You are on page 1of 4

1.

Tarif PPh 26
Menurut UU Pajak Penghasilan, tarif PPh Pasal 26 secara umum adalah 20%. Tarif ini dikenakan
atas objek pajak yang berupa penghasilan bruto maupun perkiraan penghasilan neto. Dengan
demikian, perhitungan PPh 26 WNA dapat dirumuskan sebagai berikut:
PPh 26 terutang = 20% x penghasilan bruto
atau
PPh 26 terutang = 20% x perkiraan penghasilan neto

Berikut ini contoh soal PPh Pasal 26:


Jonson adalah tenaga ahli WNA yang bekerja di perusahaan manufaktur di Jakarta dengan kontrak
6 bulan (183 hari). Sesuai kontrak, ia menerima gaji US$3.000 per bulan. Saat pembayaran gaji
bulan pertama, kurs Menteri Keuangan US$ 1 adalah Rp15.000. Berapa PPh 26 yang harus
dipotong perusahaan atas gaji tersebut?

Penghasilan bruto (gaji sebulan): US$ 3.000 x Rp15.000 = Rp45.000.000


PPh 26 terutang: 20% x Rp45.000.000 = Rp9.000.000

2. Tarif 20% x Perkiraan Penghasilan Neto


Perkiraan Penghasilan Neto ini digunakan apabila yang menjadi objek pajak adalah:
Penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia, berupa saham perseroan yang
diperoleh WP Luar Negeri selain BUT dari Indonesia, dengan peritungan 20% x 25% x Harga Jual
• Penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia, berupa perhiasan, pesawat,
kapal pesiar (dikecualikan jika tidak lebih dari 10.000.000), dengan perhitungan 20% x 25%
x Harga Jual
• Penghasilan berupa premi asuransi dan premi reasuransi yang dibayarkan kepada
perusahaan asuransi di Luar Negeri, dengan perhitungan 20% x 25% x Harga Jual
• Premi yang dibayar tertanggung kepada perusahaan asuransi di Luar Negeri, dengan
perhitungan 20% x 50% x Jumlah Premi
• Premi yang dibayar oleh perusahaan asuransi yang berkedudukan di Indonesia kepada
perusahaan asuransi di Luar Negeri, dengan perhitungan 20% x 10% x Jumlah Premi
• Premi yang dibayar oleh perusahaan reasuransi yang berkedudukan di Indonesia kepada
perusahaan asuransi di Luar Negeri, dengan perhitungan 20% x 5% x Jumlah Premi

Sebagai contoh, PT A memiliki perwakilan di luar negeri dan mengasuransikan bangunan


bertingkat ke PT B yang merupakan perusahaan asuransi di luar negeri dengan membayar jumlah
premi pada tahun 2019 sebesar Rp2 miliar. Maka perhitungan PPh Pasal 26 dari PT A tahun 2019
adalah:

Perkiraan penghasilan neto: 50% x Rp 2.000.000.000 = Rp 1.000.000.000


PPh Pasal 26 : 20% x Rp 1.000.000.000 = Rp 200.000.000

Sementara, apabila PT A mengikuti asuransi melalui perusahaan yang ada di Indonesia, misal PT
Asuransi Raya, dengan membayar jumlah premi yang sama sebesar Rp2 miliar. PT Asuransi Raya
mengikutkan (reasuransi) perusahaan tersebut ke perusahaan asuransi yang berada di luar negeri,
misalnya PT B, dengan membayar premi sebesar Rp1miliar. Maka ketentuan PPh Pasal 26 adalah
sebagai berikut:

Perkiraan penghasilan neto : 10% x Rp 1.000.000.000 = Rp 100.000.000


PPh Pasal 26 : 20% x Rp 100.000.000 = Rp 20.000.000

3. Tarif 20% x Penghasilan Kena Pajak Setelah dikurangi PPh Terhutang


Penghasilan Kena Pajak Setelah dikurangi PPh Terhutang dari suatu BUT di Indonesia
dikenakan pajak sebesar 20% (atau sesuai tarif P3B), kecuali seluruh penghasilan tersebut
ditanamkan kembali di Indonesia dalam bentuk sebagai berikut:
• Penyertaan modal pada perusahaan yang baru didirikan dan berkedudukan di Indonesia
sebagai pendiri atau peserta pendiri;
• Penyertaan modal pada perusahaan yang sudah didirikan dan berkedudukan di Indonesia
sebagai pemegang saham;
• Pembelian aktiva tetap yang digunakan oleh BUT untuk menjalankan usaha BUT atau
melakukan kegiatan BUT di Indonesia; atau
• Investasi berupa aktiva tidak berwujud oleh BUT untuk menjalankan usaha BUT atau
melakukan kegiatan BUT di Indonesia.

Sebagai contoh, PT B memiliki penghasilan kena pajak BUT di Indonesia pada 2020 sebesar
Rp20.000.000.000. Pajak penghasilan yang harus dibayarkan PT B ini sebesar 25% x
Rp20.000.000 = Rp5.000.000.000. Sehingga penghasilan BUT PT B setelah kena pajak menjadi
sebesar Rp20.000.000.000 – Rp5.000.000.000 = Rp15.000.000.000. Maka, PPh 26 yang
dikenakan pada PT B adalah:

PPh 26 yang terutang = Rp15.000.000.000 x 20% = Rp3.000.000.000

Jika penghasilan setelah pajak sebesar Rp15.000.000 ini ditanamkan kembali di Indonesia, maka
penghasilan tersebut tidak dipotong pajak.

4. Tarif 20% x Penghasilan Bruto


Dasar Pengenaan Pajak yang mengacu pada Penghasilan Bruto yaitu apabila penghasilan yang
diterima berupa:
• dividen,
• imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan,
• hadiah dan penghargaan,
• premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya,
• bunga, termasuk premium, diskonto,
• imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang,
• royalti, sewa, dan penghasilan sehubungan dengan penggunaan harta,
• pensiun dan pembayaran berkala lainnya, dan
• keuntungan karena pembebasan utang.

Sebagai contoh, Charles adalah warga negara asing yang bekerja di Indonesia. Ia merupakan
karyawan asing pada perusahaan PT AAA. Charles sudah tinggal di Indonesia selama 183 hari.
Charles sudah beristri dan punya 1 orang anak. Pada Juli 2020, Charles memperoleh gaji sebesar
US$20000 sebulan. Kurs yang berlaku pada bulan tersebut adalah Rp14.500 per dolar AS. Maka,
perhitungan PPh 26 atas gaji Charles adalah:

Penghasilan Bruto dari gaji sebulan: US$20000 x Rp14.500 = Rp 290.000.000


PPh 26 atas Gaji adalah : Rp290.000.000 x 20% = Rp 58.000.000

You might also like