You are on page 1of 10

WACANA: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, Volume 19, No.

1, Juni 2020, 62-71

PENYEBAB KONFLIK RUMAH TANGGA PADA KLIEN SATRIA UTAMA


RELATIONSHIP COACH

Muhammad Faiz Hasyfi Prayogo

Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia.


faiz.hasyfi@gmail.com

Abstract
Research in communication especially in marital conflict later are developed because of practical needs
in improving family relations quality. This research aims to know causes of conflict in the family by a
relationship coach. This research is using phenomenological method to obtain in-depth data from informant
who experience in providing consultancy in domestic life named Satria Utama whom establish a relationship
coach for seven years. Collecting data methods that is used for this research is in-depth interview and
it’s analyzed with phenomenological research steps. There are three factor that causing marital conflict:
genderlect styles, encoding-decoding process in communicate feelings, and family communication pattern.
This analysis conclude that the three factor is a unity and cannot be separated. The communication
differentiation between man and woman that occur is not about dialectic, but man and woman speak with
different genderlect. One way to improve marital communication quality is a safe feeling in expressing
feelings. Many people cannot express their feelings clearly to their spouse, so they need a coach to describe
their feelings verbally based on some situation. Parents also affect how their kids marital relationship later
when they grow up. Conflicts that happen in marriage relationship cannot be separated from how their
parents communication pattern with their kids when they were kids.

Keywords: gender, family, communication, conflict

Abstrak
Banyak keluarga menghadapi perjuangan sulit yang seringkali tidak dapat diprediksi dan menimbulkan
masalah dalam komunikasi. Penelitian komunikasi dalam konflik keluarga kemudian dikembangkan karena
kebutuhan praktis dalam meningkatkan kualitas hubungan dalam keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui penyebab konflik dalam keluarga oleh relationship coach. Penelitian ini menggunakan metode
fenomenologi untuk mendapatkan data yang mendalam dari seorang informan yang telah berpengalaman
dalam memberikan konsultasi dalam kehidupan rumah tangga yaitu Satria Utama yang telah mendirikan
relationship coach selama tujuh tahun. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
wawancara mendalam dan dianalisis dengan menggunakan tahap-tahap dalam penelitian fenomenologi.
Hasil penelitian yaitu ada tiga faktor yang konflik rumah tangga yaitu: genderlect styles, proses encoding-
decoding dalam mengkomunikasikan perasaan, dan pola komunikasi dalam keluarga yang terjadi secara
kesatuan dan tidak dapat dipisahkan.Perbedaan cara berkomunikasi yang terjadi pada pria dan wanita itu
bukanlah perbedaan dialek, namun pria dan wanita berbicara menggunakan perbedaan genderlect. Banyak
orang tidak bisa menyampaikan perasaan kepada pasangannya, sehingga dibutuhkan coach dalam proses
mendeskripsikan perasaan secara verbal terhadap suatu keadaan. Orang tua juga mempengaruhi bagaimana
hubungan pernikahan anaknya kelak ketika dewasa. Konflik yang terjadi dalam rumah tangga tidak terlepas
dari bagaimana pola komunikasi orang tua terhadap anak ketika masih kecil.

Kata kunci: gender, keluarga, komunikasi, konflik

PENDAHULUAN perceraian hingga ketakutan generasi muda


Masyarakat saat ini menghadapi berbagai untuk melanjutkan hubungan romantisnya
permasalahan dalam aspek rumah tangga. menuju ke jenjang pernikahan. Hal ini adalah
Hal ini terlihat dari banyaknya kasus permasalahan yang sudah ada sejak lama
Submitted: 10-02-2020, Revision: 19-05-2020, Accepted: 12-06-2020
ISSN: 1412-7873 (cetak), ISSN: 2598-7402 (online) Website: http://journal.moestopo.ac.id/index.php/wacana
Terakreditasi Kemenristekdikti RI SK No. 28/E/KPT/2019
WACANA: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, Volume 19, No. 1, Juni 2020, 62-71

walaupun mungkin saat ini terjadi peningkatan gender terus mempengaruhi orang tersebut,
pada permasalahn interaksi laki-laki dan bukan hanya ketika kecil, tapi seumur hidupnya.
perempuan. Permasalahan gender menjadi Berbagai permasalahan gender ini akhirnya
perhatian besar di masyarakat ataupun para ahli menyebabkan konflik dalam keluarga.
ilmu sosial. Cara berkomunikasi suami istri, Berkaitan dengan konflik keluarga, ada
persepsi, kemampuan mendengar dipengaruhi suatu perbedaan yang terjadi antara siapa
oleh budaya, dan gender. Pria dan wanita yang memberi tekanan dalam konflik berbeda
memiliki gaya berbeda dalam berkomunikasi efek didalam hubungan, yaitu tekanan
karena mereka mempunyai gaya berbeda pula yang dilakukan oleh pria cenderung lebih
dalam menggunakan pesan verbal maupun mempengaruhi kepuasan di dalam keluarga
non-verbal (De Vito, 2004). dibanding sebaliknya (Velotti et al., 2016).
Komunikasi pria dan wanita dalam aspek Kemudian tekanan terhadap pasangan yang
komunikasi lintas budaya, bisa dicontohkan dilakukan secara berlebihan akan mengancam
seperti dua orang yang sedang berbicara dari keutuhan dan keharmonisan close relationship
dua negara yang berbeda. Banyak bahasa (English, T., John, O. P., Srivastava & Gross,
yang bertentangan/berlawanan dengan yang 2012).
dimaksud dalam percakapan antara pria dan Interaksi didalam berkomunikasi orangtua
wanita. Sebagai contoh adalah ketika terjadi dan anak mengandung pesan dan informasi
pertengkaran suami istri, dan wanita memilih yang selalu dipertukarkan. Antar anggota
untuk diam sebagai pesan bahwa dia (istri) komunikasi biasanya menginformasikan
menghukum suaminya, maka suaminya akan langsungaktivitas masing-masing yang
lebih menikmati suasana sepi yang diberikan sudah dilakukan sepanjang hari (Rini, 2014).
pasangannya, yang pada akhirnya dia (suami) Hubungan antara anggota keluarga bisa dilihat
sadar bahwa diam yang dilakukan sang istri dari dua dimensi dari pola komunikasi keluarga
adalah awal mula dari sebuah konflik. tersebut responden dikelompokkan menjadi
Perspektif yang berbeda tentang stereotipe empat jenis keluarga berdasarkan tinggi dan
memungkinkan wanita ketika memberikan rendahnya respon mereka pada dua variabel
perintah memang akan melakukannya tersebut (Ritchie & Fitzpatric, 1990). Keluarga
secara tidak langsung, namun hal itu bukan dari responden yang mempunyai nilai tinggi
menunjukkan kurangnya power,yaitu pada orientasi konsep tapi rendah pada orientasi
kemampuan untuk memilih gaya komunikasi sosial disebut pluralistic. Keluarga pluralistic
sendiri. Pria juga melakukan komunikasi menekankan hubungan antara anak-anak dan
tidak langsung dalam situasi berbeda, seperti konsep atau isu. Keluarga dari responden yang
misalnya ketika mengekspresikan kekurangan, memiliki orientasi konsep yang rendah dan
menunjukkan adanya masalah, atau mengakui orientasi sosial yang tinggi disebut protective.
adanya kesalahan. Pria akan mengekspresikan Keluarga protective menekankan hubungan
emosinya secara tidak langsung, kecuali ketaatan dan kepatuhan antara anak-anak
kemarahan yang bisa langsung mereka dan orang tua. Keluarga dari responden yang
ekspresikan. Pada intinya, pria akan melakukan memiliki nilai tinggi pada kedua dimensi
komunikasi tidak langsung ketika mereka disebut consensual. Keluarga consensual
mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan berusaha mengkombinasikan kepatuhan dan
stereotip maskulin. keterbukaan. Yang terakhir, keluarga dari
Stereotip tentang pria dan wanita berubah responden yang memiliki nilai yang rendah
menyesuaikan perkembangan dari kedewasaan pada dua dimensi disebut laissez-faire. Keluarga
dari seseorang, dan seringkali negatif (Saguni, laissez-faire menunjukkan tidak adanya aturan
2014). Masyarakat yang berperilaku sesuai komunikasi yang konsisten, mengakibatkan

PENYEBAB KONFLIK RUMAH TANGGA PADA KLIEN SATRIA UTAMA RELATIONSHIP COACH 63
Muhammad Faiz Hasyfi Prayogo
WACANA: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, Volume 19, No. 1, Juni 2020, 62-71

sangat sedikit komunikasi yang terjalin antara berasal dari luar hubungan(Bodenmann, G.,
orang tua dan anak-anak. Ledermann, & Bradbury, 2007).
Konflik di dalam interaksi bisa berupa Faktor stres hubungan adalah faktor utama
verbal dan nonverbal (Wardyaningrum, 2013). timbulnya konflik pernikahan(Ledermann et
Komunikasi verbal yang positif merupakan al., 2010). Stres hubungan mempunyai peran
salah satu komponen dalam melakukan resolusi yang selaras dengan komunikasi pernikahan
konflik yang konstruktif (Karel, Sondakh, & yang mempengaruhi kualitas pernikahan,
Pasoreh, 2014). Menjadi sulit bagi pria untuk dan menyarankan bahwa peningkatan dalam
mengungkapkan perasaannya, karena memang komunikasi pernikahan dan pengurangan stres
seperti yang sudah disebutkan sebelumnya hubungan yang dirasakan oleh pasangan bisa
bahwa pria berkomunikasi lebih menggunakan mencegah kerusakan dari harmoni pernikahan.
komunikasi langsung dan cenderung bersifat Selain itu perasaan dimengerti juga merupakan
verbal, dan kata-kata tidak cukup untuk salah satu cara untuk mengurangi dampak
menyampaikan emosi yang dirasakan. Sebuah buruk dari konflik yang terjadi di rumah
kata-kata “kalau pergi tolong nanti kabarin ya” tangga (English & John, 2013). Salah satu cara
dari seorang istri dapat dimaknai sebagai salah meningkatkan komunikasi pernikahan adalah
satu cara untuk menjalin kedekatan menurut perasaan aman dalam menyampaikan perasaan
wanita, namun bisa jadi merupakan sebuah (Harper, 1958). Banyak orang tidak bisa
perintah dari wanita dan menyebabkan pria menyampaikan perasaan secara tepat kepada
merasa mempunyai power dibawah wanita jika pasangannya, sehingga dibutuhkan konselor
meminta izin. Aspek ini bisa mengantarkan dalam proses mendeskripsikan perasaan
pada data jumlah pernikahan dan presentase secara verbal terhadap suatu keadaan (Folsom,
angka perceraian yang ada. 1958). Konselor harus memberikan perasaan
Angka pernikahan setiap tahun menurun, aman dan nyaman dalam sesi konselingnya
sedangkan presentase angka perceraian setiap supaya klien tidak merasa terancam ketika
tahun bertambah. Penyebab konflik ada dua jenis mengekspresikan perasaan sebenarnya.
stres yaitu stres dalam hubungan pernikahan Penulis memilih Satria Utama Relationship
yang bisa menyebabkan konflik, yaitu stres Coach karena menggunakan metode tidak
eksternal dan stres hubungan (Ledermann, G., menghakimi melainkan lebih kepada membuka
Rudaz, & Bradbury, 2010). Stres adalah respon diri klien dengan membuka blind spot dari klien
yang kurang menyenangkan dari tubuh yaitu dan menemukan jawaban tentang tindakan apa
berupa tekanan akibat adanya interaksi individu yang harus diambil.
dengan stresor yang menghasilkan perubahan Satria Utama adalah relationship coach
biologis, psikologis, dan perilaku (Litiloly & pertama di Indonesia dengan metode yang
Swastiningsih, 2014). berbeda dengan relationship consultant. Secara
Stres eksternal mengacu kepada ketegangan bahasa, coach dan consultant mempunyai arti
yang berasal dari luar hubungan, seperti yang berbeda. Menurut Oxford Dictionary,
masalah sosial dan ekonomi, masalah pekerjaan, consultant mempunyai makna seseorang
konflik dengan tetangga, atau masalah dengan yang menyediakan saran secara professional,
pemerintah. Sedangkan stres hubungan sedangkan coach mempunyai makna pengajar
mengacu kepada ketegangan yang muncul dari atau orang yang memberikan pelatihan privat.
dalam hubungan dalam bentuk kebutuhan dan Menurut Satria Utama, consultant akan
perilaku berbeda-beda atau kebiasaan yang memberikan saran dan tips sesuai dengan kasus
mengganggu dari salah satu partner. Kepuasan yang dialami klien, sedangkan coach lebih
pernikahan lebih dipengaruhi oleh stres yang kepada mendengarkan dan membantu klien
terjadi dari dalam hubungan daripada yang untuk mengenal dirinya sendiri sehingga dapat

64 PENYEBAB KONFLIK RUMAH TANGGA PADA KLIEN SATRIA UTAMA RELATIONSHIP COACH
Muhammad Faiz Hasyfi Prayogo
WACANA: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, Volume 19, No. 1, Juni 2020, 62-71

menemukan sendiri jawaban atas kasus yang bentuk, table-tabel dan interpretasi personal.
dialaminya. Dalam hal ini coach memerankan (Creswell, 2014). Sedangkan metode dari
diri menjadi teman karena dengan pertemanan penelitian ini menggunakan Fenomenologi.
komunikasi yang efisien sangat mungkin untuk Menurut Schutz, objek penelitian ilmu sosial
dibangun (James & Mazer, 2012). pada dasarnya berhubungan dengan interpretasi
Kebaruan fenomena relationship coach di terhadap realitas (Kuswarno, 2009). Pendekatan
Indonesia mendorong peneliti untuk mengetahui kualitatif dengan metode fenomenologi ini tidak
lebih dalam bagaimana pola komunikasi dalam hanya menjelaskan tentang berbagai tindakan
konflik rumah tangga pada klien Satria Utama individu secara apa adanya yang terlihat,
ini dan penyebab konflik rumah tangga pada namun juga harus secara rinci, kontekstual, dan
kliennya. Dengan memahami pola komunikasi menyeluruh. Yang pada hasilnya nanti, hasil
dan penyebab konflik penelitian ini bertujuan penelitian bukan hanya deskripsi rinci, namun
untuk memahami fenomena baru tersebut dan juga bisa menjelaskan makna dibalik tindakan
mampu memberikan beberapa saran yang tepat individu subjek penelitian, atau yang bisa
dalam penyeleaian konflik pada rumah tangga disebut noumena (Fatchan, 2013).
keluarga pada mayasrakat Indonesia. Penelitian Teknik pengumpulan data dilakukan peneliti
ini tentunya akan memberikan nilai tambah dengan wawancara langsung kepada Satria
pada kajian Komunikasi Keluarga yang saat ini Utama sebagai Coach supaya bisa menjelaskan
didominasi oleh penelitian tentang keluarga dan secara mendalam tentang konflik yang terjadi
hubungannya dengan perkembangan teknologi, dan apa penyebabnya. Penelitian yang hanya
kemudian ada juga yang berkaitan dengan menggunakan satu informan ini menggunakan
parenting. Contoh penelitian Komunikasi teknik triangulasi data yang dikemukakan
keluarga dan perkembangan teknologi adalah informan. Sehingga peneliti melakukan validasi
penelitian yang berjudul “Toward Traditional or atau memberikan pertanyaan yang berbeda
Atypical Parenting: Mediated Communication dengan poin yang sama untuk mengklarifikasi
in Chinese Transnational Families” (Chen, konsistensi informan dalam memberikan setiap
2019). Sedangkan penelitian tentang keluarga datanya. Setiap nama yang muncul dari data
dan politik salah satu contohnya adalah berjudul informan selain Satria Utama adalah klien dari
“Blood Is Thicker Than Water”: Interpersonal relationship coach ini. Peneliti tidak langsung
Influence, Selection, and the Role of Family melakukan wawancara ke para klien ini, tetapi
in Forging Italians’ Political Agreement” yang peneliti mendapatkan setiap data tentang klien
dilakukan oleh (Oswell, 2006). Dari review tersebut dari informan.
terhadap penelitian yang dilakukan oleh
peneliti kajian yang mendalami tentang konflik HASIL DAN PEMBAHASAN
keluarga dan coach masih belum ada sehingga
penelitian ini diharapkan menjadi masukan Seorang klien Lia mulai berkonsultasi
berharga terhadap kajian tentang Komunikasi (coaching) dengan Satria Utama ketika sedang
keluarga. dalam proses perceraian dengan suaminya
namun sudah dekat dengan pria lain. Suami
Lia berselingkuh dengan wanita lain yang
METODOLOGI ternyata teman kantor Lia. Padahal Lia sangat
Paradigma penelitian yang dipakai dalam percaya dengan suaminya, malah suaminya
penelitian ini menggunakan paradigma yang overprotektif terhadap Lia. Lia tidak bisa
konstruktifis. Memiliki sifat purposefull memaafkan suaminya meskipun telah meminta
sampling,menghimpun open-ended maaf dan tetap menginginkan perceraian.
data, analisis dari teks atau gambar yang Proses perceraian berlangsung sangat lama
menginterpretasikan informasi pada suatu karena Lia juga masih memikirkan anak-

PENYEBAB KONFLIK RUMAH TANGGA PADA KLIEN SATRIA UTAMA RELATIONSHIP COACH 65
Muhammad Faiz Hasyfi Prayogo
WACANA: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, Volume 19, No. 1, Juni 2020, 62-71

anaknya dan karir suaminya yang waktu itu juga tinggi, suaminya merasa terganggu dan tidak
sedang jatuh. Segera setelah keadaan membaik, suka dengan kebiasaan Lia tersebut. Pernah
proses perceraian dilanjutkan meskipun masih terjadi kesalah pahaman ketika kepala Lia
terhambat karena persoalan hak asuh anak yang terbentur di kamar mandi dan berteriak, oleh
rumit, namun pada akhirnya hak asuh anak suaminya dipikir marah, kemudian didiamkan
dimiliki oleh Lia. Lia sulit sekali memaafkan lama oleh suaminya. Lia bertanya kepada
suaminya karena orang tuanya sudah sering suaminya mengapa aneh dan diam, setelah tahu
berpesan untuk jangan pernah memaafkan alasannya, Lia menjelaskan bahwa Lia tidak
orang yang berselingkuh. marah, hanya sakit karena kepalanya terbentur.
Lia mulai coaching kepada Satria Utama Masalah lain adalah suaminya selalu menunggu
ketika dekat dengan seorang pria namun masih Lia ketika pulang kantor karena suaminya ini
ragu karena masih dalam proses perceraian tidak dekat dengan anak-anak Lia. Karena
dan dan masih ada perasaan tidak percaya terlalu pasif, suaminya tidak bisa membangun
kepada pria karena sudah dikecewakan dengan obrolan dengan anak-anak, bahkan ketika pergi
suaminya sebelumnya. Dia tertarik dengan pria bersama keluarga, suaminya juga tidak aktif
yang berumur lebih muda namun menurutnya melakukan komunikasi dengan anak maupun
menarik karena banyak bicara, seru, dan istrinya atau malah cenderung pasif.
sangat komunikatif. Tidak lama menjalin Menurut Satria, suami Lia ini hanya ingin
hubungan dengan pria ini, ternyata dari sosial menikah dengan Lia namun tidak siap dengan
media ketahuan bahwa pria ini selingkuh konsekuensinya ketika menikah dengan
juga, kemudian dia kembali terpuruk dan janda yang memiliki dua anak. Banyak
melanjutkan coaching dengan Satria untuk bisa klien dari Satria yang ingin menikah namun
memulihkan perasaannya dan kembali bimbang belum siap menikah. Orang tua tidak pernah
dengan perasaannya antara ingin menikah lagi memberi pengetahuan tentang bagaimana cara
atau tidak. menghadapi wanita ketika menjadi suami,
Dalam proses coaching diketahui bahwa ataupun cara menghadapi pria ketika menjadi
Lia tidak memiliki kriteria khusus untuk istri. Orang tua hanya memberi batasan yang
calon pasangannya nanti, sehingga efeknya kurang jelas, seperti “jangan main sama cewek/
adalah seringkali dia bertemu dengan pria cowok”. Rata-rata pria atau wanita mendapat
yang hanya ingin pacaran namun belum gambaran tentang pernikahan justru dari
mau menikah. Kemudian Lia memutuskan luar keluarga, sangat sedikit yang mendapat
untuk fokus mencari suami lagi dan akhirnya pendidikan tentang pernikahan dari keluarga
berkenalan dengan seorang pria lagi. Pria itu sendiri. Satria sendiri mendapat gambaran
itu dikenalkan oleh tetangganya, dan tidak tentang pernikahan dari orang tua pada waktu
lama kemudian menjadi suaminya. Setelah SMP hanya dengan kata-kata “pernikahan itu
menikah, ada perubahan cara berkomunikasi gini, gak selamanya manis”, namun orang
dari suaminya. Suaminya menjadi lebih pasif, tuanya hanya menjelaskan sebatas itu saja
padahal Lia mempunyai karakter yang cerewet tanpa memberikan alasan yang tepat, seperti
dan lebih dominan. Banyak kebiasaan yang misal pertanyaan kenapa tidak boleh pacaran,
berubah ketika sudah menikah. Suaminya kenapa takut hamil, kenapa bisa hamil, dll.
jarang meminta izin untuk pergi kemana- Mereka tidak bisa menjelaskan karena memang
mana. Lia dan suaminya mempunyai jam tidak memiliki pengetahuan tentang pendidikan
tidur yang berbeda, Lia biasa tidur malam dan pernikahan juga. Orang tua kebanyakan hanya
bangun siang, sedangkan suaminya sebaliknya, menjelaskan persiapan pernikahan dari segi
biasa tidur cepat dan bangun pagi. Karena materi, namun bukan dari segi mental. Orang tua
Lia terbiasa berbicara menggunakan intonasi tidak memberikan pemahaman tentang standar

66 PENYEBAB KONFLIK RUMAH TANGGA PADA KLIEN SATRIA UTAMA RELATIONSHIP COACH
Muhammad Faiz Hasyfi Prayogo
WACANA: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, Volume 19, No. 1, Juni 2020, 62-71

kemapanan, sehingga pria dan wanita memiliki Pria harus paham bahwa wanita itu lebih
standar kemapanan yang berbeda. Wanita peka secara emosional daripada logika. Ketika
di Indonesia memiliki pemahaman bahwa wanita pulang dari kantor atau capek bekerja
standar mapan adalah secara finansial, padahal di rumah, mereka akan bercerita bukan untuk
seharusnya mapan haruslah secara emosi, diberikan solusi secara logika, namun hanya
pengetahuan, dan finansial. Rata-rata klien ingin didengarkan. Pertengkaran rumah tangga
yang baru menikah tidak memiliki pengetahuan sering terjadi ketika wanita diberi solusi ketika
tentang kemapanan tersebut, padahal saat ini bercerita, padahal sebenarnya hanya ingin
banyak seminar tentang pernikahan, namun didengar saja.Lia mau membayar coach dengan
mereka kebanyakan tidak tertarik karena biaya mahal hanya untuk mendengarkan
menurut mereka menikah itu adalah hal yang ceritanya. Hal yang sama juga dilakukan klien
mudah, yang penting sudah cinta. Mereka Didi yang meninggalkan psikolog karena
menganggap bahwa pernikahan sama dengan terlalu banyak diberi nasihat dan akhirnya
pacaran, sehingga tidak terlalu membutuhkan beralih juga ke Satria.
konseling atau pendidikan tentang pernikahan Metode yang digunakan Satria adalah
karena merasa sudah memahami pasangannya mendengarkan keluhan klien, kemudian
dalam proses pacaran tersebut. mengikuti apa yang klien mau kemudian
Kebanyakan yang memiliki masalah mengarahkan mereka supaya pada akhirnya
komunikasi dalam suatu hubungan adalah mereka akan menemukan sendiri jawaban dari
pria. Ada klien Andi, seorang pria berumur permasalahannya. Memang harus sabar dan
46 tahun belum menikah yang awalnya sering pelan-pelan untuk mengikuti dan menggiring
berkonsultasi ke pendeta tentang pernikahan. kembali ke koridor awal tujuan konsultasi.
Andi merasa bahwa pacarnya adalah orang Menurut Satria, wanita mempunyai intuisi
yang sangat suka menuntut, seperti misalnya yang lebih baik daripada pria, jadi tahu
meminta diberi kabar, ditelepon, dan lain sebenarnya ketika pria berbohong, namun
sebagainya, padahal dia lebih suka biasa saja, tetap saja kadang wanita mau mendengarkan.
tidak usah lah terlalu sering memberi kabar. Misalnya ketika ada pria mengatakan “lu
Kemudian coaching dengan Satria, dan menurut manis banget”, wanita tetap akan menyukainya
Satria itu adalah hal yang wajar karena wanita meskipun tahu itu hanya menghibur dan
memang ingin diberi kepastian. sebenarnya kondisinya saat itu tidak seperti
Permasalahan terbesar klien pada itu. Romantis yang diharapkan wanita
pernikahan adalah cara berkomunikasi. Ketika sebenarnya adalah sebuah kebohongan, wanita
seseorang tidak punya banyak uang namun bisa sebenarnya tahu bahwa pria hanya baik pada
mengkomunikasikan dengan baik, harusnya saat pendekatan saja, namun wanita berharap
konflik bisa mereda. Pria mempunyai kesulitan hal tersebut tetap terjadi pada saat berpacaran
untuk merayu, padahal konflik sebesar apapun maupun menikah.
akan bisa diredam dengan rayuan dan sentuhan.
Ada klien Yuli yang bertengkar hanya karena Pembahasan
tidak disapa “good morning” oleh pacarnya.
Dia berkata “gila Sat, masa gua gak di-good Genderlect styles
morning-in”. Menurut Satria hal yang sangat Konflik yang pada klien Satria Utama salah
sederhana seperti “good morning” itu sangat satunya karena perbedaan cara berkomunikasi,
penting bagi wanita, dan wanita berharap seperti pada klien Lia yang suaminya jarang
bahwa perhatian yang diberikan pria itu harus meminta izin jika ingin kemana-mana,
konstan, meningkat boleh, namun tidak boleh pada klien Andi juga merasa dituntut oleh
berkurang. pasangannya untuk selalu memberi kabar

PENYEBAB KONFLIK RUMAH TANGGA PADA KLIEN SATRIA UTAMA RELATIONSHIP COACH 67
Muhammad Faiz Hasyfi Prayogo
WACANA: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, Volume 19, No. 1, Juni 2020, 62-71

dan meneleponnya, kemudian pada klien Yuli harusnya konflik bisa mereda. Pria mempunyai
yang bertengkar karena tidak disapa “good kesulitan untuk merayu, padahal konflik
morning” oleh pasangannya. Kedekatan adalah sebesar apapun akan bisa diredam dengan
kunci dari dunia hubungan antar individu yang rayuan dan sentuhan. Wanita menginginkan
menegosiasikan tentang kerumitan pertemanan, kedekatan dan pria menginginkan status adalah
mengurangi perbedaan, mencoba mencari karena dia mendengarkan pria dan wanita
kesepakatan, dan menghindari superioritas ketika berbicara (Tannen, 1990). Rapport-
yang akan memperlihatkan perbedaan (Tannen, talk adalah tipe pembicaraan yang dilakukan
1990). Dalam dunia yang membutuhkan status, wanita yang bertujuan untuk membangun
kebebasan adalah kuncinya, karena makna hubungan dengan orang lain, sedangkan report-
sesungguhnya dari memunculkan status adalah talk adalah tipe pembicaraan monolog pria
memerintah orang lain untuk melakukan yang bertujuan untuk memberikan perintah,
sesuatu, dan menerima perintah adalah tanda menyampaikan informasi, dan memenangkan
dari status yang rendah. Meskipun semua argumen. Tannen meneliti dengan cermat
orang membutuhkan kedekatan dan kebebasan, sampel yang mewakili budaya feminim dan
tapi wanita lebih fokus kepada kedekatan dan budaya maskulin untuk menentukan nilai inti
sedangkan pria cenderung kepada kebebasan. masing-masing budaya. Dapat dibuktikan dari
Perbedaan ini membuat pria dan wanita mengapa wanita suka dirayu, karena sebenarnya
mempunyai perbedaan cara pandang terhadap wanita menyukai percakapan-percakapan kecil
situasi yang sama. Seperti misalnya masalah untuk membangun kedekatan. Bahkan hal-hal
izin untuk melakukan sesuatu, banyak seperti menelepon, memberi kabar adalah tipe
wanita yang menganggap konsultasi dengan pembicaraan yang sangat disukai wanita dan
pasangan setiap saat adalah hal yang sangat seringkali diabaikan oleh pria yang mempunyai
natural dan wajar, sementara banyak pria tipe pembicaraan monolog, memberikan saran,
secara otomatis membuat banyak keputusan dan memenangkan argumen.
tanpa berkonsultasi dengan pasangan. Hal ini
merefleksikan perbedaan yang sangat mendasar Proses encoding-decoding komunikasi
dalam proses pembuatan keputusan. Wanita perasaan
mengharapkan keputusan dapat didiskusikan Setelah menikah, ada perubahan dari
dulu dan kemudian baru diputuskan ketika perilaku suami Lia, yaitu menjadi lebih pasif.
sudah mencapai kesepakatan bersama. Wanita Ada ketakutan untuk berkomunikasi dengan
menghargai proses diskusi itu sendiri sebagai anak-anak Lia dan juga tidak bisa memahami
bentuk keikutsertaan dalam membuat keputusan apa yang keinginan Lia, terbukti saat ada konflik
dan komunikasi. Sedangkan pria banyak yang karena Lia terbentur di kamar mandi, suami Lia
merasa tertekan dengan diskusi yang panjang mendiamkan Lia karena merasa marah karena
tentang sebuah keputusan kecil menurut pria. Lia berkata kasar dan dengan nada tinggi,
Pria juga merasa tertekan jika mereka tidak padahal itu adalah hal yang biasa. Pesan yang
bisa bertindak tanpa berbicara terlebih dahulu. sebenarnya disampaikan Lia adalah kesakitan
Ketika wanita mencoba memulai diskusi karena terbentur, namun metamessage yang
dengan pertanyaan “bagaimana menurutmu?”, sampai ke suaminya adalah Lia marah dan
pria sering berpikir bahwa mereka sedang berkata kasar. Hal ini terjadi karena gaya
diperintah untuk memutuskan sesuatu. komunikasi yang berupa gaya bicara, intonasi,
Menurut Satria Permasalahan terbesar klien nada, suara, dan gesture mempengaruhi
pada pernikahan adalah cara berkomunikasi. efektifitas komunikasi (Daryanto, 2010).
Ketika seseorang tidak punya banyak uang Melihat hal tersebut, efektifitas komunikasi
namun bisa mengkomunikasikan dengan baik, merupakan hasil dari kompetensi komunikasi

68 PENYEBAB KONFLIK RUMAH TANGGA PADA KLIEN SATRIA UTAMA RELATIONSHIP COACH
Muhammad Faiz Hasyfi Prayogo
WACANA: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, Volume 19, No. 1, Juni 2020, 62-71

(Morreale, 2011). dekat dengan orang lain (Cook & Fletcher,


Pasangan dengan tingkat penyesuaian 2012). Konflik yang terjadi dalam rumah tangga
diri yang tinggi mempunyai tingkat akurasi tidak terlepas dari bagaimana pola komunikasi
encoding-decoding yang tinggi dibandingkan orang tua terhadap anak ketika masih kecil.
pasangan yang dengan tingkat penyesuaian diri Hubungan orang tua-anak yang buruk yang
yang rendah, alasan utamanya adalah karena menyebabkan stres pada masa kecil bisa
suami dengan tingkat penyesuaian diri yang mempengaruhi kehidupan anak tersebut ketika
rendah mempunyai nasib yang buruk dalam dewasa. Orang yang mempunyai stres pada
menjadi encoder maupun decoder. Sebagai masa kecil akan lebih reaktif pada stres ketika
encoder, suami mempunyai sedikit pesan yang dewasa dan kualitas pernikahan akan lebih cepat
dianggap sebagai komunikasi yang bagus, menurun ketika merespon stres yang terjadi
sedangkan sebagai decoder, mereka mempunyai ketika dewasa (Reckzek, Liu, & Umberson,
interpretasi yang tidak akurat terhadap pesan 2010). Hal ini sesuai dengan studi terbaru
istri, meskipun ketika pesan tersebut sudah tentang pola parenting dan hubungan antara
dianggap sangat jelas maksudnya. Hal ini orang tua dan anak mempengaruhi kesehatan
mengarah kepada terhambatnya alur proses psikologis dan hubungan interpersonal
sosial dan interaksi sosial yang disebabkan seseorang (Odenweller, K., Booth-Butterfield,
terjadinya masalah pada proses encoding serta M., & Weber, 2014). Seperti yang dikatakan
decoding (Suroyya, Wisadirana, & Suryadi, Satria sebelumnya bahwa banyak klien dari
2014) .Ketika wanita pulang dari kantor atau Satria yang ingin menikah namun belum siap
capek bekerja di rumah, mereka akan bercerita menikah. Walaupun di awal menikah biasanya
bukan untuk diberikan solusi secara logika, pasangan akan mengidealkan satu sama lain,
namun hanya ingin didengarkan. Pertengkaran tetapi lama kelamaan hal itu akan berkurang
rumah tangga sering terjadi ketika wanita diberi bahkan mempersepsikan pasangannya secara
solusi ketika bercerita, padahal sebenarnya negatif (Hall & Adams, 2011).
hanya ingin didengar saja. Hal ini juga salah Orang tua tidak pernah memberi
satu bentuk kegagalan metacommunicate pengetahuan tentang bagaimana cara
pasangan, bahwa mereka sebenarnya hanya menghadapi wanita ketika menjadi suami,
ingin ditenangkan secara emosional, bukan ataupun cara menghadapi pria ketika menjadi
diberi solusi masalah secara logis. istri. Orang tua hanya memberi batasan yang
kurang jelas, seperti “jangan main sama cewek/
Pola komunikasi keluarga cowok”. Rata-rata pria atau wanita mendapat
gambaran tentang pernikahan justru dari
Lia tidak bisa memaafkan suaminya karena luar keluarga, sangat sedikit yang mendapat
pengaruh orang tuanya yang selalu menekankan pendidikan tentang pernikahan dari keluarga
untuk tidak memaafkan pria yang berselingkuh. itu sendiri. Satria sendiri mendapat gambaran
Orang tua memang mempengaruhi bagaimana tentang pernikahan dari orang tua pada waktu
hubungan pernikahan anaknya kelak ketika SMP hanya dengan kata-kata “pernikahan itu
dewasa. Hal ini karena disebabkan karena anak gini, gak selamanya manis”, namun orang
muda yang hidup dengan orang tuanya akan tuanya hanya menjelaskan sebatas itu saja
terpengaruh oleh aturan dari orang tuanya. tanpa memberikan alasan yang tepat, seperti
Aturan ini dikuatkan dengan pola aktifitas misal pertanyaan kenapa tidak boleh pacaran,
keluarga dan pemerintah (Shun & Wilkinson, kenapa takut hamil, kenapa bisa hamil, dll.
2020). Dikuatkan lagi dengan pandangan Mereka tidak bisa menjelaskan karena memang
bahwa individu yang secara psikologis tidak memiliki pengetahuan tentang pendidikan
bergantung pada orang tua akan menghadapi pernikahan juga. Orang tua kebanyakan hanya
tantangan lebih dalam membangun hubungan

PENYEBAB KONFLIK RUMAH TANGGA PADA KLIEN SATRIA UTAMA RELATIONSHIP COACH 69
Muhammad Faiz Hasyfi Prayogo
WACANA: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, Volume 19, No. 1, Juni 2020, 62-71

menjelaskan persiapan pernikahan dari segi terhadap konflik itu keklien sendiri dari hasil
materi, namun bukan dari segi mental. Orang coaching.
tua tidak memberikan pemahaman tentang
standar kemapanan, sehingga pria dan wanita DAFTAR PUSTAKA
memiliki standar kemapanan yang berbeda.
Bodenmann, G., Ledermann, T., & Bradbury, T.
Apalagi saat ini umum terjadi perubahan pola N. (2007). Stress, sex, and satisfaction
asuh dimana orang tua terpaut jarak denan in marriage, 14, 551–569.
anaknya sehingga hanya mengandalkan
Chen, H. (2019). Toward Traditional or Atypical
komunikasi yang termediasi oleh teknologi Parenting: Mediated Communication
informasi yang memiliki banyak keterbatasan in Chinese Transnational
(Chen, 2019). Wanita di Indonesia memiliki Families. International Journal of
pemahaman bahwa standar mapan adalah secara Communication, 13, 1805–1824.
finansial, padahal seharusnya mapan haruslah Cook, E. C., & Fletcher, A. C. (2012). (2012).
secara emosi, pengetahuan, dan finansial. Rata- A process model of parenting and
rata klien yang baru menikah tidak memiliki adolescents’ friendship competence.
pengetahuan tentang kemapanan tersebut, Social Development, 21(3), 461–481.
padahal saat ini banyak seminar tentang Daryanto. (2010). Ilmu Komunikasi. Bandung:
pernikahan, namun mereka kebanyakan tidak PT.Sarana tutorial nurani sejahtera.
tertarik karena menurut mereka menikah itu De Vito, J. A. (2004). The Interpersonal
adalah hal yang mudah, yang penting sudah Communication Book (10th ed.). New
cinta. York: Pearson.
English, T., John, O. P., Srivastava, S., & Gross,
SIMPULAN J. J. (2012). Emotion regulation and
peer-rated social functioning: A 4-year
Banyak konflik yang terjadi dalam rumah
longitudinal study. Journal of Research
tangga disebabkan oleh ketidak mampuan in Personality, 46, 780–784.
pasangan untuk melakukan komunikasi
English, T., & John, O. P. (2013). Understanding
secara efektif. Faktor perbedaan gender
the social effects of emotion regulation:
menjadi salah satu masalah komunikasi The mediating role of authenticity for
karena pria mempunyai cara berbicara individual differences in suppression.
maupun mendengar yang berbeda dengan Emotion, 13, 314–329.
wanita. Kesulitan berkomunikasi secara tepat Fatchan, A. (2013). Metode Penelitian
menyebabkan proses penyampaian perasaan Kualitatif: 10 Langkah Penelitian
tidak terjadi secara efektif, banyak kegagalan Kualitatif Pendekatan Konstruksi dan
encoding-decoding pesan. Faktor lain yang Fenomenologi. Malang: UM Press.
mempengaruhi adalah pola komunikasi Folsom, J. K. (1958). Communication in
keluarga pada saat kecil, hal itu sangat Marriage and Marriage Counseling.
mempunyai dampak terhadap pasangan ketika Marriage and Family Living, 20(2),
sudah dewasa. Pendidikan tentang pernikahan 113–116.
yang didapat ketika masih kecil juga membuat Hall, S. S., & Adams, R. A. (2011). Newlyweds’
perilaku pasangan ketika dewasa berubah. unexpected adjustments to marriage.
Salah satu cara untuk mengkomunikasikan apa Family and Consumer Sciences
yang diinginkan secara tepat adalah melalui Research Journal, 39, 375–387.
proses coaching, karena dalam proses coaching Harper, R. A. (1958). Communication Problems
ini, klien akan dilatih untuk menemukan diri in Marriage and Counseling. Marriage
sendiri dari ceritanya sendiri dan cara mereka and Family Living, 20(2), 107–112.
menghadapi konflik dan mengembalikan solusi James, Z. R., & Mazer, J. P. (2012). Personality,

70 PENYEBAB KONFLIK RUMAH TANGGA PADA KLIEN SATRIA UTAMA RELATIONSHIP COACH
Muhammad Faiz Hasyfi Prayogo
WACANA: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, Volume 19, No. 1, Juni 2020, 62-71

communication apprehension, and Pendidikan. Interaksi, 3(2), 112–122.


Facebook: A study of well-being Ritchie, L. D., & Fitzpatric, M. A. (1990).
and relational closeness outcomes. Family Communication Pattern:
International Journal of Arts & Measuring Intrapersonal Perception
Sciences, 5(6), 125–146. of Interpersonal Relationships.
Karel, R. S., Sondakh, M., & Pasoreh, Y. Communication Research, 17(4), 523–
(2014). Komunikasi Antar Pribadi Pada 544.
Pasangan Suami Istri Beda Negara Saguni, F. (2014). Pemberian Stereotype
(Studi Pada Beberapa Keluarga Di Kota Gender. Musawa, 6(2), 195–224.
Manado). Acta Diurna, 3(4). Retrieved from https://media.neliti.
Kuswarno, E. (2009). Fenomenologi: Konsepsi, com/media/publications/138333-ID-
Pedoman, dan Contoh Penelitiannya. pemberian-stereotype-gender.pdf
bandung: Widya Padjadjaran. Shun, Y., & Wilkinson, J. S. (2020).
Ledermann, L., G., B., Rudaz, M., & Bradbury, Parenting Style, Personality Traits,
T. N. (2010). Stress, Communication, and Interpersonal Relationships:
and Marital Quality in Couples. Family A Model of Prediction of Internet
Relations, 59(2), 195–206. Addiction. International Journal of
Litiloly, F., & Swastiningsih, N. (2014). Communication, 14, 2163–2185.
Manajemen Stres Pada Istri Yang Retrieved from file:///C:/Users/Irawan/
Mengalami Long Distance Marriage. Downloads/11226-44998-1-PB.pdf
Jurnal Fakultas Psikologi, 2(2). Suroyya, D., Wisadirana, D., & Suryadi.
Morreale, S. P. (Ed.). (2011). ”Competence and (2014). Pengaruh Sikap Etnosentris
Incompetence communication.”21st Interpersonal Communication
century communication: AReference Competence Dan Gaya Komunikasi
Handbook.Ed. Thousand Oaks,CA: Terhadap Efektivitas Komunikasi
Sage Reference online. Etnis Tionghoa Kepada Etnis Jawa di
Odenweller, K., Booth-Butterfield, M., & Weber, Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember.
K. (2014). Investigating helicopter Wacana, 3.
parenting, family environments, and Tannen, D. (1990). You Just don’t Understand:
relational outcomes for millennials. Women and Men in Conversation. New
Communication Studies, 65(4), 407– York: Ballantine Books.
425. Retrieved from file:///C:/Users/ Vangelisti. (2004). Handbook of Family
Irawan/Downloads/11226-44998-1- Communication. New Jersey: Lawrence
PB.pdf Erlbaum Associates.
Oswell, D. (2006). Culture and Society. Sage Velotti, P., Balzarotti, S., Tagliabue, S., English,
Publications Ltd (1st ed., Vol. 1). T., Zavattini, G. C., & Gross, J. J.
London: Sage Publications Ltd. https:// (2016). Emotional suppression in early
doi.org/10.1177/02632760022051310 marriage. Journal of Social and Personal
Reckzek, C., Liu, H., & Umberson, D. (2010). Relationships, 33(3), 277–302. https://
Just the Two of Us? How Parents doi.org/10.1177/0265407515574466
Influence Adult Children’s Marital Wardyaningrum, D. (2013). Komunikasi Untuk
Quality. Journal of Marriage and Penyelesaian Konflik Dalam Keluarga :
Family, 72(5), 1205–1219. Orientasi Percakapan Dan Orientasi
Rini, Y. S. (2014). Komunikasi Orangtua- Kepatuhan. Jurnal Al-Azhar Indonesia
Anak dalam Pengambilan Keputusan Seri Pranata Sosial, 2(1).

PENYEBAB KONFLIK RUMAH TANGGA PADA KLIEN SATRIA UTAMA RELATIONSHIP COACH 71
Muhammad Faiz Hasyfi Prayogo

You might also like