You are on page 1of 54

PENGARUH LATIHAN CORDS HIP BELT DAN LATIHAN

INTERVAL TERHADAP KECEPATAN RENANG GAYA


BEBAS 50 METERPADA ATLET PUTRAKU II
NUANSA SWIMMING CLUB KOTA
TEBING TINGGI TAHUN 2023

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat – Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :
JAYA KESUMA HUTAGAOL
Nim : 6173121027

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN


UNIVERSITASNEGERI MEDAN
2023
DAFTAR ISI

1
2

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Olahraga renang merupakan olahraga yang sangat menyenangkan dan

cocok untuk siapa saja tanpa memandang umur (Kasiyo Dwijowinoto1992:66).

Olahragarenang merupakan aktivitas fisik yang memiliki hubungan dengan

anggota tubuh dalam melakukan gerakan secara teratur (Juriana,dkk 2018:31).

Renang merupakan suatu aktifitas yang membutuhkan gerakan yang kompleks.

Jadi kesimpulan dari pengertian olahraga renang diatas dapat disimpulkan bahwa

olahraga renang merupakan aktifitas tubuh yang dilakukan dengan cara teratur,

dan juga dapat dilakukan oleh semua umur dan mempunyai manfaat dan tujuan

yang beragam seperti olahraga rekreasi, pendidikan dan juga prestasi.

Banyak klub renang yang mulai membina atlet usia dini hingga dewasa

yang mengarah untuk mencapi prestasi. Renang juga salah satu olahraga individu

yang bersifat terukur dan waktu menjadi penentu prestasi atlet. Dalam renang

terdapat 4 gaya yang diperlombakan dalam kejuaranaan, yaitu 1) Gaya bebas

(Free Sytle), 2) Gaya dada (Breast Stroke), 3) Gaya punggung (Back Stroke) dan

4) Gaya kupu-kupu (Butterfly Storke).

Gaya bebas merupakan gaya yang cukup populer didalam olahraga renang,

dimana pada gaya bebas merupakan gaya dasar pada olahraga renang. Gaya yang

benar akan menghasilkan daya dorong yang besar sesuai dengan ketentuan yang

berlaku, dengan demikian penggunan teknik yangbenar akan memberikan

keuntungan bagi atlet (Mokoagow 2011: 176). Didalam renang, kecepatan sangat

penting bagi atlet, karena sebagai penentu prestasi saat perlombaan diadakan.
3

Kecepatan atau speed adalah “kemampuan sesorang dalam melakukan

gerakan berkesinambungan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Satu kesatuan

yang utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja

yaitu komponen kelincahan, dan koordinasi” (Sajoto, 1995-8-11).

Atlet renang harus mampu menempuh jarak lintasan yang ditentukan

dengan waktu secepat – cepatnya. Berenang gaya bebas dibutuhkan kordinasi

lengan dan kaki. Menurut Apriandi (2014: 2) gerakan maju ke depan sebagian

besar menggunakan gerakan lengan dan tingkat keberhasilan juga ditentukan

oleh gerakan lengan, sedangkan fungsi dari gerakan kaki adalah sebagai alat

keseimbangan dan alat untuk menjaga agar tubuh tetap pada posisi mendatar.

Rotasi tangan gaya bebas memiliki beberapa fase diantaranya adalah: fase

masuk permukaan air (entry phase), fase menarik (pull phase), fase mendorong

(push phase), dan fase istirahat (recovery phase).

Klub renang Nuansa Swimming Club merupakan salah satu dari beberapa

klub yang membina atlet renang di kota Tebing Tinggi.Club ini sudah sering

ikut dalam kejuaraan – kejuaran tingkat kabupaten/kota atau tingkat

daerah.Namun, bukan berarti club tersebut tidak memiliki masalah dalam

berenang, sebab saat dilakukannya evaluasi peningkatan atlet, masih banyak

atlet putra umur 10 – 14 tahun yang tidak mampu mencapai limit waktu

berenang gaya bebas 50 metersesuai dengan standar PENGDA PRSI SUMUT.


4

Standar penilaian berdasarkan dari hasil kejuaraanrenang gaya bebas 50

meter putra antar perkumpulan seluruh Indonesia (KRAPSI), antara lain.

1. Kelompok Umur (KU IV usia 10 tahun kebawah)

2. Kelompok Umur (KU III Usia 11-12 Tahun)

3. Kelompok Umur (KU II Usia 13-14 Tahun)

4. Kelompok Umur (KU I Usia 15-17 Tahun)

Berdasarkan hasil pengamatan di club Nuansa Swimming Club Kota Tebing

Tinggi bahwa atlet putra khususnya dalam renang gaya bebas (freestyle/crawl)

masih terdapat kekurangan kemampuan renangnya. Hal ini disebabkan keadaan

kondisi fisik atlet kurang memadai terutama pada unsur kekuatan otot lengan dan

daya tahan, karena pada saat peneliti melakukan tes renang gaya bebas 50 meter

kecepatan atlet kurang maksimal.

Dalam renang gaya bebas disamping faktor teknik, faktor kondisi fisik

sangat diperlukan terutama kekuatan otot tangan dan kekuatan otot kaki, serta otot

yang lainya. Renang gaya bebas (dalam melawan tahanan air) terutama pada saat

melakukan gerakan tangan (masuk permukaan air, menangkap, menarik,

mendorong), dan pada gerakan kaki (naik turun mengarah lurus) semuanya tidak

terlepas dari kekuatan dan kelincahan otot-otot tangan, dan tungkai kaki.

Ada beberapa bentuk latihan yang di rancang pelatih di Nuansa Swimming

Club Kota Tebing Tinggi yaitu :

1. Pemanasan

2. bentuk latihan di darat

3. bentuk latihan di air

4. Pendinginan
5

Bentuk latihan pemansan :

 Renang 6 x 25 m masing-masing gaya

Bentuk latihan di darat :

1. Jogging

2. Push Up

3. Sit Up

4. Pull Up

5. Back Up

6. Katrol Darat

Bentuk latihan di air :

1. Pull boy

2. Interval

3. Peadle

4. Pin

5. Papan Renang

Bentuk latihan pendinginan :

 Berenang santai 6 x 25 m masing-masing gaya

Untuk meningkatkan kondisi fisik tersebut diperlukan suatu latihan yang

sesuai. Bentuk latihan yang dapat meningkatkan kecepatan renang gaya bebas

antara lain latihan Cords Hip Belt dan latihan Interval. Faktor kondisi fisik

tersebut sangat berkaitan dengan meningkatkan kecepatan renang khususnya gaya

bebas.
6

Menurut Santi Ramadhani, Zulfan Heri (2018 : 663) “Terdapat pengaruh

yang signifikan latihan Cords Hip Belt terhadap kecepatan renang gaya bebas 50

meter”

Menurut Ujang Rohman (2019 : 66) “Latihan interval dapat meningkatkan

kecepatan renang gaya gaya bebas 50 meter”

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul “PENGARUH LATIHAN CORDS HIP

BELT DAN LATIHAN INTERVAL TERHADAP KECEPATAN RENANG

GAYA BEBAS 50 METER PADA ATLET PUTRA KU II NUANSA

SWIMMING CLUB KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2023”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka

perlu di identifikasi lebih dalam lagi, dengan tujuan dapat mempermudah peneliti

untuk mendapatkan tujuan penelitian ini. Maka yang menjadi identifikasi masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.;

1. Faktor-faktor apa saja yang dapat meningkatkan kecepatan renang

gaya bebas 50 meter pada atlet putra KU II Nuansa Swimming Club

Kota Tebing Tinggi tahun 2023?

2. Apakah ada faktor kondisi fisik yang mempengaruhi kecepatan renang

gaya bebas 50 meter pada atlet putra KU II Nuansa Swimming Club

Kota Tebing Tinggi tahun 2023 ?


7

3. Apakah latihan cords hip belt dapat meningkatkan kecepatan renang

gaya bebas 50 meter pada atlet putra KU II Nuansa Swimming Club

Kota Tebing Tinggi tahun 2023 ?

4. Apakah latihan interval dapat meningkatkan kecepatan renang gaya

bebas 50 meter pada atlet putra KU II Nuansa Swimming Club Kota

Tebing Tinggi tahun 2023 ?

5. Apakah latihan cords hip belt dan latihan interval dapat meningkatkan

kecepatan renang gaya bebas 50 meter pada atlet putra KU II Nuansa

Swimming Club Kota Tebing Tinggi tahun 2023?.

1.3 Batasan Masalah

Dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka penelitian

ini dibatasi tentang Pengaruh Latihan cords hip belt dan latihan interval

Terhadap Peningkatan Kecepatan Renang Gaya Bebas 50 Meter Pada Atlet

Putra KU II Nuansa Swimming Club Kota Tebing Tinggi Tahun 2023.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas

dapat dirumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan sebagai

berikut yaitu : “ Apakah terdapat pengaruh latihan cords hip belt dan latihan

interval terhadap peningkatan kecepatan renang gaya bebas 50 meter pada

atlet putra KU II Nuansa Swimming Club Kota Tebing Tinggi tahun 2023 ?”.
8

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan dalam penelitian

ini sebagai berikut. Untuk mengetahui dan memberikan informasi tentang

seberapa besar pengaruh latihan cords hip belt dan latihan interval terhadap

kecepatan renang gaya bebas 50 meter pada atlet putra KU II Nuansa

Swimming Club Kota Tebing Tinggi tahun 2023 ?”.

1.6 Kegunaan hasil Penelitian

Penelitian ini penting untuk dilakukan dengan harapan dapat

memberikan manfaat antara lain:

1. Memberikan informasi tentang jenis latihan berupa latihan cords hip belt dan

latihan interval serta pengaruhnya terhadap kecepatan renang gaya bebas 50

meter.

2. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kecepatan renang gaya bebas

khususnya agar lebih mengetahui berbagai komponen kondisi fisik yang

mendukung dan bermanfaat untuk menunjang keberhasilan dalam renang

gaya bebas.

3. Dapat menjadi salah satu referensi bagi mahasiswa Pendidikan kepelatihan

olahraga untuk penelitian selanjutnya dan mampu memberikan atau

menyajikan penelitian yang lebih baik guna menunjang keberhasilan renang

di tingkat atlet khususnya renang gaya bebas.


BAB II. LANDASAN TEORITIS

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Hakikat Renang Gaya Bebas (Crawl)

Renang gaya bebas (Crawl) adalah salah satu gerakan renang yang dilakukan
dengan sikap badan telungkup dan kedua kaki digerakkan secara linier.
Karakteristik renang gaya bebas adalah seluruh anggota badan berada dalam satu
garis lurus, dengan menggerakkan kedua lengan berada pada permukaan air. Pada
renang gaya bebas yang dirasakan cukup sulit gerakannya yaitu pada saat
pengambilan nafas dibandingka gaya renang lainnya (Budingsih, 2010).

Renang Gaya bebas (Crawl) adalah suatu gaya yang biasanya dipakai dalam

perlombaan renang nomor gaya bebas. Dumadi dan Kasiyo Dwijowinoto

(1992:2), mengemukakan bahwaada dua istilah tentang renang gaya bebas, yaitu:

“Pertama: Renang gaya bebas (TheFree Style) ialah renang yang benar-benar

bebas menggunakan atau memilih salah satu gaya renang dalamnomor gaya

bebas, Kedua: (1) Renang gaya rimau, (2) The Front Crawl Stroke, (3) The Crawl

Stroke.

Gaya bebas (Front Crawl) adalah berenang dengan posisi dada menghadap

ke permukaan air. Kedua belah lengan secara bergantian digerakkan jauh ke

depan dengan gerakan mengayuh, sementara kedua belah kaki secara bergantian

dicambukkan naik turun ke atas dan ke bawah. Sewaktu berenang gaya bebas,

posisi wajah menghadap ke permukaan air. Pernapasan dilakukan saat lengan

digerakkan ke luar dari air, saat tubuh menjadi miring dan kepala berpaling ke

samping.Sewaktu mengambil napas, perenang bisa memilih untuk menoleh ke kiri

atau ke kanan.

Dumadi dan Kasiyo Dwijowinoto (1992:2), mengemukakan bahwaada

beberapa teknik-teknik dasar renang gaya bebas, yaitu:

9
10

A. Gerakan renang gaya bebas, yaitu:

1. Posisi badan, posisi badan yang perlu diperhatikan dalam belajar renang gaya

bebas (Crawl):

- Peluncuran Badan Secara Horizontal

Posisi badan dalam renang gaya bebas (Crawl) harus Streamline dan sedatar

mungkin, walaupun masih membiarkan kaki cukup dalam di dalam air.

Gerakan yang benar yaitu:

- Memutar kepala padasumbunya (tidak mengangkat danmenurunkannya) dan

bernafas ke samping lebih dekat pada dasar lengkungan gelombang.

- Menekan tangan lebih ke arah belakang dan bukannya ke bawah.

- Menekuk siku dan berusaha menekan air lebih ke arah belakang dan bukannya

ke arah bawah.

Gambar 2. 1Peluncuran Badan Secara Horizonta (Depdikbud, 1983:90)

- Pelurusan Badan ke Samping

Pelurusan badan ke samping samapentingnya seperti pelurusan badan

horizontal untuk mencapai efisiensi dan kecepatan maksimum.karena setiap

gerakan ke samping dari bagian badan dapat mengakibatkan bertambahnya

hambatan, maka gerakan yang berlebihan dalam bidang ini harus dihindarkan.

1) Gerakan Kaki

Dalam renang gaya bebas (Crawl), gerakan maju ke depan sebagian besar

ditentukan oleh gerakan lengan, sedangkan gerakan kaki terutama berfungsi


11

sebagai alat keseimbangan dan alat untuk menjaga agar kaki tetap tinggi untuk

memperoleh posisi mendatar. Rangkaian urutan-urutan gerakan kaki dapat dilihat

pada gambar sebagai berikut:

Gambar 2. 2Mekanika gerakan Kaki (Depdikbud, 1983:94)

a. Kedua kaki pada jarak maksimumnya (kira-kira 18 inci). Kaki kiri ada pada

dasar pukulan ke bawah dan kaki kanan pada puncak pukulan ke atas.

b. Kaki kiri tanpa menekuk lutut mulai bergerak ke atas rileks. Para perenang

harus selalu diingatkan agar gerakan kaki yang ke atas harus lurus, karena

bila kakinya menekuk pada lutut pada saat gerakan ke atas, maka kaki itu

akan menimbulkan kekuatan negatif yang akan menahan perenang. Kaki

kanan memulai pukulan ke bawah dengan mendorong ke belakang bawah

dengan punggung kaki dan diikuti dengan tekukan pada lutut.

c. Kaki kiri terus ke atas, masih tanpa pembengkokan pada lutut. Kaki kanan

mulai ke bawah dengan kuat dan paha dipaksa juga bergerak ke bawah, lutut

mulai lurus.
12

d. Kaki kiri mendekati akhir dari gerakan ke atas dan mulai menekuk lutut

ketika kaki kanan hampir selesai pukulan ke bawahnya.

e. Paha kiri mulai ke bawah, lutut ditekuk dan kakj kiri terus ke atas. Kaki

kanan selesai pada pukulan ke bawah dan lutut lurus.

f. Kaki kiri dengan lutut ditekuk siap mulai dengan pukulan ke bawah. Lutut

kaki kanan yang lurus akan mulai dengan pukulan ke atas.

g. Kaki kiri sekarang ada dalam fase mendorong dalam pukulannya. Kaki

kanan meneruskan pukulan ke atas dengan lurus dan rileks.

h. Fase mendorong dari kaki kiri hampir selesai. Kaki kanan mulai menekuk

lutut.

i. Lutut kiri mendekati lurus yang sempurna ketika tekukan pada lutut kanan

bertambah.

j. Kedua kaki sekarang ada pada jarak maksimumnya lagi dan siklus gerakan

kaki hampir mulai lagi.

2) Gerakan Lengan

Di dalam proses gerakan lengan gaya bebas (Crawl) ada tiga(3) fase, yaitu:

a. Fase Istirahat

a) Siku harus selalu lebih tinggi dari bagian lengan yang lain.

b) Lengan harus rileks.

c) Telapak tangan tetap menghadap ke belakang.

d) Jari-jari tetap menuju ke bawah dan rileks.

e) Irama gerakan harus sama dengan irama gerakan menarik dari lengan

yang lain.
13

b. Fase Menarik

a) Lengan ditarik silang di bawah dada dengan kuat.

b) Siku tetap dalam posisi sedikit bengkok.

c) Siku tidak boleh keluar terlalu jauh dari garis vertikal bahu.

c. Fase Mendorong

Fase mendorong dilakukan setelah fase menarik.Lengan mendorong sampai

lengan lurus ke belakang.Di bawah ini ada gambar yang menunjukkan pola

tarikan dari tiga juara renang gaya bebas.

Gambar 2. 3 Pola Tarikan dari Tiga Juara Renang Gaya Bebas (Depdikbud, 1983:97)

3) Gerakan Pernapasan/lstirahat

Gambar 2. 4 Pengambilan
Nafas Renang Gaya Bebas (DEpdikbud. 1983:97)

b. Tangan kanan telah selesai dengan tarikannya dan kepala mulai memutar pada

sumbu longitudinalnya. Jumlah udara yang dikeluarkan makin bertambah.


14

Gambar 2. 5 Pengambilan Nafas renang Gaya Bebas (Depdikbud, 1983:97)

c. Jejakan ke bawah dan kaki kanan mulai ketika lengan kanan menyelesaikan

dorongannya. Mulut akhimya keluar dari permukaan air dan pengambilan

napas hampir mulai.

Gambar 2. 6 Pengambilan Nafas Renang Gaya Bebas (Depdikbud, 1983:97)

d. Kepala mulai memutar kembali ke arah garis tengah badan ketika recovery

tangan kanan mengayunkan ke depan.

Gambar 2. 7 Serangkaian Gerakan Renang Gaya Bebas (Crawl) (Depdikbud, 1983:101)

Beberapa gambar diatas menunjukkan bahwa renang gayabebasmemerlukan

koordinasi yang baik. Untuk berprestasi teknik tersebut harus dikuasai oleh

seorang perenang, selain itu kemampuan fisik juga menjadi faktor penentu untuk

meraih prestasi tersebut salah satunya yaitu yang dapat dilihat sumbangannya

pada renang gaya bebas 50 meter.

2.1.2 Hakekat Latihan

Training atau latihan adalah suatu kegiatan yang dilakukan terus-menerus

yang semakin hari bertambah beban yang dilakukannya.Bompa (1983:37)


15

mengemukakan bahwa “Latihan merupakan proses yang sistematis atau bekerja

secara berulang-ulang dalam waktu jangka yang panjang, yang ditingkatkan

secara bertahap dan individu yang ditujukan pada pembentukan fungsi fisiologis

dan pisikologis untuk memenuhi tuntutan tugas”.

Latihan adalah “suatu bentuk aktivitas untuk meningkatkan ketrampilan

(kemahiran) berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan

tujuan dan kebutuhan cabang olahraganya” (Sukadiyanto, 2011:5).

Imran Akhmad (2013:2) “mengatakan bahwa: “Latihan adalah sebuah

proses bukanlah instan dimana dilakukan secara berjenjang dan sistematis yang

dilakukan bukanlah sekali atau dua kali saja melainkan berulang-ulang”Prinsip

latihan menurut Imran Akhmad (2013 : 8) sebagai berikut:

a. Prinsip Partisipasi Aktif adalah mengikuti aturan yang telah ditetapkan selama

proses latihan berjalan.

b. Prinsip Perkembangan Menyeluruh (Multilateral) adalah melibatkan diri dalam

berbagai kegiatan fisik sehigga mengalami perkembangan yang menyeluruh

dalam unsur kemampuan fisiknya seperti kekuatan, daya tahan, kecepatan,

kelincahan, koordinasi, dan sebagainya.

c. Prinsip Kekhususan (spesialisasi) adalah untuk mengarahkan pada cabang

olahraga yang sesuai dengan karakteristik fisik secara fisiologis dan

anatomikal.

d. Prinsip Perorangan (Individualisasi) adalah memahami perbedaan dalam segi

fisik, mental, watak dan tingkat kemampuan dalam memberikan metode latihan

agar mencapai mutu prestasi tiap-tiap individu.


16

e. Variasi Latihan adalah bentuk latihan yang kreatif dan bervariasi dapat

dilakukan dengan bentuk permainan rekreatif bertujuan untuk menghilangkan

rasa bosan pada saat berlatih.

f. Prinsip Model Latihan adalah rancangan model latihan yang kreatif yang akan

membantu menekan stres pada saat latihan. Memanfaatkan model latihan ini

akan membantu secara psikologis maupun fisiologis untuk mencapai tujuan

latihan.

Sesuai dengan tujuan dari latihan yaitu untuk membantu atlet meningkatkan

ketrampilan dan prestasinya semaksimal mungkin, hal ini juga merupakan

indikator penting dalam upaya meningkatkan prestasi atlet. Imran Akhmad

(2013:2) menjelaskan bahwa tujuan serta sasaran utama dari latihan

adalah:“Latihan adalah suatu proses yang sistematis dalam berlatih yang

dilakukan secara berulang-ulang dan bertahap dalam menambah beban latihan.”

Berdasarkan penjelasan diatas, bahwa untuk membentuk aspek-aspek yang

mendukung tercapainya prestasi yang maksimal membutuhkan waktu yang relatif

lama. Adapun aspek-aspek yang perlu dilatih dan dikembangkan oleh seseorang

atlet meliputi aspek fisik, teknik dan mental. Latihan kondisi fisik akan

memberikan perubahan terhadap tingkatan kebugaran jasmani seseorang.

Peningkatan kelincahan hanya dapat diperoleh melalui proses latihan sesuai

dengan yang diungkapkan Sajoto (1988:55) “Kelincahan adalah kemampuan

merubah arah dengan cepat dan tepat saat tubuh bergerak dari satu tempat ke

tempat lain”.

Bompa (1983:167) mengemukakan bahwa “Latihan adalah suatu aktivitas

olahraga yang dilakukan secara sistematis dalam waktu yang lama ditingkatkan
17

secara progresif dan individual yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi fisiologis

dan psikologis untuk mencapai sasaran yang ditentukan”.

Selanjutnya Harsono (1982:101) mengemukakan bahwa “Latihan merupakan

proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang–

ulang dengan kian hari kian bertambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya”.

Adapun prinsip-prinsip latihan yang dimaksud adalah prinsip beban lebih

(Overload Principle), prinsip perkembangan menyeluruh, spesialisasi, prinsip

individualisasi, intensitas latihan, kualitas latihan, variasi dalam latihan, lama

latihan, dan latihan rileksasi.

a. Prinsip Overload

Pelatihan merupakan proses kondisi antara pemberian beban kerja dan masa

untuk pemulihan. Akibat pemberian beban kerja adalah kelelahan, dan akan

disusul oleh proses pemulihan. Hanya melalui pembebanan (Overload) yang

selalu meningkat secara bertahap yang akan menghasilkan Overkompetisi dalam

kemampuan biologis, dan keadaan itu merupakan persyaratan untuk

meningkatkan prestasi.

Menurut Bompa dalam Harsono (1983:105) mengatakan bahwa:“Dalam

mendesain latihan Overload menyarankan sistem apa yang disebutnya The Step

Type Approach atau Sistem Tangga”.

Gambar 2. 8 Penambahan Beban Latihan Secara Berharap (Harsono 1988:105)


18

Setiap garis vertikal menunjukkan perubahan (penambahan) beban, sedangkan

setiap garis horizontal adalah fase adaptasi terhadap beban yang baru.Beban

latihan pada 3 tangga (Cycle) pertama ditingkatkan secara bertahap.Pada cycle ke

4 beban diturunkan (Unloading Phase), yang dimaksud adalah untuk memberi

kesempatan kepada organisme tubuh untuk melakukan regenerasi.Maksud

regenerasi adalah agar atlet dapat “mengumpulkan tenaga” atau mengakumulasi

cadangan-cadangan fisiologis dan psikologis untuk persiapan beban latihan yang

lebih berat lagi di tangga ke 5-6.Setiap tangga disebut Micro-cycle.Sedangkan

jumlah setiap tangga disebut Macro-cycle.

Setiap Macro-cycle selalu didahului oleh fase regenerasi atau Unloading

Phase.Setiap Micro-cycle biasa berlangsung untuk selama dua atau tiga minggu,

tergantung dari berat ringannya beban latihan dan kompleks tidaknya teknik dan

taktik yang harus dipelajari.Demikian pula tergantung dari adaptasi atletterhadap

beban latihan yang lebih berat tersebut.

Menurut Harre dalam Harsono (1982) bahwa: “Macro-cycle adalah siklus

latihan jangka panjang yang biasa memakan waktu 6 bulan, satu tahun, sampai

beberapa tahun;Meso-cycle lamanya antara 3-6 minggu; dan Micro-cycle kurang

dari 3 minggu, biasanya 1 atau 2 minggu.”

Setiap komponen kondisi fisik berbeda tempo perkembangannya.Fleksibilitas

misalnya, secara substansi sudah nampak perkembangannya 2 minggu sampai 3

bulan, sedangkan perkembangan daya tahan Cardiovascular biasanya memakan

waktu lebih lama, mungkin sampai 10 sampai 12 bulan.


19

b. Prinsip Perkembangan Menyeluruh

Latihan fisik adalah latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi fisik

yang merupakan faktor yang sangat penting bagi setiap atlet. Perkembangan

kondisi yang menyeluruh sangat penting karena tanpa kondisi fisik yang baik atlet

tidak akan dapat mengikuti latihan dengan sempurna. Beberapa kondisi fisik yang

perlu diperhatikan adalah daya tahan, kekuatan otot, kelenturan, kecepatan,

kelincahan, dan power.

c. Prinsip Spesialisasi

Penerapan prinsip spesialisasi kepada atlet muda harus dilakukan dengan

hati-hati dan penuh pertimbangan yang serta selalu berpedoman bahwa latihan

multilateral harus merupakan basis bagi perkembangan spesialisasi. Karena itu,

Rasio antara latihan Multilateral dengan spesialisasi harus direncanakan dengan

baik, terutama karena dalam olahraga kontemporer sekarang ini ada

kecenderungan untuk menurunkan umur kedewasaan dalam olahraga, yaitu umur

dimana prestasi yang tinggi dapat dicapai.

d. Prinsip Individualisasi

Setiap orang mempunyai perbedaan yang harus diperhatikan terutama dalam

hal pemberian program latihan sekalipun mereka mempunyai tingkat prestasi yang

sama.Seluruh konsep latihan harus disusun dengan kekhasan setiap individu agar

tujuan latihan dapat dicapai. Faktor-faktor seperti: umur, bentuk tubuh,

kedewasaan, latar belakang pendidikan, lama latihan, tingkat kesegaran jasmani,

ciri-ciri psikologi, semua harus dipertimbangkan dalam mendesain program

latihan atlet.
20

e. Prinsip Intensitas Latihan

Katch dan Mc Ardle dalam Harsono (1988:117) cara pengukuran intensitas

latihan adalah sebagai berikut :

1) “Intensitas latihan dapat diukur dengan cara menghitung denyut nadi dengan

rumus: Denyut Nadi Maksimal (DNM) = 220 - Umur (dalam tahun), jadi

seseorang yang berumur 20 tahun. DNM = 220 - 20 = 200 denyut/menit;

2) Takaran intensitas latihan

a. Untuk olahraga prestasi: antara 80% - 90% dari DNM. Jadi, bagi atletik yang

berumur 20 tahun tersebut, takaran intensitas yang harus dicapainya dalam

latihan adalah 80% - 90% dari 200 = 160 sampai dengan 180 denyut/menit.

b. Untuk olahraga kesehatan: antara 70% - 85% dari DNM. Jadi untuk orang yang

berumur 40 tahun yang berolahraga sekedar untuk menjaga kesehatan dan

kondisi fisik, takaran intensitas latihannya adalah: 70% - 85% x (220 - 40) =

126 – 153 denyut/menit. Angka-angka 160-180 denyut nadi/menit dan 126-153

denyut nadi/menit menunjukkan bahwa atlet yang berumur 20 tahun, dan orang

yang berumur 40 tahun berlatih dalam training zone;

c. Lamanya berlatih di dalam training zone:

- Untuk olahraga prestasi: 45 - 120 menit

- Untuk olahraga kesehatan: 20 - 30 menit”.

Sedangkan untuk mengatur denyut nadi istirahat RHR (Rate Heart

Rest).Waktu yang tepat untuk mengecek denyut nadi adalah saat kita bangun pagi

dan sebelum melakukan aktivitas apapun. Cara mengukur denyut nadi tersebut

adalah setelah menemukan denyut nadi, tekan perlahan kemudian hitunglah

jumlah denyutannya selama 15 detik,setelah itu kalikan 4 dengan hasil denyut


21

nadi yang diambil selama 15 detik. Ini merupakan denyut nadi dalam 1

menit.Denyut nadi pada orang yang sedang berisirahat adalah:

1. 60-80 kali/menit untuk orang dewasa,

2. 80-100 kali untuk anak-anak,

3. 100-140 kali/menit pada bayi.

Alat untuk mengukur denyut nadi manusia ada 2 jenis yaitu :

a. Secara Manual (Stopwatch)

Denyut nadi dapat dihitung dengan menggunakan Stopwatch yaitu dengan cara

menekan denyut nadi arteri yang berada disekitar telapak tangan. Denyut nadi

dihitung selama 10 detik kemudian dikali dengan 6.

b. Dengan Alat Oksiometri

Alat ini biasanya ditemukan di laboratorium dan biasanya dipakai pada ujung jari.

Menurut Grooser (2004:2) bahwa:

“Latihan mempengaruhi kemampuan prestasi manusia.Kemampuan prestasi

adalah wujud dari seluruh keseluruhan kepribadian manusia, secara umum

prestasi tinggi terdiri dari kondisi fisik, teknik dan taktik, syarat lingkungan, bakat

dan kepribadian”.

Gerak yang baik merupakan suatu sistem yang terorganisir dengan baik, yang

merupakan sumbangan dari komponen-komponen yang ada pada diri seseorang.

Menurut Sajoto (1988:153) mengemukakan kalau kondisi fisik baik maka :

1) “Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung;

2) Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, dan kecepatan;

3) Akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan;

4) Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan;
22

5) Akan ada respon yang cepat dari organisme tubuh kita”.

c. Prinsip Variasi Dalam Latihan

Untuk kegiatan olahraga yang memiliki unsur variasi yang minim akan

membuat atlet cepat merasa bosan dalam melakukannya. Kebosanan dalam

latihan akan merugikan terhadap kemajuan prestasinya. Seorang pelatih harus

kreatif dalam menyajikan program latihannya, pelatih harus pandai mencari dan

menerapkan variasi dalam latihan, misalnya dengan menggunakan alat bantu lain

yang berbeda dari biasanya atau berbentuk permainan-permainan dengan bola,

perlombaan-perlombaan estafet dan sebagainya. Variasi-variasi latihan yang

beragam dan diterapkan secara cerdik akan dapat menjaga terpeliharanya fisik

maupun mental atlet, sehingga dengan demikian timbulnya kebosanan berlatih

sejauh mungkin dapat dihindari.

d. Prinsip Lama Latihan

Waktu latihan sebaiknya adalah pendek akan tetapi berisi dan padat dengan

kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Kecuali, yang waktunya pendek, latihan juga

harus dilakukan sesering mungkin. Namun demikian, kita harus perhatikan

bahwa, Thomas (1970) mengemukakan bahwa: “Segera nampak bahwa atlet

mulai sering melakukan kesalahan-kesalahan, segera pula latihan harus

dihentikan”. Mengapa? Karena atlet berulang-ulang melakukan kesalahan yang

sama, maka hal ini akan mudah membentuk kebiasaan-kebiasaan yang salah.

Suatu keuntungan dari latihan yang pendek adalah bahwa hal ini akan terus

membawa atlet dalam alam berpikir tentang latihannya, artinya : “segala sesuatu

yang diberikan kepadanya dalam latihannya akan dapat terus berdengung dalam

alam pikirnya”.
23

e. Prinsip Latihan Rileksasi

Rileksasi adalah alat yang penting untuk mengendalikan diri sendiri dan

untuk mempertahankan sikap dan keseimbangan (Poise) selama pertandingan

berlangsung, baik fisik maupun mental. Rileksasi adalah alat yang efektif untuk

menghindarkan kekuatan, ketegangan, terutama pada saat terakhir suatu

pertandingan, misalnya pada waktu lari menjelang Finish, pada waktu mana

mempertahankan sikap lari atau Formyang baik adalah sangat penting oleh karena

hal ini biasanya menentukan kalah-menangnya atlet.

f. Kualitas Latihan

Untuk mencapai suatu prestasi dalam olahraga diperlukan latihan. Harsono

(1988:101) mengemukakan bahwa: “Training atau latihan adalah proses yang

sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan

kian hari kian bertambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya”. Proses latihan

yang baik dan benar harus mempertimbangkan dan menyesuaikan volume,

intensitas, frekwensi, dan Recovery Interval atau masa istirahat selama latihan.

Harsono (1988:100) mengemukakan bahwa “Tujuan serta sasaran dari latihan

atau Training adalah untuk membantu meningkatkan ketrampilan dan prestasi

semaksimal mungkin”.Untuk mencapai suatu prestasi ada 4 teknik yang harus

dilatih seperti latihan fisik, latihan teknik dan latihan taktik serta latihan mental.

Selanjutnya Bompa (1994:61) mengemukakan bahwa “ada empat zona

latihan dan intensitas denyut nadi dari: 1) Low (120-150/menit), 2) Medium (150-

170/menit), 3. High (170-185/ menit, 4. Maximum (>185/menit)”.


24

2.1.3 Hakekat Kecepatan

Kecepatan adalah Harsono (1998:216) menjelaskan bahwa : “Kecepatan

adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara

berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya atau kemampuan untuk

menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-simgkatnya.”

Kecepatan berdasarkan Harsono (2015:31) dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :

1). Kecepatan sprint

Kecepatan sprint adalah kemampuan organisme atlet bergerak ke depan

dengan kekuatan dan kecepatan maksimal untuk mencapai hasil yang

sebaikbaiknya.

2). Kecepatan reaksi

Kecepatan reaksi adalah kemampuan organisme atlet untuk menjawab suatu

rangsang secepat mungkin dalam mencapai hasil yang sebaik-baiknya.

3). Kecepatan bergerak

Kecepatan bergerak adalah kemampuan organisme atlet untuk bergerak

secepat mungkin dalam satu gerakan yang tidak terputus.

Berdasarkan kutipan diatas maka dapat diambil kesimpulan defenisi

kecepatan adalah kemampuan melakukan suatu gerakan atau menempuh

suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

2.1.4 Hakikat Latihan Cords Hip Belt

Cords hip belt adalah alat bantu latihan yang terdiri dari tali karet yang

elastis. Latihan cords hip belt merupakan bentuk latihan di air yang

menggunakan alat cords hip belt dan papan latihan yang di jepit di paha.
25

Latihan ini merupakan weght traning atau latihan beban yang bertujuan untuk

meningkatkan kekuatan otot lengan. Menurut Harsono (1988 : 185) “weight

training atau latihan beban adalah latihan-latihan yang sistematis dimana

beban hanya dipakai sebagai alat utuh menambah kekuatan otot lengan agar

melakukan kotraksi yang berturut-turut dalam waktu yang lama guna

mencapai berbagai tujuan tertentu”.

Menurut Menurut Santi Ramadhani dan Zulfan Heri (2018 : 661)

“latihan cords hip belt merupakan modifikasi dari dryland cords, hanya saja

cara pelaksanaannya yang berbeda, dimana dalam latihan ini ujung cords hip

belt diikatkan ke pinggang dan atlet memakai papan latihan yang dijepitkan di

paha setelah itu atlet berenang sejauh mungkin sambil menarik cords hip belt

yang diikatkan dipinggangnya”.

Latihan dryland cords atau katrol karet yang di lakukan di darat

merupakan weght traning yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot

lengan. Latihan dryland cords merupakan bentuk latihan yang memakai alat

bantu dryland cords. Hal yang menarik dari latihan Cords Hip Belt ini adalah

dimana bentuk latihan ini di laksanakan di air dan pelaksanaannya juga mirip

dengan berenang. Dalam renang gaya bebas 50 meter komponen kecepatan

tidak dapat dipisahkan , dimana kecepatan kayuhan kedua tangan secaya

bergantian sangat berpengaruh terhadap keepatan renang atlet.

Ada pun alat yang di gunakan dan cara pelaksanaannya seperti ;

Alat :

1. Tali karet yang elastis

2. Sabuk pengikat di pinggang


26

3. Papan latihan

Cara pelaksanaan :

1. Ikatlah ujung tali di belakang arah berlawanan pada saat latihan

2. Pasang sabuk pengikat pinggang

3. Jepitlah papan latihan diantara kedua paha

4. Kemudian turunlah ke kolam dan memulai latihan cords hip belt, lakukan

gerakan tangan seperti renang gaya bebas.

B. Gerakan latihan cords hipbelt, yaitu:

1. Posisi badan, posisi badan yang perlu diperhatikan dalam latihan cords hip

belt:

- Peluncuran Badan Secara Horizontal

Posisi badan dalam latihan cords hip belt harus Streamline dan sedatar

mungkin, walaupun masih membiarkan kaki cukup dalam di dalam air.

Memutar kepala pada sumbunya (tidak mengangkat danmenurunkannya)

dan bernafas ke samping lebih dekat pada dasar lengkungan gelombang.

- Menekan tangan lebih ke arah belakang dan bukannya ke bawah.

- Menekuk siku dan berusaha menekan air lebih ke arah belakang dan

bukannya ke arah bawah.


27

Gambar 2. 9 Posisi persiapan meluncur (Youtube)

Gambar 2. 10 Posisi menyelam (Youtube)

Gambar 2. 11 Posisi penolakkan dinding kolam (Youtube)


28

Gambar 2. 12 Posisi meluncur (Youtube)

Gambar 2. 13 Posisi badan dan gerakan tangan (Youtube)

2.1.5 Hakekat Interval

Interval artinya waktu selang atau diantara, yaitu waktu antara dua

renangan/Repeats. Cara ini terdiri atas suatu seri renangan atau seri Repeats

pada jarak yang tertentu (25, 50, 75, 100, 150, 200 m,dst) dengan istirahat

atau Intervalwaktu yang tertentu, misalnya 10, 15, 30, 90, detik dan

seterusnya Soejoko H (1992:41).


29

Waktu istirahat cukup lama untuk menurunkan debar jantung

perenang yang disebabkan oleh renangnya tadi, tetapi jumlah debar jantung

ini tidak turun sampai normal pada waktu perenang memulai lagi renangan

berikutnya. Pada waktu istirahat singkat itulah terjadi dorongan yang terkuat

untuk perbaikan/peningkatan peredaran darah, yaitu pada saat volume darah

yang terbesar dipompakan oleh jantung pada setiap debaran. Jarak dalam

latihan dilatih untuk nomor 200 m, maka jarak yang ditempuhnya dalam

latihan Interval adalah 50 m, 100 m, 150 m, dan 200m. Renangan-renangan

ini selalu diambil waktunya dan perenang harus berusaha mempertahankan

kecepatan renangnya.

Pemakaiannyaada dua macam latihan interval, yaitu:

1. SIT (Slow Interval Training) dengan istirahat singkat di antara tiap renangan

dan tidak melebihi waktu renangan itu sendiri. Cara latihan ini dipakai untuk

perenang-perenang yang dipersiapkan untuk jarak 400 m atau lebih, dan juga

untuk perenang 200 m pada awal tahap latihan berat.

2. FIT (Fast Interval Training). Di sini istirahatnya lebih lama daripada di SIT.

Pada waktu istirahat yang lebih lama itu, jantung berkesempatan pulih kembali

sehingga mendekati keadaan normal. Waktu renangan juga menjadi lebih

cepat, dibanding dengan latihan SIT. Dipakai pada tahap latihan berat untuk

perenang-perenang 100 m dan 200 m juga perenang 400 m.

Tujuan :

SIT : mengembangkan daya tahan dan sedikit kecepatan

FIT : mengembangkan baik kecepatan maupun daya tahan secara sama

(Fifty-fifty)
30

Dari dua macam latihan interval di atas, latihan yang digunakan yaitu FIT

(Fast Interval Training). Dimana pada latihan FIT (Fast Interval Training)

istirahatnya lebih lama dari pada di SIT (slow Interval Training). Pada waktu

istirahat yang lebih lama itu, jantung berkesempatan pulih kembali sehingga

mendekati keadaan normal. Waktu renang juga menjadi cepat dibanding dengan

latihan SIT (slow Interval Training). FIT (Fast Interval Training) bertujuan untuk

mengembangkan baik kecepatan maupun daya tahan secara bersama (Fifty-fifty)

Menurut Harsono (1988:156) mengatakan:

“Interval sesuai dengan namanya, Interval Traning adalah suatu sistem


latihan yang diselingi oleh beberapa interval yang berupa masa-masa istirahatnya.
Jadi, misalnya dalam latihan renang (istirahat - latihan - istirahat - latihan-
dst).Interval Traning adalah acara latihan yang penting dimasukan dalam program
latihan keseluruhan. Interval Training sangat dianjurkan oleh pelatih-pelatih
terkenal oleh karena memang hasilnya sangat positif bagi perkembangan daya
tahan maupun stamina atlet. Bentuk latihan dalam Interval Training dapat berupa
lari (Interval Running) atau renang (Interval Swimming). Interval Training dapat
pula diterapkan dalam Weight Training, Circuit Training,dan sebagainya.”

Inteval training merupakan suatu sistem latihan yang di selingi oleh interval-

interval berupa masa-masa istirahat. Misalnya latihan lari-istirahat-lari istirahat,

dan seterusnya, Harsono (1988;157)Bukan hanya itu, Harsono ( 1988;157 ),

mengatakan bahwa “ada beberapa faktor yang harus dipenuhi dalam menyusun

interval training”, yaitu :

1. Lama latihan

2. Beban (intensitas) latihan

3. Masa istirahat (recovery interval) setelah repetisi latihan

4. Ulangan (repetition) melakukan latihan


31

Sementara Sajoto (1988:44) menyusun suatu program latihan khususnya

yang menggunakan latihan Interval Training mengatakan bahwa:

“Dalam masalah latihan Interval Training terdapat beberapa

perbendaharaan istilah yang digunakan dalam menyusun program-program

latihan, istilah tersebut meliputi set, repetisi, waktu istirahat, jarak latihan,

frekuensi dan waktu istirahat antara set dan repetisi.”

Menurut Bompa, (1990:85) peningkatan intensitas latihan melalui cara sebagai

berikut:

a) Meningkatkan kecepatan dalam jarak tertentu atau meningkatkan berat beban.

b) Meningkatkan Ratio antara intensitas relatif dan absolut, sehingga intensitas

absolut boleh dilakukan.

c) Mempersingkat istirahat Interval di antara masing-masing pengulangan atau set.

d) Meningkatkan densitas latihan, dan

e) Meningkatkan jumlah pertandingan”.

Bompa (2001) Dalam rangkaian latihan yang dijalankan tidak boleh

mengabaikan prinsip interval. Ciri khas latihan interval ini adalah dengan adanya

istirahat yang diselingkan pada waktu melakukan latihan. Istirahat diantara latihan

tersebut dapat berupa istirahat aktif ataupun istirahat pasif, tergantung dari sistem

energi mana yang akan dikembangkan.

Istirahat diantara setiap rangsangan latihan memegang peranan yang

menentukan.Sebab organisme yang mendapat beban latihan sebelumnya harus

dipulihkan lagi.Istirahat yang terlalu panjang dan terlalu pendek dapat menghambat

keefektifan suatu latihan. Dan setiap rangsangan gerak menyebabkan penggunaan

energi dan pengurangan cadangan energi, akan tetapi juga mengandung rangsangan
32

untuk pembentukan energi baru.

Kesediaan organisme yang lebih tinggi untuk menunjukkan gejala penyesuaian,

terlihat pada pembebanan dalam istirahat berikutnya, sudah tentu tidak dalam jangka

waktu yang tidak terbatas, melainkan dalam saat yang pendek sewaktu pemulihan

kembali organisme secara menyeluruh.Jangka waktu istirahat yang pendek tetapi

penting harus disesuaikan dan dipergunakan dengan baik, sebabdalam waktu yang

pendek itulah tersusun rangsangan latihan yang baru.Olehkarena itu istirahat tidak

boleh terlalu pendek, karena bila demikian saat yang baik dan menguntungkan

belum tercapai.Juga istirahat tidak boleh terlalu panjang, karena dalam hal demikian

saat yang penting berlalu tanpa dapat dimanfaatkan.Rangsangan yang baru harus

cukup tetap tersusun dalam tahap superkompensasi keseimbangan organisme secara

keseluruhan.

Sistem latihan interval mencakup selang-seling periode kerja dan

istirahat.Keunggulan sistem latihan ini adalah lebih banyak atlet mengalami latihan

intensif tanpa mengalami keletihan yang berlebihan.Latihan interval merupakan

medium utama untuk mewujudkan efek-efek latihan spesifik.Latihan interval tidak

hanya memungkinkan atlet bekerja pada volume yang lebih besar dari suatu

intensitas tertentu, tetapi juga memungkinkan atlet berlatih lebih keras dari pada

yang dilakukannya dalam latihan yang berkesinambungan.

Variabel-variabel yang dapat dimanipulasi dalam latihan interval adalah di

seputar periode-periode kerja maupun pemulihan, yakni: Durasi kerja, Intensitas

kerja, Durasi periode pemulihan, Jenis aktivitas yang dilakukan selama periode

pemulihan; dan Banyaknya pengulangan selang-seling kerja atau pemulihan yang

dilakukan dalam satu set.


33

Latihan interval merupakan program latihan yang terdiri dari periode,

pengulangan kerja yang diselingi oleh periode istirahat (Fox, E.L, Bowers, RW.

Foss, ML., 1994:59; Smith, N.J, 1993:184), atau merupakan serangkaian latihan

yang diulang-ulang dan diselingi dengan periode istirahat. Latihan ringan biasanya

dilakukan pada periode istirahat ini (Fox, E.L, Bowers, RW. Foss, ML., 1998:205).

Latihan interval adalah serangkaian sistem latihan fisik yang diulang-ulang yang

diselingi dengan periode-periode pemulihan.Latihan fisik ringan biasanya mengisi

periode pemulihannya. Untuk memahami mengapa metode latihan ini sedemikian

berhasilnya, maka akan kita mulai dengan uraian mengenai metode latihan selama

latihan fisik.

Ada beberapa istilah khusus dalam latihan interval yang harus dipahami dengan

sebaik-baiknya.

1) Work Interval (Interval Kerja)

Selama periode interval kerja pada latihan interval anaerobik terjadi pengurasan

energi ATP dan PC untuk kerja otot.Dalam hal ini terjadi hutang oksigen (oksigen

debt) dan hutang alactacid (alactacid debt) (Davis, et al, 1999:79). Bagian dari

program latihan interval yang terdiri atas kegiatan dengan intensitas tinggi.

2) Relief Interval (Interval Pemulihan)

Pada periode istirahat atau pemulihan maka kekurangan oksigen dan

pengurasan energi di otot harus segera diisi kembali. Selama relief interval pada

kerja intermittent, satu bagian dari cadangan ATP dan PC otot yang dihabiskan

selama interval kerja sebelumnya akan diisi lagi melalui sistem aerobik (Foss dan

Keteyian, 1998:281). Waktu antar interval-interval kerja serta antara set-

set.Interval pemulihandapat terdiri atas:


34

a) Kegiatan ringan (pemulihan dengan istirahat atau rest relief).

b) Latihan fisik ringan sampai sedang (pemulihan dengan kegiatan atau work

relief).

c) Gabungan rest relief dan work relief.

Interval pemulihan biasanya dinyatakan dalam hubungan dengan rasio

pemulihan dengan kerja dan dapat dinyatakan sebagai berikut: 1:½, 1:1, 1:2 atau

1:3. Rasio 1:½ mengisyaratkan bahwa waktu interval pemulihannya sama dengan

setengah waktu interval kerja; 1:1 menunjukkan bahwa interval pemulihan 2 kali

lebih lama dari pada interval kerja dan seterusnya. Dengan interval-interval kerja

yang lebih lama, suatu rasio kerja pemulihan 1: ½ atau 1:1 biasanya yang

disarankan; pada interval-interval dengan jangka waktu menengah atau sedang,

rasionya adalah 1:2 dan pada kerja yang memakan waktu lebih pendek, rasionya

1:3 karena intensitasnya yang tinggi (Fox, E.L, Bowers R.W., 1992:302).

3) Set

Set adalah serangkaian interval kerja dan pemulihan.

4) Repetition (Pengulangan).

Banyaknya interval kerja dalam satu set.

5) Training Time (Waktu Latihan)

Kecepatan pelaksanaan kegiatan selama interval kerja.

6) Training Distance (Jarak Latihan)

Jarak interval kerja.

7) Frekuensi (latihan intensif)

Yang dimaksud dengan frekuensi latihan adalah jumlah latihan intensif.

Untuk menentukan frekuensi latihan harus memperhatikan kemampuan seseorang,


35

sebab kemampuan seseorang tidak sama dalam beradaptasi dengan program

latihan jumlah frekunsi latihan bergantung pada jenis, sifat dan karakter olahraga

yang dilakukan. (Sajoto 1995:35)

8) Resep Latihan Interval,

Latihan interval yang biasanya meliputi banyaknya set, banyaknya

pengulangan, waktu pelaksanaan atau jarak interval kegiatan, waktu latihan, dan

waktu interval pemulihan.

Cara latihan interval untuk atlet dalam melakukan interval kerja disesuaikan

dengan cabang olahraganya, misalnya renang dengan kegiatan renang.Tipe kegiatan

yang dipilih untuk latihan fisik umum berdasarkan atas pilihannya.Sebagai ringkasan

sebagai sistem latihan interval dapat diketengahkan sebagai berikut (Fox, E.L,

Bowers, RW. Foss, ML., 1998:280).

1) Tentukan terlebih dahulu sistem energi utama mana yang perlu dikembangkan.

2) Pilih bentuk aktivitas (exercise) yang digunakan selama interval kerja

(renang).

3) Tentukan latihan sesuai dengan keterangan yang ada dalam daftar dari sistem

energi utama yang ingin dikembangkan. Jumlah ulangan (repetisi) dan set,

rasio kerja istirahat, dan tipe dari interval istirahat.

Walaupun latihan interval merupakan sistem yang sangat baik untuk atlet

maupun non atlet yang tertarik pada “general fitness”, namun metode ini bukan satu-

satunya metode latihan yang ada.

Kemajuan prestasi atlet merupakan akibat langsung dari jumlah dan kualitas

kerja yang dicapai dalam latihan.Beban kerja dalam latihan ditingkatkan secara

bertahap, dan disesuaikan dengan kemampuan fisiologis dan psikologis setiap atlet.
36

Organisme akan memberikan reaksi berupa perubahan morfologis dan psikologis

sebagai pemenuhan kebutuhan adanya peningkatan beban latihan.

2.2 Penelitian Yaang Relevan

Penelitian sebelumnya yang relevan salah satunya adalah

1. “ Penerapan metode latihan interval dalam meningkatkan kecepatan

renang gaya bebas 50 meter tahun 2019 ” oleh Ujang Rohman. Hasil

penelitian eksperimen menyimpulkan bahwa rata-rata pre test 58,53, rata-

rata post test 85,85. hasil uji t lebih besar dari t-tabel (2,01<2,14).

Perbandingan antara hasil pre test dan post test pada kelompok eksperimen

tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Besarnya pengaruh dapat

meningkatkan hasil kecepaan gaya bebas sebanyak 47%. Uji komparasi

antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen diperoleh t-hitung

4,558, t-hitung lebih besar dari t-tabel (4,55 > 2,04). Dapat dikatakan

perbandingan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dan

hasilnya tidak ada perbedaan yang signifikan dapat dikatakan setelah

diberikan perlakuan memiliki kemampuan renang gaya bebas yang lebih

baik.

2. “ Perbedaan Pengaruh Latihan Cords Hip Belt Dengan Latihan Dryland

Cords Pada Atlet Renang Gaya Bebas ” oleh Santi Ramadhani, Zulfan

Heri. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Hal ini dapat

dilihat dari hasil thitung 15 > ttabel 3,18. Latihan Dryland Cords lebih

signifikan meningkatan power otot lengan atlet dilihat dari hasil

thitung7,49 > ttabel 3,18. latihan Cords Hip Belt tidak lebih besar
37

pengaruhnya bila dibandingkan dengan latihan Dryland Cords terhadap

power otot lengan Usia atlet dapat dilihat dari hasil thitung -1,54 < ttabel

2,45. Latihan Cords Hip Belt lebih signifikan meningkatkan hasil

kecepatan renang gaya bebas dapat dilihat dari hasil thitung 4,48 > ttabel

3,18. Latihan Dryland Cords lebih signifikan meningkatkan hasil

kecepatan renang gaya bebas Atlet Putri dapat dilihat dari hasil thitung 6 >

ttabel 3,18. Latihan Cords Hip Belt tidak lebih besar pengaruhnya bila

dibandingkan dengan latihan Dryland Cords terhadap kecepatan renang

gaya bebas Atlet Putri dilihat dari hasil thitung 1,08 < ttabel 2,45. Dari

kesimpulan penelitian terdapat pengaruh yang signifikan latihan Cords

Hip Belt terhadap power otot lengan usia 15–17 tahun atlet putri Club

Tirta Prima Selayang Medan tahun 2011 . terdapat pengaruh yang

signifikan latihan Cords Hip Belt terhadap kecepatan renang gaya bebas

50 meter usia 15–17 tahun atlet putri Club Tirta Prima Selayang Medan

tahun 2011

2.3 Kerangka Berfikir

Kemajuan prestasi atlet merupakan akibat langsung dari jumlah dan kualitas

kerja yang dicapai dalam latihan.Beban kerja dalam latihan ditingkatkan secara

bertahap, dan disesuaikan dengan kemampuan fisiologis dan psikologis setiap atlet.

Organisme akan memberikan reaksi berupa perubahan morfologis dan psikologis

sebagai pemenuhan kebutuhan adanya peningkatan beban latihan.

Dalam cabang olahraga renang terdapat 4 gaya yang selalu diperlombakan

yaitu: Gaya bebas atau Crawl Stroke, Gaya dada atau Breast Stroke, Gaya
38

punggung atau Back Stroke dan Gaya kupu-kupu atau Butterfly Stroke. Keempat

gaya tersebut mempunyai tingkat kesulitan masing-masing. Namun dari keempat

gaya tersebut gaya bebas merupakan gaya yang paling cepat.

Untuk dapat berprestasi dalam cabang olahraga renang seorang atlet harus

mampu menguasai teknik – teknik renang itu sendiri. Sehingga dengan mengusai

teknik tersebut para atlet mampu meningkatkan hasil yang maksimal. Dalam

cabang olahraga renang terutama gaya bebas ada beberapa latihan untuk dapat

meningkatkan kecepatan yang maksimal dalam renang gaya bebas. Salah satu cara

untuk meningkatkan kecepatan renang gaya bebas adalah dengan cara

menggunakan metode latihan cords hip belt dan latihan interval. Latihan interval

yang digunakan yaitu FIT (Fast Interval Training). Dimana pada latihan FIT

(Fast Interval Training) istirahatnya lebih lama dari pada di SIT (slow Interval

Training). Pada waktu istirahat yang lebih lama itu, jantung berkesempatan pulih

kembali sehingga mendekati keadaan normal. Waktu renang juga menjadi cepat

dibanding dengan latihan SIT (slow Interval Training). FIT (Fast Interval

Training) bertujuan untuk mengembangkan baik kecepatan maupun daya tahan

secara bersama (Fifty-fifty).

Dengan diberikannya latihan metode latihan cords hip belt dan intervalbagi

atlet, maka dapat meningkatkan kecepatan renang gaya bebas dan

memaksimumkan pengaruh latihan. Maka dari itu metode latihan cords hip belt

dan interval dipilih peneliti untuk dapat meningkatkan kecepatan renang gaya

bebas 50 meter pada atlet putra KU II Nuansa Swimming Club kota Tebing

Tinggi.
39

2.4 Hipotesis

Menurut sudjana (2005 : 219) hipotesis adalah asumsi atau dugaan

mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut

melakukan pengecekannya. Sedangkan menurut kerlinger (1973 : 3) hipotesis

adalah pernyataan yang bersifat terkaan dari hubungan antara dua atau lebih

variabel. Berdasarkan kajian teoritis yang berhubungan dengan permasalahan,

maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1 “Terdapat pengaruh yang signifikan dari Latihan cords hip belt dan latihan

interval Terhadap Peningkatan Kecepatan Renang Gaya Bebas 50 Meter Pada

Atlet Putra KU II Nuansa Swimming Club Kota Tebing Tinggi Tahun 2023.”
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3.1.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di kolam renang Pondok Kencana

Nuansa Swimming Club yang berlokasi di jalan soekarno hatta, Kel.

Tambangan, Kec. Padang Hilir, Kota Tebing Tinggi, Sumatera Utara.

3.1.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2023 sampai dengan

Agustus 2023, dan pada pukul 16.00 sampai dengan selesai. Penelitian

dilaksanakan selama 6 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu, yaitu pada

hari Selasa, Kamis dan Sabtu.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Menurut Suyono (2016 : 177) “Popilasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah atlet putra KU II

Nuansa Swimming Club kota Tebing Tinggi yang berjumlah 13 orang.

3.2.2 Sampel

Sunarno ( 2011 : 60 ) menyatakan bahwa sampel adalah sejumlah

kecil kelompok yang diambil dari lingkungan populasi tersebut. Teknik pada

40
41

pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling

(sampel bertujuan).

Sampel dalam penelitian ini adalah atlet renang Nuansa Swimming

Club Kota Tebing Tinggi tahun 2023 yang berjumlah 11 orang dari atlet

putra KU II Nuansa Swimming Club kota Tebing Tinggi.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

eksperimen. Penelitian dengan pendekatan ekperimen adalah suatu peelitian yang

berusaha mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi

yang terkendali (Sugiyono, 2012 : 107). Metode eksperimen (perlakuan) dengan

teknik pengambilan data yang melibatkan dua variabel bebas yaitu latihan Cords

Hip Belt dan latihan Interval dan satu variabel terikat yaitu Kecepatan Renang

Gaya Bebas 50 Meter

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode Penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian eksperimen melalui pengumpulan data dengan menggunakan tes dan

pengukuran.

Dalam penlitian ini, peneliti mencoba untuk meneliti pengaruh latihan

Cords Hip Belt dan latihanInterval sebagai variabel bebas terhadap kecepatan

renang 50 meter gaya bebas sebagai variabel terikat. Peneliti akan menemukan

informasi tentang pengaruh latihan Cords Hip Belt dan latihanInterval terhadap

kecepatan renang gaya bebas 50 meter pada atlet KU IINuansa Swimming


42

ClubKota Tebing Tinggi 2023. Metode ini memiliki pengertian bahwa peneliti

memberikan perlakuan tertentu kepada subjek untuk melihat apakah ada pengaruh

dari perlakuan tersebut.

3.5 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara menganalisis data

agar dapat dilaksanakan secara ekonomis dan sesuai dengan tujuan penelitian.

Disain peneltian yang peneliti gunakan adalah desain penelitian eksperimen

dalam bentuk one group pre test - post test design.

Peneliti memilih dan mengggunakan rancangan atau desain ini

dikarenakan penulis ingin mengetahui perubahan atau peningkatan kecepatan

renang akibat perlakuan atau penggunaan latihanCords Hip Belt dan

latihanInterval terhadap kecepatan renang gaya bebas 50 meter pada atlet KU

IINuansa Swimming Club Kota Tebing Tinggi 2023. Perubahan atau peningkatan

kecepatan renang gaya bebas bisa dilakukan dengan cara membandingkan antara

tes awal dan tes akhir. Perbedaan antara tes awal dan tes akhir bisa dianggap

sebagai efek dari perlakuan. Adapun desain penelitian eksperimen dalam bentuk

one group pretesr – posttest yang akan peneliti gunakan sebagai berikut :

Gambar 1.8 Desain Penelitian

O1________X________O2
Sugiyono (2009 : 75)

Keterangan :

O1 : Pre test atau tes awal kecepatan renang gaya bebas

X : Perlakuan latihan Cords Hip Belt dan latihanInterval


43

O2 : Post test atau tes akhir kecepatan renang gaya bebas

3.6 Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjannya lebih mudah dan hasilnya

lebih baik, cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah

(Suharsimi Arikunto, 2006: 160). Instrumen dalam penelitian ini yaitu tes renang

gaya bebas yang di tentukan oleh waktu tempuh,

Tes Kecepatan Berenang Gaya Bebas 50 Meter

Tes renang gaya Bebas dilakukan dengan memakai kolam yang panjangnya 25

meter.

Alat Tes:

a. Pluit

b. Stopwatch

c. Ballpoint

d. Kertas tulis

Pelaksanaan: Peserta tes berbaris di tepi kolam untuk bersiap-siap

melakukan start, begitu aba-aba “awas” peserta tes melakukan sikap start dan

setelah pluit berbunyi peserta tes langsung berenang gaya bebas secepat mungkin

dengan jarak 25 meter x 2 sehingga mencapai 50 meter disaat itu lah stopwatch

dihidupkan. Setelah peserta tes menyentuh dinding kolam stopwatch langsung

dimatikan. Penilaian : Catatan waktu peserta tes dalam satu kali percobaan.
44

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti dalam

mengumpulkan data penelitian (Suharsimi Arikunto:2010). Lebih lanjut dikatakan

oleh Suharsimi Arikunto (2010:265) “bahwa untuk memperoleh data-data yang

diinginkan sesuai dengan tujuan peneliti sebagai bagian dari langkah

pengumpulan data merupakan langkah yang sukar karena data data yang salah

akan menyebabkan kesimpulan-kesimpulan yang ditarik akan salah

pula”.Pengumpulan data dilakukan dua kali yaitu pada tes awal dan tes

akhirdengan pemberian tes dan pengukuran melalui metode survey,yaitu peneliti

mengamati secara langsung pelaksanaan tes dan pengukuran dilapangan.

3.8 Teknik Analisis Data

Setelah seluruh data hasil pengetesan terkumpul, maka langkah berikutnya

adalah melakukan pengelolahan data melalui analisis statistik untuk menguji

hipotesisi yang diajukan, yaitu untuk mengetahui pengaruh latihan Cords Hip Belt

dan latihanInterval terhadap kecepatan renang gaya bebas 50 meter pada atlet KU

IINuansa Swimming Club Kota Tebing Tinggi 2023. Data yang telah diperoleh

dari hasil pre test dan post test dianalisis dengan menggunakan perhitungan uji – t

Sudjana (2005 : 242). Untuk menganalisis data peneliti menggunakan rumus

rumus sebagai berikut :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui normal tidaknya sebaran

data yang dianalisis. Untuk menguji data adalah uji statistika Kolmogorov
45

Smirnov. Apabila hasil perhitungan nilai sig lebih besar dari 0,05 maka sebaran

datanya berdistribusi normal. Namun jika hasil perhitungannya lebih dari 0,05

maka sebaran datanya berdistribusi tidak normal. Pada penelitian ini, perhitungan

uji normalitas menggunakan rumus Sebagai berikut:

X 1−X
Z1 =
S

2. Uji Homogenitas

Di samping pengujian terhadap penyebaran nilai yang akan dianalisis,

perlu uji homogenitas agar yakin bahwa kelompok-kelompok yang membentuk

sampel berasal dari populasi yang homogen. Uji homogenitas menggunakan uji F

dari data pretest dan posttest pada kedua kelompok dengan menguji perbandingan

varians terbesar dengan varians terkecil menggunakan rumus sebagai berikut :

VarianTerbesar
F=
Varian Terkecil

Berdasarkan hasil perhitungan kemudian di konsultasikan dengan tabel F,

jika 𝐹h lebih kecil dari 𝐹t (𝐹h𝐹t), berarti H0 yang menyatakan bahwa antara

kedua kelompok menunjukkan perbedaan atau memiliki varians yang sama di

tolak sehinggadengan kata lain kedua varians tidak homogen. Taraf signifikan

yang di kehendaki 5% dengan Ftabe𝑙= n terbesar -1 (pembilang) dan n terkecil -1

(penyebut).

3. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis menggunakan uji-t denganmembandingkan mean

antara pretest dan posttest Apabila nilai t hitung lebih kecil dari t tabel, maka Ha

ditolak, jika t hitung lebih besar dibanding t tabel maka Ha diterima. Maka rumus

yang digunakan adalah:


46

1). Mencari Mean Pre-test dan Post-test

X=
∑x
n

2). Standart Deviasi

2 n ∑ x 12−(∑ x 12 )
S=
n(n−1)

3). Mencari t-hitung

B
t=
S B/ √ n

4). Simpangan baku tidak berpasangan

( n1−1 ) S21 (n 2−1)S 22


t=
n1 +n2 −2

5). Mencari nilai t-hitung

x 1−x 2
Tgabungan =
s0
√ 1 1
+
n1 n2

6). Simpangan baku gabungan


2 2
2 (n1−1) S 1 (n2−1)S 2
s =
G DAFTAR PUSTAKA
n1 +n 2−2

Akhmad Imran, 2013. Dasar-Dasar Melatih Fisik Olahragawan.Medan: Unimed


Press.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan


Praktek.Jakarta: Rineka Cipta.

Bompa Tudor O. 1990. Theory And Methodology Of Training. Debuque,Iowa:


Kendall/Hunt Publishing Company.CP

Bompa,................. 1983. Theory And Methodology Of Training. Dubuque,Jowa:


Kendal/Hunt Publishing companyPublishing Company.CP

Bompa,................... 1994Terjemahan Buku Theory And Methodology


OfTraining.Bandung: Program Pasca Sarjana Universitas
Padjadjaran.http://digilib.unimed.ac.id.

Budiningsih, Annayanti. 2010. Berenang Gaya Bebas. Kudus: PT. Pura


Barutama.

Dumadi dan Kasiyo Dwijowinoto. 1992. Renang. Jakarta : Depdiknas,


DirektoratJenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Grosser Straischka . 2004. Latihan Fisik Olahraga


“Conditiontraining”diterjemahkan oleh Paulus Levinus Pesurney. Koni

Harsono, 1983. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE.

Harsono, 1988, Coaching dan Aspek Aspek Psikologi Dalam Coaching,Jakarta,


CV.Kesuma

Harsono. 2015. Kepelatihan Olahraga. Bandung: PT. Remaja


RosdakaryaJakarta: Dahara Prize.

Kasiyo,Dwijowinoto 1992.Renang Materi Metode Penilaian, Depdikbud

Sajoto. 1995. Pengembangan dan Pembinaan Kekuatan kondisi Fisik


DalamOlahraga. Jakarta: Dahara Prize

Sajoto. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Departemenm


Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Proyek Pengadaan Buku pada Lembaga Pengembangan Tenaga
Pendidikan. Jakarta.

47
48

Santi Ramadhani, Zulfan Heri. 2018. Peningkatan Mutu Guru


DanPembelajaranPendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan
Berbasis Penelitian Nilai-Nilai Kearifan Lokal Guna Mendukung
Prestasi Olahraga Nasional Tahun 2018. Medan(online)
(http://digilib.unimed.ac.id)

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Bandung:


PT Alfabet.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B.


Bandung:Alfabeta

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Praktek.Jakarta.

Ujang Rohman.2019. “Latihan interval dapat meningkatkan kecepatan


renanggaya gayabebas 50 meter”Diambil dari garuda.ristekdikti.go.id
49

LAMPIRAN

Lampiran 1
Beberapa bentuk latihan yang di rancang pelatih di Nuansa Swimming Club

Kota Tebing Tinggi yaitu :

1. Pemanasan

2. bentuk latihan di darat

3. bentuk latihan di air

4. Pendinginan

Bentuk latihan pemansan :

 Renang 6 x 25 m masing-masing gaya

Bentuk latihan di darat :

1. Jogging

2. Pull Up

3. Push Up

4. Back Up

5. Sit Up

6. Katrol Darat

Bentuk latihan di air :

1. Pull boy

2. Pin

3. Interval
50

4. Papan renang

5. Peadle

Bentuk latihan pendinginan :

 Berenang santai 6 x 25 m masing-masing gaya

Standar penilaian berdasarkan dari hasil kejuaraan renang gaya bebas 50


meter putra antar perkumpulan seluruh Indonesia(KRAPSI) KUII

No. Standar Pengskoran Catatan Waktu Klasifikasi


Nilai
1 91% - 100% 00.28.05 -00.25.51 Baik sekali

2 81% - 90% 00.30.60-00.28.06 Baik

3 71% - 80% 00.33.15 – 00.30.61 Cukup / rata-


rata
4 61% - 70% 00.35.70 – 00.33.16 Kurang

5 <60% <35.71 Kurang sekali


51

Hasil pre test kecepatan renang gaya bebas 50 meter atlet KU II Nuansa
Swimming Club Kota Tebing Tinggi tahun 2023
No. Nama Waktu KU II Kategori

1 Raga Abdi Guna 35,98 II KS

2 Amir Hamdillah 36,43 II KS

3 Agung Prayuda 41,22 II KS

4 Abdillah 43,78 II KS

5 Bima Saputro 45,34 II KS

6 Hafiz Alfarizi 46,54 II KS

7 Rio Sinaga 48,24 II KS

8 Kevin Purba 49,03 II KS

9 M. Hilman Hafiz 45,34 II KS

10 Ade Saputra 46,54 II KS

11 Dimas Anggara 43,78 II KS

12 Hasbi Ananda 44,02 II KS

13 Ikhsan Prayudi 45,45 II KS


52

No. Nama Umur Lama latihan KU II

1 Raga Abdi Guna 14 2 Tahun II

2 Amir Hamdillah 14 2 Tahun II

3 Agung Prayuda 14 4 bulan II

4 Abdillah 13 1 Tahun II

5 Bima Saputro 14 5 bulan II

6 Hafiz Alfarizi 14 1 Tahun II

7 Rio Sinaga 14 6 tahun II

8 Kevin Purba 14 9 bulan II

9 M. Hilman Hafiz 14 8 bulan II

10 Ade Saputra 14 9 bulan II

11 Dimas Anggara 13 4 Bulan II

12 Hasbi Ananda 13 2 Bulan II

13 Ikhsan Prayudi 13 2 Bulan II

Data atlet Nuansa Swimming Club Kota Tebing Tinggi tahun 2023

Tebing
Tinggi, Juni 2023
Pelatih
53

Suhardian Saputra

You might also like