You are on page 1of 8

Opini

MENYAMBUT SEKOLAH RUMAH (HOMESCHOOLING) DALAM SISTEM


PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA

Harun Al Rasyid*

Abstract

Homeschooling practice in Indonesia has just started in 2006. There are many reasons and
philosophies in the presence of home schooling, both internally such as family and students, and
externally such as educational considerations. In at least, there are three types of homeschooling,
they are: (1) homeschooling for pre-school children, (2) homeschooling as the substitution and
complementation to formal school and (3) homeschooling as a sustainable education program. As
a new category in the formal education practice in Indonesia, the presence of homeschooling should
immediately be set up its connectivity model with national education system within its holistic view.
It will need a comprehensively conceptual, theoretical, and philosophical consideration being the
foundation of homeschooling practice so that homeschooling may run in the normative path of
education. In the other hand, there is a necessity for supporting regulations, policies and action
plan, which would guarantee the continuity and development of homeschooling in Indonesia. Therefore,
homeschooling contributions within national education system may soon be used effectively in the
efforts of promoting the intellectual life of the nation.

Key words: homeschooling, model homeschooling, national education system

PENDAHULUAN

Homeschooling atau yang diterjemahkan sebagai salah satu cara peluncuran (delivery system) bagi
“sekolahrumah” menjadi sebuah isu yang sangat program pendidikan anak usia dini.
sensasional di dunia pendidikan Indonesia pada awal Sekolahrumah tengah berkembang menjadi
tahun 2006/2007. Isu itu terutama terjadi ketika sebuah kategori baru bagi sistem pendidikan nasional
pemikiran dan praktek sekolahrumah diakomodasi oleh di Indonesia. Oleh karena itu tidak mengherankan bila
jajaran Direktorat Pendidikan Kesetaraan Direktorat kehadirannya, model peluncurannya, metode belajar,
Jenderal Pendidikan Luar Sekolah/Pendidikan Nonformal isi pembelajaran, evaluasi, dan cara pengakuan hasil
dan Informal Departemen Pendidikan Nasional (Dit belajar pada sekolah rumah masih belum tersusun
Pendidikan Kesetaraan Detjen PLS/PNFI Depdiknas). secara baku. Namun demikian, di tengah kehausan
Cara mengakomodasinya adalah dengan mengem- masyarakat akan hadirnya model pendidikan nasional
bangkan prosedur operasi standar pengakuan yang mampu mengemban misi pemerataan akses/
(akreditasi) pengalaman belajar yang diperoleh melalui layanan dan peningkatan mutu dan relevansi, kehadiran
sekolah rumah sebagai pengalaman belajar pada sekolahrumah cukup memberikan janji dan potensi
program pendidikan kesetaraan. Melalui mekanisme untuk ikut menyelesaikan masalah pendidikan yang
recognition of prior learning, pengalaman belajar yang tengah dihadapi bangsa Indonesia.
didapat (calon) peserta didik diakui (diakreditasi) dengan Agar model sekolahrumah mampu terhubung (to
penghargaan tertentu. Berdasarkan harga penghargaan link atau connect to) dan berfungsi dalam keseluruhan
itu beban belajar mereka terkurangi karena telah sistem pendidikan nasional di Indonesia, masih
memiliki pengalaman belajar pendahuluan itu. Jajaran membutuhkan kreasi-kreasi tentang tata laksana,
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (Dit. PAUD Ditjen manajerial, dan regulasi yang cerdas dari setiap
PLS/PNFI) juga menggunakan sekolah rumah sebagai pemangku pemikiran, kebijakan, dan penyelenggara
pendidikan di Indonesia. Akan menjadi sebuah
kehilangan dan kerugian besar, bila kemunculan sekolah
rumah disikapi dengan pola ofensif dan represif dengan
* Kepala BPPLSP Regional IV Surabaya alasan tidak/belum ada undang-undang dan peraturan

Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF - Vol. 2, No.2 - 2007 65


Menyambut Sekolah Rumah (Homeschooling)...

yang mampu mengaturnya. Oleh kerena itu upaya dalam sistem pendidikan nasional adalah sebuah
menerima dan menempatkan model sekolahrumah kebutuhan dan keharusan.

PEMBAHASAN

Kembali ke Keluarga Dengan demikian kelembagaan pendidikan


Pendidikan adalah semua usaha yang kesekolahan muncul seiring dengan kebutuhan
dilakukan dengan sengaja untuk membantu individu atau masyarakat akan layanan pendidikan secara lebih
masyarakat (community) meningkatkan derajat sistematis, terfokus, dan terorganisasi. Sementara itu,
kesejahteraan dan martabat kemanusiaannya pendidikan luar sekolah yang masih ada (di luar sistem
seoptimal mungkin seiring norma-norma yang dijunjung persekolahan) juga terus berkembang seiring dengan
tinggi. Menurut teori tabularasa, manusia adalah kertas kebutuhan belajar masyarakat dan seiring pula dengan
putih bersih, interaksi dengan lingkunganlah yang keterbatasan kemampuan sekolah dalam melayani
memberikan tulisan, lukisan, dan warna pada kertas kebutuhan belajar masyarakat.
itu. Tulisan, lukisan dan warna kependidikanlah yang Selama ini di Indonesia kebanyakan orang tua
diharapkan tercetak pada kertas itu. Menurut teori memasukkan anak-anak ke lembaga pendidikan, baik
heriditas, manusia yang baru lahir telah membawa formal maupun nonformal, agar anak mendapatkan
potensi bakat, minat, dan kemampuan masing-masing. stimulasi yang tepat. Akan tetapi, di sisi lain, banyak
Pada saatnya sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan pula masyarakat yang tidak mampu memasukkan
kematangannya, potensi bakat, minat, dan kemampuan anak-anak usia dini mereka ke lembaga pendidikan
itu akan aktual (nampak nyata) dengan sendirinya. karena keterbatasan ekonomi atau alasan lainnya. Hal
Adapun teori konvergensi menggabungkan dua aliran yang juga menarik adalah bahwa pada saat ini mulai
itu dan perwujudan kemampuan manusia adalah hasil banyak orang tua merasa lembaga pendidikan yang
yang sinergis antara heriditas dan intervensi lingkungan. ada tak lagi dapat memberikan pendidikan terbaik bagi
Interaksi dengan lingkungan pula yang dapat anak-anaknya. Di lembaga pendidikan, kalau kita
mewujudkan potensi-potensi yang masih bersifat laten cermati, banyak anak yang menyukai saat pulang,
menjadi menampak dan aktual. Intervensi pendidikan bukan saat-saat berada di sekolah untuk memahami
bertujuan membangkitkan dan mengembangkan informasi yang disampaikan (Ahsin, 2007).
potensi tersebut sehingga menjadi aktual secara Sekolah tidak lagi menjadi wadah persiapan
optimal seiring dengan norma-norma yang berlaku. anak didik memasuki masyarakat dengan berbagai
Secara atropologis dan kesejarahan, aktivitas perlengkapan yang dibutuhkan, melainkan menjadi
pendidikan yang dilakukan umat manusia adalah wadah mendidik anak dengan pandangan dunia sesuai
kegiatan kebudayaan untuk mewariskan dan kebutuhan pemilik modal dan penguasa. Dengan
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap demikian kemampuan baca, tulis, dan hitung tidak lagi
khususnya dari generasi terdahulu kepada generasi menjadi hal utama yang dituntut.
yang kemudian. Konkretnya, pendidikan pada awal Yang penting anak dapat duduk manis di kelas
mulanya adalah upaya pewarisan pengetahuan, dan bisa bergaul dengan baik dengan teman-temannya,
keterampilan, dan sikap dari orang tua kepada anak- anak yang demikian itu sudah bisa naik kelas dan lulus
anak mereka. Pewarisan “budaya” itu tidak saja sekolah. Anak yang berkelakuan aktif atau selalu
dimaknai sebagai dari orang tua biologis kepada anak- menerawang dan bosan dengan pekerjaan sekolah akan
anak mereka, melainkan adalah dari generasi yang lebih direkomendasikan untuk diperiksa dokter dan diberi
tua kepada generasi yang lebih muda. obat penenang atau tidak diijinkan masuk sekolah
Dalam bentuknya yang paling “indigeneous”, selama waktu tertentu. Akibatnya, anak sangat
pendidikan itu berkembang dalam masyarakat yang tergantung pada tekanan kelompok sebaya atau
berakar pada tradisi dan agama. Dalam perkembangan lingkungannya. Keluarga bukan lagi menjadi tempat
selanjutnya, seirama dengan semakin besar tantangan berteduh utama (Kho, 2007).
dan tuntutan perubahan di masyarakat, maka Dalam kajian sosiologi pendidikan di
pendidikan dilaksanakan dalam bentuk yang lebih Indonesia, sering ditulis dan dibicarakan demikian
sistematis, mulai dari pola menyerahkan anak-anak penting, urgent, strategis dan sentral peran lembaga
dari orang tua biologis kepada ahli tertentu untuk diajari keluarga dalam triangel pendidikan nasional Indonesia.
kemampuan yang bersangkutan sampai dengan model Bahkan lembaga kajian pendidikan konvensional
kesekolahan (universitas) yang sangat spesialistis. keluarga senantiasa disebut sebagai lembaga

66 Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF - Vol. 2, No.2 - 2007


Menyambut Sekolah Rumah (Homeschooling)...

pendidikan yang pertama dan utama. Cakupan makna Berbagai bentuk lembaga dalam kehidupan modern
“pertama dan utama” tidak hanya dalam dimensi waktu dinilai telah menjadi ancaman yang bisa membuat
atau kronologis proses terjadinya pendidikan, namun lembaga keluarga kehilangan arti (Republika, 16
juga dalam dimensi tanggung jawab. Betapapun proses Agustus 1993:12). Akibatnya orang tua mengalami
pendidikan telah diselenggarakan oleh berbagai defisit peran dalam mendidik putra-putrinya.
lembaga pendidikan formal maupun nonformal, secara Gambaran penerapan pendidikan dalam
sosio-historis kehadiran lembaga-lembaga pendidikan keluarga yang semula lengkap dan sempurna dan
profesional itu merupakan pengganti peran atas peran kemudian tergerogoti oleh hal-hal yang dikemukakan
lembaga keluarga sebagai lembaga pendidikan yang di atas, menyebabkan muncullah berbagai ide tentang
utama tadi. Dengan demikian, jelas dapat dikatakan sekolah yang menyenangkan sekaligus mencerdaskan
lembaga pendidikan profesional itu menerima mandat anak. Memunculkan berbagai sekolah alternatif yang
dari lembaga keluarga untuk menyelenggarakan salah satu tujuannya adalah mengembalikan fungsi
pendidikan bagi para anggota keluarga. keluarga sebagai institusi pendidikan. Sebagai contoh,
Ada yang menyebut bahwa lembaga muncul sekolah alam yang mengajak anak-anaknya
keluargalah yang sesungguhnya secara nyata belajar lebih banyak di alam, sehingga tidak terlalu
merupakan lembaga pendidikan seumur hidup. Sejak banyak belajar di dalam ruangan yang serba kaku dan
dalam kandungan sampai menjelang masuk liang lahat, tertutup. Setelah itu, muncul sekolah alternatif lainnya
para anggota keluargalah yang bertanggung jawab yang membebaskan anak didiknya untuk belajar apa
membimbing menuju jalan yang lurus (normatif). Dalam saja sesuai dengan minatnya. Di sekolah ini tidak ada
ajaran agama Islam, bila kita menghadapi orang kelas seperti halnya di sekolah formal. Guru hanya
sakaratul maut, menjadi kewajiban berfungsi membimbing dan
para anggota keluarganyalah yang mengarahkan minat anak-anak
membimbing untuk melafalkan Hal yang juga menarik dalam mata pelajaran yang
kalimat syahadat, dan ucapan- adalah bahwa pada saat ini disukainya. Di samping itu juga
ucapan lain yang baik (kalimah mulai banyak orang tua masih banyak sekolah alternatif
toyibah). lain yang mempunyai metode
merasa lembaga
Pada dasarnya, keluarga pelajaran sendiri.
pendidikan yang ada tak
merupakan lembaga pendidikan Dari berbagai alternatif
lagi dapat memberikan
yang paling alamiah. Disebut paling sekolah itu muncullah
alamiah karena prosesnya tanpa
pendidikan terbaik bagi
anak-anaknya. homeschooling. Secara etimologis,
didramatisasi atau didesain secara homeschooling adalah sekolah
rumit sebagaimana yang terjadi yang diadakan di rumah, akan
pada lembaga pendidikan tetapi, secara hakiki,
profesional. Materinya yang meliputi seluruh bidang
homeschooling adalah sebuah sekolah alternatif yang
kehidupan, metodenya lebih mendekati keadaan yang
menempatkan anak-anak sebagai subyek dengan
sesungguhnya (konkret) dan evaluasinya dilakukan
pendekatan pendidikan secara “at home”. Dengan
secara langsung. Dalam keluarga juga tidak mungkin
pendekatan at home inilah anak-anak merasa nyaman
terdapat komersialisasi jasa pendidikan. Orangtua yang
belajar karena mereka bisa belajar apa saja sesuai
memberikan pendidikan dan fasilitas pendidikan
dengan keinginannya, kapan saja dan di mana saja
tentulah tidak mengharapkan imbalan materi, selain
seperti ia tengah belajar di rumahnya. Jadi, meskipun
karena didorong oleh kewajiban moral. Suasana
disebut homeschooling, tidak berarti anak akan terus
demikianlah yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan
menerus belajar di rumah, tetapi anak-anak bisa belajar
profesional.
di mana saja dan kapan saja asal situasi dan
Secara alamiah, pada keluargalah kepribadian
kondisinya benar-benar nyaman seperti at home,
dan kultur manusia dibentuk dan merupakan dasar bagi
sehingga jam pelajaran fleksibel, mulai dari bangun tidur
pengembangan kepribadian dan kultur-kultur lainnya.
sampai berangkat tidur kembali (Mulyadi, 2006).
Tidaklah terlalu sulit untuk membuat contoh kasus atas
pengaruh dominan proses pendidikan dalam keluarga Subtansi dan Jenis
dalam membentuk kepribadian seseorang. Akan tetapi Homeschooling juga disebut sebagai home
keberadaan lembaga keluarga beserta fungsi-fungsi education atau home school adalah pendidikan untuk
ideal yang disandangnya saat ini telah mengalami anak-anak di rumah bukan di sekolah umum.
diferensiasi, atau setidak-tidaknya mengalami Homeshooling di negara-negara yang berbahasa
perubahan ke arah yang lebih sempit (berkurang). nasional Bahasa Inggris, merupakan pilihan bagi orang

Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF - Vol. 2, No.2 - 2007 67


Menyambut Sekolah Rumah (Homeschooling)...

tua yang menginginkan pendidikan yang berkualitas Benjamin Franklin adalah contoh orang-orang awam
bagi anak-anaknya atau lingkungan sosial yang baik, yang menjalani pendidikan di rumah atau belajar sendiri
yang tidak disediakan oleh sekolah. Pada awal tahun tanpa guru. Pendidikan massal dimulai sejak
1977, homeschooling berada di bawah supervisi berkembangnya psikologi dan filsafat modern, terutama
correspondence school atau umbrella schools. sejak munculnya filsafat pragmatisme dari John Dewey
Kurikulum yang digunakan pada saat itu disebut dengan dan pandangan Unitarian dari Horace Mann, yakni mulai
unschooling, yang diberi nama oleh John Holt. tahun 1860 (Kho, 2007).
Homeschooling sebenarnya dilaksanakan jauh Beberapa tahun kemudian, terjadi
sebelum pendidikan modern muncul. Sebelum abad perkembangan yang sangat pesat dalam pendidikan
ke-18 umumnya anak-anak dididik oleh keluarganya yang menggunakan homeschooling di luar negeri.
sendiri atau memanggil guru privat ke rumah. George Sensus yang dilakukan di Amerika pada tahun 1999
Washington, Abraham Lincoln, Tomas Alva Edison, dan memberikan data sebagai berikut.

Tabel 2. Alasan Penyelenggaraan Homeschooling di USA, 1999


Number of
Reason for homeschooling Percent s.e.
homeschooled students
Can give child better education at home 415,000 48.9 3.79
Religious reasons 327,000 38.4 4.44
Poor learning environment at school 218,000 25.6 3.44
Family reasons 143,000 16.8 2.79
To develop character/morality 128,000 15.1 3.39
Object to what school teaches 103,000 12.1 2.11
School does not challenge child 98,000 11.6 2.39
Other problems with available schools 76,000 9.0 2.40
Child has special needs/disability 69,000 8.2 1.89
Transportation/convenience 23,000 2.7 1.48
Child not old enough to enter school 15,000 1.8 1.13
Want private school but cannot afford it 15,000 1.7 0.77
Parent's career 12,000 1.5 0.80
Could not get into desired school 12,000 1.5 0.99
Other reasons* 189,000
Sumber : National Center for Education Statistic (NCES)

Sebuah hasil survei di AS (1999) menemukan b. Anak berkarir sebagai artis.


beberapa kondisi yang menjadi alasan orang tua c. Cara mengajar guru tidak sesuai bagi anak.
memilih homeschooling bagi anaknya adalah sebagai d. Pelajaran sekolah kurang menarik minat anak.
berikut. Homeschooling dipilih sebagai alternatif
a. 85% orang tua memilih homeschooling karena pendidikan karena dinilai memiliki kelebihan-kelebihan
alasan lingkungan sosial seperti rasa aman, sebagai berikut.
narkoba, bullying, dan adanya tekanan dari a. Efisien. Homeschooling jauh lebih efektif karena
teman sebaya. anak bisa memiliki waktu lebih banyak untuk
b. 72% orang tua memilih homeschooling karena belajar dan mengerjakan sesuatu dibandingkan
alasan ingin mendidik anak sesuai agama di sekolah. Dengan belajar di rumah anak tak
kepercayaan yang dianut. perlu lagi menghabiskan waktu yang tak efektif
c. 70% orang tua memilih homeschooling karena untuk perjalanan menuju ke dan kembali dari
alasan kesehatan fisik atau mental anaknya. sekolah dan melakukan persiapan-persiapan
d. 7% orang tua memilih homeschooling karena rutin lainnya. Dengan ekstra waktu, anak
alasan kebutuhan khusus anak memiliki lebih banyak kesempatan untuk
e. 9% orang tua memilih homeschooling karena mengekplorasi hal-hal edukatif lain yang sesuai
alasan ingin bersikap fleksibel dalam dengan minatnya.
pemberian pendidikan bagi anak. b. Mencegah pelajaran berulang. Dalam kurikulum
Hal lain yang juga menjadi alasan orang tua sekolah konvensional, seringkali anak-anak
memilih homeschooling bagi anaknya adalah sebagai dihadapkan pada bahan pelajaran yang
berikut. disampaikan berulang-ulang dalam waktu
a. Orang tua sering berpindah tempat tugas. cukup lama.
68 Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF - Vol. 2, No.2 - 2007
Menyambut Sekolah Rumah (Homeschooling)...

c. Kesempatan memperoleh perhatian yang lebih menemukan berbagai cara untuk menumbuhkan
personal. Dengan homeschooling orang tua keingintahuan anak dan mengarahkannya dengan cara
dapat mudah memberikan bantuan lebih yang paling mereka harapkan, dan paling mereka minati.
personal pada anak-anaknya, misalnya dengan Jika anak diberi rasa aman, dihindarkan dari celaan
memberikan perhatian lebih pada mata dan cemoohan, berani berekspresi dan bereksplorasi
pelajaran yang masih sulit untuk dikuasai dan secara leluasa, ia akan tumbuh dengan penuh rasa
mengurangi waktu untuk mempelajari hal-hal percaya diri dan berkembang menjadi dirinya sendiri.
yang sudah dikuasai dengan baik oleh anak. Cengkeraman birokrasi dan favoritisasi
Walaupun memiliki banyak kelebihan, sekolahlah yang menyulitkan penyelenggaraan
lingkungan homeschooling yang mengambil pendidikan formal di negara kita untuk menerapkan
tempat belajar di rumah sering menimbulkan falsafah pendidikan dalam konteks pencerahan dan
kekhawatiran orang tua pada kemampuan pembebasan. Oleh karena itu, tidak seharusnya apabila
anak bersosialisasi. Mengenai hal ini, praktek-praktek kelas yang mengekang hak anak untuk
sebenarnya anak tidak hanya bisa mengembangkan diri juga dilanggengkan dalam
bersosialisasi di sekolah. Ada kesempatan lain penyelenggaraan pendidikan, seperti “sekolahrumah
bagi anak untuk berinteraksi dan belajar dari tunggal” dilaksanakan sendiri oleh sebuah keluarga
lingkungan masyarakat dengan berbagai latar untuk putra putrinya.
belakang usia, gender, dan minat. Selain itu, Tidak banyak orang yang memiliki falsafah
anak juga mempunyai banyak waktu luang pendidikan yang khas untuk melakukan usaha sadar
untuk ikut serta dalam aktivitas dan dan terencana sesuai amanat Undang-undang Sistem
berinteraksi di luar rumah dengan mengikuti Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 1, yang menyebutkan
kursus musik, ikut klub olahraga, aktif di bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
kegiatan ibadah, dan lain sebagainya. Dari untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
penelitian terbukti bahwa anak dengan program pembelajaran agar peserta didik secara aktif
homeschooling lebih percaya diri dan kurang mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
bergantung pada orang lain dibandingkan kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
dengan anak-anak yang mengenyam kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
pendidikan di sekolah umum. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
Di samping itu, homeschooling dipilih karena bangsa dan negara. Dalam konteks ini, ditemukan
adanya alasan bahwa kecerdasan majemuk anak dapat alasan positif untuk meninggalkan sekolah. Belajar di
dioptimalkan. Menurut Rahman dalam “Mengoptimalkan rumah bisa membantu penyelenggara “sekolah rumah
Kecerdasan Anak (2005:8)”, kecerdasan adalah tunggal” untuk merumuskan falsafah khas mereka
pemahaman dan kesadaran anak terhadap apa yang (Lane, 2000).
dialaminya. Selanjutnya dikatakan pula bahwa Orang tua adalah pendidik terbaik. Anak tak akan
pemahaman akan berbuah pengetahuan, sedangkan membiarkan orang tua sendirian dalam
pengetahuan masih harus dibandingkan dengan menyelenggarakan sekolah rumah, agar anak terus
pengalaman dan fakta sehari-hari. Kemampuan dalam tumbuh dengan pendidikan anak merdeka. Keyakinan
membandingkan pengetahuan dengan pengalaman ini sangat bermakna dalam proses tumbuh bersama
inilah yang disebut dengan kecerdasan. Kecerdasan dengan kemerdekaan untuk mengembangkan bakat-
sebenarnya telah ada dan mengakar dalam saraf bakat luhur kemanusiaan tanpa paksaan dari pihak
manusia, terutama dalam otak yang merupakan pusat mana pun, demikian yang disampaikan oleh banyak
seluruh aktivitas manusia (Surya, 2007). penyelenggara homeschooling.
Homeschooling mulai muncul di Indonesia Tantangan tersulit bagi keluarga yang
terutama didasari oleh konsep bahwa memelihara menyelenggarakan sekolahrumah adalah menjaga agar
kemerdekaan anak dan mengasah mereka berjiwa falsafah khas dapat diwujudkan dalam suasana belajar
mandiri merupakan sebuah keharusan dan ini dan proses pembelajaran berdasarkan pengalaman
merupakan tantangan tersulit seorang pendidik. Hampir yang tumbuh subur dan kreatif dalam menata ulang
seluruh anak Indonesia tumbuh dengan rutinitas tanpa pengalaman berikutnya, seperti yang dirumuskan John
daya kejut dengan menu wajib berupa tumpukan tugas Dewey (Dewey, 2004). Pengetahuan tentang
bernama pekerjaan rumah, dilengkapi ketentuan perkembangan anak harus terus diasah untuk
seragam, buku paket wajib, dan lulus ujian nasional. mewujudkannya.
Bagi anak, belajar sesungguhnya didorong oleh Homeschooling merupakan sebuah model
motif rasa ingin tahu. Peran penting pendidik adalah pendidikan yang memberikan kelenturan atau

Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF - Vol. 2, No.2 - 2007 69


Menyambut Sekolah Rumah (Homeschooling)...

fleksibitas dalam penyelenggaraannya, sehingga anak- pengajaran. Keuntungan model ini terletak pada
anak dapat belajar dalam situasi yang menyenangkan minat anak. Pada kenyataannya, anak akan belajar
dan nyaman. Feeling at home, demikian konsep yang lebih baik bila ia memiliki minat pada topik itu.
ingin dibangun dalam penyelenggaraan homeschooling, Kekurangannya, menurut Utami, kadang-kadang
sehingga kenyamanan, kebutuhan dan minat anak orangtua terlalu bersemangat dan berlebihan dalam
menjadi fokus perhatian utama. membahas subyek ini. Akibatnya, anak menjadi
Homeschooling sebagaimana bentuk-bentuk takut membicarakan subyek lain yang diminatinya.
pendidikan alternatif lainnya, memiliki beberapa jenis 3. Model ekletik merupakan metode homeschooling
model. Beberapa jenis model homeschooling ini juga yang santai dan paling banyak digunakan. Pada
terbagi atas dua karakteristik. Karakteristik yang dasarnya model ini menggunakan sedikit
pertama adalah berdasarkan pada cara perlengkapan juga bahasa dan pendekatan yang
penyelenggaraannya, yang dapat diuraikan sebagai bebas. Dengan metode ini orang tua dapat
berikut. merasakan subyek-subyek apa yang menurutnya
1. Model sekolah di rumah (school-at-home). paling penting secara keseluruhan. Peserta dapat
Model ini merupakan metode yang paling mahal dan memilih buku-buku membuat karya wisata dan ikut
mempunyai tingkat kegagalan serta dalam kelas-kelas yang
yang paling tinggi. Peserta cocok dengan keperluan dan
program membeli suatu set Penerapan konsep dan minatnya.
kurikulum dengan buku-buku, filosofi homeschooling pada 4. Model unschooling dikenal
jadwal belajar, tingkatan kelas dasarnya sebagian besar sebagai metode pembelajaran
beserta cara evaluasinya. alami yang praktiknya dilakukan
diarahkan untuk
Mereka juga akan berhubungan berdasarkan minat dan
mengembalikan hakekat
dengan penyedia kurikulum keingintahuan anak. Peserta
peranan keluarga pada
untuk menyerahkan tugas- belajar dari pengalaman sehari-
pendidikan anak yang tidak
tugas yang dimuat untuk dinilai hari dan tidak menggunakan
pernah tergantikan, sehingga
dan dievaluasi. Peserta yang jadwal sekolah atau kurikulum
tanggung jawab akan
memakai model ini juga dapat formal. Dengan demikian, anak-
pendidikan anak tidak
membuat rencana dan materi anak mempunyai cukup waktu
semata-mata diserahkan
pembelajaran sendiri. Keun- dan kemampuan dalam meneliti
kepada sekolah yang bersifat sehingga mereka akan menjadi
tungan model ini adalah,
formal. ahli dalam bidang yang ia minati.
peserta tahu dengan pasti apa
yang akan diajarkan dan kapan Namun model ini juga memiliki
mengajarkannya. Sebaliknya kerugian karena sulit bagi
kerugiannya adalah model ini memerlukan pekerjaan mereka dalam mengikuti penyetaraan tingkatan atau
dan perhatian yang lebih banyak dari orangtua/ kelas apabila ingin memasuki kembali sistem
pengajar. Selain itu, besar kemungkinan pelajaran sekolah umum.
yang diberikan tidak terlalu menyenangkan bagi Karakteristik kedua adalah berdasarkan pada
anak-anak. kelompok belajarnya. Berdasarkan pada karakteristik
2. Model unit pengajaran (unit studies). Model ini ini, model homeschooling yang diselenggarakan antara
memakai minat masing-masing anak dalam suatu lain berbentuk sebagai berikut.
subyek dan kemudian menyatukannya dalam 1. Sekolahrumah tunggal, merupakan layanan
bidang-bidang lain seperti matematika, bahasa pendidikan yang dilakukan oleh orang tua atau wali
pengetahuan umum, sejarah, dan sebagainya. terhadap seorang anak atau lebih terutama di
Misalnya, bila anak berminat mempelajari negara rumahnya sendiri, atau di tempat-tempat lain yang
Mesir, maka ia akan belajar mengenai sejarah Mesir, menyenangkan bagi peserta didik.
membaca buku tentang Mesir, menulis karangan 2. Sekolahrumah majemuk merupakan layanan
tentang Mesir, membuat art project tentang piramida pendidikan yang dilakukan oleh para orang tua atau
sekaligus meneliti benda-benda kuno di Mesir dan wali terhadap anak-anak dari suatu lingkungan yang
sebagainya. Model ini dapat menjadi metode tidak selalu bertalian dalam keluarga, yang
pembelajaran yang santai sambil bereksplorasi diselenggarakan di beberapa rumah atau di tempat
berdasarkan minat melalui suatu obyek atau atau fasilitas pendidikan yang ditentukan oleh suatu
pendekatan alamiah yang terdapat dalam paket unit komunitas pendidikan yang dibentuk atau dikelola

70 Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF - Vol. 2, No.2 - 2007


Menyambut Sekolah Rumah (Homeschooling)...

secara lebih teratur dan terstruktur (Direktorat Pada tingkat yang lebih tinggi, praktek sekolah-
Pendidikan Kesetaraan, 2006). rumah untuk kompetensi pendidikan dasar dan
Di mana ditempatkan menengah dapat dikaitkan (koneksitas) dengan sistem
Sistem pendidikan nasional di Indonesia belum pendidikan kesetaraan sebagaimana yang
mengatur keberadaan dan mekanisme sekolahrumah, dikembangkan oleh Dit Pendidikan Kesetaraan Detjen
baik yang diatur dalam peraturan dan perundang- PLS/PNFI Depdiknas). Cara mengakomodasinya
adalah dengan mengembangkan prosedur operasi
undangan maupun dalam kebijakan Departemen
standar pengakuan (akreditasi) pengalaman belajar
Pendidikan Nasional. Oleh karena itu perlu segera ada
yang diperoleh melalui sekolah rumah sebagai
keputusan, kebijakan, dan regulasi tentang sekolah
pengalaman belajar pada program pendidikan
rumah yang mampu menghubungkan praktek
kesetaraan. Melalui mekanisme recognition of prior
pendidikan sekolah rumah dengan sistem pendidikan
learning, pengalaman belajar yang didapat (calon)
nasional. Ada satu hal yang perlu disepakati bahwa
peserta didik diakui (diakreditasi) dengan penghargaan
satuan penyelenggaraan sekolahrumah ditinjau dari
tertentu. Peraturan Menteri pendidikan Nasional
status kelembagaannya adalah informal. Apabila
(Permendiknas) Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar
mampu dilembagakan menjadi satuan pendidikan
Isi Pendidikan Kesetaraan dapat digunakan sebagai
nonformal masalah kredensial ini bisa menjadi isu
acuan dalam mengukur kemampuan belajar terdahulu
(dikeluarkan) oleh satuan sekolahrumah yang
untuk diakui sebagai sebuah satuan kredit kompetensi
bersangkutan. Tentu pemikiran ini masih belum bersifat
pada sistem pendidikan kesetaraan.
final.
Sedangkan untuk jenis praktek sekolahrumah
Untuk tingkat pendidikan prasekolah, koneksitas yang berkarakter sebagai “pendidikan jarak jauh” dan
praktek sekolah dengan model pendidikan prasekolah “kumpul kredit” sebagai salah satu bentuk praktik
lainnya, seperti Taman Kanak-kanak, Kelompok pendidikan berkelanjutan (continuing education) dengan
Bermain, Bustanul Athfal, Madrasah Diniyah, dan berbagai muatan isinya, koneksitasnya dengan sistem
sebagainya; tidaklah mengalami banyak hambatan pendidikan nasional dapat dilakukan melalui mekanisme
karena pendidikan prasekolah pada dasarnya adalah akreditasi dan sertifikasi yang dilakukan oleh lembaga/
perpanjangan dari pendidikan keluarga. Pada sisi lain, asosiasi profesi sesuai dengan jenis vokasi yang
pendidikan prasekolah tidak menjadi prasyarat bagi dipelajari. Dalam hal ini peranan Badan Standar
tingkat pendidikan dasar (SD/MI). Oleh karena itu Nasional Pendidikan (BSNP) dan Badan Nasional
koneksitas sekolahrumah tingkat prasekolah sekolah Standarisasi Profesi (BNSP) dengan Lembaga
tidak banyak membutuhkan penatalaksanaan yang Standarisasi Profesi (LSP)-nya sangat dibutuhkan.
rumit. Masalah penatalaksanaan timbul bila peserta Sebagaimana bisa dilacak melalui situs-situs tentang
didik ingin mendapatkan kredensial (surat keterangan, homeschooling di dunia maya (internet), banyak sekali
sertifikat, atau ijazah) dari lembaga pendidikan resmi ditawarkan bentuk-bentuk pendidikan jarak jauh
(nonformal dan formal). Karena sifat sekolahrumah pada berbasis teknologi informasi. Demikian juga berbagai
tingkat pendidikan prasekolah adalah informal maka tawaan pendidikan jarak jauh melalui korespondensi.
bisa jadi untuk ihwal kredensial, kelembagaan sekolah Hasil-hasil belajar dan uji kompetensi dari program ini
rumah perlu berafiliasi kepada satuan pendidikan perlu dilakukan melalui lembaga LSP apabila peserta
prasekolah formal yang ada di sekitarnya atau sama didik membutuhkan sertifikasi vokasional yang telah
sekali tidak perlu mementingkan kredensial. dipelajari.

KESIMPULAN

Berbagai pemikiran menghubungkan bisa diabaikan. Apabila diabaikan akan menjadi kerugian
(koneksitas) model sekolah rumah dalam sistem besar bagi bangsa Indonesia. Penerapan konsep dan
pendidikan nasional ini perlu jabaran operasional lebih filosofi homeschooling pada dasarnya sebagian besar
lanjut, baik pada tataran aturan perundangan,
diarahkan untuk mengembalikan hakekat peranan
kebijakan, maupun pada tataran tata kelola. Oleh
keluarga pada pendidikan anak yang tidak pernah
karena itu kepedulian dan campur tangan berbagai
pihak, khususnya lembaga pengembangan pendidikan tergantikan, sehingga tanggung jawab akan pendidikan
sangat dibutuhkan. Kehadiran sekolahrumah sebagai anak tidak semata-mata diserahkan kepada sekolah
kategori baru dalam sistem pendidikan nasional tidak yang bersifat formal.

Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF - Vol. 2, No.2 - 2007 71


Menyambut Sekolah Rumah (Homeschooling)...

DAFTAR PUSTAKA

Ahsin, M.I. (2007). Dunia tanpa sekolah. Bandung: Mulyadi, S. (2006). Homeschooling, pendidikan
Mizan. alternatif masa depan. Makalah. Jakarta
Bahruddin, A. (2007). Pendidikan alternatif Qaryah Mulyadi, S. (2007). Homeschooling keluarga Kak Seto.
Thayyibah. LKIS. Jakarta Bandung: Kaifa
Direktorat Pendidikan Kesetaraan. (2006). Komunitas (2002) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
sekolah rumah sebagai satuan pendidikan
Tahun 1945 (Perubahan Pertama, Kedua,
kesetaraan. Jakarta: Direktorat Jenderal
Ketiga, dan Keempat).
Pendidikan Luar Sekolah, Depdiknas.
(2003) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Direktorat Pendidikan Kesetaraan. (2006). Pendidikan
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
kesetaraan mencerahkan anak bangsa.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan
Sekolah, Depdiknas. Nasional.

72 Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF - Vol. 2, No.2 - 2007

You might also like