You are on page 1of 15

LAPORAN PENDAHULUAN PADA

PASIEN AN. H DENGAN TUBERCULOSIS PARU


DI RUANG DAHLIA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH H SOEWONDHO KENDAL
Dosen Pembimbing: Tri Sakti Widyaningsih,S.Kep., M.Kep., Ns.Sp.Kep.An

Di susun oleh

Nurmala dia safitri Siregar

2007058

PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN BISNIS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS WIDYA


HUSADA SEMARANG TAHUN 2022/2023
A. Konsep dasar teori

1. Definisi

Menurut Tabrani (2010) Tuberkulosis Paru adalah penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau
diberbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang
tinggi. Kuman ini juga mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada membran selnya
sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan pertumbuhan dari
kumannya berlangsung dengan lambat. Bakteri ini tidak tahan terhadap ultraviolet,
karena itu penularannya terutama terjadi pada malam hari. Tuberkulosis Paru atau TB
adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman Mycobacterium
Tuberculosis. Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
basil mikrobacterium tuberculosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone
infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon.
(Andra S.F & Yessie M.P, 2013). Penularan tuberkulosis yaitu pasien TB BTA (bakteri
tahan asam) positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkan nya. TB dengan BTA
negatif juga masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan
tingkat penularan yang kecil (kemenkes RI,2015).

2. Etiologi

Menurut Wim de Jong et al 2005 (Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015), Penyebab
Tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberculosis. Basil ini tidak berspora sehingga
mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua macam
mikobakteria tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam
susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis usus. Basil tipe human bisa berada di
bercak ludah (droplet) di udara yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang
rentan terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah infeksi
melalui udara.

3. Patofisiologi
Port de entry kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi terjadi melalui udara, (air
bone), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang
terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai alveolus dan diinhalasi biasanya terdiri atas satu
sampai tiga gumpalan. Basil yang lebih besar cenderung bertahan di saluran hidung dan
cabang besar bronkus, sehingga tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam
ruang alveolus, kuman akan mulai mengakibatkan peradangan. Leukosit
polimorfonuklear tampak memfagosit bakteri di tempat ini, namun tidak membunuh
organisme tersebut. Sesudah hari pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli
yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.
Pneumonia selular ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang
tertinggal atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang
biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju getah bening
regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian
bersatu, sehingga membentuk sel tuberkel epitoloit yang 11 dikelilingi oleh foist. Reaksi
ini biasanya membutuhkan waktu 10-20 jam (Ardiansyah, 2012).
4. Pathways

Droplet nucler/dahak yang mengandung


basil TBC (Mycobacterium Tuberculosis)

Faktor dari luar: Batuk, bersin


- Faktor toksik (alkohol, Faktor dari dalam:
rokok) - Usia muda/bayi
- Sosial ekonomi rendah - Gizi buruk
- Terpapar penderita TBC Dihirup masuk paru - Lanjut usia
- Lingkungan buruk

Mycobacterium menetap/dormant

Resiko tinggi
Kurang informasi Imunitas tubuh menurun
Penyebaran kuman

Kurang pengetahuan Membentuk sarang TB

Bronchus Pleura
Infiltrasi setengah
bagian paru

Iritasi
Menyebabkan
Sesak napas
infiltrasi pleura

Peradangan pada
bronkus
Terjadi gesekan inspirasi dan Distres
eksperasi pernapasan
Batuk Pembuluh
Malaise darah pecah

Skret kental Nyeri dada


Anoreksia

Batuk darah Resiko kerusakan


pertukaran gas
Nutrisi kurang
dari kebutuhan

Gangguan tumbuh Bersihan jalan napas


Penurunan
kembang tidak efektif
status gizi
5. Manifestasi klinis
pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak ditemukan pasien TB
Paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang terbanyak
adalah

: 1) Demam Biasanya subfebris menyerupai demam influenza, tetapi kadangkadang


panas badan dapat mencapai 40-41oC. serangan demam pertama dapat sembuh sebentar
tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam
influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam
influenza. keadaan ini sangat 9 dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat
ringannya infeksi tuberkulosis yang masuk.

2) Batuk/batuk berdahak Batuk ini terjadi karena ada iritasi pada bronkus. batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar, karena terlibatnya bronkus
pada setiap penyakit tidak sama. Mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit
berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan
peradangan bermula. Sifat batuk ini dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian
setelah timbulnya peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). keadaan yang
lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
kebanyakan batuk darah tuberkulosis pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus
dinding bronkus.

3) Sesak Napas Pada penyakit ringan (baru kambuh) belum dirasaka sesak napas. Sesak
napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya sudah meliputi
sebagian paru-paru

4) Nyeri Dada Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura
sewaktu pasien menarik melepaskan napasnya. 10
5) Malaise Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan
turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keluar keringat malam, dll. Gejala malaise ini
makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

6. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan dignostik pada penderita tuberkulosis antara lain :


a. Uji Tuberkulin 
Uji tuberkulin merupakan uji paling penting untuk menentukan apakah anak
sudah terinfeksi tuberkel basilus atau tidak. Prosedur yang dianjurkan adalah Uji
Mantoux, yang menggunakan derifat protein murni (PPD, Purified protein derifatif).
Dosis standar adalah 5 unit tuberkulin dalam 0,1 ml larutan, di injeksi secara
intradermal. Pembacaan uji tuberkulin dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan dan di
ukur diameter melintang dari indurasi yang terjadi. Hasil dianggap positif bila terdapat
indurasi dengan 5 mm keatas, bila 4 mm negatif, 5-9 mm masih dianggap meragukan,
tetapi jika 10 mm keatas jelas positif.
b. Pemeriksaan Radiologis
Pada anak dengan uji tuberkulin positif dilakukan pemeriksaan radiologis.
Secara rutin dilakukan foto rontgen paru, dan untuk diagnosis tidak cukup hanya
pemeriksaan radiologis tetapi diperlukan juga data klinis.
c. Pemeriksaan bakteriologis
Ditemukannya basil tuberkulosis akan memastikan diagnosis tuberkulosis.
Bahan-bahan yang digunakan untuk pemeriksaan bakteriologis ialah :
 Bilasan lambung
 Sekret bronkus
 Sputum (pada anak yang besar)
 Cairan pleura
d. Uji BCG
Di Indonesia BCG diberikan secara langsung tanpa didahului uji tuberkulin. Bila
ada anak yang mendapat BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu
kurang dari 7 hari setelah penyuntikan berarti perlu dicurigai adanya tuberkulosis.
Pada anak dengan tuberkulosis BCG akan menimbulkan reaksi lokal yang lebih cepat
dan besar oleh karena itu, reaksi BCG dapat dijadikan alat diagnostik.
Vaksin BCG diletakkan pada ruang/tempat bersuhu 200C-80C serta pelindung
dari cahaya. Pemberian vaksin BCG biasanya dilakukan secara injeksi intradermal
atau intrakutan pada lengan bagian atas atau injeksi perkutan sebagai alternatif bayi
usia muda yang mungkin sulit menerima injeksi terdermal. Dosis yang digunakan
sebagai berikut :
 Untuk infant atau anak-anak kurang dari 12 bulan diberikan satu dosis vaksin BCG
sebanyak 0,05 mg.
 Untuk anak-anak di atas 12 bulan dan dewasa diberikan satu dosis vaksin BCG
sebanyak 0,1 mg.

Tabel 1. Diagnosis TBC pada anak dengan sistem skoring (scoring system)
Parameter 0 1 2 3
Kontak TB Tidak jelas Laporan keluarga, BTA (+)
BTA (-) atau
tidak tahu, BTA
tidak jelas
Uji tuberkulin Negatif Positif (> 10
mm, atau > 5
mm pada
keadaan
imunosupresi)
Berat Bawah garis Klinis gizi buruk
badan/keadaan merah (KMS) (Bb/U < 60%)
gizi (menurut atau BB/U <
KMS) 80%
Demam tanpa ≥ 2 minggu
sebab jelas
Batuk ≥ 3 minggu
Pembesaran ≥ 1cm , jumlah
kelenjar limfe ≥ 1, tidak nyeri
leher. Axila,
inguinal
Pembengkakan Ada
tulang/sendi, pembengkakan
panggul, lutut,
palang
Poto rontgen Normal/tidak Kesan TB
thorak jelas
Ket : Anak didiagnosis TB jika jumlah scor ≥ 6, ( scor maksimal 13)
7. Komplikasi
biasanya terjadi akibat reaktivasi kuman di dalam lesi yang tidak mengalami resolusi
sempurna. Reaktivasi ini jarang terjadi pada anak, tetapi sering pada remaja dan dewasa
muda. Tuberkulosis ekstrapulmonal dapat terjadi pada 25-30% anak yang terinfeksi
Tuberculosis. Tuberculosis tulang dan sendi terjadi pada 5- 10% anak yang terinfeksi,
dan paling banyak terjadi dalam 1 tahun tetapi dapat juga 2-3 tahun kemudian.
Tuberculosis ginjal biasanya terjadi 5-25 tahun setelah infeksi primer (Ardiansyah, 2012)
Pada anak dengan tuberculosis biasanya sering terjadi komplikasi. Menurut Wallgren,
ada 3 komplikasi dasar Tuberculosis paru pada anak, yaitu penyebaran limfohematogen,
Tuberculosis endobronkial, dan Tuberculosis paru kronik. Sebanyak 0,5-3% penyebaran
limfohematogen akan menjadi Tuberculosis milier atau meningitis Tuberculosis, hal ini
biasanya terjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer. Tuberkulosis endobronkial (lesi
segmental yang timbul akibat pembesaran kelenjar regional) dapat terjadi dalam waktu
yang lebih lama (3-9 bulan). Terjadinya Tuberculosis paru kronik sangat bervariasi,
Tuberculosis paru kronik

8. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan Tuberculosis ialah memusnahkan basil tuberkulosis dengan cepat dan
mencegah kambuh. Obat yang digunakan untuk Tuberculosis digolongkan atas dua
kelompok yaitu :
a. Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir,
sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
b. Obat sekunder : Exionamid, Paraminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan
Kanamisin (Depkes RI, 2011).

B. Konsep dasar keperawatan

1. Pengkajian focus
a. Identitas
Selain identitas klien : nama tempat tanggal lahir, usia, agama, jenis kelamin, juga
identitas orangtuanya yang meliputi : nama orangtua, pendidikan, dan pekerjaan.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
a. Saat masuk Rumah Sakit
Keluhan utama penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
b. Saat pengkajian
Keluhan yang dialami pasien saat dilakukan pengkajian meliputi PQRST (palliative,
quantitatif, region, scale, timing)
c. Keluhan penyerta
Keluhan yang dialami oleh pasien selain keluhan utama. Tanda dan gejala klinis TB
serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti : leher, inguinal,
axilla dan sub mandibula

2. Riwayat Kehamilan
a. Pre Natal
Prenatal : kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi selama hamil.
b. Intra Natal
Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir, terjepit jalan lahir, bayi menderita caput
sesadonium, bayi menderita cepal hematom.
c. Post Natal
Kurang asupan nutrisi, bayi menderita penyakit infeksi, asfiksia, icterus.
3. Riwayat Masa Lalu
a.Penyakit waktu kecil
Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien pernah sakit batuk yang
lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang lainnya dan sudah diberi
pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh? Tanyakan, apakah pernah berobat tapi
tidak sembuh? Apakah pernah berobat tapi tidak teratur?)
b. Pernah di rawat di Rumah Sakit
Tanyakan apakah sakit yang dialami di waktu kecil sampai membuat pasien
dirawat dirumah sakit, jika ia, apakah keadaannya parah atau seperti apa.
c. Obat-obatan yang pernah digunakan
Obat-obatan yang pernah diberikan sangat penting untuk diketahui, agar kerja obat
serta efek samping yang timbul dapat di ketahui. Pemberian antibiotik dalam jangka
panjang perlu diidentifikasi.
d. Tindakan (operasi)
Apakah sebelumnya pernah melakukan tindakan operasi, pada bagian apa, atas
indikasi apa.
e. Alergi
Apakah mempunyai riwayat alergi terhadap obat-obatan, udara atau makanan.
f. Kecelakaan
Pernah mengalami kecelakaan ringan sampai hebat sebelumnya, apabila
mengalami kecelakaan apakah langsung di beri tindakan, atau di bawa berobat ke dokter
atau hanya di diamkan saja.

g. Imunisasi
 Imunisasi aktif : merupakan imunisasi yang dilakukan dengan cara menyuntikkan
antigen ke dalam tubuh sehingga tubuh anak sendiri yang akan membuat zat
antibody yang akan bertahan bertahun-tahun lamanya. Imunisasi aktif ini akan lebih
bertahan lama daripada imunisasi pasif
 Imunisasi pasif : disini tubuh tidak membuat sendiri zat anti akan tetapi tubuh
mendapatkannya dari luar dengan cara penyuntikkan bahan atau serum yang telah
mengandung zat anti. Atau anak tersebut mendapatkannya dari ibu pada saat dalam
kandungan
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : pada umumnya pasien tuberkulosis anak yang berobat sering ditemukan
sudah dalam keadaan lemah, pucat, kurus dan tidak bergairah
2. Tanda-tanda vital : sering demam walaupun tidak terlalu tinggi, demam dapat lama atau
naik turun, nafas cepat dan pendek, saat badan demam atau panas biasanya tekanan nadi
anak menjadi tachicardi.
3. Antropometri
Mengukur lingkar kepala, lengan, dada dan panjang badan serta berat badan.
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : kaji bentuk kepala, kebersihan rambut
b. Mata : kaji bentuk mata, konjungtiva, sklera, pupil
d. Hidung : terdapat cuping hidung atau tidak, ada penumpukkan sekret atau tidak,
simetris tidak.
e. Mulut : kaji kebersihan mulut, apakah ada stomatitis, gigi yang tumbuh
f. Telinga : kaji kebersihan telinga, bentuk sejajar dengan mata, ada cairan atau tidak, uji
pendengaran anak
g. Leher : Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla, inguinal dan sub
mandibula.
h. Dada : Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang/
mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulen
(menghasilkan sputum).
 Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai setengah
paru.
 Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura.
 Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri
otot dan kering diwaktu malam hari.
 Pada tahap dini sulit diketahui.
 Ronchi basah, kasar dan nyaring.
 Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi
suara limforik.
 Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
 Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
i. Perut : kaji bentuk perut, bising usus
j. Ekstermitas : kaji kekuatan ekstermitas atas dan bawah, apakah ada kelemahan
k. Kulit : Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
 Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla,
 inguinal dan sub mandibula. Kadang terjadi abses.
l. Genetalia : kaji apakah ada disfungsi pada alat genitalia, kaji bentuk, skrotum sudah
turun atau belum, apakah lubang ureter ditengah.
5. Pemeriksaan tingkat perkembangan anak usia 18-24 bulan
 Motorik
Berjalan tanpa ditopang, menaiki tangga/peralatan rumah tangga (seperti kursi)
 Sosial
Ingin bermain dengan anak-anak lain, meminta minum, mengenal gambar-gambar
binatang, mengenal beberapa bagian tubuhnya.
 Bahasa
Telah menggunakan 20 kata-kata yang dapat dimengerti.
 Manipulatif
Mencoret-coret, membali-balik halaman, bermain dengan balok-balok bangunan
secara konstruktif.

2. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya penumpukan sekret
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

3. Intervensinya

Diagnosis
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji fungsi pernapasan: bunyi 1. Untuk mengetahui tingkat
tidak efektifj . keperawatan selama .......x24 jam, napas, kecepatan, kedalaman dan sakit dan tindakan apa
bersihan jalan napas efektif dengan penggunaan otot aksesori. yang harus dilakukan
kriteria : 2. Catat kemampuan untuk
 Sekret berkurang sampai dengan mengeluarkan secret atau batuk 2. Untuk mengetahui
hilang efektif, catat karakter, jumlah perkembangan kesehatan
 Pernafasan dalam batas normal : sputum, adanya hemoptisis. pasien
3. Berikan pasien posisi semi atau
 0-2 bulan : 50 s/d < 60 x/menit
fowler,
 2 bln-12 bln : 40 s/d < 50
4. Bersihkan sekret dari mulut dan
x/menit 3. Semi fowler memudahkan
trakea, suction bila perlu.
 12 bln-60bln : 30 s/d < 40 pasien untuk bernafas
5. Berikan obat : agen mukolitik,
x/menit 4. Untuk mencegah
bronkodilator sesuai indikasi penyebaran infeksi
5. Untuk membantu
mengencerkan secret
sehingga mudah untuk
dikeluarkan.
Hiperthermia Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam 1. Deteksi dini terjadinya
keperawatan selama ......x24 jam, perubahan abnormal
suhu tubuh kembali normal, dengan 2. Berikan kompres hangat fungsi tubuh ( adanya
kriteria hasil : infeksi)
 Suhu tubuh 36-37,5 o C 3. Kolaborasi pemberian 2. merangsang pusat

antipirektik pengatur panas untuk


menurunkan produksi
panas tubuh
3. Kolaborasi pemberian
antipirektik

Diagnosis
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Deficit nutrisi setelah dilakukan tindakan 1. Ukur dan catat berat badan pasein 1. BB menggambarkan status
perawatan selama ........x 24 jam, 2. Sajikan makanan dalam porsi gizi pasien
kebutuhan nutrisi terpenuhi, dengan kecil tapi sering 2. Sebagai masukan
kriteria hasil : 3. Sajikan makanan yang dapat makanan sedikit-sedikit
 Nafsu makan meningkat menimbulkan selera makan dan mencegah muntah
 BB meningkat atau normal sesuai 4. Berikan makanan tinggi TKTP 3. Sebagai alternatif
umur (tinggi kalori tinggi protein) meningkatkan nafsu
5. Jelaskan kepada keluarga tentang makan pasien
penyebab malnutrisi, kebutuhan 4. Protein mempengaruhi
nutrisi pemulihan, susunan menu tekanan osmotik
dan pengolahan makanan sehat pembuluh darah
seimbang, tunjukkan contoh jenis 5. Meningkatkan
sumber makanan ekonomis sesuai pemahaman keluarga
status sosial ekonomi klien. tentang penyebab dan
6. Laksanakan pemberian kebutuhan nutrisi untuk
roboransia sesuai program terapi. pemulihan klien sehingga
dapat meneruskan upaya
terapi diet yang telah
diberikan selama
hospitalisasi.

6. Roborans, meningkatkan
nafsu makan, proses
absorbsi dan memenuhi
defisit yang menyertai
keadaan malnutrisi.
Resiko infeksi . Setelah dilakukan tindakan perawatan 1. Kaji patologi penyakit dan 1. Membantu klien/keluarga
selama .........x24 jam, penyebaran potensial penyebaran infeksi agar mau mengerti dan
infeksi tidak terjadi, dengan kriteria melalui droplet menerima terhadap terapi
hasil : yang diberikan untuk
 Klien/keluarga dapat 2. Identifikasi orag lain yang mencegah komplikasi.
mengidentifikasi tindakan untuk beresiko (anggota 2. Pengetahuan dan terapi
mencegah/menurunkan resiko keluarga/teman) dapat meminimalkan
infeksi. kerentanan terjadinya
3. Anjurkan klien untuk batuk / penyebaran
 Klien/keluarga menunjukkan
bersin pada tisu dan menghindari 3. Kebiasaan ini untuk
perubahan pola hidup untuk
meludah mencegah terjadinya
meningkatkan lingkungan yang
4. Lakukan tindakan isolasi sebagai penularan infeksi.
aman.
pencegahan 4. Mencegah infeksi yang
5. Pertahankan teknik aseptic saat bersumber dari susceptible
melakukan tindakan perawatan host
6. Beritahu klien dan keluarga 5. Mencegah terjadinya cross
tentang pentingnya pengobatan infection
yang tuntas
7. Kolaborasi pemberian obat anti 6. Pengobatan tuntas sangat
tuberculosis penting untuk mencegah
resistensi kuman terhadap
abat
7. Untuk membunuh kuman
TBC

Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan perawatan 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Untuk mengetahui tingkat
mengenai kondisi, selama .........x24 jam, pengetahuan keluarga pengetahuan keluarga
aturan tindakan dan klien/keluarga meningkat, dengan
pencegahan penyakit kriteria hasil : pasien sampai mana
berhubungan dengan  Klien/keluarga memahami proses 2. Berikan pendidikan kesehatan 2. Agar keluarga pasien
kurang/tidak lengkap penyakit dan kebutuhan berkaitan dengan penyakit pasien mengetahui dan tidak
informasi yang ada. pengobatan 3. Jelaskan setiap tindakan cemas

 Klien/keluarga melakukan keperawatan yang akan dilakukan 3. Untuk mengurangi

perubahan pola hidup untuk kecemasan keluarga

memperbaiki kesehatan pasien

C. Web of caution

D. Daftar pustaka

You might also like