You are on page 1of 15

Jurnal E-ISSN: 2615-2665

Ilmu Alam
Homepage: www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/jia
http://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/jia/article/view/....

Indonesia Published by Tadris IPA Biologi, IAIN Syekh Nurjati Cirebon JIA
Volume X, No X, Agustus 2019, ... - ...
Penerapan Media Pembelajaran E-Komik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada
Materi Sistem Ekskresi Manusia Kelas XI IPA di MAN 2 Majalengka

Siti Fatimahax, Yunitaa, Mujib Ubaidillaha


aJurusan Tadris IPA-Biologi, IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Jawa Barat, 45132, Indonesia

x
Corresponding author:Jl. Perjuangan Bypass Sunyaragi, Cirebon, Jawa Barat, 45132, Indonesia. E-mail addresses: fatim98@syekhnurjati.ac.id

Article history Abstract

The development of science and technology (Science and Technology) requires teachers or instructors to be
Received XXXX able to create creative and innovative learning media. To meet these demands, the researchers created an E-
comic learning media to improve student learning outcomes. This study aims to: 1) describe the application of
Received in revised form XXXX
E-comic learning media to improve student learning outcomes, 2) analyze the differences in learning outcomes
Accepted XXXX of the control class and experimental class and 3) describe student responses to the application of E-comic
learning media. This research is a quantitative study conducted at MAN 2 Majalengka with a sample of 40
students in the XI Science 3 experimental class and 38 students in the XI Science 5 control class. The research
design used was a pretest posttest control group with data collection techniques using tests, observations and
questionnaires. The results showed 1) the application of E-comic learning media went well, the highest stage in
the scientific approach was the stage of communicating with a percentage of 92% 2) there was a significant
difference in the increase in student learning outcomes of the experimental class with a significant control
class. Different test results showed the value of Sig 0.000 <0.05 which means that there are significant
differences in the improvement of learning outcomes between the experimental class and the control class. 3)
Students give positive responses to the application of E-comic learning media on the material of the human
excretion system, namely students give positive responses with the percentage of students choosing to agree as
much as 66% on positive aspects and 52% disagreeing on negative aspects. Based on the results of the study it
can be concluded that the application of E-comic learning media can improve student learning outcomes,
student learning activities, and students' interest in the application of E-comic learning media.

Keywords: E-comic learning media, Learning Outcomes, human excretion system.

Abstrak

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) menuntut guru atau pengajar mampu menciptakan
media pembelajaran yang kreatif dan juga inovatif. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, maka peneliti membuat
media pembelajaran E-komik untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk: 1)
mendeskripsikan penerapan media pembelajaran E-komik untuk meningkatkan hasil belajar siswa, 2)
menganalisis perbedaan peningkatan hasil belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen dan 3)
mendeskripsikan respon siswa terhadap penerapan media pembelajaran E-komik. Penelitian ini merupakan
penelitian bersifat kuantitatif yang dilakukan di MAN 2 Majalengka dengan sampel sebanyak 40 siswa kela XI
IPA 3 kelas eksperimen dan 38 siswa XI IPA 5 kelas kontrol. Desain penelitian yang digunakan adalah pretest
postest control group dengan teknik pengumpulan data menggunakan tes, observasi dan angket. Hasil
penelitian menunjukan 1) penerapan media pembelajaran E-komik berjalan dengan baik, tahapan tertinggi pada
pendekatan scientific yaitu tahap mengkomunikasikan dengan persentase 92% 2) terdapat perbedaan
peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol yang signifikan. Hasil uji beda
menunjukan nilai Sig 0.000 < 0.05 yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan hasil
belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. 3) Siswa memberikan respon positif terhadap penerapan
media pembelajaran E-komik pada materi sistem ekskresi manusia yaitu siswa memberikan respon positif
dengan persentase siswa memilih setuju sebanyak 66% pada aspek positif dan memilih tidak setuju sebanyak
52% pada aspek negatif. Beradasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan media
pembelajaran E-komik dapat meningkatkan hasil belajar siswa, aktivitas belajar siswa, dan minat siswa
terhadap penerapan media pembelajaran E-komik.

Kata kunci: Media pembelajaran E-komik, Hasil Belajar, Sistem ekskresi manusia.
1. Pendahuluan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta tuntutan peningkatan mutu
pembelajaran semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan pemanfaatan hasil-hasil teknologi
dalam proses belajar, juga mendorong penciptaan media pembelajaran yang kreatif, untuk
memenuhi tuntutan tersebut, tugas yang diemban oleh guru atau pengajar adalah mampu
menciptakan secara inovatif dan kreatif alat-alat teknologi untuk membantu berlangsungnya proses
belajar mengajar sehingga mencapai tujuan pembelajaran. (Suwono,2011: 3).
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang begitu pesat telah
mempengaruhi perkembangan di berbagai aspek kehidupan, mulai dari dunia bisnis sampai dunia
pendidikan sangat merasakan manfaatnya. Dalam dunia pendidikan kini metode pembelajaran tidak
hanya menggunakan metode konvensional seperti dari buku-buku pelajaran dan penjelasan dari
guru saja, namun juga dengan metode pembelajaran yang efektif dan efisien dengan memanfaatkan
teknologi komputer. Contohnya yaitu media pembelajaran yang berbasis multimedia Ratnawati
(2013:37). Selain mampu menggunakan TIK sebagai sumber belajar, guru juga dituntut untuk
mampu menciptakan pembelajaran kreatif dan inovatif yang terintegrasi dengan teknologi
informasi dan komunikasi.
Menurut Djamerah & Zain (1996:136) dalam kegiatan belajar mengajar ketidakjelasan
bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan
bahan pelajaran dapat disederhanakan dengan bantuan media, karena media dapat mewakili apa
yang kurang mampu guru sampaikan melalui kata-kata atau kalimat. Pembelajaran adalah kegiatan
guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat belajar secara aktif, yang
menekankan pada penyediaan sumber belajar (Dimyati, 2011:62).
Yuliandari & Wahjudi (2014:2) menjelaskan bahwa guru dituntut untuk membuat
pembelajaran yang lebih menarik dan inovatif untuk menumbuhkan semangat belajar peserta didik.
Pembelajaran tersebut diharapkan dapat mendorong peserta didik agar dapat belajar secara optimal
baik dalam belajar individual maupun dalam proses pembelajaran di kelas, salah satu usaha yang
dapat dilakukan guru untuk mencapai pembelajaran yang menarik dan inovatif yakni dengan
menggunakan media di dalam proses belajar-mengajar.
Biologi memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan, untuk itu dibutuhkan guru yang
kreatif dalam memilih media pembelajaran agar proses belajar mengajar menjadi lebih efektif dan
efisien sehingga peserta didik mampu memahami konsep-konsep dalam pelajaran biologi. Kegiatan
belajar biologi dengan memanfaatkan media pembelajaran, diyakini oleh para guru akan
memotivasi dan membantu para peserta didik untuk menguasai aspek kemampuan tertentu dalam
materi biologi. Belajar biologi dengan media pembelajaran yang berbasis visual khususnya, dapat
melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari peserta didik ketika mereka membaca, berdiskusi,
berpraktik, dan lain-lain. Kerumitan textbook semakin membuat peserta didik kurang tertarik untuk
membaca buku pelajaran termasuk buku biologi (Nurlatifah,2015:4).
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, sekarang komik tidak
hanya berbentuk cetakan tetapi juga dapat berbentuk digital atau sering disebut dengan komik
digital. Komik digital adalah komik yang berbentuk format digital berbasis elektronik yang tidak
hanya menampilkan alur cerita saja, namun didalamnya dapat disisipkan game, animasi, film, atau
aplikasi lainnya yang mempermudah pembaca dalam mengikuti dan menikmati tiap cerita dan
penyimpannya dapat dilakukan secara online ataupun melalui gadget tertentu (Siti, 2014:16).
Menurut (Uswatul, 2016:21) bahwa media e-comic merupakan media pembelajaran yang
tepat untuk menjawab tantangan perkembangan IPTEK yang semakin pesat mengingat komik dan
media digital saat ini cenderung digemari oleh kalangan remaja, maka dianggap e-comic ini akan
efektif jika digunakan dalam penyampaian materi pembelajaran di kelas dan sekaligus sebagai
solusi yang menarik dengan menggabungkan antara daya tarik komik, berupa penampilannya
menarik, alurnya runtut dan mudah dipahami, sehingga peserta didik tertarik untuk belajar dan
berfikir kreatif. Minat peserta didik itu timbul jika mereka tertarik dengan media dan peserta didik
akan mendapatkan pengalaman secara langsung sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Selain penggunaan media pembelajaran yang inovatif dan juga efektif maka pembelajaran
juga harus dilakukan sesuai dengan kurikulum 2013 yaitu pembelajaran dengan menggunakan
pendekaan saintifik artinya pembelajaran itu dilakukan secara ilmiah. Oleh karena itu, pendekatan
saintifik (scientfic) disebut juga sebagai pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran dapat dipadukan
dengan suatu proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan
santifik dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titisan emas perkembangan dan
pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik (Musfiqon, 2015).
Salah satu materi biologi SMA kelas XI adalah sistem ekskresi, materi ini merupakan salah
satu materi dalam biologi yang objeknya tidak dapat diamati secara langsung, sehingga sulit untuk
dipahami oleh siswa, oleh karena itu dalam proses pembelajaran, media yang sesuai untuk
menyampaikan materi sistem ekskresi manusia tersebut, salah satu caranya dengan
memvisualisasikannya, dengan perkembangan teknologi khususnya dalam dunia digital juga
berimbas ke dalam wilayah komik, dan muncul dalam wujud berbentuk komik digital. Hal tersebut
di ungkapkan oleh Scout Mc Cloud dalam Waluyanto, sehingga penelitian ini berfokus pada komik
dalam bentuk elektronik atau digital berupa e-komik. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut
perlu dilakukan penelitian, dengan judul “Penerapan Media Pembelajaran E-Komik untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sistem Ekskresi Manusia kelas XI IPA di MAN 2
Majalengka. “
2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif, data diambil
dengan sampel menggunakan uji LKS ( Lembar kerja siswa ), Uji statistik dengan menggunakan
tes pretes dan postes true eksperimen design atau disebut pula eksperimen karena dalam desain ini,
peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Desain
penelitian yang digunakan adalah pretest-postest control group design (Sugiono:2014). Penelitian
dilakukan dengan perbandingan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen
diterapkan media pembelajaran E-Komik dan pada saat pembelajaran juga mengimplementasikan
pendekatan scientific yaitu terdiri dari tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan data,
mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Sedangkan pada kelas kontrol metode pembelajaran yang
digunakan adalah metode konvensional. Uji angket dilihat dari seberapa besar siswa menilai
pembelajaran dengan penerapan media pembelajaran E-Komik dalam meningkatkan hasil belajar
siswa dan juga kemampuan berpikir kritis siswa.

Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data


Data Sumber data Instrumen Keterangan
Tes peningkatan hasil Siswa Tes berupa pilihan ganda Sebelum dan sesudah
belajar siswa pembelajaran
Angket respon siswa Siswa Angket respon siswa Setelah pembelajaran
berlangsung.

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Deskripsi Pembelajaran dengan Penerapan Media Pembelajaran E-komik pada materi
sistem ekskresi manusia

Pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen yaitu menggunakan media E-komik,
untuk mengetahui penerapan dari media E-komik tersebut berhasil atau tidak maka menggunakan
lembar kerja siswa dan juga lembar observasi. Pembelajaran menggunakan pendekatan Scientific
yaitu kegiatan mengamati (Observing), menanya (Questioning), mengumpulkan data
(Exsperimenting), mengasosiasikan (Associating) dan mengkomunikasikan (Communicating). Data
lembar kerja siswa kelas eksperimen yang telah didapatkan kemudian dianalisis dan didapatkan
rata-rata pada setiap pertemuan. Hasil rekapitulasi lembar kerja siswa pada kelas eksperimen
secara umum dapat dilihat pada gambar diagram 4.1 berikut.
96 98
100 90 90 88 88 89
85
90 80 81
80
70

Niai Rata-rata
60
50 Pertemuan 1
40 Pertemuan 2
30
20
10
0
M1 M2 M3 M4 M5

Gambar 4.1 Diagram Nilai Rata-Rata Setiap Tahap di Pertemuan 1 dan 2


Keterangan : M1 = Mengamati
M2= Menanya
M3=Mengumpulkan Data
M4= Mengasosiasikan
M5=Mengkomunikasikan
Berdasarkan gambar 4.1 menjelaskan tentang nilai rata-rata setiap tahap di
pertemuan 1 dan pertemuan 2. Pada pertemuan 1 yaitu materi organ ekskresi ginjal dan organ
kulit, tahapan yang pertama yaitu menanya dengan nilai prosentase 80% termasuk kategori
baik, pada tahap ini siswa dapat menjelaskan pengertian organ ginjal, menjelaskan bentuk
organ ginjal , menjelaskan perbedaan ginjal pada laki-laki dan perempuan, dan menjelaskan
pengertian organ kulit. Tahap kedua yaitu menanya dengan nilai prosentase 85% termasuk
kategori sangat baik, pada tahap ini siswa dapat menjelaskan hubungan struktur organ ginjal
dan kulit dengan ekskresi yang dihasilkanya, kegiatan menanya ini dapat mengembangkan
kemampuan siswa merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran yang kritis dan
mengembangkan rasa ingin tahu siswa, selain guru yang bertanya siswapun harus mampu
bertanya baik kepada guru maupun pada teman ketika diskusi yang akan membuat suasana
kelas tidak monoton. Tahap ketiga yaitu mengumpulkan data dengan nilai prosentase 88%
termasuk ke dalam kategori sangat baik, pada tahap ini siswa dapat mengkolerasikan fungsi
pada ginjal dan kuiit dari sebuah gambar yang telah di beri nomer, menyusun proses
pembentukan urin, menjelaskan tiga faktor internal dan tiga faktor eksternal yang
mempengaruhi pembentukan urin, menganalisis hubungan antara cuaca dengan pembentukan
urin, membedakan kelenjar keringat yaitu kelenjar ekrin dan apokrin, menganalisis hubungan
antara aktivitas dengan pembentukan keringat, dan menjelaskan empat faktor pengeluaran
keringat. Tahap selanjutnya yaitu mengasosiasikan dengan nilai prosentase 81% termasuk
dalam kategori baik, tahap ini merupakan tahapan yang memiliki nilai yang paling rendah
diantara yang lainya, pada tahap ini indikator soal yang dikerjakan yaitu siswa harus mampu
mengidentifikasi ciri-ciri, penyebab dan penangguangan penyakit Diabetes mellitus, gagal
ginjal, scabies dan eksim. Pada tahap ini juga siswa harus mampu mengolah informasi yang
sudah dikumpulkan baik dari hasil mengumpulkan data maupun hasil dari mengamati.
Tahapan selanjutnya yaitu mengkomunikasikan dengan nilai 89% termasuk dalam kategori
sangat baik, tahap mengkomuniaksikan merupakan tahapan yang paling tinggi diantara tahapan
lainya, pada tahap ini siswa dapat menyampaikan hasil diskusinya baik menyimpulkan ataupun
memberikan sanggahan pada saat berdiskusi sehingga kemampuan lisan siswa berkembang
dan juga siswa mampu berpikir kritis.
Pada pertemuan 2 membahas tentang materi organ ekskresi hati dan paru-paru, nilai
rata-rata lembar kerja siswa dari pertemuan satu ke pertemuan dua mengalami peningkatan.
Pada tahap mengamati nilai prosentase 90% termasuk kategori sangat baik, pada tahap ini
siswa dapat menjelaskan pengertian organ hati dan organ paru-paru. Pada tahap menanya nilai
prosentase yaitu 90% termasuk dalam kategori sangat baik, pada tahap ini siswa dapat
menjelaskan hubungan struktur organ hati dengan dengan penyimpanan empedu, dan
menjelaskan hubungan struktur organ paru-paru dengan proses ekskresi karbondioksida. Tahap
selanjutnya yaitu tahap mengumpulkan data dengan prosentase 96% termasuk dalam kategori
sangat baik, siswa dapat mengkolerasikan fungsi struktur organ hati dan paru-paru pada
bagian yang telah di beri nomor, menjelaskan proses pembentukan empedu, menganalisis
penyebab respirasi cepat saat melakukan aktivitas lari, dan membandingkan perbedaan proses
pernapasan dada dengan pernapasan perut. Tahap selanjutnya yaitu tahap mengasosiasikan
tahap ini merupakan tahapan dengan nilai prosentase yang rendah diantara tahap yang lainya
dengan nilai prosentase 88% termasuk dalam kategori sangat baik, siswa dapat
mengidentifikasi ciri-ciri, penyebab dan penanggulangan penyakit pada organ hati yaitu
penyakit kuning, sirosis hati, TBC, dan asma. Tahapan selanjutnya yaitu mengkomunikasikan,
tahap ini merupakan tahapan dengan nilai tinggi yaitu 98% termasuk dalam kategori sangat
baik, siswa dapat menyampaikan hasil diskusinya baik menyimpulkan ataupun memberikan
sanggahan pada saat berdiskusi sehingga kemampuan lisan siswa berkembang dan juga siswa
mampu berpikir kritis.
Nilai rata-rata lembar kerja siswa meningkat dari pertemuan 1 ke pertemuan 2, nilai
rata-rata lembar kerja siswa pada tahap mengamati yaitu 85% termasuk kategori baik, pada
tahap menanya yaitu 87,5% termasuk kategori sangat baik, tahap mengumpulkan data yaitu
92% termasuk kategori sangat baik, tahap mengasosiasi yaitu 84,5% termasuk kategori baik,
tahapan selanjutnya yaitu mengkomunikasikan yaitu 93,5% termasuk kategori sangat baik,
berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa tahapan dengan nilai rata-rata paling tinggi
yaitu tahap mengkomunikasikan dengan persentase 93,5% termasuk dalam kategori sangat
baik, hal tersebut dapat disebabkan karena siswa kelas eksperimen cenderung aktif dan siswa
dapat menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil dari analisis dan hasil
diskusi kelompoknya masing-masing, kegiatan mengkomunikasikan ini dapat mengembangkan
kemampuan lisan atau berbahasa dan mengungkapkan pendapat dengan jelas, oleh karena itu
pemahaman siswa mengenai sistem ekskresi lebih dalam jika dibandingkan dengan kelas
kontrol, kemudian nilai prosentase paling rendah yaitu pada tahap mengasosiasikan dengan
presentase 84,5% termasuk kategori baik, hal tersebut dapat disebabkan siswa masih kesulitan
dalam kegiatan mengasosiasikan atau mengolah informasi yang sudah dikumpulkan dari hasil
mengumpulkan maupun hasil mengamati, dan dapat disebabkan oleh faktor interaksi dengan
teman ataupun gaya belajar.

3.2 Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Siswa antara Kelas Eksperimen dan Kontrol
dengan Menggunakan Media Pembelajaran E-Komik
Peningkatan Hasil Belajar siswa dapat diperoleh melalui tes yang dilakukan sebelum
pembelajaran (pretest) dan tes yang dilakukan sesudah pembelajaran (posttest) baik pada kelas
eksperimen maupun kelas kontrol. Tes tersebut bertujuan untuk megukur hasil belajar siswa
dan untuk mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Perbedaan peningkatan hasil belajar siswa dapat diperoleh melalui tes yang
dilakukan sebelum pembelajaran (pretest) dan tes yang dilakukan sesudah pembelajaran atau
sesudah diterapkanya media e-komik (posttest) baik pada kelas eksperimen maupun kelas
kontrol. Tes tersebut bertujuan untuk megukur hasil belajar siswa antara siswa dan untuk
mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar siswa antara siswa antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol, dan tes yang digunakan yaitu tes pilihan ganda berjumlah 30 soal.

100
70
80
Nilai Rata-Rata

51
60 43 Eksperimen
36
40 Kontrol

20

0
Pretest Posttest

Gambar 4.5 Diagram rata-rata nilai pretest dan posttest hasil belajar siswa antara kelas kontrol
dan eksperimen
Perbedaan peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada diagram 4.5. Gambar
tersebut menunjukan perolehan rata-rata nilai pretest dan posttest hasil belajar siswa siswa
antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Berdasarkan data tersebut rata-rata nilai pretest dan
postest kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Perbedaan rata-rata
nilai pretest antara kelas kontrol dan eksperimen tidak menunjukan selisih yang besar.
Berdasarkan hasil uji beda data pretest menunjukan nilai signifikasi lebih besar dari nilai
kebenaran yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Hasil tersebut menggambarkan pengetahuan awal siswa antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama. Kesetaraan kemampuan awal tersebut
dikarenakan pada kelas eksperimen dan kontrol belum pernah mendapatkan perlakuan khusus
dalam proses pembelajaran seperti diterapkannya metode, strategi, pendekatan atau model
pembelajaran. Kemampuan awal siswa akan menjadi tolak ukur dari peningkatan hasil belajar
siswa setelah menerima perlakuan berupa penerapan media pembelajaran E-komik. Nilai rata-
rata pretest posttest per jenjang C1,C2, dan C3 dapat dilihat di bawah ini.
90
83 83
90 78 79
75
80
70 59 60 57
60 48
50 43 40
40 Eksperimen
30 Kontrol
20
10
0
C1 C2 C3 C1 C2 C3
Pretes Posttest

Gambar 4.6 Diagram rata-rata nilai pretest posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
Keterangan : C1 : Pengetahuan
C2 : Pemahaman
C3 : Aplikasi
Diagram 4.6 menjelaskan tentang rata-rata nilai pretest dan postest kelas eksperimen
dan kelas kontrol berdasarkan jenjang soal C1 sampai C3. Berdasarkan data tersebut rata-rata
nilai pretest kelas eksperimen paling tinggi yaitu pada jenjang C2 (pengetahuan) dengan nilai
60 termasuk kriteria cukup, sedangkan jenjang paling rendah yaitu jenjang soal C3 (aplikasi)
dengan nilai 57 termasuk kriteria cukup . Setelah dilakukanya pembelajaran dengan
menggunakan E-komik dan kemudian dilakukan prettest nilai rata-rata nilai hasil belajar siswa
kelas eksperimen mengalami peningkatan dengan jenjang soal paling tinggi yaitu C3
(Aplikasi) dengan nilai 90 dengan kriteria sangat baik. Berdasarkan nilai tersebut rata-rata
siswa kelas eksperimen dapat menjawab soal dengan indikator pembelajaran yaitu
menghubungkan bagian-bagian struktur paru-paru dengan fungsinya pada gambar yang telah
di beri nomer, menghubungkan fungsi dari bagian-bagian struktur hati pada gambar,
menyusun tempat pembentukan urine sesungguhnya, mengurutkan fungsi dan hasil filtrat dari
bagian struktur nefron pada gambar yang telah di beri nomer, menghubungkan proses
pembentukan urin, menghubungkan fungsi dari bagian kulit pada gambar, menentukan suatu
penyakit dari gejala penyakit, menghubungkan fungsi dari struktur organ hati pada gambar,
menentukan penyakit berdasarkan gambar, menghubungkan pernyataan dengan peranan
jaringan parut, mengaitkan fungsi organ ekskresi hati berdasarkan pernyataan, dapat
menyeleksi alasan yang salah tentang dampak NH 3 di dalam tubuh, mengurutkan urutan
pengikatan CO2 yang benar, menyusun hipotesis pengeluaran CO2 dengan tepat, menentukan
kapasitas total paru-paru. dapat menentukan penyakit dari suatu tabel, membandingkan dua
pendapat berbeda tentang penyakit phenomonia, siswa dapat menentukan penyebab penyakit
TBC, dan siswa dapat menentukan data dari suatu tabel mengenai penyakit Diabetes. Nilai
paling rendah yaitu indikator C2 memiliki nilai yang paling tinggi dengan indikator
pembelajaran yaitu siswa dapat menyebutkan faktor yang memepengaruhi pembentukan urine,
menyebutkan salah satu fungsi dari struktur kulit, menyebutkan peranan kelenjar sebum,
mengkategorikan gangguan pada organ kulit berdasarkan suatu pernyataan, menyimpulkan
fungsi pengeluaran keringat pada tubuh, menyimpulkan pembentukan empedu,
membandingkan urine normal dengan yang tidak normal, menyimpulkan penyakit kuning, dan
membandingkan dua pendapat berbeda, sedangkan jenjang soal C1(pengetahuan) dan C2
(Pemahaman) memiliki nilai yang sama yaitu 83 termasuk kriteria sangat baik juga.
Pada kelas kontrol nilai pretest paling rendah yaitu pada jenjang soal C2 (pemahaman)
dengan nilai 43 termasuk kriteria kurang sedangkan jenjang soal dengan nilai paling tinggi
yaitu pada jenjang soal C1 (pengetahuan) dengan nilai 48 termasuk kriteria kurang. Nilai
posttest kelas kontrol juga mengalami peningkatan walaupun lebih rendah nilainya dari kelas
eksperimen. Berdasarkan nilai rata-rata hasil belajar kelas kontrol paling tinggi yaitu C2
(pemahaman) dengan nilai 79 termasuk kriteia baik, siswa dapat menjawab soal posttest
dengan indikator menyebutkan faktor yang mempengaruhi pembentukan urine, menyebutkan
salah satu fungsi dari struktur kulit, menyebutkan peranan kelenjar sebum, mengkategorikan
gangguan pada organ kulit berdasarkan suatu pernyataan, menyimpulkan fungsi pengeluaran
keringat pada tubuh, menentukan pembentukan empedu, membandingkan urine normal dengan
yang tidak normal, menentukan penyebab penyakit kuning, dan membandingkan dua pendapat
berbeda. Sedangkan nilai paling rendah yaitu pada jenjang C3 (aplikasi) dengan nilai 75
termasuk kriteria baik.
Perbedaan nilai posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukan bahwa
rata-rata nilai siswa mengalami peningkatan. Kelas eksperimen mengalami peningkatan lebih
besar dibandingkan dengan peningkatan kelas kontrol. Peningkatan hasil belajar siswa pada
kelas eksperimen secara signifikan disebabkan karena pembelajaran biologi dengan
menggunakan media E- komik dimana dalam media tersebut disajikan materi dan
permasalahan meliputi sistem ekskresi manusia, sehingga pengetahuan yang siswa terima
didapatkan secara utuh. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Handayani (2008:157) yang
berpendapat bahwa media komik merupakan suatu bentuk media komunikasi visual yang
mempunyai kekuatan untuk menyampaikan informasi secara popular dan mudah dimengerti,
hal ini dimungkinkan karena komik memadukan kekuatan gambar dan tulisan, yang dirangkai
dalam suatu cerita. Gambar membuatnya mudah diserap, teks membuatnya mudah dimengerti,
dan alur membuatnya lebih mudah untuk diikuti dan diingat, yang dipadukan dalam komik
pembelajaran biologi pada materi sistem pencernaan manusia.
Setelah dilakukan penerapan media e-komik dalam pembelajaran diperoleh nilai
posttest yang meningkat dari sebelumnya. Faktor adanya peningkatan akhir pada posttest dapat
disebabkan oleh penerapan E-Komik yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena
siswa tidak hanya bertugas untuk membaca tetapi juga mencari tau dan menganalisis masalah
yang ditemukan pada media E-komik tersebut sehingga siswa tidak menerima bahan ajar
secara pasif tetapi juga ikut menambah pengetahuan yang dimiliki, sehingga hasil belajar dari
peserta didik meningkat dan juga pada saat berlangsunya pembelajaran dilakukanya diskusi
kelompok. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Retno galuh purnamasari (2017),
menyatakan bahwa media e-comic memiliki kemampuan dalam mengakomodir ketiga ranah
belajar (kognitif, afektif, dan psikomotorik). Ranah kognitif berhubungan dengan pengetahuan
yang biasanya dinilai dari hasil belajar peserta didik. Ranah kognitif ini bisa didapatkan peserta
didik dengan mengolah materi dan informasi yang terdapat dalam e-comic. Sedangkan
Menurut Widana (2018) bahwa blended learning berbantuan komik digital dalam
pembelajaran biologi secara simultan terbukti memicu kemampuan berpikir kritis dan hasil
belajar biologi peserta didik, disebabkan oleh model tersebut dibantu dengan komik digital
yang mengajarkan para peserta didik untuk mampu memahami suatu materi yang diajarkan
dengan cara yang berbeda yakni secara offline dan online yang menciptakan suasana baru
belajar bagi peserta didik. Jadi, dengan adanya suasana baru belajar dengan perpaduan offline
dan online akan meningkatkan kemandirian peserta didik. Dan E-komik ini dapat dinyatakan
efektif dalam penggunaanya sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar
siswa, namun selain meningkatkan hasil belajar siswa juga meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa karena terdapat penelitian bahwa komik digital dapat meningkatkan keterampilan
berpikir kritis siswa hal ini sesuai dengan penelitian Dwi nanda (2017) hasil penelitianya
menjelaskan bahwa komik dapat melatih keterampilan berpikir kritis siswa secara efektif
dalam kemampuan kognitif berupa interpretasi, analisis,evaluasi, menyimpulkan dan
menjelaskan, juga dalam disposisi afektif yaitu penasaran, pencari kebenaran dan analitis.
Peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen secara signifikan disebabkan
karena pembelajaran biologi dengan menggunakan media E- komik dimana dalam media
tersebut disajikan materi dan permasalahan meliputi sistem ekskresi manusia, sehingga
pengetahuan yang siswa terima didapatkan secara utuh. Pendapat serupa juga dikemukakan
oleh Handayani (2008:157) yang berpendapat bahwa media komik merupakan suatu bentuk
media komunikasi visual yang mempunyai kekuatan untuk menyampaikan informasi secara
popular dan mudah dimengerti, hal ini dimungkinkan karena komik memadukan kekuatan
gambar dan tulisan, yang dirangkai dalam suatu cerita. Gambar membuatnya mudah diserap,
teks membuatnya mudah dimengerti, dan alur membuatnya lebih mudah untuk diikuti dan
diingat, yang dipadukan dalam komik pembelajaran biologi pada materi sistem pencernaan
manusia.
Pembelajaran dengan menggunakan media E-komik ini tidak menutup kemungkinan
dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa, hal tersebut sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Resiman dan Agnita Siska Pramasdyahsari (2014) bahwa penggunaan
media pembelajaran e-komik berbasis flipbook maker pada pelajaran matematika lebih efektif
dan sesuai dengan kemampuan berpikir kritis siswa SMP hal itu ditunjukkan dari keterampilan
berpikir kritis siswa uji coba lebih tinggi dari kelas kontrol selain meningkatkan keterampilan
berpikir kritis, penggunaan media E-komik dapat meningkatkan karakter siswa yang disiplin,
kerjasama, percaya diri dan ketekunan. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Fatimah
dan Widiyatmoko (2014) bahwa media science comic berbasis PBL dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa yang signifikan pada tema bunyi dan pendengaran untuk
siswa SMP. Media e-komik dpaat membantu siswa memahami materi IPA dengan cara lebih
mudah dan mneyenangkan. Berdasarkan penelitian Tatalovic M (2009) komik merupakan
media potensial dan efektif untuk pembelajaran IPA. Science e-comic mempunyai kemampuan
dalam memudahkan pembaca untuk memahami dan mengingat isi dari cerita sebagaimana
sebuah tampilan video. Jadi, pemanfaatan komik dalam pembeljaaran IPA dapat membantu
siswa dalam mengingat pembelajaran sebesar 30% berdasarkan Dale’sCone of Experience.
Selain diterapkan pada materi bilogi komik digital juga sudah diterapkan pada materi
matematika, akuntansi, kimia dan lainya.
3.3 Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Dengan Menerapkan Media Pembelajaran E-
Komik pada Materi Sistem Ekskresi Manusia Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Data respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan media E-komik dapat
dilakukan dengan menggunakan angket. Peneliti menggunakan angket skala Likert dengan
kriteria sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).
Pengisian angket dilakukan diakhir proses pembelajaran dan diberikan atau di isi kepada siswa
yang termasuk dalam kelas eksperimen, yaitu kelas yang diberi perlakuan khusus berupa
penerapan media pembelajaran E-komik untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
sistem ekskresi manusia.
Angket respon siswa terhadap penerapan media E-Komik untuk meningkatan hasil
belajar siswa terdiri dari 20 pertanyaan yaitu 10 pertanyaan positif dan 10 pertanyaan negatif.
Pernyataan dalam angket terbagi menjadi tiga dimensi yaitu Respon siswa terhadap penerapan
media e-komik, Respon siswa terhadap proses pembelajaran dengan menerapkan media
pembelajaran e-komik dan Respon siswa terhadap hasil belajar dengan penerapan media
pembelajaran berbasis e-komik.
Dimensi pertama, aspek yang diukur yaitu Receiving (Sikap menerima), untuk
mengetahui respon siswa terhadap penerapan media pembelajaran E-Komik pada konsep
sistem ekskresi manusia, indikator dari sikap menerima yaitu terdiri dari respon siswa
terhadap penerapan media e-Komik, rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajran biologi
menggunakan media pembelajaran e-komik , dan manfaat media pembelajaran E-komik.
Dimensi kedua aspek yang diukur yaitu Responding (sikap menanggapi ) , indikator
yang diambil yaitu mengenai minat siswa terhadap penerapan media pembelajaran e-komik,
keaktifan siswa dalam pembelajaran menggunakan media e-komik, kemampuan
menyampaikan kembali materi yang telah dipelajari, dan motivasi belajar siswa dalam
penerapan media e-komik. Dimensi ketiga aspek yang diukur yaitu Valuing (sikap yang
menganggap apa yang dikerjakan berdasarkan nilai), indikator yang diambil yaitu Pemahaman
materi dalam pembelajaran biologi menggunakan media e-komik, wawasan siswa dalam
pembelajaran biologi dengan menggunakan media e-komik, dan peningkatan keterampilan
berpikir kritis siswa dengan penerapan media e-komik. Adapun rekapitulasi angket positif di
bawah ini.
1%
16% 17%

66%

SS S TS STS

4.12 Diagram Pie Rekapitulasi Angket Positif


Keterangan : SS : Sangat Setuju
S: Setuju
TS: Tidak Setuju
STS: Sangat Tidak Setuju

Respon siswa berdasarkan ketiga dimensi tersebut memiliki kategori kuat dengan
ditunjukan bahwa siswa memberi tanda ceklis pada angket pertanyaan positif 18% memilih
opsi sangat setuju, 66% menyatakan setuju apabila pembelajaran materi sistem ekskresi
manusia menggunakan media komik digital, 16% tidak setuju, dan hanya 1% menyatakan
sangat tidak setuju. Sedangkan pada angket pertanyaan negatif 1% sangat setuju, 17% setuju,
52% tidak setuju dan 30% sangat tidak setuju. Adapun rekapitulasi angket negatif di bawah ini.

1%
30% 17%
SS
S
TS
STS
52%

4.13 Diagram Pie Rekapitulasi Angket Negatif


Keterangan : SS : Sangat Setuju
S: Setuju
TS: Tidak Setuju
STS: Sangat Tidak Setuju

Respon siswa berdasarkan ketiga dimensi tersebut memiliki kategori kuat dengan
ditunjukan bahwa siswa memberi tanda ceklis pada angket pertanyaan pada angket pertanyaan
negatif 1% sangat setuju, 17% setuju, 52% tidak setuju dan 30% sangat tidak setuju.
Berdasarkan hasil perolehan data tersebut, secara umum pembelajaran dengan menerapkan
media pembelajaran e-komik ini diterima dengan baik oleh siswa. Hasil rekapitulasi angket
respon siswa menunjukan adanya respon positif terhadap pembelajaran dengan menerapkan
media pembelajaran E-komik. Sebagian besar siswa memberikan respon setuju dan respon
sangat setuju, respon siswa secara keseluruhan diperoleh rata-rata persentase angket dengan
kriteria kuat. Persentase tersebut menunjukan respon siswa terhadap pembelajaran dengan
menerapkan media pembelajaran E-komik sangat positif, hal tersebut sejalan dengan Savitri,
Ganda dan Titin (2015) menjelaskan bahwa respon siswa terhadap media ecomic bilingual
pada sub materi saluran dan kelenjar pencernaan kelas XI SMA dikategorikan respon positif
dengan persentase sebesar 73,66%.
Media pembelajaran E-komik dapat meningkatkan gairah belajar siswa yang rendah.
Karena media E-komik dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal tersebut juga sesuai
dengan penelitian Puspitorini (2014), hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa penggunaan
media komik digital mampu meningkatkan motivasi, belajar kognitif, dan hasil belajar afektif.
Menurut Kristianti (2010) bahwa motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran sangat
besar pengaruhnya terhadap hasil belajar apabila siswa memiliki motivasi yang tinggi, maka
dengan sendirinya mereka akan mampu menyerap ilmu pengetahuan dan materi pelajaran itu
dengan baik, hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Sebaliknya jika
siswa tidak memiliki motivasi yang tinggi, maka kemungkinan besar mereka akan mengalami
kesulitan dalam menyerap ilmu pengetahuan dan isi materi pelajaran tersebut, sehingga akan
berpengaruh terhadap prestasi belajarnya.
4. Simpulan

Penerapan dengan menggunakan media pembelajaran E-Komik pada materi sistem


ekskresi manusia dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa yaitu pada saat
pembelajaran menggunakan pendekatan Scientific, tahapan paling tinggi pada penerapan
pembelajaran Scientific yaitu pada tahap mengkomunikasikan dengan persentase 92,5%
termasuk kategori sangat baik sedangkan paling rendah yaitu tahap mengasosiasikan dengan
presentase 84,5% termasuk kategori baik.
Perbedaan peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
dapat dilihat dari nilai N-gain. Nilai N-gain kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas
kontrol yaitu sebesar 0,48 termasuk kriteria sedang, sedangkan rata-rata nilai N-gain kelas
kontrol sebesar 0,24 dan termasuk kedalam kriteria rendah.
Siswa memberikan respon baik terhadap penerapan media pembelajaran E-komik pada
konsep sistem ekskresi manusia yaitu persentase lembar angket yang dibagikan oleh peneliti,
siswa memilih setuju sebanyak 66% pada aspek positif dan memilih tidak setuju sebanyak 52%
pada aspek negatif.
Daftar Pustaka
Dimyati & Mudjiono. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Djamerah & Zain. (1996). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Dwi, N. T.(2017). Efektivitas Penggunaan Komik Untuk Melatihkan Keterampilan Berpikir
Kritis . Prosiding Seminar Nasional Fisika. 1(2).101-108.
Fatimah, F. & Widiyatmoko,A. 2014. Pengembangan Science Comic berbasis Roblem Based
Learning Sebagia Media Pembeljaaran Pada Tema Bunyi Dan Pendengaran Untuk
Siswa SMP. JPIP. 3(2): 146-153
Handayani, P. (2008). Komik Indonesia sebagai Media Komunikasi Alternatif dalam
Menyampaikan Informasi Ilmiah. Forum Penelitian: Jurnal Teori dan Praktek
Penelitian. 20 (1) :151-162.
Kristanti , Wulan (2010) Pengaruh Metode Pembelajaran Kontekstual Terhadap Hasil Belajar
Ips Geografi Kelas VIII Smpn 18 Balikpapan Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa
Tahun Pelajaran 2009/2010. Masters thesis, Universitas Sebelas Maret.
Musfiqon. 2015. Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Prestasi
Pustakarya.
Nurhayati, Eti. 2010. Bimbingan Keterampilan dan Kemandirian Belajar. Bandung : Batic
Press
Puspitorini, R. A.K, Prodjosantoso, Bambang, S, & Jumadi. (2014). Penggunaan Media Komik
dalam Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Motivasi, Hasil Belajar Kognitif, dan
Afektif. Jurnal Cakrawala Pendidikan. 33 (3):9-28
Ratnawati, R. & Irianto, T.T, (2013). Pembuatan Media Pembelajaran Biologi Untuk Kelas
VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tasikmadu. Seminar Riset Unggulan
nasional Informatika dan Komputer. 2(1) :367-433.
Resiman & Siska,A.P. 2014. Development of Mathematics Learning Media E-comic Based on
Flipbook Maker to Increases Critical Thingking Skill and Charackter of Junior High
Schol Students. International Journal of Education and Research. 2(11): 535-544.
Retno, G. P. (2017). Kelayakan Media E-Comic Pada Submateri Sistem Endokrin Kelas XI
SMA. Skripsi
Siti, B.U. (2014). Pengembangan Komik Digital Berbasis Nilai Karakter Sebagai Media
Pembelajaran Akuntansi Pada Kompetensi Dasar Menyusun Laporan Keuangan
Perusahaan Jasa untuk SMA Kelas XI. Skripsi Pendidikan. Fakultas Ekonomi.
UNY. hal.16.
Suwono, H. (2011). Workshop Subject Specific Pedagogy Pendidikan Profesi Guru: Panduan
Belajar Pengembangan Media Mata Pelajaran Biologi. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Tatalovic, M. 2009. Science Comics as Tools fr Science education and Communication:a
Brief, Exploratory Study. Journal of Science Communication.8(4):1-17
Uswatul, K, Djatun, R, & Suwandi. (2016). Penggunaan E-Comic Sebagai Pembelajaran
Menulis Cerpen Sebagai Pengembahangan Media Pembelajaran Untuk Sma di
Kot Semarang. Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya. 1(1): 20-
29.
Widana, I.N.S, Putri, S. & Ni Luh Wayan Ayuning Pradnyawati. (2018). Memicu
Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Biologi melalui Model Blended
Learning Berbantuan Komik Digital. Jurnal  Emasains. 7 (1).: 38-48.
Yuliandri & Wahjudi, E. (2014). Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Multimedia
Interaktif Pada Mata Pelajaran Ekonomi Materi Jurnal Penyesuaian Perusahaan Jasa.
Jurnal Pendidikan Akuntansi. 2(2): 1-9.

You might also like