You are on page 1of 12

MAKALAH EKONOMI SYARI’AH

BAHASA MELAYU DAN PANTUN SEBAGAI WARISAN UNTUK DUNIA

Dosen Pengampu :
Abu Bakar, S.IP.,M.Si
Disusun Oleh Kelompok 3
 Mardian Saputra
NIMKO : 1215220146
 Hanijah
NIMKO :
Ayub Salman
NIMKO :

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) NATUNA
Kampus STAI Natuna Kompleks Gerbang Utaraku - Ranai Natuna
2022 M / 1444 H

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ii
KATA PENGANTAR i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat…………………………………………………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
A. Bahasa Melayu, Warisan untuk Dunia
B. Periodisasi Perkembangan Bahasa Melayu
C. Penutur, Pengkaji, dan peminat Bahasa Melayu di Dunia
D.

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAN

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Tamadun
Melayu dengan judul “Bahasa Melayu Dan Pantun Sebagai Warisan untuk
Dunia”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah


Tamadun Melayu. Makalah ini mengupas kebenaran yang mendalam mengenai
Bahasa Melayu dan Pantun Sebagai Warisan untuk Dunia.
Terimakasih kami ucapkan kepada selaku Abu Bakar, S.IP.,M.Si
pengampu mata kuliah Tamadun Melayu. Tak lupa pula kami ucapkan
terimakasih kepada teman-teman dan seluruh pihak yang turut membantu dan
mendukung kinerja kelompok kami.
Kami sadar sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Dengan segala kerendahan
hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca
untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas yang lain
di waktu mendatang.

Ranai, 25 April 2023

Kelompok 7
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perjalanan bahasa Melayu sebagai bahasa perdagangan internasional atau
lingua Franca sejak zaman Kemaharajaan Sriwijaya sampai era Kemaharajaan
Melayu Melaka dan Kemaharajaan Melayu yang meliputi Johor,Riau, Lingga dan
Pahang serta dan seluruh Daerah Taklukannya, termasuk perkembangan bahasa
Melayu yang tumbuh pesat di Kerajaan Riau-Lingga sebagai bahasa tulis
kalangan ulama dan kalangan ulama dan Kaum intelektual;
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Bahasa Melayu, Warisan untuk Dunia ?
2. Bagaimana Periodisasi Perkembangan Bahasa Melayu?
3. Siapa penutur, pengkaji, dan peminat bahasa Melayu di dunia?
4.

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Bahasa Melayu, Warisan untuk Dunia
2. Untuk mengetahui Periodisasi Perkembangan Bahasa Melayu
3. Untuk mengetahui penutur,penkaji, dan peminat bahasa Melayu di dunia
4.

D. MANFAAT
BAB II
PEMBAHASAN

A. BAHASA MELAYU, WARISAN UNTUK DUNIA


1. Sebagai Lingua Franca
Peran bahasa Melayu sebagai bahasa bahasa perdagangan internasional
atau lingua Franca di kawasan Asia Tenggara dimulai Sejak
kemunculan Kerajaan Funan yang berpusat di Vietnam sebagai negara
maritim tangguh yang menguasai jalur perdagangan antara dunia timur
dan Barat Sejak abad ke-1 M sampai abad ke-7 M. Kemudian di
lanjutkan oleh Kemaharajaan Sriwijaya sejak abad ke-7 atau seiring
dengan runtuhnya imperium Funan. Walau Sriwijaya kemudian runtuh
di penghujung abad ke-11, bahasa Melayu tetap menjadi bahasa
perdagangan di kawasan Asia Tenggara dengan munculnya kerajaan
Melayu Singapura pada awal abad ke-14, yang kemudian dilanjutkan
dengan Kemaharajaan Melayu Melaka pada awal abad ke 15. Ketika
Melaka runtuh pada awal abad ke -16, pengusaha Melaka terakhir
pindah ke Bintan dana Kampar, kemudian penerus nya membangun
pusat pemerintahan di Johor, lalu Riau dan lingga.
2. Sebagai Bahasa Tulis
Perkembangan bahasa Melayu semakin pesat pada zaman kerajaan
Riau-Lingga. Peran nya sebagai bahasa tulis yang tertuang dalam
berbagai karya dan perangkat undang undang serta hukum
ketatanegaraan semakin kuat Kawi.
3. Sebagai Bahasa Pengajaran dan Administrasi
Ketika Belanda melaksanakan politik etis yang mengharuskan penjajah
itu memberikan pendidikan kepada masyarakat pribumi di negeri jajahan
nya, ditemukan kendala dalam hal bahasa. Masyarakat di negeri jajahan
nya yang pada waktu itu bernama Hindia Belanda atau Indonesia
sekarang, relatif tidak menguasai bahasa Belanda. Sementara di Hindia
Belanda atau Indonesia memiliki banyak varian bahasa. Masih dalam
Konteks politik etis, Belanda juga diharuskan menerima pegawai dari
kalangan pribumi.
4. Sebagai Bahasa Perjuangan dan Pemersatu
Pada 25 Juni 1918, Pemerintah Hindia Belanda Kemudian memberikan
kebebasan kepada kaum pergerakan kaum pribumi menggunakan bahasa
Melayu, padahal sebelumnya hanya boleh menggunakan bahasa Belanda.
Sebagai dampak ikutanya para kaum pergerakan menuliskan pikiran
mereka dalam bahasa Melayu. Lalu tumbuh banyak media menggunakan
bahasa Melayu.

B. PERIODISASI PERKEMBANGAN BAHASA MELAYU


Sebuah bahasa akan lenyap dengan sendirinya apabila tidak sanggup
berhadapan dengan ujian zaman. Dan bahasa yang lulus oleh ujian zaman
adalah bahasa yang telah menjalani proses perjalanan memakan masa berabad
abad . Bahasa Melayu yang di kenal sekarang telah mengalami proses amat
lama sebelum ia mampu duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan
bahasa bahasa penting lain nya di dunia. Bahasa Melayu mampu menjadi
Lingua Franca , bahasa tulis, bahasa pengajaran dan administrasi, serta
bahasa perjuangan dan persatuan, bahkan bertahan sampai sekarang setelah
mengalami Periodisasi Perkembangan dalam rentang masa yang amat
panjang.
Abdul Rashid melebek dan amat Juhari moain membagi tahapan
perkembangan bahasa Melayu tersebut dalam lima periode, yatiu bahasa
Melayu purba, Kuno, Klasik, pramodern, dan modern

1. Bahasa Melayu purba


Bahasa Melayu purba adalah Bahasa yang digunakan oleh manusia purba
atau Melayu-Polinesia yang mendiami Kawasan Asia Tenggara dan
Nusantara sebelum kedatangan bangsa melayu-Austronesia ke kawasan ini
pada 2500 SM. Oleh proses waktu kemudian terjadi percampuran atau
pembaruan antara bahasa Melayu-Polinesia dan bahasa percampuran
kedua rumpun bahasa ini tetap di golongkan ke dalam bahasa Melayu
purba. Ciri utama bahasa Melayu purba adalah belum di pengaruhi bahasa
Sansekerta,India,Arab,China, dan Eropa serta tidak di temukan bukti
tertulis sehingga di golongkan ke dalam zaman praaksara.

2. Bahasa Melayu Kuno


Bahasa Melayu purba kemudian berkembang menjadi bahasa Melayu
Kuno dengan menyerap unsur bahasa Sansekerta dan ragam bahasa India
yang di bawa pedagang,perantau, dan penyebar agama Hindu dan Buddha
dari India. Ciri utama bahasa Melayu kuno belum di pengaruhi bahasa
Arab, China, dan Eropa. Bahasa Melayu kuno di perkirakan sudah eksis
seputar abad ke-4 M yang di tandai dengan ditemukan prasasti berbahasa
Melayu kuno di Don Yen Chau ( di teluk Tourence, Vietnam ).

3. Bahasa Melayu Klasik


Bahasa Melayu kuno kemudian berkembang menjadi bahasa Melayu
klasik dengan menyerap unsur bahasa Arab yang di bawa para pedagang,
perantau, dan penyebar agama Islam dari Timur Tengah dan Gujarat serta
bahasa China yang di bawa para pedagang, perantau, dan penyebar agama
Islam dari China. Ciri utama bahasa Melayu klasik di tulis dalam huruf
Hijaiyah atau Arab Melayu atau huruf Jawi, dan relatif belum di pengaruhi
bahasa Eropa. Bahasa Melayu klasik bermula pada abad ke-14 M.

4. Bahasa Melayu Pramodern


Bahasa Melayu klasik selanjutnya berkembang menjadi bahasa Melayu
Pramodern yang di tandai dengan semakin banyaknya menyerap unsur
bahasa Eropa yang di bawa para pedagang dan penjajah Barat.
Penggunaan huruf latin atau Rumi juga sudah mulai diperkenalkan oleh
bangsa barat tersebut.

5. Bahasa Melayu modern


Memasuki abad ke-20 M, bahasa Melayu menjadi bahasa modern. Unsur
bahasa Sansekerta, Ragam bahasa India, kosa kata dari bahasa Arab,
China, dan Eropa membaur sedemikian rupa dan bersebati menjadi bahasa
Melayu, dan sulit memilah nama yang asli bahasa Melayu dan yang mana
unsur serapan dari bahasa asing, karena diucap dan ditulis dengan rasa dan
cara Melayu. Sebagai contoh, dewa, raja, sembahyang ( dari bahasa
sansekerta), bendera, meriam, biola, ( dari bahasa Portugis), lemari, kitab,
tamat( dari bahasa Arab), teko, cawan, mi (dari bahasa China), rebewes
/Surat izin mengemudi/SIM, atrek /mundur, Fasal, sekolah ( dari bahasa
Belanda ), campin, mobil, motor( dari bahasa Inggris) dan masih banyak
lagi.

C. PENUTUR, PENGKAJI, DAN PEMINAT BAHASA MELAYU DI


DUNIA

Bahasa Melayu juga memiliki penutur di Thailand bagian selatan yang


meliputi provinsi Pattani, Narathiwat, Yala, Chumphon, Krabi, Nakhon Si
Thammarat, Phang nga, Phattalung, Phuket, Ranong, , Satun, Songkhla, Surat
Thani, dan Trang. Kebanyakan orang melayu bermukim di lima provinsi, yaitu
Narathiwat, Pattani, Yala, Songkhla, dan Satun. Demikian juga di Flipina,
terutama di kepulauan bagian selatan ( bekas wilayah Kerajaan Sulu). Bahkan,
penutur bahasa Melayu juga ada di Kamboja, Laos, Vietnam, Sri Lanka, Afrika
Selatan, Madagaskar, Pulau Cocos, dan pulau crismas di Australia. Dalam
komunitas yang kecil, penutur bahasa Melayu juga ada di Arab Saudi, Belanda,
dan Inggris. Sebagaimana di yakini Profesor DR Awang Sariyan, penutur bahasa
Melayu di dunia mencapai angka 300 juta orang. Artinya, menempati posisi ke-4
di dunia setelah bahasa China, Inggris, Dan India.
Bahasa Melayu dan atau bahasa Indonesia telah pula di kaji di berbagai lembaga
ilmiah di banyak negara, termasuk di Eropa ( Universitas Leiden, universitas
London, dan universitas Moscow); Amerika serikat ( universitas Hawaii,
universitas Ohio, dan universitas Cornell ); China ( Universitas Beijing );
Australia ( ANU dan universitas Monash ) bahkan juga di Selandia baru, Jepang
dan Korea Selatan.

D.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bahasa Melayu yang menjadi Lingua Franca sejak era Kemaharajaan


Melayu Sriwijaya semakin cemerlang sebagai bahasa perdagangan
internasional di Kemaharajaan Melayu Melaka dan Kemaharajaan Melayu
yang meliputi Johor, Riau, Lingga, dan Pahang serta seluruh Daerah
Taklukannya, bahkan juga di kerajaan kerajaan lain di Nusantara. Pada masa
kerajaan Riau-Lingga, bahasa Melayu kemudian menjadi bahasa teks sastra,
agama, dan hukum, sehingga kelak layak di jadikan acuan sebagai bahasa
pendidikan, pengajaran, dan administrasi di Hindia Belanda atau Indonesia.
Melalui sumpah pemuda yang diikrarkan pada 28 Oktober 1928, bahasa
Melayu kemudian menjadi bahasa Indonesia bahkan diakui sebagai bahasa
persatuan. Di masa sekarang bahasa Melayu layak menjadi bahasa nasional
di empat negara (Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam)
B. SARAN

Pemerintah perlu merekomendasikan dan memperjuangkan ke lembaga


persatuan bangsa bangsa (PBB) melalui United Nation Education, Scientifc
and kultural organization (UNESCO) untuk menjadikan situs sejarah dan
budaya Melayu sebagai warisan dunia ( World heritage )

DAFTAR PUSTAKA

Hamidy, U.U. Bahasa Melayu dan Kreativitas Sastra di Daerah Riau. Pekanbaru:
Unri Prees, 1994.

Melebek, Abdul Rashid dan Amat Juhari Moain. Sejarah Bahasa Melayu. Kuala
Lumpur: Utusan Publications dan Distributor SDN BHD, 2005.
Spat, C. Bahasa Melayu Tata Bahasa Selayang Pandang. Jakarta: Balai
pustaka,1989.
Zahari, Musril. Menjunjung Bahasa persatuan, sebuah kumpulan karangan.
Jakarta: Gria Media Prima, 2011.

You might also like