You are on page 1of 5

Nama : Tiara Maharani

NIM : 2212020033

Kelas : BKI C

Matkul : Sosiologi

" Perilaku kolektif Dan Gerakan Sosial

" PERILAKU KOLEKTIF DAN GERAKAN SOSIAL "

A. Pengertian Perilaku Kolektif

Perilaku kolektif, yaitu perilaku yang dilakukan bersama oleh sejumlah orang, tidak bersifat rutin dan
merupakan tanggapan terhadap rangsangan tertentu. Kerumunan adalah sekumpulan orang yang
mempunyai ciri-ciri baru yang berbeda sama sekali dengan ciri-ciri individu-individu yang
membentuknya. Perilaku kolektif adalah cara berpikir, berasa dan bertindak yang berkembang di
kalangan sebagian besar warga masyarakat dan yang relative baru. Menurut Bruce J Cohen (1992),
perilaku kolektif (collective behaviour) adalah jenis perilaku yang relative tidak tersusun, bersifat
spontan, emosional dan tak terduga. Perilaku ini terjadi apabila cara-cara mengerjakan sesuatu yang
telah dikukuhkan secara tradisional tidak lagi memadahi. Individu-individu yang terlibat dalam perilaku
kolektif tanggap terhadap rangsangan tertentu yang mungkin datang dari orang lain atau peristiwa
khusus. Kelompok yang berperilaku kolektif merupakan kolektivitas yang tidak terstruktur dan bersifat
temporer tanpa ada pembagian peranan atau hirarki kekuasaan secara formal. Perilaku kolektif
merupakan ciri khas dari masyarakat berkebudayaan kompleks atau heterogen. Perilaku demikian tidak
terlihat dalam masyarakat sederhana. Upaya membatasi perilaku keloktif dapat dilakukan oleh
kebutuhan emosi dan sikap para anggota, nilai-nilai para anggota, pemimpin kerumunan yang
menciptakan hubungan baik yang meredakan ketegangan serta kontrol eksternal, seperti pengamanan
dari polisi. Hal-hal yang termasuk perilaku kolektif adalah rumor, gaya dan mode, kegemaran, histeria
massa, kepanikan, publik dan opini publik, dan kerumunan massa. Rumor (desasdesus) merupakan
suatu bentuk perilaku kolektif sekaligus suatu elemen penting dalam tipe-tipe perilaku kolektif yang lain.
(Zanden, 1990). Desas-desus (rumor), yakni sekeping informasi yang sulit diverivikasi yang beredar dari
mulut ke mulut dengan cara relatif cepat atau berita yang menyebar luas secara cepat dan tidak
ditunjang dengan fakta.

A. Faktor-faktor Determinan Perilaku Kolektif

Banyak faktor yang menjadi determinan dalam perilaku kolektif ada enam kondisi pokok yang
merupakan determinan bagi perilaku kolektif, yakni:
”Structural Conduciveness”. Struktur masyarakat harus sedemikian rupa sehingga bentuk perilaku
kolektif mungkin terjadi.

Tekanan Struktural. Apabila keadaan genting sedang melanda suatu masyarakat, orang-orang sering
tergerak untuk bersama-sama mencari pemecahan atas persoalan yang terjadi.

Keyakinan Umum. Sebelum memperoleh pemecahan umum atas suatu masalah, harus diusahakan dulu
konsensus tentang adanya masalah itu sendiri. Sehingga masalahnya diketahui, dibentuk pendapat
mengenai hal itu baru kemudian diberikan solusinya.

d) Amplifikasi interaksional, yaitu sikap para anggota yang saling meningkat karena keterlibatan emosi.
e) Tekanan jiwa (stress).

B Perilaku Massa

Massa adalah orang-orang yang memberikan respons terhadap peristiwa yang sama dengan cara yang
kurang lebih sama, meskipun mereka tidak saling mengenal secara fisik. (Zanden, 1990:595). Massa
terdiri dari sejumlah orang yang terpisah-pisah yang memberikan respons terhadap suatu rangsangan
(stimulus) yang sama secara sendiri-sendiri. Perilaku massa adalah perilaku yang tidak terstruktur dan
tidak terkoordinasi. Massa tidak sama dengan kerumunan. Para penonton sepak bola adalah
kerumunan, orang-orang yang menyaksikan pertandingan itu melalui peswat televisi adalah massa.
Menurut Hoult (Horton: 184) mendefinisikan massa sebagai sejumlah orang relatif berjumlah besar,
tersebar dan tidak dikenal (anonim) dan yang memberikan reaksi terhadap satu atau lebih rangsangan,
tetapi secara sendiri-sendiri tanpa saling memperhatikan satu sama lainnya.

C.Publik dan pendapat Publik

Istilah "publik" memiliki beberapa pengertian, secara populer diosamakan dengan rakyat (the people),
namun ahli sosiologi mempunyai dua pengertian (Horton, 1984:191), yaitu:

Publik dapat diartikan sebagai sejumlah orang yang terpisah-pisah dan memiliki perhatian yang sama
terhadap suatu masalah tertentu., seperti publik politik, publik sepakbola dan lain sebagainya

Publik dapat pula diartikan sebagai sejumlah orang yang memiliki perhatian terhadap suatu masalah dan
saling berbeda pendapat, serta membahas masalah tersebut.

B.Gerakan Sosial

Konsep Gerakan Sosial Pada dasarnya, konsep gerakan sosial berfokus pada protes politik, dan meneliti
hubungan antara masyarakat sipil dan sistem politik di luar pola-pola partisipasi politik yang
dilembagakan. Berbagai aspek hubungan ini telah ditekankan selama bertahuntahun dan oleh tradisi
penelitian yang berbeda. Bekerja pada gerakan sosial yang awalnya dikembangkan di Amerika Serikat
setelah Perang Dunia Kedua. Dalam formulasi sebelumnya, gerakan sosial diperiksa baik secara
psikologis, melalui pendekatan yang berfokus pada 'perilaku kolektif', atau dalam hal pendekatan
fungsional struktural yang berfokus pada peran mereka dalam stabilitas sosial secara keseluruhan.
Psikolog yang mempelajari masyarakat massa sering mengkonseptualisasikan gerakan sosial sebagai
adaptasi disfungsional individu terhadap stres pribadi, sedangkan fungsionalis struktural melihatnya
sebagai indikasi ketegangan dalam sistem sosial. Penulis terkemuka periode ini termasuk struktural-
fungsionalis Neil Smelser, teori masyarakat massa William Kornhauser dan kemudian psikolog sosial
Ralph Turner, yang menggunakan interaksionisme simbolik. Inovasi paradigmatik utama terjadi pada
tahun 1970-an, dengan munculnya gerakan mahasiswa baru dan spin-off-nya. Sebuah teori baru tentang
'Mobilisasi Sumberdaya' melihat gerakan sosial sebagai proses sosial normal di mana perubahan politik
dan sosial dilakukan oleh pengusaha politik melalui akumulasi rasional dan penyebaran sumber daya.
Alih-alih psikologi sosial atau teori sosial umum, paradigma yang menginspirasi menjadi perilaku
organisasi. Dalam perspektif ini, gerakan sosial dilihat mirip dengan pengelompokan terorganisir lainnya,
seperti organisasi bisnis. Penulis yang bekerja dalam kerangka ini termasuk Mayer Zald. Selama
bertahun-tahun, beberapa pendukung pendekatan ini telah memberikan perhatian khusus pada
interaksi antara gerakan sosial dan politik reguler, mengembangkan apa yang kemudian dikenal sebagai
perspektif 'Proses Politik' Charles Tilly dan lainnya. Pendekatan-pendekatan ini dilengkapi pada 1980-an
oleh penulis yang menekankan hubungan antara gerakan sosial dan lawan mereka di ruang publik dan
memeriksa, dari perspektif kognitif, strategi pembingkaian yang digunakan untuk mendapatkan
dukungan publik. Gerakan libertarian kiri muncul sebagai aktor terkemuka di Eropa dan, khususnya pada
1980-an,

Upaya kolektif untuk membangun tatanan kehidupan yang baru (Blumer, 1951)

Upaya kolektif untuk mengubah tatanan sosial (Lang & Lang, 1961)

Upaya kolektif untuk mengubah norma (Smelser, 1962)

Tindakan kolektif berkelanjutan untuk mendorong atau menghambat perubahan dalam masyarakat atau
dalam kelompok yang menjadi bagian masyarakat itu (Turner & Killian, 1972)

Upaya kolektif untuk mengendalikan perubahan atau untuk mengubah arah perubahan (Lauer, 1976)

C. Peran Gerakan Sosial

Teori psikologi menghubungkan kegiatan gerakan sosial dengan ketidakpuasan pribadi (personal
discontent) atau dengan ketidakmampuan menyesuaikan diri yang menyebabkan orang bersikap mudah
terlibat dalam suatu gerakan. Teori sosiologi menekankan depresiasi relatif, yaitu situasi dimana
harapan orang terbukti lebih tinggi daripada kenyataan yang terjadi (Horton, 1984: 202). Banyak pakar
mengamati peran khas gerakan sosial. Mereka melihat gerakan sosial sebagai salah satu cara utama
untuk menata ulang masyarakat modern (Blumer, 1951); sebagai pencipta perubahan sosial (Killian,
1964); sebagai aktor historis (Touraine, 1977); sebagai agen perubahan kehidupan politik atau pembawa
proyek historis (Eyerman & Jamison, 1991); sebagai gerakan massa dan konflik yang ditimbulkannya
adalah agen utama perubahan sosial (Adamson & Borgos, 1984). Faktor yang menyebabkan terjadinya
gerakan sosial adalah deprivasi ekonomi, yaitu orang melibatkan diri dalam gerakan sosial karena
menderita deprivasi (kehilangan, kekurangan dan penderitaan), misalnya kenaikan harga – harga bahan
kebutuhan pokok. Disamping itu ada juga karena faktor kenikmatan kemajuan ekonomi (teori deprivasi
relatif), meskipun tingkat kepuasan meningkat, namun mungkin saja kesenjangan antara harapan
masyarakat dengan keadaan nyta yang dihadapi terjadi kesenjangan. Apabila kesenjangan itu semakin
melebar melewati batas toleransi, seperti krisis ekonomi, maka revolusi akan tercetus. Keanekaragaman
gerakan sosial sangat besar, maka menurut Giddens: (1989: 625) membedakan empat tike gerakan
sosial, yaitu:

a) Alternative movement, merupakan gerakan yang bertujuan merubah sebagian perilaku perorangan,
seperti kampanye agar tidak merokok, hubungan seksual dan lain sebagainya.

b) Redemptive movement, yaitu gerakan untuk merubah pada perilaku perorangan, khususnya dalam
bidang agama, seperti gerakan untuk tobat dan hidup sesuai dengan jaran agama. c) Reformative
movement, yaitu gerakan untuk merubah masyarakat dalam bidang-bidang tertentu, seperti gerakan
kaum homoseks untuk memperoleh pengakuan terhadap gaya hidup mereka, atau gerakan gende

d) Transformative, yaitu gerakan untuk mengubah masyarakat secara keseluruhan, seperti gerakan
kaum komunis untuk menciptakan kaum atau masyarakat komunis

. e) Revolusionary movement yaitu gerakan revolusi sosial yang bertujuan merubah institusi dan
stratifikasi masyarakat sebagai suatu tranformasi menyelurh tatanan sosial termasuk institusi
pemerintah. Cara-cara agen perubahan menggerakkan perubahan sosial (Piör Sztompka, 2005): kriteria
pertama, perubahan ”dari bawah”, melalui aktivitas yang dilakukan oleh massa rakyat biasa dengan
derajat ”kebersamaan” yang berbeda-beda. Mungkin juga perubahan ”dari atas”, melalui aktivitas elite
yang berkuasa (penguasa, pemerintah, manajer, administrator dan lain-lain) mampu memaksakan
kehendaknya kepada anggota masyarakat yang lain. Kriteria kedua, perubahan mungkin diinginkan,
diinginkan oleh agen, dilaksanakan sebagai proyek yang mereka rencanakan sebelumnya; perubahan
lain mungkin muncul sebagai efek samping yang tak diharapkan, efek samping dari tindakan yang
tujuannya sama sekali berlainan.

Jenis-jenis Gerakan Sosial Gerakan sosial memiliki beberapa tipe, yaitu:

Gerakan perpindahan (migratory movement), yaitu arus perpindahan ke suatu tempat yang baru.
Individu-individu dalam jenis gerakan ini umumnya tidak puas dengan keadaan sekarang dan bermigrasi
dengan harapan memperoleh masa depan lebih baik.

D.Tahap-tahap Gerakan Sosial


Pola perkembangan gerakan sosial tidaklah sama, namun semua gerakan sosial dimulai dari suatu
keadaan krisis, lalu mengalami perkembangan dalam berbagai tingkat, dan kemudian lenyap atau
melembaga. Menurut sosiolog W. Gettys (dalam Narwoko & Suyanto, 2004), kebanyakan gerakan sosial
melewati tahap-tahap berikut:

Tahap Kegelisahan. Dalam tahap ini terjadi ketidakpuasan akibat pergolakan sistem yang kurang baik.
Tahap ini bisa meluas dan berlangsung selama beberapa tahun.

Tahap Kegusaran. Setelah perhatian dipusatkan pada kondisi-kondisi yang, menimbulkan kegelisahan,
maka terhimpunlah sebuah kolektivitas. Kegelisahan yang muncul dalam kolektivitas ini digerakkan oleh
para agitator atau pemimpin.

Tahap Formalisasi. Dalam tahap ini, tidak tampak adanya struktur formal yang terorganisir yang
dilengkapi dengan hierarki petugas-petugas. Salah satu tugas penting adalah menjelaskan ideologi
gerakan kepada anggota yang telah bersatu. Sebab-sebab terjadinya ketidakpuasan, rencana aksi dan
sasaran-sasaran gerakan.

Tahap Pelembagaan. Jika gerakan tersebut berhasil menarik banyak pengikut dan dapat memenangkan
dukungan publik, akhirnya akan terjadi pelembagaan. Selama tahap ini,

You might also like