You are on page 1of 12

MAKALAH

KAJIAN TAWASSUL

Dosen Pengampu:
Zulaiha, M.Pd.I.

Disusun Oleh:

Elmi Mufidah
( 201210500041 )

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS TADRIS UMUM
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN
GENGGONG KRAKSAAN PROBOLINGGO
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan taufik dan hidayahnya.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada suri teladan kita,
Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya yang membawa kebenaran
bagi kita semua.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yakni
ibu/bapak Zulaiha, M.Pd.I.yang telah membimbing serta mengajarkan kami, dan
mendukung kami sehingga terselesaikan makalah yang berjudul “Kajian
Tawassul” dan juga terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada
semua pihak yang telah membantu kami sehingga terselesaikan makalah ini.
Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan, sebagai wujud rasa syukur
dengan tersusunnya makalah ini kepada semua pihak yang telah berpartisipasi
selama penyusunan makalah ini, yang telah dengan tulus ikhlas membantu baik
secara moril maupun materiil, terutama kepada Dosen Pembina dan teman-teman
sekalian.

Kraksaan, 08 Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar Belakang .........................................................................................1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................1

C. Tujuan Masalah ........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3

A. Pengertian Tawassul ................................................................................3

B. Hukum BerTawassul dalam Perspektif Islam. .........................................4

C. Bertawassul dengan orang yang sholeh ...................................................7

BAB III PENUTUP ................................................................................................8

A. Kesimpulan ..............................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama Islam dikenal banyak mempunyai istilah-istilah yang berkaitan
dengan ibadah. Salah satu ibadahnya adalah Berdo’a dan salah satu istilah yang
berkaitan dengan ibadah tersebut adalah TAWASSUL.
Tawasul dilakukan ketika seseorang merasa dirinya tidak bisa berdoa
dengan baik, atau merasa dirinya kotor sehingga membutuhkan orang-orang
yang dianggap bersih untuk menyampaikan permohonan kepada Alloh. Intinya,
rasa tidak percaya diri dengan keadaan diri sendiri, sehingga membutuhkan
pihak tertentu untuk memanjatkan doa.
Istilah Tawassul dalam berdo’a, digunakan oleh sebagian besar
masyarakat, seperti fenomena masyarakat Banten dan masyarakat lain di
Indonesia yang mendatangi makam para Wali yang ada di Banten seperti
makam Sultan Maulana Hasanuddin maupun makam-makam Wali Songo.
Mereka mendatangi makam tersebut untuk berziarah dan berTawassul kepada
Wali tersebut. Mengapa masyarakat melakukan Tawassul tersebut, karena
memang masyarakat merasa ketika mereka berTawassul dalam berdo’a maka
insyaAlloh do’a tersebut akan cepat sampai dan lebih mustajab. Akan tetapi,
istilah Tawassul banyak sekali khilafiyah dan diperdebatkan oleh para ulama,
karena ada sebagian dari mereka membolehkan dan ada juga yang tidak
memperbolehkan dengan alasan berTawassul sama saja dengan syirik karena
meminta kepada selain Alloh.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah nya sebagai berikut:
1. Apa Pengertian dari Tawassul ?
2. Bagaimanakah Hukum BerTawassul dalam Perspektif Islam ?

1
C. Tujuan Masalah
Tujuan permasalahan yang terdapat dalam makalah ini sendiri kita bisa
mengetahui tentang:
1. Untuk Mengetahui Pengertian dari Tawassul.
2. Untuk Mengetahui Hukum berTawassul dalam Perspektif Islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tawassul
1. Pengertian Tawassul Menurut Bahasa Arab.
Menurut Etimologi (Bahasa Arab), kata Tawassul adalah bentuk kata
benda abstrak dari kata kerja “tawassala yatawassalu”, artinya mengambil
perantara yang bisa mengantarnya kepada yang dituju (Tuhan). Makna
asalnya adalah meminta tersampaikan (permohonan) kepada sesuatu
sasaran yang diinginkan. Tawassul adalah mengambil perantara. Sedangkan
perantara (Wasilah) itu adalah segala sesuatu yang membantu agar
keinginan bisa terpenuhi1.
2. Pengertian Tawassul Menurut Para Ulama.
Ibnu Katsir mengatakan dalam kitabnya An-nihayah, jilid 5 halaman
185: Al-Wasil artinya orang yang berkeinginan untuk mencapai sesuatu. Al-
Wasilah artinya pendekatan, perantara dan sesuatu yang dijadikan untuk
menyampaikan serta mendekatkan kepada sesuatu. Bentuk jamaknya adalah
Wasail.
Al-Fairuzabadi mengatakan di dalam Al-Qamus, jilid 4 halaman 65:
Wassala illAllohi tausilan, Artinya dia mengamalkan suatu amalan yang
dengannya ia dapat mendekatkan diri kepadanya, sebagai perantara.
Ibnu Faris mengatakan di dalam Al-Mu’jam Al-Muqayyis, jilid 6
halaman 110: Al-Wasilah artinya keinginan dan tuntutan. Dikatakan
Wasala, Apabila ia berkeinginan. Al-Wasil artinya orang yang ingin
(sampai) kepada Alloh.
Ar-Raghib Al-Ashfahani berkata di dalam Al-Mufradat, halaman 560-
561: Al-Wasilah artinya pencapaian sesuatu dengan penuh keinginan. Ia
lebih khusus daripada Al-Wasilah, karena ia (Al-Wasilah) memuat makna
keinginan.

1
Syaikh Muhammad Nashirudin Al-Albani, perantara terkabulnya do’a (Tawassul),
(Jakarta: Akbar Media, 2015), Hal. 195

3
Pengertian-pengertian Tawassul diatas adalah pengertian secara
Bahasa, sebenarnya makna hakiki dari Wasilah kepada Alloh adalah
menggunakan sarana yang bisa mendekatkan diri kepada Alloh, dan
mencari keutamaan syariat, seperti berkurban. Sedangkan Wasil ialah orang
yang ingin mendekatkan diri kepada Alloh.
3. Pengertian Tawassul Secara ecara Lexsikal.
Tawassul secara Leksikal bermakna segala sesuatu yang dijadikan
sebagai media dan perantara manusia untuk sampai kepada tujuannya.
Sebagian lainnya berkata, “Tawassul adalah pemberian syafa’at di hari
Kiamat.”
4. Pengertian Tawassul Secara Teknikal.
Adapun menurut Terminologi Syariat, Tawassul adalah: “Mendekatkan
diri kepada Alloh dengan segala bentuk ketaatan dan peribadatan, dengan
cara mengikuti sunnah Rasulullah ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam dan segala
bentuk amalan yang dicintai Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan diridhai-Nya.”
(At-Tawassul Ila Haqiqati Tawassul).

B. Hukum BerTawassul dalam Perspektif Islam.


Di zaman Globalisasi yang penuh dengan kemajuan dan perkembangan,
juga zaman yang penuh dengan kedustaan dan kenistaan seperti sekarang ini,
banyak sekali fenomena yang terjadi didalam masyarakat. Dimana fenomena
tersebut tidak didasari dengan dua tuntunan, dua petunjuk besar yang dijadikan
sebagai pedoman hidup yaitu Al-Quran dan As-Sunnah. Salah satu dari
fenomena tersebut adalah Tawassul2.
Fenomena ini sangatlah terkenal di lingkungan masyarakat, karena
sebagian besar masyarakat meminati dan melakukan fenomena tersebut.
Menurut mereka berTawassul adalah salah satu cara dalam berdo’a yang
membutuhkan suatu perantara (Wasilah) agar do’a tersebut dapat lebih cepat
sampai dan mustajab. Masyarakat berTawassul dengan mendatangi makam-
makam para wali dan berTawassul di makam tersebut. Akan tetapi disisi lain
fenomena ini banyak diperdebatkan dan diperselisihkan oleh para ulama. Ada

2
Syaikh Muhammad Nashirudin Al-Albani, perantara terkabulnya do’a (Tawassul),
(Jakarta: Akbar Media, 2015).

4
ulama yang memperbolehkan diantaranya, Imam Malik, Imam Ahmad, Imam
Nawawi, Imam Subki, al-Qasthalani (ahli hadis), al-Hakim, al-Hafidz al-
Baihaqi, al-Hafidz al-Thabrani, al-Hafidz al-Haitsami, Ibnu Hajar al- Haitami,
al-Karmani, al-Jazari, Ibnu al-Hajj, al-Sumhudi dan masih banyak lagi ulama
lain yang memperbolehkannya dan ada juga ulama yang tidak memperbolehkan
dengan alasan amalan tersebut masuk atau mendekati perbuatan syirik.
Ulama-ulama yang memperbolehkan Tawassul menetapkan dalil-dalil
Al-Quran dan hadits As-Sunnah yang dijadikan sebagai dasar atau untuk
memperkuat pendapat tersebut, dalil-dalil tersebut adalah:

‫ايأيّهاالّذين أمنوا اتّقواهللا وابتغوا إليه الوسيلة‬


Artinya : Dan carilah jalan yang mendekatkan diri (Wasilah) kepada
Allah” (QS.Al-Maidah: 35)

“Diriwayatkan dari Utsman bin Hunaif bahwa ada seorang laki-laki datang
kepada (Khalifah) Utsman bin Affan untuk memenuhi hajatnya, namun sayidina
Utsman tidak menoleh ke arahnya dan tidak memperhatikan kebutuhannya.
Kemudian ia bertemu dengan Utsman bin Hunaif (perawi) dan mengadu
kepadanya. Utsman bin Hunaif berkata: Ambillah air wudlu' kemudian
masuklah ke masjid, salatlah dua rakaat dan bacalah: “Ya Allah sesungguhnya
aku meminta-Mu dan menghadap kepada-Mu melalui Nabi-Mu yang penuh
kasih sayang, wahai Muhammad sesungguhnya aku menghadap kepadamu dan
minta Tuhanmu melaluimu agar hajatku dikabulkan. Sebutlah apa
kebutuhanmu”. Lalu lelaki tadi melakukan apa yang dikatakan oleh Utsman bin
Hunaif dan ia memasuki pintu (Khalifah) Utsman bin Affan. Maka para penjaga
memegang tangannya dan dibawa masuk ke hadapan Utsman bin Affan dan
diletakkan di tempat duduk. Utsman bin Affan berkata: Apa hajatmu? Lelaki
tersebut menyampaikan hajatnya, dan Utsman bin Affan memutuskan
permasalahannya”. (HR. Al-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir dan al-Baihaqi
dalam Dalail al-Nubuwwah)3.

3
Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Majmu' al-Fatawa, I/264, dan al-Tawassul wa al-Wasilah,
II/199)

5
Itulah dalil-dalil yang menurut mereka bisa dijadikan dasar dan bisa
untuk memperkuat pendapat mereka dan mereka juga berdalih bahwa pada
dasarnya bertawassul kepada wali atau orang shaleh bukanlah meminta
kekuatan orang mati, akan tetapi berperantara dengan keshalihan dan
kedekatannya kepada Allah SWT, bukanlah manfaat yang diberikan oleh para
wali tersebut karena manfaat itu hanya bisa diberikan oleh Allah SWT, hidup
dan mati tak membedakan atau membatasi kekuasaan Allah SWT karena
ketakwaan mereka dan kedekatan mereka dengan Allah tetap abadi walaupun
mereka telah wafat.
Di sisi lain, sebagian ulama ada yang tidak memperbolehkan Tawassul,
dengan Alasan perbuatan tersebut bisa menjerumuskan kita kepada kesyirikan
karena berdo’a kepada makhluk atau mengagungkan makhluk melebihi
kedudukannya, sedangkan agama islam adalah agama yang bersih atau suci dari
syirik.
Allah SWT Berfirman:

‫ليقربواناىل هللا زلفى‬


ّ ّ‫اال ّّلل ال ّدين اخلالص والّذين اختذوا من دونه اولياء ما نعبدهم اال‬
Artinya : “ Ingatlah!, hanya milik Allah agama yang murni (dari syirik). Dan
orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata), “Kami tidak
menyembah mereka melainkan berharap agar mereka mendekatkan kami
kepada Allah dengan sedekat-dekatnya….” (QS.Az-Zumar: 3)

Kemudian perbuatan ini tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah dan


para sahabatnya, jikalau memang bertawassul tersebut ada setelah wafatnya
Rasulullah maka kenapa dihadits yang diriwayatkan umar ketika musim
kemarau mereka meminta kepada abbas untuk berdo’a kepada Allah agar terjadi
hujan bukan meminta kepada Rasulullah yang lebih mulia dan lebih dekat
dengan Allah, dan perbuatan tersebut tidak didasari oleh Al-Quran dan As-
Sunnah karena semua dalil-dalil yang digunakan oleh orang yang
memperbolehkan Tawassul adalah Dhaif. menurut mereka yang melarang
tawassul, perbuatan ini tidak masuk akal karena orang yang telah meninggal itu
telah terputus semua amalnya dan jika memang orang bertawassul dengan
karamah yang dimiliki oleh para wali tersebut maka ketika wali tersebut
meninggal maka karamah itu akan hilang seperti mu’jizat yang hilang bersama

6
dengan wafatnya nabi yang mempunyai mu’jizat tersebut kecuali mu’jizat yang
dimiliki Rasulullah SAW yaitu Al-Quran.

C. Bertawassul dengan orang yang sholeh


Adapun yang menjadi perbedaan dikalangan ulama’ adalah bagaimana
hukumnya tawassul tidak dengan amalnya sendiri melainkan dengan seseorang
yang dianggap sholeh dan mempunyai amrtabat dan derajat tinggi dei depan
Allah. sebagaimana ketika seseorang mengatakan : ya Allah aku bertawassul
kepada-Mu melalui nabi-Mu Muhammmad atau Abu bakar atau Umar dll.
Para ulama berbeda pendapat mengenai masalah ini. Pendapat mayoritas
ulama mengatakan boleh, namun beberapa ulama mengatakan tidak boleh.
Akan tetapi kalau dikaji secara lebih detail dan mendalam, perbedaan tersebut
hanyalah sebatas perbedaan lahiriyah bukan perbedaan yang mendasar karena
pada dasarnya tawassul kepada dzat (entitas seseorang), pada intinya adalah
tawassul pada amal perbuatannnya, sehingga masuk dalam kategori tawassul
yang diperbolehkan oleh ulama’.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tawasul merupakan salah satu jalan berdoa, salah satu pintu menghadap
kepada Allah SWT. Tujuan hakiki adalah Allah SWT, dan orang yang di
gunakan untuk bertawasul hanyalah penengah dan perantara untuk mendekat
kepada Allah. Barang siapa menyakini selain yang demikian maka dia telah
menyekutukan Allah.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Majmu' al-Fatawa, I/264, dan al-Tawassul wa al-
Wasilah, II/199)

Shalih bin fauzan. 1998. kitab tauhid. Akafa press, jakarta.

Syaikh Muhammad Nashirudin Al-Albani, perantara terkabulnya do’a (Tawassul),


(Jakarta:AkbarMedia,2015)

You might also like