You are on page 1of 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sumber daya alam yang sangat penting dan menjadi kebutuhan bagi

aktivitas dan kelangsungan mahluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuh-

tumbuhan yaitu air. Air termasuk salah satu senyawa kimia yang paling berlimpah

di alam, namun dengan meningkatnya taraf hidup manusia, maka kebutuhan air

pun meningkat pula, sehingga akhir-akhir ini air menjadi barang yang cukup

mahal. Air bersih tidak mudah didapatkan pada kota-kota besar, karena air banyak

tersedot oleh kegiatan industri yang memerlukan sejumlah air dalam menunjang

produksinya. Jumlah air yang terdapat di muka bumi ini relatif konstan, meskipun

air mengalami pergerakan arus, tersirkulasi karena pengaruh cuaca dan juga

mengalami perubahan bentuk. Persyaratan kualitas air adalah kadar BOD yang

rendah dan kadar DO yang tinggi. Kadar BOD tinggi atau kadar DO yang rendah

maka dapat dipastikan air tersebut telah tercemar (Susana, 2003: 17).

Pencemaran berlangsung dengan laju begitu cepat, yang tidak pernah

terjadi sebelumnya. Kecenderungan pencemaran, terjadi sejak perang dunia kedua

mengarah kepada dua hal yaitu, pembuangan senyawa kimia tertentu yang makin

meningkat terutama akibat kegiatan industri dan transportasi. Penyebab lainnya

yaitu akibat penggunaan berbagai produk bioksida dan bahan berbahaya aktivitas

manusia. Pencemaran lingkungan sudah terjadi pula di lingkungan udara dan

tanah dengan segala dampak yang ditimbulkannya. Penyebab pencemaran ini

selain disebabkan oleh aktivitas manusia juga dapat ditimbulkan oleh kegiatan

alami, seperti kebakaran hutan karena kemarau panjang, letusan gunung berapi

dan sebagainya. Kadar bahan pencemar dapat ditentukan dengan mengukur kadar

BOD dan DO (Irianto, 2015: 3).

1
2

Biological Oxygen Demand (BOD) termasuk pengukuran oksigen terlarut

Dissolved Oxygen (DO) yang digunakan mikroorganisme untuk oksidasi biokimia

zat organik yang membutuhkan waktu lima hari (Daroini dan Arisandi, 2020:

558). DO menjadi salah satu parameter mutu air yang penting karena nilai oksigen

terlarut dapat menunjukkan tingkat pencemaran atau tingkat pengolahan air

limbah. Oksigen terlarut ini akan menentukan kesesuaian suatu jenis air sebagai

sumber kehidupan biota flora dan fauna di suatu daerah (Hakim, 2016: 4).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dilakukan percobaan penentuan

DO dan BOD yang bertujuan untuk mengetahui nilai Dissolved Oxygen (DO) dan

Biochemical Oxygen Demand (BOD) air danau Mawang dan membandingkan

hasil yang diperoleh dengan Dissolved Oxygen (DO) dan Biochemical Oxygen

Demand (BOD) air bersih.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini yaitu:

1. Berapa nilai Dissolved Oxygen (DO) dan Biochemical Oxygen Demand

(BOD) air danau Mawang?


2. Bagaimana membandingkan hasil yang diperoleh dengan Dissolved

Oxygen (DO) dan Biochemical Oxygen Demand (BOD) air bersih?

C. Tujuan Percobaan
Tujuan pada percobaan ini yaitu sebagai berikut:

1. Mengetahui nilai Dissolved Oxygen (DO) dan Biochemical Oxygen

Demand (BOD) air danau Mawang.

2. Membandingkan hasil yang diperoleh dengan Dissolved Oxygen (DO) dan

Biochemical Oxygen Demand (BOD) air bersih.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pencemaran
Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi,

dan komponen lain kedalam air atau udara. Pencemaran dapat mengubah tatanan

komposisi air atau tanah oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas

air atau udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan

peruntukannya. Aktifitas manusia berhubungan dengan timbulnya pencemaran

yang saling berhubungan melingkar membentuk suatu siklus. Manusia dapat

beradaptasi dengan lingkungannya untuk bertahan hidup dan untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya dan mengembangkan tekhnologi (Hidayat, 2014: 24).

Menurut Hidayat (2014: 26-28), pencemaran lingkungan dapat

dikategorikan menjadi:

1. Pencemaran Air

Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat

penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas

manusia. Danau, sungai, lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus

kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi.

Pemanfaatan terbesar danau, sungai, lautan dan air tanah adalah untuk irigasi

pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air

limbah, bahkan sebenarnya berpotensi sebagai objek wisata.

2. Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia,

atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan

manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau

merusak properti. Belakangan ini timbul keprihatinan akan efek dari emisi polusi

3
4

udara dalam konteks global dan hubungannya dengan pemanasan global (global

warming).

3. Pencemaran Tanah

Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia

masuk dan mengubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi

karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial,

penggunaan pestisida, masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan

subpermukaan, kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, air limbah

dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke

tanah secara tidak memenuhi syarat.

Pencemaran air terjadi jika ada polutan yang masuk ke dalam air seperti

zat kimia, energi dan unsur lainnya sehingga merubah bentuk asli dari air menjadi

berubah warna dan mengeluarkan bau yang tidak enak. Beberapa zat kimia yang

bisa mencemari air diantaranya adalah zat fosfat (PO 4) yang berasal dari deterjen

pada kegiatan mencuci, kebocoran bahan bakar minyak dari kapal atau tangki

yang tumpah, logam berat hasil buangan dari pabrik, limbah organik dari sampah

rumah tangga dan juga kotoran hewan. Akibat yang ditimbulkan dari pencemaran

air cukup mengkhawatirkan apalagi jika intensitas jumlah polutan di dalam air

sudah sangat banyak dan melampaui ambang batas (Handani, dkk., 2017: 148).

Pencemaran merupakan salah satu penyebab utama penurunan kualitas air

pada tanah. Penentuan tingkat kerentanan air tanah terhadap pencemaran

menggunakan pembobotan dari tiap parameter yang digunakan. Tiap faktor

parameter mempunyai bobot masing-masing berdasarkan pada besarnya pengaruh

terhadap pencemaran air tanah. Selain bobot, tiap faktor parameter penilaian juga

mempunyai jenis kelas dan nilai (Sugianti, dkk., 2016: 23). Indeks pencemaran

merupakan metode yang digunakan untuk menentukan status mutu air suatu
5

sumber air. Status mutu air menunjukkan tingkat kondisi mutu air sumber air

dalam kondisi cemar atau kondisi baik dengan membandingkan dengan baku

mutu yang telah ditetapkan (Shaftiana, dkk., 2017: 7).

B. Biochemical Oxygen Demand (BOD)


Biochemical Oxygen Demand (BOD) merupakan jumlah oksigen terlarut

yang dikonsumsi atau digunakan oleh kegiatan kimia atau mikrobiologik, bila

suatu contoh air diinkubasikan dalam keadaan gelap (biasanya 5 hari) pada suhu

tertentu (20°C). Oksigen yang dibutuhkan untuk megoksidasi bahan organik,

maka BOD menunjukkan indikasi kasar banyaknya kandungan bahan organik

dalam limbah. BOD merupakan parameter yang penting untuk diketahui dalam

menetukan kualitas suatu limbah cair. Pengukuran BOD dilakukan untuk

mengetahui jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk

menguraikan atau mengoksidasi hampir semua senyawa organik terlarut dan

sebagian senyawa yang tersuspensi dalam air limbah cair (Juherah dan Sirma,

2017: 95).

Prinsip pengukuran BOD yaitu mengukur kandungan oksigen terlarut awal


(DO0) dari sampel segera setelah pengambilan contoh. Pengukuran DO5

diinkubasi selama 5 hari dengan suasana gelap dan suhu konstan (20 oC). Selisih

DO0-DO5 merupakan nilai BOD dalam miligram oksigen per liter (mg/L). Prinsip

dari pengukuran DO5 dalam kondisi gelap agar tidak terjadi proses fotosintesis

yang menghasilkan oksigen dan suhu yang tetap selama 5 hari diharapakan hanya

terjadi proses dekomposisi oleh mikroorganisme yang terjadi hanya penggunaan

oksigen dan oksigen tersisa dihitung sebagai DO5 (Nuraini, dkk., 2019: 11-12).

Tingginya kadar BOD dapat mengurangi jumlah oksigen terlarut suatu

perairan. Apabila kandungan oksigen terlarut di dalam air lingkungan menurun,

maka kemampuan bakteri aerobik untuk memecah bahan buangan organik juga
6

akan menurun. Apabila oksigen yang terlarut dalam air sudah habis, maka bakteri

aerobik dapat mati. Dalam keadaan seperti ini bakteri anaerobik akan menganbil

alih tugas untuk memecah bahan buangan organik yang ada di dalam air

lingkungan. Hasil pemecahan oleh bakteri anaerobik menghasilkan bau yang tidak

enak misalnya anyir atau busuk (Ashar, 2020: 24).

Uji BOD mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya dalam uji BOD

ikut terhitung oksigen yang dikonsumsi oleh bahan-bahan organik atau bahan-

bahan tereduksi lain, disebut juga intermediate Oxygen Demand (DO). Uji BOD

membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu lima hari. Uji BOD yang dilakukan

selama lima hari masih belum dapat menunjukkan nilai total BOD, melainkan

± 68% dari total BOD. Meskipun ada kelemahan-kelemahan tersebut, BOD tetap

digunakan sampai sekarang. Hal ini karena beberapa alasan, terutama dalam

hubungannya dengan pengolahan air limbah, yaitu BOD penting untuk

mengetahui perkiraan jumlah oksigen yang akan diperlukan untuk menstabilkan

bahan organik yang ada secara biologi, untuk mengetahui ukuran fasilitas unit

pengolahan limbah, untuk mengukur efisiensi suatu proses perlakuan dalam

pengolahan limbah, untuk mengetahui kesesuaiannya dengan batasan yang

diperbolehkan bagi pembuangan air limbah (Daroini dan Arisandi, 2020: 560).

C. Dissolved Oxigen (DO)


Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen atau DO) merupakan salah satu

parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur

dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia

dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, menandakan air tersebut

memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui

bahwa air tersebut telah mengandung zat pencemar. Pengukuran DO juga

bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan
7

dan mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran

juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air (Aruan dan Siahan, 2017: 2).

Dissolved oxygen (DO) merupakan konsentrasi oksigen yang terlarut

dalam air. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari fotosintesis oleh

fotiplankton yang terkandung dalam air. Sedangkan dekomposisi bahan organik

dan oksidasi bahan organik dapat mengurangi kadar oksigen terlarut atau bahkan

menghilangkan oksigen terlarut dalam air. Semakin tinggi suhu air maka akan

mempengaruhi kelarutan oksigen. Oksigen dalam air dimanfaatkan untuk respirasi

dan untuk proses perombakan bahan organik (Anggraini, dkk., 2019: 2).

Degradasi zat pencemar terdapat dalam beberapa proses yang mana sangat

berpengaruh pada ketersediaan DO dalam badan air. Proses pengambilan dan

produksi DO dalam badan air dapat diketahui dari kinetika DO yang mana terdiri

dari proses reaerasi atmosfer, fotosintesis alga, respirasi alga, oksidasi C organik

(deoksigenasi), oksidasi NH3, oksidasi NO2, dan oksidasi sedimen. Produksi atau

penambahan DO terjadi pada proses reaerasi atmosfer dan fotosintesis alga,

sedangkan pengambilan DO terjadi pada proses oksidasi C organik

(deoksigenasi), oksidasi NH3, oksidasi NO2, dan oksidasi sedimen. Nilai laju

(rate) proses menentukan kuantitas peningkatan dan penurunan DO (Hakim,

2016: 4-5).

D. Titrasi
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan

standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang

tidak dikenal. Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi

(biasanya sudah diketahui secara pasti konsentrasinya). Titrat adalah larutan yang

dititrasi untuk diketahui konsentrasi komponen tertentu. Titik ekivalen adalah titik

yg menyatakan banyaknya titran secara kimia setara dengan banyaknya analit.


8

Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul) yang dianalisis atau

ditentukan konsentrasinya atau strukturnya. Titik akhir titrasi adalah titik pada

saat titrasi diakhiri atau dihentikan (Padmaningrum, 2019: 1).

Syarat-syarat titrasi yaitu reaksi harus terjadi secara cepat, tidak terdapat

endapat pada saat reaksi, reaksi harus stoikiometri yang mana diketahui dengan

pasti reaktan dan produk serta perbandingan mol/koefisien reaksinya, terdapat zat

yang dapat digunakan untuk mengetahui saat titrasi harus dihentikan (titik akhir

titrasi) yang disebut zat indikator. Titrasi dilakukan dengan menggunakan larutan

standar. Larutan standar adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya.

Konsentrasi dapat dinyatakan dalam molal atau normal (Yusuf, 2019: 103).

Titrasi iodometri merupakan salah satu titrasi redoks yang melibatkan

iodium. Titrasi iodometri disebut juga titrasi tidak langsung yang dapat digunakan

untuk menerapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang

lebih besar dari pada sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat

oksidator. Pada iodometri, sampel yang bersifat oksidator akan direduksi dengan

kalium iodida yang berlebihan dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya

dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat. Banyaknya volume natrium

tiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan banyaknya sampel (Ethica,

2020: 193).

E. Integrasi Ayat
Ayat yang berhubungan dengan percobaan ini adalah Qs. Al-Baqarah/ 2:

11-12, yang berbunyi:

‫ ُدوْ نَ َو ٰل ِك ْن‬M ‫ آَاَل اِنَّهُ ْم هُ ُم ْال ُم ْف ِس‬١١ َ‫لِحُوْ ن‬M ‫ص‬


ْ ‫ض قَالُ ْٓوا اِنَّ َما نَحْ نُ ُم‬
ِ ۙ ْ‫َواِ َذا قِ ْي َل لَهُ ْم اَل تُ ْف ِس ُدوْ ا فِى ااْل َر‬
١٢ َ‫اَّل يَ ْش ُعرُوْ ن‬
Terjemahannya:
“Apabila dikatakan kepada mereka, “Janganlah berbuat kerusakan di bumi,
“Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah orang-orang yang
9

melakukan perbaikan.”Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat


kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari.
Menurut tafsir Ibnu Katsir ayat diatas menjelaskan bahwa “dan apabila

dikatakan kepada mereka, “Janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi,”

mereka menjawab, 'Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan

perbaikan. “bahwa mereka adalah orang-orang munafik. Sedangkan yang

dimaksud dengan kerusakan di muka bumi ialah melakukan kekufuran dan

perbuatan maksiat. “Waiza qila lahum la tufsidu fil ard” artinya janganlah kalian

berbuat maksiat di muka bumi. Kerusakan yang mereka timbulkan disebabkan

perbuatan maksiat mereka terhadap Allah. Karena orang yang durhaka kepada

Allah di muka bumi atau memerintahkan kepada kedurhakaan (kemaksiatan)

berarti telah menimbulkan kerusakan di muka bumi, mengingat kebaikan bumi

dan langit adalah karena perbuatan taat.

Hubungan ayat diatas dengan percobaan ini adalah sebagaimana manusia

telah berbuat kerusakan dibumi, hal sangat nampak begitu jelas. Pencemaran

terjadi dimana-mana, baik di air, udara maupun tanah. Bukti bahwa telah terjadi

pencemaran terutama pada daerah perairan dapat dilihat BOD atau Biochemical
Oxigen Demand sudah sangan tinggi hal tersebut menunjukkan bahwa bahan

oragnik yang dalam air sangat banyak sehingga nilai DO atau Dissolvend Oxigen

meningkat. Hal ini menjadi parameter bahwa telah terjadi kerusakan dibumi

diakibatkan pencemaran dari hasil aktivitas manusia.


BAB III
METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat


Percobaan ini telah dilaksanakan pada hari Senin, 22 Mei 2023 pukul

07.00-09.40 WITA. Bertempat di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Sains

dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan


1. Alat

Alat - alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu hotplate, buret 50 mL,

botol winkler, Erlenmeyer 250 mL dan Erlenmeyer 100 mL, gelas kimia 100 mL,

statif dan klem, pipet skala 25 mL dan 10 mL, pipet tetes dan batang pengaduk.

2. Bahan

Bahan - bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu air danau

Mawang (H2O), indikator amilum (C6H10O8)n, larutan alkali-iodida-azida (NaOH-

KI), asam sulfat (H2SO4), larutan mangan sulfat (MnSO4) 40%, larutan natrium

tiosulfat (Na2S2O3) dan tissu.

C. Prosedur Kerja
1. Penentuan DO0

Mengambil sampel air danau Mawang menggunakan botol winkler dan

pastikan tidak ada gelembung udara yang masuk serta ditutup rapat. Kemudian

menambahkan larutan MnSO4 40% dan mendiamkan beberapa menit. Setelah itu,

menambahkan sebanyak 2 mL larutan alkali-iodida-azida dan mendiamkan hingga

terbentuk endapan coklat. Selanjutnya menambahkan sebanyak 2 mL larutan asam

sulfat dan menghomogenkannya. Kemudian memipet sebanyak 50 mL sampel ke

dalam Erlenmeyer. Setelah itu, menitrasi menggunakan larutan natrium tiosulfat

hingga berubah warna menjadi kuning muda. Selanjutnya menambahkan indikator

10
11

amilum sebanyak 5 tetes hingga berwarna biru. Kemudian menitrasi kembali

hingga berubah warna menjadi bening dan mencatat volume natrium tiosulfat

yang digunakan. Penentuan dilakukan secara triplo.

2. Penentuan DO5

Mengambil sampel air danau menggunakan botol winkler dan pastikan

tidak ada gelembung udara yang masuk serta ditutup rapat. Kemudian

menginkubasi pada ruang yang gelap selama 5 hari. Setelah itu, menambahkan

larutan MnSO4 40% dan mendiamkan beberapa menit. Selanjutnya menambahkan

sebanyak 2 mL larutan alkali-iodida-azida dan mendiamkan hingga terbentuk

endapan coklat. Kemudian menambahkan sebanyak 2 mL larutan asam sulfat dan

menghomogenkan. Setelah itu, memipet sebanyak 50 mL sampel ke dalam

Erlenmeyer. Selanjutnya menitrasi menggunakan larutan natrium tiosulfat hingga

berubah warna menjadi kuning muda. Kemudian menambahkan indikator amilum

sebanyak 5 tetes hingga berwarna biru. Setelah itu, menitrasi kembali hingga

berubah warna menjadi bening dan mencatat volume natrium tiosulfat yang

digunakan. Penentuan dilakukan secara duplo.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan

Tabel 4.1 Penentuan DO0 Simplo


Setelah Penambahan Bahan
Sebelum
Penambahan MnSO4 H2SO4 Na2S2O3 Amilum Na2S2O3
NaOH.KI
Bahan 40% 4M Pertama 1%
Kedua
Endapan Kuning Biru
Keruh Keruh Bening Bening
Coklat Muda Pekat

Tabel 4.2 Penentuan DO0 Duplo


Setelah Penambahan Bahan
Sebelum
Penambahan MnSO4 H2SO4 Na2S2O3 Amilum Na2S2O3
NaOH.KI
Bahan 40% 4M Pertama 1%
Kedua
Endapan Kuning Biru
Keruh Keruh Bening Bening
Coklat Muda Pekat

Tabel 4.3 Penentuan DO0 Triplo


Setelah Penambahan Bahan
Sebelum
Penambahan MnSO4 H2SO4 Na2S2O3 Amilum Na2S2O3
NaOH.KI
Bahan 40% 4M Pertama 1%
Kedua
Endapan Kuning Biru
Keruh Keruh Bening Bening
Coklat Muda Pekat

2. Reaksi

a. Penentuan DO

Mn2+ + O2 → MnO2

MnSO4 + NaOH-KI → Mn(OH)2↓ + K2SO4

2Mn(OH)2↓ + O2 → 2MnO2↓ + 2H2O

MnO2 + 2H2SO4 → Mn4+ + 2SO42- + 4H+

MnO2 + 2I- + 4H+ → Mn2+ + I2 + H2

12
13

b. Penentuan BOD

Mn2+ + O2 → MnO2

MnSO4 + NaOH-KI → Mn(OH)2↓ + K2SO4

2Mn(OH)2↓ + O2 → 2MnO2↓ + 2H2O

MnO2 + 2H2SO4 → Mn4+ + 2SO42- + 4H+

MnO2 + 2I- + 4H+ → Mn2+ + I2 + H2

C6H10O6 + I2 → C6H10O6I2

C6H10O6I2 + 2Na2S2O3 → Na2S4O6 + 2NaI + C6H10O6

3. Analisis Data

a. Simplo

Dik :

V Na2S2O3 = 1 mL

V sampel = 50 mL

N Na2S2O3 = 0,025 N

Be O2 = 32 g/L

Dit : DO……….?

Penyelesaian :
V( Na 2S 2 O3 ) x N ( Na 2S 2 O3 ) x Be O2 x 1000
DO =
Volume Sampel
1 mLx 0,025 N x 32 g/L x 1000
= 50 mL
= 16 ppm
b. Duplo

Dik :

V Na2S2O3 = 1,5 mL

V sampel = 50 mL

N Na2S2O3 = 0,025 N

Be O2 = 32 g/L
14

Dit : DO……….?

Penyelesaian :
V( Na 2S 2 O3 ) x N ( Na 2S 2 O3 ) x Be O2 x 1000
DO =
Volume Sampel
1,5 mLx 0,025 N x 32 g/L x 1000
= 50 mL
= 24 ppm
c. Triplo

Dik :

V Na2S2O3 = 1,7 mL

V sampel = 50 mL

N Na2S2O3 = 0,025 N

Be O2 = 32 g/L

Dit : DO……….?

Penyelesaian :
V( Na 2S 2 O3 ) x N ( Na 2S 2 O3 ) x Be O2 x 1000
DO =
Volume Sampel
1,7 mLx 0,025 N x 32 g/L x 1000
= 50 mL
= 27,2 ppm

B. Pembahasan
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen atau DO) merupakan salah satu

parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur

dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia

dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, menandakan air tersebut

memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui

bahwa air tersebut telah mengandung zat pencemar. Pengukuran DO juga

bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan

dan mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran

juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air (Aruan dan Siahan, 2017: 2).
15

Percobaan ini hal pertama yang dilakukan yaitu, menentukan DO5 dan

DO0 untuk mengetahui nilai BOD pada air. Penentuan DO 5 air danau Mawang

dimasukkan ke dalam botol winkler. Pengambilan sampel dilakukan pada saat

subuh atau sebelum matahari terbit karena, pada saat sebelum matahari terbit

merupakan tingkat dengan kadar pencemar yang sangat tinggi. Memasukkan

sampel air danau Mawang ke dalam botol winkler yang bertutup dengan cara

mencelupkan botol dalam air hingga penuh dan tidak ada gelembung, kemudian

menutupnya. Sampel dalam botol winkler harus bebas dari gelembung udara

karena dapat mempengaruhi kandungan oksigen pada sampel. Sampel kemudian

diinkubasi pada ruang gelap selama 5 hari.

Fungsi dilakukannya inkubasi pada ruang gelap yaitu agar tidak terjadi

proses fotosintesis yang dapat menghasilkan oksigen selama lima hari dan

diharapkan agar terjadi proses dekomposisi oleh mikroorganime, sehingga yang

terjadi hanyalah penggunaan oksigen dan oksigen tersisa dikatakan sebagai DO 5.

Kemudian menambahkan MnSO4 yang berfungsi untuk mengikat oksigen

sehingga akan terbentuk Mn(OH)2 yang akan teroksidasi menjadi MnO2.2H2O.

Penambahkan NaOH-KI yang berfungsi sebagai katalisator hingga terbentuk

endapan putih kekuningan dan menghasilkan endapan. Penambahan NaOH-KI

dilakukaan dengan memasukkan ujung pipet ke dalam larutan agar tidak terjadi

percikan dan pereaksi tidak keluar dari botol karena larutan ini sangat beracun.

Memindahkan larutan campuran ke dalam erlenmeyer dan menambahkan H2SO4

agar endapan yang terbentuk dapat larut.

Larutan dihomogenkan hingga endapan larut sempurna. Pada saat endapan

larut, molekul iodium yang ekivalen dengan oksigen terlarut juga ikut terbebas.

Iodium (I2) yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar

natrium tiosulfat (Na2S2O3) hingga terbentuk warna kuning muda. Setelah itu,
16

menambahkan indikator amilum untuk mengikat I2 yang terdapat dalam larutan.

larutan indikator amilum atau kanji juga berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya

kandungan amilum dalam air sampel atau tidak. Warna biru pada larutan sampel

menunjukkan uji positif adanya amilum. Titrasi kembali dilakukan sampai larutan

jernih atau sampai warna biru tepat hilang.

DO5 pada percobaan tidak berhasil hal ini disebabkan karena sampel air

yang diambil untuk pengujian BOD dapat terkontaminasi dengan bahan-bahan

organik eksternal atau kehilangan oksigen selama pengambilan dan pengujian.

Aktivitas mikrooganisme dapat bervariasi tergantung pada kondisi yang

kompleks. Jika DO5 gagal atau tidak dapat diperoleh nilainya maka nilai BOD

tidak dapat ditentukan karena diperoleh dari selisih DO0 dengan DO5.

Berdasarkan nilai yang di peroleh dari nilai Dissolved oxygen (DO) air

danau Mawang untuk simplo sebesar 16 ppm, duplo 24 ppm dan triplo 27,2 ppm.

Perbandingan yang di peroleh dari nilai Dissolved Oxygen (DO) air danau

Mawang tidak sesuai dengan standar Dissolved Oxygen (DO) yang ditetapkan

oleh Peraturan Pemerintah Kab. Gowa Propinsi Sulawesi Selatan No. 14 Tahun

2003 tentang pengelolaan, pengendalian dan pencemaran air bahwa kadar DO

yang memenuhi syarat adalah 3-6 mg/L atau 3-6 ppm. Hal sesuai dengan teori

yang dikemukakan oleh Thamrin, dk., (2018: 261), menyatakan bahwa agar ikan

dapat hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/L atau 5 ppm.

Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati, tetapi bakteri yang

kebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan berkembang.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada percobaan ini adalah

1. Nilai yang di peroleh dari nilai dissolved oxygen (DO) air danau Mawang

untuk simplo sebesar 16 ppm, duplo 24 ppm dan triplo 27,2 ppm.

2. Perbandingan yang diperoleh dari nilai dissolved oxygen (DO) air danau

Mawang tidak sesuai dengan standar dissolved oxygen (DO) yang

ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Kab. Gowa Propinsi Sulawesi

Selatan No. 14 Tahun 2003 tentang pengelolaan, pengendalian dan

pencemaran air bahwa kadar DO yang memenuhi syarat adalah 3-6 mg/L

atau 3-6 ppm.

B. Saran
Saran pada percobaan ini yaitu sebaiknya menggunakan sampel air sungai

Jeneberang agar diperoleh perbandingan kadar DO dan BOD dengan air danau

Mawang.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, dkk. “Dissolved Oxygen Consentration from the Water around the
Floating Cage Fish Culture Area and from the Area with No Cage, in the
DAM site of the Koto Panjang Reservoir”. Fishieries and Mariene
Science 1, no. 1 (2019): h. 1-7.
Aruan, D. G. R dan Maniur A. S. “Penentuan Kadar Dissolved Oxygen (DO) pada
Air Sungai Sidoras Di Daerah Butar Kecamatan Pagaran Kabupaten
Tapanuli Utara”. Analis Laboratorium Medik 2, no. 1 (2017): h. 1-5.
Ashar, Y. K. “Analisis Kualitas (BOD, COD, DO) Air Sungai Pesanggrahan Desa
Rawadenok Kelurahan Rangkepan Jaya Baru Kecamatan Mas Kota
Depok”. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara, 2020.
Daroini, T. A., dan Apri A. “Analisis BOD (Biological Oxygen Demand) Di
Perairan Desa Prancak Kecamatan Sepulu, Bangkalan.” Juvenil: Jurnal
Ilmiah Kelautan dan Perikanan, 1, no. 4, (2020): h. 558-566.
Ethica, S. N. Teori Kimia Analitik: Teknologi Laboratorium Medis. Yogyakarta:
CV Budi Utama, 2020.
Hakim, A. R. W. “Studi Pengaruh Kualitas Air terhadap Ketersediaan Oksigen
Terlarut (Dissolved Oxygen) Di Segmen Sungai Brantas Dengan
Pendekatan Model Dinamis”. Tesis. Surabaya: Jurusan Teknik
Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi
Sepuluh Nopember, 2016.
Handayani, S., dkk. “Visualisasi Pencemaran Air Menggunakan Media Animasi
Infografis”. Telematika 10, no. 1 (2017): h. 147-162.
Hidayat, Rachmat. “Analisis Yuridis Terhadap Pencemaran Lingkungan menurut
UU RI No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup”. Skripsi, Makassar: Jurusan Ilmu Hukum Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar, 2014.
Irianto, K. Pencemaran Lingkungan. Bali: Warmadewa Press, 2015.
Juherah dan Sirma M. “Kemampuan Media Papan Pakis sebagai Biofilter dalam
Menurunkan Kadar BOD dan COD pada Air Limbah Pemotongan Ayam”.
Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat 17, no. 2 (2017):
h. 93-97.
Katsir, Ibnu. Lubaaut Tafsir Min Ibni Katsiir. Indonesia. M. Abdul Ghoffar. Tafsir
Ibnu Katsir Jilid 4. Bogor: Pustaka imam Asy-Sayafi’I, 2003.
Nuraini, dkk. “Penentuan Nilai BOD dan COD Limbah Cair Inlet Laboratorium
Pengujian Fisis Politeknik Atk Yogyakarta”. Integrated Lab 7, no. 2
(2019): h. 10-15.
Padmaningrum, R. T. “Titrasi Iodometri”. Jurnal Kimia 1, no. 1 (2019): h. 1-6.
Sheftiana, U., dkk. “Penentuan Status Mutu Air Sungai Berdasarkan Metode
Indeks Pencemaran Sebagai Pengendalian Kualitas Lingkungan (Studi
Kasus: Sungai Gelis, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah)”. Teknik
Lingkungan 6, no. 1 (2017): h. 1-10.
Sugianti, K., dkk. “Analisis Kerentanan Pencemaran Air Tanah dengan
Pendekatan Metode Drastic Di Bandung Selatan”. Lingkungan dan
Bencana Geologi 7, no. 1 (2016): h. 19-33.
Susana, T. “Air sebagai Sumber Kehidupan”. Oseana 28, no. 3 (2003): h. 17-25.
Thamrin M., dkk. “Penentuan Kualitas Air Sungai Jeneberang dengan Metode
Indeks Pencemar, Di Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan.” In
Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Sains and Teknologi 4, no.1 (2018):
h. 259-266.
Yusuf, Y. Belajar Mudah Kimia Analisis. Jakarta: Edu Center Indonesia, 2019.
REFERENSI

You might also like