You are on page 1of 12

SULTAN JURISPRUDANCE: JURNAL RISET ILMU HUKUM

Volume 1 Nomor1, Juni 2021, hlm. (1-4)


Fakultas Hukum, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang-Banten, Indonesia
P-ISSN: ---------- | e-ISSN:--------
SULTAN JURISPRUDENCE
Jurnal Riset Ilmu Hukum https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jurisprudence/index

Tinjauan Yuridis Pemeriksaan Perkara Korupsi Secara In Absentia


Terhadap Terdakwa Berstatus Daftar Pencarian Orang (DPO)
(Studi Kasus Putusan Nomor: 66/Pid.Sus-TPK/2020/PN.Sby.)

Shinfani Kartika Wardhani, Waluyo


(Program Studi Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur,
Jl. Rungkut Madya No. 1 Gn. Anyar Surabaya, Jawa Timur, email:)

Info Artikel
|Submitted: |Revised: |Accepted:

How to cite: XXXXXX,“Pemenuhan Restitusi dalam Proses Diversi Terhadap Anak


Korban Tindak Pidana Kekerasan Fisik di Kejaksaan Negeri Batu”, Sultan
Jurisprudance: Jurnal Riset Ilmu Hukum, Vol. No. , (Juni, 2021)”, hlm. .

ABSTRAK:
Currently, cases of children dealing with the law are increasingly happening in the community.
Special attention from law enforcement officers is needed, especially the state must be present in providing
protection for its citizens. However, the implementation of offering restitution for victims of crimes against
children is not optimal. This study aims to identify and understand the application of diversion through the
fulfillment of restitution for victims of child crimes and to analyze the factors that become obstacles in
fulfilling the rights of victims of criminal acts at the Batu District Attorney's Office. The type of research
used is empirical juridical research. Data collection is done by means of library research and interviews. Data
analysis was carried out using descriptive analytical methods and using a qualitative approach. The results
of the study indicate that the implementation of the right of restitution for children who are victims of violent
crimes at the Batu District Attorney's Office has not been fully implemented in the Diversion agreement.
There are 3 (three) factors that become obstacles in the fulfillment of the right to restitution for children who
are victims of the crime of sexual violence. The first factor is the law which does not yet have coercive power
against the perpetrators. The second factor is law enforcers whose understanding is less than optimal. The
third factor is the community that is still developing the will and ability of the perpetrators in the right to
restitution for children who are victims of sexual violence.

Keyword: Restitution, Diversion, Physical Violence

SULTAN JURISPRUDANCE: JURNAL RISET ILMU HUKUM,Vol. 1 No. 1Juni 2021, ISSN.---------|1
Peradilan Gacaca Sebagai Suatu Sistem Alternatif Peradilan Untuk Membantu Memproses Hukum Pelaku Genosida di
Rwanda

ABSTRAK:
Saat ini, kasus anak berhadapan dengan hukum semakin gencar terjadi di tengah-
tengah masyarakat. perhatian khusus dari aparat penegak hukum sangat diperlukan,
utamanya negara harus hadir dalam memberikan perlindungan bagi warganya. Namun,
pemberian restitusi untuk korban tindak pidana terhadap anak kurang optimal.
Penelitian ini bertujuan untuk menggali pengetahuan dan memahami implementasi
diversi lewat pemenuhan restitusi kepada korban tindak pidana anak serta pada korban
tindak pidana dalam Kejaksaan Negeri Batu. Penelitian mempergunakan metode
penelitian yuridis empiris. Pengumpulan data dilaksanakan dengan cara Studi
wawancara serta kepustakaan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode
deskriptif analitis serta menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian
membuktikan pengadaan hak restitusi pada anak korban tindak pidana kekerasan dalam
Kejaksaan Negeri Batu belum bisa diterapkan sepenuhnya dalam kesepakatan Diversi.
Terdapat 3 (tiga) Faktor yang menghambat penerapan pemenuhan restitusi pada Anak
korban tindak Pidana Kekerasan fisik. Faktor penghambat yang pertama merupakan
faktor Hukum, dalam hal ini belum adanya aturan daya paksa kepada pelaku bila pelaku
tidak membayarkan restitusi pada korban. Kedua merupakan faktor dari Penegak
Hukum, kurang adanya kesepahaman antara penegak hukum mengenai urgensi
pemberian restitusi pada anak korban tindak pidana kekerasan. Faktor yang terakhir
merupakan faktor masyarakat, terdapat faktor ekonomi yang menjadi kendala pelaku
tidak mampu unk tmengganti kerugian pada korban tindak pidana kekerasan fisik.

Kata Kunci: Restitusi, Diversi, Kekerasan Fisik

2|Sultan Jurisprudance: Jurnal Riset Ilmu Hukum,Vol. 1 No. 1Juni 2021, ISSN.-----------
Pemenuhan Restitusi dalam Proses Diversi Terhadap Anak Korban Tindak Pidana Kekerasan Fisik di Kejaksaan Negeri
Batu

Pendahuluan salah satu prosedur di mana para pihak


yang memiliki kepentingan duduk
Dewasa ini kasus anak berhadapan
bersama untuk menyelesaikan persoalan
dengan hukum semakin gencar terjadi di
secara kekeluargaan sebagaimana
tengah-tengah masyarakat. Peristiwa ini
mencari solusi dalam menuntaskan
sangat meresahkan bagi masyarakat,
akibat dari penyimpangan yang dibuat
sehingga perhatian khusus dari aparat
untuk kepentingan di masa mendatang.
penegak hukum sangat diperlukan,
Dalam prosedur acara pidana
utamanya negara harus hadir dalam
konvensional misalkan apabila suatu
memberikan perlindungan bagi
perkara yang dilaporkan dan telah
warganya. Anak adalah generasi
diproses oleh penegak hukum lalu
penerus bangsa yang mempunyai peran
terjadi perdamaian dari para pihak
krusial untuk menjamin kemajuan mutu
pelaku maupun korban, kemudian
negara ataupun bangsa di masa
korban memaafkan pelaku, maka
mendatang. Anak memiliki karakter
demikian tidak dapat memberi pengaruh
yang lebih spesifik jika disandingkan
terhadap wewenang penegak hukum
dengan orang dewasa, anak juga
guna melanjutkan perkara itu ke proses
termasuk kelompok yang rentan
pidana konvensional. Metode
terabaikan haknya. Oleh karenanya hak
penyelesaian pidana formal memerlukan
anak harus menjadi fokus utama agar
waktu yang lama dan tidak memiliki
tidak terabaikan. Barda Nawawi Arief
kepastian untuk korban ataupun pelaku,
menjelaskan, proteksi aturan terhadap
hal tersbeut dirasa tidak dapat
anak merupakan salah satu usaha
memenuhi ataupun memulihkan
perlindungan hokum pada luasnya
hubungan diantara pelaku dengan
kebebasan serta hak asasi anak yang
korban, oleh karena itu konsep asas
sudah menjadi kebutuhan demi
restorative justice menawarkan prosedur
kesejahteraan hak anak.
penyelesaian pemulihan yang mencakup
Terbentuknya Undang-Undang No. 11
korban dengan pelaku dengan langsung
Tahun 2012 terkait Sistem Peradilan
untuk menyelesaikan perkaranya di luar
Pidana Anak adalah bentuk penafsiran
pengadilan.
pada Konvensi Hak Anak “Convention
Wirjono Prodjodikoro berpendapat
on the Rights of the Child” (1989) yang
bahwa pada prinsipnya, perilaku
memuat perlindungan hukum pada
melawan hukum mengakibatkan suatu
anak. Alasan lain yang mendasari
permasalahan dalam lingkup
pembentukan UU SPPA yaitu dalam
masyarakat yang berwujud tidak
praktiknya anak disebut objek, serta
seimbangannya kehidupan dalam
perlakuan yang diberikan pada anak
masyarakat (evenwichtsverstoring).
yang mempunyai masalah dengan
Dalam permasalahan ini timbul
hukum memiliki kecenderungan
keinginan masyarakat untuk
membuat rugi anak. Di dalam UU SPPA
memulihkan keadaan semula agar tidak
alternatif yang dipilih untuk
terjadi Keguncangan kembali. Menurut
menyelesaikan kasus tindak pidana
pendapat Muladi, tujuan dari konsep
terhadap anak yakni dengan
pengaturan yang berhubungan dengan
menggunakan asas pendekatan
perlindungan korban tindak pidana, hal
restorative justices yang dilakukan
pokok yang perlu difokuskan yaitu
secara pengalihan atau yang biasa
fokus terhadap korban yang merugi.
disebut diversi. Tony F. Marshall Ahli
Kerugian itu bukan hanya fisik ataupun
krimonologi yang berasal dari Inggris
material saja melainkan pula mengenai
mengungkapkan dalam karyanya
psikis yang diderita oleh korban.
”Restorative Justice an Overview”
Gangguan psikis yang biasanya di derita
artinya restorative justice merupakan

Sultan Jurisprudance: Jurnal Riset Ilmu Hukum,Vol. 1 No. 1Juni 2021, ISSN.-----------|3
Peradilan Gacaca Sebagai Suatu Sistem Alternatif Peradilan Untuk Membantu Memproses Hukum Pelaku Genosida di
Rwanda

korban selama ini bisa dalam bentuk salah satu contoh alternatif atau
“trauma pengalihan pemutusan perkara anak dari
kehilangan kepercayaan diri”. Gejala prosedur penyelesaian melalui peradilan
yang timbul dari gangguan tersebut bisa anak konvensional, menjadi
seperti rasa curiga, kegelisahan, depresi, penyelesaian perkara anak yang lebih
sinisme, kesepian maupun perilaku yang memiliki sifat memberikan layanan
lain. Restitusi memiliki prinsip masyarakat, serta diversi dilaksanakan
memulihkan kondisi awal bertujuan guna menjauhkan anak yang
(restutio in integrum) merupakan suatu memiliki masalah dengan hukum dari
upaya pengembalian kondisi semula dampak negative pada pelaksanaan
terhadap korban tindak kejahatan praktik peradilan anak.
sebelum kejahatan muncul walaupun Pengadaan pemberian restitusi bagi
tidak mungkin korban kembali di korban tindak pidana pada anak kurang
keadaan awal. Restitusi memberikan maksimal terkhusus terkait pemenuhan
ketegasan bahwasannya pemulihan pada restitusi tersebut bisa diberikan pada
korban harus seadil-adilnya yang korban. Berdasarkan LPSK hanya ada
meliputi sejumlah aspek yang muncul enam kasus Restitusi yang terbayarkan
akibat sebuah kejahatan. Harapannya di tahun 2019. Dengan rincian 3 kasus
dengan restitusi, korban bisa pulih tindak pidana kekerasan terhadap anak.
kembali terhadap kebebasannya, hak- Masalah timbul akibat kurangnya
hak yang direnggut, status sosial, kesadaran proses hukum untuk
kewarganegaraan, kehidupan keluarga, mengusahakan terdapatnya restitusi,
kembali ke tempat tinggal, memulihkan kurangnya sosialisasi terhadap publik
pekerjaan, dan aset dipulihkan. terkait terdapatnya restitusi, hingga
Dijelaskan pula pada PP Nomor 43 potensi pelaku bbila dibebankan restitusi
Tahun 2017 terkait Pengadaan Restitusi pada tindak pidana kekerasan seksual
untuk Anak yang Merupakan Korban anak. Seperti halnya yang terjadi pada
Tindak Pidana, “Restitusi merupakan anak korban tindak pidana kekerasan
pembayaran ganti rugi yang diberikan dan pelaku anak terdapat dalam salah
pada pelaku berdasar keputusan satu perkara yang ditangani oleh
pengadilan yang memiliki kekuatan Kejaksaan Negeri Batu dengan nomor
hukum tetap terhadap kerugian materiil perkara PDM-03/Batu/Epp.2/10/2020
ataupun immaterial yang dialami korban dan nomor register perkara PDM-
serta ahli waris.” Restitusi merupakan 02/Batu/Euh.2/10/2020, dalam perkara
tolak ukur untuk pelaksanaan tersebut anak terlibat perkelahian
penyelesaian perkara melalui proses sehingga salah satu anak menjadi korban
diversi, tidak adanya jaminan jika kekerasan yang mengakibatkan luka
restitusi bisa segera dipenuhi dan berat, yang artinya berdasar Pasal 71D
dibayarkan pada korban, menjadi salah Undang-undang Nomor 35 tahun 2014
satu faktor penghambat pelaksanaan terkait perubahan terhadap Undang-
proses diversi karena biasanya pelaku Undang Nomor 23 tahun 2002 terkait
tidak bersedia membayar atau tidak Perlindungan Anak, berhak atas
mampu untuk membayar saat proses pemenuhan hak restitusi sebagai upaya
pelaksanaan kesepakatan diversi. Setya pemulihan keadaan anak yang diberikan
Wahyudi, menyebutkan diversi adalah akibat oleh tindak pidana yang ada.
4| Jurnal Nurani Hukum : Jurnal Ilmu Hukum,Vol. 3 No. 2 Desember 2020, ISSN.2655-7169
Pemenuhan Restitusi dalam Proses Diversi Terhadap Anak Korban Tindak Pidana Kekerasan Fisik di Kejaksaan Negeri
Batu

Pada perkara tersebut juga, Fasilitator


Diversi telah memutus bahwa dalam Pemenuhan Restitusi Dalam Proses
putusannya Terpidana wajib Diversi Pada Anak Korban Tindak
membayarkan restitusi yang sudah Pidana Kekerasan Fisik
disepakati dua pihak. Negeri Batu
sudah Pemerintah belum lama ini
beberapa kali melaksanakan Diversi mengeluarkan PP Nomor 43 Tahun 2017
dalam penyelesaian perkaranya, Sejauh terkait Penyelenggaraan Restitusi Untuk
ini perkara tindak pidana kekerasan Anak yang Merupakan Korban Tindak
terhadap anak yang memuat hak Pidana. Peraturan ini adalah bentuk
restitusi seperti halnya pada perkara di implementasi berdasar ketetapan Pasal
atas dapat dikatakan masih sangat jarang 71D ayat (2) Undang-Undang Nomor 35
sekali terjadi. Penelitian dilaksanakan Tahun 2014 terkait Perubahan terhadap
yang bertujuan guna memahami Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
penerapan diversi lewat pemenuhan terkait Perlindungan Anak. Hal ini
restitusi di korban tindak pidana anak di menunjukkan tingkat keseriusan
Kejaksaan Negeri Batu, serta guna pemerintah dalam melindungi hak
menganalisa faktor yang merupakan korban tindak pidana terkhususnya
hambatan untuk memenuhi hak korban anak. PP Nomor 43 Tahun 2017
Restitusi pada anak korban tindak Terkait Penyelenggaraan Restitusi Untuk
pidana di Kejaksaan Negeri Batu. Anak yang Merupakan Korban Tindak
Pidana adalah salah satu wujud rasa
Metode Penelitian empati oleh pemerintah terhadap korban
Jenis penelitian yang tindak pidana anak. Peraturan ini
dipergunakan yakni penelitian didalamnya memberikan penjelasan
mengenai mekanisme atau tata cara
yuridis empiris yakni jenis penelitian
pemberian dan permohonan hak
hukum sosiologis / penelitian restitusi untuk anak korban dari sebuah
lapangan, yakni melakukan tindak pidana. Aturan ini memfokuskan
pengkajian pada ketetapan hukum terkait peraturan pemberian ganti
yang ada dan suatu hal yang terdapat kerugian untuk pemulihan korban dari
pada kenyataan dalam masyarakat.1 sebuah tindak pidana terkhusus tindak
Pengumpulan data dilaksanakan pidana kekerasan fisik. Sebelum ada
dengan studi kepustakaan terhadap peraturan restitusi, pemerintah kurang
data sekunder dari kutipan beberapa memberikan perhatian terhadap proses
sumber data serta wawancara padda dari pemenuhan restitusi baik menganti
data lapangan dikumpulkan kerugian korban, mengganti kerugian
tersebut dimaksudkan agar pelaku
menggunakan teknik wawancara
memberikan kepada korban sebagai
tidak terarah ataupun tidak bentuk dari tanggung jawab atas prilaku
terstruktur. Analisis data dilakukan
2
yang di perbuat sehingga anak korban
dengan menggunakan metode mengalami penderitaan dan kerugian.
deskriptif analitis serta menggunakan PP Nomor 43 Tahun 2017 Terkait
pendekatan kualitatif pada data Penyelenggaraan Restitusi Untuk Anak
sekunder serta primer.3 yang Merupakan Korban Tindak Pidana
dapat memberikan kemudahan untuk
anak yang merupakan korban tindak
Waluyo, Penelitian Hukum dalam
1
pidana guna mengajukan permohonan
Praktek, 15.
restitusi pada penadilan yang mana hal
2
Asikin, Pengantar Metode Penelitian
ini sudah merupakan tanggung jawab
Hukum, 45.
dari pelaku kejahatan untuk
3
Ali, Metode Penelitian Hukum, 98.

Sultan Jurisprudance: Jurnal Riset Ilmu Hukum,Vol. 1 No. 1Juni 2021, ISSN.-----------|5
Peradilan Gacaca Sebagai Suatu Sistem Alternatif Peradilan Untuk Membantu Memproses Hukum Pelaku Genosida di
Rwanda

menggantinya. Aturan ini mengatur pula merupakan korban dijelaskan di Pasal 3


secara khusus mengenai perlindungan PP Nomor 43 Tahun 2017 terkait
pada korban, dan menjadi bahan bacaan Penyelenggaraan Restitusi Untuk Anak
untuk para aparatur penegak hukum yang Merupakan Korban Tindak Pidana.
agar lebih memikirkan perlindungan Permasalahan yang sering muncul
pada anak akibat dari terdapatnya didalam masyarakat adalah pelaku
sebuah tindak kejahatan. Pemerintah dan tindak pidana mempunyai seribu alasan
aparatur penegak hukum, sering tidak hanya guna mengalihkan diri agar tidak
memperhatikan langkah pemenuhan membayar ganti kerugian atau
atau pengembalian hak dan memenuhi restitusi sebagai hak dari
perlindungan menurun mental, psikis korban, pelaku kebanyakan memilih
pada anak melakukan penggantian kewajiban
terutama korban, pemerintah dan aparat tindak kejahatannya dengan pidana
penegak hukum cenderung fokus penjara, hal ini dikarenakan pelaku atau
terhadap pelaku atas pembalasan atau keluarga pelaku kebanyakan berasal dari
hukuman pidana. kalangan yang tidak mampu, sehingga
Anak selaku korban tindak pidana disini untuk membayar nominal restitusi
memiliki hak untuk menerima Restitusi, mereka merasa keberatan. Begitu pula
demikian telah ditulis didalam PP dengan syarat yang wajib dipenuhi oleh
Nomor 43 Tahun 2017 Terkait korban dalam mengajukan permohonan
Penyelenggaraan Restitusi Untuk Anak restitusi dirasa terlalu rumit karena
yang Menjadi Korban Tindak Pidana. korban haruslah membawa bukti
Dalam Peraturan ini terdapat ataupun dokumen dan aset mereka yang
pengecualian atas tindak pidana apa saja dianggap hilang maupun rusak. Akibat
yang bisa mendapatkan restitusi. kejadian tindak pidana pada Penuntut
Didalam Peraturan ini anak yang boleh Umum. Dari bukti itu yang
mengajukan atau memperoleh hak dipergunakan penuntut umum sebagai
restitusinya diatur dalam Pasal 2 angka 2 bahan pertimbangan hakim agar pelaku
yang merupakan anak yang usianya juga membayarkan restitusi. Dalam hal
belum 18 tahun yang sedang memiliki ini salah satu jaksa penuntut umum
masalah dengan hukum dengan dalam Kejaksaan Negeri Batu
beberapa kategori. Pemenuhan Restitusi menyampaikan bahwa banyak pihak
pada anak yang merupakan korban dari aparat penegak hokum kadang-
tindak pidana wajib dilakukan dengan kadang memperoleh hambatan ketika
tepat, dan sesuai target, ataupun tidak memfasilitasi pengajuan restitusi korban
disalahgunakan. Restitusi perlu diterima tindak pidana. Terdapat pelaku tindak
maupun diberikan anak atau keluarga piana tidak mau untuk membayar
yang merupakan korban suatu kejahatan rstitusi serta lebih memilih hukuman
ataupun pihak korban sebanding dengan penjara. Disamping itu, masih banyak
keadaan dan kerugiaan anak yang jaksa penuntut umum yang tidak mau
merupakan korban tindak kejahatan. tmemasukkan restitusi dalam
Selain itu, untuk memperjelas alur tuntutannya karena belum jelasnya
pemberian restitusi dan apa sajakah aturan yang dibuat maka kewajiban
yang berhak diberikan pada korban. pelaku membayar restitusi tidak
Jenis restitusi terhadap anak yang dinyatakan pada vonis hakim.
6| Jurnal Nurani Hukum : Jurnal Ilmu Hukum,Vol. 3 No. 2 Desember 2020, ISSN.2655-7169
Pemenuhan Restitusi dalam Proses Diversi Terhadap Anak Korban Tindak Pidana Kekerasan Fisik di Kejaksaan Negeri
Batu

Kesepakatan Diversi dengan Nomor kekerasan haruslah mengajukan


Perkara PDM-03/Batu/Epp.2/10/2020 permohonan restitusi seperti sudah
dan Nomor Perkara PDM- termuat dalam peraturan pelaksana
02/Batu/Euh.2/10/2020. merupakan yakni PP No.
salah satu Kesepakatan yang 43 tahun 2017 terkait Penyelenggaraan
dikeluarkan oleh Kejaksaan Negeri Batu Restitusi pada Anak Korban Tindak
terkait perkara kekerasan fisik terhadap Pidana bagai peraturan turunan dari
anak. Selama ini keberhasilan anak amanat yang ada pada Pasal 71D ayat (2)
korban tindak pidana kekerasan guna Undang- undang No. 17 tahun 2016
memperoleh hak restitusi sangatlah terkait Penentuan PP Pengganti Undang-
kurang. Bisa diamati dari laporan undang No. 1 tahun 2016 terkait
tahunan. Dalam laporan LPSK, hanya Perubahan kedua terhadap Undang-
ada 6 perkara restitusi yang terbayarkan undang No. 23 tahun 2002 mengenai
di tahun Perlindungan Anak, serta PP Nomor 7
2019. Minimnya tingkat keberhasilan tahun 2018 mengenai Pemberian
penyelenggaraan pemberian hak Restitusi, maupun Bantuan untuk
restitusi pada anak korban tindak pidana Korban serta saksi yang termasuk
kekerasan itu bisa dilihat pula pada amanah yang tertera dalam Pasal 7B
Perkara kekerasan terhadap anak korban Undang-undang Nomor 31 tahun 2014
dalam Kejaksaan Negeri Batu, seperti terkait Perubahan atas Undang-undang
tertuang dalam tabel: Nomor 13 tahun 2006 terkait
Perlindungan Korban maupun Saksi.
Tabel 1. Perkara Diversi dengan Pada pasal 5 ayat (2) PP No. 43 tahun
Restitusi 2017 mengenai penyelenggaraan
Tahun Perkara Perkara Jumlah Restitusi Untuk Anak yang Merupakan
Anak Anak Korban Tindak Pidana, menyatakan
Berhasil Berhasil permohonan restitusi sebelum
Diversi Diversi terdapatnya keputusan pengadilan bisa
Tanpa dengan
diajukan, lewat sejumlah tahapan, yakni
Restitusi Restitusi
dalam tahap penyidikan, penuntutan,
2016 6 6
2017 0 0 serta bisa diajukan lewat LPSK. Namun
2018 3 3 dalam tahap penuntutan masih terjadi
2019 0 0 perdebatan dilingkungan kejaksaan ada
2020 2 2 yang mengganggap bahwa pengajuan
Jumlah 11 permohonan restitusi dapt dilaksanakan
Sumber : Kejaksaan Negeri Batu pada proses musyawarah diversi ada
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa pula yang menganggap hanya boleh
masih kurangnya langkah memenuhi dimasukkan dalam tuntutan.
hak restitusi pada anak korban tindak Pelaksanaan Kesepakatan Diversi
pidana kekerasan belum terpenuhi dari dilakukan di ruangan khusus anak yang
cita-cita dan harapan dalam Undang- ada di tiap satuan kerja pada lingkungan
undang Perlindungan Anak, serta Kejaksaan Republik Indonesia terdapat
Undang-undang Perlindungan Saksi pengecualian untuk kondisi tertentu bisa
maupun Korban pada langkah diselenggarakan dilokasi lainnya yang
memberikan perlindungan anak yang telah disetujui oleh para pihak dengan
merupakan korban tindak pidana guna harus disetujui Kepala Cabang
memperoleh hak. Anak korban tindak Kejaksaan Negeri ataupun Kepala
pidana kekerasan berhak mendapatkan Kejaksaan Negeri. Mengenai ini orang
restitusi akibat tindak pidana yang tua atau wali anak yang berhalangan
dialami dirinya, tetapi guna memperoleh hadir atau tidak diketahui
hak anak korban tindak pidana keberadaannya, musyawarah diversi

Sultan Jurisprudance: Jurnal Riset Ilmu Hukum,Vol. 1 No. 1Juni 2021, ISSN.-----------|7
Peradilan Gacaca Sebagai Suatu Sistem Alternatif Peradilan Untuk Membantu Memproses Hukum Pelaku Genosida di
Rwanda

tetap diteruskan dengan menghadirkan dimasukkan dalam Diversi jika melihat


kemasyrakatan selaku pengganti dari dari tujuan Restutusi itu sendiri. Namun
orangtua atau wali. ada pula yang berpendapat jika melihat
Adapun Tahapan didalam dari PP Nomor 43 Tahun 2017 mengenai
Penyelenggaraan Restitusi untuk Anak Penyelenggaraan Restitusi Untuk Anak
yang sebagai Korban Tindak Pidana yang sebagai Korban Tindak Pidana
ialah diantaranya berdasar dari PP yang terdapat dalam aturan Pasal 19
Nomor 43 Tahun 2017 terkait hingga Pasal 22 yang menyebutkan
Penyelenggaraan Restitusi dan hasil bahwa Restitusi harus melalui Putusan
wawancara salah satu Jaksa Penuntut Pengadilan terlebih dahulu.
Umum Kejaksaan Negeri Batu: proses Pembebanan restitusi terhadap pelaku
pengajuan restitusi, proses permohonan diartikan disamping untuk mengganti
restitusi, pemberian restitusi, pemberian rugi atas penderitaan menjadi akibat
ganti kerugian di kejaksaan negeri batu. tindakan pidana untuk menjadi bentuk
Penerapan upaya untuk memenuhi hak pertanggungjawaban tindakan pidana
restituasi kepada anak korban tindakan yang dilaksanakan, pula diartikan untuk
pidana kekerasan fisik pada perkara No. memperingan penderitaan maupun
aksanaan upaya pemenuhan hak perkara penegakan keadilan untuk anak yang
PDM-03/Batu/Epp.2/10/2020 dan sebagai korban tindak pidana dari akibat
nomor perkara PDM- kejadian tindak pidana yang
02/Batu/Euh.2/10/2020 telah dilaksanakan pelaku tindak pidana.
memenuhi aturan Perundang-undangan
yakni bahwa pemberian hak restitusi Kendala Dalam Pemenuhan
dilakukan pada anak yang sebagai Restitusi Pada Korban Tindak
korban tindakan pidana. Yang mana Pidana Kekerasan Anak
mengenai ini korban ialah korban yang
usianya 17 tahun sewaktu kejadian Ada faktor penghambat dalam upaya
tindakan pidana yang berarti korban pemenuhan restitus bagi anak korban
memiliki hak restitusi itu, berikutnya tindakan pidana kekerasan di Kejaksaan
korban maupun pihak korban pula Negeri Batu, yaitu faktor hukum,
sudah memohonkan hak restitusi yang penegak hukum, dan masyarakat. Faktor
selanjutnya penuntut umum telah hukum memiliki kendala yaitu tidak
memasukkan kedalam kesepakatan adanya aturan mengenai mekanisme
diversinya. Ini berarti menjadi sangatlah kelanjutan hal itu menjadikan tidak
penting dikarenakan memberi peluang terdapatnya kepastian kepada anak
untuk pelaku dalam memberikan korban tindakan pidana agar dapat
keterangan supaya jumlah nilai estimasi terpenuhi haknya. Pihak kejaksaan
yang diminta dari korban pula masih melihat munculnya kesulitan
memenuhi kemampuan pelaku, supaya kendala saat menjalankan penuntutan
upaya untuk memenuhi hak restitusi dikarenakan pada peraturan itu tidak
kepada korban bisa dilaksanakan secara terdapat aturan baku guna menetapkan
baik. jumlah dari kerugian immateriill
Namun terjadi perbedaan pendapat oleh ataupun materiil, maka dari itu pihak
para penegak hukum bahwasannya ada kejaksaan menghadapi masa sulit saat
yang sepakat bahwa restitusi dapat
8| Jurnal Nurani Hukum : Jurnal Ilmu Hukum,Vol. 3 No. 2 Desember 2020, ISSN.2655-7169
Pemenuhan Restitusi dalam Proses Diversi Terhadap Anak Korban Tindak Pidana Kekerasan Fisik di Kejaksaan Negeri
Batu

memperhitungkan berapa jumlah cenderung masih diposisikan sebagai


restitusi yang haruslah dibayar oleh alat pembuktian saja tanpa
pelaku pada korban. Selain Itu terdapat memperhatikan hak dari korban.
perbedaan pendapat mengenai Kendala dalam faktor masyarakat yaitu
Pemenuhan Restitusi dalam proses kurangnya unsur yang memaksa
diversi, jika melihat cara pelaksanaan didalam peraturan perundang-undangan
restitusi didalam PP Nomor 43 tahun mengenai pemenuhan hak restitusi ini,
2017 mengenai Penyelenggaraan berakibat pada penerapan untuk
Restitusi untuk Anak korban tindak memenuhi hak restitusi ini pada
pidana , ada yang akhirnya bergantung dari rasa sadar
berpendapat bahwasanya restitusi tidak pelaku itu sendiri atas perbyatan yang
bisa diajukan di dalam proses diversi dilakukan pada anak korban. Pra pihak
demi untuk menghentikan penuntutan. dari pelaku, bukanlah hanya pelaku
Namun, adapula yang berpendapat jika selaku seorang individual, tetapi orang
ditinjau dari pengertian Restitusi itu lain atau pihak ketiga yang berkemauan
sendiri salah satunya merupakan ganti untuk menjalankan kewajiban pelaku
kerugian dan di diversi diatur mengenai ketika membayar hak restitusi kepada
ganti kerugian hal tersebut dianggap anak korban tindakan pidana kekerasan
sudah terpenuhi. Hal tersebut terjadi sering kali melupakan kewajibannya.
dikarenakan dalam kejaksaan sendiri Hak restitusi yang tidak bisa dipenuhi
belum ada aturan atau regulasi internal dikarenakan tidak terdapatnya
yang mengatur mengenai pelaksanaan kemampuan atau kesediaan pelau untuk
Restitusi. menjalankan kewajiban yang seharusnya
Kendala dalam faktor penegak hukum harus dipenuhi. Berdasarkan pada pihak
yaitu minimnya kesadaran masyarakat si korban, peraturan ini pihak si korban
akan haknya. Namun, jika melihat sudah cukup banyak ditanggungkan
pembahasan sebelumnya bahwa masih persyaratan yang harus terpenuhi agar
banyak terjadi perbedaan pendapat dapat memohonkan hak restitusi. Ini
dikalangan Penegak Hukum tentang tentunya sangatlah memberikan
betapa penting pemenuhan hak restitusi kesulitan kepada anak selaku korban
ini, menimbulkan akibat restitusi yang tindakan pidana. Apalagi umumnya
termasuk hak anak korban tindakan pihak korban kekerasan seksual ialah
pidana yang sangatlah bermanfaat untuk masyarakat biasa yang kurang paham
memulihkan korban dan sebaliknya apabila dihadapkan dengan hukum.
malah tidak terpenuhi. Prosedur yang Antara lain persyaratan itu salah
sangat rumit yang mengharuskan Jaksa satunya, uraian kerugian yang senyata-
Penuntut umum untuk meminta nyatanya yang diderita, uraian tindakan
pendapat dari berbagai lembaga seperti kekerasan, identitas pelaku tindak
LPSK, Panitera dan pertimbangan pidana, jumlah atau besaran restitusi,
Hakim dalam memasukkan Restitusi fotokopi identitas anak yang sebagai
membuat Jaksa Penuntut Umum lebih korban tindakan pidana dari pejabat
fokus terhadap Pemidanaan terhadap berwenang yang mendelegasinya
pelaku tidak memfokuskan pemulihan misalnya kerugian atas hilangnya
kepada korban dalam memenuhi hak- kekayaan, mengganti rugi atas
hak korban hal tersebut sangat penderitaan menjadi akibat tindakan
bertentangan dengan tujuan dari pidana, serta mengganti biaya perawatan
hadirnya Undang-undang Perlindungan psikologis atau medis, surat kuasa
Saksi dan Korban, dikarenakan penegak hukum bila pengajuan restitusi
hukum masih memfokuskan dalam hal dimohonkan oleh kuasa korban ataupun
pemidanaan kepada pelaku tindakan keluarga, fotokopi surat keterangan
pidana pelaku tindak pidana. Korban hukum yang suda pejabat legalisasi

Sultan Jurisprudance: Jurnal Riset Ilmu Hukum,Vol. 1 No. 1Juni 2021, ISSN.-----------|9
Peradilan Gacaca Sebagai Suatu Sistem Alternatif Peradilan Untuk Membantu Memproses Hukum Pelaku Genosida di
Rwanda

apabila anak yang sebagai korban telah Jaksa Penutut Umum dalam Kejaksaan
meninggal . Negeri Batu juga memberikan
Upaya dalam pemenuhan restitus bagi kesempatan kepada kedua belah pihak
anak korban tindak pidana kekerasan di agar bermusyawarah untuk menentukan
Kejaksaan Negeri Batu. Permasalahan nominal ganti kerugian agar tidak
utama untuk upaya restitusi kepada menimbulkan keberatan dari salah satu
anak dikarenakan faktor minimnya pihak, demikian juga sudah dituangkan
pengetahuan tentang hak anak dan didalam PP Nomor 43 tahun 2017
parenting skill sepanjang proses mengenai Penyelenggaraan Restitusi
pemilihan pada anak yang telah sebagai untuk Anak korban tindak pidana,
korban. Disamping itu, masyarakat pula Bahwasanya Pelaku juga berhak untuk
banyak yang masih tidak mengetahui mengutarakan pendapatnya. Metode
dan paha, akan tata cara dan prosedur musyawarah diharapkan tidak ada pihak
rujukan sosial dan pengaduan serta yang merasa keberatan atas nominal
memohonkan hak restitusi untuk anak. yang disepakati demi mewujudkan atau
Pemenuhan mengganti hak korban yang telah hilang
Restitusi di dalam kejaksaan belum akibat terjadinya tindak pidana. Dengan
memiliki aturan internal yang bisa menggunakan konsep keadilan restoratif
dijadikan acuan untuk penerapan dalam yang didalamnya terdapat sejumlah
memberikan restitusi untuk anak korban substansi yang terdiri dari beberapa
tindakan pidana kekerasan. Oleh karena prinsip,diantaranya: keikutsertaan
itu Jaksa Penuntut umum tetap bersama-sama antara pelaku dengan
mengupayakan mengganti kerugian atau korban, menjadikan pelaku dan korban
restitusi kepada korban tindakan pidana selaku pihak yang sangatlah memegang
kekerasan terhadap anak untuk proses peranan penting aktif yang berupaya
diversi dibandingkan dengan untuk mencari penyelesaian secara adil
memaksukan dalam tuntutannya. untuk keseluruhan pihak, serta diantara
Karena didalam Peraturan Jaksa Agung pihak haras memiliki kesepakatan untuk
RI Nomor PER- 006/A/J.A/04/2015 menentukan jalur personal dan informal.
mengenai Acuan Penyelenggaraan Dalam memberikan ketegasan
Diversi di Tingkat Penuntutan. Dari pemberian ganti rugi, pelaku
berkiblat pada teori pendekatan menganggap jika telah melaksanakan
restoratif Kejaksaan Negeri Batu hukuman pidana kerugian korban
memasukkan Restitusi dalam proses tersebut dianggap telah dibayarkan atau
diversi demi mencapai atau memenuhi sudah dianggap gugur. Oleh sebab itu
hak dari korban, dengan prosedur yang pelaku tidak jarang untuk enggan
mudah serta metode musyawarah yang melunasi ganti kerugian tersebut.
diterapkan akan lebih efisien. Kejaksaan Namun, didalam pelaksanaan
Negeri Batu mewajibkan jaksa penuntut kesepakatan diversi yang memuat
umum untuk menawarkan kepada pemenuhan restitusi di Kejaksaan Negeri
korban untuk menyelesaikan perkara Batu memberikan penegasan didalam
dengan Diversi sesuai SOP yang berlaku Akta Kesepakatan Diversinya, didalam
dalam Kejaksaan dan berdasar Undang- perjanjiannya termuat peraturan yang
Undang Sistem Peradilan Pidana Anak. memaksa. Dengan adanya unsur
memaksa ini diharapkan ganti rugi
10| Jurnal Nurani Hukum : Jurnal Ilmu Hukum,Vol. 3 No. 2 Desember 2020, ISSN.2655-7169
Pemenuhan Restitusi dalam Proses Diversi Terhadap Anak Korban Tindak Pidana Kekerasan Fisik di Kejaksaan Negeri
Batu

korban tersebut segera terpenuhi dan dan kesediaan pelaku dalam


memberikan efek jera kepada pelaku. memberikan hak restitusi pada anak
Melalui hadirnya sejumlah upaya yang korban tindak pidana kekerasan seksual.
telah dilaksanakan oleh para Penegak Faktor ketiga yakni Hukum, mengenai
Hukum khususnya di Lembaga ini ialah Undang-undang serta aturan
Kejaksaan Negeri Batu diharapkan pelaksanaan mengenai hak restitusi pada
upaya-upaya tersebut berjalan dengan anak belum mempunyai daya paksa
baik sehingga dapat tercita atau terjadi apabila pelaku tidak
terwujudnya cita-cita bangsa demi membayarkan kewajiban membayar
melindungi hak korban akibat terjadinya restitusi pada korban.
suatu tindak pidana.

Penutup Daftar Pustaka


Sesuai hasil penelitian maupun Ali, Zainuddin. Metode Penelitian Hukum.
pembahasan, sehingga bisa ditarik Jakarta: Sinar Grafika, 2013.
kesimpulan jika penyelenggaraan hak Arief, Bada Nawawi. Beberapa Aspek
restitusi terhadap anak korban tindakan Kebijakan Penegakan dan
pidana kekerasan di Kejaksaan Negeri Pengembangan Hukum Pidana.
Batu belum bisa diterapkan sepenuhnya Bandung: Citra Aditya Bakti, 1998.
dalam kesepakatan Diversi. Ini Asikin, Amiruddin Zainal. Pengantar
dikarenakan terdapatnya pembeda Metode Penelitian Hukum. Jakarta:
pendapat diantara para aparat penegak Rajawali Pers, 2006.
hukum. Tidak terlaksananya pemberian LPSK. “Laporan Tahunan 2019,” 2019.
hak restitusi tersebut disebabkan karena https://lpsk.go.id/assets/uploads/
tidak adanya aturan internal Kejaksaan files
mengenai SOP dalam pemenuhan /ffb5e5500009918ec2f41e20349e25f2.
Restitusi, oleh sebab itu sebagian dari pdf.
Jaksa Penuntut Umum menggunakan Marasabessy, Fauzy. “Restitusi bagi
aturan jaksa mengenai Diversi demi Korban Tindak Pidana: Sebuah
memenuhi restutusi dari korban. Hal ini Tawaran Mekanisme Baru.” Jurnal
menegaskan bahwa tujuan implementasi Hukum dan Pembangunan Tahun ke-
hak restitusi menjadi upaya pemulihan 45 1, no. 55 (2015).
terhadap anak korban tindakan pidana Marlina. Peradilan Pidana Anak di
belum bisa dirasakan manfaatnya secara Indonesia, Pengembangan Konsep
nyata oleh korban, peraturan Diversi dan Restorative Justice.
perundang-undangan yang Bandung: Refika Editama, 2009.
dipublikasikan belum bisa sebagai Muladi. Hak Asasi Manusia, Politik dan
penjamin atas perlindungan anak dari Sistem Peradilan Pidana. Semarang:
tindakan pidana. Badan Penerbit Universitas
Faktor yang dijadikan sebagai kendala Diponegoro, 2002.
penerapan dalam memenuhi hak Pangemanan, Jefferson B.
restitusi pada anak korban tindakan “Pertanggungjawaban Pidana Anak
pidana kekerasan seksual ada 3 faktor dalam Sistem Peradilan Pidana
diantaranya. Yakni faktor pertama ialah Indonesia.” Jurnal Lex et Societatis 3,
Penegak Hukum, ialah kesepahaman no. 1 (2015).
penegak hukum mengenai pentingnya Wahyudi, Setya. Implementasi Ide Diversi
pemberian hal restitusi pada anak dalam Pembaharuan Sistem Peradilan
korban tindakan pidana kekerasan Pidana Anak di Indonesia.
sesual yang masih kurang maksimal. Yogyakarta: Genta Publishing, 2011.
Faktor kedua ialah masyarakat mengenai Waluyo, Bambang. Penelitian Hukum
ini ialah masih minimnya kemampuan dalam Praktek. Jakarta: Sinar Grafika,

Sultan Jurisprudance: Jurnal Riset Ilmu Hukum,Vol. 1 No. 1Juni 2021, ISSN.-----------|11
Peradilan Gacaca Sebagai Suatu Sistem Alternatif Peradilan Untuk Membantu Memproses Hukum Pelaku Genosida di
Rwanda

2002. Wijaya, Irawan Adi. “Pemberian


“Wawancara dengan Salah Satu Jaksa Restitusi sebagai Perlindungan
Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Hukum Korban Tindak Pidana.”
Batu.” Jawa Timur, 2021. Jurnal Hukum Dan Pembangunan
Wijaya, Andika, dan Dida Peace Ananta. Ekonomi 6, no. 2 (2018).
Darurat Kejahatan Seksual. Jakarta:
Sinar Grafika, 2016.

12| Jurnal Nurani Hukum : Jurnal Ilmu Hukum,Vol. 3 No. 2 Desember 2020, ISSN.2655-7169

You might also like