Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Microbiology is a science that studies small living things, so that in its study it
requires a microscope to see and know its shape and characteristics. Laboratory
equipment is needed in collecting qualitative data or information, especially quantitative
data. Working with the tools in the laboratory requires accuracy, thoroughness, and
special skills, whether working in the laboratory or in the field using laboratory
equipment. This is needed so that the data obtained in the research is accurate. This
practicum is the basis for the next practicum. Therefore, practitioners are required to be
familiar with any equipment commonly used in the laboratory. The introduction of tools
in general includes tool specifications, tool working principles, tool work procedures,
and tool functions. The purpose of introducing this tool is to know and master the types
of tools, the working principles of the tools, the working procedures of the tools, and the
functions of the tools correctly so that the practitioner does not make mistakes during
the practicum. This practicum was conducted at the Aquaculture Laboratory (BDP) of
Sultan Ageng Tirtayasa University on Monday, 13 March 2023 at 13.00-15.00 WIB.
The laboratory equipment includes laminar air flow, microscope, autoclave, petri dishes,
ose needles, Bunsen, object glass, and preparation glass. Based on the results of the
practicum, it can be concluded that the practitioner can use laboratory equipment, so as
to minimize errors in the next practicum.
1
ABSTRAK
Mikrobiologi merupakan ilmu yang mempelajari makhluk hidup berukuran kecil,
sehingga dalam kajiannya memerlukan mikroskop untuk melihat dan mengetahui
bentuk dan karakteristiknya. Peralatan laboratorium sangat diperlukan dalam
mengumpulkan data atau informasi kualitatif terutama data kuantitatif. Bekerja
menggunakan alat-alat yang ada di laboratorium membutuhkan kecermatan, ketelitian,
dan keterampilan khusus baik bekerja di laboratorium atau di lapangan dengan
menggunakan peralatan laboratorium. Hal itu dibutuhkan agar data yang diperoleh
dalam penelitian akurat. Praktikum kali ini merupakan dasar untuk praktikum
selanjutnya. Oleh karena itu, praktikan dituntut untuk mengenal setiap peralatan yang
biasa digunakan di laboratorium. Pengenalan alat secara umum mencakup spesifikasi
alat, prinsip kerja alat, prosedur kerja alat, dan fungsi alat. Tujuan dari pengenalan alat
ini adalah untuk mengetahui dan menguasai jenis-jenis alat, prinsip kerja alat, prosedur
kerja alat, serta fungsi alat secara benar agar praktikan tidak melakukan kesalahan pada
saat praktikum. Praktikum ini dilakukan di laboratorium Budidaya Perairan (BDP)
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa pada hari Senin, 13 Maret 2023 jam 13.00-15.00
WIB. Adapun peralatan laboratorium tersebut meliputi laminar air flow, mikroskop,
autoklaf, cawan petri, jarum ose, bunsen, kaca objek, dan kaca preparat. Berdasarkan
hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa praktikan dapat menggunakan alat-alat
laboratorium, sehingga dapat meminimalisir kesalahan dalam praktikum selanjutnya.
2
PENDAHULUAN
Praktikum adalah suatu metode pembelajaran dimana dapat memberikan
keaktifan, kreatif, inovatif, serta mampu menumbuh kembangkan terhadap rasa
keingintahuan yang lebih mengenai suatu teori atau lainnya (Muna 2016). Jadi dapat
dikatakan bahwa dengan adanya praktikum maka siswa dapat memperoleh pengetahuan
yang konkrit sebagai bekal dalam melengkapi atau menyempurnakan teori yang
diberikan di kelas. Kemudian juga dapat melatih siswa dalam menumbuhkan terhadap
keterampilan proses sains (Suryaningsih 2017).
3
METODE PRAKTIKUM
Praktikum ini dilakukan di Kampus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa tepatnya
di laboratorium Budidaya Perairan (BDP) pada hari senin, 13 Maret 2023 jam 13.00-
15.00 WIB. Pada praktikum kali ini dikenalkan dengan beberapa alat yaitu mikroskop,
kaca objek, kaca preparat, pipet tetes, laminar air flow, jarum ose, bunsen, cawan petri,
dan autoklaf. Adapun bahan yang digunakan yaitu spirulina. Pada setiap kelompok yang
sudah dibentuk sebelumnya, akan dipanggil secara bergiliran untuk menuju alat yang
akan dijelaskan oleh asisten laboratorium. Alat pertama yaitu laminar air flow, disitu
dijelaskan cara penggunaannya langkah pertama colokan luminar ke sumber listrik, lalu
luminar di sterilisasi dengan menyalakan sinar UV selama 2-3 jam, selama pengaktifan
sinar UV ruangan harus dikosongkan untuk menghindari efek dari radiasi, setelah
proses sterilisasi selesai matikan sinar UV dan nyalakan lampu untuk penerangan
beserta blower, selanjutnya lakukan cara kerja aseptis setelah itu masukan barang
seperti cawan petri, bunsen, dan jarum ose, saat memasukkan barang kaca penutup
diusahakan dibuka sekecil mungkin. Bunsen lalu dibakar hingga membara, tunggu
sampai api nya hilang tapi tetap panas, lalu lakukan inokulasi sesuai yang diarahkan
asisten laboratorium. Alat kedua yaitu mikroskop, disitu dijelaskan cara penggunaan
mikroskop mulai dari menyalakan sampai cara melihat preparat. Selanjutnya ada
autoklaf, alat ini digunakan untuk mensterilkan alat yang sudah dipakai, cara
penggunaannya dengan cara memasukkan alat-alat yang sudah dibungkus dengan kertas
ke dalam autoklaf, tunggu selama 15 menit pada suhuh 121°C. Jika sudah tunggu
sampai tekanan di dalam turun. Lalu angkat isi autoklaf dengan hati-hati.
4
Alat pertama ialah autoklaf. Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai
macam alat dan bahan yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas
bertekanan. Tekanan yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan
dengan suhu 121°C. Autoklaf dapat digunakan dengan suhu yang berbeda-beda, sesuai
dengan yang dibutuhkan, menurut jiwatami (2022), proses kerja autoklaf adalah dengan
mensterilkan alat medis menggunakan uap panas (121-124°C) bertekanan tinggi (200
kPa) selama sekitar 10-12 menit. Sedangkan menurut Fachrial et al. (2022), autoklaf
terdiri dari dua kata, yakni auto berasal dari bahasa Yunani yang berarti diri, dan clavis
dari bahasa latin yang berarti kunci. Auto-clavis mungkin bisa diartikan secara
sederhana mengunci diri, alat pengunci diri, atau ruang kedap yang terkunci dan tertutup
rapat. Autoklaf di laboratorium mikrobiologi digunakan untuk mensterilisasi suatu
benda ataupun media dengan menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (121°C,
15 lbs). Waktu sterilisasi adalah sekitar 15 menit dihitung setelah suhu autoklaf
mencapai 121°C.
Alat kedua ialah laminar air flow (LAF) yang dilengkapi UV memiliki fungsi
untuk mesterilkan dan meminimalisir dari mikroba atau kontaminasi yang terbawa oleh
aliran udara dengan mengalirkan udara secara kontinyu pada ruangan ke dalam kabinet
LAF dengan melalui dua kali penyaringan, yaitu pre-filter dan HEPA filter (High
Efficiency Particular Air). Menurut Amrulloh et al. (2021), Laminar Air Flow (LAF)
menjadi bagian penting dalam sebuah laboratorium sebagai alat sterilisasi. Prinsip kerja
alat ini adalah menyaring udara dari luar melalui beberapa tahapan penyaringan dan
menghasilkan udara yang steril dari zat berbahaya yang terbawa oleh udara untuk
dialirkan ke ruangan tertentu. Penggunaan alat laminar air flow cabinet dirasa sangat
penting akan keberlangsungan penelitian karena mempunyai tingkat keselamatan dan
keamanan bagi pengguna yang lebih tinggi jika dibandingkan menggunakan peralatan
sederhana seperti inkas di laboratorium mikrobiologi. Dengan mengendalikan beberapa
output seperti lampu TL, lampu UV, dan blower fan menggunakan mikrokontroller, dan
menambahkan air flow sensor sebagai output untuk mengetahui kecepatan udara yang
mengalir.
Alat ketiga ada cawan petri atau telepa petri adalah sebuah wadah yang
berbentuk lingkaran dan terbuat dari gelas yang digunakan untuk membiakkan sel.
5
Cawan petri selalu berpasangan, yang ukurannya agak kecil sebagai wadah dan yang
lebih besar merupakan tutupnya. Meskipun begitu, ada pula cawan petri yang terbuat
dari plastik. Alat ini digunakan sebagai wadah untuk penyelidikan tropi dan juga untuk
mengkultur bakteri, khamir spora atau biji--bijian. Cawan petri plastik dapat
dimusnahkan setelah sekali pakai untuk kultur bakteri. Cawan petri memiliki beberapa
ukuran sesuai dengan Roviati et al. (2020), yang menyatakan Cawan petri berfungsi
untuk membiakkan (kultivasi) mikroorganisme. Medium dapat dituang ke cawan bagian
bawah dan cawan bagian atas sebagai penutup. Cawan petri tersedia dalam berbagai
macam ukuran, diameter cawan yang biasa berdiameter 15 cm dapat menampung media
sebanyak 15-20 ml, sedangkan cawan berdiameter 9 cm kira-kira cukup diisi media
sebanyak 10 ml.
Alat keempat yaitu bunsen, untuk memanaskan larutan atau pada mikrobiologi
alat ini membantu mengkondisikan steril pada proses inokulasi. Bunsen merupakan alat
yang jika dinyalakan berbentuk api yang fungsinya untuk meminimalisasi kontaminan
yag terdapat pada kultur sel. Pada saat bekerja menggunakan nyala api berwarna biru
yang bisa dilihat pada bagian tengah api. Nyala api biru menghasilkan panas yang tinggi
sehingga mikroorganisme dan partikel debu dipaksa naik ke atas dan menjauhi area
kerja (Wulandari 2016).
Alat yang kelima jarum ose, digunakan untuk memindahkan biakan yang akan
ditanam ke media baru biakan atau pertumbuhan. Satu koloni bakteri/jamur diambil
dengan jarum ose steril, lalu ditanam pada media NA miring dengan cara menggores
(Gloria 2019).
Alat yang keenam ialah Mikroskop, berfunngsi untuk memperbesar benda yang
terlalu kecil untuk dilihat, menghasilkan gambar di mana obyek tampak lebih besar.
Menurut Handayani (2019), mikroskop merupakan alat bantu utama untuk melakukan
pengamatan dan penelitian dalam bidang studi IPA, karena dapat digunakan untuk
membuat objek pengamatan yang kecil terlihat besar. Mikroskop sendiri memiliki
banyak jenis nya diantaranya adalah mikroskop Medan terang, mikroskop Medan gelap,
mikroskop kontra fase, mikroskop ultraviolet, mikroskop elektron, mikroskop cahaya
dan mikroskop stereo. Adapun cara kerja mikroskop digital yaitu bayangan dari sampel
akan ditangkap oleh lensa obyektif dari mikroskop dan setelah mendapat perbesaran
6
yang diinginkan bayangan pada lensa okuler akan diterima oleh kamera dan gambar dari
kamera akan diteruskan ke perangkat computer untuk diolah. Sehingga gambar yang
telah diolah tersebut dapat ditampilkan pada monitor komputer atau proyektor (Raya
2013).
Alat yang ketujuh ada kaca objek, digunakan untuk menutup objek. Sesuai
dengan Susanty (2018), menyatakan pindahkan setetes cairan tersebut ke atas kaca
objek dan tutup dengan penutup kaca objek.
Alat yang kedelapan yaitu kaca preparat yang digunakan untuk meletakkan
objek atau preparat. Contoh cara kerjanya yaitu dengan diteteskan larutan lugol di atas
kaca preparat kemudian didiamkan selama 1 menit. Setelah itu, kaca preparat dibilas
dengan aquades (Puspadewi 2017).
Selain itu ada juga pipet tetes, digunakan untuk membantu memindahkan cairan
dari wadah yang satu ke wadah yang lain dalam jumlah yang sangat kecil dari tetes
demi tetes. Cara penggunaanya adalah cairan disedot dengan pipet tetes dengan bantuan
filler (Roviati et al. 2020).
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu spirulina, digunakan menjadi
bahan uji pada alat mikroskop. Spirulina memiliki banyak manfaat, menurut
Christwardana et al. (2013), Spirulina adalah cyanobacteria berbentuk spiral, memiliki
klorofil, dan mengandung protein sekitar 50-70% berat kering, beberapa vitamin dan
mineral. Spirulina platensis dapat dibudidayakan pada media air tawar, air payau atau
air laut. Untuk kebutuhan obat-obatan dan makanan manusia, Spirulina platensis
dibudidayakan di air tawar lebih baik karena memiliki kandungan protein yang tinggi
dan kandungan sodium rendah. Spirulina platensis dibudidayakan di media air laut
memiliki fikosianin dan karbohidrat yang tinggi, dan memiliki biaya produksi rendah.
Spirulina yang dibudidayakan menggunakan media air laut juga cenderung memiliki
kandungan natrium tinggi sehingga tidak baik bagi kesehatan. Ulasan ini disampaikan
untuk menggambarkan potensi dari Spirulina sebagai sumber protein untuk makanan
fungsional. Adapun menurut Ekantari et al. (2016), yang menyatakan bahwa spirulina
merupakan mikroalga, mudah dibudidayakan dan dapat hidup dalam tingkat salinitas
yang rendah hingga tinggi. Kandungan kimia dalam Spirulina dapat dipengaruhi oleh
7
media budidayanya. Di Indonesia Spirulina platensis yang beredar sebagian merupakan
hasil budidaya dari berbagai tempat dengan media budidaya air tawar maupun air laut.
S. platensis dapat digunakan sebagai salah satu sumber kalsium karena kandungannya
dapat mencapai 700-1000 mg/100 g biomassa kering.
Kerja aseptis merupakan kerja yang bertujuan untuk menciptakan keadaan yang
steril atau tidak terkontaminasi (Hendarto et al. 2014). Hal tersebut menuntut praktikan
untuk lebih memperhatikan prosedur kerja aseptis agar proses penelitian dapat berjalan
dengan baik dan sesuai harapan. Salah satu upaya kerja aseptis yaitu dengan melakukan
strerilisasi pada alat yang dipakai untuk praktikum (Irawati 2021). Menurut Jiwatami
(2022), sterilisasi adalah proses membunuh mikroorganisme yang dapat membahayakan
pasien. Proses sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan panas (uap panas,
membakar ataupun merebus) atau dengan menggunakan peralatan kimia.
Teknik kerja aseptis, Apabila akan bekerja di atas meja maka persiapan yang
harus dilakukan sebelum bekerja secara aseptis adalah mensterilkan tempat bekerja
(meja). Caranya dengan menyemprotkan alkohol 70% di permukaan meja dan udara di
sekitar meja secara merata. Kemudian bersihkan meja dengan menggunakan kapas/tisu
dengan cara digosok satu arah saja. Setelah itu, letakkan alat dan bahan yang diperlukan
di atas meja yang telah bersih. Semprot lagi semua permukaan alat dengan alkohol,
kemudian semprot kedua tangan hingga merata, diamkan hingga kering, dan siap
bekerja secara aseptis. Perlu diingat bahwa untuk mengurangi terjadinya kontaminasi
maka harus selalu bekerja dekat dengan api dari pembakar bunsen. Apabila akan
memindahkan biakan dari tabung reaksi atau erlenmeyer dan cawan petri ke tabung
reaksi atau cawan petri lain, pastikan untuk membuka tutupnya dekat dengan api.
Sebelum menutup kembali, mulut tabung reaksi dan erlenmeyer dibakar terlebih dahulu.
Begitu pula setelah menutup cawan petri, bibir cawan dibakar. Jarum ose yang
digunakan untuk memindahkan biakan, sebelum dan sesudah digunakan juga harus
dibakar pada api bunsen. Apabila menggunakan pinset dan batang L maka sebelum dan
setelah pemakaian dapat dicelupkan pada alkohol kemudian dibakar pada api bunsen
(Widodo 2017).
8
Tabel 1. Alat dan Bahan Praktikum
9
4. Bunsen Untuk memanaskan larutan
ataupun sterlisasi, prinsip kerjanya
dengan menyalakannya yaitu
membakar bagian sumbu. Fungsi
untuk menciptakan kondisi yang
steril (Ririn 2016). Biasanya untuk
Sumber: foto pribadi penulis sterilisasi jarum ose.
10
Sumber: Aliexpress.co.id
Sumber: Siplah.rajastore.id
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa dalam praktikum mikrobiologi akuatik terdapat
berbagai macam alat dengan nama, bentuk, fungsi, dan cara penggunaan yang berbeda-
beda. Diantaranya adalah jarum ose, cawan petri, laminar air flow, autoklaf, mikroskop,
kaca objek, kaca preparat, bunsen, dan juga tedapat teknik kerja aseptis. Pada praktikum
kali ini praktikan dapat menggunakan alat-alat yang ada di laboratorium sehingga dapat
meminimalisir kesalahan dalam praktikum selanjutnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ihsan B. 2021. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Solok: Insan Cendikia Mandiri. 159hlm.
Permatasari TDA, Sumarlan SH, Susilo B. 2013. Uji Pembuatan Marning Jagung
dengan Menggunakan Autoclave. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan
Biosistem 1(1): 69-75.
12
Jiwatami AMA. 2022. Aplikasi Termokopel untuk Pengukuran Suhu Autoklaf. Jurnal
Lontar Physics Today 1(1): 38-44. DOI: 10.26877/lpt.v1i1.10695.
Amrulloh MF, Purnama H, Margana AS. 2021. Sistem Monitoring Kecepatan Aliran
Udara Dan Suhu Pada Laminar Air Flow Cabinet. Prosiding. SEMNASTERA
(Seminar Nasional Teknologi dan Riset Terapan). Bandung: 23 Oktober 2021,
Indonesia. Politeknik Sukabumi. Hal 144-150.
Hendarto RD, Lestari E, Sudarsih, Suharmadi. 2014. Sterilisasi udara dan clean room
menggunakan peralatan foggong aerosep 8000. Prosiding. Seminar Nasional
Sains Dan Pendidikan Sains 5(1), 1–5.
Christwardana M., Nur M. M. A., & Hadiyanto. 2013. Spirulina platensis: potensinya
sebagai bahan pangan fungsional. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 2(1): 1-4.
Irawati W, Meyners GY, Dwany N, Rimpan TR, Ayustin YD, Purba EH, Christanti CA.
2021. Praktikum sederhana di rumah tentang pengaruh penggunaan Hand
Sanitizer terhadap keberadaan koloni bakteri di tangan. Jurnal Pendidikan
Biologi Undiksha 8(3): 126-137.
13
Handayani S. 2019. Penerapan Mikroskop Digital dengan Bantuan Smartphone Android
Sebagai Media Pembelajaran IPA. SAP (Susunan Artikel Pendidikan) 4(1): 46-
52. DOI: 10.30998/sap.v4i1.3611.
Susanty E. 2018. Teknik Konsentrasi Formol Eter untuk Parasit Usus. Jurnal Kesehatan
Melayu 1(2): 125-129. DOI: 1026891/jkm.v1i2.2018.
Wulandari MI, Hadisaputri YE. 2016. Review: Studi Pustaka Peralatan yang Digunakan
Untuk Kultur Sel. Farmaka 14(2): 207-218. DOI: 10.24198/jf.v14i2.10829.
Raya AS, Hidayanto A, Zahra AA. 2013. Modifikasi Mikroskop Dengan Perbesaran
Digital Menggunakan Sistem Kamera. Transient: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro
2(3): 728-733. DOI: 10.14710/transient.v2i3.728-733.
Muna IA. 2016. Optimalisasi Fungsi Laboratorium IPA Melalui Kegiatan Praktikum
Pada Prodi PGMI Jurusan Tarbiyah Stain Ponorogo. Kodifikasia 10(1): 109-131.
14