You are on page 1of 7

PENGARUH GHOSTING (ROMANTIC RELATIONSHIP) TERHADAP

HUBUNGAN INTERPERSONAL DENGAN LAWAN JENIS PADA DEWASA


AWAL

Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester

Mata Kuliah : Pengembangan Diri

Dosen Pengampu : Dewi Khurun Aini, M.A.

Disusun Oleh :

1. Priyo Agung Wibowo 1807016048

2. Tinnezia Istiqomah 1807016056

3. Tasyhida Rachmani Abyari 1807016059

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2021
Pengaruh Ghosting (Romantic Relationship) Terhadap
Hubungan Interpersonal Dengan Lawan Jenis Pada Dewasa
Awal.

Priyo Agung Wibowo, Tasyhida Rachmani Abyari, Tinnezia Istiqomah

Fakultas Psikologi dan Kesehatan, universitas Islam Negri Walisongo, Semarang.

Abstract: The ghosting phenomenon that is happening now in Indonesia has attracted a lot of public attention.
This ghosting often occurs in relationships that are lived by someone in early adulthood which then causes an
interpersonal relationship problem in the victim with the opposite sex. The purpose of this study was to
determine the effect of ghosting (romantic relationship) on interpersonal relationships with the opposite sex
in early adulthood. This study uses a quantitative approach with a cross-sectional survey method. The subjects
in this study amounted to 24 people who were selected based on the following criteria: 1) Early adults aged 18-
25 years, 2) male and female, 3) Have/are being left without reason by someone in a romantic relationship, and
4) Healthy mentally or spiritually. The instrument used in this study used the Ghosting scale and the
interpersonal relationship scale. This study reflects that previous research on ghosting has an influence on
interpersonal relationships that is not relevant to all places, this is evidenced by the results of the analysis of
this study that ghosting has no effect on interpersonal relationships with the opposite sex in early adulthood.
Keywords: Ghosting, Interpersonal Relations, Early Adult.

Abstrak: Fenomena ghosting yang terjadi sekarang di Indonesia banyak menyita perhatian
masyarakat. Ghosting ini sering terjadi pada hubungan yang dijalani oleh seseorang pada masa
dewasa awal yang kemudian menimbulkan suatu permasalahan hubungan interpersonal pada
korbannya dengan lawan jenis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ghosting
(romantic relationship) terhadap hubungan interpersonal dengan lawan jenis pada dewasa awal.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei cross sectinonal. Subjek
dalam penelitian ini berjumlah 24 orang yang dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut : 1)
Dewasa awal berusia 18-25 tahun, 2) laki-laki dan perempuan, 3) Pernah/sedang ditinggal tanpa
alasan oleh seseorang dalam hubungan romantis, dan 4) Sehat secara mental atau rohani. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala Ghosting dan skala hubungan
interpersonal. Dari penelitian ini merefleksikan bahwa penelitian terdahulu mengenai ghosting
memiliki pengaruh terhadap hubungan interpersonal tidak relevan dengan semua tempat, hal ini
dibuktikan dengan hasil analisis penelitian ini bahwa ghosting tidak memiliki pengaruh terhadap
hubungan interpersonal dengan lawan jenis pada dewasa awal.

Kata kunci: Ghosting, Hubungan interpersonal, Dewasa awal.


mediasi komunikasi untuk memutuskan
Introduction
hubungan. 3) Kurangnya keterbukaan dalam
Belakangan ini fenomena ghosting telah melakukan konfrontasi (less-open confrontation)
mencuri perhatian masyarakat Indonesia. 4) Mengurangi perasaan buruk (positive tone).
berdasarkan Google Trend tahun 2020, ghosting (Koessler, R. B., Dkk.2019). Lalu bentuk perilaku
merupakan kata yang paling sering dicari dalam kongkrit dari pasangan yang melakukan ghosting
pencarian pencarian google Indonesia. Secara dapat berupa Tidak merespon komunikasi (telfon,
mandiri, ghosting Merupakan strategi dalam pesan singkat), Memutuskan hubungan
mengakhiri hubungan dengan menghindari dan pertemanan (unfollowing/ unfriend/ blocking)
tidak melakukan diskusi mengenai status seluruh platform media sosial (LeFebvre, 2017)
hubungan bersama pasangan yang diajak kencan dan menghindari orang terkait di tempat umum
(Koessler, R. B., Dkk.2019). Berbeda dengan (Urban Dictionary,2016). Dengan demikian,
strategi pemutusan yang lain, strategi ini pasangan yang melakukan ghosting dapat
memunculkan ketidak jelasan atas penjelasan dan menciptakan kondisi ambiguitas dan ketidak
pemberitahuan terhadap selesainya hubungan pastian terhadap penerima (leFebvre,2017),
(koessler dkk.2019) Dengan kata lain, Ghosting
Jika membahas dampak buruk, banyak
merujuk kepada kejadian dimana pasangan yang
ditemukan bukti emperis yang menunjukan
menginginkan putus secara sepihak memutuskan
bahaya dari perilaku ghosting terhadap Penerima
hubungan asmara dengan menghindari kontak
(Navarro dkk,2020). Diantaranya dapat
secara online dan offline dengan pasangan yang
menyebabkan frustasi (Kallis,2017), Menimbulkan
putus denganya. Dikutip dari Cambridge
rasa takut dan kecemasan (Nurnez,2018),
dictionary, ghosting adalah langkah dalam
menimbulkan perasaan menyalahkan diri sendiri
memutuskan hubungan dengan seseorang secara
(Lefebvre,2017), melukai citra diri (Whitbourne,
tiba-tiba dengan menghentikan seluruh
2015), bahkan perasaan tersakiti yang setara
komunikasi dengan orang terkait. Selain dilakukan
dengan rasa sakit fisik (essig,2018), Selain
secara tiba-tiba, ghosting juga dapat dilakukan
menciptakan rasa tidak nyaman bagi penerima
secara bertahap (Lefebvre dkk.2017) dan pada
ghosting (LeFebvre dkk,2019), ghosting memiliki
umumnya pasangan yang telah di Ghosting ( atau
indikasi berpengaruh terhadap penurunan
Ghostee: Moore,2014) tidak akan segera sadar
hubungan interpersonal terhadap lawan jenis
terhadap kondisi tersebut dan akan
individu. Dugaan ini berdasakan pada penelitian
mempresentasikan sendiri maksud dari hilangnya
Zytko, Grandhi & Jones (2014) yang menemukan
komunikasi. Dengan kata lain, ghosting dapat
bahwa seseorang yang mengalami ghosting
menimbulkan ambiguitas terhadap penerimanya
cenderung menjadi sinis dan tidak percaya diri
(lafebvre dkk,2017). Menurut Kosler dkk. (2019)
terhadap kelompok/pasangan kencan mereka.
bahwa orang yang melakukan ghosting memilih
selain itu munculnya perasaan ragu dalam
untuk melakukan ghosting adalah untuk
menyampaikan kesan baik tentang diri sendiri
menghindari tindakan menyakiti pasangan
kepada orang lain juga ditemukan dalam penelitian
mereka dengan tidak mengatakan keinginanya
ini.
untuk putus.
Hubungan interpersonal sendiri merupakan
Dalam Penelitian sebelumnya ditemukan
proses komunikasi yang berlangsung antara dua
bahwa hubungan yang putus melalui ghosting
orang atau lebih (cangara, 2011). Hubungan
memiliki karakteristik seperti: 1) Melakukan
interpersonal disebut juga sebagai hubungan di
tindakan menghindari komunikasi (avoidance)
luar diri atau penyesuaian diri terhadap orang lain
atau melepaskan komunikasi (withdrawal). 2)
(Baron & Donn, 2002). Menurut Sarwono &
Melakukan komunikasi jarak jauh atau melakukan
Meinarno (2009) Hubungan interpersonal Sehingga berdasarkan penjelasan di atas,
didefinisikan sebagai hubungan yang terkait atas dapat ditegaskan bahwa penelitian ini bertujuan
dua orang atau lebih, yang di dalamnya terdapat untuk mengetahui tingkat pengaruh ghosting
ketergantungan antar satu sama lain dan memakai terhadap penurunan hubungan interpersonal
pola interaksi yang menetap. dengan kata lain, dengan lawan jenis pada dewasa awal. Peneliti
hubungan interpersonal tidak hanya sekedar berpendapat bahwa ghosting memiliki pengaruh
membahas pesan yang disampaikan, melainkan terhadap penurunannya kualitas hubungan
kadar hubungan dari interpersonal tersebut interpersonal dengan lawan jenis pada dewasa
(Mulyanana,2002). Menurut Jalaluddin Rakhmat awal yang pernah/sedang mengalami ghosting.
(2011) terdapat faktor yang membentuk Diharapkan penelitian ini dapat memberikan
hubungan interpersonal, yaitu 1) Rasa percaya informasi terhadap masyarakat khususnya pada
(trust), 2) Sikap suportif (supportiveness) 3) Sikap masyarakat yang sedang berada di tahap dewasa
terbuka (openness). Nisa dan Sedjo (2010) awal untuk lebih bijak dalam menjalani hubungan
menyatakan bahwa konflik yang terjadi dalam asmara dengan seseorang
hubungan interpersonal karena adanya
komunikasi yang tidak lancar. Ketika seseorang Method
memberhentikan komunikasi dengan lawan Penelitian ini menggunakan pendekatan
komunikasinya maka akan terputus pula kuantitatif dengan metode survei cross sectional
hubungan interpersonal. dimana dalam pengumpulan data dilakukan pada
Tidak dapat dipungkiri, fenomena satu waktu kepada sempel. Teknik pengambilan
ghosting adalah topik yang unik dalam hubungan data dalam penelitian ini menggunakan kuisioner
asmara, karena ghosting merupakan strategi yang dibentuk dalam google form secara online.
sukses dalam memutuskan hubungan tanpa Responden pada penelitian ini adalah orang-
membutuhkan komunikasi secara langsung orang yang dipilih secara cermat berdasarkan
(Koessler, R. B., et al.,2019). Dan membicarakan kriteria sebagai berikut; a) Dewasa awal berusia
hubungan asmara, tentu akan berkaitan erat 18-25 tahun, b) Perempuan dan Laki-laki, c)
dengan cinta. cinta sendiri merupakan wujud Pernah/sedang ditinggalkan tanpa alasan oleh
emosi yang sangat penting bagi manusia (Rodiger seseorang dalam ranah hubungan romantis d)
dkk,1987), khususnya bagi individu yang sedang Sehat secara mental atau rohani. Jumlah responden
berada ditahap perkembangan dewasa awal. Masa dalam penelitian ini adalah 24 orang dewasa awal.
dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai
Teknik pengambilan sampel menggunakan
kira-kira 40 tahun saat perubahan-perubahan fisik
snowball sampling untuk merekrut peserta
dan psikologis yang menyertai berkurangnya
penelitian ini. Pertama mengirimkan URL
kemampuan reproduktif (Hurlock, 1996). Menurut
kuesioner ke subjek yang sudah temui. Kemudian
R. J. Havighurs, 1953 ( dikutip dalam Putri, 2018)
meminta mereka untuk mengirimkan tautan
salah satu tugas perkembangan pada masa dewasa
kuesioner kepada teman atau kenalan yang
awal yaitu memilih teman hidup, pada umumnya,
mereka kenal dengan ponsel dan akses Internet,
pada masa dewasa awal ini individu sudah mulai
dan tentu mengalami ghosting. Survei berlangsung
berfikir dan memilih pasangan yang cocok dengan
selama 2 minggu.
dirinya, yang dapat mengerti pikiran dan
perasaanya, untuk kemudian dilanjutkan dengan Untuk mengambil data subjek menggunakan
pernikahan. Menurut Antonucci (dikutip dalam skala ghosting yang terdiri dari 12 Item yang
kail&Cavanaugh,1990) bahwa kelompok yang meliputi aspek : 1) Avoidance, 2) Long distance
tidak bisa lepas dengan permasalahan cinta adalah communication, 3) Less-open confrontation, 4)
individu yang berada pada tahap dewasa awal. positive tone. Dan skala hubungan interpersonal
yang terdiri dari 12 Item yang meliputi aspek 1)
Rasa percaya (trust), 2) Sikap suportif kedua variabel tersebut. Berdasarkan hasil uji
(supportiveness), 3) Sikap terbuka (openness). linieritas yang dilakukan, maka dapat disimpulkan
Dengan menggunakan skala ini, responden diminta bahwa terdapat hubungan yang linier antara
untuk mengevaluasi diri mereka sendiri ghosting (romantic relationship) dengan
berdasarkan sejauh mana mereka setuju dengan signifikansi 0,467>0,05. Dengan demikian, maka
pernyataan yang dijelaskan dalam item. prosedur uji hipotesis menggunakan uji regresi
Analisis regresi linear digunakan untuk linier sederhana dapat dilakukan.
mengukur pengaruh variabel ghosting Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana
(relationship romantic) terhadap hubungan ditemukan bahwa tidak terdapat signifikasi pada
interpersonal dengan lawan jenis pada dewasa Ghosting (Romantic Relationship) terhadap
awal. Untuk membantu penghitungan peneliti variabel hubungan interpersonal dengan lawan
menggunakan bantuan SPSS (Statistical Product jenis dengan siginifikasi 0,944>0,05. Dapat
and Service Solution) disimpulkan bahwa hipotesis di tolak, yang artinya
Hasil tidak ada pengaruh ghosting (romantic
relationship) terhadap hubungan interpersonal
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 24
dengan lawan jenis pada dewasa awal.
orang dewasa awal. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan angket atau skala yang di
sebar kepeda subjek secara online melalui google Diskusi
form. Jumlah subjek perempuan sebanyak 19 penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
orang dengan persentase 79,2% dan laki-laki 5 pengaruh ghosting terhadap penurunan hubungan
orang dengan persentase 20,8%. Usia dari subjek interpersonal dengan lawan jenis pada dewasa
penelitian ini berkisar 18 hingga 20 tahun dengan awal, pada peneltian Zytko, Grandhi & Jones
jumlah subjek sebanyak 12 orang atau 50% dan (2014) terdahulu menyatakan bahwa seseorang
usia 20 hingga 25 tahun sebanyak 12 orang atau yang mengalami ghosting cenderung menjadi sinis
50%. Berdasarakan intensitas seseorang di dan tidak percaya diri terhadap
ghosting yang baru 1kali berjumlah 20 orang atau kelompok/pasangan kencan mereka, namun pada
83,3%, baru 2-3 kali berjumlah 1 orang atau 4,2%, peenelitian yang kami lakukan terhadap 24 subjek
mungkin 3-5 kali berjumlah 2 orang 8,3%, dan ghosting tidak memiliki pengaruh terhadap
lebih dari 5 kali berjumlah 1 orang atau 4,2%. hubungan intrapersonal.
Sebelum melakukan uji hipotesis, perlu Kesimpulan
silakukan terlebih dahulu uji asumsi, yang terdisi
Dari penelitian yang kami lakukan merefleksikan
dari uji normalitas, dan uji linieritas. Uji normalitas
bahwa penelitian terdahulu mengenai ghosting
dilakukan untuk mengetahui apakah persebaran
memiliki pengaruh terhadap hubungan
data terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas
intrapersonal tidak relevan dengan semua tempat,
yang digunakan adalahKolmogorov Smirnov,
hal ini dibuktikan dengan penelitian yang
dengan kriteria dianggap normal apabila
mendapatkan data bahwa ghosting tidak memiliki
signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0,05.
pengatruh terhadap hubungan intrapersonal
Hasil uji normalitas diketahui nilai signifikansi
subjek.
0,200>0,05 maka dapat disimpulkan bahwa nilai
residual berdistribusi normal.
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan linier antara variabel bebas
dan terikat. Apabila nilai signifikansi deviation from
linearity lebih besar dari 0,05, maka dapat
dikatakan bahwa terdapat hubungan linier antara
References LeFebvre, L.E.; Allen, M.; Rasner, R.D.;
Garstad, S.; Wilms, A.; Parrish, C. (2019) Ghosting
Dedy Mulyana, (2002) Ilmu Komunikasi Suatu
in emerging adult’sromantic relationships: The
Pengantar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
digital dissolution disappearance strategy.
Essig, L. (2018). Dating apps, the big Imagin. Cogn. Pers. ,
white wedding, and chasing the happily never
Navarro, R.; Yubero, S.; Larrañaga, E.;
after. California: University of California Press.
Víllora, B. (2020) Ghosting and breadcrumbing:
Prevalence and relationships with online dating
Freedman, G.; Powell, D.N.; Le, B.; behaviors among young adults. Cyberpsychol. J.
Williams, K.D. (2019)Ghosting and destiny: Psychol. Res. Cybers,
Implicit theories of relationships predict beliefs
Nisa, Saadatun & Sedjo, Praesti. (2010).
about ghosting. J. Soc. Pers. Relatsh.
Konflik Pacaran Jarak Jauh pada Dewasa Awal.
Ghosting. Cambridge Dictionary. Jurnal Psikologi, 3(2), 134-140
Available online:
Nunez, A. (2018). A world of swiping.
https://dictionary.cambridge.org/es/diccionari
Retrieved from: https://psych2go.net/the-4-
o/ingles/ghosting diakses pada 9 April 2021 jam
mentaleffects-of-swipe-dating-apps/
6:24 PM)
Putri, A. F. (2018). Pentingnya orang
Hafied Cangara, (2011) Pengantar Ilmu
dewasa awal menyelesaikan tugas
Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo)
perkembangannya. SCHOULID: Indonesian
Hurlock, E. B. (1996). Psikologi Journal of School Counseling, 3(2), 35-40.
Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Rakhmat, Jalaluddin.2011.Psikologi
Kail, R.V & Cavanaugh,J.c (1991) Human Komunikasi. Bandung : PT Remaja
development A life Span view. Stanford:thom Son Rosdakarya
learnig, Inc.
Robert A Baron & Donn Bryne (2002),
Kallis, R. (2017). Swipe left or right but Psikologi Sosial edisi kesepuluh, (Jakarta:
what happens for the rest of the night? A Erlangga,)
qualitative approach to understanding the
Roediger III& Henry L.(1987).
life cycle of Tinder relationships. Theses and
Psychology. Boston: Litle Brown & Company
Dissertations. Retrieved from:
https://knowledge.library.iup.edu/etd/1504?ut Sarwono, S. W., dan Meinarno, E. A
m_source=knowledge.library.iup.edu%2Fetd%2 (2009), Psikologi Sosial, (Jakarta: Salemba
F1504&utm_medium=PDF&utm_campaign=PDF Humanika,),
CoverPages
Whitbourne, S. K. (2015). The most
Koessler, R.B.; Kohut, T.; Campbell, L. compassionate way to end a relationship.
(2011) When boo becomes a ghost: The Retrieved from:
association between breakup strategy and https://www.psychologytoday.com/us/blog/ful
breakup role in experiences of relationship fillment-any-age/201506/the-most
dissolution. Collabra Psychol
Zytko, D., Grandhi, S., & Jones, Q. G.
LeFebvre, L.E. Phantom lovers: (2017) (2014). Impression management through
Ghosting as a relationship dissolution strategy in communication in online dating.
the technological age.In The Impact of Social CSCW’14 Companion Proceedings of the
Media in Modern Romantic Relationships; companion publication of the 17th ACM
Punyanunt-Carter, N.M., Wrench, J.S., conference on computer supported cooperative
Eds.;Lexington Books: New York, NY, USA, work & social computing. ACM, New York, NY

You might also like