Professional Documents
Culture Documents
php/jett
Journal of Event, Travel and Tour Management
Volume x Number x, xxxx:1-15
DOI: 10.34013/jett.v1i2.xx
Abstract
Tourism has a strong relationship with education, Frechtling (1994) explains that educational
tourism is part of special interest tourism, where special interest tourism is a general term for
tourists who want to take a vacation but have certain interests such as history, art, hobbies, sports,
outdoor activities, and including education. Jakarta has a community that introduces the historical
side of Jakarta called The Jakarta Good Guide. This community is a group of tour guides licensed by
the Indonesian Tour Guide Association (HPI) who package various type Walking Tour activity
programs with a payment system called “pay as you wish”. The purpose of this research is to
explore further how Walking Tour activities with the Jakarta Good Guide community can contribute
to developing educational tourism (Edu Tourism) by collaborating with educational institutions.
This research is a descriptive research with a qualitative approach which is analyzed by the results
of observation, literature study and interviews. The results of this study are to explain the role of
The Jakarta Good Guide community in developing educational tourism through Walking Tour
activities. JGG opens opportunities for collaboration with educational institutions of all levels and is
open to coordinating with each other to develop the expected educational tourism model. Walking
Tour is not only for foreign tourists, but also for all tourists who want to learn to get to know a
tourist destination more closely, especially in the city of Jakarta.
Abstrak
Pariwisata memiliki hubungan yang sangat kuat dengan Pendidikan, Frechtling (1994) menjelaskan
bahwa wisata edukasi merupakan bagian dari wisata minat khusus, dimana wisata minat khusus
merupakan istilah umum bagi wisatawan yang ingin berlibur namun memiliki minat-minat tertentu
seperti sejarah, seni, kegemaran, olah raga, kegiatan alam terbuka, dan termasuk pendidikan. Jakarta
memiliki sebuah komunitas yang memperkenalkan sisi historis Jakarta bernama Jakarta Good Guide.
Komunitas ini merupakan sekumpulan tour guide berlisensi Himpunan Pramuwisata Indonesia
(HPI) yang mengemas berbagai program kegiatan Walking Tour dengan sistem pembayaran pay as
you wish. Tujuan dari penelitian ini adalah menggali lebih jauh bagaimana kegiatan Walking Tour
bersama komunitas Jakarta Good Guide dapat berkontribusi dalam mengembangkan wisata edukasi
(Edu Tourism) dengan bekerjasama dengan institusi pendidikan. Penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang dianalisa dengan hasil dari observasi, studi pustaka
dan wawancara. Hasil dari penelitian ini adalah menjelaskan peran komunitas Jakarta Good Guide
dalam pengembangan wisata edukasi melalui kegiatan Walking Tour. JGG membuka peluang
kerjasama dengan institusi pendidikan dari semua jenjang dan terbuka untuk saling berkoordinasi
menyusun model wisata edukasi yang diharapkan. Walking Tour tidak hanya untuk wisatawan asing,
namun juga untuk seluruh wisatawan yang ingin belajar mengenal lebih dekat suatu destinasi wisata
khususnya di Kota Jakarta.
Kata kunci : Jakarta Good Guide, Wisata Edukasi, Tur Jalan Kaki
Peran komunitas Jakarta Good Guide dalam pengembangan wisata edukasi melalui kegiatan Walking Tour
Rina Anjarwati
A. PENDAHULUAN/INTRODUCTION
Kegiatan pariwisata merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang atau sekelompok
orang mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam waktu sementara. Sektor
pariwisata mulai menggeliat kembali setelah diterpa pandemi selama dua tahun terakhir
dirancang untuk dapat berkolaborasi dengan sektor lain agar bisa saling terintegrasi untuk
menumbuhkan kembali sektor pariwisata. Dalam Pariwisata memiliki hubungan yang sangat kuat
dengan Pendidikan, Frechtling (1994) menjelaskan bahwa wisata edukasi merupakan bagian dari
wisata minat khusus, di mana wisata minat khusus merupakan istilah umum bagi wisatawan yang
ingin berlibur namun memiliki minat-minat tertentu seperti sejarah, seni, kegemaran, olah raga,
kegiatan alam terbuka, dan termasuk pendidikan. Hal ini merupakan salah satu segmentasi pasar
pariwisata yang berkembang pesat sekarang ini.
Jakarta sebagai ibukota negara, kota metropolitan dengan banyaknya gedung-gedung
pencakar langit, pusat perbelanjaan, dan memiliki paling banyak museum juga merupakan sebuah
kota yang menyimpan sejarah bangsa Indonesia. Peninggalan sejarah masa lalu sebagai bangsa
yang pernah dijajah oleh Belanda meninggalkan warisan bangunan-bangunan bersejarah. Salah
satu daerah tujuan wisata di Jakarta yang mempunyai daya tarik bangunan peninggalan sejarah
adalah kawasan Kota Tua. Untuk melestarikan sejarah masa lalu dan menarik wisatawan di
kawasan kota tua memiliki komunitas tour guide yaitu Jakarta Good Guide.
Jakarta Good Guide (JGG) merupakan sekumpulan tour guide berlisensi Himpunan
Pramuwisata Indonesia (HPI) yang mengemas berbagai program kegiatan Walking Tour dengan
sistem pembayaran pay as you wish yaitu pembayaran dengan nominal berapapun yang
diinginkan oleh peserta tour. JGG memiliki berbagai rute walking tour yang berdurasi selama dua
jam. Sejak Tahun 2014, JGG sudah banyak mengenalkan daya tarik wisata Kota Tua Jakarta ke
para wisatawan mancanegara dan juga domestik. Wisatawan yang mengikuti walking tour ini
setiap tahunnya semakin bertambah. Jumlah wisatawan yang mengikuti Walking Tour Kota Tua,
Jakarta dari Tahun 2014 misalnya ada 200 wisatawan, Tahun 2015 diikuti 350 wisatawan, dan
Tahun 2016 meningkat menjadi 600 wisatawan (Sumber : Jakarta Good Guide, 2016).
Edu-Tourism atau Pariwisata Pendidikan dimaksudkan sebagai suatu program di mana
peserta kegiatan wisata melakukan perjalanan wisata pada suatu tempat tertentu dalam suatu
kelompok dengan tujuan utama mendapatkan pengalaman belajar secara langsung terkait dengan
lokasi yang dikunjungi (Rirey, 1998). Program Pariwisata Pendidikan dapat berupa ekowisata
(ecotourism), wisata warisan (heritage tourism), wisata pedesaan / pertanian (rural/farm
tourism), wisata komunitas (community tourism) dan pertukaran siswa antar institusi pendidikan
(student exchanges).
Sekolah sebagai institusi dibidang pendidikan diharapkan dapat menginisiasi program
bersama komunitas Jakarta Good Guide untuk secara regular mengadakan kegiatan walking tour
guna mencapai pembelajaran yang menyenangkan. Konsep Pariwisata berbasis edukasi berperan
sebagai sarana peningkatan standar akademik (Smith, 2013). Salah satu pendorong munculnya
konsep wisata edukasi adalah kejenuhan metode pembelajaran dalam ruangan yang kaku dan
formal. Pariwisata dan edukasi sendiri dapat didefinisikan sebagai kegiatan wisata yang
dilakukan oleh wisatawan dengan motivasi primer atau sekunder mereka untuk mendapatkan
edukasi dan pembelajaran, seperti study tour ke sekolah atau universitas, pertukaran pelajar, di
mana dapat dilakukan oleh individu atau grup yang diorganisir (Ritchie, 2003).
Berdasarkan paparan tersebut, tujuan dari penulisan ini adalah menggali lebih jauh bagaimana
kegiatan walking tour dapat menjadi opsi atau pilihan untuk mengembangkan pariwisata berbasis
2│ Journal of Event, Travel, and Tour Management, Volume 1 Number 1, 2021: 1-9ISSN 0000-0
Peran komunitas Jakarta Good Guide dalam pengembangan wisata edukasi melalui kegiatan Walking Tour
Rina Anjarwati
edukasi dengan melibatkan sekolah agar bekerjasama dengan komunitas Jakarta Good Guide untuk
mencapai tujuan guna meningkatkan standar akademik. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi pengembangan Ilmu Pariwisata & Dunia Pendidikan, khususnya tentang konsep
Community Based Tourism & Edu Tourism melalui kegiatan Walking Tour sebagai salah satu aktivitas
yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan standar akademik.
Walking Tour
Salah satu cara terbaik untuk mengeksplorasi kota Jakarta adalah dengan berjalan kaki.
Tur berjalan kaki atau yang lebih dikenal dengan sebutan Walking Tour memang belum cukup
popular di Indonesia, tidak seperti di luar negeri yang sudah terbiasa dengan aktivitas “free
walking tour”. Kegiatan walking tour merupakan aktivitas mengunjungi suatu objek wisata di
mana seorang pemandu yang berpengetahuan luas memimpin sekelompok kecil orang yang
melintasi ke berbagai sudut area kota yang menarik secara historis atau budaya, dan memberikan
informasi latar belakang atau konteks sejarah tentang pemandangan yang sedang dilihat. Salah
satu bagian dari kegiatan Walking tour dapat diwujudkan dengan kegiatan wisata ke tempat
bersejarah, monumen, dan tempat budaya yang dilakukan dengan berjalan kaki dan hanya
dilakukan selama beberapa jam saja.
Kegiatan walking tour memiliki beberapa keunggulan yaitu mudah diorganisir, persiapan
pra tur tidak banyak. Hemat biaya, pihak JGG tidak mematok biaya tertentu. Mereka menerapkan
sistem pay as you wish yaitu memberikan bayaran sesuai dengan kepuasan dari masing-masing
peserta tour. Tingkat kepuasan cukup tinggi, wisatawan dapat melihat lebih dekat tempat-tempat
yang dilewati dan dikunjungi. Namun juga kegiatan walking tour memiliki beberapa kelemahan
seperti kendala cuaca, kondisi cuaca menjadi hal yang cukup mengganggu kenyamanan, terutama
jika sedang musim hujan. Kondisi lalu lintas, kebisingan, polusi, dan rawan kriminalitas yang
mungkin akan dirasakan oleh wisatawan saat mengikuti walking tour khususnya di wilayah
perkotaan.
4│ Journal of Event, Travel, and Tour Management, Volume 1 Number 1, 2021: 1-9ISSN 0000-0
Peran komunitas Jakarta Good Guide dalam pengembangan wisata edukasi melalui kegiatan Walking Tour
Rina Anjarwati
Penelitian sebelumnya
Penelitian-penelitian sebelumnya terkait komunitas Jakarta Good Guide belum banyak dibahas
dalam jurnal penelitian. Salah satu penelitian dari Reni Hidayat & Jaya Purnawijaya (2017) dengan judul
Strategi komunikasi Jakarta Good Guide dalam meningkatkan Awareness Publik terhadap daya tarik
wisata kota tua Jakarta yaitu menganalisis tentang strategi komunikasi komunitas dalam upaya
meningkatkan daya tarik wisata kota tua kepada publik. Penelitian lainnya dari Deivy Zulyanti Nasution,
Rina Fitriana, dan Opalma Siahaan (2019) tentang The Impact of Jakarta Good Guide Service Quality
Towards the Satisfaction of Jakarta Walking Tour Tourist ini juga membahas tentang pengaruh dari
kualitas pelayanan terhadap kepuasan wisatawan mengikuti kegiatan Walking Tour. Sedangkan
penelitian dari Riky Ramadani Prabowo (2022) membahas tentang Implementasi dari 4C (Context,
Communication, Collaboration, and Connection) dalam memandu virtual tour studi kasus pada komunitas
Jakarta Good Guide. Penelitian-penelitian tersebut lebih banyak menjabarkan dari sisi Ilmu Komunikasi,
belum ada penelitian yang lebih mendalam tentang Peran komunitas Jakarta Good Guide dalam
mengembangkan wisata edukasi melalui kegiatan Walking Tour. Dalam penelitian ini peneliti ingin
melihat dari sudut pandang dari ilmu Kepariwisataan & Pendidikan. Sehingga menurut peneliti topik ini
cukup menarik untuk diangkat dan diteliti lebih dalam.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Salah satu karakterisktik penelitian kualitatif adalah deskriptif dimana data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka karena menerapkan metode kualitatif.
Semua data yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti. Melalui
metode penelitian ini, peneliti akan memberikan gambaran terhadap keadaan serta fenomena
suatu objek yang diteliti secara mendalam dengan melakukan wawancara. Metode penelitian
kualitatif sering disebut juga sebagai metode penelitian naturalistik, karena penelitiannya bersifat
alamiah. Sebelumnya metode ini sering digunakan untuk penelitian di bidang antropologi budaya,
sehingga disebut sebagai metode etnografi. Penelitian ini dilakukan pada objek yang alamiah,
dimana tidak direkayasa ataupun dimanipulasi oleh peneliti sendiri, dan kehadiran peneliti juga
tidak mempengaruhi dinamika pada objek tersebut.
Objek dalam penelitian ini yaitu komunitas Jakarta Good Guide dengan memfokuskan
kepada Peran komunitas Jakarta Good Guide dalam pengembangan wisata edukasi melalui
kegiatan walking tour. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan melakukan
wawancara, observasi, dan mengumpulkan data dokumentasi di lapangan, Sumber data diambil
dari jenis data primer dan data sekunder yang dikumpulkan. Data primer disini adalah data yang
diperoleh peneliti secara langsung dari narasumber sebagai informan yang berhubungan dengan
fokus penelitian, sedangkan data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain,
bukan oleh peneliti sendiri untuk tujuan lain, sehingga peneliti hanya sekedar mencatat,
mengakses, atau meminta data tersebut ke pihak lain yang telah mengumpulkannya di lapangan
(Istijanto, 2009). Guna mendapatkan data informasi yang akurat, maka dalam penelitian ini
peneliti memilih informan yang dianggap mampu memberikan jawaban atas permasalahan
penelitian. Oleh karena itu, peneliti mewawancarai 2 orang informan dalam penelitian ini yaitu :
Founder & Senior tour guide dari Jakarta Good Guide.
Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data kualitatif. Pada saat wawancara,
peneliti sudah mulai menganalisis jawaban yang dilontarkan oleh narasumber. Jika jawaban
narasumber kurang memuaskan, maka peneliti tetap akan memberikan pertanyaan kembali
sampai pada tahap tertentu dimana peneliti mendapatkan jawaban yang kredibel dari
narasumber (Sugiyono, 2013: 246).
6│ Journal of Event, Travel, and Tour Management, Volume 1 Number 1, 2021: 1-9ISSN 0000-0
Peran komunitas Jakarta Good Guide dalam pengembangan wisata edukasi melalui kegiatan Walking Tour
Rina Anjarwati
tertentu dalam suatu kelompok dengan tujuan utama mendapatkan pengalaman belajar
secara langsung terkait dengan lokasi yang dikunjungi (Rodger:1998).
JGG sudah pernah menjalankan walking tour dengan berbagai institusi pendidikan dari
semua jenjang baik sekolah formal, homeschooling, maupun kampus, terutama institusi
pendidikan yang memiliki jurusan Pariwisata. Adapun rute yang paling diminati oleh institusi
pendidikan adalah adalah rute Kota Tua, karena Kota Tua sendiri sudah menjadi destinasi wisata.
Banyaknya gedung-gedung bersejarah peninggalan Belanda seperti Museum Sejarah Jakarta,
Museum Keramik, Museum Bank Indonesia, dan lain sebagainya menjadi daya tarik utama serta
mengenalkan sisi historis kota Jakarta. Namun tidak menutup kemungkinan untuk rute-rute
lainnya seperti kawasan China Town, City Centre meliputi Jl Sudirman - MH Thamrin, Cikini, Pasar
Baru tetap menarik dan bisa dirancang untuk kegiatan walking tour.
Sekolah dan JGG bisa meluaskan kerjasama dengan membuat MOU dengan institusi
pendidikan dalam mengembangkan wisata edukasi melalui kegiatan walking tour. JGG tidak
mematok syarat tertentu untuk semua kegiatan walking tour. Semua permintaan akan
dibicarakan bersama baik pemilihan rute, pembagian peserta, isi kegiatan yang diharapkan, dan
biaya / budget yang dialokasikan.
Salah satu institusi pendidikan yang pernah bekerjasama dengan JGG dalam program
Walking Tour adalah SMK Negeri 57 Jakarta. SMK N 57 Jakarta merupakan salah satu SMK dengan
bidang keahlian Pariwisata yang ada di Jakarta. Menurut Farid selaku salah satu Founder JGG, saat
itu JGG hadir diundang oleh pihak sekolah diawali dengan mengisi materi sebagai guru tamu
menjelaskan tentang konsep walking tour kepada siswa-siswi SMK N 57 Jakarta. Kemudian
setelah mengisi materi tentang konsep walking tour, siswa-siswi diharuskan untuk praktik
memandu walking tour dengan rute di sekitar wilayah sekolah. Tidak hanya demikian, JGG juga
membuka kesempatan terbuka bagi siswa-siswi SMK Pariwisata yang ingin melakukan kegiatan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) sebagai tour guide pada masa liburan sekolah.
Dalam wawancara dengan salah satu tour guide yang telah cukup lama bergabung di JGG,
banyak suka dan duka ketika sedang mendampingi turis walking tour. Terlebih jika para peserta
tour masih terlalu belia contohnya siswa siswi Sekolah Dasar. Cindy pernah merasakan ketika
mendampingi anak-anak sekolah dasar berkunjung ke Museum Nasional dan mengikuti walking
tour menyusuri Jalan Medan Merdeka hingga ke restoran es krim ragusa. Banyak suka dan duka
ketika menjadi seorang tour guide, namun lebih banyak hal menarik yang terkenang. Melihat
excitement atau antusias orang-orang mendengarkan sisi lain dari suatu lokasi yang dilintasi dan
mungkin saja belum pernah didengar sebelumnya. Salah satu hal penting yang disampaikan
adalah bagaimana peran tour guide harus mampu memberikan informasi semudah dan semenarik
mungkin agar audiens dapat memahami isi dari materi yang disampaikan.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dari observasi dan wawancara, peneliti menarik
kesimpulan bahwa Jakarta Good Guide turut andil berperan dalam proses pengembangan wisata
edukasi guna meningkatkan standar akademik. JGG dan institusi pendidikan dapat melakukan
kerjasama untuk menjadikan aktivitas wisata edukasi dengan model walking tour menjadi bagian
integral dari kurikulum yang menonjolkan konsep dan tema sentral yang dapat disesuaikan
dengan kebutuhan dalam sistem pendidikan. Program edukasi yang dapat dikembangkan
bersama institusi pendidikan dan JGG dapat dilakukan dengan beberapa model aktivitas yaitu : 1)
Menyusun kegiatan walking tour dengan tema-tema tertentu yang diselaraskan dengan tujuan
dari institusi pendidikan. 2) Mendatangkan guru tamu sebagai pengajar praktisi dalam hal ini JGG,
dengan memberikan materi dan langsung menerapkan praktik pemanduan. 3) JGG Membuka
kesempatan bagi para siswa-siswi yang mau mendaftarkan diri dalam program Praktik Kerja
Lapangan (Magang) sebagai tour guide pada periode tertentu. 4) Mengsinkronisasikan kurikulum
yang tepat dan menuangkannya dalam MOU (kerjasama) yang saling terintgrasi dengan sistem
pendidikan dan kebutuhan industri.
DAFTAR REFERENSI
Akib, Erwin (2020), Journal of Tourism, Hospitality, Travel and Bussiness Event “Pariwisata dalam
tinjauan pendidikan : studi menuju era revolusi industri”
Arifin, Anindya P. R. (2017), Jurnal Visi Komunikasi “Pendekatan Community Based Tourism
dalam membina hubungan komunitas di kawasan kota tua Jakarta”
Frechtling, D. C. (1994). Book Reviews : Dictionary of Travel, Tourism, and Hospitality by S. Medlik
(Butterworth Heinemann Ltd., 80 Montvale Avenue, Stoneham, MA 02180, 1993, Journal
of Travel Research. https://doi.org/10.1177/004728759403200386
Hidayat, R., Purnawijaya, Jaya (2017), Jurnal Komunikasi “Strategi komunikasi Jakarta Good Guide
dalam meningkatkan awareness publik terhadap daya tarik wisata kota tua Jakarta”
Nasution, Deivy Z., Fitriana, Rina, Siahaan, Opalma (2019), Jurnal Ilmiah Pariwisata “The Impact of
Jakarta Good Guide Service Quality Towards the Satisfaction of Jakarta Walking Tour
Tourist”
Novianti, Evi et al (2021), Journal of Indonesian Tourism, Hospitality and Recreation “Perencanaan
program wisata edukasi berbasis lingkungan di Universitas Padjajaran kampus
Jatinangor”
Prabowo, Riky Ramadani (2022), Jurnal Ampta “Implementasi dari 4C (Context, Communication,
Collaboration, and Connection) dalam memandu virtual tour studi pada komunitas Jakarta
Good Guide”
Ritchie, B. W. (2003). Managing educational tourism. In Managing Educational Tourism.
https://doi.org/10.1016/j.tourman.2003.08.003
Rodger, 1998. Leisure, Learning and Travel, Journal of Physical Education, 69 (4): hal 28
Sudana, I. P. (2013). Analisis Pariwisata. Strategi Pengembangan Desa Wisata Ekologis Di Desa
Belimbing, Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Jakarta: CV Alfabeta.
Wijayanti, Ani (2019). Ebook “Strategi Pengembangan Pariwisata Edukasi di kota Yogyakarta
8│ Journal of Event, Travel, and Tour Management, Volume 1 Number 1, 2021: 1-9ISSN 0000-0