You are on page 1of 13

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG PERLINDUNGAN ANAK (STUDI KASUS

ANAK-ANAK PENGEMIS DI KECAMATAN MANDAU)

OLEH
Masriani/ 1301120845
(masriani2294@gmail.com)

Pembimbing : Prof. Dr. H. Sujianto, M.Si


Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau
Program Studi Ilmu Administrasi Publik FISIP Universitas Riau
Kampus Bina Widya Jl. HR Soebrantas Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru 28293
Telp/Fax 0761-63272

Abstract
Unity of service prosperity social in Mandau district is not maximal give to protection
child order the bigger child in Mandau district. Because lack of supervision, facilities, and
affirmation from participants of unity service. Welfare social which authorized in given
protection and duty order to the children beggar. Children is eighty yearl old, it is mean still in
womb. The protection child is everything activity to ensure and protection child and participants.
His night to service, grow, and to participants as optimal with the harkat and dignity.
The concept of theory is used according to van meter van horn (2008), state that, there
are some variabel which given effect performance implementation the policy of public. This
research is used qualitative method with the analyzeddata. As descriptive. Data collection
technique was be done in observation, interview, and documentation. The parties muolved in this
research as informen.
The results of of research showed that implementation of policy about cchild protection
(Study Case The children beggar in Mandau district) it is not correct and maximum appropriate
because many obstruction was be done in implementation. The obstruction there are facilitaties,
actor unity of service prosperity social is not maximal, than lack of communication with local
officials, and lack of participant in public rights of the child in the family.

keywords: Child, Protection child, Implementation

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 Page 1


pengaturannya dengan dikeluarkannya
A. Latar Belakang
undang-undang no. 4 tahun 1979 tentang
Anak merupakan bentuk investasi kesejahteraan anak, yang berarti makna anak
yang menjadi indicator keberhasilan suatu (pengertian tentang anak) yaitu seseorang
bangsa dalam melaksanakan pembangunan yang harus memperoleh hak-hak yang
di masa depan. Keberhasilan pembangunan kemudian hak-hak tersebut dapat menjamin
anak akan menentukan kualitas sumber daya pertumbuhan dan perkembangan dengan
manusia di masa yang akan datang, serta wajar baik secara rahasia jasmani, maupun
merupakan generasi yang akan menjadi sosial. Atau anak juga berhak atas pelayanan
penerus bangsa sehingga mereka harus untuk mengmbangkan kemampuan dan
dipersiapkan dan diarahkan sejak dini agar kehidupan sosial. Anak juga berhak atas
dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak pemeliharaan dan perlindungan baik semasa
yang sehat jasmani dan rohani, maju, dalam kandungan maupun sesudah ia
mandiri dan sejahtera, menjadi sumber daya dilahirkan.
yang berkualitas dan dapat menghadapi
tantangan di masa datang. Oleh karena itu Menurut Undang-undang Nomor 35
upaya perkembangan anak harus dimulai Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
sedini mungkin mulai dari kandungan pasal 1 ayat 1 anak adalah seseorang yang
hingga tahap-tahap tumbuh kembang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
selanjutnya. termasuk anak yang masih dalam
kandungan. Perlindungan anak pasal 1 ayat
Secara normatif mestinya anak 2 adalah segala kegiatan untuk menjamin
terpenuhi semua kebutuhan sesuai dengan dan melindungi anak dan hak-haknya agar
hak-haknya, akan tetapi masih banyak anak- dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
anak yang tidak terpenuhi haknya karena berpartisipasi secara optimal sesuai dengan
tidak mendapatkan perhatian dari orang tua harkat dan martabat kemanusiaan, serta
sehingga masih banyak anak yang harus mendapat perlindungan dari kekerasan dan
hidup dengan mencari uang dijalanan diskriminasi.
sebagai anak jalanan. Bahkan tidak sedikit
dari mereka dipekerjakan oleh orang tuanya Sedangkan hak anak dalam undang-
untuk mencari uang mencari uang demi undang perlindungan anak no 35 tahun 2014
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. menjelaskan hak anak adalah bagian dari
hak asasi manusia yang wajib dijamin,
Pengertian anak berdasarkan dilindungi, dan di penuhi oleh orang tua,
undang-undang 1945 terdapat dalam pasal keluarga, masyarakat, negara, pemerintah,
\DQJ EHUEXQ\L ³ IDNLU PLVNLQ GDQ DQDN- dan pemerintah daerah. Hak anak antara lain
DQDN WHUODQWDU GLSHOLKDUD ROHK QHJDUD ³ KDO sebagai berikut :
ini mengandung makna bahwa anak adalah 1. Setiap anak berhak
subjek hukum dari hukum nasional yang memperoleh pendidikan dan
harus dilindungi, dipelihara dan dibina untuk pengajaran dalam rangka
mencapai kesejahteraan anak. Dengan kata pengembangan pribadinya
lain anak tersebut merupakan tanggung dan tingkat kecerdasannya
jawab pemerintah dan masyarakat terhadap sesuai dengan minat dan
pengertian anak menurut undang-undang bakat.
1945 ini, Irma Setyowati Soemitri, SH
PHQMDEDUNDQ VHEDJDL EHULNXW ³ NHWHQWXDQ 2. Setiap anak berhak
undang-undang 1945, ditegaskan mendapatkan perlindungan

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 Page 2


disatuan pendidikan dari Dapat dilihat bahwa angka pekerja
kejahatan seksual dan anak dibawah umur di kecamatan Mandau
kekerasan yang dilakukan cukup tinggi dan tingkat pendidikan
oleh pendidik, tenaga terhadap anak-anak tersebut cukup rendah.
kependidikan, sesame peserta Anak adalah sebagai penerus bangsa
didik, dan/atau pihak lain. kedepannya. Anak-anak tersebut wajib
mendapatkan pendidikan 9 tahun. Bekerja
Dari hak anak yang terdapat di dalam sebagai pengemis itu dapat mengahncurkan
undang-undang tersebut belum terjadi masa depan anak-anak tersebut. Pemerintah
maksimal dikecamatan Mandau. Pada harus lebih efektif lagi dalam menjalankan
kenyataan masih banyak anak-anak dibawah tugas terhadap menertibkan anak-anak
menjadi pengemis dikecamatan Mandau pengemis dikecamatan Mandau serta
karena tuntutan ekonomi. Kecamatan memberikan hak-hak anak tersebut.
Mandau adalah kecamatan yang cukup
berkembang dengan baik saat ini dan masih Belum efektifnya uptd kesejahteraan
banyak permasalahan-permasalahan sosial kecamatan Mandau dalam tugas nya
terhadap anak salah satunya. Anak dibawah dalam hal pengawasan dan minimnya sarana
umur terpaksa bekerja sebagai pengemis dan prasarana dapat dilihat dari peningkatan
karena tuntutan ekonomi dan orang tua tidak 3 tahun terakhir ini jumlah anak-anak
dapat memenuhi kebutuhannya. pengemis di bawah umur di kecamatan
Mandau. Hal itu dapat dilihat pada tabel di
Kenyataan itu bisa bisa dilihat bahwa bawah ini :
masih banyaknya anak-anak yang menjadi
pengemis disebabkan karena kurangnya Tabel 1.2 : Berdasarkan
pengawasan dari lembaga yang berwenang Peningkatan Per Tahun
dalam menangani hal ini seperti Upt Dinas No Tahun Jumlah Pekerja
kesejahteraan Sosial yang ada didaerah. Dan Anak
minimnya sarana dan prasarana seperti
ruangan rehabilitasi/pembinaan untuk anak- 1. 2014 5
anak yang terjaring razia. Uptd 2. 2015 10
kesejahteraan sosial di bantu satpol pp
melakukan razia untuk mengatasi masalah 3. 2016 35
gelandangan dan pengemis yang ada Sumber : Upt Dinas Kesejahteraan
kecamatan mandau. Razia tersebut Sosial 2016
dilakukan bertujuan untuk menetibkan atau
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
membersihkan daerah kecamatan Mandau
bahwa peningkatan setiap tahun anak-anak
dari pengemis dan gelandangan, serta
yang bekerja sebagai pengemis di
berupaya untuk memberikan penyadaran
Kecamatan Mandau meningkat cukup
kepada anak-anak tersebut. Padahal
buruk. Dengan peningkatan pekerja anak
seharusnya anak-anak tersebut bukan
seperti ini seharusnya pemerintah
bekerja di usia mereka tapi mendapatkan
Kecamatan Mandau khawatir. Pemerintah
kasih sayang dan pendidikan yang
harus mengupayakan perlindungan hukum
semestinya,,
dan menyediakan pelayanan yang memadai
Masih banyaknya anak-anak di bagi anak-anak yang bekerja di sektor
bawah umur yang bekerja sebagai pengemis informal, seperti anak-anak yang bekerja
di kecamatan Mandau. sebagi pengemis di jalanan dan memastikan
agar anak-anak yang bekerja memperoleh

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 Page 3


pendidikan dasar 9 tahun, pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat
keterampilan melalui bentuk-bentuk memberikan informasi dan sumbangan
pendidikan alternatif yang sesuai dengan pemikiran dalam rangka pengembangan
kebutuhan mereka. ilmu pengetahuan khususnya di Bidang
Berdasarkan fenomena-fenomena Ilmu Administrasi Publik.
diatas pekerja anak yang ada di kecamatan 2. Manfaat praktis
mandau yang sangat jauh berbeda dengan Hasil penelitian diharapkan dapat
hak-hak yang seharusnya mereka dapat, memberikan rekomendasi atau solusi
yang tidak sesuai dengan Undang-undang kepada pemerintah, instansi terkait, dan
Perlindungan Anak dan Kesejahteraan Anak masyarakat tentang hal yang harus
untuk itu penulis tertarik menuangkan dalam dilakukan dalam upaya mengurangi
bentuk penelitian proposal yang berjudul : anak-anak yang bekerja di bawah umur.
³,PSOHPHQWDVL .HELMDNDQ 7HQWDQJ
Perlindung Anak (Studi Kasus : Anak- D. Konsep Teori
anak Pengemis Di Kec. Mandau.
1. Kebijakan Publik
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang Kebijakan adalah keputusan yang
yang telah dikemukakan tersebut, maka dibuat oleh pemerintah atau lembaga yang
permasalahan yang akan dikemukan penulis berwenang untuk memecahkan masalah atau
adalah : mewujudkan tujuan yang diiginkan
1. Bagaimana implementasi kebijakan masyarakat (Abidin, 2012:19 ).
tentang perlindungan anak terhadap David Easton dalam Abidin
pekerja anak-anak pengemis (2012:6) menyebutkan kebijakan
dibawah umur di Kecamatan pemerintah sebagai kekuasaan
Mandau ? pengalokasian nilai - nilai untuk masyarakat
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi secara keseluruhan.Hal ini mengandung
timbulnya pekerja anak-anak konotasi tentang kewenangan pemerintah
pengemis dibawah umur di Kec. yang meliputi keseluruhan kehidupan
Mandau ? masyarakat. Tidak ada suatu organisasi lain
yang wewenangnya dapat mencakup seluruh
C. Tinjauan dan Manfaat Penelitian masyarakat kecuali pemerintah.
Adapun tujuan penelitian adalah H. Hugh Heglo dalam Abidin
sebagai berikut : (2012:6) menyebutkan kebijakan sebagai
a. Untuk mengetahui implementasi suatu tindakan yang bermaksud untuk
kebijakan tentang perlindungan anak mencapai tujuan tertentu.Kebijakan lebih
terhadap pekerja anak-anak dapat digolongkan sebagai suatu alat analisis
pengemis di bawah umur di daripada sebagai suatu rumusan kata kata.
Kecamatan Mandau Oleh karena itu isi dan suatu kebijakan lebih
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat dipahai oleh para analisis dari pada
mempengaruhi timbulnya pekerja oleh para perumus dan pelaksana kebijakan
anak-anak pengemis dibawah umur itu sendiri. Beberapa isi dari kebijakan itu
di Kecamatan Mandau adalah sebagai berikut :
Adapun manfaat penelitian adalah
sebagai berikut : 1. Isi yang pertama adalah tujuan
1. Manfaat teoritis tertentu yang dikehendaki untuk

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 Page 4


dicapai, bukan suatu tujuan yang Dalam dimensi lingkungan yang dikenai
sekedar diinginkan saja. kebijakan, pengertian publik adalah
2. Kedua adalah rencana atau proposal masyarakat. Pengertian umum dan istilah
yang merupakan alat atau cara publik dalam kebijakan terdapat dalam strata
tertentu untuk mencapainya. kebijakan. Suatu kebijakan publik biasanya
3. Ketiga adalah program atau cara tidak bersifat spesifik dan sempit, tetapi luas
tertentu yang telah mendapat berada pada strata strategis. Oleh sebab itu,
persetujuan dan pengesahan untuk kebijakan publik berfungsi sebagai pedoman
mencapai tujuan yang dimaksud. umum untuk kebijakan dan keputusan
4. Keempat adalah keputusan, yakni keputusan khusus dibawahnya (Abidin,
tindakan tertentu yang diambil untuk 2012:7).
menentukan tujuan, membuat dan Kebijakan publik adalah peraturan
menyesuaikan rencana, serta perundangan yang digunakan sebagai dasar
melaksanakan dan mengevaluasi tindakan pemerintah untuk mengatur dan
program. melayani masyarakat dalam berbagai bidang
5. Kelima adalah dampak yang timbul kehidupan sehari hari.Kebijakan publik juga
dan suatu program dalam dapat diartikan sebagai keputusan yang
masyarakat. dibuat oleh negara, khususnya pemerintah,
Bertolak dari pengertian Heglo, sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan
Jones dalam Abidin (2012:6) merumuskan negara yang bersangkutan. Kebijakan publik
kebijakan sebagai suatu perilaku yang tetap dalam bentuk undang - undang atau perda
dan berulang dalam hubungan dengan usaha adalah jenis kebijakan yang memerlukan
yang ada di dalam dan melalui pemerintah kebijakan publik penjelas atau yang sering
untuk memecahkan masalah umum.Artinya, diistilahkan sebagai peraturan pelaksanaan.
kebijakan itu bersifat dinamis yang nanti Kebijakan publik yang bisa langsung
dalam bagian lain akan dibicarakan secara operasional antara lain keppres, inpres,
khusus dalam hubungannya dengan sifat dan kepmen, keputusan kepala daerah,
kebijakan. keputusan kepala dinas, dll (Nugroho,
Carl Friedrich dalam Indiahono 2014:357).
(2009:18) mendefinisikan kebijakan sebagai
suatu tindakan yang mengarah pada tujuan 2. Implementasi Kebijakan
yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, Ripley dan Franklin dalam
atau pemerintah dalam lingkungan tertentu (Winarno, 2014: 148) menyatakan bahwa
sehubungan dengan adanya hambatan implementasi adalah apa yang terjadi setelah
hambatan tertentu seraya mencari peluang undang-undang ditetapkan yang
peluang untuk mencapai tujuan tertentu. memberikan otoritas program, kebijakan,
Pengertian publik dalam rangkaian keuntungan (benefit), atau suatu jenis
kata public policy memiliki tiga konotasi, keluaran yang nyata (tangible output).
yaitu pemerintah, masyarakat, dan umum. Implementasi mencakup tindakan-tindakan
Hal ini dapat dilihat dalam dimensi subjek, oleh sebagai aktor, khususnya para birokrat
objek dan lingkungan dan kebijakan. Dalam yang dimaksudkan untuk membuat program
dimensi subjek, kebijakan publik adalah berjalan. Menurut Ripley dan Franklin , ada
kebijakan pemerintah yang dapat dianggap tiga cara yang dominan bagi suksesnya
sebagai kebijakan resmi, sehingga implementasi kebijakan, yaitu:
mempunyai kewenangan yang dapat a. Tingkat kepatuhan pada ketentuan
memaksa masyarakat untuk mematuhinya. yang berlaku

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 Page 5


b. Adanya kelancarnya pelaksanaan yang memberikan otoritas program,
rutinitas fungsi dan tidak adanya kebijakan, keuntungan (benefit), atau suatu
masalah jenis keluaran yang nyata (tangible output).
c. Pelaksanaan dan dampak yang
dikehendaki terarah Grindle dalam Winarno (2016:135)
Ketiga perspektif tersebut digunakan implementasi dengan mengatakan secara
untuk mengukur keberhasilan implementasi umum, tugas implementasi adalah
kebijakan, sehingga menjadi lebih mudah membentuk suatu kaitan (linkage) yang
untuk diidentifikasi. Teori Ripley dan memudahkan tujuan-tujuan kebijakan bisa
Franklin ingin menekankan tingkat direalisasikan sebagai dampak dari suatu
kepatuhan para implementor kebijakan kegiatan pemerintah.
terhadap isi kebijakan itu sendiri. Setelah
Donald Van Metter dan Carl Van
ada kepatuhan terhadap kebijakan yang ada,
Horn dalam Sujianto (2008:34)
pada tahap selanjutnya melihat kelancaran
mengembangkan model implementasi
pelaksanaan rutinitas fungsi, serta seberapa
kebijakan klasik yang mengasumsi bahwa
besar masalah yang dihadapi dalam
implementasi kebijakan bekerja sejalan
implementasi. Pada akhirnya setelah semua
dengan proses kebijakan.
berjalan maka akan terwujud kinerja yang
baik dan tercapainya tujuan (dampak) yang Pada generasi pertama implementasi
diinginkan. kebijakan berhimpit dengan studi
pengambilan keputusan di sektor publik.
Pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut Studi awal implementasi kebanyakan hanya
dapat dipakai untuk mengukur apakah tugas berupa catatan ± catatan, meski cukup rinci,
pokok organisasi implementor tersebut telah mengenai bagaimana sebuah keputusan
berjalan dengan lancar atau belum. Fungsi otoritatif dilaksanakan. Studi awal ini
selanjutnya dapat untuk mengidentifikasi dilakukan oleh Martha Derthick (1972),
permasalahan yang ada, sehingga dapat yang mengatakan bahwa program ± program
menghambat lancarnya implementasi sebuah publik yang disponsori oleh pemerintah
kebijakan. jarang yang berhasil mencapai tujuan
(Wahab, 2012:161).
Teori yang digunakan Ripley dan
Franklin ini bersifat top down. Teori Jeffrey Pressman dan Aaron
Rasional (top down) ini lebih menekankan Wildavsky dalam Soetari (2014:238)
pada usaha untuk mengidentifikasi faktor- merupakan tokoh model implementasi yang
faktor apa saja yang membuat suatu pertama kali muncul dalam generasi
kebijakan bisa berjalan sukses di lapangan. pertama. Tulisan mereka yang berjudul
Model implementasi inilah yang paling Implementation menyatakan bahwa
pertama muncul. Pendekatan top down implementasi dapat berhasil bergantung
memiliki pandangan tentang hubungan pada keterkaitan antara berbagai organisasi
kebijakan implementasi seperti yang dan departemen pada tingkat lokal yang
tercakup dalam Emile karya Rousseau terlibat dalam implementasi. Kerja sama,
³6HJDOD VHVXDWX DGDODK EDLN MLND GLVHUDKNan koordinasi, dan kontrol memegang peranan
ke tangan Sang Pencipta, segala sesuatu sangat penting.
DGDODK EXUXN GL WDQJDQ PDQXVLD´
Ripley dan Franklin dalam Winarno Van meter dan Van Horn dalam
(2016:134) implementasi adalah apa yang Winarno (2016:135) membatasi
terjadi dalam undan-undang di tetapkan implementasi kebijakan sebagai suatu

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 Page 6


tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Implementasi akan berjalan efektif
individu-individu (atau kelompok- bila ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan
kelompok) pemerintah maupun swasta yang dipahami oleh individu-individu yang
di arahkan untuk mencapai tujuan-tujuan bertanggung jawab dalam kinerja kebijakan.
yang telah di tetapkan dalam keputusan- Dengan demikian, sangat penting untuk
keputusan kebijakan sebelumnya. Van meter memberi perhatian yang besar kepada
dan Van Horn membagi ada enam variabel kejelasan ukuran-ukuran dasar dan tujuan-
antara lain sebagai berikut : tujuan implementasi, ketepatan
1. Ukuran-ukuran dasar dan tujuan- komunikasinya dengan para pelaksana, dan
tujuan kebijakan konsistensi atau keseragaman dari ukuran
Variabel ini didasarkan pada dasar dan tujuan-tujuan yang
kepentingan utama terhadap faktor-faktor dikomunikasikan dengan berbagai sumber
yang menetukan kinerja kegiatan. Menurut informasi. Ukuran-ukuran dasar dan tujuan-
Van Meter dan Van Horn, identifikasi tujuan tidak dapat dilaksanakan kecuali jika
indicator-indikator kinerja merupakan tahap ukuran ukuran dasar dan tujuan-tujuan itu
yang krusial dalam analisis implementasi dinyatakan dengan cukup jelas, sehingga
kebijakan. Indicator-indikator kinerja ini para pelaksana dapat mengetahui apa yang
menilai sejauh mana ukuran-ukuran dasar diharapkan dari ukuran-ukuran dasar dan
dan tujuan-tujuan kebijakan telah tujuan-tujuan itu.
direalisasikan. Dalam melakukan studi 4. Karakteristik badan-badan pelaksana
implementasi, tujuan-tujuan dan sasaran- Para peminat politik birokrasi telah
sasaran suatu program yang akan mengidentifikasikan banyak karakteristik
dilaksanakan harus diidentifikasi dan diukur badan-badan administrative yang telah
karena implementasi tidak dapat berhasil mempengaruhi pencapaian kebijakan
atau mengalami kegagalan bila tujuan-tujuan mereka. Dalam melihat karakteristik badan-
itu tidak dipertimbangkan. badan pelaksana, seperti yang dinyatakan
2. Sumber-sumber kebijakan Van Meter dan Van Horn, maka
Disamping ukuran-ukuran dasar dan pembahasan ini tidak bias lepas dari struktur
sasaran-sasaran kebijakan, yang perlu organisasi. Struktur organisasi yang
mendapatkan perhatian dalam proses diartikan sebagai karakteristik-karakteristik,
implementasi kebijakan adalah sumber- norma-norma, dan pola-pola hubungan yang
sumber yang tersedia. Sumber-sumber yang terjadi berulang-ulang dalam badan-badan
dimaksud mencakup dana atau perangsang eksekutif yang mempunyai hubungan baik
(incentive) lain yang mendorong dan potensial maupun nyata dengan apa yang
mempelancar implementasi efektif. Dalam mereka miliki dengan menjalankan
implementasi kebijakan, kita sring kali kebijakan. Kondisi ekonomi,sosial, dan
mendengar para pejabat maupun pelaksana politik
mengatakan bahwa kita tidak mempunyai 5. Kecenderungan pelaksana
cukup dana untuk membiayai program- (implementors)
program yang telah direncanakan. Dengan Van Meter dan Van Horn
demikian, dalam bebrapa kasus besar berpendapat bahwa setiap komponen dari
kecilnya dana yang akan menjadi factor model yang dibicarakan sebelumnya harus
yang menetukan keberhasilan implementasi disaring melalui persepsi-persepsi pelaksana
kebijakan. dalam yurisdiksi dimana kebijakan tersebut
dihasilkan. Mereka kemudian
3. Komunikasi antarorganisasi dan mengidentifikasi tiga unsur tanggapan
kegiatan-kegiatan pelaksana

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 Page 7


pelaksana yang mungkin mempengaruhi bertujuan untuk menganalisa dan
kemampuan dan keinginan mereka untuk menggambarkan bagaimana fenomena
melaksanakan kebijakan, yakni : kognisi tentang implementasi undang-undang no. 35
(komprehensi, pemahaman) tentang tahun 2014 tentang perlindungan anak
kebijakan, macam tanggapan terhadapnya terhadap pekerja anak di bawah umur (studi
(penerimaan,netralitas,penolakan) dan kasus : anak-anak pengemis di kecamatan
intensitas tanggapan itu. Mandau).
6. Kondisi ekonomi, sosial, dan
politik. 2. Lokasi Penelitian
Kondisi-kondisi ekonomi, sosial dan 3HQHOLWLDQ WHQWDQJ ³,PSOHPHQWDVL
politik merupakan variabel selanjutnya yang Kebijakan Tentang Perlindungan Anak
diidentifikasi oleh van meter dan van horn. (Studi Kasus : Anak-Anak Pengemis Di
Dampak kondisi-kondisi ekonomi, sosial .HF 0DQGDX ´ PDND ORNDVL GDUL SHQHOLWLDQ
dan politik pada kebijakan public ini adalah UPT Dinas Sosial Kecamatan
merupakan pusat perhatian yang besar Mandau-Pinggir.
selama dasawarsa yang lalu. Para peminat
perbandingan politik dan kebijakan publicl
3. Informan Penelitian
secara khusus tertarik dalam
mengidentifikasikan pengaruh variabel- Adapun dalam penelitian ini penulis
variabel lingkungan pada hasil-hasil menggunakan metode kualitatif, dimana
kebijakan. sekalipun dampak dari faktor- penulis memperoleh informasi dari informen
faktor ini pada implementasi keputusan- yang dinilai mampu memberikan jawaban
keputusan kebijakan mendapat perhatian dan informasi yang benar dan akurat serta
yang kecil, namun menurut van meter dan objektif. Adapun informen dalam peneliti ini
van horn, faktor-faktor ini mungkin :
mempunyai efek yang mendalam terhadap a. Kepala UPT Dinas Sosial
pencapaian badan-badan pelaksana. b. Koordinator Lapangan
Menurut Van Meter dan van Horn c. Anak-anak pengemis
ada beberapa alasan mengapa tujuan-tujuan d. Orang tua anak-anak pengemis
suatu kebijakan ditolak oleh orang-orang e. Masyarakat
yang bertanggung jawab terhadap implentasi
kebijakan tersebut, yakni : tujuan-tujuan 4. Teknik Pengumpulan Data
kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya
mungkin bertentangan dengan system nilai Teknik pengumpulan data dilakukan
pribadi-pribadi para pelaksana, kesetiaan- dengan metode :
kesetiaan ekstra organisasi, perasaan akan a. Wawancara ( Interview )
kepentingan diri sendiri, atau karena Wawancara adalah suatu percakapan
hubungan-hubungan yang ada dan yang langsung dengan tujuan-tujuan tertentu
lebih disenangi. dengan menggunakan format hanya tanya
jawab yang terencana. Wawancara bertujuan
untuk mendapatkan data di tangan
E. Metode Penelitian pertama,pelengkap teknik pengumpulan data
1. Jenis Penelitian lainnya. Wawancara yang digunakan adalah
Adapun jenis penelitian yang peneliti wawancara terstruktur dan tidak terstruktur,
lakukan adalah penelitian kualitatif dengan dengan menyiapkan pokok-pokok masalah
metode deskriptif. Metode penelitian ini yang akan menjadi bahan pembicaraan dan

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 Page 8


menuliskan tindak lanjut wawancara ke A. Implementasi Kebijakan Tentang
dalam catatan lapangan. Perlindungan Anak (Studi Kasus :
b. Observasi Anak-Anak Pengemis Di
yaitu dimana penulis melakukan Kecamatan Mandau).
1. Standar dan sasaran kebijakan /
pengamatan langsung terhadap objek yang
ukuran dan tujuan kebijakan
diteliti mengenai Kebijakan Pemerintah
Terhadap Pekerja Di Bawah Umur Di Tujuan kebijakan dan standar
kecamatan Mandau Kota Duri. Proses ini yang jelas yaitu perincian mengenai
berlangsung dengan pengamatan yang sasarn yang ingin dicapai melalui
meliputi, melihat, merekam, dan mencatat kebijakan beserta standar untuk
kejadian. Observasi bisa di katakana sebagai mengukur pencapaiannya. Kinerja
kegiatan yang menjadi pencatatan secara implementasi kebijakan tentang
sistematik kejadian, perilaku objek yang perlindungan anak (studi kasus anak-
dilihat dan hal-hal yang diperlukan dalam anak pengemis di kecamatan
mendukung penelitian. Mandau kabupaten bengkalis) dapat
c. Dokumentasi diukur tingkat keberhasilannya dari
ukuran dan tujuan kebijakan yang
Dokumentasi digunakan agar dapat bersifat realitis dengan sosio-kultur
menunjang dan merumuskan suatu yang ada di level pelaksana
kesimpulan guna melengkapi dari kebijakan. van meter dan van horn
kekurangan-kekurangan yang ada dari mengemukakan untuk mengukur
wawancara. kinerja implementasi kebijakan
tentunya menegaskan standard an
5. Analisa Data sasaran tertentu yang harus dicapai
Dalam menganalisa data yang oleh para pelaksana kebijakan.
peneliti peroleh baik data primer maupun Kinerja kebijakan pada dasarnya
data sekunder, Peneliti menggunakan merupakan penilaian atas tingkat
metode deskriptif kualitatif dalam analisa ketercapaian standar dan sasaran
data yaitu menggambarkan teori dengan tersebut.
kondisi objektif yang ditemui dilapangan 2.Sumber daya kebijakan
mengenai implementasi kebijakan tentang Keberhasilan implementasi
perlindungan anak (Studi kasus : Anak-anak kebijakan sangat tergantung dari
Pengemis di Kecamatan Mandau). Hal ini kemampuan memanfaatkan sumber daya
dilakukan dengan langkah-langkah dan yang tersedia. Manusia merupakan sumber
tahapan-tahapan tertentu. Langkah-langkah daya yang terpenting dalam menentukan
itu adalah dengan mengumpulkan data yang keberhasilan suatu implementasi kebijakan.
diperlukan, kemudian digolongkan menurut setiap tahap implementasi menuntut adanya
jenis dan spesifikasinya. Selanjutnya sumber daya manusia yang berkualitas
dianalisis secara kualitatif dengan uraian sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan
serta penjelasan yang mendukung. Setelah oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara
itu dari hasil analisa ditarik kesimpulan yang politik. Selain sumber daya manusia, sumber
merupakan hasil terakhir dari penelitian. daya fiannsial dan waktu menjadi
perhitungan penting dalam keberhasilan
implementasi kebijakan.
HASIL PENELITIAN DAN 3.Karakteristik organisasi pelaksana
PEMBAHASAN

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 Page 9


Pusat perhatian pada agen pelaksan kebutuhan, keinginan atu permasalahan
meliputi organisasi informal yang akan yang harus diselesaikan.
terlibat dalam pengimplementasian 6. Lingkungan, Sosial, Ekonomi
kebijakan. hal ini penting karena kinerja Hal terakhir yang perlu diperhatikan
implementasi kebijakan akan sangat guna menilai kinerja implementasi kebijakan
dipengaruhi oleh ciri yang tepat serta cocok adalah sejauh mana lingkungan eksternal
dengan para agen pelaksananya. Hal ini turut mendorong keberhasilan kebijakan
berkaitan dengan konteks kebijakan yang publik. Lingkungan eksternal tersebut
akan dilaksanakan pada beberapa kebijakan misalnya lingkungan sosial, ekonomi yang
dituntut pelaksana kebijakan yang ketat dan kondusif sehingga dapat mendorong
disiplin. Pada konteks lain diperlukan agen keberhasilan implementasi kebijakan
pelaksan yang demokratis dan persuasive. tentang perlindungan anak (studi kasus
Selain itu, cakupan atau luas wilayah anak-anak pengemis di kecamatan Mandau).
menjadi pertimbangan penting dalam Lingkungan ekternal tersebut meliputi
menentukan agen pelaksana kebijakan. apakah sumber daya ekonomi mencukupi,
4. Komunikasi antarorganisasi dan seberapa besar dan bagaimana kebijakan
kegiatan-kegiatan pelaksana dapat mempengaruhi kondisi sosial dan
Menurut van meter dan van horn ekonomi yang ada, bagaimana tanggapan
implementasi akan berjalan efektif bila publik tentang kebijakan tersebut dan
ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan di pahami apakah elite (kelompok yang berkuasa)
oleh individu-individu yang bertanggung mendukung implementasi.
jawab dalam kinerja kebijakan. Oleh karena B. Faktor-faktor Yang
itu, standar dan tujuan harus Mempengaruhi Pelaksanaan
dikomunikasikan kepada para pelaksana Pembangunan Di Kepenghuluan
seperti upt dinas sosial yang berwenang Harapan Makmur Selatan
dalam memberi kesejahteraan sosial kepada 1) Ekonomi
masyarakat di daerah dan menjalankan tugas Faktor ekonomi merupakan pangkal
yang telah ditetapkan oleh undang-undang utama dalam peningkatan jumlah
terhadap perlindungan anak serta pekerja anak. Harga bahan pokok
memberikan hak-hak yang seharusnya yang yang semakin mahal, tingkat
didapatkan anak-anak di bawah umur. kebutuhan yang tinggi serta
5. Disposisi atau sikap para pelaksana pengeluaran yang bertambah
Sikap penerimaan atau penolakan menuntut anak terjun untuk
dari pelaksana terhadap perlindungan anak membantu mencukupi kebutuhan
sangat mempengaruhi keberhasilan atau dasarnya. Sebagian kasus pekerja
kegagalan implementasi tentang undang- anak ini terjadi pada keluarga
undang perlindungan anak no 35 tahun menengah kebawah. Kemiskinan
2014. Hal ini sangat mungkin terjadi karena yang dikaitkan dengan faktor
kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil ekonomi ini dihubungkan dengan
formulasi warga setempat yang mengenal masalah pendapatan. Masalah
betul permasalahan dan persoalan yang ekonomi dapat terganggu dengan
mereka rasakan. Tetapi kebijakan public penganggurannya orang tua dapat
biasanya bersifat top down yang sangat juga menurunkan tingkat
mungkin para pengambil keputusan tidak perekonomian di dalam keluarga.
mengetahui bahkan tak mampu menyentuh 2) Urbanisasi

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 Page 10


Daerah asal dari pekerja anak yang ³GLSDNVD´ EHNHUMD NDUHQD WXQWXWDQ
mayoritas dari pedesaan juga ekonomi keluarga.
merupakan salah satu faktor 5.Lemahnya Pengawasan dan
timbulnya pekerja anak. Pedesaan Terbatasnya Institusi Rehabilitasi
yang dianggap tidak bisa Adanya peraturan untuk melakukan
memberikan jaminan perbaikan perlindungan pekerja anak tidak
ekonomi, maka banyak orang yang diimbangi dengan pelaksanaan dari
mengadu nasib ke kota-kota besar aturan tersebut. Sehingga sangat
dengan harapan dapat memperoleh dimungkinkan banyak sekali
penghasilan yang lebih tinggi, tanpa masalah-masalah yang timbul pada
kecuali para orang tua yang pekerja anak yang tidak bisa
terbelenggu masalah ekonomi terselesaikan oleh aparat penegak
mengajak anaknya untuk hukum.
dipekerjakan mulai dari dijadikannya
pengemis sampai pada buruh pabrik. PENUTUP
3. Perceraian A. Kesimpulan
Pengertian perceraian adalah cerai
hidup antara pasangan suami istri Pada uraian diatas pada bab-bab
sebagai akibat dari kegagalan mereka terdahulu, maka dapat ditarik kesimpulan
menjalankan obligasi peran masing- sesuai dengan pokok-pokok permasalahan
masing. Perceraian merupakan yang telah diidentifikasikan sebagai berikut :
terputusnya karena salah satu atau 1. Melihat dari fenomena-fenomena
kedua pasangan memutuskan untuk yang telah terjadi di masyarakat
saling meninggalkan sehingga terhadap pelaksana implementasi
mereka berhenti melakukan kebijakan. diambil dari kesimpulan
kewajibannya sebagai suami istri. enam variabel menurut van meter
3HUFHUDLDQ EDJL DQDN DGDODK ³WDQGD dan van horn yang mempengaruhi
NHPDWLDQ´ NHXWXKD NHOXDUJDQ\D implementasi undang-undang ini
UDVDQ\D VHSDUXK ³GLUL´ DQDN WHODK adalah standar dan tujuan yang jelas,
hilang, hidup tak akan sama lain sumber daya yang baik dan benar,
setelah orang tua mereka bercerai karakteristik pelaksanan kebijakan,
dan mereka harus menerima cara berkomunikasi dan menjalin
kesedihan dan perasaan kehilangan hubungan antar pihak-pihak
yang mendalam. pelaksana dan sasaran tujuan,
4) Rendahnya Pendidikan disposisi serta pengaruh lingkungan
Alasan utama seorang anak menjadi sosial dan ekonominya. Yang mana
pekerja adalah karena dari hasil penelitian dilapangan
keterbelakangan mereka untuk bahwa keenam variabel tersebut
mengenyam pendidikan. Satu hal belum dapat dilaksanakan dengan
yang paling bisa dilakukan oleh baik dan benar. Di antara nya belum
pemerintah mendatang adalah maksimal yang di lakukan pelaksana
melaksanakan program-program yaitu sarana dan prasarana ruangan
pendidikan berbiaya rendah dan pembinaan/rehabilitasi untuk anak-
mengakomodasikan kebutuhan anak pengemis yang terjaring razia,
keterampilan tertentu bagi anak. peran uptd kesejahteraan sosial
Sebab, selama ini anak-anak belum berjalan dengan efektif,
komunikasi pihak kelurahan dengan

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 Page 11


RT didaerah, pastisipasi masyarakat Disamping itu dibutuhkan kesadaran
masih kurang, tindakan uptd kepada orang tua dan masyarakat bahwa
kesejahteraan sosial tidak sesuai mempekerjakan anak sebagai pengemis itu
dengan kenyataan dilapangan, serta melanggar undang-undang dan bagi para
lingkungan sosial dan ekonomi yang pelaku yang mempekerjakan anak tersebut
tidak mendukung. dapat dikenakan sanksi hukum yang berat
2. Faktor-faktor yang menyebabkan serta dibutuhkan peningkatan kesadaran bagi
anak-anak tersebut bekerja sebagai seluruh pihak bahwa tindakan mengemis
pengemis adalah faktor ekonomi, selain dipandang sebagai perbuatan yang
faktor urbanisasi, faktor kurang terpuji.
pengangguran, faktor rendahnya
pendidikan, faktor perceraian, dan DAFTAR PUSTAKA
faktor rendahnya pengawasan
instansi pemerintah di kecamatan Buku :
Mandau. Dari faktor diatas
Abidin, Said Zainal. 2012. Kebijakan
menunjukkan bahwa anak-anak
Publik.
pengemis bekerja untuk membantu
perekonomian keluarga atau Jakarta: Salemba Humanika
kemauan mereka sendiri yang ingin Agustino, Leo. 2012. Dasar ± dasar
bekerja. Dan pemerintah harus dapat
lebih tegas lagi dalam menyikapi hal Kebijakan Publik. Bandung:
ini. Alfabeta
B. Saran Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian
Dari penelitian yang telah dilakukan
dan masalah-masalah yang ditemukan, ada Kualitatif, Jakarta: Raja Grafindo
beberapa saran yang diharapkan dapat BPS. 2009. Pekerja Anak Indonesia. Jakarta:
membangun serta dijadikan masukan dan
IPEC
juga sebagai bahan pertimbangan oleh uptd
kesejahteraan sosial di kecamatan Mandau. Endang, Soetari. 2014. Kebijakan Publik
Adapun saran yang dapat diberikan dalam (Pengantar). Bandung: Pustaka Setia
penelitian ini adalah : uptd kesejahteraan
sosial sebagai implementor atau pelaksana Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan
kebijakan yang dibuat, sasaran tujuan dan Publik Berbasis Dynamic Policy
sumber daya pelaksana kebijakan itu. Pihak-
pihak pelaksana kebijakan serta pihak-pihak Analisys. Yogyakarta: Gaava Media
penerima kebijakan hendaknya membuat Nugroho, Riant. 2012. Public Policy.
strategi yang lebih untuk mewujudkan Jakarta:
peraturan perundang-undangan. Uptd
kesejahteraan sosial kecamatan Mandau Kompas Media
hendaknya memberikan sarana dan . 2014. Public Policy
prasarana yang memadai untuk Jakarta: Elex Media Komputindo
pembinaan/rehabilitasi untuk anak-anak
tersebut dan berkomunikasi dan Purwanto, Erwan Agus. 2012. Implementasi
bersosialisasi dengan masyarakat untuk Kebijakan Publik (Konsep dan
membantu pemerintah dalam
mengimplementasikan kebijakan ini. Aplikasinya di Indonesia).

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 Page 12


Yogyakarta: Gava Media
Sujianto. 2008. Implementasi Kebijakan
Publik (Konsep, Teori, dan Praktik.
Riau: Alaf Riau
Wahab. 2012. Kebijakan Publik (Teori,
Proses, dan Studi Kasus).
Yogyakarta: CAPS
Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik,
Teori, Proses, dan Studi Kasus Edisi
& Revisi Terbaru. Yogyakarta:
CAPS
. 2014. Kebijakan
Publik: Teori, dan Proses Studi
Kasus. Yogyakarta: CAPS
. 2016. Kebijakan
Publik Era Globalisasi (Teori,
Proses,
dan Studi Kasus Komparatif).
Yogyakarta: CAPS
Internet
http://www.kpai.go.id/hukum/undang

undang-republik-indonesia-nomor
35-tahun-2014-tentang-perubahan
atas-undang-undang-nomor-23
tahun-2002-tentang-perlindungan
anak/
http://dinsos.bengkaliskab.go.id/indexphp?
om=halutama&link=struktur_organi
asi

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 Page 13

You might also like