Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Children involved in the criminal justice system for law violation should be of special concern by law
enforcers. The Penal Institution (Balai Pemasyarakatan) must, of course, play major role in providing
recommendations to the police, prosecutors and courts to protect the children’s rights. The children in the
national and international human rights instruments pose a position as a vulnerable group that deserve special
treatments, and the state is responsible to ensure the fulfilment of such privileges. Consequently, it is necessary
to review the Human Rights aspects in the counselling and advocating system applied by the Penal Institution
(Balai Pemasyarakatan) to the children in conflict with the law. The goal is to identify the protection of the
rights of the children in conflict with the law during the counselling and advocating process by the Penal
Institution (Balai Pemasyarakatan). The method used in this paper is descriptive qualitative analysis of the
data collected from primary legal materials, secondary legal materials, and documents of study materials or
literature. According to the discussion in this paper, it is evident that the protection of the children rights in the
counselling and advocating system by the Penal Institution (Balai Pemasyarakatan) has not been optimum as
one may find delayed public research and advocation by the Penal Institution (Balai Pemasyarakatan) so that
it is necessary to strengthen of institutional capacity, as the Penal Institution (Balai Pemasyarakatan) plays
significant roles in the protection of children rights, as may be provided for in the Law of Juvenile Criminal
Justice System.
Keywords: Children Rights, Balai Pemasyarakatan, Juvenille Justice System.
ABSTRAK
Anak masuk dalam sistem peradilan pidana karena melakukan pelanggaran hukum harus menjadi perhatian
khusus oleh para penegak hukum, tentunya Balai Pemasyarakatan mempunyai peran besar dalam memberikan
rekomendasi kepada pihak kepolisian, kejaksaan, pengadilan dalam rangka perlindungan hak anak. Posisi
anak-anak dalam instrumen HAM nasional dan internasional ditempatkan sebagai kelompok rentan yang
harus diberlakukan istimewa, dan negara mempunyai tanggung jawab untuk menjamin pemenuhan hak-hak
istimewa tersebut. Oleh sebab itu, hal yang perlu di kaji adalah mengenai aspek hak asasi manusia dalam
sistem pembimbingan dan pendampingan yang dilakukan oleh Balai Pemasyarakatan terhadap anak yang
berkonflik dengan hukum. Tujuannya adalah untuk mengindentifikasi perlindungan hak anak yang berkonflik
dengan hukum dalam pembimbingan dan pendampingan yang dilakukan Balai Pemasyarakatan. Metode yang
digunakan dalam tulisan ini adalah analisis kualitatif deskriptif melalui data yang dikumpulkan bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder, dan bahan-bahan studi dokumen atau kepustakaan. Berdasarkan pembahasan
dalam tulisan ini dapat dikemukakan belum maksimalnya perlindungan hak anak dalam sistem pembimbingan
dan pendampingan oleh BAPAS, yaitu: masih ditemukan keterlambatan pembuatan litmas dan pendampingan
oleh BAPAS, sehingga diperlukan penguatan kapasitas lembaga, karena peran BAPAS menjadi sangat penting
di dalam perlindungan anak, sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana
Anak.
Kata Kunci: Hak Anak, Balai Pemasyarakatan, Sistem Peradilan Pidana Anak.
1. Penjelasan Undang-Undang Nomor 11 Tahun Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
2. Susilowati, Upaya Meminimalisasi Penggunaan Pidana Penjara Bagi Anak, (Semarang, Universitas Diponogoro, 2008). Hlm 9.
3. Ibid
4. Ibid
5. Ibid
6. Ibid
7. Ibid
8. Novie Amalia Nuraheni, Sistem Pembinaan Edukatif Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana (Semarang : Universitas Diponogoro,
2009), hlm 1
9. Ibid
10. http://www.pikiran-rakyat.com/bandungraya/2015/08/04/337054/sepuluh-ribu-anak-kiniberhadapan-dengan-hukum, diakses tanggal
26 Oktober 2017.
11. Dalam instrumen internasional kelompok rentan itu meliputi, refugees, internally displaced persons (IDPS), national minorities, migrant
workers, indigenous peoples, children; dan women. Sedangkan dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM Indonesia dalam penjelasannya
disebutkan bahwa kelompok rentan itu meliputi orang lanjut usia, anakanak, fakir miskin, wanita hamil dan penyandang cacat.
162 Peran Balai Pemasyarakatan Pada Sistem Peradilan... (Okky Chahyo Nugroho)
Jurnal
yang dimaksud dengan ”Anak yang berkonflik Pertama, menjunjung asas praduga tidak bersalah,
dengan hukum adalah anak yang disangka, dengan menyatakan bahwa pelanggaran hukum
dituduh atau diakui sebagai telah melanggar yang dilakukan seorang anak bukan sebagai
undang-undang hukum pidana”.12 Majelis Umum kejahatan melainkan sebagai perilaku delinkuensi
PBB dalam Standard Minimum Rules for the yang merupakan perwujudan dari belum
Administration of Juvenile Justice13 atau yang mampunya seorang anak untuk bertanggung
dikenal dengan Beijing Rules mendefinisikan jawab.
anak yang berkonflik dengan hukum “a child or Kedua, penempatan anak dalam lembaga bukan
young person who is alleged to have committed or sebagai penghukuman melainkan untuk mendapat
who has been found to have committed an offence. pembinaan dan resosialisasi sementara pada orang
Salah satu hak istimewa anak ketika dewasa vonis.
berhadapan dengan hukum adalah dalam Ketiga, dalam proses persidangan anak bersifat
penanganan kasus hukumnya harus diberlakukan tertutup, artinya hanya diketahui oleh keluarga
berbeda dengan orang-orang dewasa.14 Pada Pasal dan pihak-pihak yang terlibat dalam peradilan,
27 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 sementara pada orang dewasa persidangan bersifat
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak menyatakan terbuka untuk umum.
“Dalam melakukan penyidikan terhadap perkara
Keempat, pada peradilan anak hadir seorang
anak, Penyidik wajib meminta pertimbangan
pekerja sosial yang memberikan social report guna
atau saran dari Pembimbing Kemasyarakatan
memberikan rekomendasi bagi hakim mengenai
setelah tindak pidana dilaporkan atau diadukan”.
penempatan.
Ayat (2) menyatakan “Dalam hal dianggap perlu,
Penyidik dapat meminta pertimbangan atau saran Kelima. Masa pembinaan anak dalam lembaga
dari ahli pendidikan, psikolog, psikiater, tokoh lebih singkat daripada orang dewasa.
agama, pekerja sosial profesional atau tenaga Keenam, dituntut adanya pemisahan antara
kesejahteraan sosial, dan tenaga ahli lainnya”. pelaku delinkuensi dan pelanggaran dewasa baik
Perlakuan istimewa terhadap anak yang selama dalam proses peradilan hingga menjalani
berkonflik dengan hukum telah dijamin dalam hukuman.
instrumen-instrumen hukum HAM nasional dan Ketujuh, dalam menangani kasus delinkuensi
internasional, baik Undang-Undang Nomor 11 harus diputuskan lebih cepat dari kasus orang
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana dewasa dan disposisi atau penempatan hakim
Anak, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2016 harus bervaria.
tentang Perlindungan Anak, dan atau instrumen Oleh karenanya pelaksanaan Sistem
hukum HAM internasional seperti Konvensi Pemasyarakatan mempunyai tujuan akhir
tentang Hak-Hak Anak, Peraturan-peraturan yaitu terciptanya kemandirian warga binaan
Minimum Standar PBB Mengenai Administrasi Pemasyarakatan atau membangun manusia
Peradilan bagi Anak (Beijing Rules) dan Pedoman mandiri.16 Sistem Peradilan pidana dalam kerangka
PBB dalam Rangka Pencegahan Tindak Pidana merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan
Anak (The Riyadh Guidelines). Namun, sampai dalam rangka menegakkan hukum pidana dan
saat ini, pelanggaran hak anak yang bermasalah menjaga ketertiban sosial, dilaksanakan mulai
dengan hukum masih berlangsung. Penanganan kerja polisi dalam melakukan penyidikan
terhadap anak bermasalah dengan hukum tidak peristiwa pidana, penuntutan oleh Jaksa Penuntut
jauh berbeda dengan penanganan kasus yang Umum, pemeriksaan perkara di pengadilan dan
dihadapi orang dewasa. 15 pelaksanaan hukuman di Lapas, Rutan dan Cabang
Perlakuan istimewa dituangkan dalam Prinsip Rutan. Seluruh rangkaian kegiatan tersebut harus
Juvenile Court di Amerika Serikat. Sebagaimana saling mendukung secara sinergis sehingga tujuan
dicatat oleh Green Wood, antara lain:
dari Sistem Peradilan Pidana tersebut dapat hukum primer mengenai ketentuan yang mengatur
tercapai. 17 Peradilan Anak, tugas dan fungsi Bapas serta
Salah satu kegiatan dalam rangkaian kegiatan bahan-bahan studi dokumen atau kepustakaan
sistem peradilan pidana tersebut dilaksanakan oleh seperti buku, majalah, makalah, jurnal, hasil
Balai Pemasyarakatan (BAPAS) yang merupakan penelitian dan situs internet yang berkaitan dengan
bagian dari kegiatan sub sistem pemasyarakatan objek yang ditulis.
narapidana atau sub-sub sistem peradilan pidana. 18 Analisis data dilakukan dengan metode
Kedudukan hukum dalam peraturan perundangan analisis kualitatif dengan penguraian secara
Indonesia dapat ditemukan dalam Undang-Undang deskriptif(pemaparan).Analisiskualitatifdeskriptif
Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan. yang digunakan dalam tulisan ini memberikan
Dalam Pasal 1 angka 4 di rumuskan bahwa pertimbangan bahwa tidak hanya dimaksudkan
Balai Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut untuk mengungkapkan atau menggambarkan data
BAPAS adalah pranata untuk melaksanakan yang dikumpulkan sebagaimana adanya, namun
bimbingan Klien Pemasyarakatan. Adapun Klien bahan hukum primer, bahan hukum sekunder,
Pemasyarakatan dirumuskan sebagai seseorang dan bahan-bahan studi dokumen atau kepustakaan
yang berada dalam bimbingan BAPAS (Pasal 1 yang ada akan di check and re-check (triangulasi)
Angka 9). Peran BAPAS tersebut dapat dilihat untuk ditemukan titik tengah dan akurasi pendapat
pada Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1999 dari berbagai pandangan sehingga menghasilkan
Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga suatu kesimpulan.
Binaan Pemasyarakatan. Menurut Pasal 1 Angka
6, Petugas Pemasyarakatan yang melaksanakan PEMBAHASAN
tugas pembimbingan klien pemasyarakatan
disebut sebagai pembimbing Kemasyarakatan.
A. Paradigma Penanganan Anak yang
Dengan demikian dalam tugasnya melakukan
Berkonflik dengan Hukum
pembimbingan terhadap klien pemasyarakatan.
Sistem Peradilan Anak dijadikan pedoman
Berdasarkan uraian di atas, maka hal
bagi penegak hukum untuk mengambil suatu
yang perlu dikaji adalah mengenai aspek hak
keputusan yang bijak dalam hal apakah penjatuhan
asasi manusia dalam peran BAPAS terhadap
sanksi pidana terhadap anak merupakan keputusan
anak yang berkonflik dengan hukum dalam
yang tepat untuk kepentingan terbaik bagi anak
rangka kepentingan terbaik bagi anak melalui
ataukah sebaliknya. Sudarto dalam bukunya
penguatan kelembangan. Tujuannya adalah untuk
Sambas menjelaskan bahwa pidana adalah
mengindentifikasi perlindungan hak anak yang
penderitaan yang sengaja dibebankan kepada
berkonflik dengan hukum dalam tugas dan fungsi
orang yang melakukann perbuatan yang memenuhi
yang dilakukan BAPAS.
syarat-syarat tertentu.20
METODE PENELITIAN Sedangkan pemidanaan merupakanakibat dari
pelanggaran hukum berupa pidana.21 Pemidanaan
Metode kualitatif dikembangkan untuk anak pada umumnya berbeda dengan pemidanaan
mengkaji kehidupan manusia dalam kasus-kasus orang dewasa. Pemidanaan terhadap anak lebih
terbatas, sifatnya kasuistik namun mendalam (in mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak.
depth) dan bersifat total atau menyeluruh (holistic), Ancaman pidana terhadap anak adalah ½ (satu per
dalam arti tidak mengenal pemilahan-pemilahan dua) dari ancaman pidana orang dewasa kecuali
gejala secara konseptual ke dalam aspek-aspeknya tindak pidana yang diancam dengan pidana mati
yang eksklusif.19 atau pidana penjara seumur hidup, maka pidana
yang dijatuhkan adalah pidana penjara paling lama
Teknik pengumpulan data bersumber pada
10 (sepuluh) tahun. Hal tersebut merupakan salah
data sekunder. Data sekunder diperoleh dari bahan
17. Ibid
18. Ibid
19. Sutandyo Wignjosoebroto, “Hukum Konsep dan Metode”, (Malang: Setara Press, 2013), hlm. 130.
20. Nandang Sambas, Pembaruan Sistem Pemidanaan Anak di Indonesia, Bandung: Refika Aditama, 2010. Hlm 12.
21. Prasetyo dan Halim. Politik Hukum Pidana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2005.Hlm 73.
164 Peran Balai Pemasyarakatan Pada Sistem Peradilan... (Okky Chahyo Nugroho)
Jurnal
satu contoh perbedaan perlakuan anak dengan penuntut umum, ataupun hakim maka sanksi
orang dewasa pada umumnya. Berdasarkan pidana akan dijatuhkan kepadanya. Akan tetapi
Instrumen Internasional yang mengatur masalah penjatuhan sanksi pidana tersebut dinyatakan
perilaku delinkuensi anak dapat diklasifikasikan ke tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat
dalam criminal offence (perilaku delinkuensi anak oleh Mahkamah Konstitusi dalam Putusan
yang merupakan tindak pidana apabila dilakukan Mahakamah Konstitusi Nomor 110/PUU-X/2012.
oleh orang dewasa) dan status offence (perilaku Penanganan serta perlakuan yang baik dan tepat
delikuensi anak yang erat kaitanya dengan terhadap anak yang melakukan tindak pidana
statusnya sebagai anak).22 Hal tersebut, tidaklah sangatlah berpengaruh terhadap psikologi anak.
tepat apabila tujuan pemidanaan anak disejajarkan Maka dari itu dibutuhkan peran suatu lembaga
dengan pemidanaan orang dewasa. Pemidanaan khusus serta aparat khusus untuk menangani anak
anak telah diatur dalam Undang-Undang No yang berhadapan dengan hukum baik di tingkat
11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan. Selain itu
Anak. Dalam mengutamakan pendekatan keadilan perlu diingat bahwa tindak pidana yang dilakukan
restoratif baik dari tingkat penyidikan, penuntutan, oleh anak tidak hanya merugikan anak itu sendiri
maupun dalam persidangan. melainkan juga merugikan masyarakat.
Terdapat 3 (tiga) paradigma peradilan anak Di pengadilan nasib anak digantungkan
yang terkenal, yaitu: paradigma pembinaan kepada hakim. Hakim anak sebagai pemutus
individual (individual treatment paradigm) yang perkara anak, mempunyai peran penting dalam
menekankan pada permasalahan yang dihadapi menentukan nasib anak ke depan. Sebagaimana
pelaku bukan pada perbuatan/kerugian yang ditegaskan oleh Purniati dan kawan-kawan
diakibatkan; paradigma retributif (retributive dalam bukunya Sri Sutatiek bahwa “dalam
paradigm) dimana penjatuhan sanksi dalam sistem peradilan di Indonesia menempatkan
paradigma retributif ditentukan pada saat hakim sebagai institusi yang paling menentukan
pelaku menjalani pidana; paradigma restoratif atas nasib anak”.24 Hakim anak dalam memutus
(restorative paradigm), bahwa di dalam mencapai perkara anak harus mendahulukan kepentingan
tujuan penjatuhan sanksi, maka diikutsertakan serta kesejahteraan anak itu sendiri. Keutamaan
korban untuk berhak aktif terlibat dalam proses mendahulukan kepentingan serta kesejahteraan
peradilan, indikator pencapaian tujuan penjatuhan anak melebihi dari kepentingan masyarakat. Hal
sanksi tercapai dengan dilihat apakah korban telah tersebut sebagaimana disampaikan oleh almarhum
direstorasi, kepuasan korban dan lain sebagainya.23 Prof Sudarto dalam buku bunga rampai hukum
Di Indonesia sistem peradilan pidana pidana bahwa “Walaupun di dalam RUU disebutkan
anak menggunakan paradigma restoratif yaitu pengadilan anak mengutamakan kesejahteraan
mengutamakan keadilan restoratif. Kewajiban anak di samping kepentingan masyarakat, tetapi
mengutamakan keadilan restoratif tercantum beliau tetap berpendapat, bahwa kepentingan
dalam Pasal 5 Undang-Undang No. 11 tahun anak tidak boleh dikorbankan demi kepentingan
2012. Salah satu upaya untuk mencapai keadilan masyarakat”.25
restoratif adalah melalui upaya diversi yang Mendahulukan kesejahteraan serta
merupakan pengalihan penyelesaian perkara anak kepentingan anak juga tercantum dalam Standard
dari proses peradilan pidana ke proses di luar Minimum Rules for the Administration of Juvenile
peradilan pidana. Upaya diversi diwajibkan mulai Justice (SMR-JJ) atau yang dikenal dengan
tingakat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan istilah Beijing Rules. Dalam Rule 5.1 Aims of
perkara anak di pengadilan negeri. Juvenile Justice ditegaskan bahwa The juvenile
Apabila kewajiban pengupayaan diversi justice system shall emphasize the well being of
sengaja tidak dilaksanakan baik oleh penyidik,
the juvenile and shall ensure that any reaction to Pidana Anak. Apabila kewajiban tersebut tidak
juvenile offenders shall always be in proportion dilaksanakan oleh hakim, maka terdapat implikasi
to the circumstances of both the offender and the yuridis berupa putusan batal demi hukum (Pasal 60
offence. Dalam Commentary Rule 5.1 tersebut di Ayat (4) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
atas terdapat dua tujuan penting terkait dengan Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak). Seperti
kejahatan anak, yaitu memajukan kesejahteraan yang dijelaskan juga oleh Sambas bahwa Anak
anak yang berarti menghindarkan sanksi yang berkonflik dengan hukum yang melewati tahapan-
bersifat menghukum dan prinsip proposionalitas tahapan pengadilan tanpa kehadiran pendamping
yaitu prinsip yang merupakanalat untuk mengekang atau salah satunya BAPAS cenderung untuk
penggunaan sanksi yang bersifat menghukum terjerumus kembali kedalam pelanggarannya baik
dalam arti semata-mata untuk pembalasan.26 itu dengan kasus yang sama ataupun dengan kasus
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, dapat yang berbeda.27
diperoleh pemahaman bahwa dalam menyelesaikan BAPAS adalah salah satu pihak yang terlibat
perkara anak yang berkonflik dengan hukum harus selama proses peradilan Anak yang berkonflik
mengedepankan kebaikan dan kepentingan anak dengan hukum dari awal anak ditangkap hingga
itu sendiri guna mensejahterakan dan melindungi anak menyelesaikan masa hukumannya. Hal ini
anak dari stigma negatif akibat dari proses hukum membuat BAPAS memiliki peran yang penting
yang dijalani. Hakim anak yang merupakan dalam proses peradilan Anak yang berkonflik
pejabat peradilan yang diberi wewenang oleh dengan hukum. Secara umum peran BAPAS
undang-undang untuk mengadili sekaligus sebagai dalam proses peradilan Anak yang berkonflik
penentu nasib anak harus mengedepankan prinsip dengan hukum terbagi menjadi 3 tahap, yaitu
kepentingan terbaik bagi anak agar kesuksesan tahap sebelum sidang pengadilan (pra adjudikasi)
peradilan anak dapat di capai dengan baik. yakni penyidikan, tahap saat sidang pengadilan
(adjudikasi) yakni pendampingan di persidangan
B. Peran Balai Pemasyarakatan dalam dan tahap setelah pengadilan (post adjudikasi)
Penanganan Anak yang Berkonflik dengan yakni pengawasan dan pembimbingan bagi Anak
Hukum yang berkonflik dengan hukum.28
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Berdasarkan penjelasan tersebut di atas,
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak membuat maka dapat dikemukakan bahwa peran dan fungsi
pembimbing dan pendampingan kemasyarakatan BAPAS dalam menangani perkara anak yang
mempunyai dasar hukum yang kuat dalam berkonflik dengan hukum sangat penting demi
tugasnya membuat litmas, hadir dalam sidang tercapainya tujuan dari sistem peradilan pidana
sebagai anggota sidang anak dan membimbing anak.
klien (anak yang berkonflik dengan hukum). Karena dengan adanya laporan penelitian
Selain itu BAPAS mempunyai peran dan fungsi kemasyarakatan, diharapkan keputusan yang
dalam melaksanakan penelitian kemasyarakatan diambil oleh hakim tidak melukai rasa keadilan
yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dan dapat terwujud sistem peradilan pidana yang
oleh Penyidik dalam proses diversi di tingkat menjamin perlindungan kepentingan terbaik
kepolisian, maupun ketika proses diversi di tingkat bagi anak, sehingga stigma negatif terhadap
pengadilan. anak yang berkonflik dengan hukum dapat
Selain itu laporan penelitian kemasyarakatan dihindarkan. Dalam penjelasan umum Undang-
digunakan pula sebagai salah satu bahan Undang Sistem Peradilan Pidana dijelaskan bahwa
pertimbangan hakim dalam memutus perkara tujuan dari sistem peradilan pidana anak adalah
anak yang berkonflik dengan hukum, sebagaimana untuk mewujudkan peradilan yang benar-benar
tercantum dalam Pasal 60 Ayat (3) Undang-Undang menjamin perlindungan kepentingan terbaik bagi
Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan anak yang berhadapan dengan hukum sebagai
penerus bangsa.
166 Peran Balai Pemasyarakatan Pada Sistem Peradilan... (Okky Chahyo Nugroho)
Jurnal
29. Margaretha, dkk. Buku Panduan Penanganan Anak Berhadapan dengan Hukum.Jakarta:P2TP2A (Pusat pelayanan terpadu pemberdayaan
perempuan dan anak), 2012. Hlm 74.
30. Maidin Gultom. Perlindungan Hukum terhadap Anak.Bandung: PT. Refika Aditama, 2013. Hlm 125.
31. Op.Cit, Hlm 32-34.
32. Anggraeni U.R. Jurnal Supermasi Hukum: Peranan Pembimbing Kemasyarakatan di dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Kota Bengkulu.
Bengkulu: Universitas Bengkulu.Volume 22 No.1. Januari 2013. Hlm 116.
dan membuat laporan penelitian kemasyarakatan. khususnya Bapas untuk tidak turut campur untuk
Kualitas laporan penelitian kemasyarakatan yang mengatur warga negaranya ketika melaksanakan
digunakan hakim sebagai dasar pertimbangan haknya. Dalam hal ini memiliki kewajiban untuk
sangat mempengaruhi terhadap nasib anak. tidak melakukan tindakan-tindakan yang akan
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, menghambat pemenuhan dari seluruh hak asasi
dapat ditegaskan bahwa laporan penelitian anak.33
kemasyarakatan berpengaruh terhadap hakim Melindungi (obligation to protect):
sebelum menjatuhkan putusan perkara. Akan tetapi merupakan kewajiban aparat penegak hukum
dalam implementasinya terkadang hakim seakan- khususnya Bapas agar bertindak aktif untuk
akan tidak mengindahkan laporan penelitian memberi jaminan perlindungan terhadap hak
kemasyarakatan. Misalnya dalam kasus pencurian asasi anak. Dalam hal ini berkewajiban untuk
tiga (3) ekor bebek di Purbalingga dijatuhi hukuman mengambil tindakan-tindakan untuk mencegah
pidana. Seperti yang dilangsir oleh media Suara pelanggaran semua hak asasi anak oleh oknum
Merdeka.com diterangkan bahwa dalam kasus penegak hukum. 34
pencurian tiga (3) ekor bebek di Purbalingga, hakim Memenuhi (obligation to fulfill): merupakan
Pengadilan Negeri Purbalingga dalam memutus kewajiban dan tanggung jawab aparat penegak
perkara tidak mengindahkan saran BAPAS untuk hukum khususnya Bapas untuk bertindak secara
melakukan tindakan dikembalikan ke orang tua. aktif agar semua warga negaranya itu bisa
Akan tetapi hakim memilih menjatuhkan vonis terpenuhi hak-haknya. Negara berkewajiban
hukuman 2 (dua) bulan 15 (lima belas hari) hari untuk mengambil langkah-langkah legislatif,
(Suara Merdeka.com). Dalam kasus pencurian administratif, hukum, dan tindakan-tindakan
bebek di Purbalingga sebagaimana dijelaskan di lain untuk merealisasikan secara penuh hak asasi
atas, dapat diperoleh pemahaman bahwa hakim anak.35
dalam memutus perkara anak tersebut tidak
Kewajiban untuk menghormati, melindungi
mengindahkan laporan penelitian serta saran dari
dan memenuhi Hak Anak, masing-masing
BAPAS, padahal sudah ditentukan dengan jelas
mengandung unsur kewajiban aparat penegak
dalam ketentuan perundang-undangan bahwa
hukum dan masyarakat untuk bertindak (obligation
hakim wajib mempertimbankan laporan Penelitian
to conduct) serta kewajiban untuk berdampak
Kemasyarakatan.
(obligation to result):
D. Upaya Balai Pemasyarakatan dalam Kewajiban untuk bertindak (obligation to
Melindungi Hak Anak yang Berkonflik conduct): mensyaratkan aparat penegak hukum
Hukum khususnya Bapas melakukan langkah-langkah
Perlindungan hak anak yang berhadapan tertentu untuk melaksanakan pemenuhan suatu
dengan hukum dalam konteks HAM Internasional hak, yaitu melindungi hak anak dalam proses
merupakan salah satu bagian dari serangkaian peradilan diperlukan prasarana dan sarana, serta
kewajiban yang harus dipenuhi oleh negara yaitu sumber daya manusia yang memadai sesuai
untuk: menghormati (to respect), melindungi dengan peraturan yang mengaturnya Bahkan
(to protect), dan memenuhi (to fulfill). Secara memberikan alternatif solusi dalam penanganan
normatif, berlandaskan pada standar Hak Asasi anak yang berkonflik dengan hukum sehingga
Manusia Internasional maupun Konstitusi dapat mencegah timbulnya masalah baru apabila
(termasuk ketentuan HAM secara nasional) dan anak tetap di proses diperadilan melalui hasil
secara operasional ditujukan untuk memajukan Penelitian Kemasyarakatan.36
pelaksanaan HAM. Kewajiban untuk berdampak (obligation to
Menghormati (obligation to respect): result), yaitu mendorong aparat penegak hukum/
merupakan kewajiban aparat penegak hukum
33. Lihat Pembangunan Berbasis Hak Asasi Manusia: Sebuah Panduan, Kerja sama antara Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS
HAM) dengan Australian Government (AusAID), 2007, hlm. 8
34. Ibid, hlm. 8
35. Ibid, hlm. 8
36. Ibid, hlm. 8
168 Peran Balai Pemasyarakatan Pada Sistem Peradilan... (Okky Chahyo Nugroho)
Jurnal
Bapas untuk mencapai sasaran tertentu guna tertera di bawah ini berdasarkan pemikiran
memenuhi standar substansif yang terukur. Aparat Soerjono Soekanto mengenai 5 (lima) faktor yang
penegak hukum memberikan perhatian yang mempengaruhi penegakan hukum di masyarakat.
khusus dan terus menerus tentang perlindungan 1) Faktor hukumnya sendiri (Peraturan
anak tidak hanya anak yang berkonflik dengan Perundang-undangan)
hukum tetapi di semua kehidupan sehingga
Upaya dukungan yang dilakukan oleh negara
pemenuhan, penghormatan dan perlindungan bagi
(pemerintah) untuk menerbitkan kebijakan atau
anak dapat tercapai sesuai dengan standar HAM
peraturan perundang-undangan dalam rangka
Internasional (Konvensi Hak Anak).37
penanganan anak yang berhadapan dengan hukum
Tentunya pelaksanaan dilakukan oleh telah diberlakukan yaitu:
pranata/lembaga dalam Sistem Peradilan Pidana
Anak untuk melindungi anak yang berkonflik Undang-undang No. 12 Tahun 1995
dengan hukum harus berlandaskan Hak Asasi tentang Pemasyarakatan, mengupayakan
Manusia, khususnya pemenuhan, penghormatan mempercepat pembebasan bagi anak yang
dan perlindungan anak tidak lepas dari asas telah masuk dalam lembaga pemasyarakatan.
Pancasila dan berlandaskan kepada Undang- Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang
undang Dasar 1945 serta prinsip-prinsip dasar Hak Asasi Manusia, yang intinya dari pasal
Konvensi Hak Anak meliputi:38 52-66 adalah menyatakan bahwa setiap anak
1) Nondiskriminasi, berhak tidak dijadikan sasaran penganiayaan,
2) Kepentingan yang terbaik bagi anak, penyiksaan atau penjatuhan hukuman
yang tidak manusiawi, tidak dirampas
3) Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan
kebebasannya secara melawan hukum.
perkembangan,
Hukuman mati atau hukuman seumur
4) Penghargaan terhadap pendapat anak. hidup tidak adapat dijatuhkan pada mereka.
Dalam kaitannya dengan penguatan peran Penangkapan, penahanan atau pidana penjara
BAPAS, dalam undang-undang ini pembimbing anak hanya dapat dilaksanakan sebagai upaya
kemasyarakatan (sering disebut sebagai PK terakhir.
BAPAS) tidak lagi bekerja secara mandiri, namun
lebih diarahkan pada sinergi antar komponen Undang-undang No. 35 Tahun 2014 tentang
petugas kemasyarakatan. Pasal 61 Undang-undang Perlindungan Anak, yang intinya mengatakan
No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Pengadilan bahwa perlindungan khusus bagi anak yang
Pidana Anak tersebut menggambarkan sinergi berhadapan dengan hukum dilaksanakan
dari ketiga komponen petugas kemasyarakatan melalui: perlakuan secara manusiawi
sebagaimana yang disebutkan pula di dalam Pasal sesuai hak-hak anak, penyediaan petugas
65 Ayat 2 dan 67 Ayat 2. Sinergi tersebut harus pendamping khusus sejak dini, penyediaan
terus diperkuat pada tiap tahapan dalam sistem sarana dan prasarana khusus, penjatuhan
peradilan anak dengan tetap memperhatikan tugas sanksi yang tepat untuk kepentingan yang
pokok masing-masing komponen yang ada. Namun terbaik bagi anak, pemantauan dan pencatatan
demikian hambatan “klasik” masih menjadi faktor terus menerus terhadap perkembangan anak
penghambat penguatan peran BAPAS. yang berhadapan dengan hukum, jaminan
Penanganan anak yang berhadapan dengan untuk mempertahankan hubungan dengan
hukum berdasarkan Sistem Peradilan Pidana orang tua atau keluarga dan perlindungan
Anak tidak terlepas adanya faktor-faktor yang dari pemberitaan media/labelisasi
mempengaruhi pelaksanaannya yaitu faktor
Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang
pendukung dan penghambat.39 Pembahasan
mengenai faktor pendukung dan penghambat Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA)
salah satu pasalnya yaitu: Pasal 5 Ayat
(1) menyebutkan bahwa; dalam sistem Agung; Jaksa Agung; Kepala Kepolisian
peradilan pidana anak wajib mengutamakan Negara; Menteri Hukum dan HAM; Menteri
pendekatan keadilan restoratif. Kemudian Sosial; dan Menteri Negara Pemberdayaan
pada Ayat (3) nya juga disebutkan bahwa; Perempuan dan Perlindungan Anak tentang
dalam sistem peradilan pidana anak wajib Penanganan ABH.
diupayakan diversi Kepolisian dan Kementerian Hukum dan
Keputusan Bersama 6 (enam) Instansi yakni: HAM c.q Pemasyarakatan sebagai bagian
Mahkamah Agung, Kepolisian RI, Kejaksaan dari proses penanganan Pidana Terpadu tidak
Agung, Kementerian Hukum dan HAM, mampu berbuat banyak untuk mengusahakan
Kementerian Sosial, dan Kementerian Negara diversi, sehingga mengakibatkan
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan over capacity penghuni di Lembaga
Anak Republik Indonesia tentang Penanganan Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan,
Anak yang Berhadapan dengan Hukum. dan selanjutnya mempersempit ruang
Keputusan Bersama ini dimaksudkan untuk gerak Pembinaan maupun Pembimbingan
mewujudkan keterpaduan dalam upaya terhadap Warga Binaan maupun Anak Didik
penyelesaian perkara Penanganan Anak yang Pemasyarakatan.
Berhadapan dengan Hukum yang dilakukan Keterlambatan pendampingan ABH oleh
secara terkoordinasi oleh aparat penegak pihak BAPAS, karena keterlambatan
hukum dan semua pihak terkait. penyampain surat pendampingan dari
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Kepolisian. Sebenarnya sudah jelas dalam
Indonesia Nomor 12 Tahun 2009 tentang Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Pengawasan dan Pengendalian Penanganan Indonesia Nomor 12 Tahun 2009 menyatakan
Perkara Pidana di Lingkungan Kepolisian bahwa anak harus didampingi BAPAS pada
Negara republik Indonesia. Peraturan Kepala saat masuk dalam proses penyidikan.
Kepolisian RI ini menegaskan peran BAPAS Dukungan yang dapat ditemui dalam
seperti yang disebutkan dalam Pasal 105, penanganan ABH pada faktor penegak hukum
dinyatakan bahwa Dalam hal melaksanakan adalah:
tindakan pemeriksaan terhadap anak, Penguatan Peran BAPAS berupa kerja sama
petugas wajib mempertimbangkan hak untuk antar instansi terkait, guna memperkecil
mendapatkan petugas pendamping khusus kesenjangan dalam forum Integrated
untuk anak yaitu hak untuk didampingi oleh Criminal Justice System (ICJS);
BAPAS dan orang tua.
Meningkatkan Pelaksanaan Pembimbingan
2) Faktor penegak hukum dan Pengawasan yang dilakukan oleh
Hambatan yang ditemui dalam rangka BAPAS berkoordinasi dengan Dinas Sosial
penanganan anak yang berhadapan dengan hukum guna mengantisipasi pengulangan kembali
yaitu faktor penegak hukum itu sendiri diantaranya: dilakukannya tindak pidana serta pemulihan
Terjadinya singgungan antar komponen psikis anak melalui konsultasi sosial dalam
disebabkan menguatnya sikap ego sektoral rangka mengembalikan kepercayaan diri
diantara komponen Integrated Criminal anak (advokasi sosial) ;
Justice System (ICJS) yang ada ; Memberikan akses informasi kepada
Keterlambatan proses disebabkan birokrasi; kejaksaan, kepolisian dan hakim tentang
Kurangnya komitmen untuk berkoordinasi adanya rumah aman bagi anak yang
antar lintas sektoral (kelembagaan) dalam berhadapan dengan hukum;
sistem peradilan pidana anak. 3) Faktor sarana atau fasilitas
Lemahnya tindak lanjut terhadap kesepakatan Hambatan yang ditemui dalam penanganan
dan komitmen yang dibuat, yaitu dalam Surat ABH yaitu faktor sarana dan fasilitas, diantaranya:
Keputusan Bersama antara Ketua Mahkamah
170 Peran Balai Pemasyarakatan Pada Sistem Peradilan... (Okky Chahyo Nugroho)
Jurnal
172 Peran Balai Pemasyarakatan Pada Sistem Peradilan... (Okky Chahyo Nugroho)
Jurnal
Sumber Lain:
Jurnal, Laporan Penelitian,Website
Anggraeni U.R. Jurnal Supermasi Hukum:
Peranan Pembimbing Kemasyarakatan di
dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Kota
Bengkulu. Bengkulu: Universitas Bengkulu.
Volume 22 No.1. Januari 2013.
Gunarto, Peranan Bapas Dalam Perkara Anak,
diunduh dari http://bangopick.wordpress.
com/2008/02/09/peranan-bapas-dalam-
perkara-anak/ tanggal 26 Oktober 2017
M. Syafie, Perlindungan dan Hak-Hak Anak Yang
berkonflik dengan Hukum diunduh dari
http://www.docstoc.com/.../ANAK-YANG-
BERKONFLIK-DENGAN-HUKUM ,
diakses pada 30 Oktober 2017
Menggugat Peran Negara, Pemerintah, Masyarakat
dan Orang Tua dalam Menjaga dan http://
komnaspa.wordpress.com/2011/12/21/
catatan-akhir-tahun-2011-komisi-nasional-
perlindungan-anak/
174 Peran Balai Pemasyarakatan Pada Sistem Peradilan... (Okky Chahyo Nugroho)