Professional Documents
Culture Documents
Info Artikel
|Submitted: |Revised: |Accepted:
ABSTRAK:
Currently, cases of children dealing with the law are increasingly happening in the community.
Special attention from law enforcement officers is needed, especially the state must be present in providing
protection for its citizens. However, the implementation of offering restitution for victims of crimes against
children is not optimal. This study aims to identify and understand the application of diversion through the
fulfillment of restitution for victims of child crimes and to analyze the factors that become obstacles in
fulfilling the rights of victims of criminal acts at the Batu District Attorney's Office. The type of research
used is empirical juridical research. Data collection is done by means of library research and interviews. Data
analysis was carried out using descriptive analytical methods and using a qualitative approach. The results
of the study indicate that the implementation of the right of restitution for children who are victims of violent
crimes at the Batu District Attorney's Office has not been fully implemented in the Diversion agreement.
There are 3 (three) factors that become obstacles in the fulfillment of the right to restitution for children who
are victims of the crime of sexual violence. The first factor is the law which does not yet have coercive power
against the perpetrators. The second factor is law enforcers whose understanding is less than optimal. The
third factor is the community that is still developing the will and ability of the perpetrators in the right to
restitution for children who are victims of sexual violence.
SULTAN JURISPRUDANCE: JURNAL RISET ILMU HUKUM,Vol. 1 No. 1Juni 2021, ISSN.---------|1
Peradilan Gacaca Sebagai Suatu Sistem Alternatif Peradilan Untuk Membantu Memproses Hukum Pelaku Genosida di
Rwanda
ABSTRAK:
Saat ini, kasus anak berhadapan dengan hukum semakin gencar terjadi di tengah-
tengah masyarakat. perhatian khusus dari aparat penegak hukum sangat diperlukan,
utamanya negara harus hadir dalam memberikan perlindungan bagi warganya. Namun,
pemberian restitusi untuk korban tindak pidana terhadap anak kurang optimal.
Penelitian ini bertujuan untuk menggali pengetahuan dan memahami implementasi
diversi lewat pemenuhan restitusi kepada korban tindak pidana anak serta pada korban
tindak pidana dalam Kejaksaan Negeri Batu. Penelitian mempergunakan metode
penelitian yuridis empiris. Pengumpulan data dilaksanakan dengan cara Studi
wawancara serta kepustakaan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode
deskriptif analitis serta menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian
membuktikan pengadaan hak restitusi pada anak korban tindak pidana kekerasan dalam
Kejaksaan Negeri Batu belum bisa diterapkan sepenuhnya dalam kesepakatan Diversi.
Terdapat 3 (tiga) Faktor yang menghambat penerapan pemenuhan restitusi pada Anak
korban tindak Pidana Kekerasan fisik. Faktor penghambat yang pertama merupakan
faktor Hukum, dalam hal ini belum adanya aturan daya paksa kepada pelaku bila pelaku
tidak membayarkan restitusi pada korban. Kedua merupakan faktor dari Penegak
Hukum, kurang adanya kesepahaman antara penegak hukum mengenai urgensi
pemberian restitusi pada anak korban tindak pidana kekerasan. Faktor yang terakhir
merupakan faktor masyarakat, terdapat faktor ekonomi yang menjadi kendala pelaku
tidak mampu unk tmengganti kerugian pada korban tindak pidana kekerasan fisik.
2|Sultan Jurisprudance: Jurnal Riset Ilmu Hukum,Vol. 1 No. 1Juni 2021, ISSN.-----------
Pemenuhan Restitusi dalam Proses Diversi Terhadap Anak Korban Tindak Pidana Kekerasan Fisik di Kejaksaan Negeri
Batu
Sultan Jurisprudance: Jurnal Riset Ilmu Hukum,Vol. 1 No. 1Juni 2021, ISSN.-----------|3
Peradilan Gacaca Sebagai Suatu Sistem Alternatif Peradilan Untuk Membantu Memproses Hukum Pelaku Genosida di
Rwanda
korban selama ini bisa dalam bentuk salah satu contoh alternatif atau
“trauma pengalihan pemutusan perkara anak dari
kehilangan kepercayaan diri”. Gejala prosedur penyelesaian melalui peradilan
yang timbul dari gangguan tersebut bisa anak konvensional, menjadi
seperti rasa curiga, kegelisahan, depresi, penyelesaian perkara anak yang lebih
sinisme, kesepian maupun perilaku yang memiliki sifat memberikan layanan
lain. Restitusi memiliki prinsip masyarakat, serta diversi dilaksanakan
memulihkan kondisi awal bertujuan guna menjauhkan anak yang
(restutio in integrum) merupakan suatu memiliki masalah dengan hukum dari
upaya pengembalian kondisi semula dampak negative pada pelaksanaan
terhadap korban tindak kejahatan praktik peradilan anak.
sebelum kejahatan muncul walaupun Pengadaan pemberian restitusi bagi
tidak mungkin korban kembali di korban tindak pidana pada anak kurang
keadaan awal. Restitusi memberikan maksimal terkhusus terkait pemenuhan
ketegasan bahwasannya pemulihan pada restitusi tersebut bisa diberikan pada
korban harus seadil-adilnya yang korban. Berdasarkan LPSK hanya ada
meliputi sejumlah aspek yang muncul enam kasus Restitusi yang terbayarkan
akibat sebuah kejahatan. Harapannya di tahun 2019. Dengan rincian 3 kasus
dengan restitusi, korban bisa pulih tindak pidana kekerasan terhadap anak.
kembali terhadap kebebasannya, hak- Masalah timbul akibat kurangnya
hak yang direnggut, status sosial, kesadaran proses hukum untuk
kewarganegaraan, kehidupan keluarga, mengusahakan terdapatnya restitusi,
kembali ke tempat tinggal, memulihkan kurangnya sosialisasi terhadap publik
pekerjaan, dan aset dipulihkan. terkait terdapatnya restitusi, hingga
Dijelaskan pula pada PP Nomor 43 potensi pelaku bbila dibebankan restitusi
Tahun 2017 terkait Pengadaan Restitusi pada tindak pidana kekerasan seksual
untuk Anak yang Merupakan Korban anak. Seperti halnya yang terjadi pada
Tindak Pidana, “Restitusi merupakan anak korban tindak pidana kekerasan
pembayaran ganti rugi yang diberikan dan pelaku anak terdapat dalam salah
pada pelaku berdasar keputusan satu perkara yang ditangani oleh
pengadilan yang memiliki kekuatan Kejaksaan Negeri Batu dengan nomor
hukum tetap terhadap kerugian materiil perkara PDM-03/Batu/Epp.2/10/2020
ataupun immaterial yang dialami korban dan nomor register perkara PDM-
serta ahli waris.” Restitusi merupakan 02/Batu/Euh.2/10/2020, dalam perkara
tolak ukur untuk pelaksanaan tersebut anak terlibat perkelahian
penyelesaian perkara melalui proses sehingga salah satu anak menjadi korban
diversi, tidak adanya jaminan jika kekerasan yang mengakibatkan luka
restitusi bisa segera dipenuhi dan berat, yang artinya berdasar Pasal 71D
dibayarkan pada korban, menjadi salah Undang-undang Nomor 35 tahun 2014
satu faktor penghambat pelaksanaan terkait perubahan terhadap Undang-
proses diversi karena biasanya pelaku Undang Nomor 23 tahun 2002 terkait
tidak bersedia membayar atau tidak Perlindungan Anak, berhak atas
mampu untuk membayar saat proses pemenuhan hak restitusi sebagai upaya
pelaksanaan kesepakatan diversi. Setya pemulihan keadaan anak yang diberikan
Wahyudi, menyebutkan diversi adalah akibat oleh tindak pidana yang ada.
4| Jurnal Nurani Hukum : Jurnal Ilmu Hukum,Vol. 3 No. 2 Desember 2020, ISSN.2655-7169
Pemenuhan Restitusi dalam Proses Diversi Terhadap Anak Korban Tindak Pidana Kekerasan Fisik di Kejaksaan Negeri
Batu
Sultan Jurisprudance: Jurnal Riset Ilmu Hukum,Vol. 1 No. 1Juni 2021, ISSN.-----------|5
Peradilan Gacaca Sebagai Suatu Sistem Alternatif Peradilan Untuk Membantu Memproses Hukum Pelaku Genosida di
Rwanda
Sultan Jurisprudance: Jurnal Riset Ilmu Hukum,Vol. 1 No. 1Juni 2021, ISSN.-----------|7
Peradilan Gacaca Sebagai Suatu Sistem Alternatif Peradilan Untuk Membantu Memproses Hukum Pelaku Genosida di
Rwanda
Sultan Jurisprudance: Jurnal Riset Ilmu Hukum,Vol. 1 No. 1Juni 2021, ISSN.-----------|9
Peradilan Gacaca Sebagai Suatu Sistem Alternatif Peradilan Untuk Membantu Memproses Hukum Pelaku Genosida di
Rwanda
apabila anak yang sebagai korban telah Jaksa Penutut Umum dalam Kejaksaan
meninggal . Negeri Batu juga memberikan
Upaya dalam pemenuhan restitus bagi kesempatan kepada kedua belah pihak
anak korban tindak pidana kekerasan di agar bermusyawarah untuk menentukan
Kejaksaan Negeri Batu. Permasalahan nominal ganti kerugian agar tidak
utama untuk upaya restitusi kepada menimbulkan keberatan dari salah satu
anak dikarenakan faktor minimnya pihak, demikian juga sudah dituangkan
pengetahuan tentang hak anak dan didalam PP Nomor 43 tahun 2017
parenting skill sepanjang proses mengenai Penyelenggaraan Restitusi
pemilihan pada anak yang telah sebagai untuk Anak korban tindak pidana,
korban. Disamping itu, masyarakat pula Bahwasanya Pelaku juga berhak untuk
banyak yang masih tidak mengetahui mengutarakan pendapatnya. Metode
dan paha, akan tata cara dan prosedur musyawarah diharapkan tidak ada pihak
rujukan sosial dan pengaduan serta yang merasa keberatan atas nominal
memohonkan hak restitusi untuk anak. yang disepakati demi mewujudkan atau
Pemenuhan mengganti hak korban yang telah hilang
Restitusi di dalam kejaksaan belum akibat terjadinya tindak pidana. Dengan
memiliki aturan internal yang bisa menggunakan konsep keadilan restoratif
dijadikan acuan untuk penerapan dalam yang didalamnya terdapat sejumlah
memberikan restitusi untuk anak korban substansi yang terdiri dari beberapa
tindakan pidana kekerasan. Oleh karena prinsip,diantaranya: keikutsertaan
itu Jaksa Penuntut umum tetap bersama-sama antara pelaku dengan
mengupayakan mengganti kerugian atau korban, menjadikan pelaku dan korban
restitusi kepada korban tindakan pidana selaku pihak yang sangatlah memegang
kekerasan terhadap anak untuk proses peranan penting aktif yang berupaya
diversi dibandingkan dengan untuk mencari penyelesaian secara adil
memaksukan dalam tuntutannya. untuk keseluruhan pihak, serta diantara
Karena didalam Peraturan Jaksa Agung pihak haras memiliki kesepakatan untuk
RI Nomor PER- 006/A/J.A/04/2015 menentukan jalur personal dan informal.
mengenai Acuan Penyelenggaraan Dalam memberikan ketegasan
Diversi di Tingkat Penuntutan. Dari pemberian ganti rugi, pelaku
berkiblat pada teori pendekatan menganggap jika telah melaksanakan
restoratif Kejaksaan Negeri Batu hukuman pidana kerugian korban
memasukkan Restitusi dalam proses tersebut dianggap telah dibayarkan atau
diversi demi mencapai atau memenuhi sudah dianggap gugur. Oleh sebab itu
hak dari korban, dengan prosedur yang pelaku tidak jarang untuk enggan
mudah serta metode musyawarah yang melunasi ganti kerugian tersebut.
diterapkan akan lebih efisien. Kejaksaan Namun, didalam pelaksanaan
Negeri Batu mewajibkan jaksa penuntut kesepakatan diversi yang memuat
umum untuk menawarkan kepada pemenuhan restitusi di Kejaksaan Negeri
korban untuk menyelesaikan perkara Batu memberikan penegasan didalam
dengan Diversi sesuai SOP yang berlaku Akta Kesepakatan Diversinya, didalam
dalam Kejaksaan dan berdasar Undang- perjanjiannya termuat peraturan yang
Undang Sistem Peradilan Pidana Anak. memaksa. Dengan adanya unsur
memaksa ini diharapkan ganti rugi
10| Jurnal Nurani Hukum : Jurnal Ilmu Hukum,Vol. 3 No. 2 Desember 2020, ISSN.2655-7169
Pemenuhan Restitusi dalam Proses Diversi Terhadap Anak Korban Tindak Pidana Kekerasan Fisik di Kejaksaan Negeri
Batu
Sultan Jurisprudance: Jurnal Riset Ilmu Hukum,Vol. 1 No. 1Juni 2021, ISSN.-----------|11
Peradilan Gacaca Sebagai Suatu Sistem Alternatif Peradilan Untuk Membantu Memproses Hukum Pelaku Genosida di
Rwanda
12| Jurnal Nurani Hukum : Jurnal Ilmu Hukum,Vol. 3 No. 2 Desember 2020, ISSN.2655-7169