Professional Documents
Culture Documents
KAJIAN TAWASSUL
Dosen Pengampu:
Zulaiha, M.Pd.I.
Disusun Oleh:
Elmi Mufidah
( 201210500041 )
Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ..............................................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam dikenal banyak mempunyai istilah-istilah yang berkaitan
dengan ibadah. Salah satu ibadahnya adalah Berdo’a dan salah satu istilah yang
berkaitan dengan ibadah tersebut adalah TAWASSUL.
Tawasul dilakukan ketika seseorang merasa dirinya tidak bisa berdoa
dengan baik, atau merasa dirinya kotor sehingga membutuhkan orang-orang
yang dianggap bersih untuk menyampaikan permohonan kepada Alloh. Intinya,
rasa tidak percaya diri dengan keadaan diri sendiri, sehingga membutuhkan
pihak tertentu untuk memanjatkan doa.
Istilah Tawassul dalam berdo’a, digunakan oleh sebagian besar
masyarakat, seperti fenomena masyarakat Banten dan masyarakat lain di
Indonesia yang mendatangi makam para Wali yang ada di Banten seperti
makam Sultan Maulana Hasanuddin maupun makam-makam Wali Songo.
Mereka mendatangi makam tersebut untuk berziarah dan berTawassul kepada
Wali tersebut. Mengapa masyarakat melakukan Tawassul tersebut, karena
memang masyarakat merasa ketika mereka berTawassul dalam berdo’a maka
insyaAlloh do’a tersebut akan cepat sampai dan lebih mustajab. Akan tetapi,
istilah Tawassul banyak sekali khilafiyah dan diperdebatkan oleh para ulama,
karena ada sebagian dari mereka membolehkan dan ada juga yang tidak
memperbolehkan dengan alasan berTawassul sama saja dengan syirik karena
meminta kepada selain Alloh.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah nya sebagai berikut:
1. Apa Pengertian dari Tawassul ?
2. Bagaimanakah Hukum BerTawassul dalam Perspektif Islam ?
1
C. Tujuan Masalah
Tujuan permasalahan yang terdapat dalam makalah ini sendiri kita bisa
mengetahui tentang:
1. Untuk Mengetahui Pengertian dari Tawassul.
2. Untuk Mengetahui Hukum berTawassul dalam Perspektif Islam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tawassul
1. Pengertian Tawassul Menurut Bahasa Arab.
Menurut Etimologi (Bahasa Arab), kata Tawassul adalah bentuk kata
benda abstrak dari kata kerja “tawassala yatawassalu”, artinya mengambil
perantara yang bisa mengantarnya kepada yang dituju (Tuhan). Makna
asalnya adalah meminta tersampaikan (permohonan) kepada sesuatu
sasaran yang diinginkan. Tawassul adalah mengambil perantara. Sedangkan
perantara (Wasilah) itu adalah segala sesuatu yang membantu agar
keinginan bisa terpenuhi1.
2. Pengertian Tawassul Menurut Para Ulama.
Ibnu Katsir mengatakan dalam kitabnya An-nihayah, jilid 5 halaman
185: Al-Wasil artinya orang yang berkeinginan untuk mencapai sesuatu. Al-
Wasilah artinya pendekatan, perantara dan sesuatu yang dijadikan untuk
menyampaikan serta mendekatkan kepada sesuatu. Bentuk jamaknya adalah
Wasail.
Al-Fairuzabadi mengatakan di dalam Al-Qamus, jilid 4 halaman 65:
Wassala illAllohi tausilan, Artinya dia mengamalkan suatu amalan yang
dengannya ia dapat mendekatkan diri kepadanya, sebagai perantara.
Ibnu Faris mengatakan di dalam Al-Mu’jam Al-Muqayyis, jilid 6
halaman 110: Al-Wasilah artinya keinginan dan tuntutan. Dikatakan
Wasala, Apabila ia berkeinginan. Al-Wasil artinya orang yang ingin
(sampai) kepada Alloh.
Ar-Raghib Al-Ashfahani berkata di dalam Al-Mufradat, halaman 560-
561: Al-Wasilah artinya pencapaian sesuatu dengan penuh keinginan. Ia
lebih khusus daripada Al-Wasilah, karena ia (Al-Wasilah) memuat makna
keinginan.
1
Syaikh Muhammad Nashirudin Al-Albani, perantara terkabulnya do’a (Tawassul),
(Jakarta: Akbar Media, 2015), Hal. 195
3
Pengertian-pengertian Tawassul diatas adalah pengertian secara
Bahasa, sebenarnya makna hakiki dari Wasilah kepada Alloh adalah
menggunakan sarana yang bisa mendekatkan diri kepada Alloh, dan
mencari keutamaan syariat, seperti berkurban. Sedangkan Wasil ialah orang
yang ingin mendekatkan diri kepada Alloh.
3. Pengertian Tawassul Secara ecara Lexsikal.
Tawassul secara Leksikal bermakna segala sesuatu yang dijadikan
sebagai media dan perantara manusia untuk sampai kepada tujuannya.
Sebagian lainnya berkata, “Tawassul adalah pemberian syafa’at di hari
Kiamat.”
4. Pengertian Tawassul Secara Teknikal.
Adapun menurut Terminologi Syariat, Tawassul adalah: “Mendekatkan
diri kepada Alloh dengan segala bentuk ketaatan dan peribadatan, dengan
cara mengikuti sunnah Rasulullah ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam dan segala
bentuk amalan yang dicintai Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan diridhai-Nya.”
(At-Tawassul Ila Haqiqati Tawassul).
2
Syaikh Muhammad Nashirudin Al-Albani, perantara terkabulnya do’a (Tawassul),
(Jakarta: Akbar Media, 2015).
4
ulama yang memperbolehkan diantaranya, Imam Malik, Imam Ahmad, Imam
Nawawi, Imam Subki, al-Qasthalani (ahli hadis), al-Hakim, al-Hafidz al-
Baihaqi, al-Hafidz al-Thabrani, al-Hafidz al-Haitsami, Ibnu Hajar al- Haitami,
al-Karmani, al-Jazari, Ibnu al-Hajj, al-Sumhudi dan masih banyak lagi ulama
lain yang memperbolehkannya dan ada juga ulama yang tidak memperbolehkan
dengan alasan amalan tersebut masuk atau mendekati perbuatan syirik.
Ulama-ulama yang memperbolehkan Tawassul menetapkan dalil-dalil
Al-Quran dan hadits As-Sunnah yang dijadikan sebagai dasar atau untuk
memperkuat pendapat tersebut, dalil-dalil tersebut adalah:
“Diriwayatkan dari Utsman bin Hunaif bahwa ada seorang laki-laki datang
kepada (Khalifah) Utsman bin Affan untuk memenuhi hajatnya, namun sayidina
Utsman tidak menoleh ke arahnya dan tidak memperhatikan kebutuhannya.
Kemudian ia bertemu dengan Utsman bin Hunaif (perawi) dan mengadu
kepadanya. Utsman bin Hunaif berkata: Ambillah air wudlu' kemudian
masuklah ke masjid, salatlah dua rakaat dan bacalah: “Ya Allah sesungguhnya
aku meminta-Mu dan menghadap kepada-Mu melalui Nabi-Mu yang penuh
kasih sayang, wahai Muhammad sesungguhnya aku menghadap kepadamu dan
minta Tuhanmu melaluimu agar hajatku dikabulkan. Sebutlah apa
kebutuhanmu”. Lalu lelaki tadi melakukan apa yang dikatakan oleh Utsman bin
Hunaif dan ia memasuki pintu (Khalifah) Utsman bin Affan. Maka para penjaga
memegang tangannya dan dibawa masuk ke hadapan Utsman bin Affan dan
diletakkan di tempat duduk. Utsman bin Affan berkata: Apa hajatmu? Lelaki
tersebut menyampaikan hajatnya, dan Utsman bin Affan memutuskan
permasalahannya”. (HR. Al-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir dan al-Baihaqi
dalam Dalail al-Nubuwwah)3.
3
Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Majmu' al-Fatawa, I/264, dan al-Tawassul wa al-Wasilah,
II/199)
5
Itulah dalil-dalil yang menurut mereka bisa dijadikan dasar dan bisa
untuk memperkuat pendapat mereka dan mereka juga berdalih bahwa pada
dasarnya bertawassul kepada wali atau orang shaleh bukanlah meminta
kekuatan orang mati, akan tetapi berperantara dengan keshalihan dan
kedekatannya kepada Allah SWT, bukanlah manfaat yang diberikan oleh para
wali tersebut karena manfaat itu hanya bisa diberikan oleh Allah SWT, hidup
dan mati tak membedakan atau membatasi kekuasaan Allah SWT karena
ketakwaan mereka dan kedekatan mereka dengan Allah tetap abadi walaupun
mereka telah wafat.
Di sisi lain, sebagian ulama ada yang tidak memperbolehkan Tawassul,
dengan Alasan perbuatan tersebut bisa menjerumuskan kita kepada kesyirikan
karena berdo’a kepada makhluk atau mengagungkan makhluk melebihi
kedudukannya, sedangkan agama islam adalah agama yang bersih atau suci dari
syirik.
Allah SWT Berfirman:
6
dengan wafatnya nabi yang mempunyai mu’jizat tersebut kecuali mu’jizat yang
dimiliki Rasulullah SAW yaitu Al-Quran.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tawasul merupakan salah satu jalan berdoa, salah satu pintu menghadap
kepada Allah SWT. Tujuan hakiki adalah Allah SWT, dan orang yang di
gunakan untuk bertawasul hanyalah penengah dan perantara untuk mendekat
kepada Allah. Barang siapa menyakini selain yang demikian maka dia telah
menyekutukan Allah.
8
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Majmu' al-Fatawa, I/264, dan al-Tawassul wa al-
Wasilah, II/199)