You are on page 1of 14

Jurnal

HAM Volume 8, Nomor 2, Desember 2017

PERAN BALAI PEMASYARAKATAN PADA SISTEM PERADILAN PIDANA


ANAK DI TINJAU DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA
(The Role of Balai Pemasyarakatan on Juvenile Justice System
Reviewed from Human Rights Perspective)
Okky Chahyo Nugroho
Peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia
Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM
Kementerian Hukum dan HAM RI
Jl. HR. Rasuna Said Kav 4-5 Jakarta Selatan
email: okies_ham@yahoo.com
Tulisan Diterima: 03-11-2017; Direvisi: 20-11-2017; Disetujui Diterbitkan: 24-11-2017

ABSTRACT
Children involved in the criminal justice system for law violation should be of special concern by law
enforcers. The Penal Institution (Balai Pemasyarakatan) must, of course, play major role in providing
recommendations to the police, prosecutors and courts to protect the children’s rights. The children in the
national and international human rights instruments pose a position as a vulnerable group that deserve special
treatments, and the state is responsible to ensure the fulfilment of such privileges. Consequently, it is necessary
to review the Human Rights aspects in the counselling and advocating system applied by the Penal Institution
(Balai Pemasyarakatan) to the children in conflict with the law. The goal is to identify the protection of the
rights of the children in conflict with the law during the counselling and advocating process by the Penal
Institution (Balai Pemasyarakatan). The method used in this paper is descriptive qualitative analysis of the
data collected from primary legal materials, secondary legal materials, and documents of study materials or
literature. According to the discussion in this paper, it is evident that the protection of the children rights in the
counselling and advocating system by the Penal Institution (Balai Pemasyarakatan) has not been optimum as
one may find delayed public research and advocation by the Penal Institution (Balai Pemasyarakatan) so that
it is necessary to strengthen of institutional capacity, as the Penal Institution (Balai Pemasyarakatan) plays
significant roles in the protection of children rights, as may be provided for in the Law of Juvenile Criminal
Justice System.
Keywords: Children Rights, Balai Pemasyarakatan, Juvenille Justice System.

ABSTRAK
Anak masuk dalam sistem peradilan pidana karena melakukan pelanggaran hukum harus menjadi perhatian
khusus oleh para penegak hukum, tentunya Balai Pemasyarakatan mempunyai peran besar dalam memberikan
rekomendasi kepada pihak kepolisian, kejaksaan, pengadilan dalam rangka perlindungan hak anak. Posisi
anak-anak dalam instrumen HAM nasional dan internasional ditempatkan sebagai kelompok rentan yang
harus diberlakukan istimewa, dan negara mempunyai tanggung jawab untuk menjamin pemenuhan hak-hak
istimewa tersebut. Oleh sebab itu, hal yang perlu di kaji adalah mengenai aspek hak asasi manusia dalam
sistem pembimbingan dan pendampingan yang dilakukan oleh Balai Pemasyarakatan terhadap anak yang
berkonflik dengan hukum. Tujuannya adalah untuk mengindentifikasi perlindungan hak anak yang berkonflik
dengan hukum dalam pembimbingan dan pendampingan yang dilakukan Balai Pemasyarakatan. Metode yang
digunakan dalam tulisan ini adalah analisis kualitatif deskriptif melalui data yang dikumpulkan bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder, dan bahan-bahan studi dokumen atau kepustakaan. Berdasarkan pembahasan
dalam tulisan ini dapat dikemukakan belum maksimalnya perlindungan hak anak dalam sistem pembimbingan
dan pendampingan oleh BAPAS, yaitu: masih ditemukan keterlambatan pembuatan litmas dan pendampingan
oleh BAPAS, sehingga diperlukan penguatan kapasitas lembaga, karena peran BAPAS menjadi sangat penting
di dalam perlindungan anak, sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana
Anak.
Kata Kunci: Hak Anak, Balai Pemasyarakatan, Sistem Peradilan Pidana Anak.

Jurnal HAM Vol. 8 No. 2, Desember 2017: 161-174 161


Jurnal

HAM Volume 8, Nomor 2, Desember 2017

PENDAHULUAN sekitarnya.8 Sehingga apabila lingkungan tempat


anak berada tersebut buruk, dapat terpengaruh
Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan pada tindakan yang dapat melanggar hukum. Hal
dari keberlangsungan hidup manusia dan itu tentu saja dapat merugikan dirinya sendiri
keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. dan masyarakat. Tidak sedikit tindakan tersebut
Dalam Konstitusi Indonesia, anak memiliki akhirnya menyeret mereka berurusan dengan
peran strategis yang secara tegas dinyatakan aparat penegak hukum.9
bahwa negara menjamin hak setiap anak atas Di Indonesia, masalah anak yang berkonflik
kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang dengan hukum mempunyai kecenderungan
serta atas perlindungan dari kekerasan dan semakin meningkat. Catatan kriminalitas terkait
diskriminasi.1 Anak bukanlah miniatur orang anak di Indonesia seperti yang diungkapkan
dewasa, maka dengan ciri dan sifat anak yang khas oleh Direktur Bimbingan Kemasyarakatan
tersebut perlu ditentukan pembedaan perlakuan.2 dan Pengentasan Anak Ditjen Pemasyarakatan
Hal tersebut dimaksud untuk lebih melindungi menunjukkan data bahwa anak yang berada di
dan mengayomi anak agar dapat menyongsong lingkungan rutan dan lapas berjumlah 3.812 orang.
masa depannya.3 Dengan segala potensi yang Anak yang diversi sebanyak 5.229 orang, dan total
dimiliki, tidak mustahil anak-anak pada masa sekitar 10 ribu anak termasuk mereka yang sedang
sekarang akan berperan dalam meningkatkan menjalani asimilasi, pembebasan bersyarat dan
laju pembangunan bangsa di masa yang akan cuti jelang bebas.10 Data tersebut menunjukkan
datang.4 Untuk kelangsungan pertumbuhan anak jumlah anak yang berkonflik di Indonesia cukup
baik mental maupun fisik serta interaksi dalam banyak.
pergaulan bermasyarakat, maka anak harus benar-
Maraknya kasus hukum yang menimpa anak-
benar mendapat perhatian khusus. Selain itu
anak di Indonesia, bukan berarti mereka sama
juga perlakuan terhadap anak harus benar-benar
seperti orang dewasa yang sudah mempunyai akal
diperhatikan dan diperlakukan secara hati-hati dan
dan pengalaman. Perilaku ironi anak-anak lebih
konseptual sehingga potensi yang melekat dalam
banyak disebabkan lingkungan sosial, keluarga
diri anak dapat tumbuh dan berkembang dengan
dan gagalnya tanggung jawab negara untuk
baik dan seimbang.5
memenuhi hak-hak mereka. Posisi anak-anak
Anak adalah subjek yang mempunyai dalam instrumen HAM nasional dan internasional
perasaan, pikiran, keinginan dan harga diri. ditempatkan sebagai kelompok rentan yang harus
Mereka harus diberi peluang untuk didengar dan diberlakukan istimewa, dan negara mempunyai
dihargai pendapatnya dalam hal-hal menyangkut tanggung jawab untuk menjamin pemenuhan hak-
kepentingan mereka.6 Perkembangan dunia yang hak istimewa tersebut. 11
begitu cepat tidak lain merupakan hasil dari
Pasal 40 Konvensi Hak Anak sebagaimana
perkembangan pemikiran manusia, baik yang
telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia melalui
memberikan dampak positif maupun dampak
Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang
negatif.7 Mental anak yang masih dalam tahap
Pengesahan Convention on the Rights of the Child
pencarian jati diri, kadang mudah terpengaruh
(Konvensi Hak-hak Anak) memberikan definisi
dengan situasi dan kondisi lingkungan di

1. Penjelasan Undang-Undang Nomor 11 Tahun Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
2. Susilowati, Upaya Meminimalisasi Penggunaan Pidana Penjara Bagi Anak, (Semarang, Universitas Diponogoro, 2008). Hlm 9.
3. Ibid
4. Ibid
5. Ibid
6. Ibid
7. Ibid
8. Novie Amalia Nuraheni, Sistem Pembinaan Edukatif Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana (Semarang : Universitas Diponogoro,
2009), hlm 1
9. Ibid
10. http://www.pikiran-rakyat.com/bandungraya/2015/08/04/337054/sepuluh-ribu-anak-kiniberhadapan-dengan-hukum, diakses tanggal
26 Oktober 2017.
11. Dalam instrumen internasional kelompok rentan itu meliputi, refugees, internally displaced persons (IDPS), national minorities, migrant
workers, indigenous peoples, children; dan women. Sedangkan dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM Indonesia dalam penjelasannya
disebutkan bahwa kelompok rentan itu meliputi orang lanjut usia, anakanak, fakir miskin, wanita hamil dan penyandang cacat.

162 Peran Balai Pemasyarakatan Pada Sistem Peradilan... (Okky Chahyo Nugroho)
Jurnal

HAM Volume 8, Nomor 2, Desember 2017

yang dimaksud dengan ”Anak yang berkonflik Pertama, menjunjung asas praduga tidak bersalah,
dengan hukum adalah anak yang disangka, dengan menyatakan bahwa pelanggaran hukum
dituduh atau diakui sebagai telah melanggar yang dilakukan seorang anak bukan sebagai
undang-undang hukum pidana”.12 Majelis Umum kejahatan melainkan sebagai perilaku delinkuensi
PBB dalam Standard Minimum Rules for the yang merupakan perwujudan dari belum
Administration of Juvenile Justice13 atau yang mampunya seorang anak untuk bertanggung
dikenal dengan Beijing Rules mendefinisikan jawab.
anak yang berkonflik dengan hukum “a child or Kedua, penempatan anak dalam lembaga bukan
young person who is alleged to have committed or sebagai penghukuman melainkan untuk mendapat
who has been found to have committed an offence. pembinaan dan resosialisasi sementara pada orang
Salah satu hak istimewa anak ketika dewasa vonis.
berhadapan dengan hukum adalah dalam Ketiga, dalam proses persidangan anak bersifat
penanganan kasus hukumnya harus diberlakukan tertutup, artinya hanya diketahui oleh keluarga
berbeda dengan orang-orang dewasa.14 Pada Pasal dan pihak-pihak yang terlibat dalam peradilan,
27 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 sementara pada orang dewasa persidangan bersifat
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak menyatakan terbuka untuk umum.
“Dalam melakukan penyidikan terhadap perkara
Keempat, pada peradilan anak hadir seorang
anak, Penyidik wajib meminta pertimbangan
pekerja sosial yang memberikan social report guna
atau saran dari Pembimbing Kemasyarakatan
memberikan rekomendasi bagi hakim mengenai
setelah tindak pidana dilaporkan atau diadukan”.
penempatan.
Ayat (2) menyatakan “Dalam hal dianggap perlu,
Penyidik dapat meminta pertimbangan atau saran Kelima. Masa pembinaan anak dalam lembaga
dari ahli pendidikan, psikolog, psikiater, tokoh lebih singkat daripada orang dewasa.
agama, pekerja sosial profesional atau tenaga Keenam, dituntut adanya pemisahan antara
kesejahteraan sosial, dan tenaga ahli lainnya”. pelaku delinkuensi dan pelanggaran dewasa baik
Perlakuan istimewa terhadap anak yang selama dalam proses peradilan hingga menjalani
berkonflik dengan hukum telah dijamin dalam hukuman.
instrumen-instrumen hukum HAM nasional dan Ketujuh, dalam menangani kasus delinkuensi
internasional, baik Undang-Undang Nomor 11 harus diputuskan lebih cepat dari kasus orang
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana dewasa dan disposisi atau penempatan hakim
Anak, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2016 harus bervaria.
tentang Perlindungan Anak, dan atau instrumen Oleh karenanya pelaksanaan Sistem
hukum HAM internasional seperti Konvensi Pemasyarakatan mempunyai tujuan akhir
tentang Hak-Hak Anak, Peraturan-peraturan yaitu terciptanya kemandirian warga binaan
Minimum Standar PBB Mengenai Administrasi Pemasyarakatan atau membangun manusia
Peradilan bagi Anak (Beijing Rules) dan Pedoman mandiri.16 Sistem Peradilan pidana dalam kerangka
PBB dalam Rangka Pencegahan Tindak Pidana merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan
Anak (The Riyadh Guidelines). Namun, sampai dalam rangka menegakkan hukum pidana dan
saat ini, pelanggaran hak anak yang bermasalah menjaga ketertiban sosial, dilaksanakan mulai
dengan hukum masih berlangsung. Penanganan kerja polisi dalam melakukan penyidikan
terhadap anak bermasalah dengan hukum tidak peristiwa pidana, penuntutan oleh Jaksa Penuntut
jauh berbeda dengan penanganan kasus yang Umum, pemeriksaan perkara di pengadilan dan
dihadapi orang dewasa. 15 pelaksanaan hukuman di Lapas, Rutan dan Cabang
Perlakuan istimewa dituangkan dalam Prinsip Rutan. Seluruh rangkaian kegiatan tersebut harus
Juvenile Court di Amerika Serikat. Sebagaimana saling mendukung secara sinergis sehingga tujuan
dicatat oleh Green Wood, antara lain:

12. Lihat Pasal 40 ayat (1) KHA


13. General Assembly resolution 40/33 of 29 November 1985
14. M. Syafii, Loc.Cit
15. Ibid
16. Gunarto, Peranan Bapas Dalam Perkara Anak, diunduh dari http://bangopick.wordpress.com/2008/02/09/peranan-bapas-dalam-
perkara-anak/ diakses tanggal 26 Oktober 2017

Jurnal HAM Vol. 8 No. 2, Desember 2017: 161-174 163


Jurnal

HAM Volume 8, Nomor 2, Desember 2017

dari Sistem Peradilan Pidana tersebut dapat hukum primer mengenai ketentuan yang mengatur
tercapai. 17 Peradilan Anak, tugas dan fungsi Bapas serta
Salah satu kegiatan dalam rangkaian kegiatan bahan-bahan studi dokumen atau kepustakaan
sistem peradilan pidana tersebut dilaksanakan oleh seperti buku, majalah, makalah, jurnal, hasil
Balai Pemasyarakatan (BAPAS) yang merupakan penelitian dan situs internet yang berkaitan dengan
bagian dari kegiatan sub sistem pemasyarakatan objek yang ditulis.
narapidana atau sub-sub sistem peradilan pidana. 18 Analisis data dilakukan dengan metode
Kedudukan hukum dalam peraturan perundangan analisis kualitatif dengan penguraian secara
Indonesia dapat ditemukan dalam Undang-Undang deskriptif(pemaparan).Analisiskualitatifdeskriptif
Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan. yang digunakan dalam tulisan ini memberikan
Dalam Pasal 1 angka 4 di rumuskan bahwa pertimbangan bahwa tidak hanya dimaksudkan
Balai Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut untuk mengungkapkan atau menggambarkan data
BAPAS adalah pranata untuk melaksanakan yang dikumpulkan sebagaimana adanya, namun
bimbingan Klien Pemasyarakatan. Adapun Klien bahan hukum primer, bahan hukum sekunder,
Pemasyarakatan dirumuskan sebagai seseorang dan bahan-bahan studi dokumen atau kepustakaan
yang berada dalam bimbingan BAPAS (Pasal 1 yang ada akan di check and re-check (triangulasi)
Angka 9). Peran BAPAS tersebut dapat dilihat untuk ditemukan titik tengah dan akurasi pendapat
pada Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1999 dari berbagai pandangan sehingga menghasilkan
Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga suatu kesimpulan.
Binaan Pemasyarakatan. Menurut Pasal 1 Angka
6, Petugas Pemasyarakatan yang melaksanakan PEMBAHASAN
tugas pembimbingan klien pemasyarakatan
disebut sebagai pembimbing Kemasyarakatan.
A. Paradigma Penanganan Anak yang
Dengan demikian dalam tugasnya melakukan
Berkonflik dengan Hukum
pembimbingan terhadap klien pemasyarakatan.
Sistem Peradilan Anak dijadikan pedoman
Berdasarkan uraian di atas, maka hal
bagi penegak hukum untuk mengambil suatu
yang perlu dikaji adalah mengenai aspek hak
keputusan yang bijak dalam hal apakah penjatuhan
asasi manusia dalam peran BAPAS terhadap
sanksi pidana terhadap anak merupakan keputusan
anak yang berkonflik dengan hukum dalam
yang tepat untuk kepentingan terbaik bagi anak
rangka kepentingan terbaik bagi anak melalui
ataukah sebaliknya. Sudarto dalam bukunya
penguatan kelembangan. Tujuannya adalah untuk
Sambas menjelaskan bahwa pidana adalah
mengindentifikasi perlindungan hak anak yang
penderitaan yang sengaja dibebankan kepada
berkonflik dengan hukum dalam tugas dan fungsi
orang yang melakukann perbuatan yang memenuhi
yang dilakukan BAPAS.
syarat-syarat tertentu.20
METODE PENELITIAN Sedangkan pemidanaan merupakanakibat dari
pelanggaran hukum berupa pidana.21 Pemidanaan
Metode kualitatif dikembangkan untuk anak pada umumnya berbeda dengan pemidanaan
mengkaji kehidupan manusia dalam kasus-kasus orang dewasa. Pemidanaan terhadap anak lebih
terbatas, sifatnya kasuistik namun mendalam (in mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak.
depth) dan bersifat total atau menyeluruh (holistic), Ancaman pidana terhadap anak adalah ½ (satu per
dalam arti tidak mengenal pemilahan-pemilahan dua) dari ancaman pidana orang dewasa kecuali
gejala secara konseptual ke dalam aspek-aspeknya tindak pidana yang diancam dengan pidana mati
yang eksklusif.19 atau pidana penjara seumur hidup, maka pidana
yang dijatuhkan adalah pidana penjara paling lama
Teknik pengumpulan data bersumber pada
10 (sepuluh) tahun. Hal tersebut merupakan salah
data sekunder. Data sekunder diperoleh dari bahan

17. Ibid
18. Ibid
19. Sutandyo Wignjosoebroto, “Hukum Konsep dan Metode”, (Malang: Setara Press, 2013), hlm. 130.
20. Nandang Sambas, Pembaruan Sistem Pemidanaan Anak di Indonesia, Bandung: Refika Aditama, 2010. Hlm 12.
21. Prasetyo dan Halim. Politik Hukum Pidana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2005.Hlm 73.

164 Peran Balai Pemasyarakatan Pada Sistem Peradilan... (Okky Chahyo Nugroho)
Jurnal

HAM Volume 8, Nomor 2, Desember 2017

satu contoh perbedaan perlakuan anak dengan penuntut umum, ataupun hakim maka sanksi
orang dewasa pada umumnya. Berdasarkan pidana akan dijatuhkan kepadanya. Akan tetapi
Instrumen Internasional yang mengatur masalah penjatuhan sanksi pidana tersebut dinyatakan
perilaku delinkuensi anak dapat diklasifikasikan ke tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat
dalam criminal offence (perilaku delinkuensi anak oleh Mahkamah Konstitusi dalam Putusan
yang merupakan tindak pidana apabila dilakukan Mahakamah Konstitusi Nomor 110/PUU-X/2012.
oleh orang dewasa) dan status offence (perilaku Penanganan serta perlakuan yang baik dan tepat
delikuensi anak yang erat kaitanya dengan terhadap anak yang melakukan tindak pidana
statusnya sebagai anak).22 Hal tersebut, tidaklah sangatlah berpengaruh terhadap psikologi anak.
tepat apabila tujuan pemidanaan anak disejajarkan Maka dari itu dibutuhkan peran suatu lembaga
dengan pemidanaan orang dewasa. Pemidanaan khusus serta aparat khusus untuk menangani anak
anak telah diatur dalam Undang-Undang No yang berhadapan dengan hukum baik di tingkat
11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan. Selain itu
Anak. Dalam mengutamakan pendekatan keadilan perlu diingat bahwa tindak pidana yang dilakukan
restoratif baik dari tingkat penyidikan, penuntutan, oleh anak tidak hanya merugikan anak itu sendiri
maupun dalam persidangan. melainkan juga merugikan masyarakat.
Terdapat 3 (tiga) paradigma peradilan anak Di pengadilan nasib anak digantungkan
yang terkenal, yaitu: paradigma pembinaan kepada hakim. Hakim anak sebagai pemutus
individual (individual treatment paradigm) yang perkara anak, mempunyai peran penting dalam
menekankan pada permasalahan yang dihadapi menentukan nasib anak ke depan. Sebagaimana
pelaku bukan pada perbuatan/kerugian yang ditegaskan oleh Purniati dan kawan-kawan
diakibatkan; paradigma retributif (retributive dalam bukunya Sri Sutatiek bahwa “dalam
paradigm) dimana penjatuhan sanksi dalam sistem peradilan di Indonesia menempatkan
paradigma retributif ditentukan pada saat hakim sebagai institusi yang paling menentukan
pelaku menjalani pidana; paradigma restoratif atas nasib anak”.24 Hakim anak dalam memutus
(restorative paradigm), bahwa di dalam mencapai perkara anak harus mendahulukan kepentingan
tujuan penjatuhan sanksi, maka diikutsertakan serta kesejahteraan anak itu sendiri. Keutamaan
korban untuk berhak aktif terlibat dalam proses mendahulukan kepentingan serta kesejahteraan
peradilan, indikator pencapaian tujuan penjatuhan anak melebihi dari kepentingan masyarakat. Hal
sanksi tercapai dengan dilihat apakah korban telah tersebut sebagaimana disampaikan oleh almarhum
direstorasi, kepuasan korban dan lain sebagainya.23 Prof Sudarto dalam buku bunga rampai hukum
Di Indonesia sistem peradilan pidana pidana bahwa “Walaupun di dalam RUU disebutkan
anak menggunakan paradigma restoratif yaitu pengadilan anak mengutamakan kesejahteraan
mengutamakan keadilan restoratif. Kewajiban anak di samping kepentingan masyarakat, tetapi
mengutamakan keadilan restoratif tercantum beliau tetap berpendapat, bahwa kepentingan
dalam Pasal 5 Undang-Undang No. 11 tahun anak tidak boleh dikorbankan demi kepentingan
2012. Salah satu upaya untuk mencapai keadilan masyarakat”.25
restoratif adalah melalui upaya diversi yang Mendahulukan kesejahteraan serta
merupakan pengalihan penyelesaian perkara anak kepentingan anak juga tercantum dalam Standard
dari proses peradilan pidana ke proses di luar Minimum Rules for the Administration of Juvenile
peradilan pidana. Upaya diversi diwajibkan mulai Justice (SMR-JJ) atau yang dikenal dengan
tingakat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan istilah Beijing Rules. Dalam Rule 5.1 Aims of
perkara anak di pengadilan negeri. Juvenile Justice ditegaskan bahwa The juvenile
Apabila kewajiban pengupayaan diversi justice system shall emphasize the well being of
sengaja tidak dilaksanakan baik oleh penyidik,

22. Opcit, Sambas, 2010. Hlm 24


23. Wahyudi, S..Implementasi Diversi dalam Pembaharuan Sistem Peadilan Pidana Anak di Indonesia.Purwokerto;Genta Publishing, 2011.
Hlm 38,39
24. Sutatiek. Rekonstruksi Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana Anak di Indonesia, Urgensi Penerbitan Panduan Pemidanaan (The Sentencing
Guidlines) untuk Hakim Anak. Yogyakarta: Aswaja Presindo, 2013. Hlm 29.
25. Muladi dan Barda Nawawi, A. Bunga Rampai Hukum Pidana. Bandung: PT. Alumni, 2010. Hlm 120

Jurnal HAM Vol. 8 No. 2, Desember 2017: 161-174 165


Jurnal

HAM Volume 8, Nomor 2, Desember 2017

the juvenile and shall ensure that any reaction to Pidana Anak. Apabila kewajiban tersebut tidak
juvenile offenders shall always be in proportion dilaksanakan oleh hakim, maka terdapat implikasi
to the circumstances of both the offender and the yuridis berupa putusan batal demi hukum (Pasal 60
offence. Dalam Commentary Rule 5.1 tersebut di Ayat (4) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
atas terdapat dua tujuan penting terkait dengan Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak). Seperti
kejahatan anak, yaitu memajukan kesejahteraan yang dijelaskan juga oleh Sambas bahwa Anak
anak yang berarti menghindarkan sanksi yang berkonflik dengan hukum yang melewati tahapan-
bersifat menghukum dan prinsip proposionalitas tahapan pengadilan tanpa kehadiran pendamping
yaitu prinsip yang merupakanalat untuk mengekang atau salah satunya BAPAS cenderung untuk
penggunaan sanksi yang bersifat menghukum terjerumus kembali kedalam pelanggarannya baik
dalam arti semata-mata untuk pembalasan.26 itu dengan kasus yang sama ataupun dengan kasus
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, dapat yang berbeda.27
diperoleh pemahaman bahwa dalam menyelesaikan BAPAS adalah salah satu pihak yang terlibat
perkara anak yang berkonflik dengan hukum harus selama proses peradilan Anak yang berkonflik
mengedepankan kebaikan dan kepentingan anak dengan hukum dari awal anak ditangkap hingga
itu sendiri guna mensejahterakan dan melindungi anak menyelesaikan masa hukumannya. Hal ini
anak dari stigma negatif akibat dari proses hukum membuat BAPAS memiliki peran yang penting
yang dijalani. Hakim anak yang merupakan dalam proses peradilan Anak yang berkonflik
pejabat peradilan yang diberi wewenang oleh dengan hukum. Secara umum peran BAPAS
undang-undang untuk mengadili sekaligus sebagai dalam proses peradilan Anak yang berkonflik
penentu nasib anak harus mengedepankan prinsip dengan hukum terbagi menjadi 3 tahap, yaitu
kepentingan terbaik bagi anak agar kesuksesan tahap sebelum sidang pengadilan (pra adjudikasi)
peradilan anak dapat di capai dengan baik. yakni penyidikan, tahap saat sidang pengadilan
(adjudikasi) yakni pendampingan di persidangan
B. Peran Balai Pemasyarakatan dalam dan tahap setelah pengadilan (post adjudikasi)
Penanganan Anak yang Berkonflik dengan yakni pengawasan dan pembimbingan bagi Anak
Hukum yang berkonflik dengan hukum.28
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Berdasarkan penjelasan tersebut di atas,
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak membuat maka dapat dikemukakan bahwa peran dan fungsi
pembimbing dan pendampingan kemasyarakatan BAPAS dalam menangani perkara anak yang
mempunyai dasar hukum yang kuat dalam berkonflik dengan hukum sangat penting demi
tugasnya membuat litmas, hadir dalam sidang tercapainya tujuan dari sistem peradilan pidana
sebagai anggota sidang anak dan membimbing anak.
klien (anak yang berkonflik dengan hukum). Karena dengan adanya laporan penelitian
Selain itu BAPAS mempunyai peran dan fungsi kemasyarakatan, diharapkan keputusan yang
dalam melaksanakan penelitian kemasyarakatan diambil oleh hakim tidak melukai rasa keadilan
yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dan dapat terwujud sistem peradilan pidana yang
oleh Penyidik dalam proses diversi di tingkat menjamin perlindungan kepentingan terbaik
kepolisian, maupun ketika proses diversi di tingkat bagi anak, sehingga stigma negatif terhadap
pengadilan. anak yang berkonflik dengan hukum dapat
Selain itu laporan penelitian kemasyarakatan dihindarkan. Dalam penjelasan umum Undang-
digunakan pula sebagai salah satu bahan Undang Sistem Peradilan Pidana dijelaskan bahwa
pertimbangan hakim dalam memutus perkara tujuan dari sistem peradilan pidana anak adalah
anak yang berkonflik dengan hukum, sebagaimana untuk mewujudkan peradilan yang benar-benar
tercantum dalam Pasal 60 Ayat (3) Undang-Undang menjamin perlindungan kepentingan terbaik bagi
Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan anak yang berhadapan dengan hukum sebagai
penerus bangsa.

26. Ibid. Hlm 121


27. Nandang Sambas, Peradilan Pidana Anak di Indonesia dan Instrumen Internasional PerlindunganAnak serta Penerapannya, Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2013. Hlm 35.
28. Nashriana. Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak di Indonesia. Depok: Raja Grafindo Persada, 2012. Hlm 110-116.

166 Peran Balai Pemasyarakatan Pada Sistem Peradilan... (Okky Chahyo Nugroho)
Jurnal

HAM Volume 8, Nomor 2, Desember 2017

C. Konsep Balai Pemasyarakatan dalam Laporan Pembimbing Kemasyarakatan


Pembimbingan dan Pendampingan untuk kepentingan persidangan mencakup hal-hal
terhadap Anak yang Berkonfilk dengan sebagai berikut :
Hukum 1. Data pribadi anak, keluarga, pendidikan, dan
Sistem Peradilan Pidana Anak, Hakim Anak kehidupan sosial;
dalam mengambil serta membuat keputusan tentu 2. Latar belakang dilakukanya tindak pidana;
dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah
3. Keadaan korban dalam hal ada korban dalam
Laporan Penelitian Kemasyarakatan dari BAPAS
tindak pidana terhadap tubuh atau nyawa;
yang sangat membantu hakim dalam memutus
suatu perkara anak dengan melihat latar belakang 4. Hal lain yang dianggap perlu;
anak dan motif anak melakukan kejahatan. 5. Berita acara diversi; dan
Membuat laporan kemasyarakatan merupakan 6. Kesimpulan dan rekomendasi dari
suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
pembimbing kemasyarakatan.31
Pembimbing Kemasyarakatan. Hal tersebut
tercantum dalam Pasal 13 huruf (b) Keputusan Pasal 60 Ayat (3) Undang-Undang No.11
Bersama Ketua Mahkamah Agung, Jaksa Agung, tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Kepala Kepolisian, Menteri Hukum dan HAM, bahwa Hakim wajib mempertimbangkan laporan
Menteri Sosial, dan Menteri Pemberdayaan penelitian kemasyarakatan dari Pembimbing
Perempuan dan Perlindungan Anak bahwa Kemasyarakatan sebelum menjatuhkan putusan
BAPAS wajib membuat laporan penelitian perkara. Apabila hakim tidak mempertimbangkan
pemasyarakatan29 Sedangkan Pembimbing laporan penelitian kemasyarakatan dalam
Kemasyarakatan adalah BAPAS yang berdasarkan putusanya, maka putusan hakim tersebut
Pasal 64 ayat (1) Undang-Undang No 11 Tahun batal demi hukum. Selain itu Laporan
2012 mempunyai tugas melakukan penelitian penelitian kemasyarakatan oleh Pembimbing
kemasyarakatan, pendampingan, pembimbingan, Kemasyarakatan sangat berpengaruh terhadap
dan pengawasan terhadap anak serta membuat sukses atau tidaknya peradilan anak.
Laporan penelitian kemasyarakatan digunakan Hal tersebut sebagaimana dijelaskan oleh
untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, dan Hawnah Scaft yang dikutip dalam penelitian
persidangan. Anggraeni,32 menyatakan bahwa:
Hal senada dikatakan oleh Gultom bahwa Suksesnya peradilan anak jauh lebih banyak
hakim dalam mengambil keputusan terkait perkara tergantung pada kualitas dari probation officer
anak, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi (petugas BAPAS) daripada hakimnya. Peradilan
hakim salah satunya adalah laporan hasil Penelitian anak yang tidak memiliki korps pengawasan
Kemasyarakatan dari BAPAS yang dalam laporan percobaan yang membimbing dengan bijaksana
tersebut dijelaskan mengenai latar belakang dan dan kasih sayang ke dalam lingkungan kehidupan
keadaan anak. Selain itu pertimbangan terkait anak dan memberikan petunjuk bagi standar
dengan psikologi anak tetap harus diperhatikan pemikiran yang murni bagi anak mengenai hidup
oleh hakim dalam mengambil keputusan. Hal yang benar, hanyalah mengakibatkan fungsi
tersebut semata-mata untuk kebaikan anak itu peradilan anak menjadi kabur kalau tidak ingin
sendiri. Penanganan yang salah dalam proses menjadi sia-sia.
pengadilan anak, dapat menimbulkan pertumbuhan Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, dapat
mentalitas atau kejiwaan anak negatif dan diperoleh pemahaman bahwa kesuksesan suatu
berbahaya bagi penciptaan generasi muda untuk peradilan anak tergantung pada seberapa besar
masa mendatang.30 kualitas dari probation officer (petugas BAPAS)
yang dimaksud dalam hal ini adalah Pembimbing
Kemasyarakatan dalam melakukan penelitian

29. Margaretha, dkk. Buku Panduan Penanganan Anak Berhadapan dengan Hukum.Jakarta:P2TP2A (Pusat pelayanan terpadu pemberdayaan
perempuan dan anak), 2012. Hlm 74.
30. Maidin Gultom. Perlindungan Hukum terhadap Anak.Bandung: PT. Refika Aditama, 2013. Hlm 125.
31. Op.Cit, Hlm 32-34.
32. Anggraeni U.R. Jurnal Supermasi Hukum: Peranan Pembimbing Kemasyarakatan di dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Kota Bengkulu.
Bengkulu: Universitas Bengkulu.Volume 22 No.1. Januari 2013. Hlm 116.

Jurnal HAM Vol. 8 No. 2, Desember 2017: 161-174 167


Jurnal

HAM Volume 8, Nomor 2, Desember 2017

dan membuat laporan penelitian kemasyarakatan. khususnya Bapas untuk tidak turut campur untuk
Kualitas laporan penelitian kemasyarakatan yang mengatur warga negaranya ketika melaksanakan
digunakan hakim sebagai dasar pertimbangan haknya. Dalam hal ini memiliki kewajiban untuk
sangat mempengaruhi terhadap nasib anak. tidak melakukan tindakan-tindakan yang akan
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, menghambat pemenuhan dari seluruh hak asasi
dapat ditegaskan bahwa laporan penelitian anak.33
kemasyarakatan berpengaruh terhadap hakim Melindungi (obligation to protect):
sebelum menjatuhkan putusan perkara. Akan tetapi merupakan kewajiban aparat penegak hukum
dalam implementasinya terkadang hakim seakan- khususnya Bapas agar bertindak aktif untuk
akan tidak mengindahkan laporan penelitian memberi jaminan perlindungan terhadap hak
kemasyarakatan. Misalnya dalam kasus pencurian asasi anak. Dalam hal ini berkewajiban untuk
tiga (3) ekor bebek di Purbalingga dijatuhi hukuman mengambil tindakan-tindakan untuk mencegah
pidana. Seperti yang dilangsir oleh media Suara pelanggaran semua hak asasi anak oleh oknum
Merdeka.com diterangkan bahwa dalam kasus penegak hukum. 34
pencurian tiga (3) ekor bebek di Purbalingga, hakim Memenuhi (obligation to fulfill): merupakan
Pengadilan Negeri Purbalingga dalam memutus kewajiban dan tanggung jawab aparat penegak
perkara tidak mengindahkan saran BAPAS untuk hukum khususnya Bapas untuk bertindak secara
melakukan tindakan dikembalikan ke orang tua. aktif agar semua warga negaranya itu bisa
Akan tetapi hakim memilih menjatuhkan vonis terpenuhi hak-haknya. Negara berkewajiban
hukuman 2 (dua) bulan 15 (lima belas hari) hari untuk mengambil langkah-langkah legislatif,
(Suara Merdeka.com). Dalam kasus pencurian administratif, hukum, dan tindakan-tindakan
bebek di Purbalingga sebagaimana dijelaskan di lain untuk merealisasikan secara penuh hak asasi
atas, dapat diperoleh pemahaman bahwa hakim anak.35
dalam memutus perkara anak tersebut tidak
Kewajiban untuk menghormati, melindungi
mengindahkan laporan penelitian serta saran dari
dan memenuhi Hak Anak, masing-masing
BAPAS, padahal sudah ditentukan dengan jelas
mengandung unsur kewajiban aparat penegak
dalam ketentuan perundang-undangan bahwa
hukum dan masyarakat untuk bertindak (obligation
hakim wajib mempertimbankan laporan Penelitian
to conduct) serta kewajiban untuk berdampak
Kemasyarakatan.
(obligation to result):
D. Upaya Balai Pemasyarakatan dalam Kewajiban untuk bertindak (obligation to
Melindungi Hak Anak yang Berkonflik conduct): mensyaratkan aparat penegak hukum
Hukum khususnya Bapas melakukan langkah-langkah
Perlindungan hak anak yang berhadapan tertentu untuk melaksanakan pemenuhan suatu
dengan hukum dalam konteks HAM Internasional hak, yaitu melindungi hak anak dalam proses
merupakan salah satu bagian dari serangkaian peradilan diperlukan prasarana dan sarana, serta
kewajiban yang harus dipenuhi oleh negara yaitu sumber daya manusia yang memadai sesuai
untuk: menghormati (to respect), melindungi dengan peraturan yang mengaturnya Bahkan
(to protect), dan memenuhi (to fulfill). Secara memberikan alternatif solusi dalam penanganan
normatif, berlandaskan pada standar Hak Asasi anak yang berkonflik dengan hukum sehingga
Manusia Internasional maupun Konstitusi dapat mencegah timbulnya masalah baru apabila
(termasuk ketentuan HAM secara nasional) dan anak tetap di proses diperadilan melalui hasil
secara operasional ditujukan untuk memajukan Penelitian Kemasyarakatan.36
pelaksanaan HAM. Kewajiban untuk berdampak (obligation to
Menghormati (obligation to respect): result), yaitu mendorong aparat penegak hukum/
merupakan kewajiban aparat penegak hukum

33. Lihat Pembangunan Berbasis Hak Asasi Manusia: Sebuah Panduan, Kerja sama antara Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS
HAM) dengan Australian Government (AusAID), 2007, hlm. 8
34. Ibid, hlm. 8
35. Ibid, hlm. 8
36. Ibid, hlm. 8

168 Peran Balai Pemasyarakatan Pada Sistem Peradilan... (Okky Chahyo Nugroho)
Jurnal

HAM Volume 8, Nomor 2, Desember 2017

Bapas untuk mencapai sasaran tertentu guna tertera di bawah ini berdasarkan pemikiran
memenuhi standar substansif yang terukur. Aparat Soerjono Soekanto mengenai 5 (lima) faktor yang
penegak hukum memberikan perhatian yang mempengaruhi penegakan hukum di masyarakat.
khusus dan terus menerus tentang perlindungan 1) Faktor hukumnya sendiri (Peraturan
anak tidak hanya anak yang berkonflik dengan Perundang-undangan)
hukum tetapi di semua kehidupan sehingga
Upaya dukungan yang dilakukan oleh negara
pemenuhan, penghormatan dan perlindungan bagi
(pemerintah) untuk menerbitkan kebijakan atau
anak dapat tercapai sesuai dengan standar HAM
peraturan perundang-undangan dalam rangka
Internasional (Konvensi Hak Anak).37
penanganan anak yang berhadapan dengan hukum
Tentunya pelaksanaan dilakukan oleh telah diberlakukan yaitu:
pranata/lembaga dalam Sistem Peradilan Pidana
Anak untuk melindungi anak yang berkonflik  Undang-undang No. 12 Tahun 1995
dengan hukum harus berlandaskan Hak Asasi tentang Pemasyarakatan, mengupayakan
Manusia, khususnya pemenuhan, penghormatan mempercepat pembebasan bagi anak yang
dan perlindungan anak tidak lepas dari asas telah masuk dalam lembaga pemasyarakatan.
Pancasila dan berlandaskan kepada Undang-  Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang
undang Dasar 1945 serta prinsip-prinsip dasar Hak Asasi Manusia, yang intinya dari pasal
Konvensi Hak Anak meliputi:38 52-66 adalah menyatakan bahwa setiap anak
1) Nondiskriminasi, berhak tidak dijadikan sasaran penganiayaan,
2) Kepentingan yang terbaik bagi anak, penyiksaan atau penjatuhan hukuman
yang tidak manusiawi, tidak dirampas
3) Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan
kebebasannya secara melawan hukum.
perkembangan,
Hukuman mati atau hukuman seumur
4) Penghargaan terhadap pendapat anak. hidup tidak adapat dijatuhkan pada mereka.
Dalam kaitannya dengan penguatan peran Penangkapan, penahanan atau pidana penjara
BAPAS, dalam undang-undang ini pembimbing anak hanya dapat dilaksanakan sebagai upaya
kemasyarakatan (sering disebut sebagai PK terakhir.
BAPAS) tidak lagi bekerja secara mandiri, namun
lebih diarahkan pada sinergi antar komponen  Undang-undang No. 35 Tahun 2014 tentang
petugas kemasyarakatan. Pasal 61 Undang-undang Perlindungan Anak, yang intinya mengatakan
No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Pengadilan bahwa perlindungan khusus bagi anak yang
Pidana Anak tersebut menggambarkan sinergi berhadapan dengan hukum dilaksanakan
dari ketiga komponen petugas kemasyarakatan melalui: perlakuan secara manusiawi
sebagaimana yang disebutkan pula di dalam Pasal sesuai hak-hak anak, penyediaan petugas
65 Ayat 2 dan 67 Ayat 2. Sinergi tersebut harus pendamping khusus sejak dini, penyediaan
terus diperkuat pada tiap tahapan dalam sistem sarana dan prasarana khusus, penjatuhan
peradilan anak dengan tetap memperhatikan tugas sanksi yang tepat untuk kepentingan yang
pokok masing-masing komponen yang ada. Namun terbaik bagi anak, pemantauan dan pencatatan
demikian hambatan “klasik” masih menjadi faktor terus menerus terhadap perkembangan anak
penghambat penguatan peran BAPAS. yang berhadapan dengan hukum, jaminan
Penanganan anak yang berhadapan dengan untuk mempertahankan hubungan dengan
hukum berdasarkan Sistem Peradilan Pidana orang tua atau keluarga dan perlindungan
Anak tidak terlepas adanya faktor-faktor yang dari pemberitaan media/labelisasi
mempengaruhi pelaksanaannya yaitu faktor
 Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang
pendukung dan penghambat.39 Pembahasan
mengenai faktor pendukung dan penghambat Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA)
salah satu pasalnya yaitu: Pasal 5 Ayat

37. Ibid, hlm. 9


38. Lihat Undang-undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, Pasal 2.
39. Lihat Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008.

Jurnal HAM Vol. 8 No. 2, Desember 2017: 161-174 169


Jurnal

HAM Volume 8, Nomor 2, Desember 2017

(1) menyebutkan bahwa; dalam sistem Agung; Jaksa Agung; Kepala Kepolisian
peradilan pidana anak wajib mengutamakan Negara; Menteri Hukum dan HAM; Menteri
pendekatan keadilan restoratif. Kemudian Sosial; dan Menteri Negara Pemberdayaan
pada Ayat (3) nya juga disebutkan bahwa; Perempuan dan Perlindungan Anak tentang
dalam sistem peradilan pidana anak wajib Penanganan ABH.
diupayakan diversi  Kepolisian dan Kementerian Hukum dan
 Keputusan Bersama 6 (enam) Instansi yakni: HAM c.q Pemasyarakatan sebagai bagian
Mahkamah Agung, Kepolisian RI, Kejaksaan dari proses penanganan Pidana Terpadu tidak
Agung, Kementerian Hukum dan HAM, mampu berbuat banyak untuk mengusahakan
Kementerian Sosial, dan Kementerian Negara diversi, sehingga mengakibatkan
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan over capacity penghuni di Lembaga
Anak Republik Indonesia tentang Penanganan Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan,
Anak yang Berhadapan dengan Hukum. dan selanjutnya mempersempit ruang
Keputusan Bersama ini dimaksudkan untuk gerak Pembinaan maupun Pembimbingan
mewujudkan keterpaduan dalam upaya terhadap Warga Binaan maupun Anak Didik
penyelesaian perkara Penanganan Anak yang Pemasyarakatan.
Berhadapan dengan Hukum yang dilakukan  Keterlambatan pendampingan ABH oleh
secara terkoordinasi oleh aparat penegak pihak BAPAS, karena keterlambatan
hukum dan semua pihak terkait. penyampain surat pendampingan dari
 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Kepolisian. Sebenarnya sudah jelas dalam
Indonesia Nomor 12 Tahun 2009 tentang Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Pengawasan dan Pengendalian Penanganan Indonesia Nomor 12 Tahun 2009 menyatakan
Perkara Pidana di Lingkungan Kepolisian bahwa anak harus didampingi BAPAS pada
Negara republik Indonesia. Peraturan Kepala saat masuk dalam proses penyidikan.
Kepolisian RI ini menegaskan peran BAPAS Dukungan yang dapat ditemui dalam
seperti yang disebutkan dalam Pasal 105, penanganan ABH pada faktor penegak hukum
dinyatakan bahwa Dalam hal melaksanakan adalah:
tindakan pemeriksaan terhadap anak,  Penguatan Peran BAPAS berupa kerja sama
petugas wajib mempertimbangkan hak untuk antar instansi terkait, guna memperkecil
mendapatkan petugas pendamping khusus kesenjangan dalam forum Integrated
untuk anak yaitu hak untuk didampingi oleh Criminal Justice System (ICJS);
BAPAS dan orang tua.
 Meningkatkan Pelaksanaan Pembimbingan
2) Faktor penegak hukum dan Pengawasan yang dilakukan oleh
Hambatan yang ditemui dalam rangka BAPAS berkoordinasi dengan Dinas Sosial
penanganan anak yang berhadapan dengan hukum guna mengantisipasi pengulangan kembali
yaitu faktor penegak hukum itu sendiri diantaranya: dilakukannya tindak pidana serta pemulihan
 Terjadinya singgungan antar komponen psikis anak melalui konsultasi sosial dalam
disebabkan menguatnya sikap ego sektoral rangka mengembalikan kepercayaan diri
diantara komponen Integrated Criminal anak (advokasi sosial) ;
Justice System (ICJS) yang ada ;  Memberikan akses informasi kepada
 Keterlambatan proses disebabkan birokrasi; kejaksaan, kepolisian dan hakim tentang
 Kurangnya komitmen untuk berkoordinasi adanya rumah aman bagi anak yang
antar lintas sektoral (kelembagaan) dalam berhadapan dengan hukum;
sistem peradilan pidana anak. 3) Faktor sarana atau fasilitas
 Lemahnya tindak lanjut terhadap kesepakatan Hambatan yang ditemui dalam penanganan
dan komitmen yang dibuat, yaitu dalam Surat ABH yaitu faktor sarana dan fasilitas, diantaranya:
Keputusan Bersama antara Ketua Mahkamah

170 Peran Balai Pemasyarakatan Pada Sistem Peradilan... (Okky Chahyo Nugroho)
Jurnal

HAM Volume 8, Nomor 2, Desember 2017

 Belum adanya SDM maupun sarana yang 5) Faktor kebudayaan


diamanahkan dalam undang-undang sistem Hambatan yang ditemui oleh pemerintah
peradilan pidana anak, seperti adanya pekerja atau negara dalam penanganan ABH adalah faktor
kerja sosial professional; tenaga kesejahteraan kebudayaan itu sendiri seperti:
sosial, dan lembaga penempatan anak  Aparat penegak hukum (BAPAS) menemui
sementara (LPAS). kesulitan mengenai penanganan ABH
 Terbatasnya Anggaran yang dialokasikan disebabkan nilai-nilai atau kebiasaan yang
guna pelaksanaan tugas pembimbingan dan ada di masyarakat berbeda meskipun berada
pendampingan Anak yang Berkonflik dengan dalam satu wilayah atau daerah yang sama.
Hukum (ABH).  Pemahaman masyarakat negatif terhadap
Dukungan yang dapat ditemui dalam anak yang melakukan pelanggaran hukum
penanganan ABH pada faktor sarana dan fasilitas sehingga aparat penegak hukum mengalami
adalah: kendala dalam perlindungan hak ABH.
 Adanya usulan dibentuknya BAPAS di tiap-  Adanya aturan hukum yang tidak tertulis yang
tiap Kab/Kota guna mengatasi keterbatasan berada di masyarakat sehingga penanganan
jangkauan wilayah tugas serta dilengkapi bagi anak yang melakukan pelanggaran
dengan sarana pendukung berupa; “Rumah hukum tidak di proses oleh aparat penegak
Pengembangan Kepribadian Anak/remaja hukum nanum cukup dilakukan oleh aparat
yang sedang berhadapan dengan Hukum/ desa atau kepala dusun setempat.
ABH, tetapi bukan bentuk bangunan
LAPAS ANAK meskipun berubah nama KESIMPULAN
menjadi Lembaga Pemasyarakatn Khusus
Anak (LPKA)“, guna kepentingan terbaik Belum maksimalnya perlindungan hak
bagi anak pasca mediasi dalam pelaksanaan anak dalam peran BAPAS untuk pembimbingan
restorative justice. dan pendampingan oleh, yaitu: masih
ditemukan keterlambatan pembuatan litmas dan
 Adanya usulan dialokasikan dana khusus
pendampingan, dikarenakan adanya keterlambatan
guna mendukung pelaksanaan tugas
surat dari kepolisian untuk membuat Litmas
pembimbingan dan pengawasan dan dan pendampingan oleh BAPAS. Kurangnya
pendampingan ABH oleh BAPAS; dan upaya perdamaian (diversi) yang dilakukan
4) Faktor masyarakat oleh Kepolisian dan BAPAS dan masih adanya
Hambatan yang ditemui oleh pemerintah pelanggaran terhadap hak anak oleh aparat
atau negara dalam penanganan ABH adalah faktor hukum (terutama terhadap psikis Anak Berkonflik
masyarakat itu sendiri seperti: dengan Hukum (ABH)). Undang-Undang Sistem
Peradilan Pidana Anak (UU No.11/2012) sudah
 Sudut pandang masyarakat terhadap kejahatan
mengamanahkan bahwa demi kepentingan terbaik
atau pelanggaran hukum yang dilakukan
untuk anak maka ABH harus dilindungi melalui
oleh anak meskipun masih dikategorikan
keterlibatan BAPAS sehingga hasil Penelitian
belum dewasa tetap dianggap sebagai pelaku Kemasyarakatan (PK) berkualitas sehingga
kejahatan dan di hukum, sebagai contoh menjadi pertimbangan aparat hukum yang lain
kasus mencuri kotak amal masjid sebesar 37 khususnya hakim.
ribu rupiah, pihak masjid mau berdamai, jika
diganti-rugi sebesar lima juta rupiah. Apabila SARAN
tidak dibayar dengan jumlah demikian tetap
di proses hukum. Penguatan Peran BAPAS, guna memperkecil
 Pemahaman masyarakat tentang arti kesenjangan dalam forum Integrated Criminal
pentingnya perlindungan hak anak khususnya Justice System (ICJS), berupa Peningkatan
anak yang berhadapan dengan hukum, Pelaksanaan koordinasi dengan pemangku
kepentingan terutama pihak Kepolisian dalam
sehingga HAM dari anak tersebut tidak
rangka Pendampingan, Pembimbingan dan
terlanggar.

Jurnal HAM Vol. 8 No. 2, Desember 2017: 161-174 171


Jurnal

HAM Volume 8, Nomor 2, Desember 2017

Pengawasan serta mengantisipasi pengulangan


kembali dilakukannya tindak pidana.
Pengusulan pengalokasian anggaran
khusus guna mendukung pelaksanaan tugas
pendampingan, pembimbingan dan pengawasan
serta pendampingan sidang Anak (ABH) dan
terhadap Klien Pemasyarakatan, pengusulan
pelaksanaan diklat dan sertifikasi kompetensi
terhadap personal PK BAPAS, guna peningkatkan
profesionalisme, penunjukan PK Bapas Exopissio
terhadap petugas Lapas/Rutan yang memiliki
kompetensi dan dedikasi dalam bidang penanganan
ABH di daerah yang sulit terjangkau oleh Kantor
BAPAS.

172 Peran Balai Pemasyarakatan Pada Sistem Peradilan... (Okky Chahyo Nugroho)
Jurnal

HAM Volume 8, Nomor 2, Desember 2017

DAFTAR PUSTAKA Surbakti, Natangsa, Sifat Melawan Hukum


Materiel dan Implikasinya terhadap HAM
Buku: Kolektif Atas Pembangunan di Indonesia,
dalam Muladi (ed), Hak Asasi Manusia,
Buku Pedoman Perlindungan Terhadap Anak
Hakekat, Konsep dan Implikasinya dalam
yang Berhadapan dengan Hukum, kerjasama
Perspektif Hukum dan Masyarakat, cet. 1.,
antara POLRI- UNICEF, 2004.
PT. Refika Aditama, Bandung, 2005.
Gultom, Maidin, Perlindungan Hukum Terhadap
Sutandyo Wignjosoebroto, “Hukum Konsep dan
Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak
Metode”, (Malang: Setara Press, 2013).
di Indonesia, Refika Aditama, Jakarta, 2008
Sutatiek. Rekonstruksi Sistem Sanksi dalam
Gultom, M.Perlindungan Hukum terhadap Anak.
Hukum Pidana Anak di Indonesia, Urgensi
Bandung: PT. Refika Aditama, 2013.
Penerbitan Panduan Pemidanaan (The
Margaretha, dkk. Buku Panduan Penanganan Anak Sentencing Guidlines) untuk Hakim Anak.
Berhadapan dengan Hukum.Jakarta:P2TP2A Yogyakarta: Aswaja Presindo, 2013.
(Pusat pelayanan terpadu pemberdayaan
Suwandi, Instrumen dan Penegakan HAM di
perempuan dan anak), 2012.
Indonesia, dalam Muladi (ed), Hak Asasi
Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Manusia, Hakekat, Konsep dan Implikasinya
Badan Penerbit Cetakan ke II, Universitas dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat,
Diponegoro, Semarang, 2004. cet. I., PT. Refika Aditama, Bandung, 2005
Muladi sebagaimana dikutip oleh Eriyantouw Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak, Cetakan
Wahid, Keadilan Restoratif dan Peradilan Kedua, Refika Aditama, 2008.
Konvensional dalam Hukum Pidana, Penerbit
Wahyudi, S. Implementasi Diversi dalam
Universitas Trisakti, Jakarta, 2009.
Pembaharuan Sistem Peadilan Pidana Anak
Muladi dan Barda Nawawi, A.Bunga Rampai di Indonesia.Purwokerto;Genta Publishing,
Hukum Pidana. Bandung : PT. Alumni, 2010. 2011.
Nuraheni, Novie Amalia, Sistem Pembinaan
Edukatif Terhadap Anak Sebagai Pelaku Regulasi Internasional dan Nasional:
Tindak Pidana (Semarang : Universitas General Assembly resolution 40/33 of 29
Diponogoro, 2009). November 1985
Pembangunan Berbasis Hak Asasi Manusia: Dalam instrumen internasional kelompok rentan
Sebuah Panduan, Kerja sama antara Komisi itu meliputi, refugees, internally displaced
Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS persons (IDPS), national minorities, migrant
HAM) dengan Australian Government workers, indigenous peoples, children;
(AusAID). dan women. Sedangkan dalam UU No. 39
Perlindungan Anak, Sebuah Buku Panduan bagi tahun 1999 tentang HAM Indonesia dalam
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Inter- penjelasannya disebutkan bahwa kelompok
Parlementary Union, 2004. rentan itu meliputi orang lanjut usia, anak-
anak, fakir miskin, wanita hamil dan
Prasetyo dan Halim. Politik Hukum Pidana.
penyandang cacat.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Konvensi Hak-Hak Anak (diratifikasi melalui
Sambas, N..Pembaruan Sistem Pemidanaan Anak
Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990)
di Indonesia.Bandung: Refika Aditama, 2010
Peraturan-Peraturan Minimum Standar PBB
Soekanto, Soerjono, Faktor-faktor yang
mengenai Administrasi Peradilan Bagi Anak
Mempengaruhi Penegakan Hukum,
(Beijing Rules), Resolusi Majelis PBB
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008.
No.40/33 tanggal 29 November 1985
Susilowati, Upaya Meminimalisasi Penggunaan
Pidana Penjara Bagi Anak, (Semarang,
Universitas Diponogoro, 2008

Jurnal HAM Vol. 8 No. 2, Desember 2017: 161-174 173


Jurnal

HAM Volume 8, Nomor 2, Desember 2017

Pedoman Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang


Pencegahan Tindak Pidana Anak (Riyadh
Guidelines), Resolusi Majelis PBB No.45/112
tanggal 14 Desember 1990
Peraturan PBB untuk Perlindungan Anak yang
Dicabut Kebebasannya (Havana Rule/
Juvenile Deprived Liberty), Resolusi Majelis
PBB No.45/113 tanggal 14 Desember 1990
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995, tentang
Pemasyarakatan.
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014, tentang
Perlindungan Anak
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA).

Sumber Lain:
Jurnal, Laporan Penelitian,Website
Anggraeni U.R. Jurnal Supermasi Hukum:
Peranan Pembimbing Kemasyarakatan di
dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Kota
Bengkulu. Bengkulu: Universitas Bengkulu.
Volume 22 No.1. Januari 2013.
Gunarto, Peranan Bapas Dalam Perkara Anak,
diunduh dari http://bangopick.wordpress.
com/2008/02/09/peranan-bapas-dalam-
perkara-anak/ tanggal 26 Oktober 2017
M. Syafie, Perlindungan dan Hak-Hak Anak Yang
berkonflik dengan Hukum diunduh dari
http://www.docstoc.com/.../ANAK-YANG-
BERKONFLIK-DENGAN-HUKUM ,
diakses pada 30 Oktober 2017
Menggugat Peran Negara, Pemerintah, Masyarakat
dan Orang Tua dalam Menjaga dan http://
komnaspa.wordpress.com/2011/12/21/
catatan-akhir-tahun-2011-komisi-nasional-
perlindungan-anak/

174 Peran Balai Pemasyarakatan Pada Sistem Peradilan... (Okky Chahyo Nugroho)

You might also like