You are on page 1of 12

Gizi Indon 2023, 46(1):11-22

GIZI INDONESIA
Journal of The Indonesian Nutrition Association
p-ISSN: 0436-0265 e-ISSN: 2528-5874

HUBUNGAN POLA MAKAN, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG DAN SOSIAL BUDAYA DENGAN
STATUS GIZI CALON PENGANTIN
Relationship Between Diet, Nutritional Knowledge and Social-Culture With Prospective Married Couple
Nutritional Status

Dwi Dini Krisdayani, Agustina, Laily Hanifah


Program Studi Kesehatan Masyarakat Program Sarjana, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
Email: dwidinikrisdayani@upnvj.ac.id

Diterima: 18-07-2022 Direvisi: 23-01-2023 Disetujui terbit: 27-01-2023

ABSTRACT
Malnutrition in a prospective married couple is the risk of problems during pregnancy and labor. To
prevent the problems of malnutrition, they need to apply balanced nutrition guidelines. The application of
balanced nutrition guidelines can be influenced by knowledge and social-culture beliefs. This study aimed
to determine the relationship between diet, nutritional knowledge, and socio-culture with prospective
married couples' nutritional status by using a cross-sectional design. The population is 208 prospective
married couples. Subjects were 136 respondents, selected by consecutive sampling technique. The study
was conducted in March–June 2022. Data analysis was carried out univariate and bivariate with a chi-
square test. The majority of respondents have normal nutritional status (63.2%) and the chi-square test
showed that there is a relationship between food diversity (p=0.047) and nutrition knowledge (p=0.020)
with nutritional status, however, there is no relationship between meal frequency (p=0.834), dietary
restrictions (p=0.178) and myths (=-0.470) with nutritional status. The conclusion is food diversity and
nutrition knowledge are associated with prospective married couples' nutritional status, while meal
frequency, dietary restrictions, and myths are not associated. A prospective married couple should seek
information about nutrition from trusted sources and apply balanced nutrition guidelines.
Keywords: diet, nutritional knowledge, nutritional status, prospective married couple, socio-culture

ABSTRAK
Status gizi kurang dan berlebih pada calon pengantin menjadi risiko permasalahan pada saat kehamilan
dan kelahiran. Agar tidak terjadi permasalahan gizi, maka calon pengantin perlu menerapkan pedoman
gizi seimbang termasuk pola makan sehat yang penerapannya dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan
sosial budaya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara pola makan, pengetahuan gizi
seimbang dan sosial budaya dengan status gizi calon pengantin di KUA Kecamatan Pancoran Mas.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif desain cross-sectional. Populasi penelitian
adalah 208 calon pengantin yang mendaftarkan pernikahannya pada bulan Juni. Sampel yang diambil
sebesar 136 calon pengantin dengan teknik pengambilan sampel consecutive sampling. Penelitian
dilakukan pada bulan Maret–Juni 2022. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji
Chi-square. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar calon pengantin memiliki status gizi normal
(63,2%) Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan antara jenis makanan (p=0,047) dan
pengetahuan gizi seimbang (p=0,020) dengan status gizi dan tidak terdapat hubungan antara frekuensi
makan (p=0,834), pantangan makan (p=0,178) dan mitos (p=0,470) dengan status gizi. Kesimpulan
penelitian ini adalah jenis makanan dan pengetahuan gizi seimbang berhubungan dengan status gizi
calon pengantin, sedangkan frekuensi makan, pantangan makan dan mitos tidak berhubungan dengan
status gizi calon pengantin. Calon pengantin diharapkan untuk menambah pengetahuannya mengenai gizi
dengan mencari informasi dari sumber terpercaya serta mengonsumsi makanan yang sesuai dengan gizi
seimbang agar siap dalam menghadapi kehamilan dan melahirkan generasi sehat.
Kata kunci: calon pengantin, pengetahuan gizi seimbang, pola makan, sosial budaya, status gizi

Doi: 10.36457/gizindo.v46i1.721
www.persagi.org/ejournal/index.php/Gizi_Indon

11
Gizi Indon 2023, 46(1):11-22 Hubungan pola makan, pengetahuan gizi... Dwi Dini Krisdayani, dkk.

PENDAHULUAN status gizi pada dewasa >18 tahun di Indonesia

B
meliputi 8,7 persen kurus, 13,3 persen gemuk
erdasarkan laporan dari Global Nutrition
dan 15,4 persen obesitas. Angka ini meningkat
Report tahun 2021, sekitar 2,2 miliar
pada Riskesdas 2018 yang menunjukkan status
orang dewasa di dunia mengalami
gizi kurus meningkat 0,6 persen menjadi 9,3
kelebihan berat badan dan World Health
persen, gemuk meningkat 0,3 persen menjadi
Organization melaporkan 462 juta orang
13,6 persen dan obesitas meningkat 6,4 persen
memiliki berat badan yang kurang. Selain itu,
menjadi 21,8 persen. Provinsi Jawa Barat
setiap negara anggota ASEAN memiliki
menjadi provinsi ke-10 yang memiliki status gizi
permasalahan kekurangan gizi dan prevalensi
normal terendah dengan angka 54,1 persen
kelebihan berat badan pada orang dewasa juga
pada 2018, angka ini menurun 7,9 persen dari
meningkat sejak tahun 2000. Indonesia juga
sebelumnya 62 persen pada tahun 2013.9
masih memiliki permasalahan gizi pada usia
Sedangkan pada 2018, Kota Depok menjadi
dewasa, kekurangan berat badan dan kelebihan
kota yang memiliki status gizi normal paling
berat badan mengalami peningkatan sejak
rendah di Provinsi Jawa Barat dengan angka
tahun 2013.1–3
45,58 persen, angka ini juga menurun 9,92
Kementerian Kesehatan RI menjabarkan
persen dari sebelumnya 55,5 persen pada
status gizi sebagai keseimbangan jumlah zat
tahun 2013.10 Sementara itu, orang dewasa
gizi yang masuk dengan jumlah yang diperlukan
dengan status gizi kurus, gemuk dan obesitas
oleh tubuh guna menjalankan fungsi biologis
justru mengalami peningkatan baik di Provinsi
tubuh, seperti pertumbuhan dan perkembangan,
Jawa Barat maupun di Kota Depok. Kecamatan
beraktivitas dan memelihara kesehatan.
Pancoran Mas sendiri menjadi urutan ke-4
Indonesia memiliki permasalahan terkait status
dalam jumlah ibu hamil terbanyak yang
gizi, yaitu meningkatnya gizi kurang dan gizi
mengalami Kurang Energi Kronik (KEK). KEK
lebih yang disebut dengan beban gizi ganda.
juga merupakan permasalahan gizi yang terjadi
Beban gizi ganda dapat menjadi masalah di
apabila tubuh kekurangan asupan zat gizi yang
semua kelompok usia, termasuk dewasa.4
dibutuhkan dan akan menyebabkan berbagai
Kecukupan gizi pada calon pengantin yang
dampak kesehatan.11
nantinya menjadi calon ibu akan memengaruhi
Status gizi pada calon pengantin dapat
kondisi kesehatan pada masa konsepsi dan
dipengaruhi dari pengetahuan. Pengetahuan
kehamilan.5 Keadaan gizi calon pengantin
merupakan hal yang sangat penting dalam
memiliki peranan yang penting untuk proses
menentukan sikap dan perilaku seseorang,
pembuahan. Penelitian yang dilakukan oleh
termasuk pengetahuan gizi. Dari pengetahuan
Anggraini (2015) menemukan bahwa wanita
gizi, terbentuk kebiasaan makan individu.12
yang mengalami obesitas akan berdampak
Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan
pada terganggunya proses pembuahan.6 Selain
mengenai konsep yang berkaitan dengan gizi,
itu, status gizi calon pengantin juga
termasuk pengetahuan tentang pengaturan
memengaruhi kondisi bayi yang akan
makan, makanan bergizi dan pedoman gizi
dilahirkannya. Penelitian Irawati dan Salimar
seimbang.13 Permasalahan mengenai
(2014) membuktikan bahwa status gizi ibu yang
rendahnya pengetahuan gizi seimbang masih
kurang (<18,5 kg/m2) sebelum hamil menjadi
banyak ditemukan khususnya pada calon
faktor risiko kelahiran berat bayi lahir rendah
pengantin. Hal ini dibuktikan penelitian yang
(BBLR).7 Permasalahan gizi sebelum menikah
dilakukan oleh Melani et al., 2019 bahwa
juga merupakan akar dari permasalahan
sebagian besar calon pengantin (96,32%)
stunting. Angka stunting di Indonesia masih
memiliki pengetahuan gizi seimbang yang
berada pada angka 24,4 persen berdasarkan
kurang.14
data Survei Status Gizi Balita Indonesia tahun
2021. Angka ini masih belum sesuai dengan Selain pengetahuan, perilaku seseorang
standar WHO yang menargetkan angka stunting dapat terbentuk karena pengaruh dari sosial
di bawah 20 persen.8 budaya. Sosial budaya merupakan segala hal
Usia dewasa (>19 tahun) merupakan usia yang tercipta dari pemikiran dan budi nurani
yang dianggap sudah ideal untuk manusia dalam kehidupan bermasyarakat.15
melangsungkan pernikahan. Berdasarkan data Nilai dan pandangan masyarakat mendorong
yang dihimpun dari Riskesdas 2013, prevalensi masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan

12
Gizi Indon 2023, 46(1):11-22 Hubungan pola makan, pengetahuan gizi... Dwi Dini Krisdayani, dkk.

tuntutan budaya, misalnya larangan untuk Jenis makanan merupakan ragam makanan
memakan makanan tertentu. Adanya yang dikonsumsi oleh calon pengantin,
kepercayaan pantangan terhadap makanan frekuensi makan adalah tingkat keseringan
yang tidak lepas dari faktor budaya tentu akan calon pengantin mengonsumsi makanan dalam
menimbulkan permasalahan gizi.16 Pantangan satu hari, pengetahuan gizi seimbang
terhadap makanan dapat menyebabkan tubuh merupakan pengetahuan calon pengantin
kekurangan zat gizi yang dibutuhkan. Padahal, mengenai pedoman gizi seimbang, pantangan
calon pengantin harus menjaga keseimbangan makan berkaitan dengan makanan yang
asupan zat gizinya menjelang pernikahan guna dihindari oleh calon pengantin, dan mitos
menciptakan kehamilan yang sehat. Jika berkaitan dengan kepercayaan calon pengantin
asupan gizi sebelum menikah tidak terpenuhi terhadap makanan. Sedangkan variabel terikat
akan meningkatkan risiko terjadinya malnutrisi, dari penelitian ini adalah status gizi calon
khususnya ketika terjadi kehamilan.17 pengantin. Status gizi calon pengantin
Dari pengetahuan gizi seimbang dan merupakan keadaan dimana asupan zat gizi
kepercayaan sosial budaya, dapat terbentuk seimbang dengan keperluan zat gizi yang
pola makan. Status gizi dapat dipengaruhi dari diperlukan oleh tubuh.
pola makan seseorang. Pola makan akan Data pola makan diambil menggunakan
menentukan jumlah zat gizi yang masuk ke Food Frequency Questionnaire (FFQ), jenis
dalam tubuh18. Jumlah makanan yang cukup, makanan dikategorikan tidak beragam apabila
jenis makanan yang beragam dan frekuensi konsumsi makan tidak ada dari salah satu
makan yang teratur berperan penting dalam makanan pokok, lauk-pauk, sayuran dan buah-
penentuan status gizi.19,20 Namun, masih buahan, dan beragam apabila konsumsi makan
terdapat permasalahan terkait pola makan di lengkap dari makanan pokok, lauk-pauk,
masyarakat Indonesia. Pola makan tidak sehat sayuran dan buah-buahan. Frekuensi makan
dihubungkan dengan status gizi dalam dikategorikan tidak sesuai apabila frekuensi
penelitian yang dilakukan oleh Sudikno et al., makan <3x atau >3x sehari sehari dan sesuai
(2015) dimana kebiasaan makan tidak sehat apabila frekuensi makan 3x sehari.
berpengaruh pada kejadian obesitas sentral Data pengetahuan gizi seimbang dan
pada orang dewasa.21 sosial budaya diambil menggunakan kuesioner
Berbagai permasalahan terkait pola makan yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.
tidak sehat, pengetahuan gizi seimbang yang Pengetahuan mengenai pedoman gizi
kurang pada calon pengantin, serta pengaruh seimbang dikategorikan kurang apabila
budaya terhadap makanan membuat peneliti responden menjawab benar sebesar ≤55
ingin mempelajari apakah masalah tersebut persen dari total soal, kategori cukup apabila
menjadi penyebab permasalahan dalam status responden menjawab 56-75 persen soal benar
gizi, mengingat pentingnya kondisi status gizi dan kategori baik apabila responden menjawab
bagi calon pengantin untuk melangsungkan >76 persen soal benar. Pantangan makan
kehamilan serta upaya pemerintah yang dikategorikan ada dan tidak ada. Serta
memfokuskan calon pengantin sebagai ujung kepercayaan mitos dikategorikan percaya
tombak perbaikan gizi di Indonesia, maka apabila ada salah satu pertanyaan tentang
peneliti tertarik untuk meneliti hubungan pola mitos yang responden menjawab percaya, dan
makan, pengetahuan gizi seimbang dan sosial tidak percaya apabila tidak ada pertanyaan
budaya dengan status gizi calon pengantin. tentang mitos yang responden percaya.
Data status gizi diambil dengan
METODE PENELITIAN melakukan perhitungan Indeks Massa Tubuh
(IMT). Pengukuran berat badan responden
Penelitian ini memiliki variabel bebas dan menggunakan timbangan berat badan digital
variabel terikat. Variabel bebas dari penelitian bermerk Fleco dengan tingkat ketelitian 0,1 kg
ini meliputi pola makan yang terbagi menjadi dan pengukuran tinggi badan dengan microtoise
jenis makanan dan frekuensi makan, tingkat ketelitian 0,1 cm. Status gizi
pengetahuan gizi seimbang mengenai pedoman dikategorikan sangat kurus apabila nilai IMT
gizi seimbang, serta sosial budaya yang dilihat <17 kg/m2, kurus apabila nilai IMT 17,1-18,4
dari pantangan makan dan kepercayaan mitos. kg/m2, normal apabila nilai IMT 18,5-24,9

13
Gizi Indon 2023, 46(1):11-22 Hubungan pola makan, pengetahuan gizi... Dwi Dini Krisdayani, dkk.

kg/m2, gemuk apabila nilai IMT >25,0-27,0 dikeluarkan oleh KEPK Universitas
kg/m2, dan obesitas apabila nilai IMT >27,0 Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Data
kg/m2. yang diperoleh kemudian dianalisis secara
Penelitian dilakukan menggunakan univariat dan bivariat dengan uji Chi-square
penelitian kuantitatif dengan desain cross- derajat kemaknaan α <0,05 dan derajat
sectional. Penelitian bertempat di KUA kepercayaan 95 persen. Data yang telah diolah
Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel.
dilaksanakan pada bulan Maret-Juni tahun
2022. Pengambilan sampel menggunakan HASIL
teknik consecutive sampling.
Populasi penelitian adalah seluruh calon Dari data responden yang berhasil
pengantin yang mendaftarkan pernikahannya di dihimpun dalam penelitian, dapat diketahui
KUA Kecamatan Pancoran Mas pada bulan bahwa sebagian besar calon pengantin yang
Juni, rata-rata calon pengantin yang mendaftar menjadi responden berusia >19 tahun (98,5%)
adalah 104 pasangan atau 208 calon pengantin. dan terdapat 1,5 persen responden berusia ≤19
Sampel yang diambil adalah calon pengantin tahun. Jenis kelamin perempuan menjadi
yang memenuhi kriteria inklusi sebesar 136 mayoritas responden penelitian (70,6%)
calon pengantin. Kriteria inklusi untuk penelitian daripada jenis kelamin laki-laki yang hanya
ini adalah calon pengantin yang mendaftarkan sebesar 29,4 persen. Hal ini dikarenakan calon
pernikahannya di KUA Kecamatan Pancoran pengantin yang datang tidak selalu
Mas pada bulan Mei-Juni 2022, bersedia berpasangan sehingga distribusi jenis kelamin
menjadi responden penelitian, serta bisa tidak merata. Mayoritas Pendidikan terakhir
membaca dan menulis. Adapun kriteria yang ditempuh calon pengantin sebagian besar
eksklusinya adalah calon pengantin yang tidak adalah perguruan tinggi (62,5%), sedangkan
bersedia menjadi responden penelitian serta 37,5 persen lainnya menempuh SMA/SMK
tidak bisa membaca dan menulis. sebagai pendidikan terakhir.
Pengambilan data dilakukan dengan
persetujuan etik No.289/V/2022/KEPK yang

Tabel 1
Karateristik Responden Calon Pengantin di KUA Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok

Variabel n=136 %
Status Gizi
Sangat Kurus 10 7,4
Kurus 14 10,3
Normal 86 63,2
Gemuk 9 6,6
Obesitas 17 12,5
Jenis Makan
Beragam 104 76,5
Tidak beragam 32 23,5
Frekuensi Makan
Sesuai 98 72,1
Tidak sesuai 38 27,9
Pengetahuan Gizi Seimbang
Kurang 22 16,2
Cukup 78 57,4
Baik 36 26,5
Pantangan Makan
Ada 55 40,4
Tidak ada 81 59,6
Mitos
Percaya 64 47,1
Tidak Percaya 72 52,9

14
Gizi Indon 2023, 46(1):11-22 Hubungan pola makan, pengetahuan gizi... Dwi Dini Krisdayani, dkk.

Tabel 2
Hubungan Variabel Independen dengan Status Gizi Calon Pengantin di KUA
Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok

Status Gizi
OR
Variabel Malnutrisi Normal p
(95% CI)
n % n %
Jenis Makan
Tidak Beragam 17 53,1 15 46,9
0,047 2,4 (1,0-5,4)
Beragam 33 31,7 71 68,3
Frekuensi Makan
Tidak Sesuai 15 39,5 23 60,5
0,834 1,1 (0,5-2,5)
Sesuai 35 35,7 63 64,3
Pengetahuan Gizi Seimbang
Kurang 4 18,2 18 81,8 0,059 -
Cukup 28 35,9 50 64,1 0,020 4,5 (1,2-15,9)
Baik 18 50,0 18 50,0 0,156 1,7 (0,8-3,9)
Pantangan Makan
Ada 16 29,1 39 70,9
0,178 0,5 (0,2-1,1)
Tidak Ada 34 42,0 47 58,0
Mitos
Percaya 21 32,8 43 67,2
0,470 0,7 (0,3-1,4)
Tidak Percaya 29 40,3 43 59,7

Berdasarkan data pada Tabel 1, mayoritas pengantin yang mengonsumsi jenis makanan
calon pengantin memiliki status gizi normal yang beragam berpeluang sebesar 2,4 kali lebih
(63,6%). Kemudian, lebih dari setengah calon besar untuk memiliki status gizi normal
pengantin mengonsumsi jenis makanan yang dibandingkan dengan calon pengantin yang
beragam (76,5%) serta memiliki frekuensi mengonsumsi jenis makanan yang tidak
makan sesuai pedoman gizi seimbang (72,1%). beragam.
Sebagian besar calon pengantin memiliki Berdasarkan hasil analisis frekuensi
pengetahuan mengenai gizi seimbang yang makan, data dari Tabel 2 menunjukkan bahwa
cukup (57,4%). Mayoritas calon pengantin tidak dari 38 calon pengantin dengan frekuensi
memiliki pantangan makan (59,6%) dan makan yang tidak sesuai pedoman gizi
sebagian besar calon pengantin juga memiliki seimbang di antaranya mengalami malnutrisi
kepercayaan terhadap mitos (66,9%). Untuk sebanyak 15 (39,5%) dan memiliki status gizi
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1. normal sebanyak 23 (60,5%). Sedangkan, dari
Berdasarkan hasil analisis jenis makanan, 98 calon pengantin dengan frekuensi makan
data dari tabel 2 menunjukkan bahwa dari 32 yang sesuai pedoman gizi seimbang di
calon pengantin yang mengonsumsi jenis antaranya mengalami malnutrisi sebanyak 35
makanan tidak beragam di antaranya (35,7%) dan memiliki status gizi normal
mengalami malnutrisi sebanyak 17 (53,1%) dan sebanyak 63 (64,3%). Hasil uji statistik pada
memiliki status gizi normal sebanyak 15 variabel pola makan didapatkan p value = 0,834
(46,9%). Sedangkan dari 104 calon pengantin maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
yang mengonsumsi jenis makan beragam di hubungan yang signifikan antara frekuensi
antaranya mengalami malnutrisi sebanyak 33 makan dengan status gizi calon pengantin.
(31,7%) dan memiliki status gizi normal Berdasarkan hasil analisis pengetahuan
sebanyak 71 (68,3%). Hasil uji statistik pada gizi seimbang, data dari Tabel 2 menunjukkan
variabel jenis makanan diperoleh p value = bahwa dari 22 calon pengantin yang memiliki
0,047 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengetahuan gizi seimbang kurang di antaranya
hubungan yang signifikan antara jenis makanan mengalami malnutrisi sebanyak 4 (18,2%) dan
dengan status gizi calon pengantin. Nilai OR memiliki status gizi normal sebanyak 18
menunjukkan angka 2,4 ini berarti calon (81,8%). Sedangkan, dari 78 calon pengantin

15
Gizi Indon 2023, 46(1):11-22 Hubungan pola makan, pengetahuan gizi... Dwi Dini Krisdayani, dkk.

yang memiliki pengetahuan gizi seimbang Kecamatan Pancoran Mas mengalami


cukup di antaranya mengalami malnutrisi malnutrisi dan 63,2 persen memiliki status gizi
sebanyak 28 (35,9%) dan memiliki status gizi normal. Pada penelitian ini ditemukan mayoritas
normal sebanyak 50 (64,1%). Selanjutnya, dari calon pengantin berusia >19 tahun (98,5%),
36 calon pengantin yang memiliki pengetahuan dimana usia ini merupakan usia yang ideal
gizi seimbang baik di antaranya mengalami untuk menikah karena kondisi fisik dan kognitif
malnutrisi sebanyak 18 (50,0%) dan memiliki individu dianggap telah matang dan mampu
status gizi normal sebanyak 18 (50,0%). Hasil untuk mengambil keputusan serta melakukan
uji statistik pada variabel pengetahuan gizi tindakan yang diyakininya, termasuk dalam
seimbang didapatkan p value = 0,020 maka mencari pasangan dan menikah. Usia calon
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan pengantin sudah sesuai dengan UU No. 16
yang signifikan antara pengetahuan gizi tahun 2019 dimana batas minimal usia menikah
seimbang dengan status gizi calon pengantin. adalah 19 tahun.22
Nilai OR menunjukkan angka 4,5 yang berarti, Dari penelitian ini didapatkan bahwa
calon pengantin dengan pengetahuan gizi mayoritas pendidikan terakhir calon pengantin
seimbang yang cukup dan pengetahuan gizi adalah perguruan tinggi (62,5%). Pendidikan
seimbang yang baik berpeluang sebesar 4,5 yang tinggi dianggap memiliki akses informasi
kali untuk memiliki status gizi normal yang cukup mengenai sesuatu, termasuk
dibandingkan dengan calon pengantin dengan informasi gizi. Pengetahuan yang cukup
pengetahuan gizi seimbang yang kurang. mengenai gizi seimbang akan merubah cara
Berdasarkan hasil analisis pantangan pandang calon pengantin dalam menjaga status
makan, data dari Tabel 2 menunjukkan bahwa gizinya serta mempertimbangkan makanan
dari 55 calon pengantin yang memiliki yang akan dikonsumsinya. Sesuai dengan teori
pantangan makan di antaranya mengalami perilaku Lawrence Green, pengetahuan
malnutrisi sebanyak 16 (29,1%) dan memiliki merupakan faktor predisposing dimana menjadi
status gizi normal sebanyak 39 (70,9%). awal dari terbentuknya sebuah perilaku
Sedangkan, dari 81 calon pengantin yang tidak kesehatan, dalam hal ini perilaku dalam
memiliki pantangan makan di antaranya menerapkan pola makan yang sehat.23
mengalami malnutrisi sebanyak 34 (42,0%) dan Dalam penelitian ini, mayoritas calon
memiliki status gizi normal sebanyak 47 pengantin telah memiliki pengetahuan gizi
(58,0%). Hasil uji statistik pada variabel seimbang yang cukup (57,3%) serta lebih dari
pantangan makan didapatkan p=0,567 maka setengah calon pengantin mengonsumsi jenis
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat makanan yang beragam (76,5%) dan memiliki
hubungan yang signifikan antara pantangan frekuensi makan yang sesuai dengan pedoman
makan dengan status gizi calon pengantin. gizi seimbang (72,1%). Hal ini sejalan dengan
Berdasarkan hasil analisis kepercayaan penelitian Soraya et al. (2017) yang
mitos, data dari Tabel 2 menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai
dari 64 calon pengantin yang memiliki gizi dapat memengaruhi perilaku individu dalam
kepercayaan terhadap mitos di antaranya pemilihan makanan yang akan dimakan
mengalami malnutrisi sebanyak 21 (32,8%) dan sehingga dapat memengaruhi status gizinya.24
memiliki status gizi normal sebanyak 43 PMK No. 41 tahun 2014 yang mengatur
(67,2%). Sedangkan, dari 72 calon pengantin tentang pedoman gizi seimbang menyebutkan
yang tidak memiliki kepercayaan terhadap mitos bahwa tak ada satupun jenis pangan yang
di antaranya mengalami malnutrisi sebanyak 29 didalamnya terkandung semua nutrisi yang
(40,3%) dan memiliki status gizi normal dibutuhkan tubuh. Sehingga, agar asupan gizi
sebanyak 43 (59,7%). Hasil uji statistik juga yang diperlukan dapat terpenuhi, maka perlu
menyimpulkan tidak terdapat hubungan yang mengonsumsi anekaragam pangan.
signifikan antara kepercayaan mitos dengan Mengonsumsi makanan pokok sebagai sumber
status gizi calon pengantin (p>0,05). karbohidrat yang digunakan untuk energi bagi
tubuh, lauk-pauk menjadi sumber protein serta
BAHASAN sayuran dan buah menjadi sumber vitamin,
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mineral dan serat yang memiliki peran sebagai
sebanyak 36,5 persen calon pengantin di KUA antioksidan.25 Selain itu, pengaturan frekuensi

16
Gizi Indon 2023, 46(1):11-22 Hubungan pola makan, pengetahuan gizi... Dwi Dini Krisdayani, dkk.

makan juga perlu dilakukan agar tercipta status masyarakat. Mayoritas calon pengantin percaya
gizi yang optimal. Kementerian Kesehatan RI bahwa makanan memiliki simbol-simbol tertentu
menyebutkan bahwa frekuensi makan yang dan memiliki sifat penanda kasih sayang. Dalam
tidak teratur merupakan penyebab terjadinya banyak kebudayaan, makanan merupakan
obesitas.26 Frekuensi makan yang teratur terdiri suatu simbolik, termasuk dalam tradisi
dari tiga kali makan utama dalam sehari, pernikahan. Menghidangkan makanan tertentu
meliputi sarapan pagi, makan siang dan makan dianggap sebagai simbol persaudaraan dan
malam. Apabila seseorang melewatkan sarapan kekeluargaan. Memberikan suatu makanan
maka akan menyebabkan jumlah makanan kepada calon yang akan dipersunting misalnya
yang dimakan pada saat makan siang dan/atau dianggap sebagai sebuah harapan agar
makan malam akan bertambah. Ini akan lamarannya dapat diterima.29
menyebabkan berlebihnya asupan energi yang Berdasarkan hasil penelitian, sebesar 54,8
masuk ke dalam tubuh. Kelebihan asupan persen calon pengantin yang mengonsumsi
makanan tetapi kekurangan asupan makanan jenis makanan tidak beragam mengalami
bergizi seperti sayuran dan buah-buahan akan malnutrisi. Menurut PMK No. 41 Tahun 2014
mengakibatkan terjadinya kelebihan gizi.26 mengenai pedoman gizi seimbang, dalam
Indonesia yang kaya akan suku dan sehari dianjurkan mengonsumsi beraneka
budaya menjadikan banyak pandangan berbeda ragam pangan mulai dari makanan pokok
terhadap makanan. Masyarakat percaya sebagai sumber karbohidrat, lauk-pauk sebagai
tentang adanya pantangan makan dan mitos sumber protein, serta sayuran dan buah-buahan
mengenai makanan merupakan hasil dari sebagai sumber vitamin dan mineral. Status gizi
budaya yang berkembang dalam kehidupan yang baik didapatkan apabila seseorang
masyarakat. Penelitian ini menunjukkan bahwa mengonsumsi beragam jenis makanan. Jika
terdapat 40,4 persen calon pengantin memiliki salah satu zat gizi tidak terpenuhi, maka akan
pantangan terhadap makanan dan 47,1 persen timbul masalah gizi.25 Terlebih calon pengantin
percaya terhadap mitos-mitos mengenai memerlukan kecukupan gizi yang ideal guna
makanan. Hal ini sejalan dengan penelitian mempersiapkan kehamilan dan kelahiran yang
yang dilakukan oleh Intan (2018) yang sehat. Sistem organ di dalam tubuh akan
menunjukkan bahwa fenomena mengenai mitos mampu berfungsi secara fisiologi apabila
makanan masih berkembang di masyarakat.27 asupan zat gizi cukup yang berasal dari zat
Sebagian besar calon pengantin percaya bahwa energi, zat pembangun, dan zat pengatur.
adanya larangan mengonsumsi makanan Konsumsi makanan yang tidak beragam akan
tertentu di dalam agama dan budaya berisiko kekurangan vitamin dan mineral yang
mengandung nasihat baik. Menurut pandangan akan berhubungan dengan kegagalan fungsi
masyarakat, hal-hal mengenai pantangan reproduksi.30 Calon pengantin perlu
makan dan mitos mengenai makan merupakan mengonsumsi makanan beragam guna
sebuah budaya yang menyebar luas dalam mencegah ketidaksuburan akibat asupan gizi
kehidupan mereka. Masyarakat Indonesia yang kurang.
umumnya memiliki kepercayaan pada Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
pemahaman dan cerita-cerita dalam wujud terdapat hubungan yang signifikan antara jenis
mitos yang diturunkan dari leluhur atau dari makanan dengan status gizi calon pengantin.
ucapan seseorang ke orang lain. Mereka Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
memiliki anggapan bahwa jika menuruti anjuran yang dilakukan oleh Hasibuan et al (2020) yang
pantangan makan maka mereka akan menemukan bahwa jenis makanan
mendapatkan suatu rasa aman dan kebaikan berhubungan dengan status gizi (p value =
bagi diri mereka. Mereka juga percaya hal-hal 0,000). Penelitian Hasibuan menunjukkan jika
yang buruk dan tidak diinginkan akan seseorang kekurangan salah satu zat gizi, maka
menghindar saat melakukan pantangan makan. akan berdampak pada masalah gizi, oleh
Selain itu, mereka melakukan pantangan makan karena itu, individu harus memenuhi sumber
karena kepercayaan agak tidak kualat dengan karbohidrat, protein, vitamin dan mineral guna
orang tua.28 memenuhi asupan gizi dalam tubuh sehingga
Nilai terhadap makanan juga merupakan tercapai status gizi yang normal.31 Penelitian
hasil dari kebudayaan yang berkembang di Nasution & Ayu (2022) juga menemukan bahwa

17
Gizi Indon 2023, 46(1):11-22 Hubungan pola makan, pengetahuan gizi... Dwi Dini Krisdayani, dkk.

keberagaman jenis makanan berhubungan = 0,634). Frekuensi makan yang kurang dari 3x
dengan Indeks Massa Tubuh (p value = 0,015). sehari atau lebih tidak memengaruhi keadaan
Mengonsumsi jenis makanan yang lengkap status gizi. Mereka berpendapat bahwa apabila
dapat meningkatkan peluang untuk frekuensi makan sudah sesuai pedoman gizi
terbentuknya Indeks Massa Tubuh yang normal. seimbang namun kandungan nutrisi, jenis
Kelengkapan gizi yang masuk ke dalam tubuh makanan dan jumlah makanan yang dikonsumsi
ditentukan oleh keberagaman jenis makanan tidak diperhatikan, maka akan berdampak pada
yang dikonsumsi. Apabila seseorang status gizi.33,34 Penelitian ini menunjukkan
mengonsumsi beragam jenis makanan yang bahwa mayoritas calon pengantin telah memiliki
sesuai dengan pedoman gizi seimbang, maka frekuensi makan yang sesuai tetapi mengalami
asupan gizinya akan terpenuhi yang kemudian malnutrisi. Hal ini dapat disebabkan oleh jumlah
berpengaruh terhadap status gizinya.32 Namun, dan jenis makanan yang dikonsumsi calon
mengonsumsi jenis makanan yang beragam pengantin tidak sesuai dengan kebutuhan
juga perlu dibarengi dengan pengaturan jumlah tubuhnya sehingga mengakibatkan calon
makan yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. pengantin mengalami malnutrisi. Demikian pula
Apabila jenis makanan lengkap namun jumlah dengan calon pengantin yang frekuensi
makanan yang dimakan berlebihan, maka akan makannya tidak sesuai namun memiliki status
meningkatkan risiko terjadinya kegemukan. gizi normal, ini dapat disebabkan karena calon
Sebaliknya, apabila jumlah makanan yang pengantin telah mendapatkan nutrisi yang
dimakan lebih sedikit dari kebutuhan tubuh, diperlukan bagi tubuhnya dengan mengonsumsi
maka akan meningkatkan risiko terjadinya gizi makanan yang beragam.
kurang. Menerapkan konsumsi makan dengan Berdasarkan hasil penelitian ini, sebesar
jenis makanan yang lengkap dan jumlah yang 18,2 persen calon pengantin yang memiliki
cukup dapat dilakukan dengan menggunakan pengetahuan gizi seimbang kurang baik
pengaturan makan “Isi Piringku”. “Isi Piringku” mengalami malnutrisi. Notoatmodjo menyatakan
merupakan panduan makan yang didalamnya bahwa pengetahuan merupakan dasar dari
terdapat beragam jenis makanan yang terdiri perilaku kesehatan yang akan dilakukan
dari makanan pokok, lauk-pauk, sayuran serta individu, semakin baik pengetahuan yang
buah buahan dan diatur dalam jumlah yang dimilikinya maka akan semakin baik pula
tepat.25 perilaku yang dijalankan sehingga dapat
Berdasarkan hasil penelitian, sebesar 39,5 meningkatkan status dan derajat kesehatan.35
persen calon pengantin dengan frekuensi Hal ini berarti bahwa pengetahuan memiliki
makan yang tidak sesuai dengan pedoman gizi peranan yang penting dalam menentukan status
seimbang mengalami malnutrisi. Frekuensi gizi calon pengantin yang dibuktikan dengan
makan yang baik adalah tiga kali sehari terdiri hasil uji statistik yang menunjukkan terdapat
dari tiga makanan utama, yaitu makan pagi, hubungan yang signifikan antara pengetahuan
makan siang dan makan malam, sedangkan gizi seimbang dengan status gizi calon
frekuensi makan yang kurang baik adalah pengantin.
kurang dari 3x sehari33. Frekuensi makan Hasil ini sejalan dengan penelitian yang
teratur perlu dibarengi oleh konsumsi jenis dan dilakukan oleh Fitriani et al (2020) yang
jumlah makan yang sesuai dengan kebutuhan menemukan bahwa pengetahuan gizi
tubuh setiap orang, sehingga status gizi yang seseorang akan memengaruhi sikap dan
optimal dapat terbentuk.25 perilaku individu dalam pemilihan makanan
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
terdapat hubungan yang signifikan antara keadaan gizinya.36
frekuensi makan dengan status gizi calon Pengetahuan gizi seimbang yang cukup
pengantin. Hasil penelitian ini sejalan dengan akan mendorong calon pengantin untuk
penelitian Sari (2018) yang menemukan bahwa menerapkan perilaku yang sesuai dengan
frekuensi makan tidak berhubungan dengan pedoman gizi seimbang, mulai dari
status gizi WUS pranikah (p value= 0,365) dan memerhatikan makanan yang akan dikonsumsi,
Ayuningsih & Nugroho (2021) yang juga melakukan aktivitas fisik, menjaga kebersihan
menemukan bahwa frekuensi makan tidak diri dan lingkungan serta selalu memantau berat
berhubungan dengan status gizi kurang (p value badannya dan akhirnya berpengaruh pada

18
Gizi Indon 2023, 46(1):11-22 Hubungan pola makan, pengetahuan gizi... Dwi Dini Krisdayani, dkk.

status gizinya. Ini menunjukkan bahwa makanan lainnya yang setara agar kebutuhan
pentingnya melakukan sosialisasi mengenai gizi gizinya tetap terpenuhi. Misalnya, apabila calon
seimbang kepada calon pengantin guna pengantin alergi dengan telur maka calon
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pengantin dapat menggantinya dengan pangan
calon pengantin untuk menerapkan perilaku mengandung protein lainnya seperti daging,
yang sesuai gizi seimbang sehingga tercipta ikan jika ada atau kacang-kacangan seperti
status gizi yang optimal. Hal ini dibuktikan tahu dan tempe agar kebutuhan protein calon
dengan penelitian yang dilakukan oleh pengantin tetap dapat terpenuhi.39
Rutdamayanti dkk (2022) yang menemukan Pantangan makan akan membatasi jenis
bahwa pemberian konseling gizi prakonsepsi makanan yang dikonsumsi calon pengantin dan
kepada calon pengantin memiliki pengaruh akhirnya akan memengaruhi asupan gizi
terhadap peningkatan perilaku calon pengantin apabila calon pengantin mengurangi konsumsi
dalam pemenuhan gizi prakonsepsi. Konseling makanannya dan tidak mengonsumsi makanan
gizi prakonsepsi selama tiga kali dalam pengganti. Pantangan makan tidak menjadi
seminggu mampu meningkatkan perilaku calon faktor langsung status gizi karena berdasarkan
pengantin dalam perilaku pemilihan makanan.37 penelitian ini, mayoritas calon pengantin yang
Berdasarkan hasil penelitian, sebesar 29,1 memiliki pantangan makan memiliki status gizi
persen calon pengantin yang memiliki yang normal. Hal ini dapat disebabkan karena
pantangan makan mengalami malnutrisi. Hasil walaupun calon pengantin memantang
uji statistik pada variabel pantangan makan makanan tertentu, mereka mendapatkan nutrisi
menunjukkan tidak terdapat hubungan yang dari makanan lainnya. Hal ini sejalan dengan
signifikan antara pantangan makan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zulfiani dkk
status gizi calon pengantin. Pantangan makan (2022) yang menemukan bahwa ibu hamil yang
dapat dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu agama, memiliki pantangan makan namun status
kepercayaan budaya yang beredar gizinya tetap normal karena mereka mengganti
dimasyarakat, serta pantangan yang tidak jelas makanan yang mereka pantang dengan
akibatnya terhadap kesehatan dan kondisi gizi. makanan pengganti yang setara.40 Namun,
Namun, pantangan makan juga dipengaruhi perlu diadakan sosialisasi kepada calon
oleh kondisi kesehatan individu sehingga pengantin untuk meluruskan kepercayaan yang
menghindari makanan tertentu.28 Jika asupan salah mengenai makanan tertentu karena calon
gizi terutama pada wanita sebelum menikah pengantin harus tetap mengonsumsi makanan
tidak terpenuhi akan meningkatkan risiko yang bervariasi.
terjadinya anemia gizi besi dan kurang energi Apabila calon pengantin memantang
kronis.17 Penelitian yang dilakukan oleh Intan makanan tertentu karena diharuskan untuk
(2018) menemukan bahwa masih ada berdiet untuk tujuan kesehatan tertentu,
masyarakat yang percaya bahwa pasangan hendaknya calon pengantin melakukan
yang ingin memiliki keturunan dilarang makan konsultasi kepada petugas kesehatan guna
kedelai dan olahannya seperti tahu dan tempe mendapatkan pengaturan makanan dan formula
karena kedelai dianggap dapat mengganggu diet yang sesuai dengan kebutuhannya,
kesuburan. Padahal kedelai merupakan pangan sehingga tidak memperburuk keadaan gizi
yang kaya akan protein nabati yang baik untuk dalam tubuh.41
kesuburan apabila dikonsumsi seimbang Berdasarkan hasil penelitian dapat
dengan pangan lainnya.27 diketahui bahwa mayoritas calon pengantin
Dalam penelitian ini, terdapat 40,4 persen tidak percaya terhadap mitos makanan dan
calon pengantin memiliki pantangan makan. sebesar 40,3 persen di antaranya mengalami
Calon pengantin memiliki pantangan makan malnutrisi. Hasil uji statistik menunjukkan tidak
karena alasan larangan agama dan kondisi terdapat hubungan yang signifikan antara mitos
kesehatan, salah satunya karena timbul reaksi dengan status gizi calon pengantin.
alergi. Alergi makanan merupakan reaksi imun Indonesia lekat dengan mitos-mitos
tubuh terhadap salah satu zat yang terkandung kebudayaan mengenai makanan yang
dalam sebuah makanan.38 Namun, calon diturunkan dari leluhur. Salah satu mitos yang
pengantin yang memiliki pantangan terhadap masih dipercaya oleh calon pengantin adalah
makanan tertentu perlu mencari alternatif puasa mutih. Puasa mutih merupakan salah

19
Gizi Indon 2023, 46(1):11-22 Hubungan pola makan, pengetahuan gizi... Dwi Dini Krisdayani, dkk.

satu tradisi sebelum pernikahan yang diyakini dipercaya tersebut belum tentu dilakukan oleh
oleh suku Jawa, dimana calon pengantin hanya calon pengantin. Jika mitos tersebut dilakukan
diperbolehkan mengonsumsi makanan yang oleh calon pengantin, maka diharapkan terdapat
berwarna putih menjelang pernikahannya dan penelitian lebih lanjut mengenai masalah
dipercaya dapat menambah aura pengantin.42 tersebut.
Kepercayaan ini masih dilestarikan oleh
masyarakat Indonesia, bahkan oleh masyarakat SIMPULAN DAN SARAN
yang bukan berasal dari suku Jawa, seperti
suku Betawi yang juga menerapkan puasa Simpulan
mutih. Penelitian Ayuningtias (2020)
menjelaskan bahwa calon pengantin yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
menjalani puasa mutih hanya diperbolehkan terdapat hubungan yang signifikan antara jenis
mengonsumsi nasi putih, tahu putih dan tempe makanan dan pengetahuan gizi seimbang
kukus, kentang rebus dan telur ayam kampung dengan status gizi calon pengantin.
rebus. Bahkan terdapat kepercayaan lain
bahwa puasa mutih dilakukan dengan menahan Saran
nafsu makan seperti puasa, namun saat sahur
dan berbuka hanya diperbolehkan memakan Calon pengantin diharapkan menambah
nasi putih dan air putih. Puasa mutih dilakukan pengetahuan mengenai gizi dengan mencari
oleh pengantin laki-laki dan perempuan selama informasi dari sumber terpercaya serta
tiga, lima, tujuh bahkan sepuluh hari sebelum mengonsumsi makanan yang sesuai dengan
dilangsungkannya pernikahan.43,44 Bagi calon gizi seimbang agar siap dalam menghadapi
pengantin yang menjalani puasa mutih kehamilan dan melahirkan generasi sehat
dikhawatirkan dapat mengalami kurangnya
asupan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh UCAPAN TERIMA KASIH
karena makanan yang dikonsumsi menjadi tidak
beragam. Ucapan terima kasih diberikan kepada KUA
Mitos lain yang dipercaya oleh calon Kecamatan Pancoran Mas yang telah
pengantin adalah memakan makanan pedas memberikan izin untuk melakukan penelitian
yang mengganggu kesuburan. Disamping itu, dan Prodi Kesehatan Masyarakat Program
rasa pedas telah menjadi bagian dari budaya Sarjana, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
kuliner. Cita rasa pedas memiliki sejarah yang Pembangunan Nasional Veteran Jakarta yang
panjang dalam penggunaannya sebagai bumbu, telah memfasilitasi untuk melakukan penelitian.
pewarna dan pengawet makanan serta untuk
pengobatan. Salah satu bahan makanan yang RUJUKAN
dikaitkan dengan rasa pedas ialah cabai. Zat
capsaisin yang terkandung dalam cabai dapat 1. WHO. Fact Sheets: Malnutrition [Internet]. Fact
menimbulkan efek terbakar di dalam mulut saat Sheets: Malnutrition. 2021. p. 1. Available from:
memakannya. Namun dibalik rasa pedasnya, https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/malnutrition
cabai terkandung vitamin dan mineral yang
2. WHO. Global Nutrition Report [Internet]. Global
diperlukan oleh tubuh. Dengan memakan Nutrition Report. 2021. 118 p. Available from:
makanan pedas, asupan vitamin dan mineral https://globalnutritionreport.org/reports/2021-
dapat terisi.45,46 Anggapan makanan pedas global-nutrition-report/
yang dapat mengganggu kesuburan perlu 3. The ASEAN Secretariat. ASEAN Food and
diluruskan dengan memberikan sosialisasi Nutrition Security Report 2021. Vol. 1. 2022.
kepada calon pengantin karena belum ada 4. Fatharanni MO, Angraini DI, Oktaria D.
penelitian klinis yang membuktikan hal tersebut. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Namun, kepercayaan terhadap mitos Mengenai Gizi Seimbang dengan Status Gizi
tersebut tidak berpengaruh langsung dengan pada Wanita Usia Subur di Kecamatan
Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah
status gizi calon pengantin. Hal ini disebabkan
Relationship between Knowledge , Attitudes
karena penelitian ini hanya mengukur tingkat and Behavior Related to Balanced Nutrition with
kepercayaan calon pengantin terhadap mitos Nut. Medula. 2019;9(50):26–37.
yang berkembang di dalam budaya, mitos yang 5. Doloksaribu LG, Simatupang AM. Pengaruh

20
Gizi Indon 2023, 46(1):11-22 Hubungan pola makan, pengetahuan gizi... Dwi Dini Krisdayani, dkk.

Konseling Gizi Prakonsepsi Terhadap makanan ibu muda menyusui (Studi kasus di
Pengetahuan Dan Sikap Wanita Pranikah di Desa Sofyan Kecamatan Simeulue Timur
Kecamatan Batang Kuis. Wahana Inov. Kabupaten Simeulue). AcTion Aceh Nutr J.
2019;8(2089–8592):63–73. 2018;3(2):124. DOI: 10.30867/action.v3i2.112.
6. Anggraini S, Hasan Z, Afrida A. Pengaruh 17. Kemenkes RI. Buku Saku Bagi Calon
Obesitas Terhadap Infertilitas Pada Wanita Pengantin. Int Migr Rev [Internet].
Pasangan Usia Subur di Rumah Sakit Awal 2018;47(2):330-373. Available from:
Bros Pekanbaru. J Prot Kesehat. 2015;4(1):49– http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/imre.1
58. DOI: 10.36929/jpk.v4i1.31 2028/abstract
7. Irawati A, Salimar. Status Gizi Ibu Sebelum 18. Noviyanti RD, Marfuah D. Hubungan
Hamil Sebagai Prediksi Berat dan Panjang Bayi Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisk, dan Pola
Lahir di Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor: Makan terhadap Status Gizi Remaja di
Studi Kohor Prospektif Tumbuh Kembang Anak Kelurahan Purwosari Laweyan Surakarta. Univ
Tahun 2012 – 2013. Penel Gizi Makan. Res Colloq. 2017;421–6.
2014;37(2):119–28. 19. Dewi NP. Hubungan Pola Makan Dengan
8. Kementerian Kesehatan RI. Buku Saku Hasil Status Gizi pada Anak Usia Sekolah SDN 03
Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021 Junjung [Internet]. 2021. Available from:
[Internet]. 2021. Available from: http://repository.um-surabaya.ac.id/5980/
https://www.litbang.kemkes.go.id/buku-saku- 20. Ramadani A. Hubungan Jenis, Jumlah dan
hasil-studi-status-gizi-indonesia-ssgi-tahun- Frekuensi Makan dengan Pola Buang Air Besar
2021/ dan Keluhan Pencernaan pada Mahasiswa
9. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Muslim Saat Puasa Ramadhan. Skripsi Univ
Kementerian Kesehatan RI. Laporan Riskesdas Airlangga [Internet]. 2017;1–110. Available
2018. J Chem Inf Model [Internet]. from: http://repository.unair.ac.id
2018;53(9):181–222. Available from: 21. Sudikno, Syarief H, Meti Dwiriani C, Riyadi H.
http://www.yankes.kemkes.go.id/assets/downlo Faktor Risiko Obesitas Sentral Pada Orang
ads/PMK No. 57 Tahun 2013 tentang PTRM.pdf Dewasa Umur 25-65 Tahun Di Indonesia
10. Dinas Kesehatan Jawa barat. Laporan (Analisis Data Riset Kesehatan Dasar 2013).
Riskesdas Provinsi Jawa Barat [Internet]. Penelitian Gizi dan Makanan. 2015;38(2):111–
Lembaga Penerbit Badan Litbang Kesehatan. 20. DOI: 10.22435/pgm.v38i2.5540.111-120.
2019. 140–151 p. 22. Republik Indonesia. UU No. 16 Tahun 2019
11. Ulya I, Sari A, Putri SA, Widyaningrum F. Tentang Perubahan UU No. 1 Tahun 1974
Kekurangan Energi Kronik Di Uptd Puskesmas Tentang Perkawinan [Internet]. 2019:2–6.
Pancoran Mas Depok 2021. 2021;10(2):1–8. https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/12274
12. Parapat RGDV, Melani V, Wahyuni Y, Nuzrina 0/uu-no-16-tahun-2019
R, Sitoayu L. Perbedaan Pengetahuan Gizi, 23. Lestari P. Hubungan Pengetahuan Gizi, Asupan
Sikap Dan Perilaku Tentang Visual Gizi Makanan dengan Status Gizi Siswi Mts Darul
Seimbang Antara Dua Generasi Di Gereja Gski Ulum. Sport Nutr J. 2020;2(2):73–80. DOI:
Rehobot Kebon Jeruk Jakarta. J Nutr Coll. 10.15294/spnj.v2i2.39761.
2021;10(2):120–9. DOI: 24. Soraya D, Sukandar D, Sinaga T. Hubungan
10.14710/jnc.v10i2.29140. Pengetahuan Gizi, Tingkat Kecukupan Zat Gizi,
13. Miller LMS, Cassady DL. The effects of nutrition dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi pada
knowledge on food label use. A review of the Guru SMP. J Gizi Indones (The Indones J Nutr.
literature. Appetite [Internet]. 2015;92:207–16. 2017;6(1):29–36. DOI: 10.14710/jgi.6.1.29-36 .
DOI: 10.1016/j.appet.2015.05.029. 25. Kementerian Kesehatan RI. PMK No. 41 Tahun
14. Melani V, Kuswari M, Urusan K, Barat J. 2014 Tentang Pedoman Gizi Seimbang. 2014.
Pengetahuan Gizi Seimbang Calon Pengantin 26. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
di Beberapa Kantor Urusan Agama Jakarta Pola Makan yang Dapat Menyebabkan
Barat. 2019;3(1):1–6. DOI: Obesitas [Internet]. P2Ptm.Kemkes.Go.Id.
10.21111/dnj.v3i1.3030. 2018. http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-
15. Anggraini D, Syahputra WD, Syaddad HF, p2ptm/obesitas/pola-makan-yang-dapat-
Kasturi DA, Marselina A. Dampak Pandemi menyebabkan-obesitas
Covid-19 Terhadap Kultur Indonesia. J Ilm 27. Intan T. Fenomena Tabu Makanan Pada
Indones [Internet]. 2022;7(5). Available from: Perempuan Indonesia Dalam Perspektif
https://jurnal.syntaxliterate.co.id/index.php/synta Antropologi Feminis. PALASTREN : J Stud
x-literate/article/view/7180/4513. Gend. 2018;11(2):233. DOI:
16. Rafsanjani TM. Pengaruh individu, dukungan 10.21043/palastren.v11i2.3757.
keluarga dan sosial budaya terhadap konsumsi 28. Noor MS, Panghiyangani R, Husaini,

21
Gizi Indon 2023, 46(1):11-22 Hubungan pola makan, pengetahuan gizi... Dwi Dini Krisdayani, dkk.

Noviatiningsih A, Torizellia C, Zubaidah AW. Rutdamayanti AB201011.pdf..dilengkapi sesuai


Buku Ajar: Aspek Sosial Pangan dan Gizi. panduan
2020. 224 p. 38. Juffrie M. Alergi Makanan [Internet].
29. Banudi L, Imanuddin. Sosiologi dan Antropologi Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press;
Gizi. Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES). 2018. Available from:
Kendari: Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES); https://play.google.com/store/books/details/Aler
2017. gi_Makanan?id=OfZaDwAAQBAJ&hl=en_US&g
30. Chabibah N. Efektifitas Konseling Gizi Dalam l=US
Peningkatan Asupan Zat Gizi Wanita yang 39. Rumpiati. Faktor Budaya (Adat Jawa) Dengan
Merencanakan Kehamilan. 4th Univesity Res Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Ibu Dalam
Coloquium 2016. 2016;1(1):199–206. Perawatan pada Masa Nifas. J Matern Aisyah.
31. Hasibuan THP, Siagian M, Sibagariang EE. 2022;1(1):61–9.
Hubungan Pola Makan Dengan Status Gizi 40. Zulfiani M, Masthura S, Oktaviyana C.
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Pengaruh Pantangan Makanan Dari Budaya
Lingkungan Vii Kelurahan Sidorejo Kecamatan Dan Pendapatan Terhadap Status Gizi Ibu
Medan Tembung Tahun 2019. J Kebidanan Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Krueng
Kestra. 2020;2(2):116–25. DOI: Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar Tahun
10.35451/jkk.v2i2.229. 2021. J Heal Med Sci. 2022;1(3):69–76.
32. Nasution LA, A DA. ( The Indonesian Journal of 41. Ramayulis R. Diet Untuk Penyakit Komplikasi.
Public Health ) Hubungan Pola Makan dengan Jakarta: PenebarPlus; 2016.
Indeks Massa Tubuh pada Santri / Santriwati. 42. Heru A. Studi Kasus Tentang Tradisi Puasa
2022;17:52–7. Mutih Bagi Calon Pengantin Dalam Perspektif
33. Sari LW, Sariyati S, Hardianti A. Hubungan Pola Hukum Islam ( Studi Kasus di Desa Tawangrejo
Makan Dengan Status Gizi Pada Wanita Usia Kecamatan Winong Kabupaten Pati ) [Internet].
Subur (WUS) Pranikah di Kabupaten Bantul. IAIN Kudus. 2018;50-79. Available from:
Universitas Alma Ata. 2018. http://repository.iainkudus.ac.id/2204/7/7.BAB
34. Ayuningsih S, Setiyo Nugroho P. Korelasi IV.pdf
Frekuensi Makan dan Jumlah Uang Saku 43. Ayuningtias F. Interaksionisme Simbolik dalam
Terhadap Gizi Kurang Pada Remaja di SMPN 8 Tradisi Malam Mangkat Pada Pernikahan
Samarinda. Borneo Student Res [Internet]. Betawi: Studi Kasus Kelurahan Srengseng
2021;2(2):1123–30. Sawah Jakarta Selatan. [Internet]. Jmm. 2020.
https://journals.umkt.ac.id/index.php/bsr/article/v https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/1
iew/1790 23456789/50259/1/FITRIA
35. Fajriani F, Aritonang EY, Nasution Z. Hubungan AYUNINGTIAS.FISIP.pdf
Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Gizi 44. Khusna L. Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Seimbang Keluarga dengan Status Gizi Anak Puasa Mutih Bagi Calon Pengantin Sebelum
Balita Usia 2-5 Tahun. J Ilmu Kesehat Masy. Menikah Dalam Tradisi Perkawinan Adat Jawa
2020;9(01):1–11. doi: 10.33221/jikm.v9i01.470. (Studi Kasus Di Desa Bumharjo Kecamatan
36. Fitriani R. Hubungan Antara Pengetahuan Gizi Winong Kabupaten Pati) [Internet]. IAIN Kudus.
Seimbang, Citra Tubuh, Tingkat Kecukupan 2021;51–84.
Energi dan Zat Gizi Makro dengan Status Gizi http://repository.iainkudus.ac.id/6599/
pada Siswa SMA Negeri 86 Jakarta. J Heal Sci 45. Dinkes Sumatera Utara. 8 Manfaat Cabe Bagi
Gorontalo J Heal Sci Community. 2020;2(2):29– Kesehatan [Internet]. 2018. Available from:
38. DOI: 10.35971/gojhes.v4i1.5041. http://dinkes.sumutprov.go.id/artikel/8-manfaat-
37. Rutdamayanti, Maretta MY, Andhikatias YR, makan-cabe-bagi-kesehatan
Putriningrum R. Pengaruh Konseling Gizi 46. Suseno AN, Suseno RSP, Panca BM.
Prakonsepsi Terhadap Sikap Dan Perilaku Hubungan Kebiasaan Mengonsumsi Makanan
Pemilihan Makanan Calon Pengantin Pedas dengan Indeks Massa Tubuh pada
Dikecamatan Balongpanggang [Internet]. Wanita Dewasa di Kota Tasikmalaya pada
Universitas Kusuma Husada Surakarta. 2022;1- Tahun 2021. Bandung Conf Ser Med Sci.
15. Available from: 2022;2(1):145–52. doi
https://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/2742/1/Jurnal 10.29313/bcsms.v2i1.540.

22

You might also like