Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber daya alam yang sangat penting dan menjadi kebutuhan bagi
aktivitas dan kelangsungan mahluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuh-
tumbuhan yaitu air. Air termasuk salah satu senyawa kimia yang paling berlimpah
di alam, namun dengan meningkatnya taraf hidup manusia, maka kebutuhan air
pun meningkat pula, sehingga akhir-akhir ini air menjadi barang yang cukup
mahal. Air bersih tidak mudah didapatkan pada kota-kota besar, karena air banyak
tersedot oleh kegiatan industri yang memerlukan sejumlah air dalam menunjang
produksinya. Jumlah air yang terdapat di muka bumi ini relatif konstan, meskipun
air mengalami pergerakan arus, tersirkulasi karena pengaruh cuaca dan juga
mengalami perubahan bentuk. Persyaratan kualitas air adalah kadar BOD yang
rendah dan kadar DO yang tinggi. Kadar BOD tinggi atau kadar DO yang rendah
maka dapat dipastikan air tersebut telah tercemar (Susana, 2003: 17).
mengarah kepada dua hal yaitu, pembuangan senyawa kimia tertentu yang makin
yaitu akibat penggunaan berbagai produk bioksida dan bahan berbahaya aktivitas
selain disebabkan oleh aktivitas manusia juga dapat ditimbulkan oleh kegiatan
alami, seperti kebakaran hutan karena kemarau panjang, letusan gunung berapi
dan sebagainya. Kadar bahan pencemar dapat ditentukan dengan mengukur kadar
1
2
zat organik yang membutuhkan waktu lima hari (Daroini dan Arisandi, 2020:
558). DO menjadi salah satu parameter mutu air yang penting karena nilai oksigen
limbah. Oksigen terlarut ini akan menentukan kesesuaian suatu jenis air sebagai
sumber kehidupan biota flora dan fauna di suatu daerah (Hakim, 2016: 4).
DO dan BOD yang bertujuan untuk mengetahui nilai Dissolved Oxygen (DO) dan
hasil yang diperoleh dengan Dissolved Oxygen (DO) dan Biochemical Oxygen
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini yaitu:
C. Tujuan Percobaan
Tujuan pada percobaan ini yaitu sebagai berikut:
A. Pencemaran
Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi,
dan komponen lain kedalam air atau udara. Pencemaran dapat mengubah tatanan
komposisi air atau tanah oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas
air atau udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
dikategorikan menjadi:
1. Pencemaran Air
penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas
manusia. Danau, sungai, lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus
kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi.
Pemanfaatan terbesar danau, sungai, lautan dan air tanah adalah untuk irigasi
pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air
2. Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia,
merusak properti. Belakangan ini timbul keprihatinan akan efek dari emisi polusi
3
4
udara dalam konteks global dan hubungannya dengan pemanasan global (global
warming).
3. Pencemaran Tanah
masuk dan mengubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi
karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial,
dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke
Pencemaran air terjadi jika ada polutan yang masuk ke dalam air seperti
zat kimia, energi dan unsur lainnya sehingga merubah bentuk asli dari air menjadi
berubah warna dan mengeluarkan bau yang tidak enak. Beberapa zat kimia yang
bisa mencemari air diantaranya adalah zat fosfat (PO 4) yang berasal dari deterjen
pada kegiatan mencuci, kebocoran bahan bakar minyak dari kapal atau tangki
yang tumpah, logam berat hasil buangan dari pabrik, limbah organik dari sampah
rumah tangga dan juga kotoran hewan. Akibat yang ditimbulkan dari pencemaran
air cukup mengkhawatirkan apalagi jika intensitas jumlah polutan di dalam air
sudah sangat banyak dan melampaui ambang batas (Handani, dkk., 2017: 148).
terhadap pencemaran air tanah. Selain bobot, tiap faktor parameter penilaian juga
mempunyai jenis kelas dan nilai (Sugianti, dkk., 2016: 23). Indeks pencemaran
merupakan metode yang digunakan untuk menentukan status mutu air suatu
5
sumber air. Status mutu air menunjukkan tingkat kondisi mutu air sumber air
dalam kondisi cemar atau kondisi baik dengan membandingkan dengan baku
yang dikonsumsi atau digunakan oleh kegiatan kimia atau mikrobiologik, bila
suatu contoh air diinkubasikan dalam keadaan gelap (biasanya 5 hari) pada suhu
dalam limbah. BOD merupakan parameter yang penting untuk diketahui dalam
sebagian senyawa yang tersuspensi dalam air limbah cair (Juherah dan Sirma,
2017: 95).
diinkubasi selama 5 hari dengan suasana gelap dan suhu konstan (20 oC). Selisih
DO0-DO5 merupakan nilai BOD dalam miligram oksigen per liter (mg/L). Prinsip
dari pengukuran DO5 dalam kondisi gelap agar tidak terjadi proses fotosintesis
yang menghasilkan oksigen dan suhu yang tetap selama 5 hari diharapakan hanya
oksigen dan oksigen tersisa dihitung sebagai DO5 (Nuraini, dkk., 2019: 11-12).
maka kemampuan bakteri aerobik untuk memecah bahan buangan organik juga
6
akan menurun. Apabila oksigen yang terlarut dalam air sudah habis, maka bakteri
aerobik dapat mati. Dalam keadaan seperti ini bakteri anaerobik akan menganbil
alih tugas untuk memecah bahan buangan organik yang ada di dalam air
lingkungan. Hasil pemecahan oleh bakteri anaerobik menghasilkan bau yang tidak
ikut terhitung oksigen yang dikonsumsi oleh bahan-bahan organik atau bahan-
bahan tereduksi lain, disebut juga intermediate Oxygen Demand (DO). Uji BOD
membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu lima hari. Uji BOD yang dilakukan
selama lima hari masih belum dapat menunjukkan nilai total BOD, melainkan
± 68% dari total BOD. Meskipun ada kelemahan-kelemahan tersebut, BOD tetap
digunakan sampai sekarang. Hal ini karena beberapa alasan, terutama dalam
bahan organik yang ada secara biologi, untuk mengetahui ukuran fasilitas unit
diperbolehkan bagi pembuangan air limbah (Daroini dan Arisandi, 2020: 560).
parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur
dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia
dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, menandakan air tersebut
memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui
bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan
7
juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air (Aruan dan Siahan, 2017: 2).
dalam air. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari fotosintesis oleh
dan oksidasi bahan organik dapat mengurangi kadar oksigen terlarut atau bahkan
menghilangkan oksigen terlarut dalam air. Semakin tinggi suhu air maka akan
dan untuk proses perombakan bahan organik (Anggraini, dkk., 2019: 2).
Degradasi zat pencemar terdapat dalam beberapa proses yang mana sangat
produksi DO dalam badan air dapat diketahui dari kinetika DO yang mana terdiri
dari proses reaerasi atmosfer, fotosintesis alga, respirasi alga, oksidasi C organik
(deoksigenasi), oksidasi NH3, oksidasi NO2, dan oksidasi sedimen. Produksi atau
(deoksigenasi), oksidasi NH3, oksidasi NO2, dan oksidasi sedimen. Nilai laju
2016: 4-5).
D. Titrasi
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan
tidak dikenal. Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi
(biasanya sudah diketahui secara pasti konsentrasinya). Titrat adalah larutan yang
dititrasi untuk diketahui konsentrasi komponen tertentu. Titik ekivalen adalah titik
Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul) yang dianalisis atau
ditentukan konsentrasinya atau strukturnya. Titik akhir titrasi adalah titik pada
Syarat-syarat titrasi yaitu reaksi harus terjadi secara cepat, tidak terdapat
endapat pada saat reaksi, reaksi harus stoikiometri yang mana diketahui dengan
pasti reaktan dan produk serta perbandingan mol/koefisien reaksinya, terdapat zat
yang dapat digunakan untuk mengetahui saat titrasi harus dihentikan (titik akhir
titrasi) yang disebut zat indikator. Titrasi dilakukan dengan menggunakan larutan
Konsentrasi dapat dinyatakan dalam molal atau normal (Yusuf, 2019: 103).
iodium. Titrasi iodometri disebut juga titrasi tidak langsung yang dapat digunakan
lebih besar dari pada sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat
oksidator. Pada iodometri, sampel yang bersifat oksidator akan direduksi dengan
kalium iodida yang berlebihan dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya
tiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan banyaknya sampel (Ethica,
2020: 193).
E. Integrasi Ayat
Ayat yang berhubungan dengan percobaan ini adalah Qs. Al-Baqarah/ 2:
perbuatan maksiat. “Waiza qila lahum la tufsidu fil ard” artinya janganlah kalian
perbuatan maksiat mereka terhadap Allah. Karena orang yang durhaka kepada
telah berbuat kerusakan dibumi, hal sangat nampak begitu jelas. Pencemaran
terjadi dimana-mana, baik di air, udara maupun tanah. Bukti bahwa telah terjadi
pencemaran terutama pada daerah perairan dapat dilihat BOD atau Biochemical
Oxigen Demand sudah sangan tinggi hal tersebut menunjukkan bahwa bahan
oragnik yang dalam air sangat banyak sehingga nilai DO atau Dissolvend Oxigen
meningkat. Hal ini menjadi parameter bahwa telah terjadi kerusakan dibumi
Alat - alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu hotplate, buret 50 mL,
botol winkler, Erlenmeyer 250 mL dan Erlenmeyer 100 mL, gelas kimia 100 mL,
statif dan klem, pipet skala 25 mL dan 10 mL, pipet tetes dan batang pengaduk.
2. Bahan
Bahan - bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu air danau
KI), asam sulfat (H2SO4), larutan mangan sulfat (MnSO4) 40%, larutan natrium
C. Prosedur Kerja
1. Penentuan DO0
pastikan tidak ada gelembung udara yang masuk serta ditutup rapat. Kemudian
menambahkan larutan MnSO4 40% dan mendiamkan beberapa menit. Setelah itu,
10
11
hingga berubah warna menjadi bening dan mencatat volume natrium tiosulfat
2. Penentuan DO5
tidak ada gelembung udara yang masuk serta ditutup rapat. Kemudian
menginkubasi pada ruang yang gelap selama 5 hari. Setelah itu, menambahkan
sebanyak 5 tetes hingga berwarna biru. Setelah itu, menitrasi kembali hingga
berubah warna menjadi bening dan mencatat volume natrium tiosulfat yang
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
2. Reaksi
a. Penentuan DO
Mn2+ + O2 → MnO2
12
13
b. Penentuan BOD
Mn2+ + O2 → MnO2
C6H10O6 + I2 → C6H10O6I2
3. Analisis Data
a. Simplo
Dik :
V Na2S2O3 = 1 mL
V sampel = 50 mL
N Na2S2O3 = 0,025 N
Be O2 = 32 g/L
Dit : DO……….?
Penyelesaian :
V( Na 2S 2 O3 ) x N ( Na 2S 2 O3 ) x Be O2 x 1000
DO =
Volume Sampel
1 mLx 0,025 N x 32 g/L x 1000
= 50 mL
= 16 ppm
b. Duplo
Dik :
V Na2S2O3 = 1,5 mL
V sampel = 50 mL
N Na2S2O3 = 0,025 N
Be O2 = 32 g/L
14
Dit : DO……….?
Penyelesaian :
V( Na 2S 2 O3 ) x N ( Na 2S 2 O3 ) x Be O2 x 1000
DO =
Volume Sampel
1,5 mLx 0,025 N x 32 g/L x 1000
= 50 mL
= 24 ppm
c. Triplo
Dik :
V Na2S2O3 = 1,7 mL
V sampel = 50 mL
N Na2S2O3 = 0,025 N
Be O2 = 32 g/L
Dit : DO……….?
Penyelesaian :
V( Na 2S 2 O3 ) x N ( Na 2S 2 O3 ) x Be O2 x 1000
DO =
Volume Sampel
1,7 mLx 0,025 N x 32 g/L x 1000
= 50 mL
= 27,2 ppm
B. Pembahasan
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen atau DO) merupakan salah satu
parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur
dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia
dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, menandakan air tersebut
memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui
bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan
juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air (Aruan dan Siahan, 2017: 2).
15
Percobaan ini hal pertama yang dilakukan yaitu, menentukan DO5 dan
DO0 untuk mengetahui nilai BOD pada air. Penentuan DO 5 air danau Mawang
subuh atau sebelum matahari terbit karena, pada saat sebelum matahari terbit
sampel air danau Mawang ke dalam botol winkler yang bertutup dengan cara
mencelupkan botol dalam air hingga penuh dan tidak ada gelembung, kemudian
menutupnya. Sampel dalam botol winkler harus bebas dari gelembung udara
Fungsi dilakukannya inkubasi pada ruang gelap yaitu agar tidak terjadi
proses fotosintesis yang dapat menghasilkan oksigen selama lima hari dan
dilakukaan dengan memasukkan ujung pipet ke dalam larutan agar tidak terjadi
percikan dan pereaksi tidak keluar dari botol karena larutan ini sangat beracun.
larut, molekul iodium yang ekivalen dengan oksigen terlarut juga ikut terbebas.
Iodium (I2) yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar
natrium tiosulfat (Na2S2O3) hingga terbentuk warna kuning muda. Setelah itu,
16
larutan indikator amilum atau kanji juga berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya
kandungan amilum dalam air sampel atau tidak. Warna biru pada larutan sampel
menunjukkan uji positif adanya amilum. Titrasi kembali dilakukan sampai larutan
DO5 pada percobaan tidak berhasil hal ini disebabkan karena sampel air
kompleks. Jika DO5 gagal atau tidak dapat diperoleh nilainya maka nilai BOD
tidak dapat ditentukan karena diperoleh dari selisih DO0 dengan DO5.
Berdasarkan nilai yang di peroleh dari nilai Dissolved oxygen (DO) air
danau Mawang untuk simplo sebesar 16 ppm, duplo 24 ppm dan triplo 27,2 ppm.
Perbandingan yang di peroleh dari nilai Dissolved Oxygen (DO) air danau
Mawang tidak sesuai dengan standar Dissolved Oxygen (DO) yang ditetapkan
oleh Peraturan Pemerintah Kab. Gowa Propinsi Sulawesi Selatan No. 14 Tahun
yang memenuhi syarat adalah 3-6 mg/L atau 3-6 ppm. Hal sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Thamrin, dk., (2018: 261), menyatakan bahwa agar ikan
dapat hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/L atau 5 ppm.
Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati, tetapi bakteri yang
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada percobaan ini adalah
1. Nilai yang di peroleh dari nilai dissolved oxygen (DO) air danau Mawang
untuk simplo sebesar 16 ppm, duplo 24 ppm dan triplo 27,2 ppm.
2. Perbandingan yang diperoleh dari nilai dissolved oxygen (DO) air danau
pencemaran air bahwa kadar DO yang memenuhi syarat adalah 3-6 mg/L
B. Saran
Saran pada percobaan ini yaitu sebaiknya menggunakan sampel air sungai
Jeneberang agar diperoleh perbandingan kadar DO dan BOD dengan air danau
Mawang.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, dkk. “Dissolved Oxygen Consentration from the Water around the
Floating Cage Fish Culture Area and from the Area with No Cage, in the
DAM site of the Koto Panjang Reservoir”. Fishieries and Mariene
Science 1, no. 1 (2019): h. 1-7.
Aruan, D. G. R dan Maniur A. S. “Penentuan Kadar Dissolved Oxygen (DO) pada
Air Sungai Sidoras Di Daerah Butar Kecamatan Pagaran Kabupaten
Tapanuli Utara”. Analis Laboratorium Medik 2, no. 1 (2017): h. 1-5.
Ashar, Y. K. “Analisis Kualitas (BOD, COD, DO) Air Sungai Pesanggrahan Desa
Rawadenok Kelurahan Rangkepan Jaya Baru Kecamatan Mas Kota
Depok”. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara, 2020.
Daroini, T. A., dan Apri A. “Analisis BOD (Biological Oxygen Demand) Di
Perairan Desa Prancak Kecamatan Sepulu, Bangkalan.” Juvenil: Jurnal
Ilmiah Kelautan dan Perikanan, 1, no. 4, (2020): h. 558-566.
Ethica, S. N. Teori Kimia Analitik: Teknologi Laboratorium Medis. Yogyakarta:
CV Budi Utama, 2020.
Hakim, A. R. W. “Studi Pengaruh Kualitas Air terhadap Ketersediaan Oksigen
Terlarut (Dissolved Oxygen) Di Segmen Sungai Brantas Dengan
Pendekatan Model Dinamis”. Tesis. Surabaya: Jurusan Teknik
Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi
Sepuluh Nopember, 2016.
Handayani, S., dkk. “Visualisasi Pencemaran Air Menggunakan Media Animasi
Infografis”. Telematika 10, no. 1 (2017): h. 147-162.
Hidayat, Rachmat. “Analisis Yuridis Terhadap Pencemaran Lingkungan menurut
UU RI No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup”. Skripsi, Makassar: Jurusan Ilmu Hukum Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar, 2014.
Irianto, K. Pencemaran Lingkungan. Bali: Warmadewa Press, 2015.
Juherah dan Sirma M. “Kemampuan Media Papan Pakis sebagai Biofilter dalam
Menurunkan Kadar BOD dan COD pada Air Limbah Pemotongan Ayam”.
Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat 17, no. 2 (2017):
h. 93-97.
Katsir, Ibnu. Lubaaut Tafsir Min Ibni Katsiir. Indonesia. M. Abdul Ghoffar. Tafsir
Ibnu Katsir Jilid 4. Bogor: Pustaka imam Asy-Sayafi’I, 2003.
Nuraini, dkk. “Penentuan Nilai BOD dan COD Limbah Cair Inlet Laboratorium
Pengujian Fisis Politeknik Atk Yogyakarta”. Integrated Lab 7, no. 2
(2019): h. 10-15.
Padmaningrum, R. T. “Titrasi Iodometri”. Jurnal Kimia 1, no. 1 (2019): h. 1-6.
Sheftiana, U., dkk. “Penentuan Status Mutu Air Sungai Berdasarkan Metode
Indeks Pencemaran Sebagai Pengendalian Kualitas Lingkungan (Studi
Kasus: Sungai Gelis, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah)”. Teknik
Lingkungan 6, no. 1 (2017): h. 1-10.
Sugianti, K., dkk. “Analisis Kerentanan Pencemaran Air Tanah dengan
Pendekatan Metode Drastic Di Bandung Selatan”. Lingkungan dan
Bencana Geologi 7, no. 1 (2016): h. 19-33.
Susana, T. “Air sebagai Sumber Kehidupan”. Oseana 28, no. 3 (2003): h. 17-25.
Thamrin M., dkk. “Penentuan Kualitas Air Sungai Jeneberang dengan Metode
Indeks Pencemar, Di Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan.” In
Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Sains and Teknologi 4, no.1 (2018):
h. 259-266.
Yusuf, Y. Belajar Mudah Kimia Analisis. Jakarta: Edu Center Indonesia, 2019.
REFERENSI