You are on page 1of 16

IMPLEMENTASI PASAL 76 I DAN PASAL 88 UNDANG – UNDANG NOMOR 35

TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN


UNDANG-UNDANG NO 23 TAHUN 2002
TENTANG PERLINDUNGAN
ANAK DI KOTA DUMAI

Oleh: Bayu Fauziah


Pembimbing: Dr.Erdianto SH., M.Hum
Adi Tiara Putri SH., MH
Alamat: Jl. Pattimura, letkol Hasan Basri
Pekanbaru Riau
Email: bayufauziah97@gmail.com

ABSTRACT

Basically, children have the right to get special protection in order to grow and develop
properly. In writing this thesis, the author tries to examine the implementation of Article 76 I
and Article 88 of Law No. 35 of 2014 concerning Amendments to Law No. 23 of 2002
concerning Child Protection in Dumai City.

The purposes of writing this thesis are: first, to find out the implementation of Article
76I and Article 88 of Law Number 35 of 2014 concerning child protection for parents who
employ children in the Dumai city area. Second, to find out the obstacles in implementing
criminal sanctions in the Dumai City area for perpetrators who employ children in the Dumai
City area and to find out what law enforcement efforts can do to overcome the obstacles to
criminal application against perpetrators who employ children in the Dumai city area. The
research method in this thesis uses a sociological legal research type, namely research that
wants to see the correlation between law and society, so as to be able to reveal the effectiveness
of law enforcement in society and identify unwritten laws that apply to society, so in this
sociological legal research which is carried out At first, careful research is secondary data
which is then continued with research on primary data in the field or on the community.

Based on the results of the study, the first conclusion can be drawn that the existing
legal protection system for child labor has not been implemented in real terms, criminals do not
get strict legal action so that the reality of crime and deviant behavior is growing. Second, the
obstacles faced by the government in implementing the crime on child protection against
parents who employ children in the Dumai City area include weak law enforcement and
supervision related to perpetrators who employ children, violations of the law are always
carried out continuously or become a habit and are considered as a normal thing. and
appropriate, the lack of community participation and understanding related to child labor
violations and the weak economic condition of the community so that children are forced to
work. And Efforts That Can Be Done In Implementing Crimes Regarding Child Protection
Against Parents Who Employ Children in the Dumai City Area are socializing laws and
regulations, holding routine patrols, coordinating and collaborating between relevant agencies
or institutions in the field of child labor and in terms of law enforcement. In terms of quantity
and quality, it is necessary to add personnel/officers so that officers can be more optimal in
carrying out their duties.

Keywords: Law Enforcement, Child Protection, Parents Who Employ Children

JOM Fakultas Hukum Volume 2 No. 2 Oktober 2015 1


A. Latar Belakang Masalah memberikan perlindungan merupakan
Hukum sebagai alat untuk faktor penting, karena anak adalah
mengatur kehidupan masyarakat dan manusia muda yang rentan, bergantung,
sebagai alat untuk menjaga ketertiban di lugu, dan memiliki kebutuhan-kebutuhan
masyarakat sangat dibutuhkan dalam khusus.3
mencegah, menanggulangi, membatasi. Pekerja anak merupakan salah satu
Hukum merupakan suatu aturan yang bentuk eksploitasi ekonomi yaitu
hidup dimasyarakat harus dipatuhi dan penyalahgunaan tenaga anak untuk
dijalankan. Unsur-unsur hukum sendiri dipekerjakan demi keuntungan orang
menurut para sarjana hukum Indonesia tuanya atau orang lain seperti menyuruh
adalah:1 anak bekerja dan menjuruskan anak pada
1. Peraturan mengenai tingkah laku pekerjaan – pekerjaan yang seharusnya
manusia dalam pergaulan belum dijalaninya.
masyarakat. Dalam rangka memberikan
2. Peraturan itu diadakan oleh badan- perlindungan terhadap anak, Perhatian
badan resmi yang berwajib. pemerintah terhadap perlindungan anak
3. Peraturan itu bersifat memaksa. dinyatakan jelas dalam Undang – Undang
4. Sanksi terhadap peraturan itu Dasar Tahun 1945 yaitu dalam pasal 28b
adalah tegas. ayat (2) yang berbunyi “setiap anak
Unsur diatas mengharuskan berhak atas kelangsungan hidup,tumbuh
masyarakat untuk bertindak berdasarkan dan berkembang serta berhak atas
hukum yang berlaku agar tercipta perlindungan dari kekerasan dan
ketertiban, keadilan, dan kepastian diskriminasi. Sedangkan dalam Undang –
hukum dan nantinya timbul kesejahteraan Undang Perlindungan Anak Nomor 35
di masyarakat yang merupakan tujuan tahun 2014 pasal 76i yang berbunyi
dan dambaan dari adanya hukum itu bahwa “Setiap orang dilarang
sendiri. Anak merupakan tumpuan menempatkan, membiarkan, melakukan,
harapan masa depan bangsa, negara, menyuruh melakukan, atau turut serta
masyarakat, ataupun keluarga oleh melakukan ekploitasi secara ekonomi
karena kondisinya sebagai anak, maka dan/atau seksual terhadap anak. Dari
diperlukan perlakuan khusus untuk dapat kedua pasal tersebut dapat disimpulkan
tumbuh dan berkembang secara wajar bahwa negara mengembangkan sistem
baik fisik, mental dan rohaninya 2. Oleh jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
karena itu anak memerlukan pembinaan memberdayakan masyarakat yang lemah
dan bimbingan khusus, baik dari dan tidak mampu sesuai dengan martabat
keluarga, masyarakat maupun pemerintah kemanusiaan4
agar dapat bertumbuh secara maksimal. Adapun unsur – unsur tindak pidana
Pada dasarnya anak mempunyai pengeksploitasian pekerja terhadap anak
hak untuk memperoleh perlindungan sebagaimana diatur dalam Pasal 88
khusus agar dapat tumbuh kembang Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
dengan baik. Perhatian terhadap anak, Tentang Perlindungan Anak adalah:
dalam artian memenuhi hak dan 1. Setiap orang;

1 3
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan M. Ghufran H. Kordi K, Durhaka Kepada Anak
Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta: 1989, Refleksi Mengenai Hak Dan Perlindungan
hlm.39 Anak,Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2015, hlm. 2
2 4
Darwan Prinst, Hukum Anak Indonesia, H.R Abdusalam, Hukum Perlindungan Anak,
PT.Citra Aditya Bakti, Bandung : 1997, hlm.98 Restu, Agung, Jakarta: 2007, hlm 23
JOM Fakultas Hukum Volume 2 No. 2 Oktober 2015 2
2. Yang mengeksploitasi ekonomi atau sehingga tidak ada waktu luang yang
seksual anak; diberikan kepada mereka untuk tumbuh
3. Dengan maksud untuk dan berkembang dengan baik. Pada hari
menguntungkan diri sendiri atau selanjutnya penulis menemukan dua
orang lain. orang anak membawa sekarung barang
Dalam hal ini, anak – anak dipaksa bekas untuk bahan daur ulang di Jalan
bekerja menggunakan segenap tenaganya Purnama. Ketika penulis melakukan
dan juga mengancam jiwanya. Adapun wawancara dengan anak-anak pemulung
yang melatarbelakangi terjadinya tersebut mereka menyebutkan bahwa
eksploitasi pekerja anak di Kota Dumai pekerjaan ini mereka mulai sehabis
yaitu kemiskinan dan lingkungan sosial. pulang sekolah dengan persetujuan
Dimana di kota Dumai banyak hal yang orang tua untuk membantu keuangan
dapat dikerjakan oleh seorang anak untuk keluarga. Dari permasalahan inilah
membantu ekonomi keluarganya. peneliti tertarik untuk melakukan
Kemiskinan terjadi karena penelitian yang akan di tuangkan dalam
ketidakmampuan untuk memenuhi bentuk skripsi nantinya dengan berjudul
kebutuhan dasar seperti makanan, “IMPLEMENTASI PASAL 76I DAN
pakaian, tempat berlindung, pendidikan PASAL 88 UNDANG – UNDANG
dan kesehatan. Kemiskinan dapat NOMOR 35 TAHUN 2014
disebabkan oleh kelangkaan alat TENTANG PERUBAHAN
pemenuh kebutuhan dasar ataupun UNDANG-UNDANG NOMOR 23
sulitnya akses terhadap pendidikan dan TAHUN 2002 TENTANG
pekerjaan5. Bahkan dalam kasus dan PERLINDUNGAN ANAK DI KOTA
bentuk tertentu pekerja anak telah masuk DUMAI “
sebagai kualifikasi anak – anak yang B. Rumusan Masalah
bekerja pada situasi yang paling tidak Berdasarkan latarbelakang diatas
bisa ditolerir. maka penulis dapat merumuskan
Pada umumnya pekerja anak permasalahan sebagai berikut :
kurang mendapatkan perlindungan yang 1. Bagaimana implementasi pasal 76I
memadai baik dari segi hukum maupun dan pasal 88 Undang – Undang
sosialnya, hal ini disebabkan dari Nomor 35 Tahun 2014 tentang
kondisi anak yang terpaksa bekerja perubahan Undang-Undang Nomor
yang terkadang hanya sebagai tambahan 23 tahun 2002 tentang perlindungan
tenaga pada proses produksi eksploitasi anak di kota Dumai ?
ekonomi yang pada umumnya mereka 2. Hambatan apa saja yang dihadapi
tidak terikat pada kesepakatan kerja, oleh pihak terkait dalam
karena syarat – syarat formal ( menerapkan pidana tentang
kecakapan ) yang harus dipenuhi tidak perlindungan anak terhadap orang
dimiliki oleh anak yang bekerja, dan tua yang mempekerjakan anak di
belum cukup umur untuk melakukan kota Dumai ?
kesepakatan sebuah perjanjian kerja. 3. Bagaimana upaya yang dapat
Berdasarkan observasi yang penulis dilakukan dalam menerapkan
lakukan pada hari Kamis tanggal 31 mei pidana tentang perlindungan anak
2020 di jalan sudirman di waktu malam terhadap orang tua yang
hari, didapat begitu banyak anak yang mempekerjakan anak di kota Dumai
menjadi pemulung dengan berbagai usia ?

5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Saiful Saleh, Ekploitasi Pekerja Anak
1) Tujuan Penelitian
Pemulung, Jurnal Equilibrium Pendidikan Sosiologi,
Universitas Muhammadiyah Makassar, Vol IV No.1, Untuk mengetahui implementasi Pasal
Mei 2016, hlm. 81 76I dan Pasal 88 Undang – Undang
JOM Fakultas Hukum Volume 2 No. 2 Oktober 2015 3
Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 tentang perlindungan
anak di kota Dumai
2) Untuk mengetahui hambatan dalam
penerapan sanksi Pidana di wilayah
Kota Dumai Bagi Pelaku yang
Mempekerjakan Anak di Wilayah
Kota Dumai.
3) Untuk mengetahui upaya penegakan
hukum yang dapat dilakukan untuk
mengatasi hambatan penerapan
pidana terhadap pelaku yang
mempekerjakan anak di wilayah kota
dumai.

D. Kegunaan Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian
ini dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Untuk menambah wawasan dan
pengetahuan ilmu yang telah
penulis peroleh selama studi di
Fakultas Hukum Universitas Riau.
2. Dengan penelitian ini diharapkan
dapat memberikan pencerahan dan
menemukan solusi terhadap
pekerja anak sebagai sumbangan
pemikiran dan alat mendorong
bagi rekan rekan mahasiswa untuk
melanjutkan penelitian
selanjutnya.

JOM Fakultas Hukum Volume 2 No. 2 Oktober 2015 4


E. Kerangka Teoritis mentalitas aparat penegak hukum
1. Teori Penegakan Hukum mengakibatkan penegakan hukum
Secara umum Hukum dibuat untuk tidak berjalan sebagaimana mestinya.
dilaksanakan. Hukum tidak lagi dapat Budaya Hukum: Kultur hukum
disebut sebagai hukum, apabila Lawrence Meir Friedman adalah sikap
hukum tidak pernah dilaksanakan manusia terhadap hukum dan sistem
oleh karena itu, hukum dapat disebut hukum kepercayaan, nilai, pemikiran,
konsisten dengan pengertian hukum serta harapannya. Kultur hukum
sebagai sesuatu yang harus adalah suasana pemikiran social dan
dilaksanakan. Dalam era globlisasi kekuatan social yang menentukan
kepastian, keadilan dan efisiensi bagaimana hukum digunakan,
menjadi sangat penting. Tiga hal dihindari, atau disalahgunakan.
tersebut hanya bisa dijamin dengan Budaya hukum erat kaitannnya
hukum yaang baik.6 Ketika berbicara dengan kesadaran hukum masyarakat.
penegakan hukum maka harus Semakin tinggi kesadaran hukum
dipahami lebih dahulu apa yang masyarakat maka akan tercipta
dimaksud dengan penegakan hukum budaya hukum yang baik dan dapat
dan faktor yang mempengaruhi untuk merubah pola pikir masyarakat
menganalisisnya7. mengenai hukum selama ini.
Penegakan hukum dapat diartikan Sederhananya tingkat kepatuhan
sebagai tindakan menerapkan masyarakat terhadap hukum
perangkat sarana hukum tertentu merupakan salah satu indikator
untuk memaksakan sanksi hukum berfungsinya hukum.9
guna untuk menjamin penataan Dalam menegakkan hukum ada tiga
terhadap ketentuan yang ditetapkan unsur yang selalu harus diperhatikan:
tersebut. kepastian hukum (Rechtssicherheit),
Menurut Satijipto Raharjo, kemanfaatan (Zweckmassigkeit) dan
penegakan hukum adalah suatu keadilan (Gerechtigkeit). Hukum
proses untuk mewujudkan keinginan- harus dilaksanakan dan
keinginan hukum (yaitu pikiran- ditegakkan.Setiap orang
pikiran badan pembuat undang- mengharapkan dapat ditetapkannya
undang yang dirumuskan dalam hukum dalam hal terjadi peristiwa
peraturan-peraturan hukum) menjadi konkrit.10
kenyataan.8 Hukum tidak dapat 2. Teori Pemidanaan
berjalan atau tegak bila tidak ada Pemidanaan adalah penjatuhan
aparat penegak hukum yang hukuman kepada pelaku yang telah
kredibilitas dan independen. melakukan perbuatan pidana.11
Seberapa bagusnya suatu peraturan Adapun teori mengenai tujuan pidana
perundang-undangan bila tidak di dikenal sebagai teori pidana, yaitu
dukung dengan aparat penegak teori tentang pembenaran
hukum yang baik maka keadilan dikenakannya penderitaan berupa
hanya angan-angan. Lemahnya
9
Lawrence M.Friedman, Sistem Hukum, Nusa
6
RE. Bringbing, Simpul Mewujudkan Media, Bandung, 2009, hlm. 15.
Supremasi Hukum, Pusaat Kajian Reformasi, 10
Nurmin K. Martam, “Tinjauan Yuridis Tentang
Jakarta:2001.hlm. 5. Rechtvinding (Penemuan Hukum) Dalam Hukum
7
Roscoe Pound, Filsafat Hukum, Bhratara, Perdata Indonesia” Jurnal Cahaya Keadilan, Fakultas
Jakarta: 2009, hlm.7. Hukum, Universitas Gorontalo, Vol. 5. No. 2, hlm.41.
8 11
Satijipto Rahardjo, Masalah Penegakan H. Salim, Perkembangan Teori dalam Ilmu
Hukum, Sinar Baru, Bandung: 1983, hlm. 84. Hukum, Rajawali Pers, Jakarta: 2012, hlm. 149.
JOM Fakultas Hukum Volume 2 No. 2 Oktober 2015 5
pidana terhadap seseorang. 12Tujuan mengulangi kejahatan lagi dimasa
yang ingin dicapai dari suatu mendatang, serta mencegah
pemidanaan ternyata tidak terdapat masyarakat luas pada umumnya dari
suatu kesamaan pendapat di antara kemungkinan melakukan kejahatan
para ahli hukum. Pada dasarnya baik seperti kejahatan yang telah
terdapat tiga pokok pemikiran dilakukan terpidana maupun
tentang tujuan yang ingin dicapai lainnya.Teori ini menekankan
dengan suatu pemidanaan, yaitu : kemampuan pemidaanaan sebagai
untuk memperbaiki pribadi dari suatu upaya mencegah terjadinya
penjahat itu sendiri, untuk membuat kejahatan (preventif of crime)
orang menjadi jera dalam melakukan khususnya bagi terpidana. 15 Adapun
kejahatan-kejahatan, untuk membuat karakterirstik teori relatif ini sebagai
penjahat tertentu menjadi tidak berikut :16
mampu melakukan kejahatan yang a. Tujuan pemidanaan adalah
lain, yakni penjahat yang dengan pencegahan;
cara-cara yang lain sudah tidak dapat b. Pencegahan bukan tujuan akhir
di perbaiki lagi.13 tetapi hanya sebagai sarana
Tujuan pemidanaan menurut untuk mencapa tujuan yang
Wirjono Prodjodikoro yaitu :14 lebih tinggi yaitu kesejahteraan
1. Untuk menakuti-nakuti orang masyarakat;
jangan sampai melakukan c. Hanya pelanggaran-
kejahatan baik secara menakut- pelanggaran hukum yang dapat
nakuti orang banyak (generals dipersalahkan kepada si pelaku
preventif) maupun menakut- saja yang mememuhi syarat
nakuti orang tertentu yang untuk adanya pidana;
sudah melakukan kejahatan d. Pidana harus ditetapkan
agar dikemudian hari tidak berdasarkan tujuannya sebagai
melakukan kejahatan lagi alat untuk pencegahan
(speciale preventif); atau kejahatan;
2. Untuk mendidik atau
memperbaiki orang-orang yang Pidana melihat kedepan (bersifat
melakukan kejahatan agar prospektif); pidana dapat
menjadi orang-orang yang baik mengandung unsur pencelaan, tetapi
tabiatnya sehingga bermanfaat baik unsur pencelaan maupun unsur
pembalasan tidak dapat diterima
bagi masyarakat.
apabila tidak memberantas
Teori relatif secara prinsip pencegahan kejahatan untuk
teori mengajarkan bahwa penjatuhan kepentingan kesejahteraan
pidana dan pelaksanaannya masyarakat.
setidaknya tidak harus berorientasi
pada upaya mencegah terpidana 3. Teori Perlindungan Anak
(special preventif) dari kemungkinan Kedudukan anak sebagai
generasi muda yang akan meneruskan
12
Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan cita-cita luhur bangsa, calon
Tertulis di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, pemimpin bangsa dimasa datang dan
Jakarta,2012, hlm, 231.
13
Lamintang dan Theo Lamintang, Hukum
15
Pantensier Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2017, Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana,
hlm. 11. Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm. 191.
14 16
Wirjono Prodjodikoro, Tindak Tindak Pidana Muladi dan Barda Nawawi Arif, Teori dan
Tertentu Di Indonesia, PT Eresco, Jakarta , 1980, Bunga Rampai Hukum Pidana, Alumni,
hlm. 3. Bandung,1992, hlm.17.
JOM Fakultas Hukum Volume 2 No. 2 Oktober 2015 6
sebagai sumber harapan bagi diinginkan dalam pelaksanaan
20
generasi terdahulu, perlu mendapat perlindungan anak.
kesempatan seluas-luasnya untuk 1) Meletakkan anak kedalam
tumbuh dan berkembang secara status kehidupan masyarakat,
wajar dan baik secara rohani, sebagai bentuk perlindungan
jasmani, dan sosial. Perlindungan terhadap kepentingan-kepentingan
terhadap anak, merupakan hak asasi anak yang mengalami masalah
yang harus diperoleh anak.17 sosial. Perlindungan dapat diberikan
Sehubungan dengan hal ini, pada hak-hak dalam berbagai cara.
Pasal 27 ayat 1 Undang-Undang Proses perlindungan anak dimaksud
Dasar 1945, bahwa setiap warga disebut sebagai proses edukasional
negara bersamaan kedudukannya terhadap ketidakpahaman dan
didalam hukum dan pemerintahan ketidakmampuan anak dalam
dan wajib menjunjung hukum dan melakukan suatu tugas-tugas sosial
pemerintahan itu dengan tidak ada kemasyarakatan. Perlindungan hak
kecualinya. Pernyataan dari pasal asasi anak dapat diberikan dengan
tersebut, menunjukkan tidak ada cara yang sistematis, melalui
perbedaan kedudukan dalam hukum serangkaian program stimulasi,
dan anak-anak dalam mendapat latihan, pendidikan, bimbingan
perlindungan hukum, kemudian sholat, permainan dan dapat juga
didukung perlindungan anak harus diberikan melalui bantuan hukum
diusahakan oleh setiap orang baik yang dinamakan Advokasi dan
orang tua, keluarga, masyarakat, Hukum Perlindungan Anak.
pemerintah, maupun Negara.
Perlindungan anak merupakan F. Metode Penelitian
usaha dan kegiatan seluruh lapisan Untuk melakukan penelitian yang
masyarakat dalam berbagai baik dan terarah diperlukan suatu
kedudukan peranan, yang menyadari metode penelitian untuk mencari data
betul pentingnya anak bagi nusa dan yang akurat dan benar guna menjawab
bangsa dikemudian hari. Jika mereka pokok-pokok permasalahan dengan
telah matang pertumbuhan fisik metode-metode sebagai berikut:
maupun mental dan sosialnya, maka 1. Jenis Penelitian
tiba saatnya menggantikan yang Dalam penelitian ini penulis
terdahulu.18 Perlindungan anak dapat menggunakan metode penelitian
membawa akibat hukum, karena hukum sosiologis yaitu penelitian
hukum merupakan jaminan bagi yang hendak melihat kolerasi antara
kegiatan perlindungan anak.19 hukum dan masyarakat, sehingga
Arif Gosita mengemukakan mampu mengungkap efektifitas
bahwa kepastian hukum perlu berlakunya hukum dalam masyarakat
diusahakan demi kelangsungan dan mengidentifikasi kan hukum
kegiatan perlindungan anak dan yang tidak tertulis yang berlaku pada
mencegah penyelewengan yang masyarakat, jadi pada penilitian
membawa akibat negatif yang tidak hukum sosiologis ini yang di teliti
pada awalnya ialah data sekunder
17 yang kemudian dilanjutkan dengan
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap
Anak Dan Perempuan (kumpuan makalah-makalah penelitian terhadap data primer
seminar), Refika Aditama, Bandung: 2012, hlm. 13. dilapangan atau terhadap
18
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap
Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak Di
20
Indonesia, Refika Aditama, Bandung: 2010, hlm.33. Arief Gosita, Masalah Korban Kejahatan,
19
Ibid. Akademika Pressindo, Jakarta: 1993, hlm. 222.
JOM Fakultas Hukum Volume 2 No. 2 Oktober 2015 7
masyarakat21. Penelitian ini disebut
juga penelitian hukum empiris
karena penelitian ini bersifat b. Sampel
deskriftif yaitu penulis mencoba Untuk mempermudah penulis
untuk memberikan gambaran kasus dalam melakukan penelitian maka
yang diteliti. penulis menentukan sampel,
2. Lokasi penelitian dimana sampel adalah himpunan
Lokasi penelitian adalah di Kota bagian atau sebagian dari populasi
Dumai. Untuk memperoleh data yang dapat mewakili keseluruhan
yang di perlukan dalam melakukan objek penelitian.24 Sedangkan
penelitian ini, maka penelitian ini metode yang penulis gunakan
dilakukan di kota Dumai. Dengan dalam penelitian ini yaitu metode
pertimbangan bahwa di kota Dumai sensus adalah menetapkan sampel
terdapat pekerja – pekerja anak berdasarkan jumlah populasi yang
sebagaimana yang terdapat didaerah- ada dan menggunakan metode
daerah indonesia yang pada umum purposive sampling yaitu
nya rentan hak – haknya tidak menetapkan sejumlah sampel yang
terpenuhi dengan baik sebagaimana mewakili jumlah populasi yang
yang telah diamanatkan dalam Pasal ada, yang kategori sampelnya itu
76I Undang-Undang Nomor 35 telah ditetapkan sendiri oleh
Tahun 2014 Tentang Perubahan atas penulis.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 4. Sumber Data
2002 Tentang Perlindungan Anak. a) Data Primer
3. Populasi dan Sampel Data primer merupakan bahan
a. Populasi penelitian yang berupa fakta –
Populasi adalah keseluruhan fakta empiris sebagai perilaku
atau himpunan objek yang akan maupun hasil perilaku manusia.
diteliti.22oleh karna populasi b) Data Sekunder
biasanya sangat besar dan luas, Data sekunder merupakan data
maka sering kali tidak mungkin hukum dalam penelitian yang
untuk meneliti seluruh populasi itu diambil dari study kepustakaan
tetapi cukup diambil sebagian saja yang terdiri dari bahan hukum
untuk diteliti sebagai sampel yang primer, bahan hukum sekunder dan
memberikan gambaran tentang bahan non hukum. Data sekunder
objek penelitian secara tepat dan diperoleh dengan study
benar23 adapun yang dijadikan dokumentasi daan penelusuran
populasi dalam penelitin ini adalah: literatur yang berkaitan dengan
1) Unit Perempuan dan Anak di penegakan hukum pidan dan teori
Polresta Dumai yang mendukungnya:
2) Dinas Sosial Kota Dumai Dalam penulisan ini, data
Anak anak yang di jadikan yang di gunakan ialah data sekunder
pemulung yang terdiri atas :
1. Bahan Hukum Primer
21
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Sumber data primer
Hukum, Universitas Indonesia UI Press, Jakarta:
1986,Hlm.52
merupakan bahan penelitian
22
Bambang Sunggono,Metode Penelitian yang berasal dari Peraturan-
Hukum,Raja Grafindo Persada, peraturan dan ketentuan –
Jakarta,2005,Hlm.118 ketentuan yang berkaitan
23
Ronny Hanityo Metode Penelitian Hukum
Dan Jerimetri,Ghalia
24
Indonesia,Jakarta,1994,Hlm.51. Ibid
JOM Fakultas Hukum Volume 2 No. 2 Oktober 2015 8
dengan judul dan deduktif, yaitu menarik
permasalahan yang kesimpulan dari hal hal yang
dirumuskan. Bahan hukum ini bersifat umum pada hal hal yang
yang berasal dari Kitab bersifat khusus. Dimana dalam
Undang-Undang Hukum mendapatkan suatu kesimpulan
Pidana (KUHP), Undang – dimulai dengan melihat faktor –
undang dasar 1945 Dan faktor nyata dan diakhiri dengan
Undang – Undang Nomor 35 penarikan suatu kesimpulan
tahun 2014 tentang yang juga merupakan fakta
Perlindungan Anak. dimana kedua fakta tersebut
2. Bahan Hukum Sekunder dijembatani oleh teori – teori.
Bahan hukum sekunder
merupakan bahan hukum G. Hasil Penelitian dan Pembahasan
yang berasal dari literatur atau 1. Implementasi Penegakan Hukum
hasil penulisan para ahli Pasal 76I Dan Pasal 88 Undang –
sarjana yang berupa buku Undang Nomor 35 Tahun 2014
yang berkaitan dengan pokok Tentang Perubahan Undang-
pembahasan. Undang Nomor 23 Tahun 2002
3. Bahan Hukum Tersier Tentang Perlindungan Anak Di
Bahan penelitian yang Kota Dumai
diperoleh dari Dalam perlindungan hukum
ensiklopedia,dan sejenisnya terhadap anak di Indonesia, telah
yang berfungsi mendukung ditegaskan dalam Pasal 34 Undang-
data primer dan data sekunder Undang Dasar 1945 bahwa “Fakir
seperti kamus besar bahasa miskin dan anak-anak terlantar
indonesia, kamus bahasa dipelihara oleh negara”.
inggris. Hukum adalah sebagai
perlindungan kepentingan dari berbagai
5. Teknik Pengumpulan Data kegiatan manusia, dimana hukum harus
a) Wawancara/Interview dilaksanakan. Pelaksanaan hukum dapat
b) Kuisioner berlangsung secara normal, damai tetapi
c) Kajian Kepustakaan dapat juga terjadi berbagai pelanggaran
6. Analisis Data terhadap hukum. Dalam hal ini hukum
Dalam penelitian ini penulis harus ditegakkan. Penegakan hukum
akan menggunakan analisis atau yang dikenal dengan istilah law
kualitatif yaitu data yang enforcement merupakan suatu keharusan
berdasarkan uraian kalimat atau untuk mewujudkan suatu perlindungan
data tidak dianalisis dengan dan kepastian hukum.
menggunakan statistik atau Menurut Setiono, Perlindungan
matematika ataupun sejenisnya, Hukum adalah tindakan atau upaya
yaitu apa yang dinyatakan untuk melindungi masyrakat dari
responden secara tertulis atau perbuatan sewenang-wenang oleh
lisan dan perilaku nyata yang penguasa yang tidak sesuai dengan
diteliti dan dipelajari sebagai aturan hukum, untuk mewujudkan
sesuatu yang utuh. 25 ketertiban dan ketenteraman sehingga
Selanjutnya, penulis menarik memungkinkan manusia untuk
suatu kesimpulan secara menikmati martabatnya sebagai

25
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian
Hukum, Op.Cit.hlm.32
JOM Fakultas Hukum Volume 2 No. 2 Oktober 2015 9
manusia.26 penerapan hukum pidana (criminal law
Dalam menjamin keadilan, application) yang melibatkan pelbagai
kepastian dan kemanfaatan hukum bagi sub sistem struktural berupa aparat
setiap warga negara, negara memiliki kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan
kewajiban memberikan perlindungan pemasyarakatan.
terhadap siapa saja mengenai persoalan Seperti yang kita ketahui di alinia
apapun yang bersinggungan dengan ke IV, pembukuaan Undang-Undang
hukum, termasuk didalamnya persoalan Dasar 1945 dinyatakan bahwa tujuan
terhadap anak.27 kemerdekaan Indonesia adalah untuk
Perlindungan anak dalam rangka memberikan kesejahteraan yang
menjamin terpenuhinya hak-hak anak setinggi-tingginya kepada seluruh
merupakan upaya perlindungan yang masyarakat, yaitu kesejahteraan lahir
diberikan untuk semua anak tanpa dan batin, materil dan spiritual dapat di
kecuali.28 Wujud dari perlindungan rumuskan sebagai berikut :
hukum terhadap anak, pemerintah telah 1. Melindungi segenap bangsa
berupaya membuat berbagai peraturan Indonesia dan seluruh tumpah
perundang-undangan yang mengatur darah Indonesia
kepentingan anak, yaitu : 2. Memajukan kesejahteraan umum,
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun mencerdaskan kehidupan bangsa
1979 tentang Kesejahteraan anak dan ikut melaksanakan ketertiban
2. Undang-Undang Nomor 39 dunia yang berdasarkan
Tahun 1999 tentang Hak Asasi kemerdekaan dan keadilan
Manusia sosisal.29
3. Undang-Undang Nomor 31
Tahun 2014 tentang Perubahan Untuk mencapai tujuan
atas Undang-Undang Nomor 13 kemerdekaan tersebut di perlukan usaha
Tahun 2006 tentang Perlindungan pembinaan tertib hukum, sehinga
Saksi dan Korban Indonesia sebagai Negara hukum bukan
4. Undang-Undang Nomor 11 kekuasaan belaka, maka pemerintah
Tahun 2012 tentang Sistem berkewajiban memberikan perlindungan
Peradilan Pidana Anak hukum dan kepastian hukum bagi
5. Undang-Undang Nomor 35 seluruh warga Negara, termaksuk anak
Tahun 2014 Tentang Perubahan dibawah umur yang menjadi suatu bahan
atas Undang-Undang Nomor 23 eksploitasi bagi pihak-pihak tertentu.
Tahun 2002 Tentang Berkaitan dengan perlindungan
Perlindungan Anak. hukum, maka setiap orang wajib
mendapatkan perlindungan hukum
Sebagai suatu proses yang bersifat termasuk seorang anak yang masih
sistemik, maka penegakan hukum dibawah umur yang pada
pidana menampakkan diri sebagai keharusannya belum bertanggung
jawab untuk mencari nafkah bagi
26
dirinya sendiri maupun untuk orang
Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum),
lain. Maka perlindungan hukum bagi
Surakarta, Magister Ilmu Hukum Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2004, hlm. seorang anak ini sangat
3. membutuhkan undang-undang yang
27
Lismaida, “Tindak Pidan Melakukan Eksploitasi memuat suatu aturan yang mengikat
Anak Secara Ekonomi Sebagai Pengemis (Suatu
Penelitian Di Kota Banda Aceh”, Skripsi, Banda
29
Aceh, 2017, hlm. 74 Sri Soemantri, Azas Negara Hukum dan
28
Djoko Purwanto, “Implementasi Hak-Hak Anak Perwujutannya Dalam Sistem Hukum Nasional,
Indonesia”, Fakultas Hukum, Muhammadiyah Dalam Politik Pembangunan Hukum Nasional, UII
Jember, hlm.42. Pres, Yokyakarta, hlm,25.
JOM Fakultas Hukum Volume 2 No. 2 Oktober 2015 10
agar berlangsungnya suatu hukum dan yang paling penting adalah
perlindungan terhadap anak di perhatian dari keluarga dan orang tua
Negara Indonesia ini, selain anak itu sendiri atas realita bahwa masih
perlunya suatu Undang-undang banyaknya anak dibawah umur yang
diperlukan kan lagi aparatur hukum dijadikan objek eksploitasi oleh orang
yang mengawal agar tidak adanya dewasa untuk aktifitas mengemis. 31
pelanggaran terhadap Undang- Dalam menegakkan hukum ada
undang tersebut. Upaya tiga unsur yang selalu harus
perlindungan anak perlu diperhatikan: kepastian hukum
dilaksanakan sedini mungkin, yaitu (Rechtssicherheit), kemanfaatan
sejak dari dalam kandungan sampai (Zweckmassigkeit) dan keadilan
anak berusia delapan belas tahun. 30 (Gerechtigkeit).
2. Hambatan Yang Dihadapi Oleh Pekerja anak di sektor informal
Pihak terkait Dalam Menerapkan kerap kali menjadi salah satu yang sulit
Pidana Tentang Perlindungan di buktikan karena dalih mereka hanya
Anak Terhadap Orang Tua Yang membantu orang tuanya dalam mencari
Mempekerjakan Anak Di nafkah yang di anggap wajar dalam
Wilayah Kota Dumai kultur masyarakat indonesia. Orang tua
Dari aturan-aturan hukum yang dalam keluarga merupakan pemegang
tertulis dalam Undang-Undang kontrol dalam kehidupan keluarga.
Ketenagakerjaan dan Undang-Undang Tumbuh kembang anak akan dilihat dari
Perlindungan anak, sesungguhnya hak- peranan orang tua dalam mengatur
hak pekerja anak telah dipenuhi dengan kehidupan anaknya.32
lengkap. Namun dalam penelitian ini Menurut Nora Lisda beberapa
terlihat jelas bahwa eksploitasi terhadap faktor yang menjadi penyebab terjadinya
pekerja anak masih saja terjadi, yang anak dieksploitasi sebagai pengemis
menunjukkan dalam pelaksanaan ialah sebagai berikut :33
maupun penegakan hukum tidak 1. Faktor Urbanisasi
berjalan sebagaimana yang dicita- Faktor urbanisasi menjadi
citakan. faktor yang cukup berperan tinggi,
Beberapa jenis pekerjaan informal sehingga terdapat banyak anak di
yang dilakukan anak-anak dapat Kota Dumai yang dipekerjakan
dianggap sebagai pekerjaan mencari sebagai pengemis, tingginya kaum
uang secara mandiri, misalnya urban yang terdapat di Kota
menyemir sepatu, mengemis, menarik Dumai dan kerasnya persaingan
becak, menjadi kernet angkutan kota, untuk mendapatkan lapangan kerja
berjualan koran, menjadi tukang menyebabkan sebagian dari
sampah, dan memulung. Pekerjaan masyarakat atau kaum urban untuk
informal lainnya berlangsung di rumah mencari nafkah dengan jalan
dan karena itu, kurang terlihat oleh meminta-minta atau mengemis.
umum. Tidak hanya semata-mata karena
Perlunya mendapatkan perhatian persaingan yang cukup keras
yang lebih dari berbagai pihak baik dari dalam lapangan kerja, melainkan
pemerintah, lingkungan masyarakat,
serta semua elemen-elemen penegak 31
M. Giri Sunandar, “Eksploitasi Anak Di Bawah
Umur Untuk Aktifitas Mengemis”, Skripsi, Malang,
2016
30
Rini Fitriani, “Peranan Penyelenggara 32
Ajeng Gayatri Octorani Putri, “Eksploitasi Pekerja
Perlindungan Anak Dalam Melindungi Dan Anak Dibawah Umur Sebagai Bentuk Penyimpangan
Memenuhi Hak-Hak Anak” Jurnal Samudera Sosial”, Jurnal Sosietas, Vol. 5, No. 1.
33
Keadilan, Fakultas Hukum, Universitas Samudera, Nora Lisda, Kasi Pelayanan Anak di Dinas Sosial
Vol.II. No. 2, hlm.253. Kota Dumai, wawancara tanggal 10 November 2020.
JOM Fakultas Hukum Volume 2 No. 2 Oktober 2015 11
juga kurangnya kemampuan
dalam menghadapi persaingan
kerja menajadi faktor utama
sehingga mereka lebih memilih
untuk melakukan pekerjaan
mengemis.
2. Faktor Dorongan Keluarga dan
Lingkungan
Sebagian dari anak yang
menjadi anak jalanan dan
pengemis tidak terlepas dari
faktor dorongan orang tua dan
lingkungan. Karena kebutuhan
ekonomi yang mendesak dan
susahnya mencari pekerjaan yang
layak menyebabkan orangtua atau
keluarga menyuruh dan
membiarkan anaknya untuk turun
kejalanan demi mencari uang.
Selain dari faktor keluarga
tersebut, faktor lingkungan
menjadi faktor utama juga
sehingga seorang anak menjadi
anak jalanan dan pengemis.
Pihak Dinas Sosial Kota
Dumai juga menambahkan
beberapa faktor yang menjadi
penyebab terjadinya anak
dieksploitasi sebagai pengemis
ialah sebagai berikut :
1. Faktor Lemahnya
Pengawasan Dari Orang
Tua
2. Faktor Ekonomi
3. Faktor Kurangnya
Kepekaan Dan Kepedulian
Dari Masyarakat Dan
Pemerintah
4. Faktor Lemahnya
Penegakan Hukum

JOM Fakultas Hukum Volume 2 No. 2 Oktober 2015 12


3. Upaya Yang Dapat Dilakukan Dalam pemulung yaitu upaya Preventif
Menerapkan Pidana Tentang atau dalam arti pencegahan.
Perlindungan Anak Terhadap Orang Dengan Sosialisasi Penyuluhan
Tua Yang Mempekerjakan Anak Di tentang Pembinaan Anak Jalanan,
Wilayah Kota Dumai gelandangan dan pengemis di Kota
Hukum dibuat untuk Dumai, sosialisasi penyuluhan
dilaksanakan. Hukum tidak dapat lagi hukum tentang Undang-undang
disebut sebagai hukum, apabila hukum No.35 tahun 2014 Perubahan Atas
tidak pernah dilaksanakan. Oleh karena Undang-undang No.23 Tahun
itu, hukum dapat disebut konsisten 2002 Tentang Perlindungan Anak
dengan pengertian hukum sebagai dan Undang-undang No.21 Tahun
sesuatu yang harus dilaksanakan. 2007 Tentang Pemberantaran
Dalam era globalisasi kepastian, Tindak Pidana Perdagangan
keadilan dan efisiensi mejadi sangat Orang. Dalam hal ini sosialisasi
penting, tiga hal tersebut hanya bisa yang dilakukan oleh pemerintah
dijamin dengan hukum yang baik. 34 Kota Dumai adalah untuk
Berdasarkan pasal 13 ayat 1 mencegah terjadinya tindakan
Undang-undang No.23 tahun 2002 kekerasan terhadap anak yang
tentang Perlindungan Anak disebutkan kaitannya dengan pengemis anak,
sebagai berikut, “Setiap anak selama dimana tindakan tersebut adalah
dalam pengasuhan orang tua, wali, atau merupakan tindakan melawan
pihak lain manapun yang bertanggung hukum dan juga memiliki sanksi
jawab atas pengasuhan berhak yang tegas bagi para pelakunya.
mendapatkan perlindungan dari Disamping itu juga Pemerintah
perlakuan: Kota Dumai dalam hal ini yakni
1. Diskriminasi; Dinas Sosial Kota Dumai beserta
2. Eksploitasi, baik ekonomi aparat penegak hukum harus
maupun seksual; melakukan patroli rutin di tempat-
3. Penelantaran; tempat yang dianggap rawan
4. Kekejaman, kekerasan, dan terjadinya tindakan kekerasan
penganiayaan; terhadap anak termasuk dalam
5. Ketidakadilan;dan bentuk pengemisan.
6. Perlakuan salah lainya.” 2. Upaya Represif
Upaya yang dilakukan oleh
Upaya-upaya yang dapat Pemerintah Kota Dumai dalam hal
ditempuh oleh Pemerintah Kota Dumai ini yakni Dinas Sosial Kota Dumai
dalam menanggulangi serta untuk meminimalisir terjadinya
menghilangkan tindakan eksploitasi eksploitasi terhadap anak yaitu
anak yang terjadi di Kota Dumai ini dengan upaya Represif dalam arti
sebagai berikut : penindakan. Dalam hal ini
1. Upaya Preventif Pemerintah Kota Dumai harus
Salah satu upaya yang menindak pelaku kasus-kasus
dilakukan oleh Dinas Sosial Kota eksploitasi ke ranah hukum guna
Dumai untuk meminimalisir untuk memberi efek jera kepada
terjadinya eksploitasi anak pelaku kekerasan terhadap anak ini
sebagai pengemis maupun dan kemudian juga agar tidak
terulang lagi kasus serupa di
34
RE.Baringbing, Simpul Mewujudkan Supremasi masyarakat khususnya masyarakat
Hukum, Pusat kajian Reformasi, Jakarta: 2001, hlm. Kota Dumai.
5.
JOM Fakultas Hukum Volume 2 No. 2 Oktober 2015 13
3. Upaya Rehabilitatif Undang – Undang Nomor 35 Tahun
Upaya terahir yang 2014, dimana terbukti dengan adanya
dilakukan oleh Pemerintah Kota ditemukan beberapa pekerja anak di
Dumai untuk meminimalisir berbagai sektor namun tidak satupun
adanya tindakan kekerasan yang diberikan sanksi pidana padahal
terhadap anak yang kaitannya mempekerjakan anak yang tidak
dengan pengemis anak ini adalah sesuai dengan ketentuan-ketentuan
upaya Rehabilitatif dalam artian tersebut adalah termasuk dalam tidak
pengawasan serta pembinaan. pidana serta ini akan menambah lebih
Upaya yang dilakakukan banyak lagi jumlah pekerja anak.
Pemerintah Kota Dumai ini Sistem perlindungan hukum pekerja
adalah untuk membina serta anak yang ada belum dilaksanakan
mengawasi, dengan memberi secara nyata, pelaku kejahatan tidak
latihan khusus dan pendidikan, mendapatkan tindakan hukum yang
pemulihan kemampuan dan tegas sehingga realitas kriminalitas
penyaluran kembali baik ke dan perilaku yang menyimpang
daerah-daerah pemukiman baru semakin berkembang.
melalui transmigrasi ataupun ke 2. Hambatan Yang Dihadapi Oleh
tengah-tengah masyarakat dan Pemerintah Dalam Menerapkan
dengan cara yang lainnya yang Pidana Tentang Perlindungan Anak
bertujuan untuk mengembalikan Terhadap Orang Tua Yang
kebiasaan buruk seseorang seperti Mempekerjakan Anak Di Wilayah
menggelandang, anak jalanan, Kota Dumai diantaranya lemahnya
mengemis dan lainnya kepada penegakan hukum serta pengawasan
kebiasaan yang baik. Dengan terkait pelaku yang mempekerjakan
demikian para gelandangan, anak anak, pelanggaran hukum senantiasa
jalanan, pengemis dapat kembali dilakukan terus menerus atau menjadi
memiliki kemampuan untuk kebiasaan dan dianggap sebagai hal
hidup secara layak sesuai dengan yang biasa dan pantas, kurangnya
martabat manusia sebagai warga peran serta masyarakat dan
Negara Republik Indonesia. pemahaman terkait pelanggaran
Upaya-upaya yang dapat mempekerjakan anak serta kondisi
ditempuh oleh pemerintah dan masyarakat ekonomi lemah sehingga
aparat penegak hukum di kota anak terpaksa bekerja.
dumai untuk menangani dan 3. Upaya Yang Dapat Dilakukan Dalam
menghilangkan kejahatan Menerapkan Pidana Tentang
kekerasan terhadap anak yang Perlindungan Anak Terhadap Orang
dipekerjakan sebagai pengemis Tua Yang Mempekerjakan Anak Di
salah satunya dengan “Melakukan Wilayah Kota Dumai adalah
sosialisasi terhadap seluruh sosialisasi peraturan perundang-
elemen masyarakat tentang undangan, diadakannya patroli yang
Undang-Undang Nomor 35 rutin, melakukan koordinasi dan
Tahun 2014 tentang Perlindungan kerjasama antara instansi atau
Anak”. lembaga terkait dibidang pekerja
H. Kesimpulan anak dan dari segi Penegak
1. Perlindungan terhadap anak atas hukumnya sendiri baik secara
orang tua yang mempekerjakan anak kuantitas maupun kualitas perlu
di wilayah kota Dumai ternyata dilakukan Penambahan
belum berjalan sebagaimana yang Personil/Petugas sehingga petugas
telah diamanatkan didalam Pasal 76I
JOM Fakultas Hukum Volume 2 No. 2 Oktober 2015 14
dapat lebih maksimal dalam Hukum Pidana Dalam
melaksanakan tugasnya. Penaggulangan Kejahatan,
I. Saran Kencana Media Group, Jakarta,
1. Agar pemerintah dalam hal ini Dinas 2007
Sosial dan juga Kepolisian Resort C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu
Kota Dumai lebih aktif lagi dalam Hukum dan Tata Hukum Indonesia,
melakukan penyuluhan terkait Balai Pustaka, Jakarta: 1989
perlindungan anak dan melakukan Darwan Prinst, Hukum Anak
pendataan terhadap anak agar Indonesia, PT.Citra Aditya Bakti,
kiranya orang tua dari anak lebih Bandung : 1997
menjaga anaknya serta dari pihak Frans Maramis, Hukum Pidana
aparat penegak hukum dapat Umum dan Tertulis di Indonesia, PT
melakukan upaya penindakan bagi Raja Grafindo Persada, Jakarta,
para pelaku dengan melihat 2012
kejahatan kekerasan mempekerjakan H. R Abdusalam, Hukum
anak sebagai pengemis. Perlindungan Anak, Restu, Agung,
2. Memberikan pemahaman kepada Jakarta: 2007
masyarakat terhadap pengetahuan H. R. S. Effendy, S. H, Pengantar
mempekerjakan anak. Kurangnya Hukum Indonesia, Hand Out
pemahaman masyarakat selama ini Kuliah, Universitas Surabaya
disebabkan diantaranya rendahnya H. Salim, Perkembangan Teori
kesadaran masyarakat untuk ingin dalam Ilmu Hukum, Rajawali Pers,
tahu. Berbagai peraturan perundang- Jakarta: 2012
undangan telah dibentuk dan Lamintang dan Theo Lamintang,
diberlakukan oleh pemerintah, Hukum Pantensier Indonesia, Sinar
sebagai instrumen perlindungan Grafika, Jakarta, 2017
hukum terhadap anak, oleh karena Lawrence M.Friedman, Sistem
itu masyarakat seharusnya juga Hukum, Nusa Media, Bandung,
memahami terhadap pengaturan 2009
tersebut. Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum
Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2012
J. DAFTAR PUSTAKA Maidin Gultom, Perlindungan
1. Buku Hukum Terhadap Anak Dan
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Perempuan (kumpuan makalah-
Pidana Bagian I : Stelsel Pidana, makalah seminar), Refika Aditama,
Tindak Pidana, Teori – Teori Bandung: 2012
Pemidanaan, dan Batas Berlakunya Maulana Hasan Wadong, Pengantar
Hukum Pidana, Jakarta: PT Raja Advokasi dan Hukum Perlindungan
Grafindo Persada, 2007 Anak, Grasindo, Jakarta: 2000
Arief Gosita, Masalah Korban Muladi dan Barda Nawawi Arif,
Kejahatan, Akademika Pressindo, Teori dan Bunga Rampai Hukum
Jakarta: 1993 Pidana, Alumni, Bandung, 1992
Aslim Rasyad , Metode M. Ghufran H. Kordi K, Durhaka
Ilmiah,Persiapan Bagi Peneliti, Kepada Anak Refleksi Mengenai
UNRI Press, Pekanbaru: 2005 Hak Dan Perlindungan
Bambang Sunggono,Metode Anak,Yogyakarta: Pustaka Baru
Penelitian Hukum,Raja Grafindo Press, 2015
Persada, Jakarta, 2005 M. Nasir Djamil, Anak Bukan
Barda Nawawi Arif, Masalah Untuk Dihukum, Sinar Grafika,
Penengakan Hukum dan Kebijakan 2013
JOM Fakultas Hukum Volume 2 No. 2 Oktober 2015 15
P. A. F. Lamintang, Dasar – Dasar Undang-Undang Nomor 35 Tahun
Hukum Pidana Indonesia, 2014 Tentang Perubahan atas
Bandung: Sinar Baru, 1984 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
Romli Atmasasmita. 2001. 2002 Tentang Perlindungan Anak.
“Reformasi Hukum, Hak Asasi
Manusia & Penegakan Hukum”. 4. Lain-lain
Bandung. Mandar Maju Wawancara Dengan Amelia Salah
Ronny Hanityo Metode Penelitian Satu Korban Eksploitasi Anak Pada
Hukum Dan Jerimetri,Ghalia Hari Minggu 31 Mei 2020 Pukul
Indonesia, Jakarta, 1994 17.26 Wib Di Jalan Purnama
RE. Bringbing, Simpul Wawancara Dengan DW (inisial)
Mewujudkan Supremasi Hukum, Salah Satu Korban Eksploitasi
Pusaat Kajian Reformasi, Anak Pada Hari Sabtu 21 November
Jakarta:2001 2020 Pukul 16.36 Wib Di Jalan
Roscoe Pound, Filsafat Hukum, Purnama
Bhratara, Jakarta: 2009 Briptu Rendi, Kepala Unit
Satijipto Rahardjo, Masalah Pelayanan Perempuan dan Anak
Penegakan Hukum, Sinar Baru, Polresta Dumai, wawancara tanggal
Bandung: 1983 11 November 2020.
Nora Lisda, Kasi Pelayanan Anak di
2. Jurnal/Kamus/Makalah Dinas Sosial Kota Dumai,
Ajeng Gayatri Octorani Putri, wawancara tanggal 10 November
“Eksploitasi Pekerja Anak 2020.
Dibawah Umur Sebagai Bentuk
Penyimpangan Sosial”, Jurnal
Sosietas, Vol. 5, No. 1.
Djoko Purwanto, “Implementasi
Hak-Hak Anak Indonesia”,
Fakultas Hukum, Muhammadiyah
Jember, hlm.42.
Evi Deliana HZ, “Perlindungan
Hukum Terhadap Anak Dari
Konten Berbahaya Dalam Media
Ctak Elektronik”, Jurnal Ilmu
Hukum, Fakultas Hukum
Universitas Riau, Edisi. III, No. 1
Agustus 2002
Lesbon Manik, “Penegakan Hukum
Pidana Terhadap Pelaku Yang
Mempekerjakan Anak Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 Tentang Perlindungan Anak
Di Kota Pekanbaru”, Skripsi, 2015
Lismaida, “Tindak Pidan
Melakukan Eksploitasi Anak
Secara Ekonomi Sebagai Pengemis
(Suatu Penelitian Di Kota Banda
Aceh”, Skripsi, Banda Aceh, 2017

3. Peraturan Perundang-undangan
JOM Fakultas Hukum Volume 2 No. 2 Oktober 2015 16

You might also like