You are on page 1of 6

TRANSPARENCY, Jurnal Hukum Ekonomi, Feb-Mei 2013 Volume I Nomor 1

 
PERLAKUAN DAN PEMBERIAN FASILITAS KEPADA PENANAM MODAL
MENURUT PRESPEKTIF UU NO. 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN
MODAL

Bonatua Edynata Manihuruk *)


Budiman Ginting **)
Mahmul Siregar ***)

ABSTRACT

Indonesia has ratified the Agreement on TRIM's (Agreement on Trade Related Investment
Measures) through the implementation of Act 7 of 1994 on Foreign Investment, which of course affects
how the government's treatment for both foreign and domestic investors, how the facility by the
government to investors, and how government oversight of the investment activity.
The method used in writing this paper is to study the data collected by the library (library
research), which conducted a study using data from a variety of reading materials such as legislation,
books, articles and internet are considered relevant to the issues discussed in the author this thesis.
In investment activities, the Government of Indonesia implement the principle of equal treatment
to foreign and domestic investors, even applies to all investors regardless of their country of origin
investors. However, Article 6 paragraph (2), Act 25 of 2007 allows the government to provide the specific
requirements of different investors who have certain privileges based on an agreement with Indonesia to
a particular country, such as AFTA, ACFTA. Facilities / convenience provided by the government to
investors were ten facilities, which should be adjusted according to the effectiveness and necessity of
the investors in the business he started. Investment coordinating agency (BKPM) also plays running
integrated one-stop service system (PTPS) as was stipulated in Presidential Regulation of BKPM No. 27
of 2009 concerning integrated one-stop service in the field of investment.

Kata kunci: perlakuan, fasilitas, modal.

_______________________________________

PENDAHULUAN Pembentukan Undang-Undang


Penanaman Modal harus didasarkan pada
Dewasa ini perdagangan internasional semangat untuk menciptakan iklim penanaman
dipengaruhi oleh sistem, ketentuan dan modal yang kondusif sehingga dapat
mekanisme WTO (World Trade Organizations) meningkatkan daya tarik sehingga Indonesia
dengan bentuk salah satu aturan main adalah menjadi negara tujuan investasi.
TRIMs (Agrement on Trade Related Investment Kemudian dilanjutkan dengan Undang-
Measures). Atas dasar ketentuan tersebut, Undang Penanaman Modal yang mengatur hal-
kegiatan penanaman modal di Indonesia secara hal yang penting, yang mencakup semua
logis-yuridis terikat kepada prinsip-prinsip kegiatan penanaman modal langsung disemua
penanaman modal internasional dari WTO dan sektor yang meliputi kebijakan dasar penanaman
TRIMs yaitu prinsip nondiskriminasi, prinsip most modal, bentuk keterkaitan pembangunan ekonomi
favoured nations (MFN), prinsip national dengan pelaku ekonomi kerakyatan yang
treatment.1 diwujudkan dengan pengaturan mengenai
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                 
*) 1
Penulis. Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman
**)
Dosen Pembimbing I. Modal, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2007),
***)
Dosen Pembimbing II. hlm. 109-110.
 
pengembangan penanaman modal dan tanggung korban jiwa baik dari masyarakat setempat dan
jawab penanam modal serta fasilitas penanaman dari pihak perusahaan karena status kepemilikan
modal, pengesahan dan perizinan, koordinasi dan lahan yang tidak jelas. Hal tersebut disebabkan
pelaksanaan kebijakan penanaman modal yang oleh Pemerintah yang tidak melakukan kontrol
didalamnya mengatur mengenai kelembagaan yang berkala atau terus menerus. Pemerintah
urusan pananaman modal dan ketentuan yang seharusnya dapat menyelesaikan masalah
mengatur tentang penyelesaian sengketa. tersebut dengan cepat, penuh tanggung jawab
Dalam Pasal 18 sampai degan Pasal 24 dan bijaksana khususnya dipandang dari segi
Undang-Undang No. 25 Tahun 2007, ditentukan hukum ekonominya, baik itu Pemerintah Pusat,
bahwa investor, baik domestik maupun asing maupun Pemerintah Daerah yang telah diberi
yang menanamkan investasinya di Indonesia kewenangan khusus oleh UU Otonomi Daerah.
diberikan fasilitas atau kemudahan-kemudahan.
Fasilitas penanam modal itu diberikan kepada PERUMUSAN MASALAH
penanam modal yang:2 1. Melakukan perluasan
usaha; atau, 2. Melakukan penanaman modal Penelitian dalam jurnal ini difokuskan
baru. Kriteria investor yang akan mendapat untuk mengkaji penerapan-penerapan kaidah
fasilitas penanam modal telah ditentukan oleh atau norma-norma dalam hukum positif mengenai
Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang No. 25 Tahun Penanaman Modal oleh karena itu jenis penelitian
2007. yang dilakukan adalah penelitian hukum
Apabila salah satu kriteria itu dipenuhi, normative dengan tipe yuridis normative.
maka telah dianggap cukup bagi pemerintah Adapun masalah yang dibahas dalam
untuk memberikan fasilitas atau kemudahan jurnal ini yakni bagaimana perlakuan yang
kepada investor. Ada sepuluh bentuk fasilitas diberikan pemerintah kepada penanam modal
atau kemudahan yang diberikan kepada penanam berdasarkan UU No. 25 Tahun 2007 tentang
modal (investor) asing maupun domestik. Penanaman Modal, dan bagaimana ketentuan
fasilitas penanaman modal diberikan fasilitas yang diberikan pemerintah kepada
dengan pertimbangan tingkat daya saing penanam modal berdasarkan UU No. 25 Tahun
perekonomian dan kondisi keuangan negara dan 2007 tentang Penanaman Modal, kemudian
harus promotif dibandingkan dengan fasilitas membawa permasalahan selanjutnya bagaimana
yang diberikan oleh negara lain. Pentingnya pengawasan pemerintah terhadap penanam
kepastian fasilitas penanaman modal ini modal yang diberikan fasilitas penanaman modal.
mengharuskan pengaturan yang lebih detail
terhadap bentuk fasilitas fiskal, fasilitas hak atas HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
tanah, imigrasi dan fasilitas perizinan impor.
Pemberian fasilitas tersebut setidaknya Alasan utama pemerintah dalam
merupakan upaya untuk mendorong penyerapan menetapkan kebijakan penanaman modal sesuai
tenaga kerja. dengan yang telah diatur di dalam UU tersebut
Dalam pemberian fasilitas hak atas tanah lebih beralasan kepada ketahanan dan
kepada penanam modal, yang justru semakin pembangunan perekonomian nasional yakni
banyak memunculkan kasus-kasus pertanahan. untuk mendorong terciptanyaiklim usaha nasional
Semakin bertambahnya status tanah-tanah milik yang kondusif bagi penanaman modal dalam
masyarakat adat maupun perorangan dengan penguatan daya saing perekonomian nasional
status tanah sengketa. Hal tersebut seharusnya dan mempercepat peningkatan penanaman
menjadi menjadi tanda tanya besar dan juga modal. Kebijakan tersebut dilaksanakan
menjadi perhatian pemerintah. Bahkan dengan pemerintah dengan cara memberi perlakuan yang
terungkapnya Kasus Mesuji, yang memakan sama bagi penanam modal dalam negeri dan
penanam modal asing dengan tetap
                                                                                                                       
Salim, HS, Budi Sutrisno, Hukum Investasi di
2 memperhatikan kepentingan nasional.
Indonesia, (Jakarta: PT.Raja GrafndoPersada, 2007),
hlm. 273.
 
2 BONATUA, PERLAKUAN DAN PEMBERIAN FASILITAS KEPADA PENANAM MODAL MENURUT
PERSPEKTIF UU NO. 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL
TRANSPARENCY, Jurnal Hukum Ekonomi, Feb-Mei 2013 3

Perlakuan terhadap penanam modal 2. Pembebasan atau keringanan bea impor


berdasarkan UU No. 25 Tahun 2007 didasarkan barang modal yang belum bisa diproduksi di
prinsip perlakuan sama dan tidak membedakan dalam negeri.
asal negara (Pasal 3 ayat (1) huruf d). Pemerintah Pembebasan atau keringanan bea masuk
memberikan perlakuan sama terhadap penanam atas impor barang modal adalah melepaskan
modal asing dan penanam modal dalam negeri kewajiban atau pengurangan beban dari
(Pasal 4 ayat (2)). Demikian juga perlakuan sama investor untuk membayar bea masuk atas
diberikan kepada seluruh investor tanpa barang modal yang dimasukkan ke dalam
memandang negara asalnya (Pasal 6 ayat (1)). wilayah Republik Indonesia. Pasal 4 huruf b
Akan tetapi, terdapat pengecualian atas Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 telah
perlakuan sama yang memungkinkan pemerintah ditentukan jenis-jenis barang yang
memberi persyaratan yang berbeda kepada dibebaskan dari bea masuk impor. Jenis-jenis
investor tertentu yang mempunyai hak istimewa barang yang dibebaskan dari pembebasan
berdasarkan perjanjian dengan Indonesia (Pasal atau keringannan bea impor adalah barang
6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun modal, mesin; atau peralatan untuk keperluan
2007) seperti karena adanya perjanjian antara produksi yang belum bisa diproduksi di dalam
pemerintah Indonesia dengan pemerintah asing negeri.
yang bersifat regional contohnya : ASEAN Free 3. Pembebasan atau keringanan bea masuk
Trade Agreement (AFTA), ASEAN-China Free bahan baku atau bahan penolong untuk
Trade Agreement (ACFTA). Perlakuan sama yang keperluan produksi.
diberikan dalam penyelenggaraan penanaman 4. Pembebasan atau penangguhan pajak
modal tersebut harus tetap berpihak kepada pertambahan nilai (PPN) atas impor barang
kepentingan nasional. modal atau mesin, yang belum dapat
Fasilitas penanaman modal diberikan oleh diproduksi di dalam negeri,
pemerintah kepada pelaku usaha baik investor 5. Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat.
asing maupun domestik yang memenuhi kriteria Fasilitas penyusutan atau amortisasi
penerima fasilitas penanaman modal pada merupakan kemudahan yang diberikan
bidang-bidang yang telah ditentukan oleh kepada investor, berupa pengurangan atau
pemerintah. UU No. 25 Tahun 2007, Pasal 18 penghapusan terhadap harta kekayaan yang
memuat ada sepuluh bentuk fasilitas atau dimiliki oleh investor, yang digunakan dalam
kemudahan yang diberikan kepada penanam pelaksanaan penanaman modal.4
modal (investor) asing maupun domestik. 6. Keringanan pajak bumi dan bangunan (PBB)
Kesepuluh fasilitas yang disajikan itu adalah: Keringanan pajak bumi dan bangunan
1. Fasilitas pajak penghasilan (PPh) merupakan keringanan yang diberikan oleh
Pemberian fasilitas Pajak Penghasilan ini pemerintah kepada investor dalam
dilakukan melalui pengurangan penghasilan penggunaan hak atas tanah. PBB merupakan
netto sampai tingkat tertentu terhadap jumlah pajak dikenakan atas bumi dan bangunan.
penanaman modal yang dilakukan dalam Keringanan itu, berupa pengurangan sebesar
waktu tertentu.3 Fasilitas pajak penghasilan 50% atas pajak bumi dan bangunan (PBB)
yang diberikan kepada penanam modal selama delapan tahun, sejak diperoleh izin
diberlakukan berdasarkan kebijakan industri peruntuan atas hak atas tanah.
nasional yang ditetapkan oleh pemerintah 7. Pembebasan atau pengurangan pajak
yang pengaturannya lebih lanjut diatur penghasilan badan.
dengan Peraturan Menteri Keuangan. Pembebasan atau pengurangan pajak
penghasilan badan hanya dapat diberikan
kepada penanam modal baru yang
                                                                                                                       
Lihat Undang-Undang No. 25 Tahun 2007
3
                                                                                                                       
4
Pasal 18 ayat (4) Salim, HS, Budi Sutrisno, Op.Cit, hlm. 330.
 
 
merupakan industri pioner. Industri pioner untuk memasukkan barang ke Indonesia.
merupakan industry yang mempunyai ciri-ciri: Fasilitas perizinan impor ini telah ditentukan
a) Memiliki keterkaitan yang luas dengan dalam Pasal 21 huruf b dan Pasal 24
yang lainnya; Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007
b) Memberi nilai tambah dan eksternalitas tentang Penanaman Modal.
yang tinggi. Eksternalitas adalah jika Setiap fasilitas ditawarkan secara
investasi terjadi lintas batas daerah atau terbuka kepada setiap penanam modal dan harus
dampaknya bisa mengenai daerah disesuaikan menurut efektifitas dan kebutuhan
tetangga lokasi investasi; dari penanam modal dalam usaha yang
c) Memperkenalkan teknologi baru; serta dirintisnya. Hal tersebut juga harus sesuai dengan
d) Memiliki niali strategis bagi ketentuan peraturan yang berlaku.
perekonomian nasional (Pasal 18 ayat Pemerintah dan/atau pemerintah daerah
(5) Undang-Undang Nomor 25 Tahun menjamin kepastian dan keamanan berusaha
2007 tentang penanaman modal). bagi pelaksanaan penanaman modal. Pemerintah
8. Fasilitas hak atas tanah telah mengadakan pembagian kewenangan
Hak atas tanah adalah hak atas sebagian dalam urusan penanaman modal sesuai dengan
tertentu permukaan bumi, yang terbatas, ruang lingkupnya yakni lintas provinsi menjadi
bersimensi dua dengan ukuran panjang dan urusan pemerintah, lintas kabupaten/kota menjadi
lebar.5 Tanah sendiri adalah tempat kita urusan provinsi, berada dalam satu
dalam melakukan segala aktifitas kehidupan kabupaten/kota menjadi urusan pemerintah
kita sehingga perekonomian pun tidak dapat kabupaten/kota. Dalam pelaksanaan
terlepas dari pemanfaatan tanah sebagai pengawasannya, pemerintah dengan
tempat beraktifitas. kemudahan pelayanan kebijakannya membentuk Badan Koordinasi
dan perizinan hak atas tanah yang dapat Penanaman Modal (BKPM) yang diberi
diberikan dan diperpanjang sekaligus dapat kewenangan persetujuan penanaman modal
diperbaharui kembali. dalam Pasal 27, 28 dan 29 UU No. 25 Tahun
9. Fasilitas keimigrasian 2007.
Fasilitas imigrasi merupakan kemudahan Instrument pelaksanaannya dilakukan
yang diberikan kepada investor dalam kaitan melalui Laporan Kegiatan Penanaman Modal
dengan hal ikhwal lalu lintas orang yang (LKPM) yaitu laporan secara berkala mengenai
masuk atau ke luar wilayah Negara Republik perkembangan kegiatan perusahaan dan kendala
Indonesia dan pengawasan orang asing di yang dihadapi penanam modal (Pasal 1 angka
wilayah Negara Republik Indonesia (Pasal 1 16, Peraturan Kepala BKPM No. 13 Tahun 2009
angka 1 Undang-Undang Nomor 9 Tahun tentang Pedoman Dan Tata Cara Pengendalian
1992 tentang Keimigrasian). Bertujuan untuk Pelaksanaan Penanaman Modal), pemantauan
Penanaman modal yang membutuhkan melalui kompilasi, verifikasi serta evaluasi LKPM,
tenaga kerja asing dalam merealisasikan dan dari sumber informasi lainnya (Pasal 6).
penanaman modal; Penanaman modal yang Pemerintah juga mememberlakukan sistem
membutuhkan tenaga kerja asing bersifat pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) dan telah
sementara dalam rangka perbaikan mesin, menerapkan beberapa bentuk pembatasan yaitu
alat bantu produksi lainnya, dan pelayanan menetapkan bidang-bisang usaha yang tertutup
purna jual; dan, Calon penanaman modal untuk kegiatan penanaman modal, penetapan
yang akan melakukan penjajakan syarat investasi minimal bagi perusahaan
penanaman modal. penanaman modal asing, pembatasan jangka
10. Perizinan impor. waktu investasi, pembatasan terhadap hak-hak
Fasilitas perizinan impor merupakan atas tanah, dan lainnya. Semuanya dilakukan
kemudahan yang diberikan kepada investor dengan tujuan untuk melindungi kepentingan
                                                                                                                        nasional.
5
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia I,
(Jakarta: Djambatan, 1999), hlm. 18.
 
4 BONATUA, PERLAKUAN DAN PEMBERIAN FASILITAS KEPADA PENANAM MODAL MENURUT
PERSPEKTIF UU NO. 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL
TRANSPARENCY, Jurnal Hukum Ekonomi, Feb-Mei 2013 5

PENUTUP pertambahan nilai (PPN) atas impor barang


modal atau mesin, yang belum dapat
A. KESIMPULAN diproduksi di dalam negeri, penyusutan dan
1. Perlakuan terhadap penanam modal amortisasi yang dipercepat, keringanan
berdasarkan UU No. 25 Tahun 2007 pajak bumi dan bangunan (PBB),
didasarkan prinsip perlakuan sama dan pembebasan atau pengurangan pajak
tidak membedakan asal negara (Pasal 3 penghasilan badan, fasilitas hak atas tanah,
ayat (1) huruf d). Pemerintah memberikan fasilitas keimigrasian, perizinan impor.
perlakuan sama terhadap penanam modal Setiap fasilitas ditawarkan secara terbuka
asing dan penanam modal dalam negeri kepada setiap penanam modal dan harus
(Pasal 4 ayat (2)). Demikian juga perlakuan disesuaikan menurut efektifitas dan
sama diberikan kepada seluruh investor kebutuhan dari penanam modal dalam
tanpa memandang negara asalnya (Pasal 6 usaha yang dirintisnya. Hal tersebut juga
ayat (1)). Akan tetapi, terdapat harus sesuai dengan ketentuan peraturan
pengecualian atas perlakuan sama yang yang berlaku.
memungkinkan pemerintah memberi 3. Pemerintah dan/atau pemerintah daerah
persyaratan yang berbeda kepada investor menjamin kepastian dan keamanan
tertentu yang mempunyai hak istimewa berusaha bagi pelaksanaan penanaman
berdasarkan perjanjian dengan Indonesia modal. Pemerintah telah mengadakan
(Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 pembagian kewenangan dalam urusan
Tahun 2007) seperti karena adanya penanaman modal sesuai dengan ruang
perjanjian antara pemerintah Indonesia lingkupnya yakni lintas provinsi menjadi
dengan pemerintah asing yang bersifat urusan pemerintah, lintas kabupaten/kota
regional contohnya : ASEAN Free Trade menjadi urusan provinsi, berada dalam satu
Agreement (AFTA), ASEAN-China Free kabupaten/kota menjadi urusan pemerintah
Trade Agreement (ACFTA). Perlakuan kabupaten/kota. Dalam pelaksanaan
sama yang diberikan dalam pengawasannya, pemerintah dengan
penyelenggaraan penanaman modal kebijakannya membentuk Badan Koordinasi
tersebut harus tetap berpihak kepada Penanaman Modal (BKPM) yang diberi
kepentingan nasional. kewenangan persetujuan penanaman
2. Fasilitas penanaman modal diberikan oleh modal dalam Pasal 27, 28 dan 29 UU No.
pemerintah kepada pelaku usaha baik 25 Tahun 2007. Instrument pelaksanaannya
investor asing maupun domestik yang dilakukan melalui Laporan Kegiatan
memenuhi kriteria penerima fasilitas Penanaman Modal (LKPM) yaitu laporan
penanaman modal pada bidang-bidang secara berkala mengenai perkembangan
yang telah ditentukan oleh pemerintah. UU kegiatan perusahaan dan kendala yang
No. 25 Tahun 2007, Pasal 18 memuat ada dihadapi penanam modal (Pasal 1 angka
sepuluh bentuk fasilitas atau kemudahan 16, Peraturan Kepala BKPM No. 13 Tahun
yang diberikan kepada penanam modal 2009 tentang Pedoman Dan Tata Cara
(investor) asing maupun domestik. Pengendalian Pelaksanaan Penanaman
Kesepuluh fasilitas yang disajikan itu Modal), pemantauan melalui kompilasi,
adalah: fasilitas pajak penghasilan (PPh), verifikasi serta evaluasi LKPM, dan dari
pembebasan atau keringanan bea impor sumber informasi lainnya (Pasal 6).
barang modal yang belum bisa diproduksi di Pemerintah juga mememberlakukan sistem
dalam negeri, pembebasan atau keringanan pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) dan
bea masuk bahan baku atau bahan telah menerapkan beberapa bentuk
penolong untuk keperluan produksi, pembatasan yaitu menetapkan bidang-
pembebasan atau penangguhan pajak bisang usaha yang tertutup untuk kegiatan

 
 
penanaman modal, penetapan syarat memperjelas peraturan perundang-
investasi minimal bagi perusahaan undangan di bidang penanaman
penanaman modal asing, pembatasan modal/investasi yang berlaku secara
jangka waktu investasi, pembatasan transparan, termasuk peraturan perundang-
terhadap hak-hak atas tanah, dan lainnya. undangan di bidang Pemerintah Daerah
Semuanya dilakukan dengan tujuan untuk (otonomi daerah), Perseroan Terbatas (PT)
melindungi kepentingan nasional. dan lain sebagainya, sehingga masyarakat
dapat menilai pemerintahnya berpihak pada
B. SARAN kepentingan ansional atau lebih berpihak
1. Perlakuan yang diberikan pemerintah pada investor.
kepada para penanam modal seharusnya 3. Sebaiknya instansi-instansi/lembaga-
sesuai dengan tujuan pelaksanaan lembaga yang berwenang dalam hal
penanaman modal di Indonesia dengan pengelolaan investasi, dan juga masyarakat
tetap memperhatikan kepentingan nasional dapat memberi perhatian yang besar dan
sehingga dapat menciptakan rasa aman pengawasan yang benar terhadap proses
dan percaya masyarakat terhadap berinvestasi, yang dimulai dari proses
pemimpinnya, dan wujud perekonomian perizinan, pengoperasian usaha, perlakuan
yang dibangun oleh pemerintah harus lebih dan pemberian fasilitas, dan lain
adil dan merata, mencerminkan sebagainya kepada investor sehingga tidak
peningkatan peran daerah dan terjadi hambatan terhadap pelaksanaan
pemberdayaan seluruh rakyat sehingga investasi yang besar dan sesuai peraturan
kepentingan nasional tetap dikedepankan perundang-undangan yang berlaku, dan
dan rakyat pun semakin sejahtera. investor pun merasa yakin dan percaya
2. Diharapkan kepada pihak-pihak yang serta nyaman berinvestasi di Indonesia.
berkompeten dapat mensosalisasikan dan

DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Harsono, Boedi, Hukum Agraria Indonesia I, Jakarta: Djambatan, 1999.
Chalid, Pheni, Keuangan Daerah, Investasi, dan Desentralisasi Tantangan dan Hambatan, Jakarta:
Mitra, 2005.
K. Harjono, Dhaniswara, Hukum Penanaman Modal, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2007.
Nasution, Bismar, Hukum Kegiatan Ekonomi, Bandung: Books Terrace & Library, 2007.
Salim, HS. Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2007.
Untung, Hendrik Budi, Hukum Investasi, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

WEBSITE
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27742/5/Chapter I.pdf, (diakses pada 25 April 2012
pukul 10.52 WIB)
http://www.stialan.ac.id/artikel Zaenal Said.pdf, (diakses pada 25 April 2012 pukul 10.52 WIB)
http://journal.unnes.ac.id/index.php/jejak/article/download/1468/1593, (diakses pada 25 April 2012, pukul
10.56 WIB)
http:// www.binatalentabangsa.com/Saepudin Online, (diakses pada 25 April 2012, pukul 10.56 WIB)
http://www.fh.unair.ac.id/entryfile/Capital_Investmen_Law_S2.ppt, (diakses pada 25 April 2012, pukul
10.50 WIB)

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

 
6 BONATUA, PERLAKUAN DAN PEMBERIAN FASILITAS KEPADA PENANAM MODAL MENURUT
PERSPEKTIF UU NO. 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

You might also like