You are on page 1of 2

SOAL :

1. Bagiamana peraturan pajak pph pasal 26 atas pembayaran bunga kepada wajib pajak luar
negeri ?
2. Bagaimana tata cara pemotongan pph pasal 26 atas pembayaran bunga kepada wajib
pajak luar negeri
3. Apakah bukti potong PPh 26 bisa dikreditkan?
4. Mengapa PPh Pasal 26 diterapkan di Indonesia?
5. PPh pasal 26 yang diterapkan di Indonesia seperti apa?

JAWABAN
1. Peraturan Pajak dan cara pemotongan pajak pph pasal 26
Dasar Hukum pengenaan pajak atas pembayaran bunga yang diterima oleh wajib pajak luar
negeri adalah :
a. Pasal 26 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan (PPh).
b. PER-25/PJ/2018 Tanggal 21 Nopember 2018 Tentang Tata Cara Penerapan
Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda
c. Tax treaty/Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara Indonesia dengan
Negara asal/domisili wajib pajak luar negeri tersebut.
2. Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh pemotong PPh Pasal 26 terhadap wajib pajak
luar negeri sebagai penerima bunga adalah sebagai berikut :
a. Melakukan pengecekan apakah Penerima penghasilan Wajib Pajak Luar Negeri
dengan melihat dokumen imigrasi (Pasport/visa/lainnya) untuk mengetahui apakah
termasuk dari Negara yang ada taxtreaty / P3B (Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda) dengan Indonesia.
b. Melakukan pengecekan apakah Persyaratan administratif untuk menerapkan
ketentuan yang diatur dalam P3B (Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda) telah
dipenuhi.
c. Apabila wajib pajak luar negeri berasal dari Negara yang tidak mempunyai taxtreaty
/ P3B (Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda) dengan Indonesia maka dipotong
PPh Pasal 26 sebesar 20 % sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
Tentang Pajak Penghasilan dan perubahannya.
d. Apabila wajib pajak luar negeri berasal dari Negara yang mempunyai taxtreaty / P3B
(Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda) dengan Indonesia maka dipotong PPh
Pasal 26 sesuai dengan tarif pajak dalam taxtreaty/P3B (persetujuan penghindaran
pajak berganda)
e. Melakukan pemotongan, penyetoran dan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21/26 atau
SPT Masa PPh Pasal 23/26.Penyetoran PPh Pasal 26 paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya.
f. Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21/26 dan SPT Masa PPh Pasal 23/26 paling lambat
tanggal 20 bulan berikutnya
3. Karena PPh Pasal 26 merupakan pembayaran PPh atas wajib pajak luar negeri maka PPh
Pasal 26 tidak bisa dikreditkan dengan PPh Badan penyetor.
4. PPh Pasal 26 Bertujuan agar Perusahaan Asing Taat Pajak
Pemerintah sudah mengatur kebijakan mengenai pajak dalam PPh Pasal 26 agar setiap
transaksi bisnis yang berhubungan dengan Wajib Pajak Luar Negeri bisa memberikan
kontribusi bagi pendapatan negara
5. PPh pasal 26 = 20% x (Penghasilan Kena Pajak – PPh terutang)
Penghitungan terseut diterapkan pada bentuk usaha tetap di Indonesia yang penghasilan
atau bagian labanya tidak ditanamkan kembali di Indonesia.

You might also like