You are on page 1of 284

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/356127896

Teknik Radiografi Non Kontras 1

Book · November 2020

CITATIONS READS

0 8,123

2 authors:

Fatimah Fatimah Agung Nugroho Setiawan

34 PUBLICATIONS   34 CITATIONS   
Poltekkes Kemenkes Semarang
20 PUBLICATIONS   15 CITATIONS   
SEE PROFILE
SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

OA knee, imageJ View project

brain MRI View project

All content following this page was uploaded by Agung Nugroho Setiawan on 11 November 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Hak Cipta  dan Hak Penerbitan dilindungi Undang-undang

Cetakan pertama, November 2020

Penulis : Fatimah, SST, M.Kes


Agung Nugroho S., SST, M.Tr.ID

Pengembang Desain Intruksional : Ir. Anang Suhardianto, M.Si.

Desain oleh Tim P2M2


Kover & Ilustrasi : Bangun Asmo Darmanto, S.Des.
Tata Letak : Tomi Guntara, A.Md.

Jumlah Halaman : 281


Teknik Radiografi Non Kontras 1 iii

Daftar Isi

BAB I: INTRODUCTION PEMERIKSAAN RADIOGRAFI ……………………………. 1

Topik 1. Pemeriksaan Radiografi …………………………………………………………… 3


Latihan …………………………………………………………………………………………………… 21
Ringkasan ………………………………………………………………………………………………. 22
Tes 1 ………………………………………………………………………………………………………. 23

Kunci Jawaban Tes …………………………………………………………………………………. 25


Glosarium ………………………………………………………………………………………………. 26
Daftar Pustaka …………………………………………………………….................................... 27

BAB II: TEKNIK RADIOGRAFI EKSTREMITAS ATAS …………………………………. 29

Topik 1. Teknik Radiografi Ekstremitas Atas ……………….…………………………. 31


Latihan …………………………………………………………………………………………………… 76
Ringkasan ………………………………………………………………………………………………. 77
Tes 1 ………………………………………………………………………………………………………. 78

Topik 2. Teknik Radiografi Artikulasio Ekstremitas Atas ….…………………….. 82


Latihan …………………………………………………………………………………………………… 117
Ringkasan ………………………………………………………………………………………………. 118
Tes 2 …………………………………………………………...…………………………………………. 119

Kunci Jawaban Tes …………………………………………………………………………………. 124


Glosarium ………………………………………………………………………………………………. 125
Daftar Pustaka …………………………………………………………….................................... 126
iv Teknik Radiografi Non Kontras 1

BAB III: TEKNIK RADIOGRAFI EKSTREMITAS BAWAH …………………………….. 127

Topik 1. Teknik Radiografi Ekstremitas Bawah ………………………………………. 129


Latihan …………………………………………………………………………………………………… 160
Ringkasan ………………………………………………………………………………………………. 160
Tes 1 ………………………………………………………………………………………………………. 161

Topik 2. Teknik Radiografi Artikulasio Ekstremitas Bawah .……………………. 165


Latihan …………………………………………………………………………………………………… 199
Ringkasan ……………………………………………………………………………………………… 200
Tes 1 ……………………………………………………………………………………………………… 200

Kunci Jawaban Tes …………………………………………………………………………………. 204


Glosarium ………………………………………………………………………………………………. 205
Daftar Pustaka …………………………………………………………….................................... 206

BAB IV: TEKNIK RADIOGRAFI VERTEBRA ……………………………………………….. 207

Topik 1. Teknik Radiografi Vertebra …………………………….………………………… 208


Latihan …………………………………………………………………………………………………… 266
Ringkasan ………………………………………………………………………………………………. 266
Tes 1 ……………………………………………………………………………………………………… 267

Kunci Jawaban Tes …………………………………………………………………………………. 271


Glosarium ………………………………………………………………………………………………. 272
Daftar Pustaka …………………………………………………………….................................... 273
Daftar Riwayat Hidup …………………………………………………………………………….. 274
Teknik Radiografi Non Kontras 1 v

Tinjauan Bahan Ajar

P
emeriksaan radiografi merupakan teknik pemeriksaan pada organ
tubuh manusia menggunakan pesawat sinar-X untuk menghasilkan
citra tulang, jaringan lunak serta kelainan patologis. Pemeriksaan
radiografi dilakukan di unit instalasi radiologi yang ada di setiap rumah sakit
atau klinik. Pemeriksaan radiografi dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan
radiografi dengan kontras dan tanpa kontras. Dalam melakukan pemeriksaan
radiografi terdapat berbagai komponen yang harus dipahami antara lain
mengenai parameter pemeriksaan, alat dan bahan serta teknik posisi maupun
proyeksi pemeriksaan radiografi yang akan dilakukan.
Bahan ajar Teknik Radiografi Non Kontras dibagi menjadi 2 bagian,
yakni Teknik Radiografi Non Kontras 1 dan Teknik Radiografi Non Kontras 2,
karena banyaknya bahan materi yang akan dijabarkan, selain itu juga untuk
memudahkan dalam proses pembelajaran. Bahan ajar Teknik Radiografi Non
Kontras 1 akan membahas introduction pemeriksaan radiografi, Teknik
Radiografi Ekstremitas Atas, Teknik Radiografi Artikulasio Ekstremitas Atas,
Teknik Radiografi Ekstremitas Bawah, Teknik Radiografi Artikulasio
Ekstremitas Bawah dan Teknik Radiografi Vertebra.

Bab 1 merupakan Introduction pemeriksaan radiografi akan


mengantarkan mahasiswa sehingga secara umum akan mampu melakukan
pemeriksaan radiografi untuk menghasilkan citra radiografi yang optimal.
Secara khusus Anda akan mampu:
1. Memahami tentang pemeriksaan radiografi secara umum.
2. Menjelaskan komponen penting dalam melakukan pemeriksaan
radiografi.
3. Menyebutkan macam-macam parameter pada pemeriksaan radiografi.
4. Menjelaskan persiapan alat dan bahan pada pemeriksaan radiografi.
5. Menyebutkan macam-macam istilah anatomis tubuh manusia pada
pemeriksaan radiografi.
6. Menjelaskan macam-macam posisi pasien dan proyeksi yang digunakan
pada pemeriksaan radiografi.

Bab 2 tentang teknik radiografi ekstremitas atas, akan dibahas materi,


dengan tujuan mahasiswa akan mampu mendemonstrasikan teknik
pemeriksaan radiografi pada tulang ekstremitas atas dan artikulasio
ekstremitas atas. Secara khusus mahasiswa akan mampu
vi Teknik Radiografi Non Kontras 1

mendemonstrasikan persiapan pemeriksaan, teknik posisi pasien, posisi


objek, penentuan teknik radiografi, serta melakukan evaluasi citra radiografi
pada: manus, antebrahi, humerus, scapula, klavikula, artikulasio radiokarpalis,
artikulasio kubiti, artikulasio humeri, artikulasio akromio klavikularis, dan
artikulasio sternokalvikularis.

Bab 3 tentang teknik radiografi tulang dan artikulasio ekstremitas


bawah. Secara umum mahasiswa akan mampu mendemonstrasikan teknik
pemeriksaan radiografi dan secara khusus mahasiswa akan mampu
mendemonstrasikan persiapan pemeriksaan, teknik posisi pasien, posisi
objek, penentuan teknik radiografi, serta melakukan evaluasi citra radiografi
pada: tulang pedis, tulang kruris, tulang femur, tulang pelvis, artikulasio
talokruralis,
artikulasio genu, artikulasio femoris dan artikulasio sakroiliaka.

Bab 4 tentang teknik radiografi vertebra. Secara umum mahasiswa akan


mampu mendemonstrasikan teknik pemeriksaan radiografi pada vertebra.
Secara khusus Anda akan mampu mendemonstrasikan persiapan
pemeriksaan, teknik posisi pasien, posisi objek, penentuan teknik radiografi,
serta melakukan evaluasi citra radiografi pada vertebra: servikal, torakal,
lumbal, lumbo-sakral, serta sacrum dan koksigis.

Untuk mencapai tujuan di atas, materi bahan ajar Teknik Radiografi Non
Kontras 1 disusun dalam 4 bab beserta topik-topiknya sebagai berikut:

Bab 1 : Introduction pemeriksaan radiografi


Topik 1 : Pemeriksaan radiografi

Bab 2 : Teknik Radiografi Ekstremitas Atas


Topik 1 : Teknik Radiografi Tulang Ekstremitas Atas
Topik 2 : Teknik Radiografi Artikulasio Ekstremitas Atas

Bab 3 : Teknik Radiografi Ekstremitas Bawah


Topik 1 : Teknik Radiografi Tulang Ekstremitas Bawah
Topik 2 : Teknik Radiografi Artikulasio Ekstremitas Bawah

Bab 4 : Teknik Radiografi Vertebra


Topik 1 : Teknik Radiografi Vertebra
BAB 1

1
INTRODUCTION
PEMERIKSAAN
RADIOGRAFI

Fatimah, SST, M.Kes


Gatot Murti Wibowo, S.Pd, M.Sc

PENDAHULUAN

P
emeriksaan radiografi merupakan teknik pemeriksaan pada organ
tubuh manusia menggunakan pesawat sinar-X untuk menghasilkan
citra tulang, jaringan lunak serta kelainan patologis. Pemeriksaan
radiografi dilakukan di unit Instalasi Radiologi yang ada di setiap Rumah Sakit
atau Klinik. Pemeriksaan radiografi dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan
radiografi dengan kontras dan tanpa kontras. Dalam melakukan pemeriksaan
radiografi terdapat berbagai komponen yang harus dipahami antara lain
mengenai parameter pemeriksaan, alat dan bahan serta teknik posisi maupun
proyeksi pemeriksaan radiografi yang akan dilakukan. Pada bab ini akan
dibahas lebih lanjut mengenai parameter pemeriksaan, alat dan bahan serta
teknik posisi proyeksi pemeriksaan radiografi tanpa kontras.
Setelah Anda mempelajari dan menguasai materi yang disajikan pada
Bab 1 ini, yaitu tentang introduction pemeriksaan radiografi maka secara
umum Anda akan mampu melakukan pemeriksaan radiografi untuk
menghasilkan citra radiografi yang optimal. Secara khusus Anda akan
mampu:
1. Memahami tentang pemeriksaan radiografi secara umum.
2. Menjelaskan komponen penting dalam melakukan pemeriksaan
radiografi.
3. Menyebutkan macam-macam parameter pada pemeriksaan radiografi.
4. Menjelaskan persiapan alat dan bahan pada pemeriksaan radiografi.
2 Teknik Radiografi Non Kontras 1

5. Menyebutkan macam-macam istilah anatomis tubuh manusia pada


pemeriksaan radiografi.
6. Menjelaskan macam-macam posisi pasien dan proyeksi yang digunakan
pada pemeriksaan radiografi.

Selamat belajar!
Teknik Radiografi Non Kontras 1 3

TOPIK 1

Pemeriksaan Radiografi

B
erikut ini adalah pembahasan lebih lanjut mengenai parameter
pemeriksaan, alat dan bahan, serta posisi dan proyeksi pemeriksaan
radiografi.

A. PARAMETER PEMERIKSAAN RADIOGRAFI

Parameter pemeriksaan radiografi didefinisikan sebagai faktor eksposi


dan teknik eksposi yang digunakan dalam pemeriksaan radiografi. Variasi
daya yang disalurkan ke tabung sinar-X memungkinkan radiografer untuk
mengontrol beberapa faktor teknis utama yaitu: milliamperage/arus tabung
(mA), tegangan tabung kilovolt (kVp), dan waktu eksposur (milisekon).
Radiografer memilih faktor spesifik yang diperlukan untuk menghasilkan
radiograf yang berkualitas dengan menggunakan kontrol konsole generator
sinar-X. Eksposur manual dan sistem Automatic Exposure Cotrol (AEC)
digunakan untuk mengatur faktor-faktor parameter pemeriksaan radiografi.
Faktor eksposi yang diperlukan untuk setiap pemeriksaan ditentukan oleh
banyak variabel, termasuk massa jenis/nomor atom dan ketebalan bagian
anatomi, adanya patologi, dan akuisisi citra. Gambar 1.1 adalah contoh
tampilan kontrol konsole.
Masing-masing parameter pada pemeriksaan radiografi antara lain:
1. Tegangan Tabung kilovoltage (kVp): mengontrol energi (daya
tembus sinar-X, bisa disebut sebagai puncak Kilovoltage (kVp). Potensi
listrik maksimum yang digunakan untuk memproduksi foton sinar-X
dalam tabung sinar-x.
2. Arus Tabung miliamperage (mA): mengontrol kuantitas atau jumlah
sinar-X yang diproduksi.
3. Waktu eksposur milisekon (ms): mengontrol durasi eksposur,
biasanya dinyatakan dalam milisekon.
4 Teknik Radiografi Non Kontras 1

4. Automatic Exposure Control (AEC): AEC banyak digunakan di


departemen radiologi untuk mengontrol teknis faktor "secara otomatis".
Faktor eksposur yang diatur mesin sering kali tidak sesuai untuk pasien
obesitas, jadi kVp, mA, waktu eksposur, detektor AEC, dan focal spot
harus disesuaikan secara manual. Dengan AEC, radiografer harus
memastikan kVp dan mA yang sedang digunakan. Selain itu, backup
timer yang lebih besar dari biasanya 150% dari mA diperkirakan
mungkin dibutuhkan. Departemen radiologi harus mempertahankan
eksposur khusus untuk pasien obesitas dan pasien pediatrik. Jika
memungkinkan, ketiga detektor AEC harus diaktifkan.

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 1.1

Contoh Kontrol Konsole Radiografi

5. Focal Spot: titik fokus di tabung sinar-X dikontrol oleh mA yang dipilih.
mA untuk radiografi pasien obesitas lebih dari 250 hingga 320 mA, yang
mungkin secara otomatis akan menggunakan fokus besar. Fokus kecil
digunakan untuk pemeriksaan yang membutuhkan detail yang lebih
baik. Radiografer harus memiliki pemahaman penuh tentang batasan
focal spot untuk mesin yang mereka gunakan. Penggunaan focal spot
dapat diterapkan untuk proyeksi dengan pasien obesitas.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 5

6. Focus Film Distance (FFD): Focus Film Distance (FFD) adalah jarak dari
titik fokus anoda di dalam tabung sinar-X ke IR (Gambar 1.2). FFD biasa
disebut juga dengan SID (Source to Image Distance). FFD merupakan
faktor teknis yang penting dalam menghasilkan kualitas radiografi yang
optimal. Focus Film Distance secara langsung mempengaruhi
perbesaran anatomi pada citra, resolusi spasial, dan dosis untuk pasien.
Semakin besar FFD, semakin sedikit anatomi yang tampak diperbesar
dan semakin besar resolusi spasial. Focus Film Distance sebesar 40 inci
(102 cm) telah ditetapkan pada kebanyakan radiografi konvensional.
Dalam beberapa tahun terakhir, FFD telah meningkat menjadi 44 hingga
48 inci (112 hingga 122 cm) di banyak departemen. Menambah besar
FFD akan mengurangi pembesaran atau magnifikasi citra dan
peningkatan resolusi spasial, dengan pengurangan dosis pasien sekitar
10%. Pengaturan FFD harus diterapkan untuk setiap proyeksi radiografi.

Dalam pemeriksaan tertentu, seperti pemeriksaan radiografi odontoid


dengan mulut terbuka, dapat digunakan FFD pendek yaitu 30 inci (76 cm).
Focus Film Distance yang lebih pendek ini menghasilkan perbesaran yang
jauh lebih besar, pada perbedaan divergensi sinar-X, dari anatomi struktur
yang paling dekat dengan tabung. Focus Film Distance pendek ini
menghasilkan bidang pandang yang lebih luas dari struktur yang paling
dekat dengan IR. Pada 30 inci, hampir 0,5 inci lebih banyak anatomi terlihat.
Tujuan pengurangan besar FFD yang adalah untuk mendemonstrasikan
bagian tubuh dengan mengurangi superimposisi dengan struktur anatomi di
atasnya.
6 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 1.2

Jarak Tabung Sinar-X, Pasien dan

IR yang Mengilustrasikan FFD/SID

Sebaliknya, SID lebih panjang dari standar digunakan untuk beberapa


proyeksi radiografi. Pada radiografi rongga dada (thoraks), menggunakan
FFD 72 inci (183 cm) dan beberapa unit radiologi menggunakan jarak hingga
120 inci (305 cm. Jarak yang jauh ini diperlukan untuk memastikan bahwa
ukuran lebar paru-paru terkover dalam lapangan IR yang berukuran 14 inci
(35 cm) dan mengurangi perbesaran bagian tubuh. Selain itu, yang paling
penting, untuk meminimalkan magnifikasi pada gambaran jantung yang
memungkinkan kesalahan diagnosis pembesaran jantung.

7. Arah Sinar (Central Ray/CR): Arah Sinar (Central Ray/CR) merupakan


berkas sinar pusat, selalu berpusat pada anatomi yang dituju dan
biasanya ke IR jika memungkinkan. CR dapat diarahkan menyudut
sesuai kondisi berikut:
a. Menghindari struktur anatomi yang saling tumpang tindih pada
gambaran radiografi.
b. Bila strukturnya melengkung, seperti sakrum atau tulang ekor,
tidak boleh saling tumpang tindih
c. Pada pemerikaan struktur anatomi sendi yang bersudut, seperti
sendi lutut dan persambungan lumbosakral.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 7

Pengaturan arah dan pusat sinar yang akurat merupakan aspek penting
untuk mendapatkan citra radiografi dengan struktur anatomi yang tepat
sesuai dengan aslinya. Aspek detail dari tiap faktor eksposi di atas, akan
dibahas dalam ilmu fisika pencitraan secara khusus.

B. ALAT DAN BAHAN PEMERIKSAAN RADIOGRAFI

Pada sub topik ini akan dibahas tentang alat dan bahan yang digunakan
dalam pemeriksaan radiografi. Dalam melakukan pemeriksaan radiografi
dibutuhkan alat dan bahan yang dapat mendukung untuk menghasilkan citra
radiografi yang optimal. Alat dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan
radiografi antara lain adalah pesawat sinar-X, kaset/image receptor, film
radiografi, marker, grid, gonad shield, dan alat fiksasi.

1. Pesawat Sinar-X
Terdapat berbagai macam jenis pesawat sinar-X yaitu pesawat sinar-X
mobile, stasioner, dan radiografi umum.

2. Image Receptor (IR)


Dalam radiografi, image receptor (IR) adalah perangkat yang menerima
energi sinar-X dan membentuk citra bagian tubuh. Dalam radiologi
diagnostik, jenis-jenis IR adalah sebagai berikut:
a. Kaset konvensional dengan film: Perangkat yang berisi intensifying
screen yang memancarkan emisi cahaya saat terkena sinar-X. Prosesing
gambar dilakukan di kamar gelap (Gambar 1.3).

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 1.3

Kaset Radiografi Konvensional


8 Teknik Radiografi Non Kontras 1

b. Photostimulable storage phosphor image (PSP IP): Perangkat yang


digunakan untuk radiografi dengan sistem komputasi (Computed
Radiography), komposisinya mirip dengan yang konvensional
menggunakan intensifying screen yang ditempatkan dalam kaset yang
dirancang khusus. Phosphor image menyimpan banyak energi sinar-X
yang diterima untuk prosesing selanjutnya.Setelah dilakukan eksposur,
kaset dimasukkan ke dalam sebuah perangkat pembaca, yang
memindai IP dengan laser untuk melepaskan x-ray yang disimpan
dengan pola energi sebagai cahaya. Emisi cahaya yang dipancarkan,
merupakan citra radiografi yang diubah ke format digital dan
ditampilkan di monitor computer atau dapat dicetak pada film (Gambar
1.4 ).

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 1.4

Kaset Computed Radiography (CR)

c. Solid-state digital detectors: sering disebut sebagai radiografi digital


(DR); menggunakan reseptor gambar panel datar untuk mengubah
energi sinar-X menjadi sinyal digital. Terdapat transistor film tipis (TFT)
yang berfungsi sebagai konverter sinyal digital. Sistem pengambilan
gambar secara tidak langsung, menggunakan sintilator pemancar
cahaya digabungkan ke konverter digital. Detektor solid-state ini
ditanamkan dalam meja pemeriksaan pesawat sinar-X atau pada wall
stand (Gambar 1.5, A) atau mungkin berbentuk portabel seperti kaset.
Detektor solid-state portabel disambungkan langsung ke sistem
pencitraan digital komputer (Gambar 1.5, B ) atau dapat dihubungkan
tanpa kabel (Gambar 1.5, C ). Citra akan dapat ditampilkan pada
monitor komputer atau dicetak pada film.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 9

A B C
Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 1.5

Jenis Solid-State Digital Detectors, A. Detektor Tegak, B. Portabel Detektor dengan Kabel,
C. Portabel Detektor tanpa Kabel

d. Reseptor gambar fluoroskopi: Sistem fluoroskopik dirancang untuk


pencitraan real time, untuk memandu prosedur radiografi atau
merekam video gerakan organ secara penuh. Reseptor terdiri dari
tabung image intensifier konvensional, sepasang kamera video atau
panel datar detektor solid-state. Citra yang dihasilkan ditampilkan pada
monitor dan dapat disimpan sebagai gambar statis, rekaman video, atau
file video.

3. Marker
Setiap radiograf harus menyertakan marker sebagai penanda yang
dengan jelas mengidentifikasi sisi kanan (R) atau kiri (L) pasien. Persyaratan
medicolegal mengamanatkan bahwa marker sebagai penanda yang harus
ada dalam radiograf. Radiografer dan dokter harus melihat marker untuk
menentukan sisi pasien atau sisi objek yang diperiksa dengan benar. Marker
biasanya terbuat dari timbal (Pb) dan ditempatkan langsung di IR atau meja.
Marker tampak pada gambar dengan bagian anatomi organ (Gambar 1.6).
Menulis R atau L dengan tangan pada radiograf setelah diproses, sangat
tidak rekomendasikan.
Berikut aturan peletakan marker yang tepat:
a. Marker tidak boleh menutupi atau mengaburkan bagian anatomi.
b. Marker tidak boleh diletakkan di atas informasi identifikasi pasien.
c. Marker harus selalu diletakkan di atas tepi batas kolimasi.
d. Marker harus selalu ditempatkan di luar timbal pembatas.
e. Penanda R dan L harus digunakan ketika pemeriksaan dilakukan dengan
CR dan pencitraan digital DR.
10 Teknik Radiografi Non Kontras 1

A B
Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 1.6

Marker R dan L pada radiograf, A. Proyeksi AP abdomen menampakkan marker R, B. Proyeksi


AP femur menampakkan marker L

4. Grid
Karena jumlah hamburan meningkat seiring dengan ketebalan jaringan
yang di ekspose, umumnya dianjurkan peggunaan grid harus lakukan untuk
radiografi bagian tubuh yang lebih tebal dari 10 cm. Tergantung pada
pemeriksaan, bisa menggunakan grid portabel atau mungkin bucky grid yang
ditanam ke dalam peralatan sinar-X. Grid diposisikan di antara pasien dengan
IR dan menyerap banyak radiasi hambur. Penyerapan radiasi hambur adalah
hal penting yang dapat meningkatkan kontras gambar radiografi.

5. Gonad Shield (Pelindung Gonad)


Gonad atau organ reproduksi pasien mungkin dapat terkena paparan
radiasi saat pemeriksaan radiografi daerah perut, panggul, dan pinggul
dilakukan. Saat pemeriksaan, gonad shield harus selalu digunakan untuk
melindungi pasien dari paparan radiasi.
Gonad shield paling sering digunakan untuk pasien dalam posisi
telentang. Timbal berlapis vinil ditempatkan di atas area gonad untuk
mengurangi radiasi hamburan atau kebocoran tabung (Gambar 1.7). Perisai
ini biasanya terbuat dari timbal yang dibungkus dengan bahan vinil yang
membentuk celemek timbal. Gonad shield setara dengan 1 mm timbal,
menyerap 95% sampai 99% sinar primer dalam rentang 50 hingga 100 kV.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 11

6. Alat Fiksasi (Bantal Pasir dan Bantal Busa)


Radiografer dapat mengontrol gerakan pasien yang menimbulkan
kekaburan gambar dengan melakukan hal-hal berikut:
a. Memberikan instruksi yang jelas
b. Memberikan kenyamanan pada pasien
c. Menyesuaikan perangkat pendukung
d. Menerapkan fiksasi atau imobilisasi

A B
Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 1.7

A. Gonad shield ditempatkan di atas area gonad pasien laki-laki, B. Gonad shield ditempatkan
diatas area gonad pasien perempuan

Radiografer harus selalu memantau pasien selama eksposur untuk


memastikan bahwa pasien mematuhi instruksi pernapasan saat dilakukan
eksposur. Fiksasi juga sering sekali dilakukan pada pemeriksaan radiografi
ekstremitas. Radiografer dapat menempatkan objek Radiolusen seperti spons
(softbag) dan sandbag yang digunakan sebagai alat fiksasi (Gambar 1.8, A).
Selain itu juga dudukan kaki digunakan untuk menstabilkan kaki yang tidak
diperiksa untuk pemeriksaan proyeksi lateral kaki, lutut, tulang paha, dan
pinggul (Gambar 1.8, B).
12 Teknik Radiografi Non Kontras 1

A B
Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 1.8

A. Bantal busa dan bantal pasir

B. Leg holder sebagai fiksasi kaki

C. POSISI DAN PROYEKSI PEMERIKSAAN RADIOGRAFI

Posisi radiografi mengacu pada posisi pasien dan posisi objek yang
dilakukan untuk menampakkan gambaran radiografi bagian tubuh tertentu
pada Image Receptor (IR). Radiografer harus memahami dengan jelas
penggunaan terminologi/istilah pemosisian yang benar. Pada bagian ini akan
menjelaskan, dan menggambarkan secara umum istilah yang digunakan
secara konsisten dalam pemosisian dan proyeksi sebagaimana yang telah
disetujui dan diterbitkan oleh American Registry of Radiologic Technologist
(ARRT). Istilah yang digunakan dalam posisi atau proyeksi radiografi
didasarkan pada hak nama orang yang pertama kali mendeskripsikan posisi
atau prosedur tertentu contohnya seperti Towne, Waters, dan metode
Caldwell. American Registry of Radiologic Technologist telah sepakat
mengenai penggunaan metode penamaan dalam tanda kurung setelah
proyeksi atau istilah posisi.

1. Posisi Anatomi
Radiograf biasanya berorientasi pada tampilan perangkat sehingga
orang yang melihat pada gambar harus melihat bagian tubuh yang
ditempatkan posisi anatomi. Posisi anatomi adalah dimana saat posisi, pasien
berdiri tegak dengan wajah dan mata mengarah ke depan, lengan
direntangkan di samping dengan telapak tangan dari tangan menghadap ke
depan, tumit sejajar, dan jari-jari kaki mengarah ke anterior (Gambar 1.9).
Sedangkan pada tampilan radiograf sisi kiri pasien adalah sisi kanan
Teknik Radiografi Non Kontras 1 13

penonton dan sebaliknya (Gambar 1.10). Tenaga medis selalu


mendeskripsikan tubuh, bagian tubuh, atau gerakan tubuh seolah-olah dalam
posisi anatomi.

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 1.9

Posisi anatomi tubuh manusia

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 1.10

Radiolog membaca radiograf bahu kiri pasien. Radiograf ditempatkan di iluminator dengan
sisi kiri pasien di sisi kanan penampil
14 Teknik Radiografi Non Kontras 1

2. Istilah Anatomis Bidang Tubuh


Berikut penjelasan mengenai macam-macam istilah bidang tubuh, irisan
dan garis pada tubuh manusia:

a. Sagital
Bidang sagital adalah setiap bidang longitudinal yang membelah tubuh
ke kiri dan kanan. Mid Sagittal Plane (MSP), kadang disebut medial plane
adalah garis tengah yang membagi tubuh kanan dan kiri menjadi dua bagian
yang sama. Semua bidang yang sejajar dengan bidang midsagital atau medial
disebut sagital plane.

b. Koronal
Bidang koronal adalah bidang lokal yang membelah tubuh menjadi
bagian anterior dan posteior. Disebut bidang koronal karena melalui sutura
koronal tulang tengkorak. Bidang mid koronal membagi bagian tubuh sama
besar. Setiap bidang yang sejajar dengan bidang midcoronal atau frontal
disebut bidang koronal.

c. Horizontal (Aksial)
Bidang horizontal (aksial) adalah setiap bidang datar yang lewat melalui
tubuh di tempat yang tepat untuk, membagi tubuh menjadi bagian superior
dan inferior.

d. Oblik
Bidang oblik adalah bidang datar atau datar yang berada di suatu sudut
atau kemiringan dan sebagian besar ke sagital, koronal, atau bidang
horizontal.

3. Istilah Anatomis Permukaan Tubuh


Berikut ini penjelasan mengenai macam-macam istilah permukaan
tubuh manusia secara anatomis:

a. Posterior atau Dorsal


Posterior atau dorsal mengacu pada bagian pertengahan tubuh sampai
bagian belakang pasien atau bagian tubuh yang terlihat saat orang tersebut
dilihat dari belakang; termasuk bagian bawah kaki dan punggung tangan
seperti yang ditunjukkan pada posisi anatomi.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 15

b. Anterior atau Ventral


Anterior atau ventral mengacu pada bagian depan pasien, atau bagian
yang dilihat jika dilihat dari depan; termasuk bagian atas kaki dan bagian
depan atau telapak tangan pada posisi anatomi.

c. Plantar
Plantar mengacu pada permukaan telapak kaki atau posterior dari kaki.

d. Dorsal
Dorsal kaki mengacu pada permukaan atas atau permukaan anterior
kaki (dorsum pedis). Dorsal tangan mengacu pada aspek punggung tangan
atau posterior dari tangan (dorsum manus)

e. Palmar
Palmar mengacu pada telapak tangan, dalam anatomi posisinya, sama
dengan permukaan anterior atau ventral tangan.

Sumber: Bontrager’s Radiographic Positioning & Related Anatomy, 2018

Gambar 1.11

Bidang tubuh sagital, koronal, horizontal dan oblik.


16 Teknik Radiografi Non Kontras 1

4. Proyeksi Radiografi
Berikut ini penjelasan mengenai macam-macam istilah proyeksi
radiografi:

a. Posteroanterior (PA) dan Anteroposterior (AP)


Proyeksi Posteroanterior (PA) mengacu pada proyeksi yang
menggunakan arah sinar dari posterior ke anterior. Menggabungkan dua
istilah ini, posterior dan anterior, menjadi satu kata, disingkat PA. Arah sinar
masuk ke permukaan posterior dan keluar di permukaan anterior (Gambar
1.13, A). Diasumsikan true PA tanpa rotasi yang disengaja, yang mana arah
sinar harus tegak lurus dengan bidang tubuh koronal dan sejajar ke bidang
sagital, kecuali pada proyeksi oblik atau istilah rotasi lain.
Proyeksi Anteroposterior (AP) mengacu pada arah sinar dari anterio ke
posterio, kebalikan dari PA. Menjelaskan arah sinar yang masuk di permukaan
anterior dan keluar di permukaan posterior (Gambar 1.13, B). Diasumsikan
true AP apabila tidak ada rotasi kecuali pada proyeksi oblik.

A B
Sumber: Bontrager’s Radiographic Positioning & Related Anatomy, 2018

Gambar 1.12

A. Bidang tubuh secara anatomis dan B. Dorsal, Palmar tangan


Teknik Radiografi Non Kontras 1 17

b. Anteroposterior Oblik (AP) dan Posteroanterior Oblik (PA Oblik)


Anteroposterior Oblik (AP Oblik) adalah proyeksi AP dari ekstremitas
atas atau bawah yang dirotasikan disebut "oblik." Ini bukan proyeksi dengan
posisi true AP sehingga harus diperhatikan ke arah mana objek akan
dirotasikan, seperti rotasi medial atau lateral (Gambar 1.14., A). Dengan
proyeksi AP Oblik, arah sinar memasuki permukaan anterior dan keluar dari
permukaan posterior tubuh.
Posteroanterior Oblik (PA Oblik) adalah Proyeksi PA dari ekstremitas atas
dengan rotasi lateral (dari PA) ditunjukkan pada Gambar 1.14 B (Ini berlaku
untuk bagian atas dan bawah ekstremitas. Proyeksi ini juga harus
diperhatikan ke arah mana objek akan dirotasikan, arah sinar memasuki
permukaan posterior dan keluar dari permukaan anterior tubuh.

A. B.
Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 1.13

A. Posisi pasien untuk Proyeksi PA pada pemeriksaan rongga dada,

B. Posisi pasien untuk Proyeksi AP pada pemeriksaan rongga dada


18 Teknik Radiografi Non Kontras 1

A. B.
Sumber: Bontrager’s Radiographic Positioning & Related Anatomy, 2018

Gambar 1.14

A. Posisi pasien proyeksi AP Oblik pedis dan

B. Posisi pasien proyeksi PA Oblik manus

c. Lateral
Radiografi lateral diperoleh dengan sisi kanan atau kiri pasien diletakkan
menempel dengan IR. Contohnya adalah proyeksi mediol lateral pergelangan
kaki dan proyeksi lateromedialm pergelangan tangan. Sisi medial dan sisi
lateral ditentukan oleh pasien secara anatomis. Pada radiografi pergelangan
kaki mediolateral, arah sinar memasuki aspek medial dan keluar dari aspek
lateral pergelangan kaki.

5. Posisi Pasien secara Umum


Terdapat dua cara untuk menggambarkan istilah posisi yang digunakan
dalam radiologi. Salah satu caranya dengan mengidentifikasi secara
keseluruhan postur tubuh pasien. Pada posisi ini pasien dapat digambarkan
sebagai tegak (erect), duduk, atau terlentang (supine). Cara kedua, posisi
mengacu pada penempatan bagian tubuh tertentu kaitannya dengan posisi
tubuh terhadap IR selama pencitraan.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 19

Sumber: Bontrager’s Radiographic Positioning & Related Anatomy, 2018

Gambar 1.15

Proyeksi lateral pergelangan kaki

a. Supine
Posisi tubuh berbaring menghadap ke atas (Gambar 1.16).

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 1.16

Posisi Supine

b. Prone
Berbaring telungkup, menghadap ke bawah (kepala bisa menoleh satu
sisi).

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 1.17

Posisi Prone
20 Teknik Radiografi Non Kontras 1

c. Erect
Posisi tubuh berdiri.

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 1.18

Posisi Erect

d. Rekumben
Istilah umum yang mengacu pada posisi tubuh yang berbaring dengan
tubuh miring diatas meja pemeriksaan.

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 1.19

Posisi Rekumben

e. Trendlenburg
Posisi supine dengan letak kepala lebih rendah daripada kaki.

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 1.20

Posisi trendlenburg
Teknik Radiografi Non Kontras 1 21

f. Lithothomy
Posisi terlentang dengan lutut dan pinggul tertekuk, paha diganjal dan
diputar eksternal, ditopang oleh pergelangan kaki atau dukungan lutut.

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 1.21

Posisi lithothomy

LATIHAN

Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas!

1) Jelaskan pengertian pemeriksaan radiografi?


2) Sebutkan macam-macam parameter pada pemeriksaan radiografi?
3) Jelaskan persiapan alat dan bahan pada pemeriksaan radiografi?
4) Sebutkan macam-macam istilah anatomis tubuh manusia pada
pemeriksaan radiografi?
5) Jelaskan macam-macam posisi dan proyeksi pada pemeriksaan
radiografi.

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan latihan di atas, berikut


petunjuk yang harus Anda kerjakan:
1) Anda dapat menjelaskan dengan memahami arti istilah tersebut.
2) Anda dapat dapat membaca kembali bagian modul yang membahas
tentang introduction pemeriksaan radiografi
3) Anda dapat meyebutkan dengan mempelajari macam-macam
parameter pada pemeriksaan radiografi.
22 Teknik Radiografi Non Kontras 1

4) Anda dapat menjelaskan dengan memahami persiapan alat dan bahan


pada pemeriksaan radiografi.
5) Anda dapat meyebutkan dengan mempelajari macam-macam istilah
anatomis tubuh manusia pada pemeriksaan radiografi.
6) Anda dapat memahami dengan mempelajari macam-macam posisi dan
proyeksi pada pemeriksaan radiografi.

RINGKASAN

Pemeriksaan radiografi merupakan teknik pemeriksaan pada organ


tubuh manusia menggunakan pesawat sinar-X untuk menghasilkan citra
tulang, jaringan lunak serta kelainan patologis. Berbagai komponen
pemeriksaan radiografi antara lain parameter pemeriksaan, alat dan bahan
serta teknik posisi maupun proyeksi pemeriksaan radiografi.
Beberapa faktor teknis utama parameter pemeriksaan radiografi yaitu:
arus tabung (mA), tegangan tabung (kVp), dan waktu eksposur (ms), AEC,
focal spot, FFD, dan arah sinar. Parameter-parameter tersebut dapat diatur
pada kontrol konsole. Alat dan bahan yang harus dipersiapkan pada
pemeriksaan radiografi antara lain: pesawat sinar-X, kaset/image receptor,
film radiografi, marker, grid, gonad shield, dan alat fiksasi.
Beberapa istilah anatomis tubuh manusia perlu dipahami sebelum
melakukan pemeriksaan radiografi, diantaranya tentang istilah bidang
tubuh (sagital, koronal, oblik, aksial) dan permukaan tubuh manusia
(posterior/dorsal, anterior/ventral, plantar, palmar). Selain itu terdapat
beberapa istilah posisi pasien dan proyeksi dalam pemeriksaan radiografi.
Posisi yang dapat digunakan adalah supine, prone, erect, rekumben, dll.
Proyeksi yang digunakan PA, AP, PA Oblik, AP Oblik, dan lateral. Pemilihan
posisi pasien disesuaikan dengan proyeksi yang akan digunakan.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 23

TES 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Tn Budi (54 tahun), datang ke radiologi dengan membawa lembar


permintaan pemeriksaan radiografi manus. Dalam lembar permintaan
tertulis permintaan proyeksi AP dan Oblik. Radiografer melakukan
pengaturan parameter pemeriksaan pada kontrol konsol. Manakah
pernyataan dibawah ini yang benar mengenai ukuran focal spot yang
digunakan untuk menghasilkan radiografi dengan detail lebih baik ?
A. Menggunkan focal spot besar
B. Sebaiknya digunakan Automatic Exposure
C. Mengatur kV sekecil mungkin
D. Mengatur mA paling rendah
E. Menggunakan focal spot kecil

2) Seorang pasien dengan berat badan 78 kg datang ke Instalasi Radiologi


dari ruang bedah. Berdasrakan rekam medis pasin diperoleh data :
Pasien paska bedah akibat trauma pada paha. Keadaan umum pasien
baik. Radiografi yang diminta adalah pemeriksaan tulang femur. Alat
yang harus disiapkan oleh radiografer yang bertujuan untuk menyerap
radiasi hambur adalah:
A. Grid
B. Image receptor (IR)
C. Kateter dan kaset
D. Marker
E. Solid-State Detector

3) Seorang pasien Ny H datang ke radiologi akan dilakukan pemeriksaan


tulang belakang. Pada lembar permintaan tertulis permintaan radiografi
lumbal proyeksi AP Oblik. Apakah yang harus diperhatikan dalam
pengaturan posisi obyek pada proyeksi tersebut ?
A. Obyek dirotasikan ke arah rotasi medial atau lateral
B. Obyek dalam posisi sejajar dengan meja pemeriksaan
C. Obyek tegak lurus terhadap IR
D. Obyek diatur miring
E. Obyek sejajar dengan bidang sagital tubuh
24 Teknik Radiografi Non Kontras 1

4) Seorang Radiografer sedang melakukan pemeriksaan radiografi untuk


seorang pasien yang mengalami kelaian skoliosis. Oleh dokter pengirim
diminta untuk menggambarkan anatomi dari vertebra thorakal dan
lumbal. Dokter radiologi merekomendasikan dilakukan pemeriksaan
dengan proyeksi AP dan lateral. Saat melakukan proyeksi AP
Radiografer mengatur posisi pasien supine. Manakah pernyataan yang
benar mengenai posisi supine ?
A. Posisi tubuh berdiri.
B. Posisi tubuh berbaring diatas meja pemeriksaan menghadap ke
atas.
C. Berbaring telungkup, menghadap ke bawah (kepala bisa menoleh
satu sisi).
D. Posisi tubuh yang berbaring dengan tubuh miring diatas meja
pemeriksaan.
E. Posisi terlentang dengan letak kepala lebih rendah daripada kaki.

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes 1 yang terdapat


di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan
rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Tes 1.

Jumlah Jawaban yangBenar


Tingkat penguasaan = ×100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda telah
menyelesaikan seluruh materi pada Bab 1. Bagus! Anda dapat mempelajari
bab selanjutnya, yaitu Bab 2. Jika masih di bawah 80%, Anda harus
mengulangi materi topik di atas, terutama bagian yang belum dikuasai.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 25

Kunci Jawaban Tes

Tes 1 1) A Untuk menghasilkan citra radiografi dengan detail


yang lebih baik pada ekstremitas maka
menggunakan focal spot kecil
2) A Grid merupakan alat bantu radiografi untuk
menyerap radiasi hambur. Pada pasien gemuk
sangat disarankan menggunakan grid karena
akan terjadi lebih banyak radiasi hambur
3) A Karena pada proyeksi AP Oblik bukan merupakan
proyeksi yang dibuat true AP. Proyeksi Oblik untuk
menampakkan bagian tubuh tertentu yang hanya
bisa ditampilkan dengan posisi obyek berotasi.
Salah satu contohnya diskus pada vertebra lumbal
4) B Posisi supine merupakan posisi tubuh berbaring
diatas meja pemeriksaan menghadap ke atas
26 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Glosarium

Intensifying screen : Lembaran tipis, atau lapisan, dari bahan fluoresen.


Kombinasi screen-film tersimpan dalam kaset/image
receptor (IR).

Phosphor image : Energi yang tersimpan dalam fosfor melalui stimulasi


cahaya tampak, untuk menghasilkan pendaran sinyal
saat sinar-X melalui detektor.

Fluoroskopi : sebuah metode pemeriksaan sinar-X untuk


menghasilkan gambar bersekuel menyerupai video.
Metode ini digunakan untuk mengamati kondisi
organ tubuh secara langsung (real time).
Teknik Radiografi Non Kontras 1 27

Daftar Pustaka

Bontrager, Kenneth L.,dan John P Lampignano, 2018. Textbook


of Radiographic Positioning and Related Anatomy, Edisi
Ketujuh. St.Louis Missouri: Elsevier Mosby.

Frank, Eugene D., Bruce W. Long dan Barbara J smith. 2016.


Merril of Atlas Radiographic Positioning and Radiologic
Procedures, Twelfth Edition Vol I. St.Louis Missouri : Elsevier
Mosby.
28 Teknik Radiografi Non Kontras 1
BAB 2

2
TEKNIK RADIOGRAFI
EKSTREMITAS ATAS

Agung Nugroho Setiawan, SST, M.Tr.ID


Andrey Nino Kurniawan, S.ST, M. Eng

PENDAHULUAN

P
emeriksaan radiografi ekstremitas atas termasuk pemeriksaan non
kontras di rumah sakit atau klinik yang cukup sering dihadapi oleh
radiografer. Pemeriksaan ini termasuk kelompok radiografi non
kontras karena dalam pengambilan radiografnya, dilakukan eksposi secara
langsung ke organ tubuh tanpa memerlukan tambahan bahan kontras.
Teknik radiografi yang akan dipelajari oleh mahasiswa mencakup
pemeriksaan radiografi tulang dan artikulasio ekstremitas atas, yang meliputi
manus, antebrahi, humerus, scapula dan klavikula serta artikulasio
radiokarpalis, artikulasio kubiti, artikulasio humeri, artikulasio akromio
klavikularis dan artikulasio sternokalvikularis. Ketepatan menyiapkan
pemeriksaan, mengatur posisi pasien, pasien objek, penentuan teknik
radiografi yang tepat, serta kemampuan mahasiswa mengevaluasi hasil citra
radiografi akan menunjukkan kompetensi mahasiswa dalam penatalaksanaan
pemeriksaan radiografi ekstremitas atas.
Setelah Anda mempelajari dan menguasai materi yang disajikan pada
Bab 2 ini, yaitu tentang teknik radiografi ekstremitas atas maka secara umum
Anda akan mampu mendemonstrasikan teknik pemeriksaan radiografi pada
ekstremitas atas dan artikulasio ekstremitas atas. Secara khusus Anda akan
mampu mendemonstrasikan persiapan pemeriksaan, teknik posisi pasien,
posisi objek, penentuan teknik radiografi, serta melakukan evaluasi citra
radiografi pada:
30 Teknik Radiografi Non Kontras 1

7. manus.
8. antebrahi,
9. humerus,
10. scapula,
11. klavikula
12. artikulasio radiokarpalis,
13. artikulasio kubiti,
14. artikulasio humeri,
15. artikulasio akromio klavikularis,
16. artikulasio sternokalvikularis.

Untuk memudahkan Anda dalam mempelajari dan menguasai materi


teknik radiografi ekstremitas atas maka Bab 2 ini dibagi menjadi 2 topik:
Topik 1 : Teknik radiografi ekstremitas atas, meliputi struktur tulang
pada anggota gerak tubuh bagian atas.
Topik 2 : Teknik radiografi artikulasio ekstremitas atas, meliputi
struktur persendian antara tulang pada anggota gerak tubuh
bagian atas.

Selamat belajar!
Teknik Radiografi Non Kontras 1 31

TOPIK 1

Teknik Radiografi Ekstremitas Atas

P
emeriksaan radiografi ekstremitas atas termasuk pemeriksaan
radiografi di rumah sakit atau klinik yang cukup sering dihadapi oleh
radiografer. Fraktur dan dislokasi adalah indikasi pemeriksaan yang
banyak ditemukan. Ketepatan mengatur faktor eksposi mendukung kualitas
citra radiografi sehingga akan meningkatkan nilai diagnostik radiografi.

A. TEKNIK RADIOGRAFI MANUS

Pemeriksaan radiografi manus merupakan pemeriksaan yang sering


dijumpai pada instalasi radiologi. Kasus yang sering dijumpai adalah trauma
pada tangan seperti patah tulang, luksasi, dislokasi atau adanya benda asing
yang masuk pada tangan. Proyeksi yang umum dilakukan adalah proyeksi
Postero Anterior (PA), lateral, dan oblik. Pemeriksaan ini mencakup semua jari-
jari tangan, telapak tangan, dan pergelangan tangan.

1. Pengertian
Teknik radiografi manus adalah suatu teknik pemeriksaan yang
menggunakan pesawat sinar-X yang bertujuan menghasilkan citra yang
mampu menegakkan diagnosa untuk pasien dengan menampakkan tulang-
tulang tangan, persendian dan jaringan lunak serta kelainan atau
abnormalitas pada tangan dengan area penyinaran meliputi jari-jari tangan,
telapak tangan, dan pergelangan tangan.

2. Anatomi dan Fisiologi


Manus terdiri dari 27 bagian tulang: 14 tulang phalang, 5 tulang
metakarpal, dan 8 tulang karpalia namun adakalanya terdapat tulang
sesamoid pada ibu jari (Gambar 2.1).
32 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.1

Anatomi tulang manus A. Manus tampak PA dan B. Jari manus

3. Indikasi dan Kontra Indikasi Pemeriksaan


Indikasi untuk pemeriksaan teknik radiografi manus adalah fraktur,
luksasi, dislokasi maupun adanya benda asing pada tangan. Untuk kontra
indikasi secara umum tidak ada. Pemeriksaan ini termasuk pemeriksaan
radiografi yang relatif aman karena dosis radiasinya yang rendah, disamping
itu tentu saja sinar-X dapat memberikan manfaat yang lebih besar yakni
untuk mendiagnosis suatu kelainan patologis.

4. Persiapan Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang perlu disiapkan pada pemeriksaan radiografi
manus adalah sebagai berikut :
a. Pesawat sinar X siap pakai
b. Image receptor (IR) / kaset radiografi dan film ukuran 24x30 cm
c. Marker, plester, dan gunting
d. Plat timbal
e. Meteran
f. Apron
g. Alat fiksasi (bantal pasir dan bantal busa)
Teknik Radiografi Non Kontras 1 33

5. Persiapan Pasien
Persiapan pasien yang perlu dilakukan adalah melepas benda logam
atau benda lain pada tangan yang akan diperiksa, contoh: cincin, jam tangan,
pasir maupun kotoran pada tangan pasien harus dibersihkan dahulu.

6. Posisi Pasien dan Posisi Objek


Pasien diposisikan dengan cara duduk menyamping meja pemeriksaaan
dengan sisi yang sakit atau bagian yang akan diperiksa dekat dengan meja
pemeriksaan. Atur ketinggian posisi duduk sehingga lengan dapat diletakkan
di atas meja pemeriksaan dengan nyaman.
Pastikan posisi tangan yang diperiksa benar-benar menempel pada
permukaan kaset dan berhadapan dengan petugas. Tujuan dari pemosisian
tersebut adalah agar petugas dapat dengan mudah melihat dan memosisikan
objek yang akan diperiksa. Adapun proyeksi yang digunakan secara umum
adalah proyeksi postero anterior, proyeksi lateral dan proyeksi oblik.
a. Proyeksi postero anterior (PA)
1) Letakkan lengan pada meja pemeriksaan dan letakkan telapak
tangan menempel di atas kaset/prone. Posisi tangan dan lengan
dalam satu garis lurus (Gambar 2.2).
2) Atur tangan sehingga tepat berada di pertengahan lapangan
penyinaran, renggangkan jari-jari tangan agar tidak saling
berhimpit.
3) Atur kedua processus stiloideus berjarak sama terhadap kaset agar
tidak terjadi rotasi.
4) Berilah arahan kepada pasien untuk dalam keadaan rileks untuk
menghindari pergerakan.
5) Untuk fiksasi di samping kedua sisi lengan diberi sandbag dan
bagian bawah dapat diberi softbag untuk kenyamanan pasien

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.2

Posisi objek untuk proyeksi PA manus


34 Teknik Radiografi Non Kontras 1

b. Proyeksi Lateral
1) Fleksikan lengan pada meja pemeriksaan dan atur tangan
sehingga tepat berada di pertengahan lapangan penyinaran.
2) Letakkan tangan secara tegak miring di atas kaset dimana sisi jari
kelingking menempel pada kaset dan jari-jari tangan saling
bertumpuk. Ibu jari diberi softbag untuk fiksasi. Posisi tangan dan
lengan dalam satu garis lurus (Gambar 2.3).
3) Atur kedua processus stiloideus sehingga saling superposisi.
4) Berilah arahan kepada pasien untuk menghindari pergerakan agar
dapat dalam keaadaan rileks.
5) Untuk fiksasi di samping kedua sisi lengan diberi sandbag dan
bagian bawah dapat diberi softbag untuk kenyamanan pasien

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.3

Posisi objek untuk proyeksi Lateral manus

c. Proyeksi Oblik
1) Fleksikan lengan pada meja pemeriksaan dan atur tangan
sehingga tepat berada di pertengahan lapangan penyinaran.
2) Letakkan tangan secara tegak miring di atas kaset dimana sisi jari
kelingking menempel pada kaset kemudian rotasikan tangan
sehingga membentuk sudut 45 derajat terhadap kaset pada posisi
prone.
3) Jari-jari tangan diatur sedemikian rupa sehingga jari-jari tangan
membuka dan tidak saling bertumpuk. Gunakan jari-jari tangan
untuk fiksasi atau dapat menggunakan spon yang dibentuk 45
derajat untuk menempatkan masing-masing jari (Gambar 2.4).
4) Mengukur ketebalan objek yang akan diperiksa.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 35

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.4

Posisi objek untuk proyeksi oblik manus

7. Teknik Penyinaran dan Eksposi


Teknik penyinaran dan eksposi yang dilakukan pada pemeriksaan
radiografi manus, sebagai berikut:
a. Proyeksi postero anterior (PA)
1) Arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset.
2) Titik bidik pada metacarpophalangeal joint digiti III.
3) Focus film distance (FFD) diatur 100 cm.
b. Proyeksi lateral
1) Arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset.
2) Titik bidik pada metacarpophalangeal joint digiti II.
3) Focus film distance (FFD) diatur 100 cm.
c. Proyeksi oblik
1) Arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset.
2) Titik bidik pada metacarpophalangeal joint digiti III.
3) Focus film distance (FFD) diatur 100 cm.

Faktor eksposi yang diatur pada pemeriksaan radiografi manus adalah


menggunakan tegangan tabung sebesar 65 kV dan kuat arus tabung sebesar
2 mAs (modalitas CR) atau 0,7 mAs (modalitas DR). Catatan untuk modalitas
film radiografi menggunakan tegangan tabung 50 kV dan kuat arus sebesar 4
mAs, lihat Tabel 2.1.
36 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Tabel 2.1

Faktor eksposi radiografi manus

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Film CR DR
65 4* 2 0,9

*untuk penggunaan kV 50

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2003 dan 2016

8. Kriteria dan Hasil Citra Radiografi


Kriteria dan hasil citra radiografi manus dapat dilihat pada Gambar 2.5 –
2.7 yang mampu menampakkan:
a. Tulang-tulang kelima digit jari tangan.
b. Tulang-tulang metakarpal.
c. tulang-tulang karpalia
d. jaringan lunak pada tangan

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.5

Citra radiografi manus proyeksi PA


Teknik Radiografi Non Kontras 1 37

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.6

Citra radiografi manus proyeksi oblik

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.7

Citra radiografi manus proyeksi lateral


38 Teknik Radiografi Non Kontras 1

9. Evaluasi
Mahasiswa mencocokan radiograf yang telah dibuat dengan kriteria
radiografi menggunakan form evaluasi radiograf (PIMA-CIADS). Lakukan
penilaian dengan membandingkan radiograf yang Anda buat dengan kriteria
yang ada di buku ajar. Penilaian mencakup ketepatan dan alasan masing-
masing pada aspek: proyeksi, identitas radiograf, marker, kolimasi, kualitas
citra, anataomi dan patologi, tingkat penerimaan radiograf secara diagnostik.

B. TEKNIK RADIOGRAFI ANTEBRAHI

Pemeriksaan radiografi antebrahi merupakan pemeriksaan yang umum


dilakukan di instalasi radiologi. Kasus yang sering dihadapi oleh radiografer
adalah trauma dan dislokasi. Perlunya penggunaan marker dalam
pemeriksaan ini karena objek kiri dan kanan yang sama. Proyeksi yang umum
dilakukan adalah proyeksi Antero Posterior (AP) dan lateral. Dalam
pemeriksaan ini harus memperlihatkan sendi pergelangan tangan dan sendi
siku.

1. Pengertian
Teknik radiografi antebrahi adalah teknik pemeriksaan radiografi pada
daerah lengan bawah dengan menggunakan pesawat sinar-X yang
menghasilkan citra tulang lengan bawah dan jaringan lunak serta kelainan
lainnya.

2. Anatomi dan Fisiologi


Antebrahi terdiri dari dua tulang yang saling sejajar yaitu radius dan
ulna. Seperti tulang panjang lainnya, kedua tulang ini memiliki batang tubuh
dan dua sendi. Radius terletak di bagian luar dari tubuh dan ulna terletak di
bagian dalam dari tubuh (Gambar 2.8).
a. Radius
Ujung proksimal dari radius berukuran kecil dan terbentuk seperti
cakram pipih di atas area sempit yang disebut leher. Tepat dibawah
kolumna bagian medial batang tubuh radius terdapat prosesus yang
keras disebut tuberositas radial. Ujung distal dari radius memiliki
dimensi yang lebar dan pipih memiliki bentuk kerucut pada permukaan
lateral yang disebut prosesus styloid radial.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 39

A. B.
Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.8

Anatomi tulang antebrahi A. Antebrahi tampak anterior dan

B. Antebrahi tampak lateral

b. Ulna
Batang tubuh ulna berbentuk panjang, ramping, dan meruncing pada
bagian inferior. Bagian atas dari ulna berbentuk besar memperlihatkan
dua prosesus mirip paruh dan cekungan. Prosesus proksimal atau
prosesus olekranon, berupa cekungan di anterior dan sedikit inferior
membentuk bagian proksimal dari cekungan troklear. Bagian lebih distal
dari prosesus koronoid memproyeksikan anterior dari permukaan
anterior tubuh dan melengkung sedikit ke arah superior. Prosesus
berbentuk segitiga dan membentuk bagian cekungan dari troklear.
Lekukan yang disebut cekungan radial berada pada bagian lateral dari
prosesus koronoid.

Bagian distal dari ulna terdapat prosesus melingkar pada bagian lateral
yang disebut kaput dan proyeksi kerucut yang sempit pada sisi
posteromedial yang disebut prosesus styloid ulna. Diskus artikular
memisahkan kaput ulna dari sendi pergelangan tangan.
40 Teknik Radiografi Non Kontras 1

3. Indikasi dan Kontra Indikasi Pemeriksaan


Beberapa indikasi dilakukannya pemeriksaan radiografi pada antebrahi
dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut. Untuk kontra indikasi secara umum
tidak ada. Pemeriksaan ini termasuk pemeriksaan radiografi yang relatif aman
karena dosis radiasinya yang rendah, disamping itu tentu saja sinar-X dapat
memberikan manfaat yang lebih besar yakni untuk mendiagnosis suatu
kelainan patologis.

Tabel 2.2

Indikasi pemeriksaan radiografi antebrahi

Indikasi Definisi

Kista tulang Kista berisi cairan dengan dinding fibrosa

Bursitis Peradangan bursa atau pelumas sekitar sendi

Dislokasi Pergeseran tulang dari sendi

Fraktur Gangguan kontinuitas tulang


- Colles - Fraktur pada distal radius dengan perpindahan posterior (dorsal)
- Smith - Fraktur pada distal radius dengan perpindahan anterior (palmar)
- Torus atau buckle - Fraktur impaksi dengan periosteum menonjol

Gout Penyakit artritis turunan dengan asam urat pada sendi

Efusi sendi Akumulasi cairan pada sendi

Metastasis Lesi kanker yang menyebar dari satu area ke area lain

Osteoartritis atau Bentuk artritis yang ditandai dengan kerusakan tulang rawan yang
penyakit degeneratif progresif pada sendi
tulang

Osteomielitis Radang tulang karena infeksi piogenik

Osteopetrosis Peningkatan kepadatan tulang lunak atipikal

Osteoporosis Kehilangan kepadatan tulang

Artritis reumatoid Penyakit kolagen inflamasi kronis, sitemik

Tumor Pertumbuhan jaringan baru dengan proliferasi sel tidak terkendali

Chondrosarcoma Tumor ganas yang timbul dari tulang rawan

Enchodroma Tumor jinak dari tulang rawan


Teknik Radiografi Non Kontras 1 41

Indikasi Definisi
Ewing sarcoma Tumor ganas yang timbul di jaringan meduler

Osteosarcoma Tumor ganas primer dengan pembentukan tulang atau kartilago

4. Persiapan Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada teknik radiografi antebrahi antara
lain:
a. Pesawat sinar–X siap pakai
b. Image Receptor (IR) / kaset radiografi dan film ukuran 24x30 cm
c. Marker, plester dan gunting
d. Plat timbal
e. Meteran
f. Apron
g. Alat fiksasi (bantal pasir dan bantal busa)

5. Persiapan Pasien
Persiapan pasien yang perlu dilakukan adalah melepas benda logam
atau benda lain pada daerah yang akan diperiksa, contoh: gelang dan jam
tangan. Bila mengenakan baju lengan panjang, pastikan tidak ada kancing
yang masuk ke area penyinaran atau gulung lengan baju ke atas.

6. Posisi Pasien dan Posisi Objek


Pasien diposisikan duduk dekat dengan meja pemeriksaan sehingga
dapat menempatkan lengan dalam bidang yang sejajar.
a. Proyeksi Antero Posterior (AP)
1) Posisikan lengan dalam posisi terlentang, siku dalam keadaan
lurus, dan tempatkan permukaan punggung lengan bawah pada
IR. Pastikan kedua sendi masuk pada IR
2) Sesuaikan IR sehingga sumbu panjang sejajar dengan lengan yang
akan diperiksa
3) Pastikan posisi terlentang lengan pasien, bila perlu minta pasien
bersandar
4) Sesuaikan epikondilus dari humerus berjarak sama dari IR
42 Teknik Radiografi Non Kontras 1

5) Pastikan tangan dalam keadaan terlentang, posisi tengkurap akan


menyebabkan tulang radius dan ulna mengalami rotasi pada
sepertiga proksimal dan menyebabkan proyeksi oblik pada lengan
bawah (Gambar 2.9)
6) Gunakan apron untuk melindungi area yang tidak tersinar radiasi

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.9

Posisi objek untuk proyeksi AP antebrahi

b. Proyeksi Lateral
1) Posisikan siku membentuk sudut 90 derajat dan letakkan bagian
dalam lengan atas pada IR. Pastikan kedua sendi masuk pada IR.
2) Sesuaikan IR sehingga sumbu panjang sejajar dengan lengan yang
akan diperiksa.
3) Sesuaikan posisi lengan dalam posisi lateral yang tepat. Sisi ibu jari
berada pada bagian atas (Gambar 2.10).
4) Gunakan apron untuk melindungi area yang tidak tersinar radiasi.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 43

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.10

Posisi objek untuk proyeksi lateral antebrahi

7. Teknik Penyinaran dan Eksposi


Teknik penyinaran yang dilakukan pada pemeriksaan radiografi
antebrahi sebagai berikut:
a. Proyeksi AP
1) Arah sinar tegak lurus terhadap IR
2) Atur pertengahan kolimasi pada pertengahan dari lengan bawah
3) Atur kolimasi berada pada 2 inchi (5 cm) sisi distal pergelangan
tangan dan 1 inchi (2,5 cm) proksimal dari siku tangan yang
diperiksa
4) Atur FFD pada jarak 100 cm
5) Gunakan focal spot kecil
6) Faktor eksposi yang diatur pada pemeriksaan radiografi antebrahi
proyeksi AP adalah menggunakan tegangan tabung sebesar 70 kV
dan kuat arus tabung sebesar 2,2 mAs (modalitas CR) atau 1,25
mAs (modalitas DR). Catatan untuk modalitas film radiografi
menggunakan tegangan tabung 60 kV dan kuat arus sebesar 4
mAs, lihat Tabel 2.3.
44 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Tabel 2.3

Faktor eksposi radiografi antebrahi proyeksi AP

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Film CR DR
70 4* 2,2 1,25
*untuk penggunaan kV 60

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2003 dan 2016

b. Proyeksi Lateral
1) Arah sinar tegak lurus terhadap IR
2) Atur pertengahan kolimasi pada pertengahan dari lengan bawah
3) Atur kolimasi berada pada 2 inchi (5 cm) sisi distal pergelangan
tangan dan 1 inchi (2,5 cm) proksimal dari siku tangan yang
diperiksa
4) Atur FFD pada jarak 100 cm
5) Gunakan focal spot kecil
6) Faktor eksposi yang diatur pada pemeriksaan radiografi antebrahi
proyeksi lateral adalah menggunakan tegangan tabung sebesar 70
kV dan kuat arus tabung sebesar 2,2 mAs (modalitas CR) atau 1,25
mAs (modalitas DR). Catatan untuk modalitas film radiografi
menggunakan tegangan tabung 60 kV dan kuat arus sebesar 4
mAs, lihat Tabel 2.4.

Tabel 2.4.

Faktor eksposi radiografi antebrahi proyeksi lateral

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Film CR DR
70 4* 2,2 1,25
*untuk penggunaan kV 60

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2003 dan 2016


Teknik Radiografi Non Kontras 1 45

8. Kriteria dan Hasil Citra Radiografi


Kriteria radiografi tulang antebrahi sesuai dengan proyeksi yang dibuat.
Proyeksi yang tepat mampu menampakkan tulang radius dan ulna, sesuai
dengan kondisi seperti pada penjelasan berikut.
a. Proyeksi AP
1) Proyeksi yang tepat menunjukkan siku, tulang radius, tulang ulna,
dan proksimal tulang karpal yang mengalami distorsi (Gambar 2.8)
2) Kolimasi yang tepat menghasilkan citra kedua sendi yaitu
pergelangan tangan dan siku
3) Adanya sedikit superposisi pada tulang radius bagian kaput,
kolumna, dan tuberositas diatas ulna proksimal
4) Tidak mengalami pemanjangan atau pemendekan epikondilus
humerus
5) Sendi siku yang terbuka sebagian menunjukkan posisi bahu pada
bidang yang sama dengan lengan
6) Sendi radioulnar terlihat terbuka (Gambar 2.11)
7) Kecerahan dan kontras yang seragam pada bagian proksimal dan
distal lengan
8) Dapat menunjukkan detail dari trabekula dan jaringan lunak

b. Proyeksi Lateral
1) Proyeksi lateral yang tepat menunjukkan tulang lengan, siku, dan
proksimal dari tulang karpal (Gambar 2.12)
2) Kolimasi yang tepat menunjukkan pergelangan tangan dan distal
humerus dalam posisi lateral (Gambar 2.12) :
a) Superposisi pada tulang radius dan ulna pada ujung distal
b) Superposisi pada kaput radius di atas prosesus koronoid
c) Tuberositas radial menghadap ke anterior
d) Epikondulis humerus saling tumpang tindih
3) Siku membentuk sudut 90 derajat
4) Dapat menunjukkan detail dari trabekula dan jaringan lunak
sepanjang tulang radius dan ulna
5) Dapat menunjukkan detail dari trabekula dan jaringan lunak
sepanjang tulang radius dan ulna.
46 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.11

Citra radiografi antebrahi proyeksi AP


Teknik Radiografi Non Kontras 1 47

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.12

Citra radiografi antebrahi proyeksi lateral

9. Evaluasi
Mahasiswa mencocokan radiograf yang telah dibuat dengan kriteria
radiografi menggunakan form evaluasi radiograf (PIMA-CIADS). Lakukan
penilaian dengan membandingkan radiograf yang Anda buat dengan kriteria
yang ada di buku ajar. Penilaian mencakup ketepatan dan alasan masing-
masing pada aspek: proyeksi, identitas radiograf, marker, kolimasi, kualitas
citra, anataomi dan patologi, tingkat penerimaan radiograf secara diagnostik.
48 Teknik Radiografi Non Kontras 1

C. TEKNIK RADIOGRAFI HUMERUS

Pemeriksaan radiografi humerus merupakan pemeriksaan yang umum


dilakukan di Instalasi Radiologi. Kasus yang sering dihadapi oleh radiografer
adalah trauma. Perlunya penggunaan marker dalam pemeriksaan ini karena
objek kiri dan kanan yang sama. Proyeksi yang umum dilakukan adalah
proyeksi AP dan lateral. Dalam pemeriksaan ini harus memperlihatkan sendi
sendi siku dan sendi bahu.

1. Pengertian
Teknik radiografi humerus adalah teknik pemeriksaan radiografi pada
daerah lengan atas dengan menggunakan pesawat sinar-X yang
menghasilkan citra tulang lengan atas dan jaringan lunak serta kelainan
lainnya.

2. Anatomi dan Fisiologi


Humerus merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari lengan atas.
Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada
bagian distal bersendi pada siku lengan dengan dua tulang, ulna dan radius.
Ujung proksimal humerus memiliki bentuk kepala bulat (Kaput humeri) yang
bersendi dengan kavitas glenoidalis dari skapula untuk membentuk
articulatio glenohumeri. Pada bagian distal dari kaput humeri terdapat kollum
anatomicum yang terlihat sebagai sebuah lekukan oblik. Tuberkulum mayor
merupakan sebuah proyeksi lateral pada bagian distal dari kollum
anatomicum. Tuberkulum mayor merupakan penanda tulang bagian paling
lateral yang teraba pada regio bahu. Antara tuberkulum mayus dan
tuberkulum minor terdapat sebuah lekukan yang disebut sebagai sulkus
intertuberkularis. Kollum chirurgicum merupakan suatu penyempitan
humerus pada bagian distal dari kedua tuberkulum, dimana kaput humeri
perlahan berubah menjadi korpus humeri (Gambar 2.13 dan 2.14). Bagian
tersebut dinamakan kollum chirurgicum karena fraktur sering terjadi pada
bagian ini.
Korpus humeri merupakan bagian humerus yang berbentuk seperti
silinder pada ujung proksimalnya, tetapi berubah secara perlahan menjadi
berbentuk segitiga hingga akhirnya menipis dan melebar pada ujung
distalnya. Pada bagian lateralnya yakni di pertengahan corpus humeri,
terdapat daerah berbentuk huruf V dan kasar yang disebut sebagai
tuberositas deltoidea. Daerah ini berperan sebagai titik perlekatan tendon
Teknik Radiografi Non Kontras 1 49

musculus deltoideus. Beberapa bagian yang khas merupakan penanda yang


terletak pada bagian distal dari humerus. Kapitulum humeri merupakan suatu
struktur seperti tombol bundar pada sisi lateral humerus, yang bersendi
dengan kaput radii. Fossa radialis merupakan suatu depresi anterior di atas
Kapitulum humeri, yang bersendi dengan Kaput radii ketika lengan
difleksikan. Trochlea humeri, yang berada pada sisi medial dari capitulum
humeri, bersendi dengan ulna. Fossa koronoid merupakan suatu tumpuan
anterior yang menerima prosessus koronoid ulna ketika lengan difleksikan.
Fossa olekranon merupakan suatu tumpuan posterior yang besar yang
menerima olekranon ulna ketika lengan diekstensikan. Epicondilus medialis
dan epicondilus lateralis merupakan suatu proyeksi kasar pada sisi medial
dan lateral dari ujung distal humerus, tempat kebanyakan tendon otot-otot
lengan menempel. Nervus ulnaris, suatu saraf yang dapat membuat
seseorang merasa sangat nyeri ketika siku lengannya terbentur, dapat
dipalpasi menggunakan jari tangan pada permukaan kulit di atas area
posterior dari epicondilus medialis.

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.13

Anatomi tulang humerus tampak anterior


50 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.14

Anatomi tulang humerus tampak lateral

3. Indikasi dan Kontra Indikasi Pemeriksaan


Beberapa indikasi dilakukannya pemeriksaan radiografi pada humerus
dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut. Untuk kontra indikasi secara umum tidak
ada. Pemeriksaan ini termasuk pemeriksaan radiografi yang relatif aman
karena dosis radiasinya yang rendah, disamping itu tentu saja sinar-X dapat
memberikan manfaat yang lebih besar yakni untuk mendiagnosis suatu
kelainan patologis.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 51

Tabel 2.5

Indikasi pemeriksaan radiografi humerus

Indikasi Definisi

Kista tulang Kista berisi cairan dengan dinding fibrosa


Bursitis Peradangan bursa
Dislokasi Perpindahan tulang dari sendi
Fraktur Gangguan kontinuitas tulang
Colles Fraktur pada distal radius dengan perpindahan
posterior (dorsal)

Smith Fraktur pada distal radius dengan perpindahan anterior


(palmar)

Torus atau buckl Fraktur impaksi dengan periosteum menonjol

Gout Artritis turun temurun dengan asam urat tersimpan


pada sendi

Efusi sendi Akumulasi cairan pada sendi

Metastasis Perpindahan lesi kanker dari satu area ke area lain

Osteoartritis atau penyakit Bentuk artritis yang ditandai dengan kerusakan tulang
degeneratif tulang rawan yang progresif pada sendi

Osteomielitis Radang tulang karena infeksi piogenik

Osteopetrosis Peningkatan kepadatan tulang lunak atipikal

Osteoporosis Kehilangan kepadatan tulang

Artritis reumatoid Penyakit kolagen inflamasi kronis, sitemik

Tumor Pertumbuhan jaringan baru dengan proliferasi sel tidak


terkendali

Chondrosarcoma Tumor ganas yang timbul dari tulang rawan

Enchodroma Tumor jinak dari tulang rawan

Ewing sarcoma Tumor ganas yang timbul di jaringan meduler

Osteosarcoma Tumor ganas primer dengan pembentukan tulang atau


kartilago

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016


52 Teknik Radiografi Non Kontras 1

4. Persiapan Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang perlu disiapkan pada pemeriksaan radiografi
humerus adalah sebagai berikut:
a. Pesawat sinar–X siap pakai
b. Image Receptor (IR) / kaset radiografi dan film ukuran 14 × 17 inci (35 ×
43 cm) memanjang
c. Marker, plester dan gunting
d. Plat timbal
e. Grid / bucky
f. Meteran
g. Apron
h. Alat fiksasi (bantal pasir dan bantal busa)

5. Persiapan Pasien
Persiapan pasien yang perlu dilakukan adalah melepas benda logam
atau benda lain pada daerah yang akan diperiksa. Pastikan tidak ada benda
lain pada lengan atas pasien yang akan diperiksa untuk mengurangi artefak
pada citra.

6. Posisi Pasien dan Posisi Objek


Pasien dapat diposisikan berdiri tegak atau tidur terlentang pada meja
pemeriksaan dengan menempelkan lengan atas dalam bidang yang sejajar.
Gunakan grid/bucky untuk melakukan pemeriksaan humerus karena
merupakan organ yang tebal.
a. Proyeksi AP (Berdiri tegak)
1) Atur pasien dalam posisi duduk tegak atau berdiri menghadap
tabung sinar-X
2) Abduksikan lengan dan atur telapak tangan mengarah kedepan
3) Bidang koronal yang melewati epikondilus harus sejajar dengan
bidang IR untuk proyeksi AP (Gambar 2.15).
4) Gunakan pelindung gonad untuk melindungi organ vital
b. Proyeksi Lateral (Lateromedial, mediolateral berdiri tegak)
1) Atur pasien dalam posisi duduk tegak atau berdiri menghadap
tabung sinar-X. Posisikan tubuh miring atau menghadap ke arah
menjauh dari IR
2) Jika dikontraindikasikan kemungkinan patah tulang, putar lengan
secara internal, keluarkan siku 900, dan letakkan tangan anterior
pasien di pinggul.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 53

3) Bidang koronal yang melewati epikondilus harus tegak lurus


dengan bidang IR / kaset
4) Pasien dengan klinis patah sebaiknya diposisikan dengan proyeksi
mediolateral. Arahkan pasien yang duduk atau berdiri ke arah IR
dan miringkan bagian dada sesuai kebutuhan untuk
menyelaraskan humerus. Atur pasien untuk memegang atau
menyangga tangan yang patah (Gambar 2.16 dan 2.17).
5) Gunakan pelindung gonad untuk melindungi organ vital

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.15

Posisi objek untuk proyeksi AP (Berdiri Tegak) humerus

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.16

Posisi objek untuk proyeksi lateromedial humerus


54 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.17

Posisi objek untuk proyeksi mediolateral humerus

c. Proyeksi AP (Terlentang)
1) Dengan pasien dalam posisi terlentang, sesuaikan IR untuk
memasukkan seluruh panjang humerus
2) Gunakan bantalan pasir untuk menaikan bahu dari meja
pemeriksaan untuk menempatkan lengan yang berada pada IR
atau naikkan lengan dan IR pada bantalan pasir.
3) Jika ada kontraindikasi, putar tangan sehingga bagian telapak
tangan berada di depan dan rentangkan siku, putar ekstremitas
untuk menempatkan epikondilus sejajar dengan bidang IR
(Gambar 2.18).
4) Gunakan pelindung gonad untuk melindungi organ vital
d. Proyeksi Lateral (Terlentang)
1) Atur pasien dalam posisi terlentang dengan humerus berada di
tengah IR, atau gunakan bucky yang terletak di bawah meja
pemeriksaan. Berikan bantalan pada tangan yang akan dilakukan
pemeriksaan.
2) Pasien dengan indikasi fraktur, atur pasien dalam posisi telentang,
letakkan IR dekat dengan ketiak, dan pusatkan humerus ke garis
tengah IR (Gambar 2.19).
3) Jika kontraindikasi, keluarkan siku, putar permukaan ibu jari tangan
ke atas, dan sandarkan humerus pada penyangga yang sesuai.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 55

4) Sesuaikan posisi tubuh dengan menempatkan bagian lateral


humerus sejajar dengan sinar pusat.
5) Gunakan pelindung gonad untuk melindungi organ vital

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.18

Posisi objek untuk proyeksi AP (terlentang) humerus

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.19

Posisi objek untuk proyeksi lateral (Terlentang) humerus


56 Teknik Radiografi Non Kontras 1

7. Teknik Penyinaran dan Eksposi


Teknik penyinaran yang dilakukan pada pemeriksaan radiografi
humerus sebagai berikut:
a. Proyeksi AP (Berdiri tegak)
1) Arah sinar horinzontal sejajar terhadap IR.
2) Atur titik bidik pada kolimasi pada pertengahan dari lengan atas.
3) Atur luas kolimasi berada pada 2 inchi (5 cm) sisi distal siku tangan
dan 1 inchi (2,5 cm) proksimal dari sendi bahu yang diperiksa.
4) Atur FFD pada jarak 100 cm
5) Gunakan focal spot kecil
6) Faktor eksposi yang diatur pada pemeriksaan radiografi humerus
proyeksi AP berdiri tegak adalah menggunakan tegangan tabung
sebesar 75 kV dan kuat arus tabung sebesar 5,6 mAs (modalitas
CR) atau 2,8 mAs (modalitas DR). Catatan untuk modalitas film
radiografi menggunakan tegangan tabung 70 kV dan kuat arus
sebesar 12 mAs, lihat Tabel 2.6.

Tabel 2.6

Faktor eksposi radiografi humerus proyeksi AP

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Film CR DR
75 12* 5,6 2,8
*untuk penggunaan kV 70

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2003 dan 2016

b. Proyeksi Lateral (Lateromedial, mediolateral berdiri tegak)


1) Arah sinar horinzontal sejajar terhadap IR.
2) Atur titik bidik kolimasi pada pertengahan dari lengan atas.
3) Atur luas kolimasi berada pada 2 inchi (5 cm) sisi distal siku tangan
dan 1 inchi (2,5 cm) proksimal dari sendi bahu yang diperiksa.
4) Atur FFD pada jarak 100 cm
5) Gunakan focal spot kecil
6) Faktor eksposi yang diatur pada pemeriksaan radiografi humerus
proyeksi Lateral (Lateromedial, mediolateral berdiri tegak) adalah
menggunakan tegangan tabung sebesar 75 kV dan kuat arus
tabung sebesar 5,6 mAs (modalitas CR) atau 2,8 mAs (modalitas
Teknik Radiografi Non Kontras 1 57

DR). Catatan untuk modalitas film radiografi menggunakan


tegangan tabung 70 kV dan kuat arus sebesar 12 mAs, lihat Tabel
2.7.

Tabel 2.7

.Faktor eksposi radiografi humerus proyeksi lateral

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Konvensional CR DR
75 12* 5,6 2,8
* untuk penggunaan kV 70

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2003 dan 2016

c. Proyeksi AP (Terlentang)
1) Arah sinar Vertikal tegak lurus terhadap IR.
2) Atur titik bidik kolimasi pada pertengahan dari lengan atas.
3) Atur luas kolimasi berada pada 2 inchi (5 cm) sisi distal siku tangan
dan 1 inchi (2,5 cm) proksimal dari sendi bahu yang diperiksa.
4) Atur FFD pada jarak 100 cm
5) Gunakan focal spot kecil
6) Faktor eksposi yang diatur pada pemeriksaan radiografi humerus
proyeksi AP (Terlentang) adalah menggunakan tegangan tabung
sebesar 75 kV dan kuat arus tabung sebesar 5,6 mAs (modalitas
CR) atau 2,8 mAs (modalitas DR). Catatan untuk modalitas film
radiografi menggunakan tegangan tabung 70 kV dan kuat arus
sebesar 12 mAs, lihat Tabel 2.8.

Tabel 2.8

Faktor eksposi radiografi humerus proyeksi lateral

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Konvensional CR DR
75 12* 5,6 2,8
* untuk penggunaan kV 70

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2003 dan 2016


58 Teknik Radiografi Non Kontras 1

d. Poyeksi Lateral (Lateromedial terlentang)


1) Arah sinar horizontal sejajar terhadap IR.
2) Atur pertengahan kolimasi pada pertengahan dari lengan atas.
3) Atur kolimasi berada pada 2 inchi (5 cm) sisi distal siku tangan dan
1 inchi (2,5 cm) proksimal dari sendi bahu yang diperiksa.
4) Atur FFD pada jarak 100 cm
5) Gunakan focal spot kecil
6) Faktor eksposi yang diatur pada pemeriksaan radiografi humerus
proyeksi Lateral (Lateromedial terlentang) adalah menggunakan
tegangan tabung sebesar 75 kV dan kuat arus tabung sebesar 5,6
mAs (modalitas CR) atau 2,8 mAs (modalitas DR). Catatan untuk
modalitas film radiografi menggunakan tegangan tabung 70 kV
dan kuat arus sebesar 12 mAs, lihat Tabel 2.9.

Tabel 2.9

Faktor eksposi radiografi humerus proyeksi lateral

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Konvensional CR DR
75 12* 5,6 2,8
* untuk penggunaan kV 70

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2003 dan 2016

8. Kriteria dan Hasil Citra Radiografi


Kriteria radiografi tulang humerus dapat dilihat pada penjelasan di
setiap proyeksi berikut:
a. Proyeksi AP (Berdiri tegak)
1) Proyeksi AP berdiri tegak yang tepat menunjukkan tulang
humerus, sendi bahu, dan proksimal dari tulang radius dan ulna
(Gambar 2.20).
2) Kolimasi yang tepat menunjukkan lengan atas, sendi siku dan
bahu.
3) Visibilitas maksimal epikondilus tanpa rotasi
4) Kaput humerus dan tuberkulum lebih besar
5) Garis besar tuberkulum kecil, terletak di antara kepala humerus
dan tuberkulum mayor
6) Berkas sinar mengakibatkan distorsi sendi siku
Teknik Radiografi Non Kontras 1 59

7) Kecerahan dan kontras gambar serupa dari humerus proksimal


dan distal
8) Detail jaringan lunak dan tulang trabekuler
b. Proyeksi Lateral (Lateromedial, mediolateral berdiri tegak)
1) Bukti kolimasi yang tepat menunjukkan tulang humerus, sendi
bahu, dan proksimal dari tulang radius dan ulna (Gambar 2.21).
2) Epikondilus yang superposisi
3) Profil tuberkulum kecil pada aspek medial
4) Tuberkel yang lebih besar ditumpangkan di atas kepala humerus
5) Berkas sinar mengakibatkan distorsi sendi siku
6) Kecerahan dan kontras gambar serupa dari humerus proksimal
dan distal
7) Detail jaringan lunak dan tulang trabekuler

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.20

Citra radiografi humerus proyeksi AP (berdiri tegak)


60 Teknik Radiografi Non Kontras 1

c. Proyeksi AP (Terlentang)
1) Proyeksi AP berdiri tegak yang tepat menunjukkan tulang
humerus, sendi bahu, dan proksimal dari tulang radius dan ulna
(Gambar 2.22).
2) Kolimasi yang tepat menunjukkan lengan atas, sendi siku dan
bahu.
3) Visibilitas maksimal epikondilus tanpa rotasi
4) Profil kepala humerus dan tuberkulum lebih besar
5) Garis besar tuberkulum kecil, terletak di antara kepala humerus
dan tuberkulum mayor
6) Berkas sinar mengakibatkan distorsi sendi siku
7) Kecerahan dan kontras gambar serupa dari humerus proksimal
dan distal
8) Detail jaringan lunak dan tulang trabekuler

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.21

Citra radiografi humerus proyeksi lateral (berdiri tegak)


Teknik Radiografi Non Kontras 1 61

d. Proyeksi Lateral (Terlentang)


1) Bukti kolimasi yang tepat (Gambar 2.23)
2) Humerus distal
3) Epikondilus yang ditumpangkan
4) Detail jaringan lunak dan tulang trabekuler

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.22

Citra radiografi humerus proyeksi AP (terlentang)


62 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.23

Citra radiografi humerus proyeksi lateral (terlentang)

9. Evaluasi
Mahasiswa mencocokan radiograf yang telah dibuat dengan kriteria
radiografi menggunakan form evaluasi radiograf (PIMA-CIADS).
Lakukan penilaian dengan membandingkan radiograf yang Anda buat
dengan kriteria yang ada di buku ajar. Penilaian mencakup ketepatan dan
alasan masing-masing pada aspek: proyeksi, identitas radiograf, marker,
kolimasi, kualitas citra, anataomi dan patologi, tingkat penerimaan radiograf
secara diagnostik.

D. TEKNIK RADIOGRAFI SKAPULA

Pemeriksaan radiografi skapula merupakan pemeriksaan yang umum


dilakukan di Instalasi Radiologi. Kasus yang sering dihadapi oleh radiografer
adalah trauma. Perlunya penggunaan marker dalam pemeriksaan ini karena
objek kiri dan kanan yang sama. Proyeksi yang umum dilakukan adalah
proyeksi AP dan lateral.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 63

1. Pengertian
Teknik Radiografi Skapula adalah teknik pemeriksaan radiografi pada
daerah tulang skapula yang berada pada belakang tulang rusuk bagian atas
menggunakan berbagai proyeksi yang dilakukan degan pesawat sinar-X.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menampakkan citra tulang skapula dan
jaringan lunak di sekitar tulang tersebut.

2. Anatomi dan Fisiologi


Skapula diklasifikasikan sebagai tulang pipih yang terbentuk oleh
bagian belakang tulang bahu. Berbentuk triangguler, skapula memiliki dua
permukaan, tiga garis tepi dan tiga sudut (Gambar 2.24). Terletak pada
superoposterior tulang dada antara tulang rusuk kedua dan tulang rusuk
ketujuh, garis tepi bagian medial scapula paralel dengan kolum vertebrae.
Bagian tubuh tulang melengkung dari atas ke bawah mempunyai kekuatan
yang lebih besar, dan permukaannya berfungsi sebagai tempat sejumlah
otot. Tulang datar pada skapula terletak pada sudut 45-60 derajat dari posisi
anatomi.
Permukaan kostal (anterior) skapula sedikit cekung dan terdapat
subskspular fossa. Bagian ini berisi hampir seluruhnya oleh otot
subskapularis. Permukaan dorsal (posterior) dibagi menjadi dua oleh
prosesus spinosus prominen. Area di atas tulang belakang disebut fossa
supraspinosus dan menjadi pangkal otot supraspinatus. Otot infraspinotus
muncul dari bagian bawah tulang belakang. Otot teres minor muncul dari
dua pertiga atas dari garis tepi lateral permukaan dorsal, dan otot teres
mayor muncul dari sepertiga distal dan sudut inferior. Permukaan dorsal dari
garis tepi medial merupakan tempat otot levator skapula, otot romboir besar
dan otot romboid kecil.
Garis tepi superior meluas dari sudut atas sampai prosesus korakoid dan
pada ujung lateral mempunyai rongga yang dalam, yaitu skapular notch.
Garis tepi medial meluas dari sudut atas sampai bawah. Garis tepi lateral
meluas dari glenoid kaviti sampai sudut dalam.
Sudut atas terbentuk oleh pertemuan antara garis tepi atas dan garis
tepi dalam. Sudut dalam dibentuk oleh pertemuan tulang belakang bagisn
dalam dan garis tepi luar dan terletak pada tulang rusuk ketujuh. Sudut luar,
Bagian paling tebal dari badan skapula, berakhir pada sesuatu yang dangkal,
yang disebut glenoid kaviti. Regio terbtas yang mengelilingi glenoid kaviti
disebut leher skapula. Prosesus korakoid muncul dari basis yang tebal yang
meluas dari skapular notch sampai bagian superior dari leher skapula.
64 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Prosesus pertama ini memproyeksikan secara anterior dan secara medial dan
kemudian melengkung untuk memproyeksikan secara lateral. Prosesus
korakoid dapat diraba tepat pada bagian bawah sedikit dalam ke sendi
akromioklavikular. Akromion, prosesus korakoid, sudut atas, dan sudut bawah
merupakan area umum untuk radiografi bahu.

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.24

Anatomi tulang skapula

3. Indikasi dan Kontra Indikasi Pemeriksaan


Beberapa indikasi dilakukannya pemeriksaan radiografi pada skapula
dapat dilihat pada Tabel 2.10 berikut. Untuk kontra indikasi secara umum
tidak ada. Pemeriksaan ini termasuk pemeriksaan radiografi yang relatif aman
karena dosis radiasinya yang rendah, disamping itu tentu saja sinar-X dapat
memberikan manfaat yang lebih besar yakni untuk mendiagnosis suatu
kelainan patologis.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 65

Tabel 2.10

Indikasi pemeriksaan radiografi skapula

Indikasi Definisi
Bursitis Peradangan pada bursa
Dislokasi Perpindahan tulang dari sendi
Fraktur Gangguan kontinuitas tulang
Hill-Sachs defect Fraktur pada caput humerus sisi posterolateral yang
disertai dislokasi
Metastasis Perpindahan lesi kanker dari satu area ke area yang
lain
Osteoarthritis atau Penyakit Bentuk peradangan ditandai dengan kerusakan
degeneratif sendi tulang rawan yang progresif pada sendi dan vertebra
Osteopetrosis Peningkatan kepadatan tulang lunak apikal
Osteoporosis Kehilangan kepadatan tulang
Rheumatoid Arthritis Kronik, sistemik, peradangan kolagen
Tendinitis Peradangan pada tendon
Tumor condrosarcoma Pertumbuhan jaringan baru dimana pertumbuhan sel
tidak terkontrol
Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

4. Persiapan Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada teknik radiografi skapula antara
lain:
a) Pesawat sinar–X siap pakai
b) Image reseptor / Kaset radiografi dan film ukuran 24x30 cm
c) Marker, plester dan gunting
d) Plat timbal
e) Meteran
f) Grid / bucky
g) Apron
h) Alat fiksasi (bantal pasir dan bantal busa)

5. Persiapan Pasien
Persiapan pasien yang perlu dilakukan adalah melepas benda logam
atau benda lain pada daerah yang akan diperiksa. Pastikan tidak ada benda
lain pada daerah skapula atau bahu pasien yang akan diperiksa. Khusus
pasien perempuan, diminta melepas bra untuk menghindari tertutupnya
daerah skapula dengan benda asing dan pasien diminta untuk ganti baju
dengan baju pasien yang sudah disediakan.
66 Teknik Radiografi Non Kontras 1

6. Posisi Pasien dan Posisi Objek


Pasien dapat diposisikan berdiri tegak atau tidur terlentang pada meja
pemeriksaan dengan menempelkan punggung dalam bidang yang sejajar.
Gunakan grid / bucky untuk melakukan pemeriksaan skapula karena
merupakan organ yang tebal.
a. Proyeksi AP
1) Tempatkan pasien pada posisi berdiri atau berbaring. Posisi berdiri
dipilih jika bahu terasa sakit.
2) Sesuaikan tubuh pasien, dan pusatkan skapula pada pertengahan
grid.
3) Abduksikan lengan ke sudut yang tepat pada tubuh untuk
menggambarkan skapula secara lateral. Tekuk sendi lengan, dan
pastikan tangan pada posisi yang nyaman (Gambar 2.25).
4) Untuk proyeksi ini, jangan merotasikan tubuh ke sisi yang terkena
karena kemiringan yang dihasilkan akan menutup gambaran
skapula secara lateral.
5) Batas atas kaset 2 inchi (5 cm) di atas bahu.
6) Eksposi selama nafas yang pelan untuk menampakkan detail paru-
paru.

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.25

Posisi objek untuk proyeksi AP skapula


Teknik Radiografi Non Kontras 1 67

b. Proyeksi RAO atau LAO


1) Tempatkan pasien pada posisi tegak, berdiri atau duduk,
menghadap grid vertikal.
2) Posisi telungkup dapat digunakan, tetapi proyeksinya lebih sulit
untuk dilakukan. Posisi berbaring juga bisa dilakukan: walaupun,
skapula mengalami perbesaran.
3) Sesuaikan tubuh pasien pada posisi RAO atau LAO, dengan
skapula terpusat pada grid. Rata-rata pasien memerlukan rotasi
45-60 derajat dari bidang kaset (Gambar 2.26).
4) Tempatkan lengan ke salah satu dari dua posisi menurut area
skapula yang akan ditampakkan.
5) Untuk penggambaran akromion dan prosesus korakoid dari
skapula, pasien harus melipat sendi siku dan menempatkan tangan
belakang pada rongga dada belakang pada tingkat yang cukup
untuk mencegah humerus superposisi dengan skapula. Mazujian
menyarankan bahwa pasien menempatkan lengan menyilangi
dada atas dengan cara menggenggam bahu yang berlawanan.
6) Untuk menampakkan tubuh skapula, mintalah pasien untuk
mengulurkan lengan ke atas dan meletakkan lengan bawah pada
kepala atau menyilang dada depan dengan menggenggam bahu
yang berlawanan.
7) Setelah menempatkan lengan pada posisi ini, raba garis tepi dalam
dan luar dari skapula berada diantara ibu jari dan jari-jari pada
satu tangan. Buat penyesuaian terakhir pada perputaran tubuh
skapula, tempatkan tubuh skapula tegak lurus dengan bidang
kaset.

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.26

Posisi objek untuk proyeksi RAO skapula


68 Teknik Radiografi Non Kontras 1

7. Teknik Penyinaran dan Eksposi


Teknik penyinaran yang dilakukan pada pemeriksaan radiografi skapula
sebagai berikut :
a. Proyeksi AP
1) Arah sinar tegak lurus menuju pada pertengahan skapula pada
poin kira kira 2 inchi (5 cm) di bawah prosesus korakoid.
2) Kolimasi sesuai dengan 10 x 12 inchi (24 x 30 cm) pada kolimator.
3) Atur FFD pada jarak 100 cm.
4) Gunakan focal spot kecil.
5) Faktor eksposi yang diatur pada pemeriksaan radiografi skapula
adalah menggunakan tegangan tabung sebesar 70 kV dan kuat
arus tabung sebesar 2,5 mAs (modalitas CR) atau 1,5 mAs
(modalitas DR). Catatan untuk modalitas film radiografi
menggunakan tegangan tabung 85 kV dan kuat arus sebesar 5
mAs, lihat Tabel 2.11.

Tabel 2.11

Faktor eksposi radiografi skapula proyeksi AP

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Film CR DR
70 5* 2,5 1,5
*untuk penggunaan kV 85

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2003 dan 2016

b. Proyeksi RAO atau LAO


1) Arahkan titik bidik tegak lurus dengan tepi midmedial skapula.
2) Setel pada 12 inchi (30 cm)pada panjang dan I inchi (2,5 cm) dari
bayangan lateral.
3) Sesuaikan kolimator dengan ukuran 24 x 30 cm.
4) Atur FFD pada jarak 100 cm.
5) Gunakan focal spot kecil.
6) Faktor eksposi yang diatur pada pemeriksaan radiografi skapula
adalah menggunakan tegangan tabung sebesar 70 kV dan kuat
arus tabung sebesar 2,5 mAs (modalitas CR) atau 1,5 mAs
(modalitas DR). Catatan untuk modalitas film radiografi
menggunakan tegangan tabung 85 kV dan kuat arus sebesar 5
mAs, lihat Tabel 2.12.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 69

Tabel 2.12

Faktor eksposi skapula proyeksi RAO atau LAO

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Film CR DR
70 5* 2,5 1,5
*untuk penggunaan kV 85

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2003 dan 2016

8. Kriteria dan Hasil Citra Radiografi


Kriteria radiografi tulang skapula dapat dilihat pada penjelasan di setiap
proyeksi berikut:
a. Proyeksi AP
1) Menampakkan kolimasi yang tepat (Gambar 2.27).
2) Bagian lateral skapula terbebas dari tulang rusuk.
3) Skapula horisontal dan tidak miring.
4) Detail skapula melewati paru dan tulang rusuk yang superposisi
(pernafasan yang dangkal dapat menampakkan detail paru paru).
5) Akromion dan sudut inferior.
6) Jaringan lunak dan detail trabekular tulang.

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.27

Citra radiografi skapula proyeksi AP


70 Teknik Radiografi Non Kontras 1

b. Proyeksi RAO atau LAO


1) Penampakan kolimasi yang tepat (Gambar 2.28).
2) Garis tepi luar dan dalam super posisi.
3) Tidak ada super posisi antara tubuh skapula dengan tulang rusuk.
4) Termasuk akromion dan sudut inferior.
5) Ketebalan luar skapula dengan pencahayaan yang tepat.
6) Jaringan lunak dan detail rabekular tulang.

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.28

Citra radiografi skapula proyeksi RAO

9. Evaluasi
Mahasiswa mencocokan radiograf yang telah dibuat dengan kriteria
radiografi menggunakan form evaluasi radiograf (PIMA-CIADS). Lakukan
penilaian dengan membandingkan radiograf yang Anda buat dengan kriteria
yang ada di buku ajar. Penilaian mencakup ketepatan dan alasan masing-
masing pada aspek: proyeksi, identitas radiograf, marker, kolimasi, kualitas
citra, anataomi dan patologi, tingkat penerimaan radiograf secara diagnostik.

E. TEKNIK RADIOGRAFI TULANG KLAVIKULA

Pemeriksaan radiografi klavikula merupakan pemeriksaan umum yang


sering dilakukan di Instalasi Radiologi. Kasus yang sering ditemukan pada
pemeriksaan radiografi klavikula adalah kasus akibat trauma. Perlunya
penggunaan marker dalam pemeriksaan ini karena objek kiri dan kanan yang
Teknik Radiografi Non Kontras 1 71

berbentuk sama. Dalam pemeriksaan ini harus memperlihatkan seluruh


bagian klavikula mulai dari ekstremitas akromial sampai ekstremitas sternal.

1. Pengertian
Teknik radiografi klavikula adalah teknik pemeriksaan pada daerah
bahu menggunakan pesawat sinar-X untuk menghasilkan citra tulang,
jaringan lunak serta kelainan patologis .

2. Anatomi dan Fisiologi


Klavikula termasuk dalam tulang panjang yang terletak secara horizontal
tepat di atas tulang kostae pertama dan membentuk bagian anterior
persendian bahu. Pada aspek lateral klavikula, terdapat ekstremitas akromial
yang bersendi dengan akromion tulang skapula. Aspek medial klavikula,
terdapat ekstremitas sternal yang bersendi dengan manubrium sternum serta
tulang rawan kostae pertama (Gambar 2.29). Klavikula yang berfungsi sebagai
titik tumpu gerakan lengan, berbentuk melengkung dua kali lipat daripada
tulang lain sehingga mempunyai kekuatan yang lebih besar. Bentuk
lengkungan klavikula lebih besar pada laki-laki daripada perempuan.

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.29

Anatomi tulang klavikula

3. Indikasi dan Kontra Indikasi Pemeriksaan


Terdapat beberapa indikasi pemeriksaan radiografi tulang klavikula
antara lain:
72 Teknik Radiografi Non Kontras 1

a. Kontusio Muskuler
Kontusio merupakan istilah yang digunakan untuk cedera pada jaringan
lunak akibat dati kekerasan atau trauma tumpul yang langsung
mengenai jaringan, seperti : pukulan, tendangan, dan jatuh.
b. Dislokasi
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang tulang yang membentik sendi
tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi).
c. Fraktur
Fraktur adalah patah atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang.
Fraktur dapat terjadi jika tulang dikenai tekanan yang lebih besar dari
kemampuannya untuk mengabsorbsi tekanan tersebut.
d. Distal Clavicular Osteolysis (DCO)
Merupakan penyakit yang sering terjadi pada atlet angkat besi yaitu
pada bagian sendi acromioclavicular joint karena tekanan yang tinggi
pada pertemuan clavicula dengan acromion.
e. Degenerasi Tulang Klavikula
Merupakan penipisan tulang yang abnormal pada os clavicula yang
ditandai oleh berkurangnya massa dan mineral tulang sehingga
menyebabkan kondisi tulang menjadi rapuh, keropos, dan mudah
patah.

Untuk kontra indikasi secara umum tidak ada. Pemeriksaan ini termasuk
pemeriksaan radiografi yang relatif aman karena dosis radiasinya yang
rendah, disamping itu tentu saja sinar-X dapat memberikan manfaat yang
lebih besar yakni untuk mendiagnosis suatu kelainan patologis.

4. Persiapan Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada teknik radiografi klavikula antara
lain:
a. Pesawat sinar–X siap pakai
b. Image Receptor (IR) / Kaset radiografi dan film radiografi ukuran 18x24
cm
c. Marker, plester dan gunting
d. Meteran
e. Apron
f. Alat fiksasi (bantal pasir dan bantal busa)
Teknik Radiografi Non Kontras 1 73

5. Persiapan Pasien
Persiapan pasien yang perlu dilakukan adalah melepas benda logam
atau benda lain pada daerah yang akan diperiksa. Pastikan tidak ada benda
lain pada daerah klavikula atau punggung pasien yang akan diperiksa. Khusus
pasien perempuan, diminta melepas bra untuk menghindari tertutupnya
daerah klavikula dengan benda asing dan pasien diminta untuk ganti baju
dengan baju pasien yang sudah disediakan.

6. Posis Pasien dan Posisi Objek


Pasien diposisikan berdiri atau duduk menghadap ke tabung pesawat
sinar-X. Apabila pasien tidak dapat berdiri bisa juga dalam posisi supine
diatas meja pemeriksaan. Proyeksi rutin yang dipergunakan adalah Antero
Posterior Axial (AP Axial), dengan dua posisi yakni lordotik dan supine.
a. Posisi Lordotik
1) Atur tubuh pasien dalam posisi lordotik dengan kepala, leher dan
bahu menempel pada IR/kaset.
2) Leher pasien fleksi maksimal.
3) Tempatkan klavikula di tengah IR/kaset.
4) Posisi IR/kaset melintang, dengan batas atas kaset 3-4 cm di atas
prosesus akromion, dan pastikan sternoclavicular joint hingga
prosesus akromion masuk dalam IR/kaset.
5) Berikan arahan kepada pasien untuk dalam keadaan rileks
sehingga menghindari pergerakan dan bahu tidak terangkat.
6) Atur kolimasi seluas 18x24 cm.
b. Posisi Supine
1) Apabila pasien tidak dapat berdiri, atur posisi pasien supine diatas
meja pemeriksaan.
2) Tempatkan klavikula di tengah IR/kaset.
3) Posisi IR/kaset melintang, dengan batas atas kaset 3-4 cm di atas
prosesus akromion, dan pastikan sternoclavicular joint hingga
prosesus akromion masuk dalam IR/kaset.
4) Berikan arahan kepada pasien untuk dalam keadaan rileks
sehingga menghindari pergerakan dan bahu tidak terangkat
(Gambar 2.24).
5) Atur kolimasi seluas 18x24 cm
74 Teknik Radiografi Non Kontras 1

A B
Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.30

Posisi objek untuk proyeksi AP axial Klavikula

A. Posisi Lordotik B. Posisi Supine

7. Teknik Radiografi
Pengaturan teknik radiografi pada proyeksi AP Axial adalah sebagai
berikut:
a. Posisi Lordotik, arah sinar disudutkan 0-15o ke arah cephalad
b. Posisi Supine, arah sinar disudutkan 15-30 o ke arah cephalad
c. Atur pertengahan kolimasi berada pada mid klavikula (titik tengah
antara prosesus akromion dan sternoclavicular joint pada pertengahan
os klavikula)
d. Atur FFD pada jarak 100 cm
e. Gunakan focal spot kecil
f. Faktor eksposi yang diatur pada pemeriksaan radiografi klavikula adalah
menggunakan tegangan tabung sebesar 81 kV dan kuat arus tabung
sebesar 10 mAs (modalitas CR) atau 5 mAs (modalitas DR). Catatan
untuk modalitas film radiografi menggunakan tegangan tabung 70 kV
dan kuat arus sebesar 15 mAs, lihat Tabel 2.13.
g. Berikan aba-aba eksposi inspirasi penuh dan tahan nafas
Teknik Radiografi Non Kontras 1 75

Tabel 2.13

Faktor eksposi klavikula proyeksi AP axial

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) film CR DR
81 10* 10 5
*untuk penggunaan kV 70

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2003 dan 2016

8. Kriteria dan Hasil Citra Radiografi


Kriteria radiografi tulang klavikula dilihat pada penjelasan sebagai
berikut:
a. Kolimasi tepat
b. 3/4 bagian dari tulang klavikula tampak diatas tulang kostae pertama
c. Bagian medial klavikula superposisi dengan tulang skapula dan tulang
kostae pertama atau kedua
d. Klavikula dalam posisi horisontal
e. Tampak seluruh bagian klavikula mulai dari artikulasio
akromioklavikularis sampai sternoklavikularis
f. Detail jaringan lunak dan trabekular tulang tampak

Sumber : Mc Quillen, 2015

Gambar 2.31

Citra radiografi klavikula proyeksi AP axial


76 Teknik Radiografi Non Kontras 1

9. Evaluasi
Mahasiswa mencocokan radiograf yang telah dibuat dengan kriteria
radiografi menggunakan form evaluasi radiograf (PIMA-CIADS). Lakukan
penilaian dengan membandingkan radiograf yang Anda buat dengan kriteria
yang ada di buku ajar. Penilaian mencakup ketepatan dan alasan masing-
masing pada aspek: proyeksi, identitas radiograf, marker, kolimasi, kualitas
citra, anataomi dan patologi, tingkat penerimaan radiograf secara diagnostik.

LATIHAN

Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas!

1) Jelaskan pengertian pemeriksaan radiografi non kontras!


2) Sebutkan lima indikasi pemeriksaan radiografi antebrahi!
3) Jelaskan proyeksi yang dilakukan pada pemeriksaan radiografi humerus!
4) Sebutkan alat dan bahan yang digunakan pada pemeriksaan skapula
radiografi!
5) Jelaskan kriteria hasil citra radiografi tulang kalvikula!

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan latihan di atas, berikut


petunjuk yang harus Anda kerjakan:
1) Anda dapat menjelaskan dengan memahami istilah yang digunakan
dalam pemeriksaan radiografi ekstremitas atas.
2) Anda dapat dapat membaca kembali bagian modul yang membahas
tentang indikasi pemeriksaan-pemeriksaan radiografi ekstremitas atas.
3) Anda dapat menjelaskan dengan memahami proyeksi yang dilakukan
pada pemeriksaan-pemeriksaan radiografi ekstremitas atas.
4) Anda dapat menjelaskan dengan mempelajari alat dan bahan yang
digunakan pada pemeriksaan-pemeriksaan radiografi ekstremitas atas.
5) Anda dapat memahami dengan mempelajari hasil citra radiografi
pemeriksaan-pemeriksaan radiografi ekstremitas atas.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 77

RINGKASAN

Pemeriksaan radiografi manus secara umum menggunakan proyeksi


Posterio Anterior, Lateral dan Oblik. Hasil radiograf minimal dapat
menampilkan tulang-tulang kelima digit jari tangan, tulang metacarpal,
tulang-tulang karpalia serta sepertiga distal dari antebrahi.
Pemeriksaan radiografi antebrahi terdiri dari proyeksi AP dan Lateral.
Kriteria utama radiograf dari teknik radiografi antebrahi dapat
memperlihatkan kedua sendi yaitu pergelangan tangan dan siku serta
dapat memperlihatkan detail dari trabekula tulang dan jaringan lunak.
Pemeriksaan radiografi humerus terdiri dari proyeksi AP dan Lateral.
Kriteria utama radiograf dari teknik radiografi humerus dapat
memperlihatkan kedua sendi yaitu siku dan sendi bahu serta dapat
memperlihatkan detail dari trabekula tulang dan jaringan lunak.
Pemeriksaan radiografi skapula terdiri dari proyeksi AP dan Lateral.
Posisi pasien pada pemeriksaan ini adalah berdiri atau telentang. Kriteria
utama dapat menampakkan keseluruhan tulang dan jaringan lunak yang
berada pada skapula.
Pemeriksaan Radiografi Klavikula dilakukan dengan proyeksi AP Axial
dengan penyudutan arah sinar sebesar 15-30 derajat cephalad. Kriteria
utama radiografi klavikula adalah tampak seluruh bagian klavikula, pada
bagian medial superposisi dengan tulang skapula dan tulang kostae
pertama.
78 Teknik Radiografi Non Kontras 1

TES 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Seorang pasien perempuan, umur 38 tahun, datang ke bagian radiologi


dengan membawa permintaan pemeriksaan radiografi manus. Pada
permintaan tersebut tertulis diagnosis fraktur pada metacarpal II. Pada
salah satu proyeksi, radiografer mengatur posisi telapak tangan
menempel ke kaset.
Berapa derajatkah arah sinar terhadap kaset pada proyeksi tersebut?
A. 90
B. 0
C. 45
D. 30
E. 60

2) Seorang pasien perempuan, umur 38 tahun, datang ke bagian radiologi


dengan membawa permintaan pemeriksaan radiografi manus. Pada
permintaan tersebut tertulis diagnosis fraktur pada metacarpal II. Pada
salah satu proyeksi, radiografer mengatur posisi telapak tangan
menempel ke kaset.
Berapakah ukuran kaset yang tepat digunakan pada proyeksi tersebut?
A. 18x24
B. 24x30
C. 35x35
D. 30x40
E. 35x43

3) Seorang pasien laki laki, umur 21 tahun, datang ke bagian radiologi


dengan membawa permintaan pemeriksaan radiografi antebrahi. Pada
permintaan tersebut tertulis diagnosis fraktur 1/3 proksimal tangan
kanan.
Apakah proyeksi yang dibuat oleh Radiografer untuk kasus tersebut?
A. Antebrahi PA dan lateral
B. Antebrahi PA dan obliq
C. Antebrahi AP dan lateral
Teknik Radiografi Non Kontras 1 79

D. Antebrahi AP dan obliq


E. Antebrahi laeral dan obliq

4) Seorang pasien perempuan, umur 25 tahun, datang ke bagian radiologi


dengan membawa permintaan pemeriksaan radiografi antebrahi. Pada
permintaan tersebut tertulis diagnosis fraktur pada 1/3 distal tangan
kiri. Pada salah satu proyeksi, radiografer mengatur posisi telapak
tangan menempel ke kaset.
Berapakah ukuran kaset yang tepat digunakan pada proyeksi tersebut?
A. 18x24
B. 24x30
C. 35x35
D. 30x40
E. 35x43

5) Seorang pasien laki-laki, umur 27 tahun, datang ke instalasi radiologi


dengan membawa permintaan pemeriksaan radiografi humerus. Pada
permintaan tersebut tertulis diagnosis fraktur pada 1/3 distal. Kondisi
lengan atas pasien tidak bisa digerakan.
Apakah proyeksi yang dibuat oleh Radiografer untuk kasus tersebut?
A. Proyeksi AP dan Lateral Berdiri Tegak
B. Proyeksi AP dan Mediolateral
C. Proyeksi AP dan Lateronedial
D. Proyeksi AP dan Lateral Terlentang
E. Proyeksi AP

6) Seorang pasien perempuan, umur 39 tahun, datang ke ke instalasi


radiologi dengan membawa permintaan pemeriksaan humerus. Pada
permintaan tersebut tertulis trauma setelah mengalami kecelakaan.
Radiografer memposisikan pasien sesuai dengan proyeksi rutin yang di
gunakan.
Dimanakah titik bidik pemeriksaan tersebut?
A. 1/2 humerus
B. 1/3 distal humerus
C. 1/3 proksimal humerus
D. 1/4 distal humerus
E. 1/4 proksimal humerus
80 Teknik Radiografi Non Kontras 1

7) Seorang perempuan umur 30 tahun datang ke Radiologi membawa


lembar permintaan radiografi skapula dengan klinis pasien fraktur.
Dokter meminta radiograf dapat menampakkan scapula yang terbebas
dari tulang belakang. Proyeksi apakah yang digunakan untuk tujuan
tersebut?
A. AP dan lateral
B. AP, Lateral dan LPO
C. AP, LPO dan RPO
D. AP, LPO dan RAO
E. AP, RAO dan LAO

8) Seorang pasien laki-laki berumur 40 tahun datang ke bagian radiologi


dari bagian gawat darurat dengan membawa surat permintaan
pemeriksaan pemeriksaan radiografi skapula proyeksi RAO.
Bagaimanakah posisi pasien yang tepat pada proyeksi tersebut?
A. Telentang
B. Telungkup
C. Berdiri
D. Oblik
E. Duduk menyamping meja pemeriksaan

9) Seorang laki-laki berusia 36 tahun terjatuh dari pohon. Setelah


dilakukan pemeriksaan, dicurigai adanya fraktur pada klavikula sinistra.
Dokter pengirim meminta foto klavikula sinistra proyeksi AP Axial yang
dapat menunjukkan klavikula terbebas dari superposisi dengan costae
depan.
Bagaimanakah posisi pasien pemeriksaan pada kasus tersebut?
A. Lordotik
B. Supine
C. Recumbent
D. Semi supine
E. Lateral Decubitus
Teknik Radiografi Non Kontras 1 81

10) Seorang laki-laki berusia 36 tahun terjatuh dari pohon. Setelah


dilakukan pemeriksaan, dicurigai adanya fraktur pada klavikula sinistra.
Dokter pengirim meminta foto klavikula sinistra proyeksi AP Axial yang
dapat menunjukkan klavikula terbebas dari superposisi dengan costae
depan. Bagaimanakah pengaturan arah sinar pada pemeriksaan
tersebut?
A. Arah sinar 0-5° ke arah cephalad
B. Arah sinar 0-10° ke arahcephalad
C. Arah sinar 0-15° ke arah cephalad
D. Arah sinar 15-30° ke arah cephalad
E. Arah sinar 10-25° ke arah cephalad

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes 1 yang terdapat


di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan
rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Topik 1.

Jumlah Jawaban yangBenar


Tingkat penguasaan = ×100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Topik 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus
mengulangi materi Topik 1, terutama bagian yang belum dikuasai.
82 Teknik Radiografi Non Kontras 1

TOPIK 2

Teknik Radiografi Artikulasio


Ekstremitas Atas

P
emeriksaan radiografi artikulasio ekstremitas atas juga termasuk
pemeriksaan radiografi di rumah sakit atau klinik yang cukup sering
dihadapi oleh radiografer. Kasus trauma dan dislokasi adalah indikasi
pemeriksaan yang banyak ditemukan. Ketepatan mengatur faktor eksposi
akan mendukung kualitas citra radiografi sehingga akan meningkatkan nilai
diagnostik radiograf. Pemeriksaan radiografi yang dibahas mencakup
artikulasio radio karpalis, artikulasio kubiti, artikulasio humeri, artikulasio
klavikularis dan artikulasio sterno kalvikularis.

A. TEKNIK RADIOGRAFI ARTIKULASIO RADIO KARPALIS

Pemeriksaan radiografi radio karpalis merupakan pemeriksaan umum


yang sering dilakukan di Instalasi Radiologi. Kasus yang sering ditemukan
pada pemeriksaan radiografi artikulasio radio karpalis adalah kasus akibat
trauma. Perlunya penggunaan marker dalam pemeriksaan ini karena objek
kiri dan kanan yang berbentuk sama. Dalam pemeriksaan ini harus
memperlihatkan seluruh bagian sendi pergelangan tangan.

1. Pengertian
Teknik radiografi radio karpalis adalah teknik pemeriksaan pada daerah
pergelangan tangan menggunakan pesawat sinar-X untuk menghasilkan citra
tulang, jaringan lunak serta kelainan patologis

2. Anatomi dan Fisiologi


Pergelangan tangan terbentuk dari delapan tulang karpal yang
terpasang rapat dan terletak pada dua garis horisontal (lihat Gambar 2.32).
Karpal diklasifikasikan sebagai tulang pendek, struktur tulang karpal sebagian
besar terdiri dari jaringan kanselus dengan lapisan luar berupa jaringan
tulang kompak.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 83

Bagian proksimal karpal tersusun atas skafoid, lunatum, triquetrum dan


psiform, yang mana tulang-tulang tersebut ber-artikulasi dengan lengan
bawah. Sedangkan bagian distal karpal tersusun atas trapezium,
trapezoidium, kapitatum, dan hamatum. Setiap bagian tulang karpal memiliki
karakteristik yang berbeda. Sisi lateral karpal adalah skafoid yang merupakan
tulang terbesar di karpal proksimal, ciri lain dari skafoid memiliki tuberkel
pada sisi anterior dan sisi lateral untuk perlekatan otot. Skafoid akan teraba di
dekat pangkal ibu jari.
Lunatum berartikulasi dengan tulang jari di bagian proksimal dan
mudah dikenali karena dari bentuk bulan sabitnya. Triquetrum berbentuk
piramidal dan berartikulasi di anterior dengan hamatum. Bentuk pisiforms
adalah tulang berbentuk seperti kacang polong terletak di anterior
triquetrum dan mudah dipalpasi. Dimulai dari baris distal karpal di sisi lateral,
trapezium memiliki tuberkel dan alur di bagian anterior permukaan. Tuberkel
dari trapezium dan skafoid merupakan margin lateral dari alur karpal.
Trapesium memiliki permukaan yang lebih kecil di anterior daripada di
posterior.
Capitatum ber-artikulasi dengan base metacarpal ketiga dan merupakan
yang terbesar dan pusat dari susunan tulang-tulang karpal. Pada tulang
hamatum terdapat tonjolan yang terletak di permukaan anterior. Hamatum
dan pisiform membentuk margin medial karpal. Sebuah cekungan segitiga
terletak pada permukaan posterior pergelangan tangan dan akan terlihat
jelas saat ibu jari ditarik ke arah luar. Cekungan ini dikenal sebagai snuffbox
anatomi, yang dibentuk oleh tendon dari dua otot utama ibu jari. Lapisan
snuffbox anatomi berhimpit dengan tulang skafoid dan arteri radial. Kebasnya
area snuffbox adalah sebuah tanda klinis yang menunjukkan fraktur skafoid
yang paling sering mengalami retak tulang.

3. Indikasi dan Kontra Indikasi Pemeriksaan


Terdapat beberapa indikasi pemeriksaan radiografi artikulasio radio
karpalis antara lain:
a. Gout
Gout merupakan jenis dari artritis herediter yang disebabkan oleh kadar
asam urat yang tinggi pada persendian.
b. Dislokasi
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang tulang yang membentik sendi
tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi).
84 Teknik Radiografi Non Kontras 1

c. Fraktur
Fraktur adalah patah atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang.
Fraktur dapat terjadi jika tulang dikenai tekanan yang lebih besar dari
kemampuannya untuk mengabsorbsi tekanan tersebut.
d. Osteosarkoma
Osteosarkoma adalah tumor tulang ganas dengan pembentukan tulang
atau tulang rawan secara abnormal.

Untuk kontra indikasi secara umum tidak ada. Pemeriksaan ini termasuk
pemeriksaan radiografi yang relatif aman karena dosis radiasinya yang
rendah, disamping itu tentu saja sinar-X dapat memberikan manfaat yang
lebih besar yakni untuk mendiagnosis suatu kelainan patologis.

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.32

Anatomi artikulasio radio karpalis tampak anterior


Teknik Radiografi Non Kontras 1 85

4. Persiapan Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada teknik radiografi artikulasio radio
karpalis antara lain:
a. Pesawat sinar –X siap pakai
b. Image Receptor (IR) / kaset radiografi dan film ukuran 18x24 cm
c. Marker, plester dan gunting
d. Plat timbal
e. Meteran
f. Pelindung gonad
g. Apron
h. Alat fiksasi (bantal pasir dan bantal busa)

5. Persiapan Pasien
Persiapan pasien yang perlu dilakukan adalah melepas benda logam
atau benda lain pada tangan yang akan diperiksa, contoh: cincin, jam tangan,
pasir maupun kotoran pada tangan pasien harus dibersihkan dahulu.

6. Posisi Pasien dan Posisi Objek


Pasien diposisikan duduk dekat dengan meja pemeriksaan sehingga
dapat menempatkan pergelangan tangan dalam bidang yang sejajar.
Pastikan tidak ada benda logam dan benda lain pada tangan yang akan
diperiksa, contoh gelang tangan dan jam tangan pada tangan pasien.
a. Proyeksi AP
1) Posisikan lengan dalam posisi terlentang, siku dalam keadaan
lurus, dan tempatkan permukaan punggung lengan bawah pada
IR/ kaset.
2) Tempatkan IR / kaset di bawah pergelangan tangan dan posisikan
pergelangan tangan di tengah IR/kaset.
3) Berikan penyangga busa pada ujung tangan untuk fiksasi (Gambar
2.33).
4) Gunakan pelindung gonad untuk melindungi organ vital.
86 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.33

Posisi objek untuk proyeksi AP artikulasio radio karpalis

b. Proyeksi Lateral
1) Posisikan siku membentuk sudut 90 derajat dan letakkan bagian
dalam lengan pada kaset.
2) Tempatkan pergelangan tangan pada pertengahan IR/kaset.
3) Sesuaikan kaset sehingga sumbu panjang sejajar dengan lengan
yang akan diperiksa
4) Sesuaikan posisi lengan dalam posisi lateral yang tepat. Sisi ibu jari
berada pada bagian atas (Gambar 2.34)
5) Pastikan seluruh bagian pergelangan tangan masuk dalam area
kolimasi.
6) Gunakan pelindung gonad untuk melindungi organ vital.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 87

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.34

Posisi objek untuk proyeksi lateral artikulasio radio karpalis

7. Teknik Penyinaran dan Eksposi


Teknik penyinaran yang dilakukan pada pemeriksaan radiografi
artikulasio radio karpalis sebagai berikut:
a. Proyeksi AP
1) Arah sinar vertikal tegak lurus terhadap IR/kaset
2) Atur pertengahan kolimasi pada pertengahan pergelangan tangan
3) Atur FFD pada jarak 100 cm
4) Gunakan focal spot kecil
5) Gunakan faktor eksposi sesuai tabel 2.14.

Tabel 2.14

Faktor eksposi radiografi artikulasio radio karpalis proyeksi AP

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Film CR DR
66 2* 2 0,9
*untuk penggunaan kV 54

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2003 dan 2016


88 Teknik Radiografi Non Kontras 1

b. Proyeksi Lateral
1) Arah sinar vertikal tegak lurus terhadap IR/kaset
2) Atur pertengahan kolimasi pada pertengahan pergelangan tangan
3) Atur area kolimasi berada pada 6 cm proximal dan distal
pergelangan tangan dan 2,5 cm dari sisi tepi punggung maupun
telapak tangan.
4) Atur FFD pada jarak 100 cm
5) Gunakan focal spot kecil
6) Gunakan faktor eksposi sesuai tabel 2.15.

Tabel 2.15

Faktor eksposi radiografi artikulasio radio karpalis proyeksi lateral

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Film CR DR
70 2* 2,5 1,1
*untuk penggunaan kV 60

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2003 dan 2016

8. Kriteria dan Hasil Citra Radiografi


Kriteria dan hasil citra radiografi artikulasio radio karpalis dapat dilihat
pada Gambar 2.35 yang mampu menampakkan bagian berikut:
a. Tulang-tulang metakarpal.
b. tulang-tulang karpalia (scaphoid, lunatum, triquetrum, pisiform,
hamatum, kapitatum, trapezoid, dan trapezium).
c. bagian distal tulang radius dan ulna
d. jaringan lunak pada tangan
Teknik Radiografi Non Kontras 1 89

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.35

A. Citra radiografi artikulasio radio karpalis proyeksi AP,

B. Citra radiografi artikulasio radio karpalis proyeksi Lateral

Kriteria radiografi artikulasio radio karpalis dapat dilihat pada penjelasan


di setiap proyeksi berikut:
a. Kriteria radiografi artikulasio radio karpalis proyeksi AP:
1) Area kolimasi tepat, mencakup seluruh bagian artikulasio radio
karpalis.
2) Distal tulang radius dan ulna, karpal serta setengah proksimal dari
metakarpal tampak dalam area kolimasi (Gambar 2.35).
3) Tulang jari-jari tangan tidak dalam posisi fleksi dan tidak berhimpit
dengan metakarpal.
4) Tidak ada rotasi pada karpal, metakarpal, radius, dan ulna.
5) Tampak detail trabekuler tulang dan jaringan lunak dengan baik.
b. Kriteria radiografi artikulasio karpalis proyeksi lateral :
1) Area kolimasi tepat, mencakup seluruh bagian artikulasio radio
karpalis.
2) Distal tulang radius dan ulna, karpal serta setengah proksimal dari
metakarpal tampak dalam area kolimasi (Gambar 2.35).
3) Distal radius dan ulna tampak saling berhimpit.
4) Metakarpal tampak saling berhimpit.
5) Tampak detail trabekuler tulang dan jaringan lunak dengan baik
90 Teknik Radiografi Non Kontras 1

9. Evaluasi
Mahasiswa mencocokan radiograf yang telah dibuat dengan kriteria
radiografi menggunakan form evaluasi radiograf (PIMA-CIADS). Lakukan
penilaian dengan membandingkan radiograf yang Anda buat dengan kriteria
yang ada di buku ajar. Penilaian mencakup ketepatan dan alasan masing-
masing pada aspek: proyeksi, identitas radiograf, marker, kolimasi, kualitas
citra, anataomi dan patologi, tingkat penerimaan radiograf secara diagnostik.

B. TEKNIK RADIOGRAFI ARTIKULASIO KUBITI

Pemeriksaan radiografi artikulasio kubiti merupakan pemeriksaan yang


umum dilakukan di Instalasi Radiologi. Kasus yang sering ditemukan pada
pemeriksaan radiografi artikulasio kubiti adalah kasus akibat trauma. Perlunya
penggunaan marker dalam pemeriksaan ini karena objek kiri dan kanan yang
sama. Proyeksi yang umum dilakukan adalah proyeksi AP dan lateral. Dalam
pemeriksaan ini harus memperlihatkan seluruh sendi siku tangan.

1. Pengertian
Teknik radiografi artikulasio kubiti adalah teknik pemeriksaan radiografi
pada daerah siku dengan menggunakan pesawat sinar-X yang menghasilkan
citra sendi siku dan jaringan lunak serta kelainan lainnya.

2. Anatomi dan Fisiologi


Sendi artikulasio kubiti mencakup artikulasio proksimal radioulnar
dengan artikulasio antara humerus dengan radius dan ulna (Gambar 2.36 –
2.37). Troklea dari humerus berartikulasi dengan ulna di cekungan troklear.
Kapitulum humerus berartikulasi dengan kaput radius. Artikulasi dari
humeroulnar dan humeroradial membentuk sendi engsel yang memungkikan
gerakan fleksi dan ekstensi.
Tiga bantalan lemak sendi pada siku hanya dapat divisualisasikan
dengan proyeksi lateral. Bantalan lemak posterior menutupi area dalam fosa
olekranon dari humerus posterior. Bantalan lemak koronoid dan radial
superposisi, terletak di fossa koronoid dan radial humerus anterior,
membentuk bantalan lemak anterior. Bantalan lemak supinator diposisikan
anterior dan sejajar dengan proksimal radius. Ketika siku ditekuk 90 derajat
untuk proyeksi lateral, hanya bantalan lemak anterior dan supinator yang
terlihat.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 91

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.36

Anatomi artikulasio kubiti tampak anterior

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.37

Anatomi artikulasio kubiti tampak lateral

A. Tampak Tulang

B. Tampak bantalan lemak


92 Teknik Radiografi Non Kontras 1

3. Indikasi dan Kontra Indikasi Pemeriksaan


Terdapat beberapa indikasi pemeriksaan radiografi artikulasio kubiti
antara lain:
a. Gout
Gout merupakan jenis dari artritis herediter yang disebabkan oleh kadar
asam urat yang tinggi pada persendian.
b. Dislokasi
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang tulang yang membentik sendi
tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi).
c. Fraktur
Fraktur adalah patah atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang.
Fraktur dapat terjadi jika tulang dikenai tekanan yang lebih besar dari
kemampuannya untuk mengabsorbsi tekanan tersebut.
d. Osteosarkoma
Osteosarkoma adalah tumor tulang ganas dengan pembentukan tulang
atau tulang rawan secara abnormal.

Untuk kontra indikasi secara umum tidak ada. Pemeriksaan ini termasuk
pemeriksaan radiografi yang relatif aman karena dosis radiasinya yang
rendah, disamping itu tentu saja sinar-X dapat memberikan manfaat yang
lebih besar yakni untuk mendiagnosis suatu kelainan patologis.

4. Persiapan Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada teknik radiografi artikulasio kubiti
antara lain:
a. Pesawat sinar–X siap pakai
b. Image Receptor (IR) / kaset radiografi dan film ukuran 24x30 cm
c. Marker, plester dan gunting
d. Plat timbal
e. Meteran
f. Apron
g. Alat fiksasi (bantal pasir dan bantal busa)

5. Persiapan Pasien
Persiapan pasien yang perlu dilakukan adalah melepas benda logam
atau benda lain pada daerah yang akan diperiksa. Pastikan tidak ada benda
lain pada sendi yang akan diperiksa untuk mengurangi artefak pada citra.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 93

6. Posisi Pasien dan Posisi Objek


Pasien diposisikan duduk dekat dengan meja pemeriksaan sehingga
dapat menempatkan lengan dalam bidang yang sejajar. Pastikan tidak ada
benda logam dan benda lain pada tangan yang akan diperiksa, contoh
gelang tangan dan jam tangan pada tangan pasien.
a. Proyeksi AP
1) Rentangkan siku dan atur posisi lengan supinasi tempatkan titik
bidik IR pada sendi siku (Gambar 2.38)
2) Sesuaikan IR sejajar dengan sumbu panjang siku
3) Bila perlu minta pasien bersandar sehingga epikondilus humerus
dan permukaan anterior siku sejajar bidang IR
4) Tangan supinasi untuk mencegah rotasi tulang lengan bawah
5) Gunakan apron untuk melindungi area yang tidak tersinar radiasi

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.38

Posisi objek untuk proyeksi AP artikulasio kubiti

b. Proyeksi Lateral
1) Dari posisi supinasi tekuk siku 90 derajat dan letakkan humerus
dan lengan bawah menempel pada meja pemeriksaan (Gambar
2.39)
2) Atur IR pada sendi siku sesuaikan sumbu siku sehingga panjang
sejajar dengan sumbu panjang lengan bawah
3) Untuk mendapatkan proyeksi lateral siku yang tepat atur tangan
pada posisi lateral dan pastikan epikondilus humerus tegak lurus
dengan IR
4) Gunakan apron untuk melindungi area yang tidak tersinar radiasi
94 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.39

Posisi objek untuk proyeksi lateral artikulasio kubiti

7. Teknik Penyinaran dan Eksposi


Teknik penyinaran yang dilakukan pada pemeriksaan radiografi
artikulasio kubiti sebagai berikut :
a. Proyeksi AP
1) Arah sinar tegak lurus terhadap IR
2) Atur pertengahan kolimasi pada pertengahan dari sendi siku
3) Atur kolimasi berada pada 3 inchi (8 cm) proksimal dan distal ke
sendi siku dan 1 inchi (2,5 cm) sisi kanan dan kiri
4) Atur FFD pada jarak 100 cm
5) Gunakan focal spot kecil
6) Gunakan faktor eksposi sesuai tabel 2.16

Tabel 2.16

Faktor eksposi radiografi artikulasio kubiti proyeksi AP

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Film CR DR
70 4* 2,5 1,4
*untuk penggunaan kV 60

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2003 dan 2016


Teknik Radiografi Non Kontras 1 95

b. Proyeksi Lateral
1) Arah sinar tegak lurus terhadap IR
2) Atur pertengahan kolimasi pada pertengahan dari sendi siku
3) Atur kolimasi berada pada 3 inchi (8 cm) proksimal dan distal dari
sendi siku
4) Atur FFD pada jarak 100 cm
5) Gunakan focal spot kecil
6) Gunakan faktor eksposi sesuai tabel 2.17

Tabel 2.17

Faktor eksposi radiografi artikulasio kubiti proyeksi lateral

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Film CR DR
70 4* 2,5 1,4
*untuk penggunaan kV 60

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2003 dan 2016

8. Kriteria dan Hasil Citra Radiografi


Kriteria radiografi artikulasio kubiti dapat dilihat pada penjelasan di
setiap proyeksi berikut:
a. Proyeksi AP
1) Proyeksi yang tepat menunjukkan siku, kaput radius, leher radius,
dan tuberositas superposisi dengan ulna proksimal (Gambar 2.40)
2) Sendi siku terbuka dan terletak di tengah IR
3) Tidak ada rotasi pada epikondilus humerus (fosa coronoid dan
olekranon berjarak sama dengan epikondilus
4) Dapat menunjukkan detail dari trabekula dan jaringan lunak
b. Proyeksi Lateral
1) Proyeksi lateral yang tepat menunjukkan sendi siku, lengan bawah
bagian proksimal, dan lengan atas bagian distal (Gambar 2.41)
2) Sendi siku terbuka dan berada pada pertengahan IR
3) Kolimasi yang tepat menunjukkan sendi siku dalam posisi lateral :
a) Superposisi epikondilus humerus
b) Tuberositas radial menghadap ke anterior
c) Kaput radius menutupi prosesus koronoid
d) Tampak prosesus olekranon
96 Teknik Radiografi Non Kontras 1

4) Siku membentuk sudut 90 derajat


5) Dapat menunjukkan detail dari trabekula dan jaringan lunak

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.40

Citra radiografi artikulasio kubiti proyeksi AP

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.41

Citra radiografi artikulasio kubiti proyeksi lateral


Teknik Radiografi Non Kontras 1 97

9. Evaluasi
Mahasiswa mencocokan radiograf yang telah dibuat dengan kriteria
radiografi menggunakan form evaluasi radiograf (PIMA-CIADS). Lakukan
penilaian dengan membandingkan radiograf yang Anda buat dengan kriteria
yang ada di buku ajar. Penilaian mencakup ketepatan dan alasan masing-
masing pada aspek: proyeksi, identitas radiograf, marker, kolimasi, kualitas
citra, anataomi dan patologi, tingkat penerimaan radiograf secara diagnostik.

C. TEKNIK RADIOGRAFI ARTIKULASIO HUMERI

Pemeriksaan radiografi artikulasio humeri merupakan pemeriksaan yang


sering dijumpai pada Instalasi Radiologi. Kasus yang sering dijumpai adalah
trauma pada bahu seperti luksasi dan dislokasi. Proyeksi yang umum
dilakukan adalah proyeksi Antero Posterior (AP) dengan tiga posisi lengan
yang berbeda: netral, endo-rotasi dan ekso-rotasi.

1. Pengertian
Teknik radiografi artikulasio humeri adalah suatu teknik pemeriksaan
yang menggunakan pesawat sinar-x yang bertujuan menghasilkan citra yang
mampu menegakkan diagnosa untuk pasien dengan menampakkan
persendian pada bahu dan jaringan lunak serta kelainan atau abnormalitas.

2. Anatomi dan Fisiologi


Artikulasio humeri adalah persendian bahu yang terjadi di antara caput
humeri yang bulat dengan cavitas glenoidalis scapulae yang dangkal dan
berbentuk seperti buah pir. Tipe sendi ini adalah sendi sinovial "ball and
socket " sehingga memungkinkan lengan untung bergerak ke segala arah.
Pergerakan artikulasio humeri didukung 4mpat otot utama yaitu otot
subscapularis, otot supraspinatus, otot infraspinatus, dan otot teres minor,
lihat Gambar 2.36.
98 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Gambar 2.42

Anatomi Artikulasio Humeri

3. Indikasi dan Kontra Indikasi Pemeriksaan


Indikasi untuk pemeriksaan teknik radiografi artikulasio humeri adalah
fraktur, luksasi, dislokasi maupun adanya benda asing pada tangan. Untuk
kontra indikasi secara umum tidak ada. Pemeriksaan ini termasuk
pemeriksaan radiografi yang relatif aman karena dosis radiasinya yang
rendah, disamping itu tentu saja sinar-X dapat memberikan manfaat yang
lebih besar yakni untuk mendiagnosis suatu kelainan patologis.

4. Persiapan Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang perlu disiapkan pada pemeriksaan radiografi
Artikulasio humeri adalah sebagai berikut :
a. Pesawat sinar –x siap pakai
b. Image Receptor (IR) / kaset radiografi dan film ukuran 24x30 cm
c. Marker, plester dan gunting
d. Plat timbal
e. Meteran
f. Apron
g. Alat fiksasi (bantal pasir dan bantal busa)

5. Persiapan Pasien
Pastikan tidak ada benda logam atau benda lain pada bahu yang akan
diperiksa, contoh : kancing, pin, jarum temiti. Apabila memungkinkan pasien
diminta untuk ganti baju dengan baju pasien yang sudah disediakan.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 99

6. Posisi Pasien dan Posisi Objek


Pasien diposisikan berdiri atau tidur supine saat pemeriksaan radiografi
berlangsung. Hal tersebut tergantung dengan kondisi umum dari pasien
yang akan diperiksa, apabila dimungkinkan pasien diposisikan berdiri karena
hal ini akan membabtu menegakkan diagnosa dari pada fungsi-fungsi otot
pada bahu. Proyeksi yang digunakan adalah Antero Posterior (AP) dengan
tiga posisi lengan yang berbeda (Gambar 2.37) : netral, endo-rotasi dan ekso-
rotasi.
a. Tubuh dirotasikan 30º ke arah yang sakit, sehingga scapula sisi yang
diperiksa parallel dengan film. Pada posisi supine, sisi yang sehat
diganjal dengan sandbag.
b. Batas kaset diatur 2,5 cm superior sendi bahu dan 1/3 proksimal
humerus sisi inferio sehingga bahu yang sakit diposisikan pada
pertengahan lapangan penyinaran dan masuk dalam kaset.
c. posisi tangan dapat diatur dengan tiga cara, yaitu:
1) AP netral : Telapak tangan diatur menempel pada tubuh
2) AP endorotasi : rotasikan lengan dari posisi AP/supine ke arah
medial semaksimal mungkin, beri marker/tanda panah sesuai arah
rotasi.
3) AP eksorotasi : rotasikan lengan dari posisi AP/supine ke arah
lateral semaksimal mungkin, beri marker/tanda panah sesuai arah
rotasi.

A B C
Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.43

Posisi Tangan Untuk Proyeksis AP Artikulasio Humeri:

(A) Netral, (B) Endo-Rotasi dan (C) Ekso-Rotasi


100 Teknik Radiografi Non Kontras 1

7. Teknik Penyinaran dan Eksposi


Teknik penyinaran dan eksposi pada pemeriksaan artikulasio humeri
untuk ketiga posisi lengan adalah sama, yaitu :
a. Arahsinarvertical atau horizontal, tegak lurus terhadap kaset
b. Titik bidik pada processus coracoideus
c. Focus film distance (FFD) diatur 100 cm

Faktor eksposi yang diatur pada pemeriksaan radiografi artikulasio


humeri adalah menggunakan tegangan tabung sebesar 75 kV dan kuat arus
tabung sebesar 2,5 mAs (modalitas CR) atau 1,5 mAs (modalitas DR). Catatan
untuk modalitas film radiografi menggunakan tegangan tabung 60 kV dan
kuat arus sebesar 10 mAs, lihat Tabel 2.18.

Tabel 2.18
Faktor eksposi artikulasio humeri

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Film CR DR
70 10* 2,5 1,5
*untuk penggunaan kV 60

8. Kriteria dan Hasil Citra Radiografi


kriteria dan hasil citra radiografi artikulasio humeral secara umum
menampakkan klavikula, superior skapula, proksimal humerus, jaringan lunak
yang menyelimuti tulang-tulang bahu dan trabekula tulang, lihat Gambar
2.38
1) AP netral : tuberkel mayor superposisi dengan kepala humerus, kepala
humerus tampak sebagian dan sedikit superposisi dengan kavitas
glenoid
2) AP endorotasi : tuberkel minor tampak pada sisi medial, tuberkel mayor
superposisi dengan kepala humerus, humerus lebih superposisi dengan
kavitas glenoid dibandingkan dengan lainnya
3) AP eksorotasi : kepala humerus tampak, tuberkel mayor tampak pada
sisi lateral humerus, tuberkel minor berada diantara kepala humerus dan
tuberkel mayor
Teknik Radiografi Non Kontras 1 101

9. Evaluasi
Mahasiswa mencocokan radiograf yang telah dibuat dengan kriteria
radiografi menggunakan form evaluasi radiograf (PIMA-CIADS). Lakukan
penilaian dengan membandingkan radiograf yang Anda buat dengan kriteria
yang ada di buku ajar. Penilaian mencakup ketepatan dan alasan masing-
masing pada aspek: proyeksi, identitas radiograf, marker, kolimasi, kualitas
citra, anataomi dan patologi, tingkat penerimaan radiograf secara diagnostik.

A B C
Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.44

Citra radiografi Proyeksi AP Artikulasio Humeri:

(A) Netral, (B) Endo-Rotasi dan (C) Ekso-Rotasi

D. TEKNIK RADIOGRAFI ARTIKULASIO KLAVIKULARIS

Pemeriksaan radiografi artikulasio klavikularis merupakan pemeriksaan


yang umum dilakukan di Instalasi Radiologi. Kasus yang sering dihadapi oleh
radiografer adalah dislokasi. Perlunya penggunaan marker dalam
pemeriksaan ini karena objek kiri dan kanan yang sama. Proyeksi yang umum
dilakukan adalah proyeksi AP bilateral dan AP axial. Dalam pemeriksaan ini
harus memperlihatkan sendi acromioclavicular dan sendi sternoclavicular
dengan baik.

1. Pengertian
Teknik radiografi artikulasio klavikularis adalah teknik pemeriksaan
radiografi pada daerah sendi tulang klavikula dengan menggunakan pesawat
sinar-X yang menghasilkan citra persendian di sekitar klavikula dan jaringan
lunak serta kelainan lainnya.
102 Teknik Radiografi Non Kontras 1

2. Anatomi dan Fisiologi


Tulang klavikula tersusun dari tiga macam artikulasi yakni artikulasi
scapulohumeral, acromioclavicular dan sternoclavicular (Gambar 2.45).
a. Artikulasio Scapulohumeral
Artikulasio Scapulohumeral terletak diantara rongga glenoid dan caput
humerus yang membentuk sebuah bola persendian yang
memungkinkan bergerak kesegala arah. Persendian ini juga terhubung
dengan sendi glenohumeral
b. Artikulasio Acromioclavicular
Artikulasio Acromioclavicular (AC) terletak diantara akromion pada
scapula dan akromial pada klavikula. Artikulasio ini membentuk sebuah
sendi luncur yang mana memungkinkan adanya gerakan meluncur dan
berputar (elevasi, depresi, protaksi dan retraksi) dikarenakan ujung
klavikula terletak lebih tinggi dari permukaan akromion. Permukaan
akromion yang miring cenderung mendorong terjadinya perpindahan
akromion kebawah dan berada dibawah klavikula.
c. Artikulasio Sternoclavicular
Artikulasio Sternoclavicular dibentuk oleh sternal klavikula dengan dua
tulang lain yakni manubrium dan kartilago tulang rusuk yang ke-1.
Penyatuan klavikula dengan manubrium sterni ini merupakan satu-
satunya penyatuan tulang antara ekstremitas atas dan tubuh. Artikulasi
ini bersifat sinovial double-gliding. Dimana sendi ini menyesuaikan
diskus fibrocartilaginous untuk membentuk suatu gerakan sirkumduksi,
elevasi, depresi, maju dan mundur.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 103

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.45

Anatomi artikulasio klavikularis, yang terdiri atas sternoklavikular,

akromioklavikular dan skapulohumeral

3. Indikasi dan Kontra Indikasi Pemeriksaan


Beberapa indikasi dilakukannya pemeriksaan radiografi pada artikulasio
acromioclavicular dapat dilihat pada tabel 2.19 berikut. Untuk kontra indikasi
secara umum tidak ada. Pemeriksaan ini termasuk pemeriksaan radiografi
yang relatif aman karena dosis radiasinya yang rendah, disamping itu tentu
saja sinar-X dapat memberikan manfaat yang lebih besar yakni untuk
mendiagnosis suatu kelainan patologis.

Tabel 2.19

Indikasi pemeriksaan artikulasio klavikularis

Indikasi Definisi
Bursitis Peradangan pada bursa atau pelumas sekitar
sendi
Dislokasi Pergeseran tulang dari sendi
Fraktur Gangguan kontinuitas tulang
104 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Indikasi Definisi
Hill-Sachs defect Fraktur pada caput humerus sisi posterolateral
yang disertai dislokasi
Metastasis Perpindahan lesi kanker dari satu area ke area
yang lain
Osteoarthritis atau Bentuk peradangan ditandai dengan kerusakan
Penyakit degeneratif tulang rawan yang progresif pada sendi dan
sendi vertebra
Osteopetrosis Peningkatan kepadatan tulang lunak apikal
Osteoporosis Kehilangan kepadatan tulang
Rheumatoid Arthritis Kronik, sistemik, peradangan kolagen
Tendinitis Peradangan pada tendon
Tumor Pertumbuhan jaringan baru dimana
Condrosarcoma pertumbuhan sel tidak terkontrol
Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

4. Persiapan Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada teknik radiografi artikulasio
klavikularis antara lain:
a. Pesawat Sinar-X siap pakai
b. Image Receptor (IR) / Kaset Radiografi dan Film ukuran :
- 35x43 cm (satu buah), atau
- 24x30 cm (dua buah), atau
- 18x24 cm (dua buah)
c. Marker, Plester dan Gunting
d. Meteran
e. Grid
f. Apron

5. Persiapan Pasien
Persiapan pasien yang perlu dilakukan adalah melepas benda logam
atau benda lain pada daerah yang akan diperiksa. Pastikan tidak ada benda
lain pada daerah persendian di sekitar klavikula atau bahu pasien yang akan
diperiksa. Khusus pasien perempuan, diminta melepas bra untuk menghindari
tertutupnya daerah artikulasio acromioclavicular dengan benda asing dan
pasien diminta untuk ganti baju dengan baju pasien yang sudah disediakan.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 105

6. Posisi Pasien dan Persiapan Objek


Pastikan tidak ada benda logam atau benda lain pada bahu yang akan
diperiksa, contoh : kancing, pin dan jarum peniti. Apabila memungkinkan
pasien diminta untuk ganti baju dengan baju pasien yang sudah disediakan.
a. Proyeksi AP Bilateral (Metode Pearson)
Proyeksi ini digunakan untuk memperlihatkan adanya dislokasi, sparasi
dan fungsi dari sendi. Adapun persiapan objek sebagai berikut :
1) Tempatkan pasien pada posisi tegak dapat duduk atau berdiri
2) Atur pertengahan IR setinggi sendi acromioclavicular
3) Atur pertengahan tubuh berada pada pertengahan IR
4) Pastikan tubuh dalam posisi seimbang untuk menghindari adanya
rotasi
5) Atur bahu pada bidang horizontal dengan kedua tangan berada
disamping tubuh (Gambar 2.46)
6) Lakukan dua kali foto, yang pertama pasien berdiri tanpa diberikan
beban dan yang kedua pasien berdiri diberikan beban dengan
berat yang sama pada setiap pergelangan tangan
7) Instruksikan pasien agar tidak tegang pada bahu yang cidera
8) Pasien dilarang menggenggam beban pada masing- masing
tangan karena otot bahu dapat berkontraksi yang menyebabkan
sendi acromioclavicular terlihat sempit
9) Gunakan pelindung gonad untuk melindungi organ vital dan
pelindung thyroid untuk melindungi kelenjar thyroid
b. Proyeksi AP Axial (Metode Alexander)
1) Tempatkan pasien pada posisi tegak dapat duduk atau berdiri
dengan menyandarkan punggung pada IR
2) Atur pertengahan IR setinggi sendi acromioclavicular pada bahu
yang sakit
3) Atur posisi pasien dengan menempatkan prosesus coracoid pada
pertengahan IR (Gambar 2.47)
4) Gunakan pelindung gonad untuk melindungi organ vital
106 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.46

Posisi objek untuk proyeksi AP Bilateral (Metode Pearson)

artikulasio klavikularis

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.47

Posisi objek untuk proyeksi Proyeksi AP Axial (Metode Alexander)

artikulasio klavikularis
Teknik Radiografi Non Kontras 1 107

7. Teknik Penyinaran dan Eksposi


Teknik penyinaran yang dilakukan pada pemeriksaan radiografi
artikulasio klavikularis sebagai berikut:
a. Proyeksi AP Bilateral (Metode Pearson)
1) Atur arah sinar tegak lurus pada pertengahan tubuh setinggi sendi
acromioclavicular untuk satu proyeksi dan arahkan masing –
masing acromioclavicular untuk setiap bahu.
2) Kolimasi untuk satu proyeksi 6 x 8 inchi (15 x 20 cm), untuk dua
proyeksi 6 x 17 inchi (15 x 43 cm)
3) Instruksikan pasien untuk menahan nafas.
4) Atur FFD 100 cm
5) Gunakan focal spot kecil
6) Gunakan grid
7) Gunakan faktor eksposi sesuai tabel 2.20

Tabel 2.20

Faktor eksposi radiografi artikulasio akromio klavikularis metode Pearson

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Film CR DR
81 30* 11 5,6
*untuk penggunaan kV 70

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2003 dan 2016

b. Proyeksi AP Axial (Metode Alexander)


1) Mengarahkan sumbu sinar 15 derajat kearah atas pada prosesus
coracoid
2) Instruksikan pasien untuk menahan nafas.
3) Atur FFD 100 cm
4) Gunakan focal spot kecil
5) Gunakan grid
6) Gunakan faktor eksposi sesuai tabel 2.21

8. Kriteria dan Hasil Citra Radiografi


Kriteria radiografi artikulasio klavikularis dapat dilihat pada penjelasan di
setiap proyeksi berikut:
108 Teknik Radiografi Non Kontras 1

a. Proyeksi AP Bilateral (Metode Pearson)


1) Menunjukkan kolimasi yang tepat ditandai sendi acromioclavicular
dan jaringan lunak tanpa perbedaan densitas tinggi
2) Kedua sendi acromioclavicular baik yang menggunakan beban
ataupun tidak tercakup dalam radiograf (Gambar 2.48)
3) Tidak ada rotasi dari tubuh pasien
4) Adanya marker kanan atau kiri dan menggunakan beban maupun
tidak menggunakan beban
5) Sendi acromioclavicular tampak jelas pada gambar yang
menggunakan beban

Tabel 2.21

Faktor eksposi radiografi artikulasio akromio klavikularis metode Alexander

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Film CR DR
81 30* 11 5,6
*untuk penggunaan kV 70

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2003 dan 2016

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.48

Citra radiografi artikulasio klavikularis proyeksi AP Bilateral (Metode Pearson)

b. Proyeksi AP Axial (Metode Alexander)


1) Menunjukkan kolimasi yang tepat ditandai sendi acromioclavicular
dan klavikula diatas akromion (Gambar 2.49)
2) Menunjukkan sendi acromioclavicular dan beberapa jaringan lunak
Teknik Radiografi Non Kontras 1 109

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.49

Hasil citra radiografi Proyeksi AP Axial (Metode Alexander)

9. Evaluasi
Mahasiswa mencocokan radiograf yang telah dibuat dengan kriteria
radiografi menggunakan form evaluasi radiograf (PIMA-CIADS). Lakukan
penilaian dengan membandingkan radiograf yang Anda buat dengan kriteria
yang ada di buku ajar. Penilaian mencakup ketepatan dan alasan masing-
masing pada aspek: proyeksi, identitas radiograf, marker, kolimasi, kualitas
citra, anataomi dan patologi, tingkat penerimaan radiograf secara diagnostik.

E. TEKNIK RADIOGRAFI ARTIKULASIO STERNOCLAVICULAR

Pemeriksaan radiografi artikulasio sternoclavicular merupakan


pemeriksaan yang umum dilakukan di Instalasi Radiologi. Kasus yang sering
dihadapi oleh radiografer adalah trauma. Perlunya penggunaan marker
dalam pemeriksaan ini karena objek kiri dan kanan yang sama. Proyeksi yang
umum dilakukan adalah proyeksi PA dan PA posisi RAO dan LAO. Dalam
pemeriksaan ini harus memperlihatkan sternum dan klavikula.

1. Pengertian
Teknik radiografi artikulasio sternoclavicular adalah teknik pemeriksaan
radiografi pada daerah dada dengan menggunakan pesawat sinar-X yang
menghasilkan citra tulang tulang dada dan jaringan lunak serta kelainan
lainnya.
110 Teknik Radiografi Non Kontras 1

2. Anatomi dan Fisiologi


Artikulasio sternoclavicular adalah satu-satunya titik artikulasi antara
ekstremitas atas dan tulang dada. Dibentuk oleh artikulation antara
ekstremitas sternal klavikula dan cekungan klavikula dari manubrium, sendi
sinovial ini memungkinkan gerakan bebas (bergeser dari satu permukaan ke
permukaan lainnya). Sebuah piringan fibrokartilago melingkar disisipkan di
antara ujung artikular tulang di setiap sendi, dan sendi-sendi itu dibungkus
dalam kapsul articular (Gambar 2.50).

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.50

Anatomi artikulasio sternoclavicular

3. Indikasi dan Kontra Indikasi Pemeriksaan


Beberapa indikasi dilakukannya pemeriksaan radiografi pada skapula
dapat dilihat pada tabel 2.22 berikut. Untuk kontra indikasi secara umum
tidak ada. Pemeriksaan ini termasuk pemeriksaan radiografi yang relatif aman
karena dosis radiasinya yang rendah, disamping itu tentu saja sinar-X dapat
memberikan manfaat yang lebih besar yakni untuk mendiagnosis suatu
kelainan patologis.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 111

Tabel 2.22

Indikasi pemeriksaan radiografi artikulasio sternoclavicular

Indikasi Definisi
Bursitis Peradangan pada bursa atau pelumas sekitar sendi
Dislokasi Pergeseran tulang dari sendi
Fraktur Gangguan kontinuitas tulang
Hill-Sachs defect Fraktur pada caput humerus sisi posterolateral
yang disertai dislokasi
Metastasis Perpindahan lesi kanker dari satu area ke area
Osteoarthritis atau yang lain
Penyakit degeneratif Bentuk peradangan ditandai dengan kerusakan
sendi tulang rawan yang progresif pada sendi dan
vertebra
Osteopetrosis Peningkatan kepadatan tulang lunak apikal
Osteoporosis Kehilangan kepadatan tulang
Rheumatoid Arthritis Kronik, sistemik, peradangan kolagen
Tendinitis Peradangan pada tendon
Tumor condrosarcoma Pertumbuhan jaringan baru dimana pertumbuhan
sel tidak terkontrol

4. Persiapan Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada teknik radiografi artikulasio
sternoclavicular antara lain :
a. Pesawat sinar–X siap pakai
b. Image Receptor (IR) / kaset radiografi dan film ukuran 8 × 10 inci (18 ×
24 cm) atau 10 × 12 inci (24 × 30 cm), tergantung ketersediaan
c. Marker, plester dan gunting
d. Plat timbal
e. Meteran
f. Apron
g. Alat fiksasi (bantal pasir dan bantal busa)

5. Persiapan Pasien
Persiapan pasien yang perlu dilakukan adalah melepas benda logam
atau benda lain pada daerah yang akan diperiksa, , contoh : kancing, pin dan
jarum peniti. Pastikan tidak ada benda lain pada daerah dada pasien yang
akan diperiksa. Khusus pasien perempuan, diminta melepas bra untuk
menghindari tertutupnya daerah artikulasio sternoclavicular dengan benda
asing dan pasien diminta untuk ganti baju dengan baju pasien yang sudah
disediakan.
112 Teknik Radiografi Non Kontras 1

6. Posisi Pasien dan Posisi Objek


Pasien dapat diposisikan tidur di atas meja pemeriksaan, dengan
pengaturan sebagai berikut:
a. Proyeksi PA
Atur pasien dalam posisi tengkurap (atau tegak). Pusatkan bidang
midsagital tubuh pasien ke garis tengah luas lapangan penyinaran.
Kemudian posisikan objek humerus sebagai berikut :
1) Pusatkan IR / kaset pada tingkat proses spinosus vertebra toraks
ketiga, yang terletak di posterior cekungan jugularis.
2) Letakkan lengan pasien di sepanjang sisi tubuh dengan telapak
tangan menghadap ke atas.
3) Atur bahu agar berbaring pada bidang melintang yang sama.
4) Untuk pemeriksaan bilateral, sandarkan kepala pasien pada dagu
dan sesuaikan sehingga bidang midsagital vertical (Gambar 2.51).
5) Untuk proyeksi unilateral, minta pasien untuk memutar kepala
menghadap sisi yang terkena dan meletakkan pipi di atas meja.
Memutar kepala dan tulang belakang agak menjauh dari sisi yang
diperiksa dan memberikan visualisasi yang lebih baik dari bagian
lateral manubrium.
6) Gunakan pelindung gonad untuk melindungi organ vital

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.51

Posisi objek untuk proyeksi PA artikulasio sternoclavicular


Teknik Radiografi Non Kontras 1 113

b. Proyeksi PA oblik (Posisi RAO atau LAO)


Atur pasien dalam posisi tengkurap atau duduk tegak. Kemudian
posisikan objek humerus sebagai berikut :
1) Dengan menjaga sisi yang terkena berdekatan dengan IR,
posisikan pasien pada sudut miring yang cukup untuk
memproyeksikan tulang belakang tepat di belakang sendi
sternoklavikularis yang paling dekat dengan IR. Sudutnya biasanya
sekitar 10 hingga 15 derajat (Gambar 2.52).
2) Sesuaikan posisi pasien untuk memusatkan sendi ke garis tengah
bingkai.
3) Sesuaikan bahu agar berada pada bidang transversal yang sama
4) Gunakan pelindung gonad untuk melindungi organ vital

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.52

Posisi objek untuk proyeksi PA oblik artikulasio sternoclavicular

7. Teknik Penyinaran dan Eksposi


Teknik penyinaran yang dilakukan pada pemeriksaan radiografi
artikulasio sternoclavicular sebagai berikut:
a. Proyeksi PA
1) Arah sinar vertikal tegak lurus terhadap IR.
2) Tegak lurus ke tengah IR dan memasuki T3
3) Atur kolimasi 6 × 8 inci (15 × 20 cm) pada kolimator Atur FFD
pada jarak 100 cm
114 Teknik Radiografi Non Kontras 1

4) Gunakan focal spot kecil


5) Gunakan faktor eksposi sesuai tabel 2.23

Tabel 2.23

Faktor eksposi radiografi artikulasio sternoclavicular proyeksi PA

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Film CR DR
81 28* 7,1 3,6
*untuk penggunaan kV 65

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2003 dan 2016

b. Proyeksi PA oblik (Posisi RAO dan LAO)


1) Arah sinar vertikal tegak lurus terhadap IR.
2) Tegak lurus terhadap sendi sternoklavikularis yang paling dekat
dengan IR. Sinar pusat masuk pada T2-3 (sekitar 3 inci [7,6 cm]
distal prominens vertebralis) dan 1 sampai 2 inci (2,5 sampai 5 cm)
lateral dari bidang midsagital. Jika sinar pusat memasuki sisi kanan,
sendi sternoklavikula kiri diperlihatkan, dan sebaliknya.

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.53

Penyudutan untuk proyeksi PA oblik artikulasio sternoclavicular


Teknik Radiografi Non Kontras 1 115

3) Atur kolimasi 6 × 8 inci (15 × 20 cm) pada kolimator.


4) Atur FFD pada jarak 100 cm
5) Gunakan focal spot kecil
6) Gunakan faktor eksposi sesuai tabel 2.24

Tabel 2.24

Faktor eksposi radiografi artikulasio sternoclavicular proyeksi PA oblik

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Film CR DR
81 30* 10 5
*untuk penggunaan kV 65

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2003 dan 2016

8. Kriteria dan Hasil Citra Radiografi


Kriteria radiografi artikulasio sternoklavikularis dapat dilihat pada
penjelasan di setiap proyeksi berikut:
a. Proyeksi PA
1) Bukti kolimasi yang tepat dapat memeperlihatkan tulang klavikula
dan tulang dada.
2) Baik sendi sternoklavikularis dan ujung medial klavikula
3) Tidak ada rotasi pada pemeriksaan bilateral; ada sedikit rotasi pada
pemeriksaan unilateral (Gambar 2.54)
4) Eksposur yang cukup untuk menunjukkan sendi sternoklavikula
melalui bayangan tulang belakang dan tulang rusuk yang melapisi
(Gambar 2.55)
116 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.54

Citra radiografi artikulasio sternoclavicular Proyeksi PA Billateral

b. Proyeksi PA (Posisi RAO dan LAO)


1) Bukti kolimasi yang tepat dapat memeperlihatkan tulang klavikula
dan tulang dada.
2) Sendi sternoklavikularis menarik di tengah radiograf, dengan
manubrium dan ujung medial klavikula disertakan
3) Buka ruang sendi sternoklavikularis
4) Sendi sternoklavikularis yang menarik berbatasan langsung
dengan kolom vertebral dengan obliquitas minimal (Gambar 2.56)
5) Paparan yang cukup untuk menunjukkan sendi sternoklavikularis
melalui tulang rusuk dan bidang paru-paru yang melapisinya

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.55

Citra radiografi artikulasio sternoclavicular proyeksi PA Unilateral


Teknik Radiografi Non Kontras 1 117

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 2.56

Citra Radiografi Proyeksi PA LAO

9. Evaluasi
Mahasiswa mencocokan radiograf yang telah dibuat dengan kriteria
radiografi menggunakan form evaluasi radiograf (PIMA-CIADS). Lakukan
penilaian dengan membandingkan radiograf yang Anda buat dengan kriteria
yang ada di buku ajar. Penilaian mencakup ketepatan dan alasan masing-
masing pada aspek: proyeksi, identitas radiograf, marker, kolimasi, kualitas
citra, anataomi dan patologi, tingkat penerimaan radiograf secara diagnostik.

LATIHAN

Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas!

1) Sebutkan indikasi pemeriksaan radiografi artikulasio radio karpalis!


2) Sebutkan alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan artikulasio
radio karpalis!
3) Jelaskan persiapan pemeriksaan radiografi artikulasio klavikularis!
4) Jelaskan proyeksi yang dilakukan saat eksposi pemeriksaan radiografi
artikulasio humeri?
5) Jelaskan kriteria hasil citra radiografi artikulasio sternoclavicular!
118 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan latihan di atas, berikut


petunjuk yang harus Anda kerjakan:
1) Anda dapat menjelaskan dengan memahami istilah yang digunakan
dalam pemeriksaan radiografi artikulasio ekstremitas atas.
2) Anda dapat dapat membaca kembali bagian modul yang membahas
tentang indikasi pemeriksaan-pemeriksaan radiografi artikulasio
ekstremitas atas.
3) Anda dapat menjelaskan dengan memahami proyeksi yang dilakukan
pada pemeriksaan-pemeriksaan radiografi artikulasio ekstremitas atas.
4) Anda dapat menjelaskan dengan mempelajari alat dan bahan yang
digunakan pada pemeriksaan-pemeriksaan radiografi artikulasio
ekstremitas atas.
5) Anda dapat memahami dengan mempelajari hasil citra radiografi
pemeriksaan-pemeriksaan radiografi artikulasio ekstremitas atas.

RINGKASAN

Pemeriksaan radiografi artikulasio radio karpalis secara umum


dilakukan dengan proyeksi AP dan Lateral. Kriteria utama radiografi
artikulasio radio karpalis adalah distal tulang radius dan ulna, karpal serta
setengah proksimal dari metakarpal tampak dalam area kolimasi.
Pemeriksaan radiografi artikulasio kubiti terdiri dari proyeksi AP dan
lateral. Kriteria utama radiograf dari teknik radiografi artikulasio kubiti
dapat memperlihatkan sendi siku serta dapat memperlihatkan detail dari
trabekula tulang dan jaringan lunak.
Pemeriksaan radiografi artikulasio humeri secara umum
menggunakan proyeksi Anterio Posterior dengan menggunakan tiga variasi
posisi tangan yaitu posisi netral, posisi endo-rotasi dan posisi eksorotasi.
Hasil radiograf minimal dapat menampilkan tulang akromion, proksimal
dari humeri, glenoid serta jaringan lunak pada bahu.
Pemeriksaan radiografi artikulasio klavikularis terdiri dari proyeksi AP
bilateral dan AP axial. Kriteria utama radiograf dari teknik radiografi
artikulasio klavikularis dapat memperlihatkan sendi acromioclavicular serta
dapat memperlihatkan detail dari trabekula tulang dan jaringan lunak.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 119

Pemeriksaan radiografi artikulasio sternoclavicular terdiri dari proyeksi


PA dan PA (Posisi RAO dan LAO). Kriteria utama radiograf dari teknik
radiografi artikulasio sternoclavicular dapat memperlihatkan sendi
sternoklavikularis serta dapat memperlihatkan detail dari trabekula tulang
dan jaringan lunak

TES 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Pasien perempuan berusia 20 tahun, datang ke instalasi radiologi


dengan diagnosis benda asing. Pada lembar permintaan dokter
meminta untuk melakukan pemeriksaan radiografi artikulasio radio
karpalis sinistra.
Bagaimanakah posisi pasien yang tepat untuk proyeksi lateral pada
kasus tersebut?
A. Pasien terlentang di atas meja pemeriksaan
B. Pasien berdiri tegak menghadap tabung sinar-X
C. Pasien duduk menyamping dekat dengan meja pemeriksaan
D. Pasien duduk menghadap tabung sinar-X
E. Pasien tidur miring di atas meja pemeriksaan

2) Seorang pasien mengalami kecelakaan lalu lintas, pasien datang ke


Instalasi Gawat Darurat dengan keluhan pergelangan tangan kiri tidak
dapat digerakkan. Dokter mengirim permintaan pemeriksaan radiografi
artikulasio radio karpalis sinistra dengan detail gambaran jaringan lunak
dan tulang yang baik.
Berapakah faktor eksposi yang tepat untuk proyeksi AP, apabila
radiografer menggunakan modalitas CR untuk menghasilkan citra
radiograf tersebut ?
A. 66 kV dan 2 mAs dengan focal spot kecil
B. 70 kV dan 2,5 mAs dengan focal spot kecil
C. 66 kV dan 2,5 mAs dengan focal spot besar
D. 70 kV dan 2 mAs dengan focal spot besar
E. 70 kV dan 2,5 mAs dengan focal spot besar
120 Teknik Radiografi Non Kontras 1

3) Seorang pasien laki-laki, 19 tahun, datang ke bagian radiologi dengan


membawa permintaan pemeriksaan radiografi artikulasio kubiti. Pasien
mengalami benturan keras saat bermain sepakbola. Kondisi lengan tidak
dapat digerakkan saat pasien dibawa ke IGD rumah sakit. Pada salah
satu proyeksi, radiografer mengatur posisi sendi siku tegak lurus.
Berapa derajatkah arah sinar terhadap kaset pada proyeksi tersebut?
A. 90
B. 0
C. 45
D. 30
E. 60

4) Seorang pasien laki-laki, 19 tahun, datang ke bagian radiologi dengan


membawa permintaan pemeriksaan radiografi artikulasio kubiti. Pasien
mengalami benturan keras saat bermain sepakbola. Kondisi lengan tidak
dapat digerakkan saat pasien dibawa ke IGD rumah sakit. Pada salah
satu proyeksi, radiografer mengatur posisi sendi siku tegak lurus.
Berapakah ukuran kaset yang tepat digunakan pada proyeksi tersebut?
A. 18x24
B. 24x30
C. 35x35
D. 30x40
E. 35x43

5) Pasien rawat jalan berjenis kelamin laki-laki berusia 30 tahun datang ke


instalasi radiologi dengan keluhan sakit bahu kanan akibat benturan
saat berolahraga sepak bola. saat pemeriksaan tubuh pasien diposisikan
berdiri dan rotasi 30 derajat pada sisi yang sakit..
Apakah tujuan dari posisi tersebut?
A. tulang scapula lebih membuka
B. memposisikan tubuh RPO
C. bahu lebih menempel pada reseptor imajing
D. pasien bersifat kooperatif
E. memposisikan tubuh LPO
Teknik Radiografi Non Kontras 1 121

6) Pasien berusia 25 tahun datang ke instalasi radiologi membawa lembar


permintaan pemeriksaan radiografi. Dokter menuliskan awal diagnosa
terjadi lebam pada bahu kiri dan sakit bila digerakkan
Titik bidik yang tepat untuk pemeriksaan tersebut adalah?
A. acromio clavicula join
B. glenoid
C. processus acromion
D. processus coracoideus
E. 2 inch inferior processus coracoideus

7) Seorang pasien laki-laki berusia 25 tahun datang ke Instalasi radiologi


dengan keluhan nyeri bahu akibat terjatuh dari motor dan terbentur
stang motor. Dokter pengirim meminta foto artikulasio klavikularis
sinistra.
Berapakah ukuran kaset yang tepat digunakan pada proyeksi tersebut?
A. 18 x 24
B. 24 x 30
C. 30 x 40
D. 35 x 35
E. 35 x 43

8) Seorang remaja laki-laki berusia 15 tahun datang ke Instalasi Radiologi


dengan keluhan nyeri di bahu karena dipukul temannya sehingga
tangan tidak dapat dirotasikan secara maksimal. Dalam lembar
permintaan foto dokter meminta pemeriksaan artikulasio klavikularis
dextra.
Berapakah penyudutan yang dilakukan Radiografer dalam melakukan
pemeriksaan tersebut ?
A. 15 derajat cephalad
B. 10 derajat cephalad
C. 5 derajat cephalad
D. 10 derajat caudad
E. 15 derajat caudad
122 Teknik Radiografi Non Kontras 1

9) Seorang pasien laki-laki, 27 tahun, datang ke instalasi radiologi dengan


membawa permintaan pemeriksaan radiografi artikulasio
sternoclavicular. Pada permintaan tersebut tertulis diagnosis dislokasi
pada bagian sinistra.
Apakah proyeksi yang dibuat oleh Radiografer untuk kasus tersebut?
A. Proyeksi PA
B. Proyeksi PA RAO
C. Proyeksi PA LAO
D. Proyeksi AP RAO
E. Proyeksi AP LAO

10) Seorang pasien anak laki-laki, usia 35 tahun , datang ke instalasi


radiologi dengan membawa permintaan pemeriksaan artikulasio
sternoclavicular. Pada permintaan tertulis trauma setelah mengalami
kecelakaan.
Berapakah ukuran kaset yang tepat untuk pemeriksaan tersebut?
A. 18 x 24
B. 24 x 30
C. 35 x 35
D. 30 x 40
E. 35 x 43

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes 2 yang terdapat


di bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan
rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Topik 2.

Jumlah Jawaban yangBenar


Tingkat penguasaan = ×100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Teknik Radiografi Non Kontras 1 123

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Bab 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus
mengulangi materi Topik 2, terutama bagian yang belum dikuasai.
124 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Kunci Jawaban Tes

Tes 1 1) A 90
2) A 18X24
3) C Antebrahi AP dan lateral
4) B 24x30
5) D Proyeksi AP dan Lateral Terlentang
6) A 1/2 humerus
7) E AP, RAO dan LAO
8) A Berdiri
9) A Lordotik

10) D Arah sinar 15-30° ke arah cephalad

Tes 2 1) C Pasien duduk menyamping dekat dengan meja


pemeriksaan
2) A 66 kV dan 2 mAs dengan focal spot kecil
3) A 90
4) B 24x30
5) C bahu lebih menempel pada reseptor imajing
6) D processus coracoideus
7) A 18 x 24
8) A 15 derajat cephalad
9) C Proyeksi PA LAO

10) A 18 x 24
Teknik Radiografi Non Kontras 1 125

Glosarium

Fraktur : Gangguan kontinuitas tulang

Osteoarthritis : Bentuk peradangan ditandai dengan kerusakan tulang


rawan yang progresif pada sendi

Artefak : kesalahan dalam gambar (adanya sesuatu dalam


gambar) yang tidak ada hubungannya dengan obyek
yang diperiksa

Metastasis : perpindahan lesi kanker dari satu area ke area yang


lain
126 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Daftar Pustaka

Ballinger, P. W., Frank, E. D. and Merrill, V. 2003. Merrill’s atlas of


radiographic positions and radiologic procedures. Edisi
Kesepuluh. St.Louis Missouri : Elsevier Mosby.

Bontrager, Kenneth L., dan John P Lampignano, 2018. Textbook


of Radiographic Positioning and Related Anatomy, Edisi
Ketujuh. St.Louis Missouri: Elsevier Mosby.

Frank, Eugene D., Bruce W. Long dan Barbara J smith. 2016.


Merril of Atlas Radiographic Positioning and Radiologic
Procedures, Edisi Keduabelas Vol I. St.Louis Missouri :
Elsevier Mosby.

McQuillen-Martensen, K. 2015. Radiographic Image Analysis.


Elsevier Saunders. Vol. 4. St.Louis Missouri : Elsevier
Mosby.

Yusoff., M. N. M. 2008. Pocketbook guide to radiographic image


evaluation. Shah Alam: University Publication Centre
(UPENA), UiTM.
BAB 3

3
TEKNIK RADIOGRAFI
EKSTREMITAS BAWAH

Fatimah, SST, M.Kes


Muhammad Erfansyah, S.Si, M.Tr.ID
Ana Septiana, S.Tr.Kes

PENDAHULUAN

P
emeriksaan radiografi ekstremitas bawah termasuk pemeriksaan
radiografi di rumah sakit atau klinik yang cukup sering dihadapi oleh
radiografer. Ketepatan menyiapkan pemeriksaan, mengatur posisi
pasien, pasien objek, penentuan teknik radiografi yang tepat, serta
kemampuan mahasiswa mengevaluasi hasil citra radiografi akan
menunjukkan kompetensi mahasiswa dalam penatalaksanaan pemeriksaan
radiografi ekstremitas bawah.
Dalam Bab 3 ini Anda akan mempelajari dan menguasai materi tentang
teknik radiografi tulang dan artikulasio ekstremitas bawah. Secara umum
Anda akan mampu mendemonstrasikan teknik pemeriksaan radiografi dan
secara khusus Anda akan mampu mendemonstrasikan persiapan
pemeriksaan, teknik posisi pasien, posisi objek, penentuan teknik radiografi,
serta melakukan evaluasi citra radiografi pada:
1. tulang pedis,
2. tulang kruris,
3. tulang femur
4. tulang pelvis,
5. artikulasio talokruralis,
6. artikulasio genu,
7. artikulasio femoris dan
8. artikulasio sakroiliaka.
128 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Untuk memudahkan Anda dalam mempelajari dan menguasai materi


teknik radiografi ekstremitas atas maka Bab 2 ini dibagi menjadi 2 topik:
Topik 1 : Teknik radiografi ekstremitas bawah, meliputi struktur tulang
pada anggota gerak tubuh bagian atas.
Topik 2 : Teknik radiografi artikulasio ekstremitas bawah, meliputi
struktur persendian antara tulang pada anggota gerak tubuh
bagian atas.

Selamat belajar!
Teknik Radiografi Non Kontras 1 129

TOPIK 1

Teknik Radiografi Ekstremitas Bawah

P
emeriksaan radiografi ekstremitas bawah juga termasuk pemeriksaan
radiografi di rumah sakit atau klinik yang cukup sering dihadapi oleh
radiografer. Fraktur, dislokasi dan beberapa kelainan patologis yang
terkait dengan persendian merupakan indikasi pemeriksaan yang banyak
ditemukan. Ketepatan mengatur teknik posisioning dan pemilhan faktor
eksposi akan mendukung kualitas citra radiografi sehingga akan
meningkatkan nilai diagnostik radiograf.

A. TEKNIK RADIOGRAFI PEDIS

Teknik radiografi pedis merupakan teknik pemeriksaan yang digunakan


untuk menampakkan citra pedis dalam penegakan diagnosis pasien.
Pemeriksaan ini sering dilakukan karena indikasi trauma, dislokasi,
osteoporosis dan lain sebagainya. Proyeksi yang sering dilakukan yaitu
proyeksi AP atau AP axial, dan proyeksi oblique. Sedangkan proyeksi lateral
digunakan pada indikasi benda asing. Dalam pemeriksaan ini harus
memperlihatkan tulang-tulang dan jaringan lunak yang terdapat pada pedis.

1. Pengertian
Teknik radiografi pedis adalah teknik pemeriksaan radiologi pada
daerah pedis menggunakan pesawat sinar-X yang menghasilkan citra tulang
dan jaringan lunak beserta kelainan di dalamnya.

2. Anatomi dan Fisiologi


Pedis mempunyai 26 tulang, yang terdiri atas tarsal, metatarsal dan
palang. Tarsal terdiri dari tujuh tulang, yaitu talus, calcaneus, cuboideum,
naviculare, dan tiga os cuneiforme. Metatarsal terdiri dari lima ossa
metatarsalia yang diberi nomor dari sisi medial kaki. Phalanges berjumlah
empat belas, pada ibu jari memiliki 2 phalanges dan 4 jari lain memiliki 3
phalanges (proksimal, media, dan distal). Tulang-tulang tersebut bersatu
membentuk rangkaian menjadi bentuk kaki.
130 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Tulang pedis mirip dengan tulang-tulang pada manus. Terdapat


perbedaan struktur yang memungkinkan pedis untuk membantu berjalan dan
menopang berat badan. Secara deskriptif, pedis dibagi menjadi pedis bagian
depan, pedis bagian tengah dan pedis bagian belakang. pedis bagian depan
terdapat tulang metatarsal dan tulang palang. pedis bagian tengah terdapat
lima tulang tarsal, tulang baji, navikular dan tulang-tulang kuboid. Pedis
bagian belakang terdapat talus dan kalkaneus. Tulang-tulang pada pedis
dibentuk dan tergabung membentuk lengkungan longitudinal dan tranversal.
Fungsi dari lengkungan longitudinal sebagai penyerap getaran untuk
mendistribusikan berat badan ke segala arah, yang mana dapat
memungkinkan untuk berjalan secara perlahan. Lengkung transversal
membantu lengkung longitudinal. Permukaan atas kaki disebut dengan
istilah permukaan dorsum atau dorsal, dan bagian bawah atau belakang kaki
disebut dengan istilah permukaan plantar. Berikut adalah gambar anatomi
dari tulang pedis:

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 3.1

Anatomi tulang pedis

A. gambar aspek medial dari pedis, B. gambar aspek lateral dari pedis, C. gambar aspek aksial
dari pedis pada tarsal
Teknik Radiografi Non Kontras 1 131

3. Indikasi dan Kontra Indikasi Pemeriksaan


Beberapa indikasi dilakukannya pemeriksaan radiografi pada pedis
dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut. Untuk kontra indikasi secara umum tidak
ada. Pemeriksaan ini termasuk pemeriksaan radiografi yang relatif aman
karena dosis radiasinya yang rendah, disamping itu tentu saja sinar-X dapat
memberikan manfaat yang lebih besar yakni untuk mendiagnosis suatu
kelainan patologis.

Tabel 3.1

Indikasi pemeriksaan radiografi pedis

Indikasi Definisi
Kista tulang Kista berisi cairan dengan dinding jaringan fibrosa.
Dislokasi Gangguan pada kontinuitas tulang.
Patah tulang Fraktur.
Asam urat Penumpukan kristal asam urat yang terbentuk pada sendi
Osteoarthritis Bentuk peradangan pada tulang yang ditandai dengan
memburuknya tulang rawan secara progresif pada sendi sinovial
dan tulang belakang.
Osteomalasia Pelunakan tulang karena defisiensi vitamin D.
Osteoporosis Kehilangan kepadatan tulang.
Osteosarkoma Tumor ganas pada tulang.

4. Persiapan Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada teknik radiografi pedis antara
lain:
a. Pesawat sinar–X siap pakai.
b. Image reseptor (IR) / kaset radiografi dan fil ukuran 24 x 30 cm.
c. Marker, plester dan gunting.
d. Plat timbal.
e. Meteran.
f. Apron.
g. Alat fiksasi (bantal pasir dan bantal busa)

5. Persiapan Pasien
Persiapan pasien yang perlu dilakukan adalah melepas benda logam
atau benda lain pada daerah yang akan diperiksa, contoh: gelang kaki Bila
mengenakan celana panjang atau rok, pastikan tidak menutupi area
penyinaran atau gulung ke atas.
132 Teknik Radiografi Non Kontras 1

6. Posisi Pasien dan Posisi Obyek


Pasien diposisikan duduk atau telentang di atas meja pemeriksaan,
sehingga dapat diatur sesuai kebutuhan setiap proyeksi.
a. Proyeksi AP
1) Posisikan pasien telentang atau duduk. Tekuk lutut kaki yang sakit
sehingga permukaan plantar kaki menempel pada meja
pemeriksaan.
2) Posisikan kaset di bawah kaki pasien, pusatkan pada dasar
metatarsal tiga, dan atur sehingga axis panjangnya sejajar dengan
kaki.
3) Tahan kaki pada posisi vertikal dengan melipat lutut pasien dan
mencondongkannya berlawanan arah dengan lulut yang sakit.
4) Pada posisi kaki ini, seluruh permukaan plantar kaki menempel
pada kaset; untuk mencegah agar kaset tidak tergelincir dengan
menempatkan bantal pasir pada meja.
5) Pastikan tidak ada rotasi kaki.

Pengaturan posisi pasien dan posisi obyek dapat dilihat pada gambar
3.2 berikut. Tanda x merah adalah posisi pusat sinar.

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 3.2

Proyeksi AP pedis

b. Proyeksi AP Oblique
Posisikan pasien telentang atau duduk. Fleksikan lutut kaki yang sakit
sehingga permukaan plantar kaki menempel pada meja pemeriksaan.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 133

1) Tempatkan kaset di bawah kaki pasien, sejajar dengan aksis


panjangnya, dan pusatkan ke pertengahan kaki pada dasar
metatarsal ketiga.
2) Rotasikan kaki pasien secara medial sampai permukaan plantar
kaki membentuk sudut 30 derajat dengan bidang kaset. Jika sudut
kaki lebih dari 30 derajat, cuneiform lateral cenderung terlempar
ke cuneiform lain.

Pengaturan posisi pasien dan posisi obyek dapat dilihat pada Gambar
3.3 berikut. Tanda x merah adalah posisi pusat sinar.

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 3.3

Proyeksi oblik pedis

7. Teknik Penyinaran dan Eksposi


Teknik penyinaran yang dilakukan pada pemeriksaan radiografi pedis
sebagai berikut :
a. Proyeksi AP
1) Pusat sinar dapat dilakukan dengan dua cara :
a) 10 derajat ke arah cephalad pada dasar metatarsal tiga atau
b) tegak lurus dengan kaset dan menuju dasar metatarsal tiga.
Meraba dasar prominen dari metatarsal lima dapat
membantu menemukan metetarsal tiga. Metetarsal tiga di
pertengahan, kira-kira 1 inchi di depan jari.
2) Kolimasi 1 inchi (2,5 cm) dari samping dan I inchi menjauhi
calcaneus dan ujung jari distal.
3) Sesuaikan kolimator dengan ukuran 24 x 30 cm.
134 Teknik Radiografi Non Kontras 1

4) Atur FFD pada jarak 100 cm.


5) Gunakan focal spot kecil.
6) Gunakan faktor eksposi, lihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2

Faktor eksposi pedis proyeksi AP

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Konvensional CR DR
70 5* 2,5 1,5
sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2013 dan 2016

b. Proyeksi RAO atau LAO


1) Pusat Sinar tegak lurus pada dasar metatarsal ketiga.
2) Kolimasi 1 inchi (2,5 cm) pada setiap sisi dan 1 inchi menjauhi
kalkaneus dan ujung jari.
3) Sesuaikan kolimator dengan ukuran 24 x 30 cm.
4) Atur FFD pada jarak 100 cm.
5) Gunakan focal spot kecil.
6) Gunakan faktor eksposi

Tabel 3.3

Faktor eksposi pedis proyeksi RAO atau LAO

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Konvensional CR DR
70 2,5* 2,5 1,5
sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2013 dan 2016

8. Hasil Citra Radiografi


Kriteria radiografi tulang pedis sesuai dengan proyeksi yang dibuat.
Proyeksi yang tepat mampu menampakkan tulang-tulang tarsal, metatarsal
dan palang sesuai dengan kondisi seperti pada penjelasan berikut.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 135

a. Proyeksi AP
Kriteria berikut ini harus terlihat jelas, yaitu:
1) Menampakkan kolimasi yang tepat
2) Anatomi dari jari sampai tarsal: jika memungkinkan termasuk
bagian talus dan kalkaneus.
3) Tidak ada rotasi pedis, seperti yang dapat dilihat dari jumlah celah
yang sama antara metetarsal dua dan empat.
4) Superposisi metatarsal kedua sampai kelima.
5) Proyeksi axial dapat menghasilkan persendian IP, MTP dan TMT
yang lebih baik.
6) Celah sendi terbuka antara medial dan intermediate cuneiform.
7) Detail jaringan lunak dan trabecular tulang.

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 3.4

Hasil radiograf AP dan AP axial


136 Teknik Radiografi Non Kontras 1

b. Proyeksi AP Oblique
Kriteria berikut ini harus terlihat jelas, yaitu:
1) Menampakkan kolimasi yang tepat.
2) Seluruh bagian kaki, dari jari sampai tumit.
3) Rotasi kaki yang tepat :
4) Tuberositi metatarsal lima.
5) TMT lateral dan persendian intertarsal.
6) Sinur tarsi.
7) Detail jaringan lunak dan trabekula tulang.

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 3.5

Hasil radiograf oblique

9. Evaluasi
Mahasiswa mencocokan radiograf yang telah dibuat dengan kriteria
radiografi menggunakan form evaluasi radiograf (PIMA-CIADS). Lakukan
penilaian dengan membandingkan radiograf yang Anda buat dengan kriteria
Teknik Radiografi Non Kontras 1 137

yang ada di buku ajar. Penilaian mencakup ketepatan dan alasan masing-
masing pada aspek: proyeksi, identitas radiograf, marker, kolimasi, kualitas
citra, anatomi dan patologi, tingkat penerimaan radiograf secara diagnostik.

B. TEKNIK RADIOGRAFI KRURIS

Pemeriksaan radiografi kruris merupakan pemeriksaan umum yang


sering dilakukan di Instalasi Radiologi. Kasus yang sering ditemukan pada
pemeriksaan radiografi kruris adalah kasus patah tulang akibat trauma.
Perlunya penggunaan marker dalam pemeriksaan ini karena obyek kiri dan
kanan yang berbentuk sama. Proyeksi yang rutin digunakan adalah AP Axial.
Dalam pemeriksaan ini harus memperlihatkan seluruh bagian kruris mulai
dari sendi lutut sampai sendi pergelangan kaki.

1. Pengertian
Teknik radiografi kruris adalah teknik pemeriksaan radiografi pada
daerah tungkai bawah dengan menggunakan pesawat sinar-X yang
menghasilkan citra tulang tungkai bawah dan jaringan lunak serta kelainan
laiinya.

2. Anatomi dan Fisiologi


Kruris terdiri atas dua tulang yaitu tibia dan fibula. Tibia merupakan
tulang terbesar kedua di dalam tubuh, terletak di sisi medial cruris dan
merupakan tulang yang menahan beban. Sedikit posterior tibia pada lateral
cruris adalah tulang fibula. Pada gambar berikut ini adalah bagian anatomi
dari cruris:
138 Teknik Radiografi Non Kontras 1

A. Anterior View B. Lateral View

Gambar 3.6

Anatomi tulang kruris

3. Indikasi dan Kontra Indikasi Pemeriksaan


Terdapat beberapa indikasi pemeriksaan radiografi kruris, antara lain:
a. Fraktur
Fraktur adalah gangguan pada kontinuitas tulang atau sering disebut
dengan patah tulang.
b. Kista Tulang
Kista tulang adalah kista berisi cairan dengan dinding jaringan fibrosa.
c. Kelainan Kongenital
Kelainan bawaan dimana bentuk kaki yang abnormal.
d. Dislokasi
Dislokasi adalah perubahan letak tulang dari ruang sendi.
e. Tumor
Tumor adalah pertumbuhan jaringan baru dimana proliferasi sel tidak
terkendali.
f. Metastase
Metastase adalah penyebaran lesi kanker dari satu area ke area lain.
g. Osteomielitis
Osteomielitis adalah radang tulang karena infeksi piogenik.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 139

h. Osteoporosis
Osteoporosis adalah kelainan pada tulang dimana terjadi penurunan
kepadatan tulang.

Untuk kontra indikasi secara umum tidak ada. Pemeriksaan ini termasuk
pemeriksaan radiografi yang relatif aman karena dosis radiasinya yang
rendah, disamping itu tentu saja sinar-X dapat memberikan manfaat yang
lebih besar yakni untuk mendiagnosis suatu kelainan patologis.

4. Persiapan Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada teknik radiografi kruris antara
lain:
a. Pesawat sinar–X siap pakai
b. Image Receptor (IR)/Kaset radiografi dan film radiografi ukuran 18x24
cm
c. Marker, plester dan gunting
d. Meteran
e. Apron
f. Alat fiksasi (bantal pasir dan bantal busa)

5. Persiapan Pasien
Persiapan pasien yang perlu dilakukan adalah melepas benda logam
atau benda lain pada daerah yang akan diperiksa, contoh: gelang kaki Bila
mengenakan celana panjang atau rok, pastikan tidak menutupi area
penyinaran atau gulung ke atas sampai posisi celana berada di atas lutut.

6. Posisi Pasien dan Posisi Obyek


Pasien tidur diatas meja pemeriksaan sehingga dapat menempatkan
tungkai dalam bidang yang sejajar.
a. Proyeksi AP
1) Pasien supine di atas meja pemeriksaan.
2) Tubuh pasien diatur agar pelvis tidak mengalami rotasi.
3) Tungkai bawah diatur sehingga femoral epicondilus sejajar dengan
kaset.
4) Atur kaset dalam posisi membujur. Apabila posisi IR/kaset
membujur tidak dapat mencakup obyek dari lutut sampai
pergelangan kaki maka posisi IR/kaset diatur diagonal.
140 Teknik Radiografi Non Kontras 1

5) Pergelangan kaki pasien difleksikan 900 sehingga pergelangan kaki


dalam posisi vertical.
6) Jika perlu, tempatkan bantalan pasir pada bagian plantar kaki
sebagai fiksasi.
7) Pasien diberi arahan untuk dalam keadaan rileks ntuk menghindari
pergerakan.

Gambar 3.7

Proyeksi AP Kruris

b. Proyeksi Lateral
1) Pasien supine di atas meja pemeriksaan.
2) Tempatkan kaki pasien yang akan diperiksan diatas IR/kaset.
3) Atur femoral epicondilus dan patella tegak lurus kaset dan kruris
pada pertengahan kaset, bila diperlukan diberi alat bantu fiksasi.
4) Atur lutut pasien pada posisi fleksi dan pergelangan kaki
dorsofleksi sehingga posisi tungkai bawah true lateral.
5) Atur posisi IR/kaset membujur. Apabila posisi IR/kaset membujur
tidak dapat mencakup obyek dari lutut sampai pergelangan kaki
maka posisi IR/kaset diatur diagonal.
6) Metode alternatif: Apabila tungkai pasien tidak dapat rotasikan ke
arah lateromedial (posisi tungkai tidak bisa true lateral) maka
dapat dilakukan pemotretan dengan teknik crosstable
menggunakan arah sinar horizontal.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 141

Gambar 3.8

Proyeksi Lateral Kruris

7. Teknik Penyinaran dan Eksposi


Teknik penyinaran yang dilakukan pada pemeriksaan radiografi kruris
sebagai berikut:
a. Proyeksi AP
1) Atur arah sinar vertikal tegak lurus terhadap IR
2) Atur pertengahan kolimasi pada pertengahan tungkai bawah
3) Atur kolimasi berada pada 1 inchi (2,5 cm) dari tepi lateral dan 1,5
inchi (4 cm) di luar pergelangan kaki.
4) Atur FFD pada jarak 100 cm
5) Gunakan focal spot kecil
6) Gunakan faktor eksposi

Tabel 3.4

Faktor eksposi kruris AP

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Konvensional CR DR
70 3-4* 3,6 2,5

b. Proyeksi Lateral (Mediolateral)


1) Atur arah sinar vertikal tegak lurus
2) Pertengahan kolimasi berada pada pertengahan tungkai bawah
3) Atur FFD pada jarak 100 cm
142 Teknik Radiografi Non Kontras 1

4) Gunakan focal spot kecil


5) Gunakan faktor eksposi sesuai tabel

Tabel 3.5

Faktor eksposi kruris lateral

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Konvensional CR DR
70 3-4* 3,6 2,5

8. Kriteria dan Hasil Citra Radiografi


Kriteria radiografi tulang kruris sesuai dengan proyeksi yang dibuat.
Proyeksi yang tepat mampu menampakkan tulang tibia dan fibula sesuai
dengan kondisi seperti pada penjelasan berikut.

Sumber : Mc Quillen, 2015

Gambar 3.9

A. Radiograf Proyeksi AP Kruris

B. Radiograf Proyeksi Lateral Kruris


Teknik Radiografi Non Kontras 1 143

Kriteria-kriteria berikut ini harus terlihat jelas, yaitu sesuai dalam Tabel
3.6.

Tabel 3.6

Kriteria citra radiografi Kruris

Proyeksi AP Kruris Proyeksi Lateral Kruris


Kolimasi yang tepat Kolimasi yang tepat
Artikulasio talokrularis dan artikulasio genu Artikulasio talokrularis dan artikulasio genu
tampak pada satu film tampak pada satu film
Tidak ada rotasi pada kruris Seluruh bagian kruris tampak true lateral
Artikulasi proksimal dan distal dari tibia dan Distal fibula tampak pada posterior tibia
fibula sedikit superposisi
Pertengahan fibula tidak superposisi dengan Proximal fibula sedikit superposisi dengan
tulang tibia proximal tibia
Tampak detail jaringan lunak dan trabekuler Tibia dan fibula tampak terpisah kecuali pada
tulang artikulasio-nya
Kondilus Femoralis tampak tidak superposisi
Tampak detail jaringan lunak dan trabekuler
tulang

9. Evaluasi
Mahasiswa mencocokan radiograf yang telah dibuat dengan kriteria
radiografi menggunakan form evaluasi radiograf (PIMA-CIADS). Lakukan
penilaian dengan membandingkan radiograf yang Anda buat dengan kriteria
yang ada di buku ajar. Penilaian mencakup ketepatan dan alasan masing-
masing pada aspek: proyeksi, identitas radiograf, marker, kolimasi, kualitas
citra, anatomi dan patologi, tingkat penerimaan radiograf secara diagnostik.

C. TEKNIK RADIOGRAFI FEMUR

Pemeriksaan radiografi femur merupakan pemeriksaan yang sering


dijumpai pada Instalasi Radiologi. Kasus yang sering dijumpai adalah trauma
pada tungkai atas kaki seperti patah tulang, luksasi, dislokasi atau adanya
benda asing yang masuk pada kaki. Proyeksi yang umum dilakukan adalah
proyeksi Antero Posterior (AP) dan Lateral. Tulang femur ini termasuk tulang
panjang sehingga dalam pembuatan citra radiografi harus mencakup kedua
sendi yang terhubung dengan tulang tersebut yaitu sendi lutut dan sendi hip.
144 Teknik Radiografi Non Kontras 1

1. Pengertian
Teknik radiografi femur adalah suatu teknik pemeriksaan pada tulang
tungkai atas kaki dengan menggunakan pesawat sinar-x bertujuan
menghasilkan citra yang mampu menegakkan diagnosis untuk pasien dengan
menampakkan bagian tulang femur, kedua persendian yang terhubung
dengannya, dan jaringan lunak serta kelainan atau abnormalitas.

2. Anatomi dan Fisiologi


Tulang femur merupakan tulang panjang yang berfungsi untuk
menopang tubuh saat berdiri, berjalan dan berlari. Bagian distal dari tulang
femur bersendi dengan tulang-tulang kruris dan patella yang disebut dengan
persendian lutut, sedangkan bagian proksimal tulang femur (kepala femur)
bersendi dengan pelvis di bagian acetabelum yang disebut dengan sendi hip.

Gambar 3.10

Anatomi tulang femur


Teknik Radiografi Non Kontras 1 145

3. Indikasi dan Kontra Indikasi Pemeriksaan


Indikasi untuk pemeriksaan teknik radiografi femur adalah fraktur,
luksasi, dislokasi maupun adanya benda asing pada femur. Untuk kontra
indikasi secara umum tidak ada. Pemeriksaan ini termasuk pemeriksaan
radiografi yang relatif aman karena dosis radiasinya yang rendah, disamping
itu tentu saja sinar-X dapat memberikan manfaat yang lebih besar yakni
untuk mendiagnosis suatu kelainan patologis.

4. Persiapan Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang perlu disiapkan pada pemeriksaan radiografi femur
adalah sebagai berikut:
a. Pesawat sinar –x siap pakai
b. Image Receptor (IR) / kaset radiografi dan film ukuran 24x30 cm
c. Marker, plester dan gunting
d. Plat timbal
e. Meteran
f. Apron
g. Alat fiksasi (bantal pasir dan bantal busa)

5. Persiapan Pasien
Persiapan pasien yang perlu dilakukan adalah pasien diminta untuk
berganti pakaian dengan mengenakan baju pasien, apabila hal ini tidak
mungkin dilakukan karena kondisi umum pasien non kooperatif pastikan
tidak ada benda logam atau benda lain pada kaki yang akan diperiksa,
contoh : benda logam, resleting celana, pasir maupun kotoran pada tungkai
atas kaki pasien harus dibersihkan dahulu.

6. Posisi Pasien dan Posisi Obyek


Pasien diposisikan dimana bagian yang akan diperiksa/sakit berada
dekat petugas, pasien tidur terlentang di meja pemeriksaaan untuk proyeksi
AP dan pasien diminta miring dengan sisi yang sakit dekat atau semi
telungkup pada meja pemeriksaan untuk proyeksi lateral. Pada proyeksi
lateral, kaki yang sakit diatur kedepan sedang kaki yang satu lurus ke sisi
belakang. Dapat juga kaki yang tidak diperiksa diatur kedepan untuk fiksasi.
a. Proyeksi Antero Posterior (AP)
Femur diatur pada pertengahan kaset, pastikan tidak ada rotasi pada
pelvis dengan cara merotasikan kaki ke arah internal sebesar 15-20
jika tidak dicurigai adanya faktur dan beri alat fiksasi (sandbag/ softbag)
untuk fiksasi pada kaki, batas penyinaran bagian proksimal adalah sendi
hip dan batas bagian distal adalah sendi lutut.
146 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Gambar 3.11

Posisi pasien untuk proyeksi AP

b. Proyeksi Lateral
Lutut kaki yang sakit di fleksikan, kaki yang lainnya di ekstensikan,
bagian bawah panggul diganjal sandbag dan usahakan hip joint fiksasi,
batas atas kaset hip joint dan batas bawah kaset knee joint.

Gambar 3.12

Posisi pasien untuk proyeksi Lateral

Catatan: apabila tidak memungkinkan kedua sendi masuk maka pada


daerah yang sakit diusahakan salah satu sendinya masuk pada salah
satu proyeksi dan secara bergantian, contoh : proyeksi AP Femur bagian
proksimal (sendi hip yang tampak) dan proyeksi lateral bagian distal
(sendi lutut yang tampak).
Teknik Radiografi Non Kontras 1 147

7. Teknik Penyinaran dan Eksposi


Teknik penyinaran dan eksposi yang dilakukan pada pemeriksaan
radiografi femur, sebagai berikut:
a. Proyeksi Antero Posterior (AP)
1) Arah sinar diatur vertikal tegak lurus terhadap kaset
2) Titik bidik pada pertengahan tulang femur
3) Atur Focus film distance (FFD) pada jarak 100 cm

Tabel 3.7

Faktor eksposi femur AP

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Konvensional CR DR
60-65 10-15 20 10
Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic 2016

b. Proyeksi Lateral
1) Arah sinar diatur vertikal tegak lurus terhadap kaset
2) Titik bidik pada pertengahan tulang femur
3) Atur Focus film distance (FFD) pada jarak 100 cm

Tabel 3.8

Faktor eksposi femur lateral

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Konvensional CR DR
60-65 10-15 20 10
Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic 2016

8. Kriteria dan Hasil Citra Radiografi


Kriteria radiografi tulang femur dapat dilihat pada penjelasan di setiap
proyeksi berikut:
a. Proyeksi Antero Posterior (AP)
1) Tulang femur tampak sebagian besar dan sendi yang tampak
diutamakan pada bagian yang sakit.
2) Leher femur tidak mengalami pemendekkan di proksimal femur
148 Teknik Radiografi Non Kontras 1

3) Trokanter minor tidak tampak di luar batas medial femur atau


hanya sebagian kecil yang terlihat pada proksimal femur.
4) tidak ada rotasi pada sendi lutut
5) Pelindung gonad jika diperlukan, tetapi tidak menutupi bagian
proksimal femur
6) Semua alat ortopedi yang terpasang
7) tampak trabekula tulang

b. Proyeksi Lateral
1) Tulang femur tampak sebagian besar dan sendi yang tampak
diutamakan pada bagian yang sakit.
2) Semua alat ortopedi yang terpasang
3) tampak trabekula tulang
4) jika hanya sendi lutut yang tampak maka:
- bagian anterior kondilus femur tampak superposisi
- Patela tampak, sendi patellofemoral terbuka
- bagian inferior kondilus femur tidak superposisi karena efek
divergen sinar-X
5) jika hanya sendi hip yang tampak maka:
- Kaki femur lainnya tidak menutupi area yang diinginkan
- trokhanter mayor dan minor tidak tampak menonjol

Gambar 3.13

A, proksimal femur AP

B, proksimal femur AP dengan total hip arthroplasty (sendi buatan)

C, distal femur AP
Teknik Radiografi Non Kontras 1 149

Gambar 3.14

A, distal femur Lateral

B, proksimal femur Lateral

9. Evaluasi
Mahasiswa mencocokan radiograf yang telah dibuat dengan kriteria
radiografi menggunakan form evaluasi radiograf (PIMA-CIADS). Lakukan
penilaian dengan membandingkan radiograf yang Anda buat dengan kriteria
yang ada di buku ajar. Penilaian mencakup ketepatan dan alasan masing-
masing pada aspek: proyeksi, identitas radiograf, marker, kolimasi, kualitas
citra, anatomi dan patologi, tingkat penerimaan radiograf secara diagnostik.

D. TEKNIK RADIOGRAFI TULANG PELVIS

Teknik radiografi pelvis merupakan pemeriksaan yang umum dengan


kasus yang sering dihadapi oleh radiografer adalah fraktur. Perlunya
penggunaan marker dalam pemeriksaan ini karena objek kiri dan kanan yang
sama. Proyeksi yang umum dilakukan adalah proyeksi AP, lateral, dan AP
Oblik. Dalam pemeriksaan ini harus memperlihatkan tulang ilium, ischium,
pubis, dan persendian disekitar pelvis.
150 Teknik Radiografi Non Kontras 1

1. Pengertian
Teknik radiografi pelvis merupakan teknik pemeriksaan radiografi pada
daerah tulang panggul dengan menggunakan pesawat sinar-X yang
menghasilkan citra tulang panggul termasuk tulang ilum, ischium, pubis, dan
jaringan lunak serta kelainan lainnya .

2. Anatomi dan Fisiologi


Panggul wanita memiliki struktur yang lebih ramping dibanding pria.
Pada panggul wanita memiliki bentuk lebih lebar dan lebih kecil memiliki
inlet lebih besar berbentuk oval. Sakrum memiliki ukuran lebih lebar,
melengkung ke arah posterior yang digunakan untuk melahirkan. Perhatikan
perbedaan bentuk panggul pria dan wanita pada gambar 3.15 berikut.
Panggul terbagi menjadi dua bagian oblik yang membentang dari
bagian anterior sakrum ke bagian simpisis pubis. Garis batas ini disebut
dengan pelvis brim. Daerah atas tepi disebut panggul palsu atau lebih besar
dan bagian bawah disebut panggul sejati atau lebih kecil. Pelvis brim
membentuk aperture superior atau inlet. Bagian aperture inferior atau outlet
pelvis diukur dari ujung koksigis ke margin inferior simpisis pubis ke arah AP
dan antara tuberositas ischium ke arah horizontal. Daerah antara inlet dan
outlet disebut rongga panggul. Ketika tubuh dalam posisi tegak atau duduk,
brim pelvis membentuk sudut sekitar 60 derajat ke bidang horizontal. Sudut
ini bervariasi tergantung kurva lumbal dan sakral.

A. B.
sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 3.15

Anatomi tulang pelvis

A. Pelvis pria

B. Pelvis wanita
Teknik Radiografi Non Kontras 1 151

sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 3.16

Anatomi pelvis inlet dan outlet tampak samping

3. Indikasi dan Kontra Indikasi Pemeriksaan


Beberapa indikasi dilakukan pemeriksaan radiografi pada pelvis dapat
dilihat pada tabel 3.9. Kontra indikasi pemeriksaan ini adalah pasien wanita
yang sedang hamil, kecuali memang ada permintaan khusus dari dokter
pengirim.

Tabel 3.9

Indikasi pemeriksaan radiografi pelvis

Indikasi Definisi
Fraktur Fraktur adalah gangguan pada kontinuitas tulang
atau sering disebut dengan patah tulang.
Tumor Tumor adalah pertumbuhan jaringan baru dimana
proliferasi sel tidak terkendali.
Metastase Metastase adalah penyebaran lesi kanker dari satu
area ke area lain.
Osteoporosis Osteoporosis adalah kelainan pada tulang dimana
terjadi penurunan kepadatan tulang.
Osteoartritis atau penyakit degeneratif Bentuk artritis yang ditandai dengan memburuknya
persendian tulang rawan secara progresif pada sendi sinovial
dan vertebra.
Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016
152 Teknik Radiografi Non Kontras 1

4. Persiapan Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada teknik radiografi pelvis antara
lain:
a. Pesawat sinar–X siap pakai
b. Image Receptor (IR) / Kaset radiografi dan film ukuran 35 x 43 cm
c. Marker, plester dan gunting
d. Plat timbal
e. Meteran
f. Grid / bucky
g. Alat fiksasi (bantal pasir dan bantal busa)

5. Persiapan Pasien
Persiapan pasien dilakukan dengan mengganti pakaian pasien dengan
baju pemeriksaan yang telah disediakan dan memastikan tidak ada logam
atau benda lain pada daerah panggul yang akan diperiksa.

6. Posisi Pasien dan Persiapan Obyek


Pasien diposisikan tidur terlentang pada meja pemeriksaan.
a. Proyeksi AP
1) Tempatkan pertengahan tubuh pada pertengahan grid atau bucky
dan pastikan posisi pasien supine
2) Untuk pasien kontraindikasi karena trauma atau faktor patologi,
rotasikan kaki ke arah medial dan pergelangan kaki 15 – 20 derajat
sehingga kolumna femur sejajar dengan IR.
3) Fiksasikan kaki dengan bantal pasir bila perlu
4) Periksa jarak SIAS ke meja pemeriksaan dan pastikan tidak ada
rotasi panggul
5) Respirasi tahan nafas
Teknik Radiografi Non Kontras 1 153

sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 3.17

Proyeksi AP pelvis

b. Proyeksi Lateral
1) Posisikan pasien dalam posisi tidur miring dengan bagian tengah
tubuh berada pada pertengahan IR
2) Beri bantal busa pada bawah tulang belakang lumbal sehingga
kolumna vertebra dapat sejajar dengan meja pemeriksaan.
3) Pastikan posisi pelvis lateral dengan SIAS pada bidang vertikal
yang sama
4) Beri bantal busa pada antara lutut untuk fiksasi kaki pada pasien
154 Teknik Radiografi Non Kontras 1

sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 3.18

Proyeksi lateral pelvis

c. Proyeksi AP Oblik
1) Pusatkan pertengahan tubuh pada pertengahan grid atau bucky
2) Fleksikan siku pasien dan letakkan tangan di atas dada
3) Pastikan tidak ada rotasi panggul. Pastikan SIAS pada jarak yang
sama dari meja pemeriksaan
4) Fleksikan hip dan lutut ke arah atas sehingga femur hampir vertikal
5) Abduksi paha dan menahan telapak kaki sebagai penyangga satu
sama lain
Teknik Radiografi Non Kontras 1 155

sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 3.19

Proyeksi AP oblik pelvis

7. Teknik Penyinaran dan Eksposi


Teknik penyinaran yang dilakukan pada pemeriksaan radiografi pelvis
sebagai berikut:
a. Proyeksi AP
1) Atur arah sinar vertikal tegak lurus
2) Tempatkan pusat sinar dengan meraba pada daerah tonjolan
trokanter mayor tarik pada pertengahan SIAS dan simpisis pubis.
Pada pasien normal IR 2 inchi (5 cm) dibawah SIAS dan 2 inchi (5
cm) superior simpisis pubis.
3) Jika pasien bertubuh tebal, palpasi krista iliaka dan pastikan posisi
IR 1 – 1,5 inchi (2,5 – 3,8 cm) diatas krista
4) Atur FFD 100 cm
5) Gunakan focal spot besar
6) Gunakan faktor eksposi
156 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Tabel 3.10

Faktor eksposi pelvis proyeksi AP

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Konvensional CR DR
85 25 12,5
sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

b. Proyeksi Lateral
1) Atur arah sinar vertikal tegak lurus
2) Tempatkan pusat sinar pada palpasi trokanter mayor teraba ke
pusat IR
3) Atur FFD 100 cm
4) Gunakan focal spot besar
5) Gunakan faktor eksposi

Tabel 3.11

Faktor eksposi pelvis proyeksi lateral

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Konvensional CR DR
85 25 12,5
sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

c. Proyeksi AP Oblik
1) Atur arah sinar vertikal tegak lurus
2) Tempatkan pusat sinar pada 1 inchi (2,5 cm) superior simpisis
pubis
3) Atur FFD 100 cm
4) Gunakan focal spot besar
5) Gunakan faktor eksposi

Tabel 3.12

Faktor eksposi pelvis proyeksi AP Oblik

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Konvensional CR DR
85 28 14
sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016
Teknik Radiografi Non Kontras 1 157

8. Kriteria dan Hasil Citra Radiografi


Kriteria radiografi tulang pelvis dapat dilihat pada penjelasan di setiap
proyeksi berikut:
a. Proyeksi AP
Berikut ini harus terlihat jelas yaitu:
1) Seluruh panggul dengan femur proksimal
2) Iliaka atau trokanter mayor berjarak sama pada tepi radiograf
3) Tidak ada rotasi panggul
(a) Kedua iliaka simetris
(b) Foramina obturator simetris
(c) Spina iskiadika terlihat sama
(d) Sakrum dan tulang ekor sejajar simpisis pubis
4) Rotasi femur proksimal yang tepat
(a) Kolumna femoralis tanpa superposisi
(b) Tampak trokanter mayor
(c) Trokanter minor jika terlihat pada batas medial femur
5) Dapat menunjukkan detail dari trabekula dan jaringan lunak

b. Proyeksi Lateral
Berikut ini harus terlihat jelas yaitu:
1) Kolimasi yang tepat menunjukkan seluruh pelvis, femur proksimal,
sakrum, dan tulang ekor
2) Pelvis dalam posisi lateral sebenarnya
(a) Superposisi daerah posterior dari ischium dan ileum
(b) Superposisi kedua femur
(c) Superposisi acetabulum. Lingkaran acetabulum tampak besar
dari fossa bila lebih jauh dari IR.
3) Lengkungan pubis tidak tertutup oleh femur
4) Dapat menunjukkan detail dari trabekula dan jaringan lunak
158 Teknik Radiografi Non Kontras 1

A B
Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 3.20

Hasil radiograf AP pelvis

A. Pelvis pria

B. Pelvis wanita

sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 3.21

Hasil radiograf lateral Pelvis


Teknik Radiografi Non Kontras 1 159

c. Proyeksi AP Oblik
Berikut ini harus terlihat jelas yaitu:
1) Kolimasi yang tepat menunjukkan tidak ada rotasi pada panggul
2) Tampak acetabulum, kaput femur, dan leher dari femur
3) Trokanter minor pada sisi medial dari tulang paha
4) Leher femur tanpa superposisi oleh trokanter mayor
5) Sumbu femoralis mengalami pemanjangan dari tulang pinggul
dengan sudut yang sama
6) Dapat menunjukkan detail dari trabekula dan jaringan lunak

sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 3.22

Hasil radiograf AP oblik Pelvis

9. Evaluasi
Mahasiswa mencocokan radiograf yang telah dibuat dengan kriteria
radiografi menggunakan form evaluasi radiograf (PIMA-CIADS). Lakukan
penilaian dengan membandingkan radiograf yang Anda buat dengan kriteria
yang ada di buku ajar. Penilaian mencakup ketepatan dan alasan masing-
masing pada aspek: proyeksi, identitas radiograf, marker, kolimasi, kualitas
citra, anatomi dan patologi, tingkat penerimaan radiograf secara diagnostik.
160 Teknik Radiografi Non Kontras 1

LATIHAN

Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas!

1) Sebutkan indikasi pemeriksaan radiografi pedis!


2) Sebutkan alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan radiografi
kruris!
3) Jelaskan persiapan pemeriksaan radiografi femur!
4) Jelaskan proyeksi yang dilakukan saat eksposi pemeriksaan pelvis?
5) Jelaskan kriteria hasil citra radiografi pelvis!!

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan latihan di atas, berikut


petunjuk yang harus Anda kerjakan:
1) Anda dapat menjelaskan dengan memahami istilah yang digunakan
dalam pemeriksaan radiografi ekstremitas bawah.
2) Anda dapat dapat membaca kembali bagian modul yang membahas
tentang indikasi pemeriksaan-pemeriksaan radiografi ekstremitas
bawah.
3) Anda dapat menjelaskan dengan memahami proyeksi yang dilakukan
pada pemeriksaan-pemeriksaan radiografi ekstremitas bawah.
4) Anda dapat menjelaskan dengan mempelajari alat dan bahan yang
digunakan pada pemeriksaan-pemeriksaan radiografi ekstremitas
bawah.
5) Anda dapat memahami dengan mempelajari hasil citra radiografi
pemeriksaan-pemeriksaan radiografi ekstremitas bawah.

RINGKASAN

Pemeriksaan radiografi pedis terdiri dari proyeksi AP atau AP axial dan


oblique dengan memposisikan pasien telentang pada posisi AP dan
memposisikan pasien oblique pada proyeksi lateral. Kriteria utama dapat
menampakkan keseluruhan tulang dan jaringan lunak yang berada pada
pedis.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 161

Pemeriksaan radiografi kruris dilakukan dengan proyeksi AP dan


lateral. Kriteria utama radiografi kruris adalah artikulasio talokrularis dan
artikulasio genu tampak pada satu film.
Pemeriksaan radiografi femur secara umum menggunakan proyeksi
Antero Posterior dan Lateral. Hasil radiograf minimal dapat menampilkan
seluruh bagian tulang femur dan kedua sendi yang terhubung dengan
femur atau minimal salah satu sendi pada satu proyeksi secara bergantian
untuk proyeksi lainnya.
Pemeriksaan radiografi pelvis terdiri dari proyeksi AP, lateral, dan AP
oblik. Kriteria utama radiograf dari teknik radiografi pelvis dapat
memperlihatkan seluruh pelvis (ilium, ischium, dan pubis), femur bagian
proksimal, sakrum, dan tulang ekor serta dapat memperlihatkan detail dari
trabekula tulang dan jaringan lunak.

TES 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Pasien umur 22 tahun, mengalami kecelakaan karena menginjak


pecahan kaca, sehingga mengakibatkan telapak kaki kirinya berdarah
dan diperkirakan kemasukan pecahan kaca. Setelah melakukan
pemeriksaan, dokter minta untuk dilakukan pemeriksaan radiografi
pedis dengan indikasi corpus alienum. Apakah proyeksi yang tepat
untuk menegakkan diagnosis kasus tersebut?
A. Proyeksi AP dan Oblik
B. Proyeksi PA dan Oblik
C. Proyeksi AP dan Lateral
D. Proyeksi AP dan Aksial
E. Proyeksi Oblik dan Lateral

2) Seorang laki-laki berusia 36 tahun terjatuh dari pohon. Setelah


dilakukan pemeriksaan radiografi, terlihat adanya fraktur pada pedis.
Dimanakah letak titik bidik yang diatur pada pemeriksaan tersebut?
A. Dasar metatarsal II
B. Dasar metasarsal III
C. Dasar metatarsal IV
D. Dasar tarsal digiti II
E. Dasar tarsal digiti III
162 Teknik Radiografi Non Kontras 1

3) Seorang perempuan jatuh akibat tabrakan sepeda motor datang diantar


oleh perawat ke Instalasi Radiologi. Keadaan pasien mengalami
kesakitan yang parah dan tidak bisa menggerakkan tungkai bawah.
Dokter pengirim meminta permintaan pemeriksaan radiografi.
Pemeriksaan radiografi apakah yang sesuai untuk pasien tersebut?
A. Kruris proyeksi AP dan Lateral
B. Genu proyeksi AP dan Lateral
C. Pedis proyeksi AP dan Oblik
D. Artikulasio talokrularis proyeksi mortis
E. Pedis proyeksi AP dan lateral

4) Seorang perempuan jatuh akibat tabrakan sepeda motor datang diantar


oleh perawat ke Instalasi Radiologi. Keadaan pasien mengalami
kesakitan yang parah dan tidak bisa menggerakkan tungkai bawah.
Bagaimanakah arah sinar yang sesuai pada proyeksi lateral untuk pasien
dengan kondisi tersebut ?
A. Vertikal tegak lurus IR/kaset
B. Horisontal tegak lurus IR/kaset
C. Penyudutan sinar ke arah cephalad
D. Penyudutan sinar ke arah caudad
E. Penyudutan 15 derajat ke arah caudad

5) Pasien laki berusia 17 tahun dibawa ke instalasi gawat darurat karena


kecelakaan lalu lintas, setelah dilakukan pemeriksaan bagian paha
bawah mengalami nyeri tekan dan tidak dapat digerakkan. Kemudian
dokter mengirimnya ke bagian radiologi untuk dilakukan pemeriksaan
radiografi.
Bagaimanakah posisi yang tepat untuk pasien tersebut ?
A. berdiri
B. supine
C. prone
D. supine dan semi prone
E. semi prone
Teknik Radiografi Non Kontras 1 163

6) Seorang pasien perempuan, 35 tahun, datang dengan keluhan nyeri


pada daerah pelvis. Dokter mendiagnosis ada massa di daerah tersebut.
Radiografer membuat proyeksi pelvis AP untuk melihat adanya kelainan.
Apakah nama organ anatomi yang harus berjarak sama dengan tepi
image receptor agar radiograf terlihat simetris?
A. Trokanter mayor
B. Spina iliaka
C. Foramen obturator
D. Simpisis pubis
E. Tulang ischium

7) Seorang laki-laki, umur 59 tahun, diantar perawat IGD ke radiologi,


dengan membawa permintaan pemeriksaan radiografi pelvis. Riwayat
pasien pernah memiliki kanker testis 6 tahun yang lalu, serta mengalami
nyeri di sekitar pelvis. Dokter meminta dilakukan pemeriksaan radiografi
pelvis. Radiografer membuat proyeksi AP pelvis.
Berapa derajat pengaturan rotasi kaki ke arah medial pada kasus
tersebut?
A. 15 - 20
B. 5 - 10
C. 20 - 25
D. 10 - 15
E. 25 - 30

8) Seorang laki-laki, umur 39 tahun, diantar perawat IGD ke radiologi,


dengan membawa permintaan pemeriksaan radiografi pelvis. Riwayat
pasien paska terjatuh dari tangga mengalami nyeri di sekitar pelvis.
Dokter meminta dilakukan pemeriksaan radiografi pelvis.
Berapakah ukuran image receptor yang digunakan pada kasus tersebut?
A. 24 x 30 cm
B. 30 x 40 cm
C. 35 x 35 cm
D. 35 x 43 cm
E. 18 x 24 cm
164 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes 1 yang terdapat


di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan
rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Topik 1.

Jumlah Jawaban yangBenar


Tingkat penguasaan = ×100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Topik 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus
mengulangi materi Topik 1, terutama bagian yang belum dikuasai.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 165

TOPIK 2

Teknik Radiografi Artikulasio


Ekstremitas Bawah

P
emeriksaan radiografi artikulasio ekstremitas bawah juga termasuk
pemeriksaan radiografi di rumah sakit atau klinik yang cukup sering
dihadapi oleh radiografer. Kasus trauma dan dislokasi adalah indikasi
pemeriksaan yang banyak ditemukan. Ketepatan mengatur faktor eksposi
akan mendukung kualitas citra radiografi sehingga akan meningkatkan nilai
diagnostik radiograf. Pemeriksaan radiografi yang dibahas mencakup
artikulasio talokruralis, artikulasio genu, artikulasio femoris, dan artikulasio
sakroiliaka.

A. TEKNIK RADIOGRAFI ARTIKULASIO TALOKRURALIS

Teknik radiografi artikulasio talokruralis atau biasanya disebut


pergelangan kaki merupakan pemeriksaan yang umum dengan kasus yang
sering dihadapi oleh radiografer adalah dislokasi. Perlunya penggunaan
marker dalam pemeriksaan ini karena objek kiri dan kanan yang sama.
Proyeksi yang umum dilakukan adalah proyeksi AP dan lateral. Dalam
pemeriksaan ini harus memperlihatkan tulang tibia, fibulla, talus, dan
persendian disekitar pergelangan kaki.

1. Pengertian
Teknik radiografi artikulasio talokruralis merupakan teknik pemeriksaan
radiografi pada daerah pergelangan kaki dengan menggunakan pesawat
sinar-X yang menghasilkan citra pergelangan kaki termasuk tulang tibia,
fibulla, talus, dan jaringan lunak serta kelainan lainnya.

2. Anatomi dan Fisiologi


Sendi yang berada pada artikulasio talokruralis terdiri dari dua buah
sendi yaitu sendi talofibular yang merupakan sendi antara tulang talus
dengan tulang fibulla dan sendi tibiotalar yang merupakan sendi antara
166 Teknik Radiografi Non Kontras 1

tulang tibia dengan tulang talus. Pada ujung distal tulang tibia terdapat
prosesus yang disebut malleolus medial sedangkan ujung distal pada tulang
fibula disebut malleolus lateral. Permukaan anterolateral pada malleolus
medial terdapat tuberkulum anterior yang melapisi fibula. Malleolus lateral
terletak 15 – 20 derajat posterior dari malleolus medial.

sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 3.23

Anatomi artikulasio talokrulalis

3. Indikasi dan Kontra Indikasi Pemeriksaan


Beberapa indikasi dilakukannya pemeriksaan radiografi pada sendi
pergelangan kaki dapat dilihat pada tabel 3.11.

Tabel 3.11

Indikasi pemeriksaan radiografi artikulasio talokrulalis

Indikasi Definisi
Kista Tulang Kista berisi cairan dengan dinding fibrosa
Congenital clubfoot Rotasi kaki yang tidak normal biasanya kedalam
dan kebawah
Dislokasi Pergeseran tulang dari sendi
Fraktur Gangguan kontinuitas tulang
Pott Fraktur avulsi maleolus medial dengan hilangnya
ankle mortise
Jones Fraktur avulsi pada base metatarsal ke lima
Teknik Radiografi Non Kontras 1 167

Indikasi Definisi
Gout Penyakit artritis turunan dengan asam urat pada
sendi
Metastasis Lesi kanker yang menyebar dari satu area ke area
lain
Penyakit Osgood- Avulsi tuberositas tibial yang terpisah tidak
Schlatter sempurna
Osteoarthritis atau Bentuk peradangan ditandai dengan kerusakan
Penyakit degeneratif tulang rawan yang progresif pada sendi dan
sendi vertebra
Osteomalacia atau Pelunakan tulang karena kekurangan vitamin D
rickets
Osteomyelitis Radang tulang karena infeksi piogenik
Osteopetrosis Peningkatan kepadatan tulang lunak apikal
Osteoporosis Kehilangan kepadatan tulang
Penyakit Paget Penyakit metabolis kronik yang ditandai dengan
tulang melemah, cacat dan menebal yang mudah
patah
Tumor Pertumbuhan jaringan baru dimana pertumbuhan
sel tidak terkontrol
Condrosarcoma Tumor ganas yang muncul pada sel tulang rawan
Enchondroma Tumor jinak dari tulang rawan
Ewing Sarcoma Tumor ganas yang timbul dijaringan meduler
Osteochondroma atau Tumor tulang jinak yang terlihat diatas tulang
exostosis rawan
Osteoclastoma atau Lesi lucent dibagian metafisis, biasanya dibagian
giant cell tumor femur distal
Osteoid Osteoma Lesi jinak pada tulang kortikal
Osteosarcoma Tumor tulang yang paling ganas dengan
pembentukan tulang atau tulang rawan
sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Untuk kontra indikasi secara umum tidak ada. Pemeriksaan ini termasuk
pemeriksaan radiografi yang relatif aman karena dosis radiasinya yang
rendah, disamping itu tentu saja sinar-X dapat memberikan manfaat yang
lebih besar yakni untuk mendiagnosis suatu kelainan patologis.

4. Persiapan Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada teknik radiografi artikulasio
talokruralis antara lain:
168 Teknik Radiografi Non Kontras 1

a. Pesawat sinar–X siap pakai


b. Image Receptor (IR) / Kaset radiografi dan film ukuran 18x24 cm, atau
24x30 cm membujur (satu IR untuk dua citra)
c. Marker, plester dan gunting
d. Plat timbal
e. Meteran
f. Apron
g. Alat fiksasi (bantal pasir dan bantal busa)

5. Persiapan Pasien
Persiapan pasien yang perlu dilakukan adalah melepas benda logam
atau benda lain pada daerah yang akan diperiksa, contoh: gelang kaki. Bila
mengenakan celana panjang atau rok, pastikan tidak menutupi area
penyinaran atau gulung ke atas.

6. Posisi Pasien dan Persiapan Obyek


Pasien diposisikan tidur terlentang pada meja pemeriksaan.
a. Proyeksi AP
1) Sesuaikan sendi pergelangan kaki pada posisi anatomis tubuh
(kaki mengarah lurus ke atas) untuk mendapatkan proyeksi AP
sebenarnya. Tekuk pergelangan kaki sehingga mendapatkan
sumbu panjang kaki pada posisi vertikal
2) Gunakan apron untuk melindungi area yang tidak tersinar radiasi

sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 3.24

Proyeksi AP talokrulalis
Teknik Radiografi Non Kontras 1 169

b. Proyeksi Lateral
1) Tempatkan sumbu panjang IR sejajar dengan sumbu kaki pasien,
tempatkan pertengahan pergelangan kaki pada pertengahan IR
2) Pastikan bagian lateral dari kaki menempel pada IR
3) Posisikan kaki dorsiflexion, dan sesuaikan sisi lateral. Dorsiflexion
diperlukan untuk mencegah rotasi lateral dari pergelangan kaki

sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 3.25

Proyeksi lateral artikulasio talokrulalis

7. Teknik Penyinaran dan Eksposi


Teknik penyinaran yang dilakukan pada pemeriksaan radiografi
artikulasio talokruralis adalah sebagai berikut:
a. Proyeksi AP
1) Atur arah sumbu sinar tegak lurus menuju sendi pergelangan kaki
pada pertengahan kedua malleolus
2) Kolimasi 1 inchi (2,5 cm) di sisi pergelangan kaki dan 8 inchi (18
cm) memanjang yang mencakup tumit
170 Teknik Radiografi Non Kontras 1

3) Atur FFD 100 cm


4) Gunakan focal spot kecil
5) Gunakan faktor eksposi

Tabel 3.13

Faktor eksposi artikulasio talokrulalis proyeksi AP

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Konvensional CR DR
70 2* 3,2 1,8
*untuk penggunaan kV 63

sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2013 dan 2016

b. Proyeksi Lateral
1) Atur arah sumbu sinar tegak lurus menuju sendi pergelangan kaki
2) Kolimasi 1 inchi (2,5 cm) di sisi pergelangan kaki dan 8 inchi (18
cm) memanjang yang mencakup tumit dan basis metatarsal ke 5
3) Atur FFD 100 cm
4) Gunakan focal spot kecil
5) Gunakan faktor eksposi sesuai tabel

Tabel 3.14

Faktor eksposi artikulasio talokrulalis proyeksi lateral

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Konvensional CR DR
70 2* 2,2 1,25
*untuk penggunaan kV 59

sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2013 dan 2016

8. Kriteria dan Hasil Citra Radiografi


Kriteria radiografi artikulasio talokruralis sesuai dengan proyeksi yang
dibuat. Proyeksi yang tepat mampu menampakkan sendi sesuai dengan
kondisi seperti pada penjelasan berikut.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 171

a. Proyeksi AP
1) Kolimasi yang tepat memperlihatkan sendi pergelangan kaki pada
pertengan IR.
2) Tampak maleolus medial dan lateral
3) Talus dengan kecerahan yang tepat
4) Tidak ada rotasi pada pergelangan kaki
a) Overlapping normal dari artikulasi tibiofibular dengan
tuberkelus anterior yang sedikit superposisi dengan fibula
b) Talus sedikit overlapping dengan fibula bagian bawah
c) Tidak ada overlapping artikulasi talomaleolar bagian medial
5) Celah sendi tibiotalar terbuka
6) Dapat menunjukkan detail dari trabekula dan jaringan lunak

sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 3.26

Radiograf proyeksi AP artikulasio talokrulalis

b. Proyeksi Lateral
1) Kolimasi yang tepat menunjukkan pergelangan kaki pada
pertengan IR dan tampak distal dari tibia dan fibula, talus,
kalkaneus, dan tarsal yang saling berdekatan.
2) Pergelangan kaki pada posisi lateral sebenarnya
172 Teknik Radiografi Non Kontras 1

a) Sendi tibiotalar tervisualisasi dengan baik, dengan medial


dan lateral talar saling superposisi
b) Fibula berada di pertengahan dari tibia
3) Basis metatarsal kelima dan tuberositas harus terlihat untuk
melihat fraktur Jones
4) Kecerahan dan ketajaman dari sendi pergelangan kaki yang cukup
dapat melihat garis distal fibula
5) Dapat menunjukkan detail dari trabekula dan jaringan lunak

sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 3.27

Radiograf proyeksi lateral artikulasio talokrulalis

9. Evaluasi
Mahasiswa mencocokan radiograf yang telah dibuat dengan kriteria
radiografi menggunakan form evaluasi radiograf (PIMA-CIADS).
Lakukan penilaian dengan membandingkan radiograf yang Anda buat
dengan kriteria yang ada di buku ajar. Penilaian mencakup ketepatan dan
alasan masing-masing pada aspek: proyeksi, identitas radiograf, marker,
kolimasi, kualitas citra, anatomi dan patologi, tingkat penerimaan radiograf
secara diagnostik.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 173

B. TEKNIK RADIOGRAFI ARTIKULASIO GENU

Pemeriksaan radiografi artikulasio genu merupakan pemeriksaan yang


umum dilakukan di Instalasi Radiologi. Kasus yang sering dihadapi oleh
radiografer adalah trauma dan radang sendi. Perlunya penggunaan marker
dalam pemeriksaan ini karena objek kiri dan kanan yang sama. Proyeksi yang
umum dilakukan adalah proyeksi AP, lateral, dan AP weight-bearing. Dalam
pemeriksaan ini harus memperlihatkan tulang paha, sendi lutut dan tulang
tungkai bawah.

1. Pengertian
Teknik radiografi artikulasio genu adalah teknik pemeriksaan radiografi
pada daerah sendi atara tungkai bawah dan paha dengan menggunakan
pesawat sinar-X yang menghasilkan citra tulang femur, patela, tibia, fibula,
patela dan jaringan lunak serta kelainan lainnya.

2. Anatomi dan Fisiologi


Sendi lutut adalah salah satu sendi paling kompleks di tubuh manusia.
Femur, tibia, fibula, dan patela disatukan oleh sekelompok ligamen yang
kompleks. Ligamen ini bekerja sama untuk memberikan stabilitas pada sendi
lutut. Meskipun radiografer tidak menghasilkan gambar ligamen ini, mereka
perlu memiliki pemahaman dasar tentang posisi dan keterkaitannya. Banyak
pasien dengan cedera lutut tidak mengalami patah tulang, tetapi mereka
mungkin memiliki satu atau lebih ligamen yang robek, yang dapat
menyebabkan rasa sakit yang hebat dan dapat mengubah posisi tulang.
Berikut adalah ligamen lutut:
a. Ligamentum cruciatum posterior
b. Ligamentum cruciatum anterior
c. Ligamentum kolateral tibialis
d. Ligamentum kolateral fibula

Sendi lutut berisi dua cakram fibrokartilago yang disebut meniskus


lateral dan meniskus medial. Menisci melingkar terletak di dataran tinggi
tibialis. Mereka tebal di tepi luar sendi dan meruncing ke arah tengah dataran
tinggi tibialis. Bagian tengah dataran tinggi tibialis berisi tulang rawan yang
berartikulasi langsung dengan kondilus lutut. Menisci memberikan stabilitas
pada lutut dan bertindak sebagai peredam kejut. Menisci biasanya robek
174 Teknik Radiografi Non Kontras 1

selama cedera. Arthrogram lutut atau pemindaian magnetic resonance


imaging (MRI) harus dilakukan untuk memvisualisasikan robekan meniskus.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 175

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 3.28

A. anatomi artikulasio genu tampak depan, B. anatomi artikulasio genu tampak belakang,
C. anatomi artikulasio genu tampak atas, D. artikulasio genu tampak samping

3. Indikasi dan Kontra Indikasi Pemeriksaan


Beberapa indikasi dilakukannya pemeriksaan radiografi pada sendi lutut
dapat dilihat pada tabel 3.12.
176 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Tabel 3.12

Indikasi pemeriksaan radiografi artikulasio genu

Indikasi Definisi
Kista Tulang Kista berisi cairan dengan dinding fibrosa
Congenital clubfoot Rotasi kaki yang tidak normal biasanya kedalam
dan kebawah
Dislokasi Pergeseran tulang dari sendi
Fraktur Gangguan kontinuitas tulang
Pott Fraktur avulsi maleolus medial dengan hilangnya
ankle mortise
Jones Fraktur avulsi pada base metatarsal ke lima
Gout Penyakit artritis turunan dengan asam urat pada
sendi
Metastasis Lesi kanker yang menyebar dari satu area ke area
lain
Penyakit Osgood- Avulsi tuberositas tibial yang terpisah tidak
Schlatter sempurna
Osteoarthritis atau Bentuk peradangan ditandai dengan kerusakan
Penyakit degeneratif tulang rawan yang progresif pada sendi dan
sendi vertebra
Osteomalacia atau Pelunakan tulang karena kekurangan vitamin D
rickets
Osteomyelitis Radang tulang karena infeksi piogenik
Osteopetrosis Peningkatan kepadatan tulang lunak apikal
Osteoporosis Kehilangan kepadatan tulang
Penyakit Paget Penyakit metabolis kronik yang ditandai dengan
tulang melemah, cacat dan menebal yang mudah
patah
Tumor Pertumbuhan jaringan baru dimana pertumbuhan
sel tidak terkontrol
Condrosarcoma Tumor ganas yang muncul pada sel tulang rawan
Enchondroma Tumor jinak dari tulang rawan
Ewing Sarcoma Tumor ganas yang timbul dijaringan meduler
Osteochondroma atau Tumor tulang jinak yang terlihat diatas tulang
exostosis rawan
Osteoclastoma atau Lesi lucent dibagian metafisis, biasanya dibagian
giant cell tumor femur distal
Osteoid Osteoma Lesi jinak pada tulang kortikal
Osteosarcoma Tumor tulang yang paling ganas dengan
pembentukan tulang atau tulang rawan
sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016
Teknik Radiografi Non Kontras 1 177

Untuk kontra indikasi secara umum tidak ada. Pemeriksaan ini termasuk
pemeriksaan radiografi yang relatif aman karena dosis radiasinya yang
rendah, disamping itu tentu saja sinar-X dapat memberikan manfaat yang
lebih besar yakni untuk mendiagnosis suatu kelainan patologis.

4. Persiapan Alat dan Bahan


a. Pesawat sinar–X siap pakai
b. Image Receptor (IR) / kaset radiografi ukuran 10 × 12 inci (24 × 30
cm dan 14 × 17 inci (35 × 43 cm) melintang untuk citra bilateral
pada proyeksi AP weight-bearing
c. Marker, plester dan gunting
d. Plat timbal
e. Meteran
f. Apron
g. Alat fiksasi (bantal pasir dan bantal busa)

5. Persiapan Pasien
Persiapan pasien yang perlu dilakukan adalah melepas benda logam
atau benda lain pada daerah yang akan diperiksa. Bila mengenakan celana
panjang atau rok, pastikan tidak menutupi area penyinaran atau gulung ke
atas sampai posisi celana berada di atas lutut, atau berganti dengan baju
pasien bila kondisinya tidak memungkinkan.

6. Posisi Pasien dan Posisi Obyek


a. Proyeksi AP
Atur pasien dalam posisi terlentang, dan sesuaikan tubuh agar panggul
tidak berputar. Kemudian posisikan objek obyek sebagai berikut:
1) Atur kaki pasien dengan menempatkan epikondilus femoralis
sejajar dengan IR untuk proyeksi AP yang sebenarnya. Patela
terletak agak jauh dari tengah ke sisi medial. Jika lutut tidak dapat
sepenuhnya diperpanjang.
2) Gunakan pelindung gonad untuk melindungi organ vital.
178 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 3.29

Teknik Radiografi AP

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 3.30

Teknik Radiografi Lateral


Teknik Radiografi Non Kontras 1 179

b. Proyeksi Lateral
Atur pasien untuk berbalik ke sisi yang sakit. Pastikan panggul tidak
diputar. Untuk proyeksi lateral standar, minta pasien mengarahkan lutut
yang terkena ke depan dan memperpanjang tungkai lainnya di
belakangnya. Anggota tubuh lainnya juga dapat ditempatkan di depan
lutut yang terkena pada blok penyangga. Kemudian posisikan obyek
sebagai berikut :
1) Dengan menjaga sisi yang terkena berdekatan dengan IR,
posisikan pasien pada sudut miring yang cukup untuk
memproyeksikan tulang belakang tepat di belakang sendi
sternoklavikularis yang paling dekat dengan IR. Sudutnya biasanya
sekitar 10 hingga 15 derajat.
2) Sesuaikan posisi pasien untuk memusatkan sendi ke garis tengah
bingkai.
3) Gunakan pelindung gonad untuk melindungi organ vital

c. Proyeksi AP weight-bearing
Letakkan pasien dalam posisi tegak dengan punggung menghadap
perangkat kisi vertikal. Kemudian posisikan objek humerus sebagai
berikut:
1) Letakkan jari-jari kaki lurus ke depan, dengan kaki terpisah cukup
untuk keseimbangan yang baik.
2) Minta pasien untuk berdiri tegak dengan lutut terentang penuh
dan berat badan didistribusikan secara merata di kaki.

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 3.31.

Teknik Radiografi AP weight-bearing


180 Teknik Radiografi Non Kontras 1

7. Teknik Penyinaran dan Eksposi


Teknik penyinaran yang dilakukan pada pemeriksaan radiografi
artikulasio genu adalah sebagai berikut :
a. Proyeksi AP
1) Arahkan sinar vertikal tegak lurus terhadap IR.
2) Arahkan titik bidik ke titik ½ inci (1,3 cm) lebih rendah dari apeks
patela
3) Variabel, tergantung pada pengukuran antara anterior superior
iliac spine (ASIS) dan bagian atas meja, sebagai berikut:
<19 cm 3-5 derajat caudad (panggul tipis)
19-24 cm 0 derajat
> 24 cm 3-5 derajat cephalad (panggul besar)

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 3.31

Ketebalan pelvis dan pengaturan sudut arah sinar

4) Atur kolimasi ukuran 10 × 12 inci (24 × 30 cm) pada kolimator


pada kolimator Atur FFD pada jarak 100 cm
Teknik Radiografi Non Kontras 1 181

5) Gunakan focal spot kecil


6) Gunakan faktor eksposi

Tabel 3.14

Faktor eksposi artikulasio genu AP

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Konvensional CR DR
70 2,2 1,25
sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2013 dan 2016

b. Proyeksi Lateral
1) Arah sinar vertikal tegak lurus terhadap IR.
2) Arahkan titik bidik pada sudut 5 hingga 7 derajat caudad untuk
keluar dari titik ½ inci (1,3 cm) di bawah puncak patela. Karena
tibia dan fibula agak miring, sinar pusat sejajar dengan tibialis. Titik
bidik tegak lurus untuk pasien dengan paha besar atau saat kaki
terangkat.
3) Gunakan focal spot kecil
4) Gunakan faktor eksposi

Tabel 3.15

Faktor eksposi artikulasio genu lateral

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Konvensional CR DR
70 2,2 1,25
sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2013 dan 2016

c. Proyeksi AP weight-bearing
1) Arah sinar vertikal tegak lurus terhadap IR.
2) Titik bidik pada titik ½ inci (1,3 cm) di bawah apeks patella.
3) Gunakan focal spot kecil
4) Gunakan faktor eksposi
182 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Tabel 3.16

Faktor eksposi artikulasio genu AP weight-bearing

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Konvensional CR DR
70 2,2 1,25
sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2013 dan 2016

8. Kriteria dan Hasil Citra Radiografi


Kriteria radiografi artikulasio genu sesuai dengan proyeksi yang dibuat.
Proyeksi yang tepat mampu menampakkan tulang-tulang dan sendi yang
berkaitan, sesuai dengan kondisi seperti pada penjelasan berikut.
a. Proyeksi AP
1) Bukti kolimasi yang tepat
2) Lutut sepenuhnya terentang jika kondisi pasien memungkinkan
3) Seluruh lutut tanpa rotasi
4) Kondilus femoralis simetris dan tibia intercondylar menonjol di
tengah
5) Superimposisi ringan pada kepala fibula jika tibia normal
6) Patela sepenuhnya ditumpangkan pada tulang paha
7) Buka ruang sendi femorotibial, dengan titik potong sama lebar di
kedua sisinya jika lutut normal
8) Detail jaringan lunak dan tulang trabekuler

b. Proyeksi Lateral
1) Bukti kolimasi yang tepat
2) Lutut keluar 20 sampai 30 derajat dalam posisi lateral yang
sebenarnya seperti yang ditunjukkan oleh kondilus femoralis yang
ditumpangkan (temukan kondilus medial yang lebih besar)
3) Permukaan anterior kondilus medial yang lebih dekat ke patela
terjadi akibat rotasi berlebih menuju IR.
4) Permukaan anterior dari kondilus medial yang lebih jauh dari
patela disebabkan oleh underrotation dari IR.
5) Permukaan inferior dari kondilus medial kaudal ke kondilus lateral
disebabkan oleh sudut CR sefalad yang tidak mencukupi.
6) Permukaan inferior dari kondilus lateral kaudal ke kondilus medial
dihasilkan dari sudut CR yang terlalu jauh cephalad.
7) Kepala fibular dan tibia sedikit ditumpangkan (overrotation
menyebabkan lebih sedikit superimposisi, dan underrotation
menyebabkan lebih banyak superimposition)
Teknik Radiografi Non Kontras 1 183

8) Patela dalam profil lateral


9) Buka ruang sendi patellofemoral
10) Buka ruang sendi antara femoral condyles dan tibia
11) Detail jaringan lunak dan tulang trabekuler

c. Proyeksi AP weight-bearing
1) Bukti kolimasi yang tepat
2) Kedua lutut tanpa rotasi
3) Sendi lutut berada di tengah area eksposur
4) Dataran tinggi Tibial dalam profil
5) Fossa interkondilaris terlihat
6) Detail jaringan lunak dan tulang trabekuler

9. Evaluasi
Mahasiswa mencocokan radiograf yang telah dibuat dengan kriteria
radiografi menggunakan form evaluasi radiograf (PIMA-CIADS). Lakukan
penilaian dengan membandingkan radiograf yang Anda buat dengan kriteria
yang ada di buku ajar. Penilaian mencakup ketepatan dan alasan masing-
masing pada aspek: proyeksi, identitas radiograf, marker, kolimasi, kualitas
citra, anatomi dan patologi, tingkat penerimaan radiograf secara diagnostik.

C. TEKNIK RADIOGRAFI ARTIKULASIO FEMORIS

Pemeriksaan radiografi artikulasio femoris merupakan pemeriksaan


yang umum dilakukan di Instalasi Radiologi. Kasus yang sering dihadapi oleh
radiografer adalah trauma. Perlunya penggunaan marker dalam pemeriksaan
ini karena objek kiri dan kanan yang sama. Proyeksi yang umum dilakukan
adalah proyeksi AP dan lateral. Dalam pemeriksaan ini harus memperlihatkan
sendi antara pelvis dan proksimal femur.

1. Pengertian
Teknik radiografi artikulasio femoris adalah teknik pemeriksaan
radiografi pada daerah sendi antara pelvis dan proksimal femur dengan
menggunakan pesawat sinar-X yang menghasilkan citra tulang yang
membentuk persendian pada pelvis dan proksimal femur dan jaringan lunak
serta kelainan lainnya. Persendian ini lebih sering dikenal dengan Hip joint.
184 Teknik Radiografi Non Kontras 1

2. Anatomi dan Fisiologi

a. Femur Proksimal
Femur merupakan tulang yang paling panjang, kuat dan berat pada
tubuh manusia. Ujung proksimal femur terdiri dari kaput, kolumna dan dua
prosesus yaitu trokhanter mayor dan minor. Kaput femur yang halus
tergabung dengan korpus femur melalui kolumna femur yang berbentuk
piramid dan masuk pada fossa acetabulum pada tulang pelvis. Rongga kecil
pada tengah kaput femur, fovea kapitis, terikat pada ligamentum kapitis
femur. Kolumna femur menyempit pada bagian yang dekat dengan kaput
femur, kemudian melebar pada bagian yang dekat dengan korpus tulang
yang lebar. Kolumna femur menonjol ke dalam, ke atas dan ke depan tubuh
femur. Trokhanter terletak pada pertemuan antara korpus femur dan dasar
kolumna. Trokhanter mayor terletak pada bagian superolateral dari korpus
femur, dan trokhanter minor terletak pada bagian posteromedial. Puncak
prominen terletak antara trokhanter pada dasar kolumna femur di atas
permukaan belakang korpus femur yang disebut intertrochanteric crest.
Puncak prominen yang kecil dan intertrochanteric crest merupakan bagian
yang sering terjadi fraktur pada orang dewasa. Bagian superior trokhanter
mayor menonjol di atas kolumna femur dan melengkung ke belakang dan
kedalam.

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic 2016

Gambar 3.32

Anatomi Hip joint


Teknik Radiografi Non Kontras 1 185

b. Persendian pada Pelvis


Pada tabel 3.17 menunjukkan ringkasan tiga persendian yang berada
pelvis dan femur bagian atas. Persendian antara acetabulum dan kepala
femur merupakan persendian synovial-ball and socket yang memungkinkan
pergerakan yang bebas ke segala arah. Persendian lutut dan ankle
merupakan sendi engsel; pergerakan yang luas pada ekstremitas bawah
tergantung pada bulatan dan cekungan pada sendi pelvis. Karena sendi lutut
dan sendi ankle adalah sendi engsel, perputaran ke dalam dan keluar pada
kaki dapat menyebabkan rotasi pada seluruh ekstremitas bawah, yang
terpusat pada hip joint.
Tulang pubis pada pelvis saling menyambung satu sama lain pada
bagian tubuh pelvis bagian tengah depan, membentuk perdendian yang
disebut simpisis pubis. Simpisis pubis merupakan persendian kartilago.
Ilia kanan dan kiri tersambung dengan sakrum pada sisi belakang pada
persendian sakroiliaka (SI). Sudut kedua persendian ini adalah 25-30 derajat
tergantung pada bidang tengahnya. Sambungan sendi sakroiliak merupakan
persendian synovial irreguler gliding karena tulang tulang pada persendian SI
terkunci, maka pergerakannya terbatas.

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic 2016

Gambar 3.33

Anatomi Hip joint


186 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Tabel 3.17

Klasifikasi struktur persendian pada pelvis

Klasifikasi struktur
Persendian Jaringan Tipe Pergerakan
Hip joint Sinofial Bulatan dan Bergerak
cekungan bebas
Simpisis Pubis Kartilago Simpisis
Sakroiliak Sinofial Pergerakan Sedikit gerakan
yang ireguler Sedikit gerakan

3. Indikasi dan Kontra Indikasi Pemeriksaan


Beberapa indikasi dilakukan pemeriksaan radiografi pada artikulasio
femoris yaitu :

Tabel 3.18.

Indikasi pemeriksaan radiografi artikulasio femoris

Indikasi Definisi
Fraktur Fraktur adalah gangguan pada
kontinuitas tulang atau sering disebut
dengan patah tulang.
Tumor Tumor adalah pertumbuhan jaringan
baru dimana proliferasi sel tidak
terkendali.
Metastase Metastase adalah penyebaran lesi
kanker dari satu area ke area lain.
Osteoporosis Osteoporosis adalah kelainan pada
tulang dimana terjadi penurunan
kepadatan tulang.
Osteoartritis dan penyakit Bentuk artritis yang ditandai dengan
degeneratif persendian memburuknya tulang rawan secara
progresif pada sendi sinovial dan
vertebra.

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic 2016


Teknik Radiografi Non Kontras 1 187

Kontra indikasi pemeriksaan ini adalah pasien wanita yang sedang


hamil, kecuali memang ada permintaan khusus dari dokter pengirim.

4. Persiapan Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada teknik radiografi artikulasio
femoris antara lain:
a. Pesawat sinar–X siap pakai
b. Image Receptor (IR) / kaset radiografi dan film ukuran 24x30 cm
(unilateral) dan 30x40 cm (perbandingan)
c. Marker, plester dan gunting
d. Plat timbal
e. Meteran
f. Apron
g. Alat fiksasi (bantal pasir dan bantal busa)

5. Persiapan Pasien
Persiapan pasien dilakukan dengan mengganti pakaian pasien dengan
baju pemeriksaan yang telah disediakan dan memastikan tidak ada logam
atau benda lain pada daerah panggul yang akan diperiksa.

6. Posisi Pasien dan Posisi Obyek


Pasien diposisikan tidur terlentang pada meja pemeriksaan.
a. Proyeksi AP
1) Atur posisi pelvis hingga tidak ada rotasi. Hal ini dapat dicapai
dengan menempatkan ASIS sama jauhnya dari meja.
2) Tempatkan lengan pasien pada posisi yang nyaman.
3) Rotasikan kaki bawah pada sudut 15 sampai 20 derajat untuk
menempatkan leher femur paralel dengan bidang kaset, kecuali
jika posisi ini merupakan kontraindikasi atau ada instruksi lain.
4) Tempatkan softbag di bawah lutut dan sandbag menyilang ankle.
Hal ini akan memudahkan pasien untuk mencapai posisi ini.
188 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic 2016

Gambar 3.34

Proyeksi AP Hip joint

b. Proyeksi Lateral
Dari posisi telentang, rotasikan pasien dengan pelan ke sisi yang sakit
sampai pada posisi oblik. Derajat kemiringan tergantung pada seberapa
besar pasien dapat melipatkan kaki.
1) Sesuaikan tubuh pasien, dan pusatkan sendi yang sakit pada
pertengahan grid
2) Lutut pasien yang sakit ditekuk dan atur paha yang sakit sampai
pada sudut yang tepatke tulang tulang hip joint.
3) Atur femur sejajar dengan meja pemeriksaan.
4) Rotasikan pelvis untuk membantu dalam menekukkan paha dan
menghindari superposisi sisi yang diperiksa.

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic 2016

Gambar 3.35

Proyeksi lateral Hip joint


Teknik Radiografi Non Kontras 1 189

7. Teknik Radiografi
Teknik penyinaran yang dilakukan pada pemeriksaan radiografi
artikulasio femoris sebagai berikut:
a. Proyeksi AP
1) Arahkan sinar tegak lurus terhadap pada leher femur. Tempatkan
arah sinar 2,5 inchi (6,4 cm) di bawah garis perpendicular pada
pertengahan ASIS dan simpisis pubis.
2) Pusatkan Kaset pada pusat sinar.
3) Ukuran kaset dan pusat sinar dapat disesuaikan jika terdapat alat
orthopedi yang harus ditampakkan pada citra.
4) Atur pertengahan kolimasi pada pertengahan dari lengan bawah.
5) Sesuaikan kolimator dengan ukuran 24 x 30 cm.
6) Atur FFD pada jarak 100 cm.
7) Gunakan focal spot besar.
8) Gunakan faktor eksposi seperti pada tabel

Tabel 3.19

Faktor eksposi artikulasio femoris proyeksi AP

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Konvensional CR DR
85 20 10
Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic 2016

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic 2016

Gambar 3.36

Arah sinar pada proyeksi AP


190 Teknik Radiografi Non Kontras 1

b. Proyeksi Lateral
1) Pusat sinar tegak lurus dengan hip, yang berlokasi pada
pertengahan pada ASIS dan simpisis pubis.
2) Pusatkan kaset pada pusat sinar.
3) Sesuaikan kolimasi sebesar 24 x 30 cm.
4) Gunakan focal spot besar.
5) Gunakan faktor eksposi seperti pada tabel

Tabel 3.20

Faktor eksposi artikulasio femoris proyeksi lateral

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) CR DR
85 18 9
Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic 2016

8. Kriteria dan Hasil Citra Radiografi


Kriteria radiografi artikulasio femoris dapat dilihat pada penjelasan di
setiap proyeksi berikut:
a. Proyeksi AP
Berikut ini harus terlihat dengan jelas :
1) Menampakkan kolimasi yang tepat.
2) Regio ilium dan tulang pubis terletak pada simpisis pubis.
3) Hip joint.
4) Sepertiga bagian atas femur.
5) Kepala femur, memasuki dan terlihat pada acetabulum.
6) Seluruh leher femur tidak mengalami pemendekan.
7) Trokhanter mayor terlihat.
8) Trokhanter minor seringnya tidak terproyeksikan.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 191

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic 2016

Gambar 3.37

Hasil radiograf Hip joint AP

b. Proyeksi Lateral
Berikut ini harus ditunjukkan dengan jelas:
1) Menampakkan kolimasi yang tepat.
2) Hip joint berada pada pertengahan radiograf.
3) Hip joint, acetabulum, dan kepala femur.
4) Kolumna femur superposisi dengan trokhanter mayor.
5) Detail jaringan lunak dan trabekular tulang.

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic 2016

Gambar 3.38

Hasil radiograf hip joint lateral


192 Teknik Radiografi Non Kontras 1

9. Evaluasi
Mahasiswa mencocokan radiograf yang telah dibuat dengan kriteria
radiografi menggunakan form evaluasi radiograf (PIMA-CIADS).
Lakukan penilaian dengan membandingkan radiograf yang Anda buat
dengan kriteria yang ada di buku ajar. Penilaian mencakup ketepatan dan
alasan masing-masing pada aspek: proyeksi, identitas radiograf, marker,
kolimasi, kualitas citra, anatomi dan patologi, tingkat penerimaan radiograf
secara diagnostik.

D. TEKNIK RADIOGRAFI ARTIKULASIO SAKROILIAKA

Pemeriksaan radiografi artikulasio sakroilika merupakan pemeriksaan


yang jarang dilakukan di Instalasi Radiologi. Kasus yang sering ditemukan
pada pemeriksaan radiografi klavikula adalah kasus akibat trauma. Perlunya
penggunaan marker dalam pemeriksaan ini karena obyek kiri dan kanan yang
berbentuk sama. Dalam pemeriksaan ini harus memperlihatkan ruang sendi
yang terbuka pada artikulasio sakroiliaka.

1. Pengertian
Teknik radiografi artikulasio sakroiliaka adalah teknik pemeriksaan pada
persendian di daerah panggul tepatnya persendian antara tulang panggul
dengan tulang sakrum dengan menggunakan pesawat sinar-X untuk
menghasilkan citra tulang, jaringan lunak serta kelainan patologis.

2. Anatomi dan Fisiologi

sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 3.39

Anantomi artikulasio sakroiliaka


Teknik Radiografi Non Kontras 1 193

Tulang panggul/pelvis merupakan bagian dari rangka tubuh manusia


yang berfungsi sebagai dasar penopang untuk batang tubuh dan
persambungan dengan tulang tungkai bawah. Panggul terdiri dari empat
tulang: dua tulang pinggul (hip bones), sakrum, dan koksigis. Rangka tulang
panggul terbentuk dari tiga tulang yaitu ilium, ischium dan pubis.
Artikulasio sakroiliaka merupakan salah satu persendian di area tulang
panggul/pelvis. Ilium kanan dan kiri berartikulasi dengan sakrum posterior
yang disebut dengan artikulasio sakroiliaka (SI). Kedua sendi ini bersudut 25 0
hingga 300 relatif terhadap bidang midsagital. Artikulasio sakroiliaka
termasuk dalam jenis sendi synovial irregular gliding, karena gerakan sendi
terbatas bahkan sendi tidak bisa bergerak.

3. Indikasi dan Kontra Indikasi Pemeriksaan


Terdapat beberapa indikasi pemeriksaan radiografi artikulasio
sakroiliaka, antara lain :
a. Ankilosing spondilitis
Ankilosing spondilitis adalah jenis dari artritis reumatoid yang terjadi
pada persendian sakroiliaka dan vertebra.
b. Dislokasi
Dislokasi adalah perubahan letak tulang dari ruang sendi.
c. Fraktur
Fraktur adalah gangguan pada kontinuitas tulang atau sering disebut
dengan patah tulang.
d. Tumor
Tumor adalah pertumbuhan jaringan baru dimana proliferasi sel tidak
terkendali.
e. Metastase
Metastase adalah penyebaran lesi kanker dari satu area ke area lain.
f. Osteoporosis
Osteoporosis adalah kelainan pada tulang dimana terjadi penurunan
kepadatan tulang.
g. Osteoartritis dan penyakit degeneratif persendian
Bentuk artritis yang ditandai dengan memburuknya tulang rawan secara
progresif pada sendi sinovial dan vertebra.

Kontra indikasi pemeriksaan ini adalah pasien wanita yang sedang


hamil, kecuali memang ada permintaan khusus dari dokter pengirim.
194 Teknik Radiografi Non Kontras 1

4. Persiapan Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada teknik radiografi artikulasio
sakroiliaka antara lain :
a. Pesawat sinar –X siap pakai
b. Image Receptor (IR) / Kaset dam film radiografi ukuran 24x30 cm untuk
AP Axial
c. Image Receptor (IR) / Kaset dam film radiografi ukuran 18x24 cm untuk
AP Oblik
d. Marker, plester dan gunting
e. Grid
f. Apron
g. Alat fiksasi (bantal pasir dan bantal busa)

5. Persiapan Pasien
Persiapan pasien dilakukan dengan mengganti pakaian pasien dengan
baju pemeriksaan yang telah disediakan dan memastikan tidak ada logam
atau benda lain pada daerah panggul yang akan diperiksa, contoh: ikat
pinggang, resleting celana.

6. Posisi Pasien dan Posisi Obyek


Pasien diposisikan supine diatas meja pemeriksaan.
a. Proyeksi AP Axial
1) Mid Sagital pasien berada di pertengahan IR/kaset.
2) Atur kedua lutut pasien lurus.
3) Tubuh pasien diatur hingga pelvis tidak mengalami rotasi, ditandai
dengan kedua SIAS bejarak sama dari permukaan meja
pemeriksaan.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 195

sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 3.40

Posisi pasien proyeksi AP axial artikulasio sakroiliaka

b. Proyeksi AP Oblik
1) Dari posisi supine kemudian dimiringkan 25-30 derajat ke arah
obyek yang tidak diperiksa.
2) Berikan bantalan busa dibawah bahu, punggung, dan superior
paha.
3) Sisi yang akan diperiksa adalah sisi yang jauh dari IR/kaset.
Gunakan posisi LPO untuk menampakkan persendian bagian
kanan dan posisi RPO untuk menampakkan persendian bagian kiri.
4) Atur tubuh pasien sehingga sejajar dengan IR/kaset.
5) Sejajarkan tubuh pasien sehingga bidang sagital berada 1 inchi ke
arah medial SIAS.
6) Tempatkan obyek pada pertengahan IR/kaset.
7) Radiograf artikulasio sakroilika proyeksi AP Oblik dibuat dengan
perbandingan sendi kanan dan sendi kiri.
196 Teknik Radiografi Non Kontras 1

sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 3.41

Posisi pasien proyeksi AP oblik artikulasio sakroiliaka

7. Teknik Penyinaran dan Eksposi


Teknik penyinaran yang dilakukan pada pemeriksaan radiografi
artikulasio sakroiliaka sebagai berikut:
a. Proyeksi AP Axial
1) Atur arah sinar ke arah chephalad dengan penyudutan sebesar 30
derajat untuk pasien laki-laki dan 35 derajat untuk pasien
perempuan.
2) Atur pertengahan kolimasi pada MSP setinggi 3,8 cm superior
border simpisis pubis atau 5-6.5 cm inferior SIAS.
3) Atur FFD pada jarak 100 cm
4) Atur luas lapangan kolimasi sebesar 24x30 cm sesuai dengan luas
IR/kaset yang digunakan.
5) Gunakan Grid
6) Gunakan focal spot kecil
7) Atur faktor eksposi sesuai tabel.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 197

Tabel 3.21

Faktor eksposi artikulasio sakroiliaka proyeksi AP Axial

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Konvensional CR DR
90 * 28 14
*85 kV menggunakan Automatic Exposure Control (AEC)

sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2013 dan 2016

b. Proyeksi AP Oblik
1) Atur arah sinar vertikal tegak lurus IR/kaset.
2) Atur pertengahan kolimasi pada 2,5 cm ke arah medial dari SIAS
yang diperiksa
3) Atur FFD pada jarak 100 cm
4) Atur luas lapangan kolimasi sebesar 18x24 cm sesuai IR/kaset yang
digunakan
5) Gunakan Grid
6) Gunakan focal spot kecil
7) Atur faktor eksposi sesuai tabel.

Tabel 3.22.

Faktor eksposi artikulasio sakroiliaka proyeksi AP Oblik

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Konvensional CR DR
90 * 36 16
*80 kV menggunakan Automatic Exposure Control (AEC)

sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2013 dan 2016

8. Kriteria dan Hasil Citra Radiografi


Kriteria radiografi artikulasio sakroiliaka dapat dilihat pada penjelasan di
setiap proyeksi berikut:
198 Teknik Radiografi Non Kontras 1

A B.
sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 3.42

A. Radiograf AP axial artikulasio sakroiliaka dan B. Radiograf AP oblik artikulasio sakroiliaka

Berikut ini kriteria citra radiografi artikulasio sakroiliaka:


a. Proyeksi AP Axial
1) Proximal sakrum sejajar dengan simfisis pubis
2) Jarak antara Sakrum dengan dinding lateral pelvic brim pada
kedua sisi sama
3) Tidak ada forshortening /pemendekan bentuk dari artikulasio
sakroiliaka
4) Sakrum tampak mengalami elongasi
5) Simfisis pubis superposisi dengan bagian inferior sacrum
6) Sumbu panjang mid sakrum sejajar dengan lapangan kolimasi
7) Sakrum kedua berada dipertengahan film
8) Artikulasio sakroiliaka dan sakrum ke empat tidak terpotong

b. Proyeksi AP Oblik
1) Terdapat Marker untuk identifikasi sakroiliaka kanan atau kiri
2) Tulang ilium dan sakrum tampak tidak superposisi
3) Ruang sendi artikulasio sakroiliaka terbuka
4) Sumbu panjang mid sakrum sejajar dengan lapangan kolimasi
5) Area sakroiliaka berada pada pertengahan kolimasi
6) Artikulasio sakroiliaka, ala sakrum, dan tulang ilium masuk dalam
lapangan kolimasi
Teknik Radiografi Non Kontras 1 199

9. Evaluasi
Mahasiswa mencocokan radiograf yang telah dibuat dengan kriteria
radiografi menggunakan form evaluasi radiograf (PIMA-CIADS).
Lakukan penilaian dengan membandingkan radiograf yang Anda buat
dengan kriteria yang ada di buku ajar. Penilaian mencakup ketepatan dan
alasan masing-masing pada aspek: proyeksi, identitas radiograf, marker,
kolimasi, kualitas citra, anatomi dan patologi, tingkat penerimaan radiograf
secara diagnostik.

LATIHAN

Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas!

1) Sebutkan indikasi pada pemeriksaan radiografi artikulasio talokruralis!


2) Jelaskan persiapan pemeriksaan radiografi artikulasio genu!
3) Jelaskan proyeksi yang dilakukan pada pemeriksaan radiografi
artikulasio femoris!
4) Jelaskan kriteria hasil citra radiografi artikulasio sakroiliaka!

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan latihan di atas, berikut


petunjuk yang harus Anda kerjakan:
1) Anda dapat menjelaskan dengan memahami istilah yang digunakan
dalam pemeriksaan radiografi artikulasio ekstremitas bawah.
2) Anda dapat dapat membaca kembali bagian modul yang membahas
tentang indikasi pemeriksaan-pemeriksaan radiografi artikulasio
ekstremitas bawah.
3) Anda dapat menjelaskan dengan memahami proyeksi yang dilakukan
pada pemeriksaan-pemeriksaan radiografi artikulasio ekstremitas
bawah.
4) Anda dapat menjelaskan dengan mempelajari alat dan bahan yang
digunakan pada pemeriksaan-pemeriksaan radiografi artikulasio
ekstremitas bawah.
5) Anda dapat memahami dengan mempelajari hasil citra radiografi
pemeriksaan-pemeriksaan radiografi artikulasio ekstremitas bawah.
200 Teknik Radiografi Non Kontras 1

RINGKASAN

Pemeriksaan radiografi artikulasio talokruralis terdiri dari proyeksi AP


dan Lateral. Kriteria utama radiograf dari teknik radiografi artikulasio
talokruralis dapat memperlihatkan sendi talofibular dan sendi tibiotalar
serta dapat memperlihatkan detail dari trabekula tulang dan jaringan lunak.
Pemeriksaan radiografi artikulasio genu terdiri dari proyeksi AP,
lateral, dan AP weight-bearing. Kriteria utama radiograf dari teknik
radiografi artikulasio genu dapat memperlihatkan celah sendi, daerah
proksimal tibia dan fibula, patela, serta daerah distal femur serta dapat
memperlihatkan detail dari trabekula tulang dan jaringan lunak.
Pemeriksaan radiografi artikulasio femoris atau hip joint terdiri dari
proyeksi AP dan lateral dengan memposisikan pasien telentang pada posisi
AP dan memposisikan pasien oblique pada proyeksi lateral. Kriteria utama
dapat menampakkan keseluruhan tulang dan jaringan lunak yang
membentuk hip joint yaitu : korpus femur, kolumna femur, trokhanter
mayor dan acetabulum.
Pemeriksaan radiografi artikulasio sakroiliaka secara rutin adalah
dengan membuat proyeksi AP Axial dan AP Oblik. Kriteria utama radiografi
artikulasio sakroiliaka adalah ruang sendi artikulasio sakroiliaka tampak
terbuka dan tidak ada distorsi.

TES 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Seorang pasien perempuan 35 tahun datang ke bagian radiologi


dengan membawa permintaan pemeriksaan radiografi artikulasio
talokruralis dengan diagnosis benjolan suspek tumor.
Pada pemeriksaan AP dimanakah letak titik bidik yang tepat ?
A. Maleolus medial
B. Maleolus lateral
C. Pertengahan kedua maleolus
D. Tulang talus
E. 1/3 distal kruris
Teknik Radiografi Non Kontras 1 201

2) Seorang pasien perempuan 59 tahun datang ke bagian radiologi


dengan membawa permintaan pemeriksaan radiografi artikulasio
talokruralis dengan diagnosis nyeri pergelangan kaki.
Berapakah ukuran kaset yang tepat untuk mendapatkan 2 citra dalam 1
IR ?
A. 18x24
B. 24x30
C. 35x35
D. 30x40
E. 35x43

3) Seorang pasien laki-laki, 60 tahun, datang ke instalasi radiologi dengan


membawa permintaan pemeriksaan radiografi artikulasio genu. Pada
permintaan tersebut tertulis diagnosis nyeri pada sendi lutut pada
bagian kiri.
Apakah proyeksi yang dibuat oleh Radiografer untuk kasus tersebut?
A. Proyeksi PA dan Lateral
B. Proyeksi AP dan Lateral
C. Proyeksi AP weight-bearing dan Lateral
D. Proyeksi AP, Lateral, dan Oblik
E. Proyeksi PA, Lateral, dan Oblik

4) Seorang pasien perempuan, usia 39 tahun, datang ke ke instalasi


radiologi dengan membawa permintaan pemeriksaan artikulasio genu.
Pada permintaan tersebut tertulis trauma setelah mengalami
kecelakaan. Pada saat radiografer memposisikan pasien secara lateral.
Berapa derajatkah sudut penekukan tungkai bawah?
A. 5 – 10 derajat
B. 7 – 15 derajat
C. 15 – 25 derajat
D. 10 – 15 derajat
E. 20 – 30 derajat

5) Seorang pasien laki-laki, 60 tahun, datang ke instalasi radiologi dengan


diantar perawat IGD. Riwayat pasien pasca mengalami kecelakaan lalu
lintas dan di lembar permintaan pemeriksaan radiografi artikulasio
femoris tertulis dugaan ruptur pada bagian kiri.
Dimanakah Letak CP pada pemeriksaan Hip joint proyeksi AP?
202 Teknik Radiografi Non Kontras 1

A. 2,5 inchi di bawah garis perpendikular pada pertengahan antara


ASIS dan simpisis pubis.
B. 2,5 cm di bawah garis perpendikular pada pertengahan antara
ASIS dan simpisis pubis.
C. 2,5 inchi di bawah garis perpendikular pada pertengahan antara
krista iliaka dan simpisis pubis.
D. 2,5 cm di bawah garis perpendikular pada pertengahan antara
krista iliaka dan simpisis pubis.
E. 2,5 inchi di bawah garis simpisis pubis.

6) Pada kasus soal nomor 5, berapakah rekomendasi faktor eksposi yang


digunakan bila menggunakan jenis modalitas CR?
A. 70 kV dan 10 mAs menggunakan focal spot kecil.
B. 70 kV dan 10 mAs menggunakan focal spot besar.
C. 85 kV dan 18 mAs menggunakan focal spot besar.
D. 85 kV dan 18 mAs menggunakan focal spot kecil.
E. 90 kV dan 18 mAs menggunakan focal spot kecil.

7) Seorang pasien laki-laki, umur 55 tahun, datang ke instalasi radiologi


untuk menjalani pemeriksaan radiografi artikulasio sakroiliaka sesuai
yang tercantum pada surat permintaan dokter. Apakah proyeksi yang
harus dibuat untuk dapat menampakkan artikulasio sakoiliaka kanan
dan kiri dalam satu area kolimasi ?
A. Proyeksi AP dan Lateral
B. Proyeksi AP dan AP Oblik
C. Proyesi Tangensial
D. Proyeksi RAO dan LAO
E. Proyeksi AP Axial

8) Seorang pasien laki-laki, umur 30 tahun, datang ke instalasi radiologi


untuk menjalani pemeriksaan radiografi artikulasio sakroiliaka sesuai
yang tercantum pada surat permintaan dokter. Setelah dilakukan
pemeriksaan, tampak pada radiograf, bentuk anatomi dari artikulasio
sakroiliaka dan sakrum mengalami pemendekan
Apakah yang menyebabkan terjadinya kondisi citra pada kasus
tersebut?
Teknik Radiografi Non Kontras 1 203

A. Pada proyeksi AP Axial arah sinar vertikal tegak lurus IR/Kaset


B. Pada proyeksi AP Axial arah sinar disudutkan horisontal tegak
lurus IR/kaset.
C. Pada proyeksi AP Axial arah sinar disudutkan 35 derajat cephalad
D. Pada proyeksi AP Axial arah sinar disudutkan 30 derajat cephalad
E. Pada proyeksi AP Axial arah sinar disudutkan lebih dari 30 derajat
cephalad

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes 2 yang terdapat


di bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan
rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Topik 2.

Jumlah Jawaban yangBenar


Tingkat penguasaan = ×100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Bab 4. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus
mengulangi materi Topik 2, terutama bagian yang belum dikuasai.
204 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Kunci Jawaban Tes

Tes 1 1) C Proyeksi AP dan Lateral


2) B Dasar metasarsal III
3) A Kruris proyeksi AP dan Lateral
4) B Horisontal tegak lurus IR/kaset
5) D supine dan semi prone
6) A Trokanter mayor
7) A 15-20
8) D 35x43 cm

Tes 2 1) C Pertengahan kedua maleolus


2) B 24x30
3) C Proyeksi AP weight-bearing dan Lateral
4) E 20 – 30 derajat
5) A 2,5 inchi di bawah garis perpendikular pada
pertengahan antara ASIS dan simpisis pubis.
6) C 85 kV dan 18 mAs menggunakan focal spot besar.
7) E Proyeksi AP Axial
8) A Pada proyeksi AP Axial arah sinar vertikal tegak lurus
IR/Kaset
Teknik Radiografi Non Kontras 1 205

Glosarium

Focal spot : titik fokus pada anoda di tabung sinar-X

Sinovial : pertemuan atau persambungan antar tulang yang


memungkinkan tulang melakukan gerak secara
bebas
Distorsi : perubahan bentuk dan ukuran pada citra radiografi
206 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Daftar Pustaka

Ballinger, P. W., Frank, E. D. and Merrill, V. 2003. Merrill’s atlas of


radiographic positions and radiologic procedures. Edisi
Kesepuluh. St.Louis Missouri : Elsevier Mosby.

Bontrager, Kenneth L., dan John P Lampignano, 2018. Textbook


of Radiographic Positioning and Related Anatomy, Edisi
Ketujuh. St.Louis Missouri: Elsevier Mosby.

Frank, Eugene D., Bruce W. Long dan Barbara J smith. 2016.


Merril of Atlas
Radiographic Positioning and Radiologic Procedures, Edisi
Keduabelas
Vol I. St.Louis Missouri : Elsevier Mosby.

McQuillen-Martensen, K. 2015. Radiographic Image Analysis.


Elsevier Saunders. Vol. 4. St.Louis Missouri : Elsevier
Mosby.

Moore, L. Keith dan Arthur F. Dalley. 2013. Anatomi Berorientasi


Klinis. Edisi kelima, jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Noor Helmi Z. 2013. Buku Ajar Gangguan Muskuluskeletal.


Jakarta: Medika Salemba

Yusoff., M. N. M. 2008. Pocketbook guide to radiographic image


evaluation. Shah Alam: University Publication Centre
(UPENA), UiTM.
BAB 4

4
TEKNIK RADIOGRAFI
VERTEBRA

Agung Nugroho Setiawan, SST, M.Tr.ID


Dimas Prakoso, SST, M.Tr.ID
Salis Nurbaiti, SST

PENDAHULUAN

R
adiografi vertebra atau tulang belakang termasuk pemeriksaan
radiografi yang sering dijumpai di klinik. Mahasiswa perlu memahami
teknik radiografi yang benar, agar dapat menyajikan radiograf yang
menjawab diagnosis dokter. Pemeriksaan ini, khususnya dalam kasus trauma,
juga memerlukan kehati-hatian radiografer saat memosisikan dan mengatur
pasien. Kecermatan dalam menentukan faktor eksposi yang tepat, akan
memengaruhi kualitas radiograf yang dibuat.
Pemeriksaan radiografi vertebra meliputi pemeriksaan radiografi
servikal, torakal, lumbal, lumbo-sakral, serta sacrum, dan koksigis. Mahasiswa
perlu memahami struktur anatomi dari tulang belakang, agar dapat
memvisualisasikan objek anatomi sesuai dengan kriteria yang diharapkan.
Setelah Anda mempelajari dan menguasai materi yang disajikan pada
Bab 4 ini, yaitu tentang teknik radiografi vertebra maka secara umum Anda
akan mampu mendemonstrasikan teknik pemeriksaan radiografi pada
vertebra. Secara khusus Anda akan mampu mendemonstrasikan persiapan
pemeriksaan, teknik posisi pasien, posisi objek, penentuan teknik radiografi,
serta melakukan evaluasi citra radiografi pada:
1. servikal,
2. torakal,
3. lumbal,
4. lumbo-sakral,
5. sacrum dan koksigis.

Selamat belajar!
208 Teknik Radiografi Non Kontras 1

TOPIK 1

Teknik Radiografi Vertebra

P
emeriksaan radiografi vertebra termasuk pemeriksaan radiografi yang
cukup sering dihadapi oleh radiografer di rumah sakit atau klinik.
Kasus trauma, nyeri tulang belakang, dan tumor adalah indikasi
pemeriksaan yang banyak ditemukan. Ketepatan mengatur faktor eksposi
akan mendukung kualitas citra radiografi sehingga dapat meningkatkan nilai
diagnostik radiografi.

A. TEKNIK RADIOGRAFI VERTEBRA SERVIKAL

Pemeriksaan radiografi vertebra servikal merupakan pemeriksaan yang


sering dijumpai pada instalasi radiologi. Kasus yang sering dijumpai adalah
trauma pada tangan seperti patah tulang, luksasi, dislokasi, atau adanya
benda asing yang masuk pada tangan. Proyeksi yang umum dilakukan adalah
proyeksi postero anterior (PA), lateral, dan oblik. Pemeriksaan ini mencakup
semua area vertebra servikal 1-7.

1. Pengertian
Teknik radiografi vertebra servikal adalah suatu teknik pemeriksaan
pada tulang vertebra servikal dengan menggunakan pesawat sinar-x
bertujuan menghasilkan citra yang mampu menegakkan diagnosa untuk
pasien dengan menampakkan bagian tulang-tulang servikal, diskus, dan
kelainan/abnormalitas apabila ada.

2. Anatomi dan Fisiologi


Servikal memiliki tujuh ruas tulang, setiap tulang dibatasi oleh suatu
pengganjal yang disebut diskus. Diskus sebagai peredam benturan terjadi
perubahan beban yang mendadak akibat gerakan loncat atau gerakan badan
berputar mendadak, hal ini memungkinkan vertebra dapat bergerak secara
lentur.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 209

A B

C
sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 4.1

Anatomi tulang cervical A. Kolumna vertebra servikal 1-7, B. Vertebra servikal dilihat dari sisi
superior dan C. Vertebra servikal dilihat dari sisi lateral

3. Indikasi dan Kontra Indikasi Pemeriksaan


Indikasi untuk pemeriksaan teknik radiografi vertebra servical adalah
fraktur, tumor, osteoaporosis, herniated nucleus pulposus (HNP), tumor,
metastasis. Untuk kontra indikasi secara umum tidak ada namun untuk
penanganan trauma pada servikal harus ekstra hati-hati. Pemeriksaan ini
termasuk pemeriksaan radiografi yang relatif aman karena dosis radiasinya
yang rendah, disamping itu tentu saja sinar-X dapat memberikan manfaat
yang lebih besar yakni untuk mendiagnosis suatu kelainan patologis.
210 Teknik Radiografi Non Kontras 1

4. Persiapan Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang perlu disiapkan pada pemeriksaan radiografi
vertebra servikal adalah sebagai berikut :
a. Pesawat sinar–x siap pakai
b. Image Receptor (IR)/kaset radiografi dan film ukuran 24x30 cm
c. Marker, plester dan gunting
d. Plat timbal
e. Meteran
f. Apron
g. Alat fiksasi (bantal pasir dan bantal busa)

5. Persiapan Pasien
Persiapan pasien yang perlu dilakukan adalah melepas benda logam
atau benda lain pada area leher yang akan diperiksa, contoh : kalung, anting-
anting, peniti, aksesoris jilbab Untuk pasien yang sudah terpasang alat
penyangga leher (cervical collar) tidak perlu dilepas karena bahan alat
tersebut tidak mengganggu citra radiografinya.

6. Posisi Pasien dan Posisi Objek


Atur pasien dalam posisi berdiri atau supine dengan kedua tangan di
samping tubuh, kedua bahu pasien diminta relaks menggantung ke
bawah/lurus ke bawah.
a. proyeksi antero posterior (AP)
Garis tengah sagital leher diatur tegak lurus dengan pertengahan
penangkap citra, dagu pasien diminta sedikit menengadah agar tidak
menghalangi tulang servicalis bagian atas (lihat gambar 4.2).

Catatan:
Untuk kompensasi terhadap pasien dengan curvatura lordotic yang
menonjol dan mereduksi distorsi gambar, maka digunakan alat bantu
penyangga kepala.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 211

sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 4.2

Posisi pasien proyeksi AP. Garis lurus pada gambar menunjukkan arah sinar menuju letak titik
bidik penyinaran

b. proyeksi Lateral
Garis tengah coronal tubuh diatur tegak lurus dengan pertengahan
penangkap citra, dagu pasien diminta sedikit menengadah agar supaya
tidak menghalangi tulang servicalis bagian atas (lihat gambar 4.3).

sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 4.3

Posisi pasien proyeksi Lateral. Garis lurus pada gambar menunjukkan arah sinar menuju letak
titik bidik penyinaran
212 Teknik Radiografi Non Kontras 1

c. Proyeksi Oblik
Pertengahan bidang koronal leher pasien diatur membentuk sudut 45o
terhadap kaset dengan memusatkan bidang yang berpotongan MSP
dan MCP leher pasien diatur diatas Midline Bucky-table, dagu pasien
diminta sedikit menengadah agar supaya tidak menghalangi tulang
servicalis bagian atas (lihat gambar 4.4).

Catatan:
Untuk kompensasi terhadap pasien dengan curvatura lordotic yang
menonjol dan mereduksi distorsi gambar, alat bantu penyangga kepala
sebaiknya digunakan; hindari terjadinya posisi objek yang torsi
(terpelintir) yang justru akan mereduksi gambaran kejelasan foramen
intervertebral tulang servical.

sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 4.4

Posisi pasien proyeksi oblik. Garis lurus pada gambar menunjukkan arah sinar menuju letak
titik bidik penyinaran

7. Teknik Penyinaran dan Eksposi


Teknik penyinaran dan eksposi pada pemeriksaan radiografi servical
adalah sebagai berikut:
a. proyeksi Antero Posterior (AP)
1) Arah sinar vertical/horizontal menyudut 15-20o cranial melewati
C-4 ke arah pertengahan kaset
2) Titik bidik pada C-4 (ujung permukaan Thyroid cartilage/Jakun)
3) Focus film distance (FFD) diatur 100 cm
Teknik Radiografi Non Kontras 1 213

Tabel 4.1

Faktor eksposi proyeksi AP servikal

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Film CR DR
81 30* 11 5,6
*untuk penggunaan kV 70

b. Proyeksi Lateral
1) Arah sinar vertikal/horizontal tegak lurus melewati C-4 ke arah
pertengahan kaset
2) Titik bidik pada C-4 (setinggi Thyroid cartilage/Jakun pada MCP)
3) Focus film distance (FFD) diatur 152 cm

c. proyeksi Oblik
1) Arah sinar vertical/horizontal menyudut 15-20o cranial melewati
C-4 ke arah pertengahan kaset
2) Titik bidik pada C-4 (setinggi Thyroid cartilage/Jakun pada MCP)
3) Focus film distance (FFD) diatur 152 cm

Tabel 4.2

Faktor eksposi proyeksi AP lateral dan oblik

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Film CR DR
85 40* 20 10
*untuk penggunaan kV 75

8. Kriteria dan Hasil Citra Radiografi


Kriteria dan hasil citra radiografi vertebra servikal dapat dilihat pada
Gambar 4.5 – 4.7 yang mampu menampakkan:
Proyeksi AP:
1) Radiograf memperlihatkan semua corpus 5 tulang servikal bagian
bawah dan 2-3 tulang costea sebelah atas, celah antar pedicle,
superimposisi prosesus transversus dengan prosesus atricularis,
tampak diskus vertebralis (lihat gambar 4.5).
214 Teknik Radiografi Non Kontras 1

2) Kriteria berikut seharusnya dapat didemostrasikan dengan jelas


oleh radiograf (gambar 4.5) antara lain:
a) Area dari C3-T2 dan jaringan lunak sekitar.
b) Bayangan tulang mandibula dan occipital saling superposisi
di atas tulang atlas dan lebih banyak terhadap tulang axis.
c) Membukanya celah diskus antar vertebralis.
d) Semua prosesus spinosus berjarak sama dari pedikel-pedikel
nya.
e) Angulus mandibula berjarak sama dari vertebra.

a. Proyeksi Lateral
1) Radiograf memperlihatkan proyeksi lateral dari semua corpus
servical termasuk semua interspace, articular pillar, ke-5 sendi
zygapophyseal dan spinosus processus (lihat gambar 4.6).
Optimalisasi gambaran C1-C7 adalah tergantung seberapa baik
Anda mengatur kedua shoulder pasien sedemikian rendah agar
supaya mereduksi superimposisi dengan area C7 bahkan T1-T2
akan lebih baik.
2) Kriteria berikut seharusnya dapat di demostrasikan dengan jelas
oleh radiograf (gambar 4.6) antara lain:
a) Semua C1-C7 tampak, setidaknya sd. 1/3 T1.
b) Leher terlihat extensi sehingga ramus mandibula tidak
overlap dengan tulang atlas atau axis.
c) Kedua ramus mandibula nyaris saling superimposisi secara
sempurna.
d) Tidak tampak tanda rotasi atau tilt (miring) dari organ
servical, ditunjukan oleh adanya gambaran superimposisi
sendi zygapophyseal yang membuka.
e) C4 berada di pusat radiograf.
f) Jaringan tulang dan lunak terlihat detail.

b. Proyeksi RPO/LPO
1) Radiograf memperlihatkan semua foramen intervertebralis tulang
servikal R/L dan bagian-bagian organ anatomi tulang servikal
tergambar dalam posisi oblique (lihat gambar 4.7).
2) Kriteria berikut seharusnya dapat didemostrasikan dengan jelas
oleh radiograf (gambar 4.7) antara lain:
Teknik Radiografi Non Kontras 1 215

a) Intervertebral foramina tampak membuka dari servikal2-


servikal3 sampai dengan servikal7-torakal1.
b) Celah Intervertebral disk tampak membuka.
c) Ukuran dan kontour yang sama antara foramina tampak.
d) Tulang Atlas dan axis tidak terhalang dagu pasien.
e) Tulang occipital tdak menutupi tulang axis.
f) Tampak keseluruhan kolumna vertebra C1-C7 dan T1.

sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar. 4.5

Radiograf servikal proyeksi AP


216 Teknik Radiografi Non Kontras 1

sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 4.6

Radiograf servikal proyeksi lateral

sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 4.7

Radiograf servikal proyeksi objek (posisi LPO dan RPO)


Teknik Radiografi Non Kontras 1 217

9. Evaluasi
Mahasiswa mencocokan radiograf yang telah dibuat dengan kriteria
radiografi menggunakan form evaluasi radiograf (PIMA-CIADS). Lakukan
penilaian dengan membandingkan radiograf yang Anda buat dengan kriteria
yang ada di buku ajar. Penilaian mencakup ketepatan dan alasan masing-
masing pada aspek: proyeksi, identitas radiograf, marker, kolimasi, kualitas
citra, anatomi dan patologi, tingkat penerimaan radiograf secara diagnostik.

B. TEKNIK RADIOGRAFI VERTEBRA TORAKAL

Pemeriksaan radiografi vertebra torakal merupakan pemeriksaan umum


di instalasi radiologi. Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat bentuk tulang
belakang lordosis, kifosis, atau skoliosis. Perlunya penggunaan marker dalam
pemeriksaan ini karena objek kiri dan kanan yang sama. Proyeksi rutin yang
umum dilakukan adalah proyeksi AP, lateral, dan oblik. Dalam pemeriksaan
ini dapat memperlihatkan ke-12 tulang vertebra torakal dengan jelas.

1. Pengertian
Teknik radiografi vertebra torakal merupakan teknik pemeriksaan
radiografi pada daerah tulang belakang dengan menggunakan sinar-X untuk
menghasilkan citra tulang belakang dan jaringan lunak serta kelainan lainnya.

2. Anatomi dan Fisiologi


Vertebra torakal terdiri dari 12 tulang. Tubuh dari vertebra torakal
bertambah besar dari vertebra pertama hingga ke 12. Bentuk dari masing-
masing badan torakal memiliki bentuk yang bervariasi pada bagian superior
memiliki bentuk menyerupai tubuh servikal dan pada badan torakal inferior
menyerupai badan lumbal (gambar 4.8). Tubuh dari vertebra torakal yang
memiliki tipikal sama (torakal 3 hingga 9) berbentuk segitiga. Badan vertebra
ini lebih dalam di sisi posterior dibanding anterior, dan permukaan posterior
cekung dari sisi ke sisi (gambar 4.9).
Margin posterolateral dari setiap badan torakal memiliki facet kostal
untuk artikulasi dengan kaput dari tulang rusuk. Tubuh vertebra torakal
pertama memperlihatkan seluruh sisi kosta dekat batas superior untuk
artikulasi dengan kaput tulang rusuk pertama dan memperlihatkan demifacet
(setengah facet) pada batas inferior untuk artikulasi dengan k tulang rusuk
kedua. Tubuh vertebra torakal kedua hingga kedelapan mengandung
demifacet pada bagian superior dan anterior. Vertebra torakal kesembilan
218 Teknik Radiografi Non Kontras 1

hanya memiliki demifacet superior. Pada vertebra torakal ke 10 hingga 12


memiliki satu sisi utuh pada margin superior untuk artikulasi dengan tulang
rusuk 11 dan 12 (gambar 4.9).

sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 4.8

Anatomi dari badan tulang torakal dari atas

sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 4.9

Anatomi dari badan tulang torakal dari samping


Teknik Radiografi Non Kontras 1 219

sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 4.10

Anatomi vertebra torakal secara keseluruhan


220 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Prosesus transversus vertebra torakal terproyeksi secara oblik, lateral,


dan posterior. Dengan pengecualian pada vertebra torakal 11 dan 12, setiap
prosesus pada permukaan anterior memiliki sisi cekung kecil untuk artikulasi
dengan tuberkulum tulang rusuk. Lamina memiliki bentuk lebar dan tebal,
posisinya saling tumpang tindih dengan lamina pada bagian bawahnya.
Prosesus spinosus memiliki bentuk panjang, dari vertebra kelima hingga
kesembilan prosesus spinosus terproyeksi tajam ke inferior dan overlap satu
dengan yang lain, tetapi kurang vertikal pada bagian atas dan bawah. Ujung
dari setiap prosesus spinosus akan teraba dari vertebra torakal kelima hingga
kesembilan (gambar 4.11).

sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 4.11

Sendi pada vertebra torakal dan pengaturan sudut pemosisian pasien


Teknik Radiografi Non Kontras 1 221

Sendi zygapophyseal bagian torakal (kecuali prosesus artikular inferior


dari vertebra duabelas) sudut ke anterior sekitar 15 – 20 derajat membentuk
sudut 70 – 75 derajat (bagian anterior terbuka) ke bidang pertengahan tubuh
(MSP). Untuk dapat memperlihatkan sendi zygapophyseal torakal secara
radiografi, tubuh pasien harus diputar 70 hingga 75 derajat dari posisi
anatomi atau 15 sampai 20 derajat dari posisi lateral (gambar 4.10).
Foramina intervertebralis regio torak tegak lurus dengan bidang
pertengahan tubuh. Foramina ini secara jelas ditunjukkan secara radiografi
dengan pasien posisi benar benar lateral. Selama inspirasi, tulang rusuk akan
mengangkat. Lengan juga harus diangkat cukup tinggi untuk mengangkat
tulang rusuk melewati foramina intervertebralis. Citra lengkap dari vertebra
torakalis bersama jaringan lunak disekitarnya (gambar 4.10).

3. Indikasi dan Kontra Indikasi Pemeriksaan


Beberapa indikasi dilakukannya pemeriksaan radiografi vertebra
torakalis antara lain :

Tabel 4.3

Indikasi pemeriksaan radiografi vertebra torakal

Indikasi Definisi
Fraktur Gangguan kontinuitas tulang
Clay shoveler Fraktur avulsi dari prosesus spinosus
di daerah bagian bawah servikal dan
atas torakal
Kompresi Fraktur yang menyebabkan
pemadatan tulang dan pengurangan
panjang atau lebar
Hernia nukleus pulposu Pecah atau prolaps nukleus
pulposus kedalam kanal tulang
belakang
Kifosis Kelainan pada lengkungan tulang
belakang yang membuat punggung
bagian atas terlihat membungkuk
berkisar antara 10 sampai 40 derajat
antara lempengan ujung atas T5 dan
lempengan ujung bawah T12
222 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Indikasi Definisi
Lordosis Kelainan tulang belakang yang
menyebabkan kelengkungan ke
arah depam pada punggung bagian
bawah
Metastasis Lesi kanker yang menyebar dari satu
area ke area lai
Osteoartritis atau penyakit sendi dan Bentuk artritis yang ditandai
tulang degeneratif memburuknya tulang rawan secara
progresif pada sendi sinovial
Osteopetrosis Peningkatan kepadatan tulng lunak
atipikal
Penyakit Paget Penebalan, ditandai tulang lunak
membungkuk dan patah
Penyakit Scheuermann atau kifosis Kifosis pada masa remaja
remaja
Skoliosis Deviasi lateral tulang belakang
dengan kemungkinan rotasi
vertebralis
Spina bifida Kegagalan dalam pembungkus
posterior sumsum tulang belakang
untuk melakukan menutup
Spondilolisis Runtuhnya tulang belakang
Subluksasi Dislokasi tidak lengkap atau parsial
Tumor Pertumbuhan jaringan baru dengan
proliferasi sel tidak terkendal
Multipel mieloma Neoplasma sel plasma ganas yang
melibatkan sumsum tulang dan
menyebabkan kerusakan tulang
sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Untuk kontra indikasi secara umum tidak ada namun untuk penanganan
trauma harus ekstra hati-hati. Pemeriksaan ini termasuk pemeriksaan
radiografi yang relatif aman karena dosis radiasinya yang rendah, disamping
itu tentu saja sinar-X dapat memberikan manfaat yang lebih besar yakni
untuk mendiagnosis suatu kelainan patologis.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 223

4. Persiapan alat dan bahan


Alat dan bahan yang perlu disiapkan pada pemeriksaan radiografi
vertebra torakal adalah sebagai berikut :
a. Pesawat sinar–X siap pakai + bucky / grid
b. Image Receptor (IR) / kaset radiografi dan film ukuran 30 cm x 40 cm
c. Marker, plester dan gunting
d. Plat timbal
e. Meteran
f. Apron
g. Grid
h. Alat fiksasi (bantal pasir dan bantal busa)

5. Persiapan pasien
Persiapan pasien yang perlu dilakukan adalah pasien mengganti baju
yang digunakan dengan baju pasien dan melepas benda logam yang ada di
sekitar dada, contoh : kalung, pengait, bra (pada pasien perempuan), dll.

6. Posisi pasien dan posisi objek


Pasien dapat diposisikan berdiri atau tidur terlentang.
a. Proyeksi AP
1) Posisikan pasien dalam posisi tidur terlentang atau berdiri tegak.
2) Letakkan lengan pasien di sepanjang sisi tubuh, sesuaikan bahu
agar berada pada bidang horizontal sama (gambar 4.12).
3) Jika pasien tidur terlentang, biarkan kepala langsung bertumpu di
atas meja atau diatas bantal tipis untuk menghindari penekanan
pada kifosis torakal (gambar 4.12).
4) Jika pasien berdiri tegak, minta pasien duduk atau berdiri posisi
tegak.
5) Atur Mid Sagital Plane (MSP) pasien tepat pada pertengahan meja
pemeriksaan.
6) Pada posisi tidur terlentang untuk mengurangi kifosis tekuk
panggul dan lutut pasien agar paha dalam posisi vertikal, untuk
kenyamanan pasien dapat diberikan bantal pasir.
7) Jika anggota tubuh pasien tidak dapat ditekuk, beri bantalan pada
lutut untuk mengurangi rasa sakit.
8) Pada posisi berdiri tegak minta pasien berdiri tegak sehingga berat
terdistribusi merata di kaki dan mengurangi rotasi vertebra torakal.
224 Teknik Radiografi Non Kontras 1

9) Jika anggota bawah pasien memiliki panjang yang berbeda, beri


penyangga pada sisi kaki yang pendek sehingga memiliki
ketinggian yang sama.
10) Tempatkan batas atas IR 1,5 hingga 2 inchi (3,8 – 5 cm) diatas
bahu. Dengan posisi IR ini T7 berada pada pertengahan IR dan
seluruh vertebra torakal dapat diperlihatkan semua.
11) Gunakan apron untuk melindungi organ vital.
12) Respirasi : pasien diminta untuk menarik nafas dan ditahan selama
eksposi dilakukan sehingga menghasilkan ekspirasi penuh.

sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 4.12

Proyeksi AP vertebra torakal. Bagian yang tersinari menunjukkan luas kolimasi yang
digunakan dalam proyeksi AP vertebra torakal

b. Proyeksi lateral
1) Posisikan pasien dalam posisi tidur berbaring miring (gambar
4.13).
2) Jika memungkinkan, gunakan sisi lateral kiri agar jantung lebih
dekat ke IR meminimalkan tumpang tindih vertebra dengan
jantung (gambar 4.13).
3) Pasien diminta menggunakan baju pasien yang terbuka sehingga
tulang belakang dapat dibuka untuk menyesuaikan posisi ekposi.
4) Letakkan bantal pada bagian bawah kepala pasien untuk menjaga
kolumna vertebra dalam posisi horizontal (gambar 4.13)..
5) Tekuk pinggul dan lutut pasien ke posisi yang nyaman.
6) Tempatkan batas atas IR 1,5 hingga 2 inchi (3,8 – 5 cm) diatas
bahu. Setengah dari bagian posterior thorak pada pertengahan IR
Teknik Radiografi Non Kontras 1 225

dan pertenagahan pada T7. T7 berada pada angulus inferor


skapula.
7) Dengan menekuk lutut pasien mengurangi superposisi dan
mencegah rotasi pada panggul, bantal pasir dapat diletakkan
antara lutut.
8) Sesuaikan lengan pasien dengan sudut yang sesuai pertengahan
tubuh agar tulang rusuk cukup mengangkat foramina
intervertebral.
9) Jika sumbu panjang kolumna vertebra tidak horizontal, naikkan
bagian atas atau bawah dari thorak.
10) Gunakan pelindung gonad untuk melindungi organ vital.
11) Respirasi : eksposi dapat dilakukan dengan pernafasan pasien
normal untuk menghilangkan vaskuler dan tulang rusuk pada akhir
ekspirasi.
12) Saat teknik pernafasan digunakan, pasien harus diinstruksikan
untuk tidak bergerak. Peningkatan waktu eksposi 2 – 3 detik
(penurunan mA yang sesuai) dapat meningkatkan visualisasi
vertebra torakal dengan mengaburkan pembuluh darah paru paru.

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 4.13

Proyeksi lateral vertebra torakal tanpa penyudutan. Bagian yang tersinari menunjukkan luas
kolimasi yang digunakan dalam proyeksi lateral vertebra torakal
226 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 4.14

Proyeksi lateral vertebra torakal dengan penyudutan. Bagian yang tersinari menunjukkan luas
kolimasi yang digunakan dalam proyeksi lateral vertebra torakal.

c. Proyeksi oblik
1) Posisikan pasien dalam posisi berdiri atatu duduk tegak dalam
posisi menyamping.
2) Rotasikan tubuh 20 derajat anterior (PA Oblik) atau posterior (AP
Oblik) sehingga bidang koronal membentuk sudut 70 derajat dari
IR (lihat gambar 4.15 dan gambar 4.16).
3) Tempatkan kolumna vertebra pada pertengahan grid, minta pasien
melemaskan bahu.
4) Sesuaikan batas atas IR 1,5 hingga 2 inchi (3,8 – 5 cm) diatas bahu
sehingga pertengahan pada T7.
5) Untuk PA oblik, siku lengan dekat IR ditekuk dan tangan diletakkan
di pinggul (lihat gambar 4.15). Untuk AP oblik, lengan yang
berdekatan IR diletakkan depan untuk mengindari superposisi
humerus pada vertebra toraks bagian atas (lihat gambar 4.16)..
6) Minta pasien berdiri tegak sehingga sumbu panjang kolumna
vertebra sejajar dengan IR.
7) Berat tubuh menopang pada kaki, kepala tidak ada rotasi ke
samping.
8) Gunakan pelindung gonad untuk melindungi organ vital.
9) Respirasi : tahan anfas pada akhir ekspirasi.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 227

sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 4.15

Proyeksi oblik LAO vertebra torakal untuk sendi zygapophyseal dekat dengan film. Bagian
yang tersinari menunjukkan luas kolimasi yang digunakan dalam proyeksi LAO vertebra
torakal

sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 4.16

Proyeksi oblik RPO vertebra torakal untuk sendi zygapophyseal jauh dengan film. Bagian
yang tersinari menunjukkan luas kolimasi yang digunakan dalam proyeksi RPO vertebra
torakal

7. Teknik Penyinaran dan Eksposi


Teknik penyinaran dan eksposi yang dilakukan pada pemeriksaan
radiografi vertebra torakal, sebagai berikut:
228 Teknik Radiografi Non Kontras 1

a. Proyeksi AP
1) Atur arah sumbu sinar tegak lurus dengan IR. Pertengahan arah
sinar dapat sekitar setengah antara cekungan jugularis dan
prosesus xifoid
2) Kolimasi meliputi tulang belakang. Atur kolimasi 7 x 17 inchi (18 x
43 cm) untuk vertebra torakalis.
3) Atur FFD 100 cm.
4) Gunakan focal spot besar.
5) Gunakan faktor eksposi sesuai tabel 4.4.

Tabel 4.4

Faktor eksposi vertebra torakal proyeksi AP

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Konvensional CR DR
90 30 20 8
Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

b. Proyeksi Lateral
1) Atur arah sumbu sinar tegak lurus dengan IR. Pertengahan sinar
pada setengah posterior dari thorak
2) Jika kolumna vertebra tidak berada pada bidang horizontal ketika
posisi tidur berbaring miring, miringkan tabung sinar X untuk
mengarahkan sinar tegak lurus sumbu tubuh kolumna vertebra.
Pertengahan arah sinar berada pada T7. Arah sinar menyudut
sekitar 10 derajat ke arah atas untuk pasien wanita dan 15 derajat
ke arah atas untuk pasien pria karena lebar bahu lebih besar.
3) Atur kolimasi 7 x 17 inchi (18 x 43 cm) untuk vertebra torakalis
4) Atur FFD 100 cm
5) Gunakan focal spot besar
6) Gunakan faktor eksposi sesuai tabel 4.5.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 229

Tabel 4.5

Faktor eksposi vertebra torakal proyeksi lateral

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Konvensional CR DR
90 50 25
Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

c. Proyeksi Oblik
1) Atur arah sinar tegak lurus IR melewati T7
2) Atur kolimasi 7 x 17 inchi (18 x 43 cm)
3) Atur FFD 100 cm
4) Gunakan focal spot besar
5) Gunakan faktor eksposi sesuai tabel 4.6.

Tabel 4.6

Faktor eksposi vertebra torakal proyeksi oblik

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Konvensional CR DR
90 36 18
Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

8. Kriteria dan Hasil Citra Radiografi


Kriteria dan hasil citra radiografi vertebra torakal dapat dilihat pada
Gambar 4.17 – 4.19 yang mampu menampakkan:
a. Proyeksi AP
1) Kolimasi yang tepat menunjukkan 12 vertebra torakal (lihat
gambar 4.17).
2) Seluruh vertebra terlihat dengan kontras dan kecerahan yang sama
3) Tidak ada rotasi terlihat dari prosesus spinosus berada pada garis
tengah vertebra (lihat gambar 4.17).
4) Kolumna vertebra sejajar di tengah radiograf (lihat gambar 4.17).
5) Memperlihatkan detail jaringan lunak dan trabekula (lihat gambar
4.17).
6) Tulang rusuk, bahu, paru paru, dan diafragma terproyeksi penuh
(lihat gambar 4.17).
230 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Sumber: Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 4.17

Radiograf proyeksi AP vertebra torakal

b. Proyeksi Lateral
1) Bukti kolimasi yang tepat memperlihatkan bagian posterior
vertebra dan sehingga mengurangi radiasi hambur (lihat gambar
4.18).
2) Vertebra terlihat jelas melalui bayangan tulang rusuk dan paru
paru
3) 12 vertebra torakal pada pertenaghan IR. Superposisi bahu pada
bagian atas vertebra membuat kurangnya eksposi pada bagian ini.
Jumlah vertebra yang terlihat tergantung bentuk dan ukuran
pasien. T1 hingga T3 tidak terlihat dengan baik (lihat gambar 4.18).
Teknik Radiografi Non Kontras 1 231

4) Tulang rusuk superposisi posterior menandakan tidak ada rotasi


pada pasien (lihat gambar 4.18).
5) Celah sendi intervertebral terbuka.
6) Memperlihatkan detail jaringan lunak dan trabekula.

Sumber: Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 4.18

Radiograf proyeksi lateral vertebra torakal

c. Proyeksi oblik
1) Memperlihatkan kolimasi yang tepat menunjukkan 12 tulang
vertebra thorakal (lihat gambar 4.19).
2) Sendi Zygapophyseal dekat dengan IR pada proyeksi PA oblik dan
terlihat jauh menggunakan AP Oblik (lihat gambar 4.18).
3) Dapat menunjukkan detail dari trabekula dan jaringan lunak.
232 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Sumber: Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 4.19

Radiograf proyeksi oblik vertebra torakal

9. Evaluasi
Mahasiswa mencocokan radiograf yang telah dibuat dengan kriteria
radiografi menggunakan form evaluasi radiograf (PIMA-CIADS). Lakukan
penilaian dengan membandingkan radiograf yang Anda buat dengan kriteria
yang ada di buku ajar. Penilaian mencakup ketepatan dan alasan masing-
masing pada aspek: proyeksi, identitas radiograf, marker, kolimasi, kualitas
citra, anatomi dan patologi, tingkat penerimaan radiograf secara diagnostik.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 233

C. TEKNIK RADIOGRAFI LUMBAL

Pemeriksaan radiografi lumbal merupakan pemeriksaan yang umum


dilakukan di Instalasi Radiologi. Kasus yang sering dihadapi oleh radiografer
adalah nyeri punggung. Perlunya penggunaan marker dalam pemeriksaan ini
karena objek kiri dan kanan yang sama. Proyeksi yang umum dilakukan
adalah proyeksi AP dan lateral. Dalam pemeriksaan ini harus memperlihatkan
bagian perut.

1. Pengertian
Teknik radiografi lumbal adalah teknik pemeriksaan radiografi pada
daerah perut dengan menggunakan pesawat sinar-X yang menghasilkan citra
tulang vertebra, sebagian tulang pinggung dan jaringan lunak perut serta
kelainan lainnya.

2. Anatomi dan Fisiologi


Vertebra lumbal memiliki tubuh besar berbentuk kacang yang
membesar dari vertebra pertama hingga kelima di wilayah ini. Badan lumbal
lebih dalam di anterior daripada di posterior, dan permukaan superior dan
inferiornya rata atau sedikit cekung. Pada permukaan posteriornya, vertebra
ini rata dari anterior ke posterior, dan cekung melintang. Permukaan anterior
dan lateral cekung dari atas ke bawah (lihat gambar 4.20).
Proses melintang dari vertebra lumbal lebih kecil dari pada vertebra
toraks. Tiga pasangan superior diarahkan hampir persis kesamping,
sedangkan dua pasang inferior cenderung sedikit lebih superior. Pedikel
lumbal kuat dan diarahkan ke posterior; lamina itu tebal. Proses spinosus
besar, tebal, dan tumpul, dan memiliki proyeksi hampir horizontal ke
posterior. Ujung teraba dari setiap proses spinosus sesuai dengan posisinya
dengan ruang di bawah vertebra tempat ia memproyeksikan. Proses
mamillary adalah proyeksi bulat halus di belakang setiap proses artikular
superior. Proses asesori berada di belakang akar proses transversal (lihat
gambar 4.21).
Tubuh segmen lumbal kelima jauh lebih dalam di depan daripada di
belakang, yang memberinya bentuk baji yang menyesuaikannya untuk
artikulasi dengan sakrum. Diskus intervertebralis dari sendi ini juga lebih
berbentuk baji daripada disk di interspace di atas daerah lumbar. Proses
spinosus dari vertebra lumbal kelima lebih kecil dan lebih pendek, dan proses
234 Teknik Radiografi Non Kontras 1

transversal jauh lebih tebal dibandingkan dengan vertebra lumbal atas (lihat
gambar 4.21).
Lamina terletak di posterior pedikel dan proses transversal. Bagian dari
lamina antara proses artikular superior dan inferior disebut pars
interarticularis. Sendi zygapophyseal regio lumbar miring ke posterior dari
bidang koronal, membentuk sudut rata-rata (posterior) 30 sampai 60 derajat
ke bidang midsagital tubuh. Sudut rata-rata meningkat dari cephalad ke
caudad dengan L1-2 pada 15 derajat, L2-3 pada 30 derajat, dan L3-4 melalui
L5-S1 pada 45 derajat. Tabel 8-3 menunjukkan bahwa sudut sambungan ini
dapat sangat bervariasi di setiap tingkat. Banyak sendi atas yang tidak
bersudut, dan banyak sendi bawah memiliki sudut 60 derajat atau lebih.
Meskipun posisi tubuh miring 45 derajat yang biasa menunjukkan sendi
zygapophyseal lumbal yang paling signifikan secara klinis (L3 hingga S1), 25%
dari sendi L1-2 dan L2-3 ditampilkan pada proyeksi AP, dan sebagian kecil
dari L4-5 dan L5 -S1 sendi terlihat pada proyeksi lateral (lihat gambar 4.23).
Empat pasang foramina superior ditunjukkan secara radiografi dengan
pasien dalam posisi lateral yang sebenarnya; pasangan terakhir
membutuhkan sedikit kemiringan tubuh. Spondylolysis adalah defek tulang
didapat yang terjadi di pars interarticularis - area lamina di antara dua proses
artikular. Cacat dapat terjadi pada satu atau kedua sisi tulang belakang,
mengakibatkan kondisi yang disebut spondylolisthesis. Kondisi ini ditandai
dengan perpindahan anterior dari satu vertebra ke vertebra lainnya,
umumnya lumbal kelima di atas sakrum. Spondylolisthesis hampir secara
eksklusif melibatkan tulang belakang lumbal.
Spondylolisthesis penting secara radiologis karena radiografi posisi
miring menunjukkan area "leher" dari "anjing Scottie" (yaitu, pars
interarticularis). Tampilan lengkap dari vertebra lumbal bersama dengan
jaringan di sekitarnya.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 235

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 4.20

A. anatomi korpus vertebra lumbal tampak dari atas

B. anatomi korpus vertebra lumbal tampak dari samping


236 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 4.21

Anatomi vertebra lumbal tampak oblik


Teknik Radiografi Non Kontras 1 237

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 4.23

Anatomi korpus vertebra lumbal dilhat dari aspek superior

A. Arah sendi zygapophyseal lumbal

B. Aspek superior yang menunjukkan orientasi foramina intervertebralis lumbal

3. Indikasi dan Kontra Indikasi Pemeriksaan


Indikasi untuk pemeriksaan teknik radiografi vertebra lumbal adalah
fraktur, tumor, metastase, osteoporosis, osteoatritis dan penyakit degeneratif
sendi lainnya. Untuk kontra indikasi secara umum tidak ada. Pemeriksaan ini
termasuk pemeriksaan radiografi yang relatif aman karena dosis radiasinya
yang rendah, disamping itu tentu saja sinar-X dapat memberikan manfaat
yang lebih besar yakni untuk mendiagnosis suatu kelainan patologis. Berikut
ini penjelasan mengenai indikasi dilakukan pemeriksaan radiografi pada
lumbal :

Tabel 4.7

Indikasi pemeriksaan radiografi lumbal

Indikasi Definisi
Fraktur Fraktur adalah gangguan pada
kontinuitas tulang atau sering disebut
dengan patah tulang.
Tumor Tumor adalah pertumbuhan jaringan
baru dimana proliferasi sel tidak
terkendali.
238 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Indikasi Definisi
Metastase Metastase adalah penyebaran lesi
kanker dari satu area ke area lain.
Osteoporosis Osteoporosis adalah kelainan pada
tulang dimana terjadi penurunan
kepadatan tulang.
Osteoartritis dan penyakit Bentuk artritis yang ditandai dengan
degeneratif persendian Memburuknya tulang rawan secara
progresif pada sendi sinovial dan
vertebra.

4. Persiapan Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang perlu disiapkan pada pemeriksaan radiografi
manus adalah sebagai berikut :
a. Pesawat sinar–X siap pakai
b. Image Receptor (IR) / kaset radiografi ukuran 11 × 14 inci (30 × 35 cm)
atau 14 × 17 inci (35 × 43 cm), tergantung ketersediaan
c. Marker, plester dan gunting
d. Plat timbal
e. Meteran
f. Apron
g. Alat fiksasi (bantal pasir dan bantal busa)

5. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan yang diperlukan dalam pemeriksaan radiografi ini,
pasien mengganti baju yang digunakan dengan baju pasien dan melepas
benda logam yang ada di sekitar diafragma sampai panggul, contoh : beha.
ikat pinggang, peniti

6. Posisi Pasien dan Posisi Objek


Posisi pasien dan posisi obyek yang digunakan pada pemeriksaan
radiografi vertebra lumbal adalah proyeksi AP dan lateral. Kedua proyeksi
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Proyeksi AP
Periksa tulang belakang lumbal atau lumbosakral dengan posisi pasien
berbaring. Kemudian posisikan objek lumbal sebagai berikut:
1) Atur bidang bidang midsagital tubuh pasien ke garis tengah grid.
2) Sesuaikan bahu dan pinggul pasien untuk berbaring pada bidang
horizontal yang sama (lihat gambar 4.24).
Teknik Radiografi Non Kontras 1 239

3) Lenturkan siku pasien, dan letakkan tangan di dada bagian atas


sehingga lengan bawah tidak berada dalam bidang eksposur.
4) Penopang radiolusen di bawah sisi panggul bawah dapat
digunakan untuk mengurangi rotasi bila diperlukan (lihat gambar
4.24).
5) Kurangi lordosis lumbal dengan mengangkat pinggul dan lutut
pasien cukup untuk menempatkan punggung bersentuhan kuat
dengan meja (lihat gambar 4.25).
6) Gunakan pelindung gonad untuk melindungi organ vital

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 4.24

Teknik Radiografi Tulang belakang AP lumbar dengan tungkai di luruskan

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 4.25

Teknik Radiografi Tulang belakang AP lumbar dengan tungkai di tekuk


240 Teknik Radiografi Non Kontras 1

b. Proyeksi Lateral
Untuk posisi lateral, gunakan posisi tubuh yang sama (telentang atau
tegak) seperti untuk proyeksi AP atau PA. Minta pasien mengenakan
gaun dengan punggung terbuka sehingga tulang belakang dapat
terbuka untuk penyesuaian posisi terakhir. Kemudian posisikan objek
sebagai berikut :
1) Minta pasien untuk berbalik ke sisi yang sakit dan keluarkan
pinggul dan lutut ke posisi yang nyaman (lihat gambar 4.26).
2) Saat memeriksa pasien kurus, sesuaikan bantalan yang sesuai di
bawah pinggul yang tergantung untuk mengurangi tekanan (lihat
gambar 4.26).
3) Sejajarkan bidang midcoronal tubuh dengan garis tengah bingkai
dan pastikan vertikal. Pada kebanyakan pasien, sumbu panjang
badan tulang belakang lumbal terletak di bidang midcoronal (lihat
gambar 4.26).
4) Dengan siku pasien terangkat, sesuaikan lengan dependen pada
sudut kanan ke tubuh.
5) Untuk mencegah rotasi, letakkan lutut dengan tepat, dan letakkan
karung pasir kecil di antara keduanya (lihat gambar 4.26).
6) Tempatkan penyangga radiolusen yang sesuai di bawah dada
bagian bawah, dan sesuaikan sehingga sumbu panjang tulang
belakang horizontal (lihat gambar 4.27).

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 4.26

Teknik Radiografi Tulang belakang Lateral lumbar

dengan Tulang belakang horizontal dan sinar tengah tegak lurus


Teknik Radiografi Non Kontras 1 241

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 4.27

Teknik Radiografi Tulang belakang Lateral lumbar

dengan diarahkan ke caudad tegak lurus

dengan sumbu panjang tulang belakang

7. Teknik Penyinaran dan Eksposi


Teknik penyinaran dan eksposi yang dilakukan pada pemeriksaan
radiografi vertebra torakalis, sebagai berikut:
a. Proyeksi AP
1) Arah sinar vertikal tegak lurus terhadap IR.
2) Ahkan titik bidik setinggi puncak iliaka (L4) untuk pemeriksaan
lumbosakral.
3) Untuk menunjukkan tulang belakang lumbal dan sakrum, pusatkan
IR 14 × 17 inci (35 × 43 cm) setinggi puncak iliaka (L4). Untuk
memperlihatkan tulang belakang lumbal saja, pusatkan IR 1,5 inci
(3,8 cm) di atas puncak iliaka (L3). IR 11 × 14 inci (30 × 35 cm)
dapat digunakan, jika tersedia.
4) Atur kolimasi ukuran 8 × 17 inci (18 × 43 cm) pada kolimator
untuk pemeriksaan rutin dan 14 × 17 inci (35 × 43 cm) saat
gambar perut penuh diminta. Pastikan sendi sakroiliaka disertakan.
Untuk tulang belakang lumbal saja, kolimasi dapat dikurangi
menjadi 8 × 14 inci (18 × 35 cm).
242 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 4.28

Tulang belakang lumbal menunjukkan ruang

diskus intervertebralis yang tidak sejajar

5) Atur FFD pada jarak 100 cm.


6) Gunakan focal spot besar.
7) Gunakan faktor eksposi sesuai tabel 4.8.

Tabel 4.8

Faktor eksposi vertebra lumbal proyeksi AP

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Konvensional CR DR
90 20 8
Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

b. Proyeksi Lateral
1) Arah sinar vertikal tegak lurus terhadap IR.
2) Arahkan titik bidik pada sudut 5 hingga 7 derajat caudad untuk
keluar dari titik ½ inci (1,3 cm) di bawah puncak patela. Karena
tibia dan fibula agak miring, sinar pusat sejajar dengan tibialis. Titik
bidik tegak lurus untuk pasien dengan paha besar atau saat kaki
terangkat.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 243

3) Atur FFD 120 cm.


4) Gunakan focal spot besar.
5) Gunakan faktor eksposi sesuai tabel 4.9.

Tabel 4.9

Faktor eksposi vertebra lumbal proyeksi lateral

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Konvensional CR DR
90 50 25
Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

8. Kriteria dan Hasil Citra Radiografi


Kriteria dan hasil citra radiografi vertebra torakal dapat dilihat pada
Gambar 4.28 – 4.29 yang mampu menampakkan:
a. Proyeksi AP
1) Bukti kolimasi yang tepat
2) Area dari vertebra toraks bagian bawah ke sakrum
3) Sinar X-ray disusun ke margin lateral otot psoas
4) Tidak ada artefak di bagian tengah perut wanita dari bahan elastis
di pakaian dalam pasien
5) Tidak ada rotasi
6) Vertebra simetris, dengan proses spinosus yang berpusat pada
tubuh
7) Sendi sakroiliaka berjarak sama dari kolom vertebralis
8) Buka ruang disk intervertebralis
9) Detail jaringan lunak dan tulang trabekuler
244 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 4.28

Citra A. Teknik Kolimasi dekat

Citra B. Kolimasi dibuka untuk IR ukuran 14 × 17 inci (35 × 43 cm) untuk menunjukkan perut
bersama dengan tulang belakang lumbal

Citra C. AP tulang belakang lumbal menunjukkan spina bifida (panah)


Teknik Radiografi Non Kontras 1 245

b. Proyeksi Lateral
1) Bukti kolimasi yang tepat
2) Area dari vertebra toraks bagian bawah ke tulang ekor
menggunakan IR 14 × 17 inci (35 × 43 cm)
3) Area dari vertebra toraks bawah ke sakrum proksimal
menggunakan IR 11 × 14 inci (30 × 35 cm)
4) Vertebra sejajar di tengah gambar
5) Tidak ada rotasi
6) Margin posterior yang ditumpangkan dari setiap badan vertebral
7) Puncak ilia hampir tumpang tindih jika sinar x-ray tidak miring
8) Proses spinous dalam profil
9) Buka ruang diskus intervertebralis dan foramina intervertebralis
10) Detail jaringan lunak dan tulang trabekuler

Sumber: Merril’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 4.29

Ciitra A. Tulang belakang lumbal lateral, 11 × 14 inci (28 × 35 cm) IR

Ciitra B. tulang belakang lumbosakral lateral, 14 × 17 inci (35 × 43 cm) IR

9. Evaluasi
Mahasiswa mencocokan radiograf yang telah dibuat dengan kriteria
radiografi menggunakan form evaluasi radiograf (PIMA-CIADS). Lakukan
penilaian dengan membandingkan radiograf yang Anda buat dengan kriteria
yang ada di buku ajar. Penilaian mencakup ketepatan dan alasan masing-
masing pada aspek: proyeksi, identitas radiograf, marker, kolimasi, kualitas
citra, anatomi dan patologi, tingkat penerimaan radiograf secara diagnostik.
246 Teknik Radiografi Non Kontras 1

D. TEKNIK RADIOGRAFI VERTEBRA LUMBO SAKRAL

Pemeriksaan radiografi vertebra lumbo sakral merupakan pemeriksaan


umum yang sering dilakukan di Instalasi Radiologi. Kasus yang sering
ditemukan pada pemeriksaan adalah nyeri punggung bawah. Perlunya
penggunaan marker dalam pemeriksaan ini untuk identifikasi sisi kanan dan
kiri objek.

1. Pengertian
Teknik radiografi lumbo sakral adalah teknik pemeriksaan pada daerah
tulang punggung bawah sampai pada bagian panggul bawah untuk
menghasilkan citra tulang, jaringan lunak serta kelainan patologis.

2. Anatomi dan Fisiologi

A
Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 4.30

A. Anatomi lumbo sakral tampak anterior

B. Anatomi lumbo sakral tampak lateral

Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah


struktur yang lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut
vertebra atau ruas tulang belakang. Diantara tiap dua ruas tulang pada tulang
Teknik Radiografi Non Kontras 1 247

belakang terdapat bantalan tulang rawan Panjang rangkaian tulang belakang


pada orang dewasa dapat mencapai 57 – 67 cm. Seluruhnya terdapat 33 ruas
tulang, 24 buah di antaranya adalah tulang-tulang terpisah dari 19 ruas
sisanya bergabung membentuk 2 tulang. Kolumna vertebra terdiri dari 7
vertebra servikal atau ruas tulang leher, 12 vertebra thorakal atau ruas tulang
punggung, 5 vertebra lumbal atau ruas tulang pinggang, 5 vertebra sacrum
atau ruas tulang kelangkang, 4 vertebra koksigeus atau ruas tulang tungging
(Gambar 4.30).
Vertebra lumbosakaral merupakan bagian dari tulang
belakang/kolumna vertebralis yaitu susunan tulang-tulang kecil yang
dinamakan ruas tulang belakang.Tulang belakang fungsinya adalah untuk
menahan kepala dan alat-alat tubuh yang lain, melindungi sumsum tulang
belakang yaitu lanjutan dari sumsum penyambung otak yang terdapat di
dalam saluran tulang belakang dan tempat tulang-tulang panggul
bergantung (Gambar 4.30).
Vertebralis lumbalis atau ruas tulang pinggang adalah yang terbesar.
Badannya lebih besar dibandingkan badan vertebra lainnya dan berbentuk
seperti ginjal. Prosesus spinosusnya lebar, tebal, dan berbentuk seperti kapak
kecil. Prosesus transversusunya panjang dan langsing. Apophyseal joint dari
lumbal lebih ke posterior dari coronal plane, artikulasi ini dapat dilihat
dengan posisi oblik. Foramen intervertebralis dari lumbal berada ditengah
dari sagital plane.
Vertebra lumbal terdiri dari dua komponen, yaitu komponen anterior
yang terdiri dari korpus, sedangkan komponen posterior yaitu arkus
vertebralis yang terdiri dari pedikel, lamina, prosesus transverses, prosesus
spinosus dan prosesus artikularis. Setiap dua korpus vertebra dipisahkan oleh
discus intervertebralis dan ditahan serta dihubungkan satu dengan yang lain
oleh ligamentum.
Foramina vertebralis lumbalis berbentuk segitiga, ukurannya sedikit
lebih besar dari milik vertebra thorakalis tapi lebih kecil dari vertebra
servikalis. Bagian bawah dari medulla spinalis meluas sampai foramen
vertebra lumbalis satu, foramen vertebra lumbal lima hamya berisi kauda
equina dan selaput-selaput otak. Prosesus transversus berbentuk tipis dan
panjang kecuali pada vertebra lumbal lima yang kuat dan tebal. Berukuran
lebih kecil daripada yang terdapat pada vertebra thorakalis.
Prosesus spinosus berbentuk tipis, lebar, tumpul dengan pinggir atas
mengarah ke arah bawah dank e arah dorsal. Prosesus ini dapat diketahui
kedudukannya dengan cara meraba atau palpasi. Prosesus artikularis superior
248 Teknik Radiografi Non Kontras 1

meripakan fasies artikularis yang cekung dan menghadap posteromedial,


sebaliknya fasies artikularis inferiornya cembung dan menghadap ke
anterolateralis (Gambar 4.31).

Sumber : Merrill’s Atlas Of Radiographic, 2016

Gambar 4.31

Anatomi sakrum tampak anterior dan lateral

Anatomi lumbal tampak lateral

Sakrum atau tulang kelangkang berbentuk segitiga dan terletak pada


bagian bawah kolumna vertebralis, terjepit diantara kedua tulang inominata
(atau tulang koxa) dan membentuk bagian belakang rongga pelvis
(panggul). Dasar dari sacrum terletak di atas dan bersendi dengan vertebra
lumbalis kelima dan membentuk sendi intervertebral yang khas. Tepi anterior
dari basis sacrum membentuk promontorium sakralis.
Kanalis sakralis terletak dibawah kanalis vertebralis (saluran tulang
belakang) dan memang lanjutan daripadanya. Dinding kanalis sakralis
berlubang-lubang untuk dilalui saraf sacral. Prosesus spinosus yang
rudimenter dapat dilihat pada pandangan posterior dari sacrum. Permukaan
anterior sacrum adalah cekung dan memperlihatkan empat gili-gili
melintang, yang menandakan tempat penggabungan kelima vertebra sakralis.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 249

3. Indikasi dan Kontra Indikasi Pemeriksaan


Terdapat beberapa indikasi pemeriksaan radiografi artikulasio
sakroiliaka, antara lain:
a. Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah suatu keadaan patologis dimana
terjadi penekanan pada anulus fibrosus beserta nukleus pulposus ke
dalam lumen kanalis vertebralis sehingga menimbulkan nyeri yang
hebat.
b. Ankilosing spondilitis
Ankilosing spondilitis adalah jenis dari artritis reumatoid yang terjadi
pada persendian sakroiliaka dan vertebra.
c. Dislokasi
Dislokasi adalah perubahan letak tulang dari ruang sendi.
d. Fraktur
Fraktur adalah gangguan pada kontinuitas tulang atau sering disebut
dengan patah tulang.
e. Tumor
Tumor adalah pertumbuhan jaringan baru dimana proliferasi sel tidak
terkendali.
f. Metastase
Metastase adalah penyebaran lesi kanker dari satu area ke area lain.
g. Osteoporosis
Osteoporosis adalah kelainan pada tulang dimana terjadi penurunan
kepadatan tulang.
h. Skoliosis
Skoliosis adalah suatu kondisi tulang belakang yang melengkung secara
tidak normal.
i. Spondilolisis
Spondilolisis adalah suatu keadaan ditemukan degenerasi progresif
diskus intervertebra yang mengarah pada perubahan tulang vertebra
dan ligament, menyempitnya foramen intervertebra dari depan karena
lipatan ligament longitudinal posterior atau karena osteofit,
sedangangkan dari belakang karena lipatan ligament flavum, degenerasi
diskus akan merangsang pembentukan osteofit, yang bersama-sama
dengan pembengkakan/penebalan jaringan lunak menekan medulla
spinalis atau saraf spinal.
250 Teknik Radiografi Non Kontras 1

j. Multiple Myeloma
Multiple Myeloma adalah neoplasma maligna pada sumsum tulang yang
dapat menyebabkan destruksi tulang.

4. Persiapan Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada teknik radiografi klavikula antara
lain:
a. Pesawat sinar –X siap pakai
b. Image Receptor (IR) / Kaset dam film radiografi ukuran 35x43 cm
c. Marker, plester dan gunting
d. Grid
e. Apron
f. Alat fiksasi (bantal pasir dan bantal busa)

5. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan yang untuk pasien pada pemeriksaan radiografi ini.
Tetapi apabila memungkinkan, perlu dilakukan persiapan pasien untuk
mengosongkan gas dan feses di saluran pencernaan dan urin di kantung
kemih juga harus dikosongkan untuk menghindari superposisi dengan tulang
belakang.

6. Posisi Pasien dan Posisi Objek


Pasien tidur diatas meja pemeriksaan menghadap tabung pesawat
sinar-X. Pastikan bagian yang akan diperiksa harus bebas dari logam atau
benda lain, contoh : kancing, ikat pinggang, resleting celana. Pasien diminta
berganti baju dengan baju pasien yang telah disediakan.
a. Proyeksi AP
1) Pasien supine diatas meja pemeriksaan.
2) Tangan pasien diletakkan diatas dada.
3) Berikan bantalan busa pada kepala pasien untuk menghindari
kifosis vertebra torakal.
4) Tempatkan MSP tubuh pasien pada pertengahan meja
pemeriksaan.
5) Atur lutut pasien fleksi agar vertebra lebih dekat dengan meja
pemeriksaan.
6) Atur pelvis sehingga tidak mengalami rotasi.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 251

7) Posisi khusus untuk pasien yang mengalami nyeri punggung yang


parah, dapat dilakukan pemeriksaan dengan posisi pasien berdiri
dan arah sinar horisontal.

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 4.32

Proyeksi AP lumbo sakral. Bagian yang tersinari menunjukkan luas kolimasi yang digunakan
dalam proyeksi AP vertebra lumbo sakral

b. Proyeksi Lateral
1) Pasien tidur miring atau recumbent diatas meja pemeriksaan
2) Kepala pasien diberi bantalan busa agar menjaga tulang
punggung pada posisi horisontal.
3) Kedua lutut pasien difleksikan dengan fiksasi di bagian lutut
menggunakan bantalan pasir.
4) Tempatkan tangan pasien di depan tubuh.
5) Tempatkan MCP tubuh pasien berada di pertengahan IR/Kaset.
6) Tulang belakang diatur dalam posisi horisontal/lurus. Jika tidak
dapat lurus, diberi pengganjal busa di daerah torakal.

7. Teknik Penyinaran dan Eksposi


a. Proyeksi AP
1) Atur arah sinar vertikal tegak lurus IR/kaset.
2) Atur pertengahan kolimasi pada Lumbal 4 (MSP setinggi krista
iliaka)
3) Atur FFD pada jarak 122 cm (untuk mengurangi distorsi dan diskus
invertebralis akan tampak membuka dengan lebih baik)
252 Teknik Radiografi Non Kontras 1

4) Gunakan Grid
5) Gunakan focal spot kecil
6) Gunakan faktor eksposi sesuai tabel 4.10
7) Berikan aba aba ekspirasi tahan nafas saat eksposi.

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016

Gambar 4.33

Proyeksi Lateral lumbo sacral. Bagian yang tersinari menunjukkan luas kolimasi yang
digunakan dalam proyeksi lateral vertebra lumbo sakral.

Tabel 4.10

Faktor eksposi lumbo sakral proyeksi AP

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Konvensional CR DR
90 * 20 10
*80 kV menggunakan Automatic Exposure Control (AEC)

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2013 dan 2016

b. Proyeksi Lateral
1) Atur arah sinar vertikal tegak lurus IR/kaset. Apabila tulang
belakang tidak bisa diposisikan lurus maka harus dilakukan
penyudutan arah sinar ke arah caudad sehingga tegak lurus
dengan sumbu horisontal. Besar sudut yang digunakan biasanya
5-8 derajat caudad.
2) Atur pertengahan kolimasi pada L4 (MSP setinggi krista iliaka).
Teknik Radiografi Non Kontras 1 253

3) Atur FFD pada jarak 112 cm untuk mengurangi magnifikasi karena


OID yang cukup besar.
4) Gunakan grid.
5) Gunakan focal spot kecil.
6) Gunakan faktor eksposi sesuai tabel 4.11.
7) Berikan aba aba ekspirasi tahan nafas saat eksposi.

Tabel 4.11

Faktor eksposi lumbo sakral proyeksi lateral

Tegangan Arus tabung (mAs)


tabung (kV) Konvensional CR DR
96 * 56 28
*95 kV menggunakan Automatic Exposure Control (AEC)

Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2013 dan 2016

8. Kriteria dan Hasil Citra Radiografi


Berikut ini citra radiografi tulang vertebra lumbo sakral sesuai dengan
proyeksi yang dibuat yaitu AP dan leateral:

A B
Sumber : Mc Quillen, 2015

Gambar 4.34

A. Radiograf AP lumbo sakral

B. Radiograf lateral lumbo sakral


254 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Kriteria radiografi tulang vertebra lumbo sakral sesuai dengan proyeksi


yang dibuat. Proyeksi yang tepat mampu menampakkan vertevra lumbal dan
sakrum sesuai dengan kondisi seperti pada penjelasan berikut :
a. Proyeksi AP lumbo sakral
1) Kolimasi yang tepat.
2) Seluruh area mulai dari Torakal 12 sampai sakrum masuk dalam
film.
3) Tidak ada artefak pada rongga abdomen yang disebabkan benda
logam.
4) Tidak ada rotasi pada lumbo sakral ditandai dengan (lihat gambar
4.34) :
a) Vertebra simetris ditandai dengan prosesus spinosus berada
dipertengahan korpus vertebra.
b) Jarak yang sama anatara Artikulasio sakroiliaka kanan dan kiri
dengan dengan kolumna vertebralis.
5) Diskus intervertebralis tampak terbuka.
6) Detail jaringan lunak dan trabekular tampak jelas.

b. Proyeksi lateral lumbo sakral


1) Kolimasi yang tepat.
2) Seluruh area mulai dari Torakal 12 sampai coksigis masuk dalam
film.
3) Vertebra tampak di pertengahan film.
4) Tidak ada rotasi pada lumbo sakral ditandai dengan (lihat gambar
4.34):
a) Superposisi garis tepi posterior pada setiap vertebrae.
b) Prosesus spinosus tampak jelas tanpa ada rotasi.
5) Diskus intervertebralis dan foramen invertebralis tampak terbuka.
6) Detail jaringan lunak dan trabekular tampak jela.

9. Evaluasi
Mahasiswa mencocokan radiograf yang telah dibuat dengan kriteria
radiografi menggunakan form evaluasi radiograf (PIMA-CIADS). Lakukan
penilaian dengan membandingkan radiograf yang Anda buat dengan kriteria
yang ada di buku ajar. Penilaian mencakup ketepatan dan alasan masing-
masing pada aspek: proyeksi, identitas radiograf, marker, kolimasi, kualitas
citra, anatomi dan patologi, tingkat penerimaan radiograf secara diagnostik.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 255

E. TEKNIK RADIOGRAFI VERTEBRA SAKRUM-KOKSIGIS

Pemeriksaan radiografi vertebra sakrum-koksigis merupakan


pemeriksaan yang umum dilakukan di instalasi radiologi. Kasus yang sering
dihadapi oleh radiografer adalah trauma. Perlunya penggunaan marker
dalam pemeriksaan ini karena objek kiri dan kanan yang sama. Proyeksi yang
umum dilakukan adalah proyeksi AP dan lateral.

1. Pengertian
Teknik radiografi vertebra sakrum-koksigis adalah teknik pemeriksaan
radiografi pada daerah tulang belakang bagian bawah dengan menggunakan
pesawat sinar-X yang menghasilkan citra tulang sakrum dan koksig, jaringan
lunak serta kelainan lainnya.

2. Anatomi dan Fisiologi


a. Sakrum
Sakrum dibentuk oleh penyatuan dari lima vertebrae sakral yang
menjadi satu menjadi lengkungan, tulang trianguler. Sakrum terletak
antara tulang iliaka pelvis, dimana dasar luasnya menyatu pada bagian
oblik, atas dan depan dan apeknya menyatu pada bagian belakang
bawah. Walaupun ukuran dan derajat kurvatura sakrum berbeda-beda
pada masing-masing pasien, tulang tersebut lebih panjang, lebih
sempit, lebih mendatar dan lebih vertikal pada pasien laki-laki
dibandingkan dengan pasien perempuan. Sakrum pada perempuan
lebih melengkung, dengan kurvatura terbesar berada pada pertengahan
bawah tulang.

Pada bagian atas sakral pertama mirip dengan vertebra lumbar.


Permukaan atas dari dasar sakrum bentuk dan ukurannya mirip dengan
permukaan bawah lumbar terakhir. Cekungan yang berada pada
permukaan atas pedikel sakral pertama dan cekungan yang cocok pada
permukaan bawah pedikel pada lumbar terakhir membentuk foramen
intervertebrae. Superior articular processes dari sakral pertama menyatu
dengan Inferior articular processes dari lumbar terakhir dan membentuk
sendi zygapopiseal (Gambar 4.35 A).
256 Teknik Radiografi Non Kontras 1

b. Koksig
Koksig dibentuk oleh tiga sampai empat vertebrae yang tidak sempurna
yang mempunyai kecenderungan untuk menjadi satu pada tulang
dewasa. Ukuran koksig semakin mengecil dari dasar sampai atas. Dari
persendiannya dengan sakrum, koksig melengkung ke dalam dan ke
depan dan membelok dari pertengahan korpus nya (Gambar 4.35 B).

Sumber: Meril’s Atlas of Radiographic 2016

Gambar 4.35

Anatomi sakrum dan koksig


Teknik Radiografi Non Kontras 1 257

3. Indikasi dan Kontra Indikasi Pemeriksaan


Beberapa indikasi dilakukan pemeriksaan radiografi sakrum dan koksig
dijelaskan dalam tabel 4.12.

Tabel 4.12

Indikasi pemeriksaan radiografi sakrum-koksigis

Indikasi Definisi
Fraktur Fraktur adalah gangguan pada kontinuitas tulang atau
sering disebut dengan patah tulang.
Tumor Tumor adalah pertumbuhan jaringan baru dimana
proliferasi sel tidak terkendali.
Metastase Metastase adalah penyebaran lesi kanker dari satu area
ke area lain.
Osteoporosis Osteoporosis adalah kelainan pada tulang dimana
terjadi penurunan kepadatan tulang.
Osteoartritis dan penyakit Bentuk artritis yang ditandai dengan memburuknya
degeneratif persendian tulang rawan secara progresif pada sendi sinovial dan
vertebra.
Sumber: Meril’s Atlas of Radiographic 2016

4. Persiapan Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang perlu dipersiapkan pada teknik radiografi sakrum-
koksigis antara lain:
a. Pesawat sinar–X siap pakai.
b. Image Receptor (IR) / kaset radiografi dan film ukuran 24x30 cm untuk
sakrum dan 18x24 cm untuk koksig.
c. Marker, plester dan gunting.
d. Plat timbal.
e. Meteran.
f. Apron.
g. Alat fiksasi (bantal pasir dan bantal busa).

5. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan yang diperlukan dalam pemeriksaan radiografi ini,
pasien hanya perlu mengganti baju yang digunakan dengan baju pasien dan
melepas benda logam yang ada di sekitar panggul, contoh : resleting celana,
ikat pinggang, uang koin, peniti.
258 Teknik Radiografi Non Kontras 1

6. Posisi Pasien dan Posisi Objek


Pemeriksaan Radiografi sakrum dan koksigis dilakukan dengan
beberapa proyeksi. Setiap proyeksi memiliki posisi yang berbeda-beda sesuai
tujuan obyek yang ingin ditampilkan, sebagai berikut :
a. Proyeksi AP aksial
1) Atur pasien pada posisi telentang agar sakrum dan koksig dekat
dengan IR. Posisi telentang atau supine sering diginakan.
Sedangkan posisi telungkup atau prone dapat digunakan untuk
pasien dengan luka yang sakit atau penyakit destruktif (lihat
gambar 4.36).
2) Dengan pasien yang telentang atau telungkup, atur titik bidik
pada pertengahan tubuh ( MSP) ke pertengahan meja
pemeriksaan (lihat gambar 4.37).
3) Atur pasien sehingga jarak ASIS dengan meja pemeriksaan sama.
4) Arahkan pasien untuk melipat siku dan tempatkan lengan pada
posisi yang nyaman, posisi yang sama secara bilateral.
5) Ketika menggunakan posisi telentang, tempatkan soft bag pada
bawah lutut.

Sumber: Meril’s Atlas of Radiographic 2016

Gambar 4.36

Proyeksi AP sakrum
Teknik Radiografi Non Kontras 1 259

Sumber: Meril’s Atlas of Radiographic 2016

Gambar 4.37

Proyeksi AP koksig

b. Proyeksi Lateral
Dari posisi telentang, rotasikan pasien dengan pelan ke sisi yang sakit
sampai pada posisi oblique. Derajat kemiringan tergantung pada
seberapa besar pasien dapat melipatkan kaki.
1) Sesuaikan tubuh pasien, dan pusatkan sendi yang sakit pada
pertengahan grid
2) Lutut pasien yang sakit ditekuk dan atur paha yang sakit sampai
pada sudut yang tepatke tulang tulang hip joint (Gambar 4.38).
3) Atur femur sejajar dengan meja pemeriksaan.
4) Rotasikan pelvis untuk membantu dalam menekukkan paha dan
menghindari superposisi sisi yang diperiksa (Gambar 4.9).

7. Teknik Penyinaran dan Eksposi


a. Proyeksi AP
1) Sakrum
a) Pada pasien yang telentang arahkan sinar 15 derajat cepalad
dan titik bidik brada 2 inchi dari simpisis pubis (Gambar 4.40).
b) Pada pasien telungkup sudutkan arah sinar 15 derajat caudal
dan titik bidik berada pada lengkung sakrum yang terlihat
jelas.
2) Koksig
a) Pada pasien telentang, atur arah sinar 10 derajad caudad
dengan titik bidik kira-kira 2 inchi (5 cm) di atas simpisis
pubis (Gambar 4.40)..
260 Teknik Radiografi Non Kontras 1

b) Pada pasien telungkup, sudutkan arah sinar10 derajat


cephalad dan titik bidik berada pada koksig yang terlihat
jelas.
c) Pusatkan IR pada titik bidik.
3) Sesuaikan kolimator dengan ukuran 24 x 30 cm untuk sakrum dan
18x24 cm untuk koksig.
4) Atur FFD pada jarak 100 cm.
5) Gunakan focal spot besar.
6) Gunakan faktor eksposi: (lihat Tabel 4.13)

Sumber: Meril’s Atlas of Radiographic 2016

Gambar 4.38

Posisi lateral sakrum


Teknik Radiografi Non Kontras 1 261

Sumber: Meril’s Atlas of Radiographic 2016

Gambar 4.39

Posisi lateral koksig

Tabel 4.13

Faktor eksposi radiografi sakrum-koksigis proyeksi AP

Faktor Arus tabung (mAs)


Eksposi Konvensional CR DR
(kV)
Sakrum 90 35 28 14
Koksig 85 40 32 14
Sumber: Meril’s Atlas of Radiographic 2016
262 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Sumber: Meril’s Atlas of Radiographic 2016

Gambar 4.40

Proyeksi AP axial sakrum dan koksig

b. Proyeksi Lateral
1) Atur pasien untuk tidur miring ke arah sisi yang sakit, dan fleksikan
hip joint dan lutut pada posisi yang nyaman.
2) Atur lengan pada posisi yang tepat.
3) Atur sehingga lutut atas dan bawah berhimpit dan jika
memungkainkan latakkan sof bag diantara lutut dan di antara
pergelangan kaki.
4) Tambahkan soft bag di bawah tulang belakang . Bidang
interiliakategak lurus dengan IR.
5) Atur pelvis dan sendi bahu sampai true-lateral.
6) Untuk posisi yang akurat pusatkan sakrum dan koksig pada
pertengahan grid.
7) Gunakan focal spot besar.
8) Gunakan faktor eksposi:
Teknik Radiografi Non Kontras 1 263

Tabel 4.14

Faktor eksposi radiografi sakrum-koksigis proyeksi lateral

Tegangan tabung (kV) Arus tabung (mAs)


Konvensional CR DR
Sakrum 90 100 45
Koksig 85 90 40
Sumber: Meril’s Atlas of Radiographic 2016

8. Kriteria dan Hasil Citra Radiografi


Kriteria dan hasil citra radiografi vertebra sakrum dan koksigis proyeksi
AP dapat dilihat pada Gambar 4.41 – 4.42 yang mampu menampakkan:
a. Proyeksi AP
Berikut ini harus terlihat dengan jelas:
1) Menampakkan kolimasi yang tepat.
2) Jaringan lunak dan detail trabekular tulang
3) Sakrum:
a) Sakrum berada pada pertengahan radiograf dan mencakup
seluruh bagian sakrum (lihat gambar 4.41).
b) Sakrum bebas dari pemendekan, dengan kurvatura sakral yang
tepat.
c) Tulang pubis tidak superposisi dengan sakrum.
d) Tidak ada rotasi sakrum, yang ditandai dengan alae yang simetris.
4) Koksig :
a) Koksig berada pada pertengahan radiograf dan tercakup seluruh
bagiannya.
b) Segmen koksig tidak superposisi dengan tulang pubis (lihat
gambar 4.42).
c) Tidak ada rotasi koksig, yang dapat dilihat dari bagian distal yang
segaris dengan simpisis pubis.
264 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Sumber: Meril’s Atlas of Radiographic 2016

Gambar 4.41

Hasil radiograf AP axial sakrum menampakkan seluruh area sakrum

Sumber: Meril’s Atlas of Radiographic 2016

Gambar 4.42

Hasil radiograf AP aksial koksig mencakup seluruh bagian koksig


Teknik Radiografi Non Kontras 1 265

b. Proyeksi Lateral
Berikut ini harus ditunjukkan dengan jelas :
1) Menampakkan kolimasi yang tepat.
2) Sakrum dan koksig (lihat gambar 4.43).
3) Ischia dan ilia superposisi pada batas posterior.
4) Jaringan lunak dan trabekular tulang.

Sumber: Meril’s Atlas of Radiographic 2016

Gambar 4.43

Radiograf sakrum dan koksig lateral

9. Evaluasi
Mahasiswa mencocokan radiograf yang telah dibuat dengan kriteria
radiografi menggunakan form evaluasi radiograf (PIMA-CIADS). Lakukan
penilaian dengan membandingkan radiograf yang Anda buat dengan kriteria
yang ada di buku ajar. Penilaian mencakup ketepatan dan alasan masing-
masing pada aspek: proyeksi, identitas radiograf, marker, kolimasi, kualitas
citra, anatomi dan patologi, tingkat penerimaan radiograf secara diagnostik.
266 Teknik Radiografi Non Kontras 1

LATIHAN

Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas!

1) Sebutkan indikasi pada pemeriksaan radiografi vertebra servikal!


2) Jelaskan persiapan pemeriksaan radiografi vertebra torakal!
3) Jelaskan perbedaan proyeksi yang dilakukan pada pemeriksaan
radiografi vertebra lumbal dan lumbo-sakral!
4) Jelaskan kriteria hasil citra radiografi pemeriksaan vertebra sacrum dan
koksigis!

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan latihan di atas, berikut


petunjuk yang harus Anda kerjakan:
1) Anda dapat menjelaskan dengan memahami istilah yang digunakan
dalam pemeriksaan radiografi vertebra.
2) Anda dapat dapat membaca kembali bagian modul yang membahas
tentang indikasi pemeriksaan-pemeriksaan radiografi vertebra.
3) Anda dapat menjelaskan dengan memahami proyeksi yang dilakukan
pada pemeriksaan-pemeriksaan radiografi vertebra.
4) Anda dapat menjelaskan dengan mempelajari alat dan bahan yang
digunakan pada pemeriksaan-pemeriksaan radiografi vertebra.
5) Anda dapat memahami dengan mempelajari hasil citra radiografi
pemeriksaan-pemeriksaan radiografi vertebra.

RINGKASAN

Pemeriksaan radiografi vertebra servikal secara umum menggunakan


proyeksi Antero Posterior, Lateral dan Oblik. Hasil radiograf minimal dapat
menampilkan tulang-tulang cervical, diskus membuka, dan jaringan lunak.
Pemeriksaan radiografi vertebra torakal terdiri dari proyeksi AP,
lateral, dan oblik AP atau PA. Kriteria utama radiograf dari teknik radiografi
vertebra torakal dapat memperlihatkan 12 sendi vertebra torakal serta
dapat memperlihatkan detail dari trabekula tulang dan jaringan lunak.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 267

Pemeriksaan radiografi vertebra lumbal terdiri dari proyeksi AP dan


lateral dengan memposisikan pasien telentang pada posisi AP dan
memposisikan pasien tidur miring pada proyeksi lateral. Kriteria utama
dapat menampakkan keseluruhan tulang lumbal dan jaringan lunak yang
berada pada daerah lumbal.
Pemeriksaan radiografi vertebra sakrum dan koksigis terdiri dari
proyeksi AP aksial dan lateral dengan memposisikan pasien telentang pada
posisi AP aksial dan memposisikan pasien tidur miring pada proyeksi
lateral. Kriteria utama dapat menampakkan keseluruhan tulang dan
jaringan lunak yang berada pada daerah sakrum dan koksig.

TES 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Pasien perempuan berusia 30 tahun dari unit gawat darurat datang ke


instalasi radiologi dengan dengan menggunakan penyangga leher (neck
coller). Saat pemeriksaan proyeksi AP, tabung sinar-x dirotasi 15 derajat
ke kepala.
Apakah tujuan dari rotasi tabung tersebut?
A. Melihat pedikel
B. melihat kesejajaran processus spinosus
C. melihat foramen intervertebralis
D. diskus intervertebralis lebih membuka
E. melihat servical 1-2

2) Pemeriksaan radiografi servical untuk proyeksi Antero Posterior,


memiliki keterbatasan dalam menampakkan bagian anatomi tertentu
dibandingkan dengan proyeksi lateral maupun oblik.
Bagian anatomi yang dimaksud adalah ?
A. Tulang servical 1
B. Tulang servical 2
C. Tulang servical 3
D. Tulang servical 1-2
E. Tulang servical 2-3
268 Teknik Radiografi Non Kontras 1

3) Seorang pasien laki laki berusia 34 tahun datang ke instalasi radiologi


untuk menjalani pemeriksaan radiografi vertebra torakal sesuai yang
tercantum pada surat permintaan dokter suspek skoliosis.
Apakah proyeksi yang dibuat oleh Radiografer untuk kasus tersebut ?
A. Vertebra torakal AP berdiri tegak
B. Vertebra torakal lateral berdiri tegak
C. Vertebra torakal oblik tidur di atas meja pemeriksaan
D. Vertebra torakal AP tidur diatas meja pemeriksaan
E. Vertebra torakal lateral tidur diatas meja pemeriksaan

4) Seorang pasien perempuan berusia 45 tahun datang ke instalasi


radiologi untuk menjalani pemeriksaan radiografi vertebra torakal sesuai
yang tercantum pada surat permintaan dokter. Radiografer melakukan
pemeriksaan proyeksi AP.
Dimanakah letak titik bidik pada pemeriksaan tersebut ?
A. Vertebra torakal 3 setinggi pertengahan skapula
B. Vertebra torakal 6 setinggi pertengahan skapula
C. Vertebra torakal 6 setinggi angulus skapula
D. Vertebra torakal 7 setinggi pertengahan skapula
E. Vertebra torakal 7 setinggi angulus skapula

5) Seorang pasien perempuan, 55 tahun, datang ke instalasi radiologi


dengan membawa permintaan pemeriksaan radiografi lumbal. Pada
permintaan tersebut tertulis diagnosis nyeri pada pinggang pada bagian
kiri.
Apakah proyeksi yang dibuat oleh Radiografer untuk kasus tersebut?
A. Proyeksi PA dan Lateral
B. Proyeksi AP dan Lateral
C. Proyeksi AP weight-bearing dan Lateral
D. Proyeksi AP, Lateral, dan Oblik
E. Proyeksi PA, Lateral, dan Oblik

6) Seorang pasien anak laki-laki, usia 35 tahun , datang ke instalasi


radiologi dengan membawa permintaan pemeriksaan lumbal. Pada
permintaan tertulis nyeri pada pinggul. Radiografer diminta untuk dapat
memperlihatkan citra menunjukkan tulang belakang lumbal dan sacrum.
Berapakah ukuran kaset yang tepat untuk pemeriksaan tersebut?
A. 18 x 24
Teknik Radiografi Non Kontras 1 269

B. 24 x 30
C. 35 x 35
D. 30 x 40
E. 35 x 43

7) Pasien laki-laki berusia 45 tahun datang ke instalasi gawat darurat


dengan keluhan nyeri punggung kanan bawah. Dokter mengirim pasien
ke instalasi radiologi dengan membawa lembar permintaan
pemeriksaan radiografi.
Apakah pemeriksaan yang tepat untuk pasien dengan kondisi tersebut?
A. AP dan RPO
B. AP dan LPO
C. AP dan Lateral kanan
D. AP dan Lateral kiri
E. Lateral kanan dan RAO

8) Pasien berusia 30 tahun datang ke instalasi radiologi membawa lembar


permintaan pemeriksaan radiografi. Dokter menuliskan permintaan foto
lumbo sakral proyeksi AP dan lateral. Setelah radiografer selesai
melakukan pemeriksaaan, ternyata radiograf yang dihasilkan terdapat
artefak benda logam pada daerah kanan vertebra.
Apakah penyebab terjadinya artefak tersebut ?
A. Pasien tidak melakukan persiapan puasa
B. IR/kaset yang digunakan kotor
C. Grid tidak sesuai
D. Pasien tidak berganti baju dengan baju pasien yang telah
disediakan
E. Pasien tidak melakukan persiapan urus-urus

9) Seorang pasien 30 tahun non kooperatif diperiksa di ruang radiologi.


Terdapat permintaan radiografi proyeksi AP Hip Sakrum. Radiolog
meminta untuk menampakkan sacrum tanpa ada distorsi.
Berapakah pengaturan sudut tabung pesawat sinar-X pada posisi AP
sacrum?
A. 10 derajat cepalad
B. 15 derajat cepalad
C. 20 derajat cepalad
270 Teknik Radiografi Non Kontras 1

D. 10 derajat kaudal
E. 15 derajat kaudal

10) Pasien laki-laki umur 25 tahun, tidak sadar diantar oleh petugas dengan
menggunakan brankard dating ke radiologi dengan kasus trauma
bagian sacrum.
Bagaimana arah sinar yang dilakukan pada proyeksi lateral?
A. Vertikal tegak lurus
B. Horisontal tagak lurus
C. Vertikal 10 derajat cepalad
D. Vertikal 15 derajat cepalad
E. Horisontal 10 derajat cepalad

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes 1 yang terdapat


di bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan
rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Topik 1.

Jumlah Jawaban yangBenar


Tingkat penguasaan = ×100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, berarti Anda


telah siap untuk mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS). Selamat! Jika masih
di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Topik 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 271

Kunci Jawaban Tes

Tes 1 1) D Diskus intervertebralis lebih membuka


2) D Tulang servical 1-2
3) A Vertebra torakal AP berdiri tegak
4) E Vertebra torakal 7 setinggi angulus skapula
5) B Proyeksi AP dan Lateral
6) E 35 x 43
7) C AP dan Lateral kanan
8) D Pasien tidak berganti baju dengan baju pasien yang
telah disediakan
9) B 15 derajat cepalad
10) A Vertikal tegak lurus
272 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Glosarium

Hernia Nukleus : keadaan patologis dimana terjadi penekanan


Pulposus (HNP) pada anulus fibrosus beserta nukleus
pulposus ke dalam lumen kanalis vertebralis
sehingga menimbulkan nyeri yang hebat
Osteoporosis : kelainan pada tulang dimana terjadi
penurunan kepadatan tulang
Teknik Radiografi Non Kontras 1 273

Daftar Pustaka

Ballinger, P. W., Frank, E. D. and Merrill, V. 2003. Merrill’s atlas of


radiographic positions and radiologic procedures. Edisi
Kesepuluh. St.Louis Missouri : Elsevier Mosby.

Bontrager, Kenneth L., dan John P Lampignano, 2018. Textbook


of Radiographic Positioning and Related Anatomy, Edisi
Ketujuh. St.Louis Missouri: Elsevier Mosby.

Frank, Eugene D., Bruce W. Long dan Barbara J smith. 2016.


Merril of Atlas
Radiographic Positioning and Radiologic Procedures, Edisi
Keduabelas
Vol I. St.Louis Missouri : Elsevier Mosby.

McQuillen-Martensen, K. 2015. Radiographic Image Analysis.


Elsevier Saunders. Vol. 4. St.Louis Missouri : Elsevier
Mosby.

Moore, L. Keith dan Arthur F. Dalley. 2013. Anatomi Berorientasi


Klinis. Edisi kelima, jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Noor Helmi Z. 2013. Buku Ajar Gangguan Muskuluskeletal.


Jakarta: Medika Salemba

Yusoff., M. N. M. 2008. Pocketbook guide to radiographic image


evaluation. Shah Alam: University Publication Centre
(UPENA), UiTM.
274 Teknik Radiografi Non Kontras 1

Daftar Riwayat Hidup

Agung Nugroho Setiawan, SST, M.Tr.ID, lahir di


Semarang pada 31 Maret 1985. Riwayat Pendidikan:
SDN Manyaran Semarang lulus tahun 1997, SMPN 1
Semarang lulus tahun 2000, SMAN 5 Semarang lulus
tahun 2003. Memulai pendidikan tinggi di Politeknik
Kesehatan Semarang pada Prodi DIII Teknik
Radioadiagnostik dan Radioterapi Semarang, lulus
tahun 2006, melanjutkan kuliah di Prodi DIV Teknik
Radiologi Poltekkes Depkes Semarang, lulus tahun
2009, dan pendidikan S2 Magister Terapan Kesehatan Imaging Diagnostik di
Poltekkes Kemenkes Semarang, lulus tahun 2018. Pengalaman kerja sebagai
instruktur di Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes
Semarang sejak tahun 2011 hingga 2019. Diangkat sebagai dosen dengan
jabatan Asisten Ahli sejak Juni 2020. Pengalamaan mengajar mata kuliah
Teknik Radiografi, Radiofotografi, Bahasa Inggris Radiologi, Jaminan dan
Kendali Mutu Radiologi serta Teknik MRI.
Publikasi penelitian terindeks Scopus: Implementation of exposure index for
optimize image quality and patient dose estimation with computed
radiography (2019), The Optimization of Mastoid CT Image Using Windows
and Kernel Reconstructions (2020), Mosaiq and IviewGT Software in Verification
of Irradiation Set Up (Study of Conformal Radiotherapy in Nasopharyngeal
Cancer Patients at Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta) (2020) dan Signal to noise
ratio and anatomical information of T1-weighted spin echo and T1-weighted
SPIR in post-contrast brain MRI metastases case (2020). Aktif dalam organisasi
profesi Perhimpunan Radiografer Indonesia (PARI) sejak tahun 2010 hingga
sekarang. Saat ini mendapatkan amanah sebagai Sekretaris III PARI Pusat.
Teknik Radiografi Non Kontras 1 275

Fatimah, SST, M.Kes lahir di Kudus, 23 Mei 1975.


Riwayat Pendidikan Tinggi: Akademi Teknik
Radiodiagnostik Depkes Semarang lulus pada tahun
1996. Diploma IV Teknik Radiologi Poltekkes
Semarang lulus pada tahun 2008. S2 Magister Sain
Terapan Universitas Diponegoro Semarang lulus
pada tahun 2014. Pengalaman kerja sebagai
Radiografer di RSUP Dr. Kariadi Semarang pada
tahun 1998-2011. Bekerja sebagai dosen di
Poltekkes Kemenkes Semarang sejak 2012 hingga
sekarang. Menjabat sebagai Kepala Sub Unit Laboratorium di Jurusan
Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Semarang pada tahun
2014 hingga 2018. Diamanahi jabatan sebagai Ketua Jurusan Teknik
Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Semarang pada tahun periode
2018-2022. Pengalamaan mengajar mata kuliah Teknik Radiografi, Statistik,
Teknik MRI Dasar dan Lanjut, Kapita Selekta Imaging Diagnostik serta
Farmasetika Radiologi. Publikasi penelitian empat tahun terakhir: Receive
Bandwidth Variation Effect Toward the Signal and Contrast To Noise Ratio in
MRI Cervical Examination with the Sequence of T1 Weighted Turbo Spin Echo
(2017), Sugar Palm Fruit Galactomannan as an Alternative for Anti-
Inflammation to relieve Pain Intensity in Knee Osteoarthritis (2017), The
Influence of Number of Signal Average Variation to the Scan Time and
Anatomic Information of Lumbar MRI on Sagittal Slice with STIR Sequence
(2017), Difference of Radiographic Quality and Exposure Index on Computed
Radiography Using Imaging Plate with Difference Reading Time Period (2017),
Measurement of Joint Space width and Tibiofemoral Angle Using a Digital
Image Processing for Predicting Knee Osteoarthritis (2017), Utilization of
furosemide to increase urine production as a negative contrast media in CT
Urography (2018), Oolong Tea Drink as an Alternative to Oral Negative
Contrast Media in Magnetic Resonance Cholangio Pancreatography (MRCP)
(2018), Implementation of exposure index for optimize image quality and
patient dose estimation with computed radiography (a clinical study of adult
posteroanterior chest and anteroposterior abdomen radiography) (2019) dan
Differentiation Image Quality of MRI Shoulder Joint with Variation RF Coils
(2019). Aktif dalam organisasi profesi Perhimpunan Radiografer Indonesia
(PARI) di tingkat cabang, daerah, hingga pusat, sejak tahun 2007 hingga
sekarang. Saat ini menjabat sebagai Ketua Bidang Penelitian dan Publikasi
Ilmiah PARI Pusat.
View publication stats

You might also like