You are on page 1of 14

STRATEGI KESANTUNAN BAHASA BUGIS DALAM TINDAK TUTUR

MEMERINTAH DI DESA LAMATA KECAMATAN


GILIRENGKABUPATEN WAJO

Mualiyah Aznawi1 Safriwana Aras2

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Makassar


mualiyah.asnawi@gmail.com
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Makassar
safriwana.a@gmail.co.id

Abstract

The main problem in this research is to know the language of politeness strategies Bugis
in speech acts govern, as well as forms of politeness marker used in Bugis Village
District of Gilireng Wajo Lamata. This study aims to determine strategies and forms of
politeness marker Bugis language in speech acts govern in the Village District of Gilireng
Wajo salvation. This research was a qualitative descriptive study, which emphasizes the
use of data obtained from the field. A research procedure that produces descriptive data in
the form of words written or spoken of the people observed. This research data was data
Bugis village District of Gilireng Wajo Lamata, and includes verbal or speech or writing
or text civility in speech acts govern. Data analysis did through several stages:
observation of data, data identification, classification and categorization of data and
markers politeness strategies based on their characteristics. The results showed that the
Bugis language Politeness Strategies In Speech Acts Ruling In the village of the District
Lamata Gilireng Wajo the strategy explicitly include: ordered, requested, forbid, permit,
encourage, suggest, expect, propose options, invited, invite and urge. As well as the
implicit strategy that includes: melaran, ordering, ask for help, encourage / persuade, urge
and beg / permissions

Keywords: Strategy, politeness and speech acts.

Abstrak
Masalah utama dalam penelitian ini yaitu mengetahui strategi kesantunan bahasa Bugis
dalam tindak tutur memerintah, serta bentuk pemarkah kesantunan yang digunakan dalam
bahasa Bugis di Desa Lamata Kecamatan Gilireng Kabupaten Wajo. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui strategi dan bentuk pemarkah kesantunan bahasa Bugis
dalam tindak tutur memerintah di Desa Lamatan Kecamatan Gilireng Kabupaten Wajo.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif, yang
menekankan pada penggunaan data yang diperoleh dari lapangan. Prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari masyarakat
yang diamati. Data penelitian ini adalah data bahasa Bugis di desa Lamata Kecamatan
Gilireng Kabupaten Wajo baik yang berupa lisan atau tuturan maupun tulisan atau teks
kesantunan dalam tindak tutur memerintah. Teknik analisis data yang dilakukan melalui
beberapa tahapan yaitu: observasi data, identifikasi data, klasifikasi data dan
pengkategorian strategi dan pemarkah kesantunan berdasarkan karakteristiknya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Strategi Kesantunan Bahasa Bugis Dalam Tindak Tutur
Memerintah Di Desa Lamata Kecamatan Gilireng Kabupaten Wajo yaitu strategi secara

119
eksplisit yang meliputi: menyuruh, meminta, melarang, mengizinkan, mengimbau,
menganjurkan, mengharapkan, mengajukan pilihan, mempersilakan, mengajak dan
mendesak. Serta strategi secara implisit yang meliputi: melaran, menyuruh, meminta
bantuan, mengimbau/mengajak, mendesak, dan memohon/permisi
Kata kunci: Strategi, kesantunan dan tindak tutur.

I. PENDAHULUAN semakin terpola dan merusak jaringan


Bahasa merupakan salah satu komunikasi yang beretika.
sarana untuk berinteraksi dalam Salah satu aspek tindak tutur yang
lingkungan sosial. Untuk kepentingan mengutamakan kesantunan adalah tindak
interaksi sosial dibutuhkanlah bahasa tutur memerintah. Tindak tutur
sebagai alat berkomunikasi. Dengan memerintah merupakan salah satu
bantuan bahasa, interaksi sosial antara tindakan yang dilakukan agar mitratutur
masyarakat yang satu dengan masyarakat dapat melaksanakan permintaan, suruhan,
yang lain akan berlangsung dengan baik. atau perintah dari penutur. Untuk
Hal ini pun menjadi penanda bahwa mencapai tujuan sebagaimana yang
terwujudnya kompetensi atau kemampuan diinginkan oleh penutur, biasanya
berkomunikasi tidak lain karena adanya digunakan beberapa strategi agar perintah
korelasi psikologis suatu bahasa. tersebut dapat berterima baik oleh
Apabila fungsi bahasa dilihat dari mitratutur.
konsep tindak tutur (speech act), fungsi jika pemenuhan atas pemanfaatan
bahasa dapat digunakan untuk melakukan strategi tidak terjadi, maka hubungan
sesuatu. Dengan kata lain, suatu ujaran antara penutur dan mitratutur menjadi
tidak hanya dapat dinilai dengan benar tidak seimbang, padahal interaksi sosial
atau tidak benarnya, tetapi juga dari akan dapat berjalan harmonis jika prinsip
kesahihan tuturan tersebut. Untuk menilai kerjasama dan keseimbangan diterapkan.
benar salahnya sebuah tuturan, hal itu Itulah sebabnya, jalinan komunikasi dan
tidak dapat dipisahkan dari situasi tutur hubungan sosial kedua belah pihak perlu
(speech situation), dan peristiwa tutur diperbaiki melalui ungkapan memerintah
(speech event), yang berada dalam suatu sesantun mungkin. Salah satu cara untuk
masyarakat tutur (the speech community), mencapai tujuan ini, penutur perlu
yaitu suatu komunitas atau masyarakat menggunakan pemarkah kesantunan dan
yang memiliki pengetahuan bersama memilih strategi untuk mengungkapkan
tentang norma tutur, baik dalam bertutur perintahnya, yang biasanya dilakukan
ataupun dalam menginterpretasikannya. melalui studi kebiasaan yang berlaku
Berdasarkan tahun terakhir ini dalam masyarakat setempat, yang dapat
kajian kesantunan berbahasa telah menghasilkan pola strategi berbahasa
menjadi salah satu aspek yang banyak yang dianggap pantas berdasarkan
diperhatikan. Hal ini disebabkan konteks budaya yang berlaku.
munculnya indikasi semakin menurunnya Demikian halnya yang terjadi
derajat kesantunan berbahasa dalam suatu pada bahasa Bugis, dipercaya terdapat
masyarakat. Indikasi ini dapat menjadi beberapa pola atau strategi yang dapat
penanda timbulnya pergeseran perilaku diterapkan untuk mencapai tujuan dan
berbahasa, khususnya kesantunan menghindari kesalahpahaman antara
berbahasa dari generasi ke generasi. penutur dan mitratutur serta menjunjung
Fonemena ini pun menjadi hal yang tinggi kesantunan dalam berbahasa di
prioritas untuk segera dientaskan masyarakat.
mengingat lambat laun gejala ini akan

120
1. Tentang Tindak Tutur seperti praanggapan, perikutan, implikatur
1.1. Pengertian Tindak Tutur percakapan, prinsip kerjasama dan prinsip
kesantunan.
Dalam bukunya How to Do Berdasarkan beberapa pendapat
Things with Words, Austin (1962) tersebut dapat disimpulkan bahwa tindak
menyatakan bahwa bahasa tidak hanya tutur adalah suatu tindakan bertutur yang
digunakan untuk menyatakan sesuatu, memiliki maksud tertentu yang dapat
tetapi juga dapat digunakan untuk diungkapkan secara eksplisit maupun
melakukan suatu tindakan. Menurut pakar implisit. Tindak tutur yang memiliki
ini, suatu tuturan bukan hanya digunakan maksud tertentu tersebut tidak dapat
untuk menyatakan suatu hal, melainkan dipisahkan dari konsep situasi tutur.
juga untuk mengungkapkan sikap, Konsep tersebut memperjelas pengertian
perasaan, dan juga maksud penutur. Ahli tindak tutur sebagai suatu tindakan yang
lain, Sumarsono (2002:323) mengatakan menghasilkan tuturan sebagai produk
bahwa tindak tutur adalah sepenggal tutur tindak tutur.
yang dihasilkan sebagai bagian dari 3.1. Strategi Tindak Tutur Memerintah
interaksi sosial. dalam Bahasa Bugis
Menurut Djajasudarman (dalam
Harnida (2012) tindak tutur Hasbia 2012), strategi tindak ujar/tutur
(speech art) merupakan unsur pragmatik dapat diklasifikasikan ke dalam tindak
yang melibatkan pembicara, pendengar, tutur langsung (direct speech acts) dan
penulis, pembaca serta yang dibicarakan. tindak tutur tak langsung (inderct speech
Dalam penerapannya tindak tutur acts). Tindak tutur langsung
digunakan oleh beberapa disiplin ilmu. menunnjukkan fungsinya dalam keadaan
Harnida (dalam Chaer 2004:16) (tindakan) langsung dan literal (penuturab
menyatakan tindak tutur merupakan gejala sesuai dengan kenyataan) sedangkan
individual, bersifat psikologis dan tindak tutur tidak langsung biasanya
keberlangsungannya ditentukan oleh diidentifikasikan dengan kalimat
kemampuan bahasa si penutur dalam performatif yang implisit.
menghadapi situasi tertentu. Sebagai realisasi atas strategi
Akbar (2014: 9) tindak tutur memerintah maka tuturan dalam tindakan
merupakan analisis pragmatik, yaitu memerintah yang ditemukan dalam bagian
cabang ilmu bahasa yang mengkaji bahasa ini merupakan tuturan asli dalam bentuk
dari aspek pemakaian aktualnya. Tindak perintah, baik perintah secara eksplisit
tutur juga dapat dikatakan sebagai salah maupun secara implisit yang ditemui di
satu kegiatan fungsional manusia sebagai lapangan tanpa melalui penyuntingan
makhluk berbahasa. Akbar (dalam data. Selain itu, sampel data yang
Leech:1983: 5-6) menyatakan bahwa ditampilkan juga telah dikelompokkan ke
pragmatik mempelajari maksud ujaran dalam beberapa strategi, baik strategi
(yaitu untuk apa ujaran itu dilakukan); memerintah secara langsung (eksplisit)
menanyakan apa yang seseorang maupun strategi secara tidak langsung
maksudkan dengan suatu tindak tutur; dan (implisit) beserta substrateginya masing-
mengaitkan makna dengan siapa berbicara masing.
kepada siapa, di mana, bilamana, 3.1.1. Strategi Memerintah Secara
bagaimana. Tindak tutur merupakan Eksplisit
entitas yang bersifat sentral di dalam Tuturan memerintah secara
pragmatik dan juga merupakan dasar bagi langsung terbentuk dari kalimat perintah.
analisis topik-topik lain di bidang ini Kalimat perintah ini umumnya berjenis

121
kalimat elips karena hanya terdiri atas satu d. Strategi Memerintah Secara Ekplisit
kata ataupun kelompok kata yang dengan Maksud Mengizinkan
berkategori verba. Di samping itu, ada Strategi memerintah secara
pula tuturan yang muncul dengan verba ekplisit ini digunakan untuk
atau nomina, tetapi diikuti oleh kata merealisasikan tuturan perintah penutur
sapaan, bentuk honorifik atau kategori kepada mitratutur dengan maksud
fatis sebagai piranti penanda daya memenuhi permintaan mitratutur. Dalam
ilokusinya. bahasa Bugis keseharian ungkapan
a. Strategi Memerintah Secara memerintah yang bermaksud mengizinkan
Eksplisit dengan Maksud Menyuruh ini selain ditemukan dalam kadar
Strategi memerintah secara kesantunan yang tinggi, adapula yang
ekplisit ini digunakan untuk memiliki kadar kesantunan yang rendah.
merealisasikan tuturan perintah penutur Hal ini bergantung pada konteks dan
kepada mitratutur dengan maksud situasi pertuturan yang menyertainya.
menyuruh. Strategi ini dipilih oleh e. Strategi Memerintah Secara Ekplisit
penutur agar mitratutur juga dapat dengan dengan Maksud
langsung memenuhi perintah suruhan Menyarankan/Mengimbau
penutur. Dalam penggunaan strategi ini, Strategi memerintah secara
kecuali ditemukan tuturan yang kadar ekplisit ini digunakan untuk
sangat rendah. merealisasikan tuturan perintah penutur
b. Strategi Memerintah Secara kepada mitratutur dengan maksud
Eksplisit dengan Maksud Meminta memberikan saran atau imbauan kepada
Strategi memerintah secara mitratutur. Dalam bahasa Bugis
eksplisit yang diwujudkan dalam bentuk keseharian ungkapan memerintah yang
meminta, lebih banyak digunakan oleh bermaksud menyarankan ini selain
penutur. Selain untuk lebih memudahkan ditemukan dalam kadar kesantunan yang
kemungkinan terjadinya kerjasama lebih tinggi, ada pula yang memiliki kadar
tinggi antara penutur dan mitra tutur juga kesantunan yang rendah.
bertujuan untuk meminta bantuan atau f. Strategi Memerintah Secara Ekplisit
perhatian mitra tutur agar segera mungkin dengan Maksud Menganjurkan
memenuhi permintaan mitratutur. Strategi memerintah secara
c. Strategi Memerintah Secara ekplisit dan bermaksud menganjurkan ini,
eksplisit dengan Maksud Melarang sesungguhnya tidak berbeda jauh dengan
Strategi memerintah secara strategi memerintah yang bermaksud
ekplisit ini digunakan untuuk menyarankan atau mengimbau. Pada
merealisasikan tuturan perintah penutur bahasa Bugis, strategi ini umumnya
kepada mitratutur dengan maksud menggunakan kata madeceng kapang
melarang. Strategi ini dipilih oleh penutur ‘mungkin lebih baik’, mabello kapang
agar mitratutur juga dapat dengan ‘sebaiknya/ mungkin lebih bagus’ yang
langsung memenuhi perintah larangan berfungsi sebagai pemarkah kesantunan.
penutur. Dalam bahasa Bugis keseharian g. Strategi Memerintah Secara Ekplisit
ungkapan memerintah yang bermaksud dengan Maksud Mengharapkan
melarang ini selain ditemukan dalam Strategi memerintah secara
kadar kesantunan yang tinggi ada pula ekplisit ini digunakan untuk
yang memiliki kadar kesantunan yang merealisasikan tuturan perintah penutur
rendah. Hal itu bergantung pada konteks kepada mitratutur dengan maksud
dan situasi pertuturan yang melatarinya. mengharapkan. Strategi ini dipilih oleh
penutur agar mitratutur juga dapat dengan

122
langsung memenuhi perintah sekaligus kegiatan sesuai yang diperintahkan oleh
harapan penutur. Dalam bahasa Bugis penutur. Dengan menggunakan pemarkah
mumnya strategi memerintah dengan tabéq ‘maaf’ dalam bahasa Bugis,
tujuan mengharapkan ini dicirikan oleh ungkapan memerintah tersebut semakin
frasa verba yang bermakna pengharapan, berterima karena dianggap sebagai tuturan
misalnya: upiminasakik, urennuakkik, yang santun dan beretika, sekaligus
uharapkik, tennapodo, mammuarekgi.. merupakan strategi bertutur yang paling
Beberapa alasan penutur memilih banyak dipilih penutur. Dalam bahasa
strategi memerintah yang bertujuan Bugis keseharian ungkapan memerintah
mengharapkan ini, antra lain agar yang bermaksud mempersilahkan ini
ungkapan memerintah si penutur terkesan umumnya ditemukan dalam bentuk
lebih halus dan santun, dapat leebih tuturan yang memiliki nilai kesantunan
mudah berterima dan direspon oleh yang tinggi.
mitratutur, berusaha menjaga citra positif j. Strategi Memerintah Secara Ekplisit
dan mengurangi ketersinggungan dengan Maksud Mengajak
mitratutur. Bentuk ungkapan memerintah
h. Strategi Memerintah Secara Ekplisit dengan strategi mengajak ini, dipilih oleh
dengan Maksud Mengajukan penutur dengan perimbangan agar
Pilihan mitratutur tidak merasa diperintah
Untuk merealisasikan tuturan langsung oleh penutur. Pemarkah
perintah kepada mitratutur biasanya kesantunan memerintah yang bermakna
penutur memilih strategi memerintah mengajak, terealisasai delam bentuk verba
secara ekplisit dengan mengajukan pilihan yang digunakan dan digukung pula oleh
kepada mitratutur. Selain memerintah penggunaan pemarkah kesantunan bahasa
langsung, strategi ini juga bertujuan Bugis yang lebih umum. Penggunaan
memberikan pilihan kepada mitratutur di verba yang dimaksud adalah verba
antara dua klausa yang bermakna performatif, yaitu penggunaan kata
perintah. Pemarkah kesantunan pada berkategori verba yang bermakna
bahasa Bugis yang biasa digunakan mengajak. Misalnya dalam bahasa Bugis,
penutur dalam menerapkan strategi ini ditemui dalam bentuk verba aktif létténik
adalah iyare’ga dan atau sendiri. ‘marilah’, lokkanik ‘ayolah berangkat’,
Keduanya bermakna ‘atau’. réwéknik ‘ayo kita pulang!
Beberapa alasan penutur memilih k. Strategi Memerintah Secara Ekplisit
strategi memerintah yang bertujuan dengan Maksud Mendesak
memberikan pilihan kepada mitratutur ini, Ungkapan memerintah dengan
selain agar ungkapan memerintah tersebut maksud mendesak, ditemukan pada
dimaknai lebih halus dan santun, dapat penutur yang memiliki kekuasaan,
lebih mudah berterima dan direspon oleh keotortasan, hubungan kekerabatan, dan
mitratutur, juga merupakan usaha penutur status sosial lebih tinggi dari pada
dalam mempertahankan muka positif mitratutur. Penutur memberikan desakan
(positive face) mitratuturnya. kepada mitratutur agar sesegera mungkin
i. Strategi Memerintah Secara Ekplisit menjalankan perintah yang diperintahkan.
dengan Maksud Mempersilakan 3.1.2. Strategi Memerintah Secara
Strategi memerintah secara Implisit
ekplisit ini digunakan untuk Selain ungkapan memerintah
merealisasikan tuturan perintah penutur yang direalisasikan dalam bentuk ekplisit,
kepada mitratutur dengan maksud adapula ungkapan memerintah yang
mempersilahkan mitratutur melakukan direalisasikan dalam implisit. Tak berbeda

123
dengan ungkapan memerintah secara kepada mitratutur dengan maksud
ekplisit, ungkapan memerintah secara menyuruh. Strategi ini dipilih oleh
implisit pun ditemui dalm bentuk kalimat penutur agar mitratutur juga dapat dengan
yang panjang atau kalimat elips. langsung memenuhi perintah suruhan
Pada ungkapan langsung bentuk penutur. Dalam penggunaan strategi ini
tuturan yang diungkapkan oleh penutur ungkapan memerintah biasanya
cenderung menggunakan kata yang digunakan hanya dengan menyebutkan
beraposisi dengan verba pervormatif. objek atau subjek yang berkategori kata
Umumnya kalimat yang digunakan tidak benda, kata kerja atau kata sifat saja.
mesti dalam bentuk kalimat deklaratif dan Strategi ini cukup banyak digunakan oleh
iperatif, tetapi ditemui pula dalam bentuk penutur dalam mengungkapkan
kalimat lain, seperti kalimat interogatif. perintahnya, karena dianggap lebih
Namun demikan, maksud kalimat itu tetap sederhana. Agar terjalin kerjasama antara
marifer atau mengacu pada maksud yang penutur dan mitratutur, maka keduanya
yang sesuai dengan bentuk ekplisit. harus memahami konteks tuturan.
Strategi implisit ini dipilih oleh penutur c. Strategi Memerintah Secara Implisit
dengan pertimbangan pada pengutamaan dengan Maksud Meminta Bantuan
menjaga harga diri dan kehormatan, Selain itu, khusus pada ungkapan
mappakaraja dan mappakalebb-i secara tidak langsung ini ditemukan
mitratutur. beberapa ungkapan memerintah yang
Dipercaya dengan tetap menjaga bermaksud meminta bantuan yang
muka positif (positive face) mitratutur, disamarkan dengan memberikan
hubungan yang harmonis antara kedua penjelasan situasi yang melatari konteks.
partisipan tersebut akan semakin baik. Ungkapan memerintah dengan strategi ini
Berikut ini adalah bentuk ungkapan dipilih oleh penutur dengan maksud
memerintah secara implisit yang mengimplisitkan ungkapan memerintah.
dituturkan oleh penutur dalam berbagai Beberapa alasan penutur memilih
strategi dan substrategi: strategi memerintah yang bertujuan
a. Strategi Memerintah Secara Implisit meminta bantuan ini. Selain agar
dengan Maksud Melarang ungkapan memerintah tersebut dimaknai
Dalam mengungkapkan maksud lebih halus dan santun, dapat lebih mudah
memerintahnya, penutur kadangkala berterima dan direspon oleh mitratutur,
menggunakan strategi memerintah secara juga merupakan usaha penutur dalam
implisit, termasuk agar keinginan penutur mempertahankan muka (positive face)
dapat berterima oleh mitratutur positif mitratuturnya.
melakukan pekerjaan yang Intonasi merupakan salah satu
membahayakan partisipan. Untuk strategi yang digunakan untuk
menyamarkan ungkapan memerintahya memperhalus tuturan memerintah
maka penutur menggunakan strategi seseorang di samping gerak tubuh atau
memerintah dengan kalimat yang isyarat tubuh penutur. Semakin tinggi dan
memiliki makna oposisi dengan perintah keras intonasi perintah penutur, semakin
sebenarnya, tetapi tetap memiliki makna tidak santun pula tuturan itu. Sebaliknya,
yang sama. semakin rendah dan lembut intonasi
b. Strategi Memerintah Secara Implisit perintah penutur, semakin santun pula
dengan Maksud Menyuruh tuturan itu.
Strategi memerintah secara d. Strategi Memerintah Secara Implisit
implisit ini digunakan untuk dengan Maksud Mengimbau/
merealisasikan tuturan perintah penutur Menganjurkan/ Mendesak

124
Pemilihan strategi yang dapat menggunakan beberapa strategi dalam
bermakna mengimbau, atau menganjurkan mengungkapkan kesantunan kepada
atau mendesak ini dimaksudkan untuk mitratutur melalui ungkapan perintahnya.
memperkecil ketersinggungan dan Masyarakat tutur yang ada di
keterancaman muka mitratutur. Melalui Kabupaten Wajo sangat menjunjung
ungkapan memerintah yang implisit tinggi nilai kesopanan. Hal ini dapat
diharapkan penutur telah berusaha diukur dengan tingginya kadar kesantunan
memberikan pencitraan yang baik kepada dalam bertindak dan bertutur, khususnya
mitratutur. pada ungkapan memerintah yang
Bagi masyarakat penutur bahasa kadaritasnya dapat diukur melalui
Bugis, ungkapan memerintah secara penggunaan pemarkah-pemarkah
implisit lebih sering digunakan. Hal ini kesantunan yang sifatnya konvensional
dipengaruhi faktor pemahaman yang dan telah diatur dalam sistem berbahasa
konvensional, bahwa jika sebuah masyarakat Bugis. Kecuali itu,
ungkapan perintah yang dituturkan secara masyarakat tutur yang ada di Kabupaten
langsung, maka kadar kesantunan tuturan Wajo sangat menjunjung tinggi dan
itu sangat rendah. Sebaliknya jika menghormati ajaran adat Bugis-Makassar
ungkapan itu dituturkan secara implisit yang tercermin dalam konsep sipakatau
(tidak langsung), maka tuturan itu dan sipakalebbi, yaitu menjunjung tinggi
memiliki kadar kesantunan yang tinggi. persaudaraan dengan mengutamakan
Tentunya hal tersebut berhubungan penghargaan dan penghormatan kepada
dengan usaha menyelamatan muka sesama manusia. Ajaran ini tidak terlepas
partsipan masing-masing. dari budi pekerti seseorang, yaitu adanya
e. Strategi Memerintah Secara Implisit rasa, perasaan, malu (siri’) dan
dengan Maksud Memohon/Permisi kesopanan. Berdasarkan ajaran adat
Strategi memerintah secara tersebut, dapat diketahui bahwa ungkapan
implisit yang diwujudkan dalam bentuk memerintah sebagai sebuah bentuk
memohon/permisi lebih banyak kesantunan berbahasa telah terajarkan
digunakan oleh penutur dengan hanya secara hakiki dalam ajaran adat Bugis-
menggunakan verba performatif, yaitu Makassar. Konsep malu yang berkaitan
verba yang mengacu pada inti perintah dengan muka dan kesantunan dalam
tersebut. Selain itu, penutur lebih banyak berbahasa juga tercakup dalam konsep
menggunakan pemarkah kesantunan saja, malu dan sopan. Bagaimanapun budi
ditambah dengan gerakan tubuh. pekerti yang baik digunakan antara lain
Pemarkah yang dimaksud tersebut dalam untuk membangun gubungan baik antara
bahasa Bugis yaitu; addampengekka manusia.
(maafkan saya), tulungngak (tolong),
tabéq (maaf). II. METODE PENELITIAN
4. Bentuk-bentuk Pemarkah a. Rancangan Penelitian
Kesantunan dalam Tindak Tutur Jenis penelitian ini adalah
Memerintah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian
Agar maksud penutur dapat kualitatif deskriptif bertujuan untuk
diterima sesuai keinginannya tanpa mengungkapkan berbagai informasi
mengancam muka kedua belah pihak, kualitatif dengan pendeskripsian yang
sebagian besar penutur memilih teliti dan penuh nuansa untuk
kesantunan berbahasa sebagai perwujudan menggambarkan secara cermat sifat-sifat
dari strategi tindak tutur. Demikian halnya suatu hal (indivudu atau kelompok),
pada tindak tutur memerintah, penutur keadaan, gejala, atau fenomena yang lebih

125
berharga daripada hanya pernyataan dalam bahasa Bugis, dilakukan
dalam bentuk angka-angka dan tidak berdasarkan beberapa tahap yaitu:
terbatas pada pengumpulan data obsevasi data, identifikasi data, klasifikasi
melainkan meliputi analisis dan data, dan pengkategorian strategi dan
interpretasi data. pemarkah kesantunan berdasarkan
b. Fokus Penelitian karakteristiknya.
Fokus dari penelitian ini adalah Adapun langkah-langkah yang
strategi kesantunan bahasa Bugis dalam penulis tempuh dalam menganalisis data
tindak tutur memerintah yang digunakan adalah sebagai berikut:
oleh penutur Bugis di Desa Lamata, 1. Menerjemahkan arti bahasa Bugis
Kecamatan Gilireng, Kabupaten Wajo. (daerah) ke dalam bahasa Indonesia,
c. Tempat dan Subjek Penelitian 2. Mengelompokkan tuturan perintah
Peneliti bermaksud melakukan berdasarkan strategi tindak tutur, dan
penelitian ini di Desa Lamata, Kecamatan 3. Menganalisis.
Gilireng, Kabupaten Wajo. Adapun
subjek penelitian ini yaitu masyarakat III. HASIL PENELITIAN DAN
tutur dari desa tersebut. PEMBAHASAN
d. Data dan Sumber Data a. Hasil Penelitian
1. Data 1. Strategi Memerintah Secara
Data yang dikaji dalam penelitian Eksplisit
ini adalah data bahasa Bugis di Desa 1.1. Memerintah Secara Eksplisit
Lamata, Kecamatan Gilireng, Kabupaten dengan Maksud Menyuruh
Wajo baik bahasa lisan atau tuturan (1) a. Tulungngak, Ndik.
maupun tulisan atau teks kesantunan Tapamperengngak iyaro
dalam tindak tutur memerintah. serok’e!
2. Sumber Data ‘Tolong saya Dik,
Data yang akan dikaji dalam ambilkan saya itu timba’
penelitian ini bersumber dari bahasa lisan (Tolong saya Dik,
dan bahasa tertulis, yaitu segenap tuturan ambilkan timba itu!)
yang diungkapkan oleh penutur di dalam b. Tabek Puang, Idikna ri olo!
masyarakat yang dianggap berimplikasi ‘Maaf Puang, Anda saja
pada bentuk atau tindakan memerintah di depan!’
dalam bahasa Bugis di Desa Lamata, (Maaf Puang, Anda di
Kecamatan Gilireng, Kabupaten Wajo. depan saja!)
e. Teknik Pengumpulan Data c. Idikna palek tudang riolo,
Untuk memperoleh data yang Daeng!
lengkap, peneliti menggunakan teknik ‘Anda saja kalau begitu
yang dianggap relevan dengan tujjuan duduk di depan, Kakak!’
yang ingin dicapai. Antara lain: (Kalau begitu, Kakak saja
pengamatan langsung, teknik mencatat, yang duduk di depan!)
teknik simak libat cakap. (2) a. Tabukkarengngak garek
pattutuk botolok e, Daeng!
f. Teknik Analisis Data ‘Kamu bukakan saya coba
Teknik analisis data atau penutup botol ini, Kakak!’
pengolahan data yang dilakukan untuk (Kakak, coba bukakan
mengetahui strategi kesantunan dalam penutup botol ini!)
ungkapan memerintah dan bentuk b. Idikna Rahma jokka
pemarkah kesantunan yang digunakan malawi emma!

126
‘Kamu saja Rahma pergi bapak yang lain yang memiliki usia yang
jemput mama!’ sedikit lebih tua dari dirinya, penutur
(Kamu saja Rahma yang menyuruh mitratutur agar duduk di depan
menjemput mama!) dengan maksud mappakaraja
(3) a. Alammanak iyaro remok’ e (menghormati) mitratutur. Sementara itu
ko sideppemu ! tuturan (1c) yang dituturkan oleh seorang
‘Ambilkan itu remot di perempuan kepada kakaknya agar duduk
dekat kamu!’ berada di depan sebagai tanda
(Ambilkan remot itu di penghormatan karena dalam kebiasaan
dektatmu !) masyarakat Bugis, orang yang dituakan
b. Jokkasaino melli bette lame, atau dihormati biasanya disediakan tempat
cappui matuk! dibagian depan.
‘Pergi saja kamu membeli ubi Dari penjelasan di atas dapat
goreng, habis nanti!’ diketahui bahwa ungkapan memerintah
(Pergi sajalah kamu membeli pada tuturan (1), (2), dan (3) diurut
ubi goreng, nanti habis!) berdasrkan kadar kesantunannya. Artinya,
Dalam pemakaian bahasa Bugis tuturan (1) lebih tinggi kadar
keseharian, tuturan memerintah yang kesantunannya daripada tuturan (2) dan
diwujudkan dalam bentuk memerintah (3). Demikian halnya tuturan (2) dianggap
secara langsung seperti pada tuturan (1-3) lebih santun daripada tuturan (3). Penentu
di atas dapat diketahui makna atau kadar kesantunan tuturan-tuturan tersebut
tujuannya melalui konteks dan situasi mengacu pada pemarkah kesantunan dan
pertuturan yang melatarinya. Ungkapan kategori fatis atau sesuai tidaknya
memerintah pada tuturan tersebut penanda honorifik yang digunakan. Selain
dianggap memiliki kadar kesantunan yang itu, situai yang melatari tuturan tersebut
lebih tinggi. Dengan menggunakan juga menjadi faktor pendukung
penanda daya ilokusi tulung ‘tolong’, kesantunan suatu tuturan.
tabek ‘maaf’, dan penunjuk persona Ungkapan memerintah pada (2a)
pertama idik ‘kamu/saudara’ sebagai memiliki kadar kesantunan yang sama
pelembut ujaran maka ungkapan perintah dengan ungkapan pada (2b). Ungkapan
tersebut dapat dengan mudah berterima. pada (2a) dituturkan oleh seorang
Selain itu terdapat pula penanda daya perempuan kepada kakaknya. Tuturan ini
ilokusi yang berupa kata penanda dianggap sebagai tuturan yang memiliki
hubungan kekerabatan (penanda kadar kesantunan yang lebih tinggi karena
honorifik) dalam bahasa Bugis, Puang penutur menggunakan menggunakan
dan ndik. kategori fatis ta- ‘kamu’ dan penanda
Pada ungkapan memerintah (1a) honorifik daeng ‘kakak’ dengan maksud
tuturan tersebut terjadi di sekitar bak air. memperalus ungkapan perintahnya
Ungkapan tersebut dituturkan oleh terhadap kakaknya.
seorang ibu kepada seorang perempuan, Sementara itu, ungkapan
dalam ungkapannya penutur menggunkan memerintah dengan maksud menyuruh
pemarkah kesantunan tulungngak ‘tolong juga terdapat pada (3) yang dianggap
saya’ dan penanda honorifik ndik ‘dek’ sebagai tuturan memiliki kadar
dengan tujuan agar mitratutur dengan kesantunan yang rendah. Namun
senang hati mengambilkan serok ‘timba’ ungkapan (3a) memiliki kadar kesantunan
kepada penutur. Demikian halnya pada yang sama pula dengan ungkapan (3b).
tuturan (1b) dan (1c). tuturan (1b) Pada (3a) ungkapan yang dituturkan oleh
dituturkan oleh seorang bapak kepada seorang anak laki-laki kepada temannya

127
yang memiliki umur yang lebih tua (Hai, Kamu saja yang angkat
darinya. Penggunaan penanda kategori baskom ya!)
fatis –mu pada sideppemu ‘dekat kamu’. (6) a. Tulungkak Ndik, tatiwirengngak
Meskipun ungkapan ini dituturkan kepada iyaro passerring e!
temannya sendiri namun dapat dikatakan ‘Tolong saya Dek, kamu antarkan
bahwa tuturan ini memiliki kadar saya itu sapu!’
kesantunan yang rendah karena mitratutur (Tolong Dek, kamu antarkan sapu
memiliki umur yang lebih tua daripada itu!)
penutur. Lain halnya pada tuturan (3b) b. Tiwirengngak yolo iyaro
yang dituturkan oleh seorang adik kepada passerring e!
kakaknya dengan menggunakan penanda ‘Kamu antarkan saya dulu itu
kategori fatis –no pada kata jokkasaino sapu!’
‘pergi sajalah kamu’. Dalam bahasa Bugis (Antarkan saya sapu itu!)
penggunaan penanda kategori fatis –mu Berdasarkan skala kesantunan,
dan –no tersebut pada sebuah tuturan di tuturan (4a,5a, dan 6a) dianggap sebagai
masyarakat di Kabupaten Wajo khususnya tuturan yang sesuai dengan etika
di Desa Lamata Kecamatan Gilireng berbahasa masyarakat Bugis di desa
dianggap tidak santun atau dengan kata Lamata kecamatan Gilireng kabupaten
lain suatu tuturan dinilai memiliki kadar Wajo. Pada ungkapan memerintah (4a)
kesantunan yang rendah apabila penutur bermaksud meminta atau
menggunakan penanda kategori fatis –mu memohon kepada mitratutur. Secara
dan –no. langsung penutur memerintahkan kepada
1.2. Memerintah Secara Eksplisit mitratutur untuk datang ke rumahnya
dengan Maksud Meminta keesokan harinya. Salah satu strategi yang
(4) a. Taddampengekka Puang, idikmi digunakan oleh penutur agar permohonan
uduppai baja lao ki bolae! dapat terpenuhi dengan baik dan
‘Kamu maafkan saya Puang, Anda ungkapannya tidak menyinggung
saya undang besok datang di perasaan mitratuturnya, yang merupakan
rumah!’ orang yang di segani di masyarakat
(Saya mohon maaf Puang, Saya setempat, penutur menggunakan
mengundang Anda datang ke pemarkah kesantunan taddampengekkak
rumah besok!) ‘maafkanlah saya’. Demikian halnya pada
b. Uolliko lao ki bolae baja narekko ungkapan memerintah secara eksplisit
essoi! pada tuturan (5a) dianggap sebagai
‘Saya panggil kamu pergi di rumah tuturan yang beretika. Dalam tuturannya,
besok kalau siang!’ penutur meminta kepada mitratutur,
(Saya panggil kamu datang besok temannya yang berusia sebaya dengannya,
siang ke rumahku!) agar mengangkat baskom yang ada di
(5) a. Tabek, idikna makkai sanggang dekatnya. Agar tidak menyinggung
e, Ndik! perasaan temannya karena telah
‘Maaf, Anda saja mengangkat memerintahkan untuk mengangkat
baskom itu, Dek! baskomnya, maka penutur menggunakan
(Maaf Dek, Anda saja yang pemarkah kesantunan, tabek ‘maaf’.
mengangkat baskom!) Demikian pula halnya dengan tuturan (6a)
b. oeee, ikona makkai sanggang e Tulukkak Ndik, tatiwirekkak iyaro
na! passerringnge! ‘Tolong Dek, kamu
‘Hai, Kamu saja angkat baskom antarkan sapu itu’ dikategorikan sebagai
ya!’ tuturan yang santun.tuturan ini

128
diungkapkan oleh seoorang kakak kepada seorang yang memiliki status sosial yang
adiknya. Penutur bermaksud meminta rendah dan ditujukan kepada mitratutur
bantuan kepada mitratuturnya agar dapat yang memiliki status sosial yang tinggi
mengantarkan sapu yang ada di dalam dan merupakan orang yang dihormati
rumah dan kebetulan mitratutur tersebut maka ungkapan memerintah tersebut
juga berada di dalam rumah. Agar dianggap sangat kasar dan tidak santun.
terkesan santun dan permintaan bantuan Selain situasi pertuturan seperti itu dapat
penutur direspon baik oleh mitratutur, mengancam muka mitratutur, tujuan atau
penutur menggunakan pemarkah maksud penutur meminta bantuan kepada
kesantunan tulung ‘tolong’. Disamping mitratutur akan sulit terwujud. Dalam
itu, penutur juga menggunakan penanda konteks seperti ini, mitratutur akan merasa
honorifik ndik ‘dek’ dan kata yang sangat direndahkan dan merasa sangat
berkategori fatis ta- ‘kamu’ yang tidak dihormati oleh penutur.
berfungsi sebagai pelembut ujaran dan 1.3. Memerintah Secara Eksplisit
sebagai penghormatan. dengan Maksud Melarang
Sangat berbeda dengan tuturan (7) Ajakna mupangngoloi anrimmu
(4b,5b,dan 6b), sekalipun ungkapan akki yolona babangnge, macekke i
memerintah tersebut memiliki maksud matuk!
dan tujuan yang sama dengan tuturan ‘Jangan kamu hadapkan Adik kamu
(44a,5a,dan 6a) akan tetapi, karena di depan pintu, dingin dia nanti!’
diungkapkan dengan menggunakan (Jangan kamu hadapkan adikmu di
strategi yang berbeda, maka tuturan depan pintu, nanti dia kedinginan!)
tersebut dianggap sebagai ungkapan (8) Ajakna taingngerrangngi emma’mu
memerinntah yang yang memiliki kadar nak, malasa ammakik!
kesantunan yang rendah. Dalam bahasa ‘jangan kamu ingat mama kamu
Bugis khususnya di desa Lamata nak, sakit nanti kamu!
kecamatan Giliren kabupaten Wajo (Nak, jangan ingat mama kamu
tuturan seperti ini dipengaruhi oleh situasi lagi, nanti kamu sakit!)
kebahasaan yang berlaku pada penutur (9) Ajak memengna mujokka akki
dan mitratutur. Bagi penutur yang bolana na, napeddiriko situ matu!
memiliki kekuasaan yang lebih tinggi, dan ‘Jangan memang kamu pergi di
status atau kedudukan sosial yang lebih rumah dia ya, dia akan memukulmu
terhormat maka ungkapan seperti pada lagi!’
(4b,5b,dan 6b) merupakan tuturan yang (Jangan lagi kau ke rumahnya, ya.
wajar, apalagi bila dituturkan kepada Nanti dia memukul kamu!)
mitratutur yang berstatus bawahan, serta Strategi memerintah secara
tidak memiliki status sosial yang tinggi. eksplisit yang diwujudkan dalam bentuk
Ungkapan memerinntah yang seperti ini melarang pada tuturan (7-9) dipilih agar
biasanya ditemui pada situasi kebahasaan lebih memudahkan kemungkinan
yang tidak formal, atau dituturkan oleh terjadinya kerjasama lebih tinggi antara
seorang pimpinan kepada seorang penutur dan mitratutur. Ungkapan
pesuruh, oleh seorang ibu kepada memerintah pada tuturan tersebut
pembantunya, seorang guru kepada dianggap memiliki kadar kesantunan yang
muridnya. normatif. Dengan menggunakan
Berbeda jika situasi pertuturan pemarkah kesantunan ajak ‘jangan’ yang
berlangsung dalam situasi formal dan secara tidak langsung berfungsi sebagai
tidak akrab, kemudian ungkapan seperti pelembut ujaran, sehingga ungkapan
pada (4b,5b, dan 5b) dituturkan oleh perintah tersebut dapat dengan mudah

129
berterima dan tidak menimbulkan Begitupun pada tuturan (11), penutur
ketersinggungan mitratutur. Sementara bermaksud melarang anaknnya menekan
itu, ungkapan memerintah tersebt dapat kerupuk yang ada di dekatnya itu. Kata
dianggap sebagai tuturan yang memiliki buru’ni tu ‘semakin hancur’.
kadar kesantunan yang normal.
Maksudnya, karena ungkapan tersebut 2.2. Strategi Memerintah Secara
dituturkan sesuai kebiasaan yang berlaku Implisit dengan Maksud
dalam masyarakat Bugis khususnya yang Menyuruh
ada di Kabupaten Wajo. Penggunaan kata (12) Goncing motoroktak, Daeng
ganti orang pertama tunggal mu- pada ‘Kunci motor kamu, Kak
kata mupangngoloi ‘kamu hadapkan’ dan (Kunci motormu, Kak)
penanda kategori fatis –mu pada anrimmu (13) Safwan, labuni essoe!
‘adikmu’ dan –ko sebagai kata ganti orang ‘Safwan, Magrib sudah!’
ketiga tunggal pada kata napeddiriko ‘dia (Safwan, sudah magrib!)
memukulmu’. Jadi penggunaan pemarkah Dalam pemakain bahasa Bugis
di atas wajar digunakan oleh penutur keseharian, tuturan mmemerintah yang
ungkapan pada (7-9). diwujudkan dalam bentuk menyuruh yang
secara implisit seperti pada tuturan (12-
2. Strategi Memerintah Secara 13) di atas dapat diketahui makna atau
Implisit tujuannya melalui konteks dan situasi
2.1. Memerintah Secara Implisit pertuturan yang melatarinya, termasuk
dengan Maksud Melarang kesepahaman dan kerjasama yang baik
(10) Malessi laddekkik, Pak. antara penutur dan mitratutur. Kalimat
‘Cepat sekali kamu, Pak.’ perintah goncing motoroktak ‘kunci motor
(Terlalu laju, Pak.) kamu’ (12) dapat ditafsirkan sebagai
(11) Buru’ni tu karoppo’e akko perintah suruhan agar mitratutur tidak
Tatenre’wi lupa mengambil kunci motor yang
‘Hancur sudah kerupuknya kalau diletakkan di meja. Selain itu juga adanya
kamu tekan’ penggunaan kata ganti milik orang
(Akan semakin hancur pertama tunggal –tak dan penanda
kerupuknya kalau kamu tekan honorifik daeng ‘kak’ pada tuturan itu
lagi) yang semakin menambah tingginya kadar
Strategi memerintah secara tidak kesantunan tuturan tersebut. Begitupula
langsung tersebut di atas merupakan pada tuturan (13) yang diungkapkan oleh
startegi yang paling sederhana. Namun seorang nenek kepada cucunya,
demikian untuk memaknai kalimat yang merupakan tuturan perintah secara
seperti ini antara penutur dan mitratutur implisit. Dengan menggunakan kata
maka keduanya harus memahami konteks labuni essoe ‘sudah magrib’ diharapkan
pembicaraan, sebab ika tidak maka akan mitratutur dapat menafsirkan maksud
terjadi kesalahpahaman di antara kedua neneknya agar ia segera masuk ke dalam
belah pihak. rumah karena hari sudah magrib.
Demikian halnya pada tuturan
(10) penutur bermaksud melarang b. Pembahasan
Bapaknya mengendarai motornya dengan Data yang diperoleh dari hasil
laju, karena dia merasa takut. Agar pengamatan penulis mengenai strategi
perintah larangan itu tidak langsung, maka kesantunan bahasa Bugis dalam tindak
penutur menggunakan kalimat malessi memerintah di masyarakat Desa Lamata
laddekkik, Pak ‘cepat sekali kamu, Pak’. Kecamatan Gilireng Kabupaten Wajo

130
tersebut dianalisis dengan menggunakan dan lima (5) strategi memerintah
pendekatan pragmatik. Dalam proses secara implisit. Sebelas strategi
penganalisaan ini, penulis menggolongkan memerintah secara eksplisit tersebut
dua jenis strategi kesantunan dan kedua di klasifikasikan berdasarkan
jenis ini terbagi lagi dalam beberapa maksudnya, yaitu: (1) menyuruh, (2)
bagian. Banyak ungkapan atau tuturan meminta, (3) melarang, (4)
memerintah yang berhasil penulis amati, mengizinkan, (5) mengimbau, (6)
namun penulis hanya menganalisis menganjurkan, (7) mengharapkan,
sebagian saja dari data yang diperoleh (8) mengajukan, (9) mempersilakan,
karena keterbatasan waktu dan (10) mengajak, dan (11) mendesak.
kemampuan yang penulis miliki. Sedangkan lima strategi memerintah
Berdasarka data yang diamati, secara implisit yang juga
diperoleh gambaran bahwa tindak tutur diklasifikasikan berdasarkan maksud,
memerintah antara masyarakat yang satu yaitu: (1) melarang, (2) menyuruh,
dengan masyarakat yang lain di Desa (3) meminta bantuan, (4)
Lamata cenderung memiliki kadar mengimbau/mengajak/mendesak, dan
kesantunan yang berbeda dan memiliki (5) memohon/permisi.
pula strategi yang berbeda dalam 2. Berdasarkan pada pemilihan strategi
menuturkan ungkapan perintah yang yang digunakan oleh penutur
disampaikan kepada mitratutur. menunjukkan bahwa dalam
Bentuk tuturan memerintah yang mengungkapkan perintahnya, penutur
dituturkan oleh seseorang dengan yang bahasa Bugis yang ada di Kabupaten
lainnya cenderung sama, hanya saja Wajo cenderung diungkapkan secara
penggunaan strategi, pemarkah, eksplisit dengan pemarkah tertentu
penggunaan penanda kategori fatis dan yang sangat berperan dalam
bahkan tekanan berbahasa terdapat menentukan kadaritas kesantunan
perbedaan. atau tingkat kesantunan ungkapan
dalam memerintah. Penutur
IV. SIMPULAN mengunkapkan perintahnya dengan
Kajian tentang Strategi menggunakan (1) verba tertentu
Kesantunan Bahasa Bugis dalam Tindak seperti tulungngak, tabek,
Tutur Memerintah di Desa Lamata taddapengekkak, (2) kata berkategori
Kecamatan Gilireng Kabupaten Wajo fatis, -kuk, mu, -na, dan sebagainya
menunjukkan berbagai hasil yang dapat (3) penanda honorifik yang mengacu
disimpulkan menjadi bagian sebagai pada hubungan kekerabatan puang,
berikut: ndik, daeng, nurek, nak, dan
1. Ada dua strategi utama yang sebagainya serta (4) penggunaan
digunakan oleh penutur dalam kosa kata tertentu. Ditemukan pula
memerintah, yaitu ungkapan secara indikator atau pemarkah lain seperti
eksplisit (langsung) dan secara garek ‘coba’, weddimmua ‘boleh
implisit (tidak langsung). Dari saja’, dan sebagainya.
keseluruhan bentuk strategi yang
digunakan ditemukan ada enam belas V. DAFTAR PUSTAKA
(16) strategi ungkapan memerintah
yang digunakan oleh pennutur bahasa Akbar Muh. 2014. Analisis Tindak Tutur
Bugis yang ada di Kabupaten Wajo. dan Gaya Bahasa Ceramah
Dalam hal ini ada sebelas (11) Ustadz Nur Maulana. Skripsi
strategi memerintah secara eksplisit

131
tidak diterbitkan. Unismuh 100,0 FM Makassar (Suatu
Makassar. Tinjauan Pragmatik). Skripsi
tidak diterbitkan. Makassar:
Austin, J.L. 1962, How to Do Things with Unismuh Makassar.
Words. New York: Oxford Leech, G.N. 1993. Principles Of
Universitas Press. Pragmatics. New York:
Harnida. 2012. Tindak Tutur Karyawan di Longman.
Lingkungan Perusahaan PT. Leech. Geoffrey. 1983. Prinsip-Prinsip
Katingan Timber Celebes Pragmatik. Dialibahasakan
(PT. KTC) Kecamatan oleh M.D.D.Oka. Jakarta:
Biringkanaya Kota Universitas Indonesia Press.
Makassar. Skripsi tidak
diterbitkan. Unismuh Sumarsono. 2002. Sosiolinguistik.
Makassar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yule, George. 2006. Pragmatik.
Hasbia, K. 2012. Strategi Tindak Tutur Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Penyiar dalam Acara
Harmoni Pagi Radio PLS

132

You might also like