama. Pekerjaan
sangat berbahaya lebih baik direkrut akti dan hanya disebabkan oleh
menjadi pekerja. kemiskinan, tetapi juga
Faktor penyebab dan pendorong menyebabkan “pemiskinan”,
permasalahan pekerjaanak di Indonesia artinya anak-anak yang bekerja
merupakan interaksi dari berbagai faktor dan tidak mengecap
di tingkat mikro sampai makro, dari faktor pendidikanakan tetap hidup di
ekonomi, sosial, budaya, sampai pada dalam kondisi kemiskinan di
masalah politik. Adapun faktor- penyebab kemudian hari. Akibat lebih jauh,
dan pendorong permasalahan pekerjaan generasi berikutnya akan tetap
adalah sebagai berikut: miskin dan tidak berpendidikan.
1. Kemiskinan. 2. Urbanisasi.
Rendahnya ekonomi keluarga Daerah asal dari pekerja anak yang
merupakan faktor dominan yang mayoritas dari pedesaan juga
menyebabkan anak-anak terlibat merupakan salah satu faktor
mencari nafkah. Anak sering timbulnya pekerja anak. Pedesaan
menjadi sumber penghasilan yang yang dianggap tidak bisa
sangat penting. Bahkan dalam memberikan jaminan perbaikan
banyak hal, pekerja anak ekonomi, maka banyak orang
dipandang sebagai mekanisme yang mengadu nasib kekota-kota
survival untuk mengeliminasi besar dengan harapan dapat
tekanan kemiskinan yang tidak memperoleh penghasilan yang
terpenuhi dari hasil kerja orangtua. lebih tinggi, tanpa kecuali para
Terlibatnya anak dalam kegiatan orangtua yang terbelenggu
ekonomi juga karena adanya masalah ekonomi mengajak
dorongan untuk membantu anaknya untuk dipekerjakan, mulai
meringankan beban orangtua, dijadikannya pengemis sampai
bekerja untuk penghormatan dari pada buruh pabrik.
masyarakat, juga keinginan 3. Sosial budaya.
menikmati usaha kerja, merupakan Fenomena pekerjaan ini tidak
faktor- faktor motivasi pekerja terlepas dari realitas yang ada pada
anak. Akan tetapi sebab terbesar masyarakat, yang secara kultural
yang mendorong anak-anak memandang anak sebagai potensi
bekerja adalah tuntutan orangtua keluarga yang wajib berbakti
dengan tujuan mendapat tambahan kepada orang tua. Anak yang
494 PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA ANAK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI
MANUSIA:
Erniwati laia 1), Marnaek Tua Benny Kevin Afriando 2), Syawal Amry Siregar 3)
anak yang tidak mempunyai orang bentuk peraturan perundangan yang
tua dan terlantar, anak terlantar, seharusnya dibuat, baik oleh eksekutif
anak yang tidak mampu, anak maupun legislatif, baik ditingkat
yang mengalami masalah pusatmaupun ditingkatan daerah, selaras
kelakuan, dan anak cacat. Usaha dengan semangat dan esensiotonomi
ini dimaksudkan memberikan daerah. Oleh karena itu, penanggulangan
pemeliharaan, perlindungan, pekerja anak lebih dipertegas lagi dalam
asuhan, perawatan dan pemulihan Keputusan Menteri Dalam Negeri Dan
kepada anak yang mempunyai Otonomi Daerah Nomor 5 Tahun 2001,
masalah. tanggal 8 Januari 2001, tentang
Penanggulangan Pekerja Anak, dijelaskan
2. Penanggulangan Permasalahan dalam pasal 1 ayat 4, bahwa
Pekerja Anak Penanggulangan Pekerja Anak atau
Kebijakan perlindungan anak disebut PPA adalah suatu kegiatan yang
terhadap penanggulangan pekerja anak dilaksanakan untuk menghapus,
dianggap belum efektif. Hal ini mengurangi dan melindungi pekerja anak
disebabkan oleh berbagai kendala di berusia 15 tahun kebawah agar terhindar
lapangan. Antara lain, nilai-nilai sosial dari pengaruh buruk pekerjaan berat dan
seperti nilai historis, tradisi, kebiasaan, berbahaya.
lingkungan sosial, budaya masyarakat Dunia anak adalah dunia sekolah dan
yang tersusun dari tingkah laku yang dunia bermain, yang diarahkan kepada
terpola, dan lemahnya sistem pengawasan peningkatan dan akselerasi perkembangan
yang dilakukan oleh bidang pengawasan jiwa, fisik, mental, moral dan sosial.
ketenagakerjaan dari Dinas Tenaga Kerja Setting dan kurikulum sekolah anak di
dan Transmigrasi. Sebagaimana telah desa ini sedemikian rupa sehingga anak
diketahui, bahwa masalah yang terkait benar-benar dalam dunia mereka sendiri,
dengan pekerjaan akan dalah masalah yang merupakan bagian integral dari
lintas sektoral, yang meliputi aspeke proses yang sistematis dalam melahirkan
konomi (anak bekerja merupakan salah generasi serta dunia anak yang kondusif.
satu faktor yang mempengaruhi Pendekatan perlindungan, muncul
produktifitas sebuah keluarga), budaya berdasarkan pandangan bahwa anak
(anak bekerja merupakan „keharusan‟ sebagai individu mempunyai hak untuk
budaya masyarakat tertentu yang bekerja. Oleh karenanya hak-haknya
merupakan doktrin Jawa „banyak anak sebagai pekerja harus dijamin melalui
banyak rejeki‟), politik (dengan anak peraturan ketenagakerjaan sebagaimana
bekerja, dapa diharapkan dapat yang berlaku bagi pekerja dewasa,
melanggengkan dominasitrah/kekuasaan), sehingga terhindar dari tindak
hukum (anak yang bekerja juga penyalahgunaan dan eksploitasi.
melingkupi penegasan status dan Dalam pandangan penulis,
kedudukan anak sebagai subyek yang pendekatan kedua ini tidak melarang anak
memiliki hak dan kewajiban yang harus bekerja karena bekerja adalah bagian dari
dijamin oleh hukum), sosial (anak yang hak asasi anak yang paling dasar.
bekerja dapat mengangkat harkat dan Meskipun masihanak-anak, hukum harus
derajat sebuah keluarga di mata dapat menjamin terwujudnya hak anak
masyarakat/anak yang nganggur adalah yang paling asasi untuk mendapatkan
hina di mata masyarakat). pekerjaan dan oleh karenanya juga
Sehingga berpijak dari berbagai mendapatkan penghidupan yang layak
macam perspektif masalah anak yang bagi kemanusiaan. Masa depan anak tidak
bekerja tersebut, menuntut pula regulasi lagi ditentukan oleh kekuatan orang tua,
dan pengaturan yang komprehensif dalam keluarga, masyarakat, apalagi Negara.
496 PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA ANAK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI
MANUSIA:
Erniwati laia 1), Marnaek Tua Benny Kevin Afriando 2), Syawal Amry Siregar 3)
dan saling membutuhkan untuk anak dalam pelaksanaan hubungan kerja
keberhasilannya. Usaha para anak untuk melalui pembuatan perjanjian kerja
memberdayakan diri menuntut dengan bentuk tertulis, tujuannya sebagai
pelaksanaan hak-hak serta perbaikan- upaya mencapai kepastian hukum dan
perbaikan yang telah ditentukan oleh untuk melindungi pekerja dari tindakan
peraturan-peraturan perlindungan anak, sewenang-wenang pihak pengusaha.
sedangkan melalui strategi Di dalam Undang-Undang Nomor
pengorganisasian diri suara anak dapat 13 Tahun 2003, diatur bahwa anak yang
mempengaruhi isi dan substansi dari berusia 13-15 tahun diperbolehkan
langkah-langkah perlindungan tersebut melakukan hubungan kerja pada bentuk-
supaya lebih mendekati kepentingan dan bentuk pekerjaan yang sifatnya ringan
keinginan anak. dengan izin tertulis dari orang tua/walinya,
Sebaliknya, pendekatan larangan tidak melebihi 3 (tiga) jam, dijamin
tidak mendukung, tetapi justru malah lebih keselamatan dan kesehatan kerjanya, upah
bersifat menghalangi tercapainya tujuan yang memenuhi kebutuhan secara layak
perlindungan maupun pemberdayaan. bagi kehidupannya serta sesuai dengan
Berdasarkan pendekatan di atas, ketentuan yang berlaku, tidak
secara yuridis perlindungan tenaga kerja mengganggu waktu sekolah dan dilakukan
anak bertujuan untuk menjamin sianghari yang dituangkan kedalam
berlangsungnya sistem hubungankerja perjanjian kerja secara tertulis yang
secara harmonis tanpa disertai adanya ditanda tangani oleh orang
tekanan dari pihak yang kuat kepada tuanya/walinya.
pihak yang lemah. Untuk itu pengusaha Berdasarkan paparan di atas, bahwa
wajib melaksanakan ketentuan dalam pelaksanaan perlindungan terhadap
perlindungan tersebut sesuai peraturan tenag kerja anak, khususnya yang bekerja
perundang-undangan yang berlaku. di luarhubungan kerja, tentunya harus
Bentuk lain dari perlindungan dilakukan melalui satukesatuan sistem
hukum terhadap tenaga kerjaan atau hukum, seperti yang disarikan oleh
menurut Undang-Undang Nomor 13 Friedman kedalam 3 (tiga) unsurbesar,
Tahun 2003 dapat dilakukan dengan yaitu substansi atau isi hukum (substance),
pengaturan hubungan kerja melalui strukturhukum (structure), dan budaya
perjanjian kerja yang di dalamnya memuat hukum (culture). Secara substansial
unsur upah, pekerjaan dan perintah. negara Indonesia telah mengaturnya dalam
Hubungan kerja adalah suatu hubungan UUD 1945 yang diimplementasikan
antara pengusaha dan pekerja yang timbul kedalam peraturan perundang-undangan,
dari perjanjian kerja yang diadakan untuk misalnyaPasal 27 ayat (2) dan Pasal 28D
waktu tertentu maupun waktu yang tidak ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 lebih
tertentu. Hubungan kerja merupakan lanjut diatur dalam Undang-Undang
hubungan hukum antara seorang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga
pengusaha dengan seorang pekerja dan kerjaan, Pasal 28B ayat (2) Undang-
lahir karena perjanjian kerja yang di Undang Dasar 1945 lebih lanjut diatur
dalamnya memuat unsur perintah, dalam UndangUndang Nomor 39 Tahun
pekerjaan dan upah. Perjanjian kerja 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan
melahirkan perikatan dan perikatan yang UndangUndangNomor 23 Tahun 2002
lahir karena perjanjian kerja ini yang tentang Perlindungan Anak, Pasal 34 ayat
merupakan hubungan kerja. Hubungan (1) Undang- Undang Dasar 1945 lebih
kerja hanya ada apa bila salah satu pihak lanjut diatur dalam Undang-Undang
dalam perjanjian dinamakan pengusaha Nomor 4 Tahun 1979 tentang
dan pihak lain dinamakan pekerja. Kesejahteraan Anak.
Perlindungan hukum terhadap tenaga kerja Di samping itu, Indonesia sebagai
498 PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA ANAK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI
MANUSIA:
Erniwati laia 1), Marnaek Tua Benny Kevin Afriando 2), Syawal Amry Siregar 3)
Jakarta: TERBATAS. PKM Maju UDA,
Rajawali Pers [S.l.], v. 2, n. 1, p. 20-34, sep.
Joni, Muhammad. 1999.Aspek Hukum 2021. ISSN 2745-6072. Available
Perlindungan Anak dan at:
Perspektif Konvensi Hak-hak <http://jurnal.darmaagung.ac.id/ind
Anak. Bandung: Citra Aditya Bakti ex.php/pkmmajuuda/article/view/1
Muladi. 2009.HakAsasi Manusia. 182>. Date accessed: 24 nov. 2021.
Bandung: Refika Aditama doi:
http://dx.doi.org/10.46930/pkmmaj
Salma, Odjet. 2004.Beberapa Aspek
uuda.v2i1.1182.
Sosiologi Hukum. Bandung:
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/akta/
Prenada
article/view/20842
Suhardi, Gunanto. 2003. Peranan
Ichsan, Reza Nurul; SE, M. M. Bahan
Hukum dan Pembangunan Ajar ManajemenSumber Daya
Ekonomi. Universitas Atma Jaya Manusia (MSDM). CV. Sentosa
Suherman. 2000.Buku Saku Deli Mandiri.
Perkembangan Anak.Kedokteran Laia, Agustinus et al. TINJAUAN
EGC YURIDIS TERHADAP
devi, Ria Sintha, Perkembangan Hukum TRANSAKSI PERBANKAN
Dagang di Indonesia, CV. Sentosa MELALUI INTERNET BANKING
Deli Mandiri, Medan, 2020 Purba, DI INDONESIA. JURNAL
Onan, Ria Sintha Devi, Hukum
RECTUM: Tinjauan Yuridis
Acara , Lembaga Penelitian dan Penanganan Tindak Pidana,
Penulisan Ilmiah AQLI, Medan, [S.l.], v. 4, n. 1, p. 293 - 307, jan.
Maret 2021. 2022. ISSN 2684-7973. Available
at:
B. Peraturan Perundang-Undangan <https://jurnal.darmaagung.ac.id/in
Undang-undang Dasar 1945 dex.php/jurnalrectum/article/view/
Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 1466>. Date accessed: 02 aug.
tentang Ketenaga kerjaan 2022. doi:
Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 http://dx.doi.org/10.46930/jurnalre
tentang Hak Asasi Manusia ctum.v4i1.1466.
Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 Lubis, M. A., & Siddiq, M. (2021).
tentang Perlindungan Anak ANALISIS YURIDIS
Kitab Undang-undang Hukum Pidana PERTANGGUNGJAWABAN
PIDANA TERHADAP
Kitab Undang-undang Hukum Perdata
KORPORASI ATAS
PENGRUSAKAN HUTAN.
C. Jurnal Ilmiah JURNAL RECTUM: Tinjauan
Devi, Ria. Sintha., Simbolon, Nanci Yuridis Penanganan Tindak
Yosepin., Sinaga, Lestari, Pidana, 3(1), 35-65.
Victoria., & Nasutian., Lubis, M. A., Dhevi, R. S., &Yasid, M.
Muhamaad, Yasid (2022). The (2020). PENEGAKAN HUKUM
Bankruptcy Legal Politics in TERHADAP APARAT SIPIL
Indonesia based on Justice NEGARA YANG MELAKUKAN
Value, Date Maret, 2022, Vol PELANGGARAN HUKUM
9. No 1. Jurnal Akta. DALAM MEWUJUDKAN GOOD
Hamonangan, Alusianto et al. PERANAN GOVERNANCE. Jurnal Darma
KURATOR TERHADAP Agung, 28(2), 269-285.
KEPAILITAN PERSEROAN Reza Nurul Ichsan; Lukman Nasution;
500 PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA ANAK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI
MANUSIA:
Erniwati laia 1), Marnaek Tua Benny Kevin Afriando 2), Syawal Amry Siregar 3)