You are on page 1of 60

ASUHAN KEPERAWATAN

KISTA OVARIUM

Makalah diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas


Dosen pengampu Mata Kuliah :
Nurhidayah, S.Kep.Ns.,M.Kep

Disusun oleh :
Kelompok 3
1. Rosidah 70300119046
2. Annisa 70300119067
3. Nurul Fahmi 70300119068
4. Nurul Qodri Anggraeni 70300119069
5. Ainun Naima Maharani Putri 70300117070
6. Juswar 70300119065

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun sampaikan kehadirat Allah SWT, karena dengan


rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas keperawatan maternitas yaitu
makalah kasus Kista Ovarium yang disusun untuk memenuhi tugas mata Kuliah
keperawatan maternitas. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini dengan baik dan lancar.
Tujuan suatu pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,
membentuk sumber daya manusia yang handal dan berdaya saing, membentuk
watak dan jiwa sosial, berbudaya, berakhlak dan berbudi luhur, serta berwawasan
pengetahuan yang luas dan menguasai teknologi. Tugas ini dibuat oleh penyusun
untuk membantu memahami materi tersebut. Mudah-mudahan tugas ini
memberikan manfaat dalam segala bentuk kegiatan belajar, sehingga dapat
memperlancar dan mempermudah proses pencapaian yang telah direncanakan.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu, segala kritikan dan saran yang membangun akan kami terima dengan
lapang dada sebagai wujud koreksi atas diri penyusun yang masih belajar. Akhir
kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

22 April 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN ...........................................................................................
BAB II : TINJAUAN TEORI DAN KONSEP .............................................................
BAB III : STUDI KASUS .............................................................................................
BAB I V : KESIMPULAN ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Kista ovarium merupakan tumor jinak ginekologi yang paling
sering dijumpai pada wanita di masa reproduksinya (Depkes RI, 2011).
Dian (2016) mendefinisikan kista ovarium sebagai kantung berisi cairan
atau bahan semi-solid yang terdapat di ovarium. Williams (2002)
menjelaskan dalam bukunya bahwa kista ovarium merupakan satu dari
sekian jenis massa ovarium dan setiap jenis massa ovarium bisa
menyebabkan gangguan atau kesulitan pada kehamilan. Jaringan ini sangat
dinamik karena dipengaruhi rangsang hormonal sejak masa pubertas
hingga menopause. Inilah alasan massa ovarium berupa kista atau tumor
jinak banyak timbul di ovarium. Klasifikasi kista dan tumor sendiri tidak
pernah cukup memuaskan karena kompleksitas dari pertumbuhannya,
beberapa hanya bisa dibedakan dengan pemeriksaan histologik (Llewellyn
& Jones, 2002).
2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Yang di Maksud Dengan Kista Ovarium?
2. Apa Penyebab Dari Kista Ovarium?
3. Apa Tanda dan Gejala Pada Kista Ovarium?
4. Kasus
5. Pengkajian
6. Diagnosa Keperawatan
7. Intervensi Keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Kista ovarium adalah sebuah kantung yang berisi cairan yang
berkembang/muncul di ovarium. Kista ovarium ini ada yang sederhana
dan ada juga yang kompleks. Kista sederhana terdiri dari satu kantung
yang berisi cairan, sedangkan kista kompleks dapat terdiri dari beberapa
kantung atau tidak hanya berisi cairan, tetapi juga material yang solid.
Kista ovarium diklasifikasikan menjadi 2 jenis: fisiologis
(fungsional) dan patologis (neoplastik). Kista ovarium fungsional terdiri
dari kista folikuler dan kista luteal. Kista ovarium patologis dapat bersifat
jinak atau ganas. Jenis kista ovarium patologis di antaranya adalah
adenoma (kistadenoma), teratoma (kista dermoid), dan endometrioma.
Kista ovarium fungsional atau kista ovarium patologis yang jinak sering
ditemukan pada perempuan usia muda, sedangkan kista ovarium yang
bersifat ganas cenderung lebih sering ditemukan pada perempuan usia tua
(pascamenopause).
Kista ovarium adalah masalah ginekologis yang sangat umum pada
seorang perempuan dan dapat terjadi di tiap tahap kehidupan, mulai dari
janin sampai masa pascamenopause. Akan tetapi, kebanyakan kasus terjadi
pada usia reproduktif yang merupakan periode aktif secara hormonal.
Kista ovarium pada umumnya asimtomatis dan biasanya ditemukan secara
kebetulan. Mayoritas kista ovarium juga dapat hilang/sembuh dengan
sendirinya. Namun, jika kista ovarium ini memiliki ukuran yang besar,
persisten, dan simtomatis (mis.menyebabkan nyeri), keberadaannya harus
diwaspadai. Pemeriksaan lanjutan perlu dilakukan untuk mengetahui jenis
kista dan adanya komplikasi yang dapat terjadi seperti ruptur kista yang
dapat menyebabkan perdarahan dan torsio ovarium. Pada kasus-kasus
tersebut terapi pembedahan yakni pengangkatan kista bahkan ovarium
mungkin dibutuhkan.

B. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi kista ovarium patologis dipengaruhi oleh pertumbuhan
abnormal sel-sel yang berada di dalam ovarium.
1. Kista Fungsional
Rata-rata siklus menstruasi terjadi selama 28 hari, dimulai dengan
hari pertama dari perdarahan menstruasi dan diakhiri sehari sebelum
periode menstruasi selanjutnya. Paruh pertama dari siklus ini disebut
fase folikuler (fase proliferatif) yang terjadi sampai terjadinya ovulasi
dan paruh kedua dari siklus ini disebut fase luteal (fase sekretorik)
yang berlangsung setelah ovulasi terjadi. Pada fase folikuler dapat
terbentuk kista folikuler dan pada fase luteal dapat terbentuk kista
luteal.
Pada fase folikuler, stimulasi follicle stimulating hormone (FSH)
yang meningkat secara berlebihan atau kurangnya lonjakan luteinizing
hormone (LH) pada pertengahan siklus sebelum ovulasi dapat
menyebabkan kegagalan proses ovulasi. Cairan intrafolikel yang tidak
diabsorbsi kembali dapat menyebabkan folikel berlanjut menjadi
sebuah kista folikuler di dalam ovarium. Sementara itu, pada fase
luteal, kista luteal dapat terjadi akibat pertumbuhan yang berlanjut dari
korpus luteum karena kegagalan disolusi jika tidak terjadi kehamilan
atau kista dapat juga terbentuk karena perdarahan yang mengisi rongga
korpus yang terjadi setelah ovulasi. Terdapat 2 jenis kista luteal yakni
kista granulosa dan kista teka-lutein. Kista granulosa merupakan
pembesaran non-neoplastik ovarium, sedangkan kista teka-lutein
merupakan kista yang dapat disebabkan oleh luteinisasi dan hipertrofi
lapisan sel teka interna sebagai respon terhadap stimulasi yang
berlebihan dari gonadotropin dan hCG. Oleh karena itulah, kista teka-
lutein sering dijumpai pada perempuan dengan penyakit ovarium
polikistik, mola hidatidosa, koriokarsinoma, serta terapi hCG dan
klomifen sitrat.

2. Kista Patologis
Kista patologis muncul melalui pertumbuhan berlebihan dari sel-
sel yang ada di dalam ovarium. Kista patologis ini dapat bersifat jinak
atau ganas. Kista patologis dapat muncul dari semua tipe sel dan
jaringan ovarium. Sel yang paling sering berkembang menjadi kista
patologis yang bersifat ganas adalah sel epitel permukaan
(mesotelium) berupa kista adenomakarsinoma epitel ovarium,
sedangkan kista patologis yang bersifat jinak dapat berupa
kistadenoma serosa dan musinosa. Sel lain yang dapat berkembang
menjadi kista patologis adalah sel germinal yang dapat membentuk
kista dermoid (teratoma). Endometrioma adalah kista yang berisi darah
yang muncul dari endometrium ektopik. Endometrioma ini
berhubungan dengan endometriosis. Luteoma kehamilan dapat terjadi
ketika parenkim ovarium digantikan dengan proliferasi sel stroma
terluteinisasi yang mungkin menjadi aktif secara hormonal dengan
produksi androgen. Penyakit ovarium polikistik adalah kista yang
berhubungan dengan disfungsi hipotalamus.

C. ETIOLOGI
Etiologi kista ovarium fungsional adalah kista folikuler dan kista
luteal yang berasal dari sel-sel fisiologis. Sedangkan, kista patologis dapat
berasal dari semua sel dan jaringan ovarium. Namun, sel epitel pemukaan
(mesotelium) adalah sel yang paling sering berkembang menjadi kista
patologis yang bersifat ganas.
3. Faktor Risiko
Faktor risiko terbentuknya kista ovarium di antaranya adalah sebagai
berikut:
a. Pengobatan infertilitas – pasien yang sedang menjalani terapi infertilitas
dengan induksi ovulasi menggunakan gonadotropin atau agen lainnya
seperti klomifen sitart atau letrozole dapat mengalami kista sebagai bagian
dari sindrom hiperstimulasi ovarium.
b. Tamoxifen – Tamoxifen dapat menyebabkan kista ovarium fungsional
jinak yang biasanya menghilang setelah penggunaan dihentikan.
c. Kehamilan – Pada perempuan hamil, kista ovarium dapat terbentuk di
trimester kedua ketika kadar hCG memuncak.
d. Hipotiroidisme – Karena kesamaan di antara subunit alfa dari TSH dan
hCG, hipotiroidisme dapat menstimulasi ovarium dan pertumbuhan kista.
e. Gonadotropin maternal – Efek transplasenta dari gonadotropin maternal
dapat menyebabkan berkembangnya kista ovarium pada janin dan
neonatus
f. Merokok – Risiko terjadinya kista ovarium fungsional meningkat dengan
merokok
g. Ligasi tuba – Kista ovarium fungsional terbukti berkiatan dengan
sterilisasi dengan cara ligasi tuba. 
D. KOMPLIKASI
Komplikasi kista ovarium yang dapat terjadi diantaranya adalah torsio
ovarium dan ruptur kista.
1. Torsio Ovarium
Kista ovarium yang diameternya lebih besar dari 4 cm memiliki
rata-rata terjadinya torsio atau terpuntir sekitar 15%. Kebanyakan
kasus torsio terjadi pada perempuan usia muda, tetapi 17% kasus
dapat terjadi pada perempuan prapubertas dan pascamenopause.
Torsio ovarium lebih umum terjadi pada ovarium kanan karena
pada ovarium kiri, kolon sigmoid membatasi mobilitasnya. Gejala
yang dapat timbul berupa nyeri hebat yang disertai dengan mual
dan muntah. Nyeri yang hebat disebabkan oleh infark pada
pembuluh darah ovarium. Infark ini merupakan akibat dari
obstruksi pada vena dan arteri karena rotasi pedikel vaskuler
ovarium saat terjadinya torsio. Kista ovarium fungsional yang
paling sering berhubungan dengan torsio adalah kista luteal
sementara pada kista patologis adalah kista dermoid. USG dan CT-
Scan dapat membantu diagnosis. Opsi pengobatan termasuk
detorsio laparoskopik dan preservasi adneksa pada perempuan
muda usia reproduktif dan salpingo-ooforektomi pada perempuan
pascamenopause. Fungsi ovarium dapat diselamatkan dengan
detorsio laparoskopik pada 90% kasus.
2. Ruptur Kista
Ruptur kista ovarium pada umumnya muncul pada kista korpus
luteum. Gejala yang timbul dapat berupa nyeri yang mendadak,
unilateral, dan tajam. Dapat juga terjadi takikardia, hipotensi, dan
tanda-tanda peritonitis jika terjadi perdarahan yang masif. Pada
ruptur kista, USG dapat memperlihatkan cairan bebas di kavum
Douglas pada 40% kasus. Ruptur kista dan perdarahan dapat
diterapi secara konservatif dengan observasi jika pasien stabil
dengan follow-up rutin dalam 6 minggu untuk mengkonfirmasi
resolusi perdarahan. Laparoskopi diindikasikan pada kasus dengan
hemodinamik yang memburuk, kemungkinan torsio, gejala yang
tidak menghilang dalam 48 jam, dan peningkatan hemoperitoneum
atau penurunan konsentrasi hemoglobin.
E. PENYEBAB
Penyebab Kista Ovarium dan beberapa faktor risiko berkembangnya
ovarium adalah perempuan yang biasanya memiliki ciri-ciri berikut:
1. Riwayat kista ovarium terdahulu
2. Siklus haid tidak teratur
3. Perut buncit
4. Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda)
5. Sulit hamil
6. Penderita hipotiroid
7. Penderita kanker payudara yang pernah menjalani kemoterapi.
F. Klasifikasi Kista Ovarium
Klasifikasi Kista Ovarium Menurut Anwar (2011), kista ovarium dapat
terjadi di bagian korpus luteum dan bersifat non-neoplastik. Ada pula yang
bersifat neoplastik. Oleh karena itu, tumor kista dari ovarium yang jinak di
bagi dalam dua golongan yaitu golongan nonneoplastik dan neoplastik.
Menurut klasifikasi kista ovarium berdasarkan golongan non neoplatik,
kista dapat didapati sebagai:
1. Kista OvariumNon-neoplastik
a. Kista Folikel
Kista folikel merupakan struktur normal dan fisiologis yang berasal
dari kegagalan resorbsi cairan folikel yang tidak dapat berkembang
secara sempurna. Kista folikel dapat tumbuh menjadi besar setiap
bulannya sehingga sejumlah folikel tersebut dapat mati dengan
disertai kematian ovum. Kista folikel dapat terjadi pada wanita
muda yang masih menstruasi. Diameter kista berkisar 2cm. Kista
folikel biasanya tidak bergejala dan dapat menghilang dalam waktu
<60 hari. Jika muncul gejala, biasanya menyebabkan interval antar
menstruasi yang sangat pendek atau panjang. Pemeriksaan untuk
kista <4 cm adalah pemeriksaan ultrasonografi awal, dan
pemeriksaan ulang dalam waktu 4-8 minggu. Sedangkan pada kista
>4 cm atau kista menetap dapat diberikan pemberian kontrasepsi
oral selama 48 minggu yang akan menyebabkan kista menghilang
sendiri.
b. Kista lutein
Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang diluar
kehamilan. Kista luteum yang sesungguhnya, umumnya berasal
dari corpus luteum hematoma. Perdarahan kedalam ruang corpus
selalu terjadi pada masa vaskularisasi. Bila perdarahan ini sangat
banyak jumlahnya, terjadilah korpus leteum hematoma yang
berdinding tipis dan berwarna kekuning-kuningan. Biasanya
gejala-gejala yang di timbulkan sering menyerupai kehamilan
ektopik.
c. Kista stain levental ovary
Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat polykistik,
permukaan rata, berwarna keabu-abuan dan berdinding tebal. Pada
pemeriksaan mikroskopis akan tampak tunika yang tebal dan
fibrotik. Dibawahnya tampak folikel dalam bermacam-macam
stadium, tetapi tidak di temukan korpus luteum. Secara klinis
memberikan gejala yang disebut stain-leventhal syndrome dan
kelainan ini merupakan penyakit herediter yang
autosomaldominant.
d. Kista Korpus Luteum
Kista korpus luteum merupakan jenis kista yang jarang terjadi.
Kista korpus luteum berukuran ≥ 3 cm, dan diameter kista sebesar
10 cm. Kista tersebut dapat timbul karena waktu pelepasan sel telur
terjadi perdarahan dan bisa pecah yang sering kali perlu tindakan
operasi (kistektomi ovari) untuk mengatasinya. Keluhan yang biasa
dirasakan dari kista tersebut yaitu rasa sakit yang berat di rongga
panggul terjadi selama 1460 hari setelah periode menstruasi
terakhir.
2. Kista Ovarium Neoplastik
a. Kistoma Ovarium Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan
cairan di dalam kista jernih, dan berwarna putih. Terapi terdiri atas
pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang
di keluarkan harus segera di periksa secara histologik untuk
mengetahui apakah ada keganasan atau tidak
b. Kista Dermoid
Sebenarnya kista dermoid ialah satu terotoma kistik yang jinak dimana
stuktur-stuktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epital
kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning
menyerupai lemak nampak lebih menonjol dari pada elemen-elemen
entoderm dan mesoderm.Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista
dermoid. Dinding kista kelihatan putih, keabu-abuan, dan agak tipis.
Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, dan dibagian lain padat.
Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga satu.
c. Kista Endometriois
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang
berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan
tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan
nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan infertilitas
d. Kista Denoma Ovarium Musinosum
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Namun, kista tersebut
bisa berasal dari suatu teroma dimana dalam pertumbuhannya satu
elemen menghalangkan elemen-elemen lain. Selain itu, kista tersebut
juga berasal dari lapisan germinativum. Penangan terdiri atas
pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah cukup besar
sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya di
lakukan pengangkatan ovarian beserta tuba (salpingo-ooforektomi)
e. Kista denoma Ovarium Serosum
Pada umumnya kista ini tidak mencapai ukuran yang amat besar
dibandingkan dengan kista denoma musinosum. Permukaan tumor
biasanya licin, kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler
meskipun lazimnya berongga satu. Terapi pada umumnya sama seperti
pada kista denoma musinosum. Hanya berhubung dengan lebih
besarnya kemungkinan keganasan, perlu dilakukan pemeriksaan yang
teliti terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang perlu
di periksa sediaan yang dibekukan pada saat operasi untuk menentukan
tindakan selanjutnya pada waktu operasi.
G. Penanganan
Menurut Prawirohardjo (2011) beberapa pilihan pengobatan yang
mungkin disarankan

1. Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan pada klien tentang pemilihan pengobatan
nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti, kompres hangat
pada abdomen, dan teknik relaksasi napas dalam.
2. Pemberian obat anti inflamasi non steroid seperti ibu profen dapat
diberikan kepada pasien dengan penyakit kista untuk mengurangi rasa
nyeri .
3. Pembedahan
Jika kista tidak menghilang setelah beberapa episode menstruasi
semakin membesar, lakukan pemeriksaan ultrasound, dokter harus
segera mengangkatnya. Ada 2 tindakan pembedahan yang utama
yaitu : laparaskopi dan laparatomi.
Prinsip pengobatan kista dengan operasi adalah sebagai berikut:
a. Apabila kistanya kecil (misalnya sebesar permen) dan pada
pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda-tanda keganasan,
biasanya dokter melakukan operasi dengan laparaskopi. dengan
cara ini, alat laparaskopi di masukkan kedalam rongga panggul
dengan melakukan sayatan kecil pada dinding perut, yaitu
sayatan searah dengan garis rambut kemaluan
b. Apabila kistanya agak besar (lebih dari 5 cm), biasanya
pengangkatan kista dilakukan dengan laparatomi. Tehnik ini
dilakukan dengan pembiusan total. Dengan cara laparatomi,
kista sudah dapat diperiksa apakah sudah mengalami proses
keganasan (kanker) atau tidak. Bila sudah dalam proses
keganasan operasi sekalian mengangkat ovarium dan saluran
tuba, jaringan lemak sekitar serta kelenjar limfe.
c. Perawatan luka insisi / pasca operasi
Beberapa prinsip yang perlu diimplementasikan antara lain:
1. Balutan dari kamar operasi dapat dibuka pada hari
pertama pasca operasi.
2. Klien harus mandi shower bila memungkinkan.
3. Luka harus dikaji setelah operasi dan kemudian setiap
hari selama masa pasca operasi sampai ibu
diperolehkan pulang atau rujuk.
4. Bila luka perlu dibalut ulang, balutan yang di gunakan
harus yang sesuai dan tidak lengket.
5. Pembalutan dilakukan dengan tehnik aseptic.
H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nugroho (2014) Pemeriksaan penunjang yang dapat menolong
dalam pembuatan diagnosis yang tepat pada kista ovarium ialah:
1. Laparoskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah
tumor berasal dari ovarium atau tidak dan untuk menentukkan sifat –
sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,
apakah tumor berasal dari uterus, ovarium atau kandung kencing,
apakah kistik atau solid dan dapat dibedakan pula antara cairan dalam
rongga perut yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang – kadang dapat dilihat adanya
gigi dalam tumor.
4. Parasintesis
Telah disebut pada pungsi pada asites berguna untuk menentukan
sebab asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat
mencemari kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista
tertusuk.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, agama dan alamat, serta data penanggung jawab

2. Keluhan klien saat masuk rumah sakit: biasanya klien merasa nyeri
pada daerah perut dan terasa ada massa di daerah abdomen,
menstruasi yang tidak berhenti-henti.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang: Keluhan yang dirasakan klien


adalah nyeri pada daerah abdomen bawah, ada
pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang tidak
berhenti, rasa mual dan muntah.

b. Riwayat kesehatan dahulu: Sebelumnya tidak ada keluhan.

c. Riwayat kesehatan keluarga: Kista ovarium bukan penyakit


menular/keturunan.

d. Riwayat perkawinan: Kawin/tidak kawin ini tidak memberi


pengaruh terhadap timbulnya kista ovarium.

e. Riwayat kehamilan dan persalinan: Dengan kehamilan dan


persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi untuk
tumbuh/tidaknya suatu kista  ovarium.

f. Riwayat menstruasi: Klien dengan kista ovarium kadang-


kadang terjadi digumenorhea dan bahkan sampai amenorhea.

4. Pemeriksaan Fisik: Dilakukan mulai dari kepala sampai


ekstremitas bawah secara sistematis.
a. Kepala
1) Hygiene rambut
2) Keadaan rambut
b. Mata
1) Sklera: ikterik/tidak
2) Konjungtiva: anemis/tidak
3) Mata: simetris/tidak
c. Leher
1) Pembengkakan kelenjer tyroid
2) Tekanan vena jugolaris.
d. Dada
Pernapasan
1) Jenis pernapasan
2) Bunyi napas
3) Penarikan sela iga
e. Abdomen
1) Nyeri tekan pada abdomen.
2) Teraba massa pada abdomen.
f. Ekstremitas
1) Nyeri panggul saat beraktivitas.
2) Tidak ada kelemahan.
g. Eliminasi, urinasi
1) Adanya konstipasi
2) Susah BAK
5. Data Sosial Ekonomi

Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan


berbagai tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun
sebelum menopause.

6. Data Spritual

Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan


kepercayaannya.

7. Data Psikologis

Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana


ovarium sebagai penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium
tersebut sementara pada klien dengan kista ovarium yang
ovariumnya diangkat maka hal ini akan mempengaruhi mental
klien yang ingin hamil/punya keturunan.
8. Pola kebiasaan Sehari-hari

Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam


aktivitas, dan tidur karena merasa nyeri

Pemeriksaan Penunjang
a. Data laboratorium

1) Pemeriksaan Hb

b. Ultrasonografi

1) Untuk mengetahui letak batas kista.

B. Diagnosis Keperawatan
1. Preoperasi

a. Nyeri kronis b/d ageninjuri biologi

b. Cemas b/d diagnosis dan rencana pembedahan

c. PK: perdarahan

2. Post operasi

a. Nyeri akut b/d agen injuri fisik

b. Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan

c. Defisit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)

C. Intervensi Keperawatan
Pre operasi
DIANGOSA
NO INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN TUJUAN (NOC)

1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan


Pain Management
injuri biologi keperawatan selama 3x24 jam
§  - Lakukan pengkajian nyeri secara
diharapkan nyeri pasien berkurang
komprehensif termasuk lokasi,
NOC :
karakteristik, durasi, frekuensi,
v  Pain Level, kualitas dan faktor presipitasi

v  Pain control, §  - Observasi reaksi nonverbal dari


ketidaknyamanan
v  Comfort level
§  - Gunakan teknik komunikasi
Kriteria Hasil :
terapeutik untuk mengetahui
v  - Mampu mengontrol nyeri (tahu pengalaman nyeri pasien
penyebab nyeri, mampu
§  -Kaji kultur yang mempengaruhi
menggunakan tehnik
respon nyeri
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri, §  - Evaluasi pengalaman nyeri masa
mencari
bantuan) lampau

v --Melaporkan bahwa §  - Evaluasi bersama pasien dan tim


nyeri
berkurang dengan menggunakan kesehatan lain tentang
manajemen nyeri ketidakefektifan kontrol nyeri
masa lampau
v  -Mampu mengenali nyeri (skala,
§ 
intensitas, frekuensi dan tanda - Bantu pasien dan keluarga
nyeri) untuk mencari dan menemukan
dukungan
v  - Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang §  - Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti
v  - Tanda vital dalam rentang normal
suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
§  - Kurangi faktor presipitasi nyeri

§  - Pilih dan lakukan penanganan


nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)

§  - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk


menentukan intervensi

§  - Ajarkan tentang teknik non


farmakologi

§  - Berikan analgetik untuk


mengurangi nyeri

§  - Evaluasi keefektifan kontrol


nyeri

§  - Tingkatkan istirahat

§  - Kolaborasikan dengan dokter


jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil

2. Kecemasan bd Setelah dilakukan asuhan NIC :


diagnosis dan keperawatan selama 3x 24 jam
Anxiety Reduction
pembedahan diharapakan cemasi terkontrol
(penurunan kecemasan)
NOC :
     - Gunakan pendekatan yang
v  Anxiety control menenangkan

v  Coping        - Nyatakan dengan jelas


harapan terhadap pelaku pasien
Kriteria Hasil :
       - Jelaskan semua prosedur dan
v  - Klien mampu mengidentifikasi
apa yang dirasakan selama
dan mengungkapkan gejala cemas
prosedur
v --Mengidentifikasi, mengungkapkan
        - Temani pasien untuk
dan menunjukkan tehnik untuk
mengontol cemas memberikan keamanan dan
mengurangi takut
v  - Vital sign dalam batas normal
        - Berikan informasi faktual
v  - Postur tubuh, ekspresi wajah,
mengenai diagnosis, tindakan
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
prognosis
menunjukkan berkurangnya
kecemasan         - Dorong keluarga untuk
menemani anak

       - Lakukan back / neck rub

       -   Dengarkan dengan penuh


perhatian

        - Identifikasi tingkat


kecemasan

         - Bantu pasien mengenal


situasi yang menimbulkan
kecemasan

         - Dorong pasien


untukmengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi

         - Instruksikan pasien


menggunakan teknik relaksasi

         - Berikan obat untuk


mengurangi kecemasan

3. PK: Perdarahan Setelah dilakukan asuhan        - Monitor tanda-tanda


keperawatan selama 3x24 jam perdarahan gastrointestinal
diharapakan pasien menunjukkan
     - Awasi petheciae, ekimosis,
perdarahan dapat diminimalkan
perdarahan dari suatu tempat

       -   Monitor vital sign


        - Catat perubahan mental

       -   Hindari aspirin

        - Awasi HB dan factor


pembekuan

         - Berikan vitamin tambahan


dan pelunan feses
Post Operasi
DIANGOSA
NO INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN TUJUAN (NOC)

1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan


Pain Management
injuri fisik keperawatan selama 3x24
jam diharapkan nyeri §  - Lakukan pengkajian nyeri secara

pasien berkurang komprehensif termasuk lokasi,


karakteristik, durasi, frekuensi,
NOC :
kualitas dan faktor presipitasi
v  Pain Level,
§  - Observasi reaksi nonverbal dari
v  Pain control, ketidaknyamanan

v  Comfort level §  - Gunakan teknik komunikasi


terapeutik untuk mengetahui
Kriteria Hasil :
pengalaman nyeri pasien
v  - Mampu mengontrol nyeri
§  - Kaji kultur yang mempengaruhi
(tahu penyebab nyeri,
respon nyeri
mampu menggunakan
tehnik §  - Evaluasi pengalaman nyeri masa
nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri, lampau
mencari bantuan)
§  - Evaluasi bersama pasien dan tim
v  - Melaporkan bahwa nyeri kesehatan lain tentang
berkurang dengan ketidakefektifan kontrol nyeri
menggunakan manajemen masa lampau
nyeri
§  - Bantu pasien dan keluarga untuk
v  - Mampu mengenali nyeri mencari dan menemukan
(skala, intensitas, frekuensi dukungan
dan tanda nyeri)
§  - Kontrol lingkungan yang dapat
v  - Menyatakan rasa nyaman mempengaruhi nyeri seperti
setelah nyeri berkurang suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
v  - Tanda vital dalam rentang
normal §  - Kurangi faktor presipitasi nyeri

§  - Pilih dan lakukan penanganan


nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)

§  - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk


menentukan intervensi

§  - Ajarkan tentang teknik non


farmakologi

§  - Berikan analgetik untuk


mengurangi nyeri

§  - Evaluasi keefektifan kontrol


nyeri

§  - Tingkatkan istirahat

§  - Kolaborasikan dengan dokter


jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil

2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan Infection Control (Kontrol


penurunan keperawatan selama 3x 24 infeksi)
pertahanan primer jam diharapakan infeksi
        - Bersihkan lingkungan setelah
terkontrol
dipakai pasien lain
NOC :
        - Pertahankan teknik isolasi
v  Immune Status
        - Batasi pengunjung bila perlu
v  Knowledge : Infection
        - Instruksikan pada
control
v  Risk control pengunjung untuk mencuci
tangan saat berkunjung dan
Kriteria Hasil :
setelah berkunjung
v  - Klien bebas dari tanda dan meninggalkan pasien
gejala infeksi
        - Gunakan sabun antimikrobia
v  - Mendeskripsikan proses untuk cuci tangan
penularan penyakit, factor
        - Cuci tangan setiap sebelum
yang mempengaruhi
dan sesudah tindakan kperawtan
penularan serta
penatalaksanaannya,         - Gunakan baju, sarung tangan
sebagai alat pelindung
v  - Menunjukkan kemampuan
untuk mencegah timbulnya        - Pertahankan lingkungan
infeksi aseptik selama pemasangan alat

v  - Jumlah leukosit dalam        - Ganti letak IV perifer dan


batas normal line central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
v  - Menunjukkan perilaku
hidup sehat         - Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing

       -  Tingktkan intake nutrisi

        - Berikan terapi antibiotik bila


perlu

Infection Protection (proteksi


terhadap infeksi)

        - Monitor tanda dan gejala


infeksi sistemik dan lokal

        - Monitor hitung granulosit,


WBC

        - Monitor kerentanan terhadap


infeksi

        - Batasi pengunjung

        - Saring pengunjung terhadap


penyakit menular

        - Partahankan teknik aspesis


pada pasien yang beresiko

      -    Pertahankan teknik isolasi


k/p

        - Berikan perawatan kuliat


pada area epidema

        - Inspeksi kulit dan membran


mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase

       -   Ispeksi kondisi luka / insisi


bedah

         - Dorong masukkan nutrisi


yang cukup

        - Dorong masukan cairan

         - Dorong istirahat

        - Instruksikan pasien untuk


minum antibiotik sesuai resep

        - Ajarkan pasien dan keluarga


tanda dan gejala infeksi

       - Ajarkan cara menghindari


infeksi

        - Laporkan kecurigaan infeksi

        - Laporkan kultur positif

3. Defisit perawatan Setelah dilakukan asuhan Personal hyegene managemen


diri b.d imobilitas keperawatan selama 3x24
        - Kaji keterbatasan pasien
(nyeri pembedahan) jam diharapakan pasien
dalam perawatan diri
menunjukkan kebersihan
diri        -   Berikan kenyamanan pada
pasien dengan membersihkan
NOC :
tubuh pasien (oral,tubuh,genital)
v  Kowlwdge : disease process
        - Ajarkan kepada pasien
v  Kowledge : health Behavior pentingnya menjaga kebersihan
diri
Kriteria Hasil :
         - Ajarkan kepada keluarga
v  - Pasien bebas dari bau
pasien dalam menjaga
v  - Pasien tampak kebersihan pasien
menunjukkan kebersihan

v  - Pasien nyaman

Referensi :
Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of America:
Mosby.Meidian, JM. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America: Mosby.
BAB III

KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN

Pada tanggal 20 April 2021 Ny. R dengan umur 38 datang ke poli RSUD Labuang Baji dengan
keluhan nyeri pada perut sejak 3 bulan yang lalu dan klien tampak lemas karena pendarahan yang tidak
biasa saat menstruasi. Klien mengatakan merasakan nyeri saat beraktifitas.. Klien juga mengeluh tidak
nafsu makan karena perut terasa penuh dan mengatakan hanya makan sekali sehari sejak 2 minggu terakhir
sehingga klien mengalami penurunan berat badan yg awalnya 71kg menjadi 59kg. Klien mengalami siklus
menstruasi yang tidak teratur sejak usia sekolah. Dari data keluarga didapatkan Ny. R menikah dengan Tn.
J sejak 18 tahun yang lalu. Pernikahan tersebut adalah pernikahan pertama Ny. R hingga sekarang. Ny. R
dan Tn. J dikaruniai seorang anak laki-laki yang sekarang sudah berumur 15 Tahun. Saat melakukan
pengkajian didapati hasil pemeriksaan tanda-tanda vital TD 130/80mmHg , N : 85x/menit, RR : 20x/menit,
S : 36oC, keadaan klien tampak compos mentis dan skala nyeri 7. Pada hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan kadar hemoglobin 10,8 g/dL, hematokrit 35%, , kadar leukosit Meningkat (19,0x103/mm3) dan
trombosit 212 x103/mm3 dan hasil USG didapatkan gambaranadanya pembesaran uterusdan adanyakista
didaerah ovarium.

Nama mahasiswa: Tanggal pengkajian : 20, april 2021

Nim : Ruangan/RS : labuang baji

I. Data umum klien


No. Reg :

Inisial : Ny. R

Alamat :

Tgl masuk RS : 20, April 2021

Tgl pengkajian :

Tindakan medis :

II. Masalah utama


Keluhan utama : nyeri, kurang nafsu makan

Riwayat keluhan utama

mulai timbulnya : sejak tanggal 20 klien mengatakan nyeri pada perut sejak 3 bulan yang lalu. Dan
klien mengatakan tidak nafsu makan karna perut terasa penuh.

sifat keluhan : lemas

lokasi keluhan :

faktor pencetus :

keluhan lain :

pengaruh keluhan terhadap aktivitas/fungsi tubuh :

usaha klien untuk mengatasinya :

III. Pengkajian Fisik


Seksualitas

Subyektif :

Usia menarche tahun

Siklus haid hari

Durasi haid hari

Dismenorea Polimenorea Olig omenorea

Menometroragie Amenorea

Rabas pervagina : warna :

Jumlah :

Berapa lama :

Metode kontrasepsi terakhir :

Status obstetri : G : P : A :

Riwayat persalinan :

Term penuh : Prematur :

Multiple :

Riwayat persalinan terakhir :

Tahun : tempat :

Lama gestasi : lama persalinan :

Jenis persalinan :

Berat badan bayi gr

Komplikasi maternal/bayi :
Obyektif :

PAP smear terakhir (tgl dan hasil) :

Tes serologi (tgl dan hasil) :

Makanan dan Cairan

Subyektif :

Masukan oral 4 jam terakhir :

Mual /muntah Hilang nafsu Masalah mengunyah Pola



makan : makan/ iya

Frekuesi x/hari

Konsumsi cairan/hari

Obyektif :

BB 59kg

TB cm

Turgor kulit :

Membran mukosa mulut :

Kebutuhan cairan :

Pemeriksaan Hb, Ht (Tgl dan hasil) :

Eliminasi

Subyektif :

Frekuensi Defekasi :

Penggunaan Laksatif :
Waktu Defekasi terakhir :

Frekuensi berkemih :

Karakter urine :

Nyeri/rasa terbakar/kesulitan berkemih : klien mengatakan nyeri menetap disertai rasa agak gatal

Riwayat penyakit ginjal :

Penyakit kandung kemih :

Penggunaan Diuretik :

Obyektif :

Pemasangan kateter :

Bising usus :

Karakter urine :

Konsistensi feces :

Warna Feces :

Haemoroid:

Palpasi Kandung kemih (teraba/tidak teraba) :

Aktivitas/istirahat

Subyektif :

Pekerjaan :

Hobby :

Tidur malam (jam) :

Tidur siang (jam) :


Obyektif :

Status neurologis :

GCS :

Pengkajian Neuromuskuler :

Muscle Stretch refleks (Bisep/trisep/brachioradialis/patela/axiles) :

Rentang pergerakan sendi (ROM) :

Derajat kekuatan otot :

Kuku (warna) :

Tekstur :

Membran Mukosa :

Konjungtiv:

Sklera :

Hygiene

Subyektif :

Kebersihan rambut (frekuensi) :

Kebersihan badan :

Kebersihan gigi/mulut :

Kebersihan kuku tangan dan kaki :

Objektif :
Cara berpakaian :

Kondisi kulit kepala :

Sirkulasi

Subyektif

Riwayat penyakit jantung :

Riwayat demam reumatik :

Obyektif :

Tekanan darah : 130/80mmHg

Nadi : 85x/mnt

Distensi vena jugularis (ada/tidak ada) : tidak ada

Bunyi jantung :

Frekuensi :

Irama (teratur/tidak teratur) :

Kualitas (kuat/lemah/Rub/Murmur) :

Ektremitas :

Suhu (hangat/akral dingin) : 36’C

CRT :

Varises (ada/tidak ada) : CRT : Tidak ada

Nyeri/ketidaknyamanan

Subyektif :

Lokasi :
Intensitas (skala 0-10): 7

Frekuensi :

Durasi :

Faktor pencetus :

Cara mengatasi :

Faktor yang berhubungan :

Objektif :

Wajah meringis

Melindungi area yang sakit

Fokus menyempit

Pernafasan

Subyektif :

Dispnoe Batuk/sputum Riwayat Bronkhitis

Asma Tuberkulosis Emfisema

Pneumonia berulang Perokok, lamanya tahun

Penggunaan alat bantu pernafasan (O2) L/menit

Obyektif :

Frekuensi x/menit

Irama : Eupnoe Tachipnoe Bradipnoe

Apnoe Hiperventilasi Cheynestokes

Kusmaul Biots
Bunyi nafas Bronchovesikuler Vesikuler Bronchial
:

Karakteristik sputum :

Hasil rontgen :

Interaksi sosial

Subyektif

Satus pernikahan : kawin

Lama pernikahan : 18tahunyanglalu

Tinggal serumah dengan : Tn. J

Obyektif

Komunikasi verbal/nonverbal dengan orang terdekat :

Integritas ego

Subyektif

Perencanaan kehamilan :

Perasaan klien/keluarga tentang penyakit :

Status hubungan :

Masalah keuangan :

Cara mengatasi stres :

Obyektif

Status emosional (cemas,apatis, dll) :

Respon fisiologis yang teramati :

Agama : Islam
Muncul perasaan (tidak berdaya, putus asa, tidak mampu) : tidak mampu

Neurosensori

Subyektif

Pusing (ada/tidak ada): pusing tidak ada

Kesemutan/kebas/kelembaban (lokasi):

Keamanan

Subyektif :

Alergi/sensitivitas :

Penyakit masa kanak-kanak :

Riwayat imunisasi :

Infeksi virus terakhir:

Binatang peliharaan dirumah :

Masalah obstetrik sebelumnya :

Jarak waktu kehamilan terakhir :

Riwayat kecelakaan:

Pembesaran kelenjar :

Obyektif

Integritas kulit :

Cara berjalan :

Penyuluhan/pembelajaran
Subyektif

Bahasa dominan :

Pendidikan terakhir :

Pekerjaan suami :

Faktor penyakit dari keluarga :

Sumber pendidikan tentang penyakit :

Pertimbangan rencana pulang

Tanggal informasi diambil :

Pertimbangan rencana pulang :

Tanggal perkiraan pulang :

Ketersediaan sumber kesehatan terdekat :

Pemeriksaan

diagnostik :

Terapi dan

pengobatan :

Analisa Data

No Data Etiologi Masalah keperawatan

1. DS:

- Klien mengatakan nyeri Agen pencederaan fisiologi


pada perut sejak 3 bulan
yang lalu.
- Klien mengatakan nyeri
menetap disertai rasa
agak gatal.
DO: Nyeri Akut

- Klien tampak lemas


karena pendarahan yang Nyeri Akut
tidak biasa saat
menstruasi.
2. DS:

- Klien mengatakan tidak Ketidakmampuan


nafsu makan. Mencerna Makanan
Defisit Nutrisi
DO:

Defisit Nutrisi

3 DS : Ketidakbugaran fisik Gangguan Mobilitas


fisik
- Pasien merasa sakit saat
melakukan aktifitas/
bergerak
DO : Penurunan kendali otot

- Pasien terlihat meringis


- Pasien tampak lemah

Nyeri
Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Akut b/d Agen pencederaan Fisiologi dibuktikan dengan:


DS:
- Klien mengatakan nyeri pada perut sejak 3 bulan yang lalu.
- Klien mengatakan nyeri menetap disertai rasa agak gatal.
DO:
- Klien tampak lemas karena pendarahan yang tidak biasa saat menstruasi.

2. Defisit Nutrisi b/d Ketidakmampuan mencerna makakan dibuktikan dengan:


DS:
- Klien mengatakan tidak nafsu makan.

DO:
- Klien mengalami penurunan berat badan
3. Gangguan Mobilitas fisik b/d Nyeri dibuktikan dengan :
DS :

- Pasien mengatakan merasa sakit saat melakukan aktifitas/ bergerak

DO :

- Pasien terlihat meringis


Pasien tampak lemah
A. Intervensi Keperawatan

No Diagnosis Luaran Intervensi


keperawatan
Keperawatan
1 Nyeri Akut Setelah Intervensi Utama :
berhubungan dengan dilakukan
Manajemen Nyeri
agen pencederaan tindakan selama
fisiologi, dibuktikan 1x24 jam di Observasi
dengan : harapkan nyeri
bisa teratasi -identifikasi lokasi,
DS: karateristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
- Klien
mengatakan intensitas nyeri
nyeri pada perut -identifikasi skala nyeri
sejak 3 bulan
yang lalu. -identifikasi respons
nyeri non verbal
- Klien
mengatakan -identifikasi faktor yang
nyeri menetap memperberat dan
disertai rasa memperingan nyeri
agak gatal.
DO:
- Klien tampak Terapeutik
lemas karena -Berikan teknik
pendarahan
nonfarmakologis untuk
yang tidak biasa
saat menstruasi mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur,
hangat/dingin, terapi
bermain)
-Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri(mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebiingan)
-Fasilitas istrahat dan
tidur
-Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategis
meredakan nyeri
Edukasi
-Jelaskan penyeba,
periode, dan pemicu
nyeri
-Jelaskan strategi
meredakan nyeri
-Anjurkan menonitor
nyeri secara mandiri
-Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
-Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2 Defisit Nutrisi b/d Setelah Intervensi Utama


Ketidakmampuan dilakukan
Manajemen Nutrisi
mencerna makakan intervensi
dibuktikan dengan: selama 1x24 Observasi
jam.Maka
DS:  Identifikasi status
Status Nutrisi
nutrisi
 Klien membaik
mengatakan
 Identifikasi alergi
tidak nafsu
dan intoleransi
makan.
makanan

DO:  Identifikasi
 kebutuhan kalori
dan jenis nutrient
 Monitor asupan
makanan

 Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium

Terapeutik

 Lakukan oral
hygiene sebelum
makan, jika perlu

 Sajikan makanan
secara menarik
dan suhu yang
sesuai

 Berikan makan
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi

 Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein

 Berikan suplemen
makanan, jika
perlu

Edukasi

 Anjurkan posisi
duduk, jika
mampu

Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (mis.
Pereda nyeri,
antiemetik), jika
perlu

 Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient
yang dibutuhkan,
jika perlu
3 Gangguan Mobilitas Setelah Intervensi Utama
fisik b/d Nyeri dilakukan
Dukungan mobilisasi
dibuktikan dengan : tindakan
keperawatan Observasi :
DS :
selam 3x24 jam
 Klien diharapkan
mengatakan mobilitas fisik  Identifikasi
nyeri pada perut meningkat adanya nyeri atau
sejak 3 bulan keluhan faktor
yang lalu. lainnya

 Identifkasi
 Pasien merasa
toleransi fisik
sakit saat
melakukan
melakukan
pergerakan
aktifitas/
bergerak
 Monitor frekuensi
jantung dan
DO :
tekanan darah
 Pasien terlihat sebelum memulai
meringis mobilisasi

 Pasien tampak  Monitor kondisi


lemah umum selama
melakukan
mobilisasi
Terapeutik :
 Fasilitasi aktifitas
mobilisasi dengan
alat bantu

 Fasilitasi
melakukan
pergerakan, jika
perlu

 Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan

Edukasi :
 Jelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi

 Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini

 Ajarkan
mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis. Duduk di
tempat tidur)

Implementasi dan evaluasi


HARI/TANGGAL/JAM NO.DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
Kamis, 22/04/2021 1 Manajemen Nyeri S:
 Klien mengeluh
Observasi nyeri pada perut
sejak 3 bulan yang
08.00  identifikasi lalu dan klien
lokasi, tampak lemas
karateristik, karena pendarahan
durasi, yang tidak biasa
frekuensi, saat menstruasi
kualitas, O:
intensitas  Pasien tampak
nyeri lemas
Hasil : Klien A :
mengeluh  Status nyeri pasien
nyeri pada membaik
perut sejak 3 P :
bulan yang  Lanjutkan
lalu dan klien intervensi pada hari
tampak Jum’at, 23/04/2021
lemas karena
pendarahan
yang tidak
biasa saat
menstruasi

 Identifikasi
skala nyeri
Hasil :
08.03 Skala nyeri 7

 Identifikasi
respons nyeri
non verbal
08.07 Hasil :
Klien tampak
lemas

 identifikasi
faktor yang
memperberat
dan
memperinga
08.10 n nyeri
Hasil :
Klien
mengeluh
nyeri pada
perut sejak 3
bulan yang
lalu dan klien
tampak
lemas karena
pendarahan
yang tidak
biasa saat
menstruasi.
Klien
mengatakan
nyeri
menetap
disertai rasa
agak gatal

Terapeutik

 Berikan
teknik
nonfarmakol
ogis untuk
mengurangi
rasa nyeri
(mis. TENS,
hypnosis,
08.15 akupresur,
hangat/dingi
n, terapi
bermain)
Hasil :
Pasien
merasa
nyaman
dengan
tekhnik yang
diberikan

 Kontrol
lingkungan
yang
memperberat
rasa
nyeri(mis.
Suhu
ruangan,
pencahayaan,
08.18 kebiingan)
Hasil :
Pasien
merasa
nyaman

 Fasilitas
istrahat dan
tidur
Hasil :
Pasien
merasa
nyaman
karena
mendapatkan
08.20 istirahat dan
tidur yang
baik

 Pertimbangk
an jenis dan
sumber nyeri
dalam
pemilihan
strategis
meredakan
nyeri
Hasil :
Pasien
08.22 merasa
nyaman
dengan
strategi yang
pereda nyeri
yang
diberikan

Edukasi

 Jelaskan
penyeba,
periode, dan
pemicu nyeri
Hasil :
Pasien
mengerti
penjelasan
perawat

 Jelaskan
08.24 strategi
meredakan
nyeri
Hasil :
Pasien
mengerti
bagaimana
strategi
meredakan
nyeri

08.26  Anjurkan
menonitor
nyeri secara
mandiri
Hasil :
Pasien bisa
memonitor
nyeri secara
mandiri

 Anjurkan
menggunaka
08.28 n analgetik
secara tepat
Hasil :
Pasien
mengerti
penjelasan
perawat dan
mampu
menggunaka
n analgetik
08.30 secara tepat

 Anjurkan
teknik
nonfarmakol
ogis untuk
mengurangi
rasa nyer
Hasil :
Pasien
mengerti
penjelasan
perawat

Kolaborasi

08.32  Kolaborasi
pemberian
analgetik,
jika perlu
Hasil :
Pasien
diberikan
analgetik

08.40
Jum’at,23/04/2021 2 Manajemen S:
Nutrisi  Pasien mengalami
penurunan berat
08.00 Observasi badan
O:
 Identifikasi  Nafsu makan
status nutrisi pasien menurun
Hasil : A:
Klien  Status nutrisi pasien
mengeluh meningkat
tidak nafsu P :
 Lanjutkan
makan
intervensi pada hari
karena perut Sabtu, 24/04/2021
terasa penuh
dan
mengatakan
hanya makan
sekali sehari
sejak 2
minggu
terakhir
sehingga
klien
mengalami
penurunan
berat badan
yg awalnya
71kg menjadi
59kg

 Identifikasi
alergi dan
intoleransi
makanan
08.02
Hasil :
Pasien tidak
memiliki
alergi

 Identifikasi
kebutuhan
kalori dan
jenis nutrient
Hasil :
08.04
Pasien butuh
makanan
tinggi kalori
dan proten

 Monitor
asupan
makanan
Hasil :
Nafsu makan
pasien
menurun

 Monitor hasil
08.06
pemeriksaan
laboratorium
Hasil :
Pada hasil
pemeriksaan
laboratorium
didapatka
kadar
08.08
hemoglobin
10,8 g/dL,
hematokrit
35%, , kadar
leukosit
meningkat
(19,0x103/m
m3) dan
trombosit
212
x103/mm3

Terapeutik

 Lakukan oral
hygiene
sebelum
makan, jika
perlu
Hasil :
Pasien
melakukan
oral hygiene
sebelum
makan

 Sajikan
makanan
08.10 secara
menarik dan
suhu yang
sesuai
Hasil :
Nafsun
makan
pasien
meningkat

 Berikan
makan tinggi
serat untuk
mencegah
konstipasi
08.12 Hasil :
Pasien
makan
makanan
tinggi serat

 Berikan
makanan
tinggi kalori
dan tinggi
protein
Hasil :
Pasien
08.14
makan
makanan
tinggi kalori
dan protein

 Berikan
suplemen
makanan,
jika perlu
Hasil :
Nafsu makan
pasien
08.16 membaik

Edukasi

 Anjurkan
posisi duduk,
jika mampu
Hasil :
Klien
melalukan
posisi duduk
sesuai yang
dianjurkan

08.20
Kolaborasi

 Kolaborasi
pemberian
medikasi
sebelum
makan (mis.
Pereda nyeri,
antiemetik),
jika perlu
08.22 Hasil :
Pasien
mengonsums
i pereda
nyeri

 Kolaborasi
dengan ahli
gizi untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan,ji
ka perlu
08.26 Hasil :
Jumlah
kalori dan
nutrient
pasien
terpenuhi
sesuai yang
dibutuhkan

08.28

Sabtu,24/04/2021 3 Dukungan S:
mobilisasi  Pasien merasa sakit
saat melakukan
Observasi : aktifitas/ bergerak
08.00 O:
 Pasien tampak
 Identifikasi meringis
adanya nyeri A :
 Pasien merasa
atau keluhan
mobilisasinya
faktor
membaik
lainnya P:
Hasil :  Intervensi
Klien dihentikan
mengeluh
nyeri pada
perut sejak 3
bulan yang
lalu dan klien
tampak
lemas karena
pendarahan
yang tidak
biasa saat
menstruasi

 Identifkasi
08.02 toleransi fisik
melakukan
pergerakan
Hasil :
Pasien
merasa sakit
saat
melakukan
aktifitas/
bergerak

 Monitor
frekuensi
jantung dan
08.06
tekanan
darah
sebelum
memulai
mobilisasi
Hasil :
Tekanan
darah pasien
130/80mmH
g

 Monitor
kondisi
umum
08.08 selama
melakukan
mobilisasi
Hasil :
Klien tampak
meringis

Terapeutik :
 Fasilitasi
aktifitas
mobilisasi
08.10
dengan alat
bantu
Hasil :
Mobilisasi
pasien
terbantu

 Fasilitasi
melakukan
pergerakan,
08.14
jika perlu
Hasil :
Pasien mau
melakukan
pergerakan

 Libatkan
keluarga
untuk
membantu
08.16 pasien dalam
meningkatka
n pergerakan
Hasil :
Pasien
dibantu
keluarga
melakukan
pergerakan

Edukasi :
 Jelaskan
tujuan dan
prosedur
mobilisasi
Hasil :
Pasien
mengerti
08.20
penjelasan
perawat

 Anjurkan
melakukan
mobilisasi
dini
Hasil :
Pasien mau
melakukan
mobilisasi
08.22 dini

 Ajarkan
mobilisasi
sederhana
yang harus
dilakukan
(mis. Duduk
di tempat
08.24 tidur)
Hasil :
Pasien
melakukan
mobilisasi di
tempat tidur
BAB IV
PENUTUP

1. KESIMPULAN

Setelah dilakukan pendekatan analisis isi dapat disimpulkan bahwa ovarian cysts dapat terjadi
pada wanita usia reproduksi, baik menikah atau belum menikah, dikarenakan faktor hormonal.
Ada penderita kist ayang simtomatis dan asimtomatis. Pada beberapa kista asimtomatis dapat
menjadi berbahaya ketika telah menjadi multilokuler (dapat membesar) dan berkemungkinan
terjadi torsi. Ia akan menimbulkan nyeri hebat yang bisa mengancam nyawa. Oleh karena itu,
penanganan kista telah melebihi 5cm (atau sesuai standar dokter) dianjurkan untuk diangkat
(kistektomi).

Dalam hal pencegahan dan penanganan kista ovarium ditinjau dari pola makan pasien,
disimpulkan bahwa pola makan yang sehat berpengaruh terhadap kesehatan alat reproduksi
wanita, salah satunya sebagai pencegahan dan terapi kista ovarium.

2. SARAN
Ovarium adalah harta paling berharga dari setiap wanita. Oleh karena itu, merupakan tanggung
jawab setiap wanita untuk menjaga kesehatan alat reproduksinya demi melanjutkan
keturunannya. Pasien (wanita dengan kista) maupun wanita normal (tidak memiliki kista)
dianjurkan memiliki pola makan yang sehat. Contoh pola makan yang dimaksud adalah dengan
memiliki porsi sayur dan buah yang lebih banyak daripada karbohidrat, minum air yang cukup,
menghindari lemak jenuh, dan lain-lain. Penulis juga menyarankan agar ada penelitian lebih
lanjut untuk mengetahui secara lebih detail dan pasti “Pola Makan yang Baik bagi Penderita
Ovarian Cysts”.

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, Prasanti. (2016). HUBUNGAN PARITAS DAN USIA IBU DENGAN KISTA
OVARIUM DI RSUD dr. R. GOETENG TARUNADIBRATA PURBALINGGA. Bidan Prada:
Jurnal Publikasi Kebidanan, Vol. 9 No. 1 Edisi Juni 2018, hlm. 57- 66

Anwar M, et al. (2011). Ilmu Kandungan Edisi ke-3. Jakarta:Bina Pustaka. Sarwono
Prawiroharjo.

B.L. Hoffman, et.al., (ed). William’s Gynecology Textbook. Mc Graw Hill, New York, 3rd ed.,
2014

H.S. Abduljabbar, dkk., Saudi Medical Journal, 2015, 36(7), 834-38. Tersedia pada
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4503903/pdf/SaudiMedJ-36-834.pdf

Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America: Mosby.
M. Grabosch, Ovarian Cysts, , 2017.

M.G. Muto, Patient Education: Ovarian Cysts (Beyond the Basics), , 2015.

Meidian, JM. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America: Mosby.

Nugroho, Taufan. 2014.Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.Yogyakarta: Nuha Medika


PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan

Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. Green top Guideline No.34: The
Management of Ovarian Cysts in Postmenopausal Women. London: RCOG; 2016.

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Setyorini, Aniek. 2014. Kesehatan Reproduksi & Pelayanan Keluarga Berencana. Bogor: IN
MEDIA
Susiyanto Azib. 2016. Hijama or Oxidant Drainage Therapy. Depok: Gema Insani

Wisyastuti, Galuh. (2019). FAKTOR RISIKO KEJADIAN KISTA OVARIUM DI RUMAH


SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU. Perpustakaan fakultas kedokteran Universitas Tadulako,
038, 4–7.

Women and Newborn Health Service King Edward Memorial Hospital. Clinical Guideline:
Ovarian Cyst Accidents. Perth: OGCCU; 2017.

You might also like