You are on page 1of 16

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/331556388

KONFLIK? YA HARUS DAMAI

Conference Paper · April 2017

CITATIONS READS

0 538

1 author:

Mohamad Awal Lakadjo


Universitas Negeri Gorontalo
7 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Pre Marital View project

All content following this page was uploaded by Mohamad Awal Lakadjo on 06 March 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PROSIDING
SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA
Tangerang Selatan, 15 April 2017

KONFLIK? YA HARUS DAMAI


Mohamad Awal Lakadjo

Universitas Pendidikan Indonesia


mohamadawallakadjo@student.upi.edu

Abstract

Conflict in the couple's relationship can not be avoided, but each pair has a desire to
resolve the conflict, so as couples in need of conflict resolution skills. This article aims to
identify the construction of conflict resolution in the couple relationship. Build peace
within each one by a couple marked by peaceful behavior, peaceful state and peaceful
attitude and nonviolent person will give adaptability in conflict resolution and conflict
resolution skills to the couple. The key to be peacefulness is a peaceful person, so conflicts
can be constructed facing conflict resolution as a couple peacefully.
Keywords: Construction of Conflict Resolution Skill, Peacefulness, Peaceful Person,
© 2017 Published by Panitia SNBKK 2017 -

1. PENDUHULUAN fisik dan/atau seksual yang dilakukan oleh


Konflik memiliki persamaan dengan pasangan dan dialami oleh perempuan usia
masalah, dilema, perselisihan, dan 15-64 tahun yang pernah/sedang menikah
pertentangan. Konflik bisa bersifat internal sebesar 18,3% (2 dari 11), dan kekerasan
dan/atau eksternal yang terjadi pada diri fisik yang paling sering dilakukan pasangan
seseorang. Dalam konteks hubungan lelaki kepada perempuan berwujud
pasangan keluarga maka konflik menampar (9,4%) memukul (6,2%)
senanatiasa ada dalam berbagai bentuk mendorong/menjabak rambut (4,4%)
dengan intensitas yang berbeda-beda. menendang dan menghajar (3,1%) (Badan
Konflik bersifat fisik atau perilaku Pusat Statistik 2017).
berdampak pada hubungan hingga Berbagai konflik yang terjadi
perceraian. Konflik perilaku dalam berbentuk keadaan psikis individu sangat
perkawinan berimplikasi terhadap berkontribusi aktif terhadap hubungan
perceraian dan menunjukkan bahwa pasangan, keadaan depresi seseorang istri
perilaku konfilk positif dari waktu ke waktu yang hamil (transisi menjadi orang tua)
(Birditt, Brown, Orbuch, & McIlvane, berdampak pada penurunan keselarasan
2010). Konflik yang berbentuk perilaku hubungan pasangan (Gameiro, Moura-
bisa berwujud kekerasaan pada pasangan. Ramos, Canavarro, Santos, & Dattilio,
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik 2011). Hal yang serupa juga menerangkan
tahun 2017 bahwa prevalensi kekerasan bahwa konflik lebih sering muncul saat
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA
Tangerang Selatan, 15 April 2017

masa kehamilan, dan konflik juga lebih terhadap pernikahan (Heafner, Kang, Ki, &
sering jadi penentu dari konsekuensi Tambling, 2016) sebagai bentuk keinginan
kualitas hubungan yang rendah, sehingga kepuasan hubungan pasangan. Masih
memungkinkan perkembangan dan dalam studi yang terkait emosional,
modifikasi intervensi yang menargetkan selanjutnya sebuah studi dengan sampel
orang tua baru (Kluwer & Johnson, 2007). 572 individu yang terlibat pada hubungan
Selanjutnya studi pasangan tanpa anak romantis menunujukkan adanya hubungan
memiliki kepuasaan terhadap hubungan langung antara pola menghindar dan
romantis dengan pasangan dibandingkan kecemasan dengan keadaan afeksi positif
dengan pasangan yang memiliki dua atau dan negatif (Meyer, Jones, Rorer, &
tiga anak (Meyer, Robinson, Cohn, Maxwell, 2014). Dalam hubungan tidak
Gildenblatt, & Barkley, 2016). Beberapa dapat dipungkiri bahwa banyak faktor yang
studi tersebut memberi makna bahwa menentukan kesusksesan hubungan
keadaan hamil seorang istri berorientasi maupun menimbulkan konflik. Memahami
munculnya konflik hingga memiliki anak peran emosi dalam pemikiran rasional, dan
konflik lebih sering muncul pada pasangan. mengurangi dampak dari emosi negatif,
Keadaan-keadaan konflik juga erat meningkatkan pengalaman positif,
kaitannya dengan berbagai reaksi meningkatkan fungsi romantis dan seksual,
emosional yang ada pada individu dan meningkatkan seluruh dimensi mental,
pasangan hubungan. Studi yang dilakukan emosional, fisik, dan spiritual sangat
oleh Gardner dkk melaporkan bahwa 736 dibutuhkan pasangan dalam hubungan
pasangan pranikah berakar dari keluarga (Roberts, Booth, & Beach, 2016).
asal dan meminta pasangan untuk Berdasarkan data Badan Pusat
mengelola konflik emosional yang terjadi Statistik (2017) terkait konflik yang
karena berpengaruh terhadap kepuasan berbentuk kekerasan ekonomi dan
hubungan pasangan pranikah (Gardner, emosional dilakukan oleh pasangan suami
Busby, & Brimhall, 2007), studi ini bahwa 1 dari 4 (24,5%) perempuan yang
menerangkan adanya harapan yang pernah/sedang menikah mengalami
diinginkan oleh setiap individu terhadap kekerasan ekonomi dari pasangan selama
pasangannya yang nantinya menjadi masa hidupnya dan 1 dari 5 (20,5%)
pendamping hidup, sehingga perlu untuk perempuan yang pernah/sedang menikah
mengekplorasi ekspektasi individu
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA
Tangerang Selatan, 15 April 2017

mengalami kekerasan emosional dari hubungan pasangan sedangkan efikasi


pasangan selama masa hidupnya. bermanfaat untuk bentuk perilaku tertentu
Keadaan psikologis seseorang akan pada domain tersebut (Johnson &
mempengaruhi hubungan pasangan seperti Anderson, 2015). Interaksi yang aman bisa
yang telah dipaparkan pada reaksi berdampak pada hubungan yang intim bagi
emosional, variabel lain yang berbentuk pasangan bahkan ketika telah mengalami
afeksi yaitu empati, ikut merasakan apa konflik, karena hubungan yang aman
yang dirasakan oleh pasangan secara berkontribusi terhadap perspektif
langsung baik yang diterima maupun yang keamanan individu, harga diri, dan dapat
diberikan berkaitan dengan kepuasan membantu mengembalikan hubungan dari
seseorang dengan pasangan yang romantis konflik yang memungkinkan kepuasaan
dan tanggapan yang kurang empati individu terhadap hubungan (Salvatore,
berdampak pada konflik (Carrere, Kuo, Steele, Simpson, & Collins, 2011).
Buehlman, Gottman, Coan, & Ruckstuhl, Pernikahan yang berlangsung dengan
2000; Schmidt & Gelhert, 2017; & Cramer jangka waktu panjang bahwa konflik,
& Jowett, 2010). Tidak hanya bersifat ketidakpuasan, perselisihan lebih mungkin
keadaan psikis dan fisik, bahkan konflik terjadi mengikis stabilitas perkawinan
yang terjadi pada pasangan adalah konflik dibandingkan komitmen, cinta, kepuasaan,
spiritual sehingga membutuhkan penilaian dan harmoni dari waktu kewaktu (Proulx,
spiritual terhadap kehidupan pasangan Helms, & Buehler, 2007; &
(Weld & Eriksen, 2006). Rabindranathan, 2004) dan ketika
Konflik pada pasangan lebih lanjut keinginan tidak terpenuhi maka konflik
mengarah kebentuk pola-pola interaksi cenderung mengikuti (Rabindranathan,
dalam hubungan, sangat rasional jika 2004).
interaksi yang tidak komunikatif Menangani konflik yang terjadi pada
berdampak pada konflik, karena manusia pasangan membutuhkan perhatian khusus,
sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi salah satunya melalui pelatihan atau
dengan lingkungan dalam hal ini program yang dirancang secara khusus
lingkungan keluarga, adanya pasangan. untuk memperkuat hubungan pasangan.
Diskusi merupakan penerapan yang Studi oleh Bradley dkk menunjukkan
sederhana dalam bentuk komunikasi, bahwa manfaat adanya program untuk
memberi manfaat lebih kompleks dalam pasangan meningkatkan kepuasan
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA
Tangerang Selatan, 15 April 2017

hubungan menggunakan keterampilan Jika melirik berbagai permasalahan


hubungan yang sehat dan mengurangi yang telah dipaparkan maka secara
konflik (Bradley, Friend, & Gottman, keseluruhan mengarah pada keadaan diri
2011). Maka pendekatan dan cara masing-masing tiap pasangan, konflik yang
menyikapi konflik perlu pemahaman yang tejadi membutuhkan pribadi yang dapat
utuh hingga bentuk pengelolaan konflik, meresolusi konflik dalam sebuah
karena manajemen konflik interpersonal hubungan. Artikel ini ditujukan untuk
yang lemah menyebabkan hubungan yang menyelidiki bagaimana konstruksi resolusi
disfungsional dengan konsekuensi yang konflik pada pasangan dalam hubungan
relevan pada kesejahteraan keluarga dengan berbagai permasalahan yang telah
(Mannarini, Balottin, Munari, & Gatta, dialami maupun sedang dialami. Keadaan
2016), hal ini juga mengisyaratkan sifat pribadi individu akan mempengaruhi
pribadi seseorang dalam berinterkasi pasangan dalam hubungan baik sudah
menentukan hubungan dengan pasangan maupun belum berkeluarga, maka dianggap
(Rabindranathan, 2004). Pendekatan yang penting untuk menelaah salah satu
ditawarkan dengan rekonsiliasi terhadap pendekatan untuk menciptakan hubungan
konflik menggunakan Relationship yang romantis, bahagia, damai, dalam
Conflict and Restoration Model (RCRM) menjalani hubungan dan kehidupan
yang diimplementasikan terhadap 5 berkeluarga yang ditinjau dari keadaan
pasangan menunjukkan keadilan, empati, pribadi individu.
kepercayaan, pengampunan memberi maaf,
2. PEMBAHASAN
kasih sayang terkait dengan pengalaman
Konflik dan Resolusi
keintiman pasangan (Beckenbach, Patrick,
Konflik merupakan hasil dari proses
& Sells, 2010). Pengunaan pendekatan
interkasi, ketika ada perilaku campur
Reframing Empathy Mutual Goals (REM)
tangan terhadap individu (Knox & Schacht,
model untuk memaknai, mengurangi, dan
2010). Konflik yang hadir pada pasangan
merubah tingkatan konflik dalam
dan dalam keluarga pada dasarnya sebagai
membantu individu, dimana R:
bentuk pendewasaan bagi pasangan,
membingkai kembali posisi marah, E:
konflik yang ada bisa dijadikan bahan
berempati dengan posisi pasangan masing-
kesempatan melakukan perubahan perilaku
masing, dan M: membangun tujuan
yang dapat diterima secara bersama
bersama (Hecker & Trepper, 2000).
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA
Tangerang Selatan, 15 April 2017

terhadap perbedaan-perbedaan yang perilaku, (2) konflik pikiran dan persepsi,


dimiliki. Pasangan yang dapat (3) konflik perbedaan nilai, (4)
menyelesaikan konflik dengan kepuasan inkonsistensi ketentuan, dan (5)
bersama dan menemukan cara untuk kepemimpinan ambigu (Knox & Schacht,
beradaptasi menghadapi konflik cenderung 2010). Resolusi adalah kebulatan pendapat
lebih puas dengan hubungan yang dijalani, berupa permintaan atau tuntutan yang
karena bukan seberapa sering perbedaan ditetapkan melalui kesepakatan bersama.
terjadi namun konstruksi menyelesaikan Konflik dapat terjadi pada setiap pasangan,
konflik bersama dalam banyaknya untuk meresolusi konflik dapat
perbedaan yang menjadikan hubungan diidentifikasi pada pasangan yang bahagia
bahagia (Strong, Devault, & Cohen, 2011). dan tidak bahagia. Berdasarkan survei
Interaksi yang dilakukan secara bersama terhadap 50.000 pasangan oleh Olson,
dapat menimbulkan kepuasaan pasangan Olson-Sigg, & Larson (dalam Olson,
dalam hubungan, interaksi ini perlu DeFrain, & Skogrand, 2011) bahwa ada
mempertimbangkan argumen-argumen beberapa masalah yang dapat
yang diyakini dalam penyelesaian konflik mempengaruhi resolusi konflik terhadap
(Ricco & Sierra, 2017). pasangan bahagia dan pasangan tidak
Konflik bukan hal baru dalam bahagia. Dapat dilihat pada tabel 1 tentang
hubungan pasangan suami dan istri, namun kekuatan yang mempengaruhi resolusi
perlu mengidentifikasi sumber konflik, konflik pada pasangan.
beberapa sumber konflik yaitu (1) konflik
Tabel 1. Kekuatan Pasangan Bahagia versus Pasangan tidak Bahagia yang Mempengaruhi Resolusi Konflik
Hasil (%) Persetujuan
No Masalah Hubungan Pasangan Pasangan tidak
Bahagia Bahagia
Ketika mendiskusikan masalah pasangan memahami pendapat
1 78 20
dan ideku
Aku dapat berbagi perasaan dan ide dengan pasangan selama ada
2 78 25
ketidaksetujuan
3 Kami mampu mengungkapkan pernyataan perbedaan 58 12
Kami memiliki ide yang sama dalam mengatasi adanya
4 72 28
ketidaksetujuan
5 Pasanganku menganggap ketidaksetujuan dengan serius 54 14
Sumber: adaptasi dari (Olson et al., 2011).

Berdasarkan data pada tabel 1 konflik dalam permasalahan yang terjadi


menunjukkan bahwa pasangan yang mulai dari mendiskusikan masalah, dapat
bahagia sangat mempengaruhi resolusi berbagi ide dan perasaan, dapat
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA
Tangerang Selatan, 15 April 2017

menyatakan perbedaan, memiliki ide yang ada dua pendekatan yang dapat
sama dalam ketidaksetujuan, dan dibandingkan untuk melihat keefektifan
menganggap serius jika ada sebuah pendekatan, yaitu pendekatan
ketidaksetujuan. Kekuatan dan konstruktif dan destruktif. Dapat dilihat
kebahagiaan hubungan menjadi isu sentral pada tabel 2 tentang konstruksi dan
dalam konsep resolusi konflik pasangan destruktif pendekatan terhadap resolusi
(Noller & Feeney, 2002). konflik.
Dalam melakukan resolusi konflik
dalam hubungan terhadap pasangan maka
Table 2. Konstruksi dan Destruktif Pendekatan terhadap Resolusi Konflik
Area perhatian Pendekatan Konstruktif Pendekatan Destruktif
Masalah Meningkatkan dan menjelaskan Membawa masalah-masalah lama
masalah-masalah
Perasaan Mengungkapkan perasan negatif dan Hanya mengungkapkan perasaan
positif negatif
Informasi Informasi yang lengkap dan jujur Informasi selektif
Fokus Konflik berfokus pada masalah bukan Konflik berfokus pada pribadi bukan
pribadi masalah
Menyalahkan Saling menerima kesalahan Menyalahkan orang lain terhadap
masalah
Persepsi Berfokus pada persamaan Berfous pada perbedaan
Perubahan Memfasilitasi perubahan untuk Meminimalkan perubahan dan
mencegah keadaan yang tidak aktif meningkatkan konflik
Hasil Keduanya sama-sama menang (saling Satu menang dan satu kalah (satu pihak
menguntungkan) diuntungkan)
Keintiman (keakraban) Menyelesaikan konflik meningkatkan Meningkatkan konflik menurunkan
keintiman keintiman
Sikap Kepercayaan Kecurigaan
Sumber: adaptasi dari (Olson et al., 2011)
Pada tabel 2 menunjukkan dianggap penting. Model atau gaya resolusi
pendekatan yang berorientasi konstruktif konflik dalam hubungan ada lima yaitu: (1)
dalam meresolusi konflik berdampak pada competitive style. Gaya ini menekankan
kedamaian dalam hubungan pasangan. pada kompetisi cenderung agresif dan tidak
Untuk menangani konflik haruslah secara kooperatif, konfrontasi langsung mencoba
efektif karena salah satu langkah paling untuk menang dari pasangan, gaya ini tidak
penting dalam menciptakan hubungan yang kondusif dalam mengembangkan
kuat bagi tiap pasangan adalah keefektifan. keintiman, (2) collaborative style. Gaya ini
Upaya pemahaman dan menggambarkan menekankan pada ketegasan pribadi untuk
pendekatan yang berguna serta mecapai tujuan namun juga memperhatikan
mengidentifikasi pasangan kontra produktif keinginan pasangan, kolaborator
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA
Tangerang Selatan, 15 April 2017

mengeluarkan energi untuk menyelesaikan yaitu cenderung menghilangkan pilihan


konflik dan sangat memiliki kekuatan yang kreatif, mengorbankan keinginan pribadi
dapat mempengaruhi orang lain, (3) yang dapat berdampak pada kebencian dan
compromise style. Gaya ini menekankan keinginan untuk membalas, (6) parallel
pada kompromi dari kedua belah pihak, style. Gaya ini mencirikan penyangkalan,
kompromi memakan waktu dalam mengabaikan, dan mundur untuk
menyelesaikan masalah namun menyelesaikan masalah, gaya ini
memperkuat gagasan dalam hubungan, berdampak pada kesenjangan dalam
kelemahan gaya ini mungkin bukan mengembangkan hubungan selanjutnya,
menjadi solusi yang terbaik yang pasangan terlibat dalam kegiatan yang
diinginkan dari tiap pasangan, (4) terpisah dalam menghabiskan waktu
avoidance style. Gaya ini mencirikan bersama-sama (Knox & Schacht, 2010;
perilaku nonasertif dan pasif untuk Olson et al., 2011; Mannarini et al., 2016).
menghindari resolusi konflik, kelebihan Berdasarkan telaah psiko-sosial
gaya ini, penghindar memiliki waktu untuk adanya model dalam dalam konstruksi
berpikir dan dapat mengelola situasi lebih resolusi konflik memberikan model yang
baik, namun kekurangannya pasangan yang harus ada terhadap inisiatif konstruksi
dihindari merasa tidak dipedulikan dalam resolusi konflik, keluarga berada pada
menyelesaikan masalah, menempatkan mikro level yaitu kolaboratif konseling
masalah dibelakang dan memperkuat pasangan, kolaborasi hukum perceraian,
gagasan bahwa masalah harus dihindari, dan keadilan dalam memulihkan kasus
berdampak pada munculnya konflik baru, kekesarasan (Coleman, 2012). Setiap
(5) accomadating style. Gaya ini pasangan menginginkan konflik segera
mencirikan perilaku nonasertif namun terselesaikan, namun butuh diperjuangkan
kooperatif terhadap pasangan, penyesuaian untuk menyelesaikan konflik, ada tujuh
pasangan dengan mengesampingkan tahapan resolusi konflik yaitu (1)
keinginan pribadi untuk memenuhi mengidentifikasi hal-hal yang menghambat
kebutuhan dan keinginan pasangan, hubungan seperti pikiran emosi, dan
pasangan yang memilih gaya ini memiliki perilaku (2) mengidentifikasi perilaku baru
kelebihan yaitu meminimalkan kerugian yang diinginkan (3) mengidentifikasi
dan konsekuensi yang berbahaya terhadap perubahan pada persepsi-persepsi (4)
hubungan, namun memiliki kekurangan menyimpulkan persepsi-persepsi bersama
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA
Tangerang Selatan, 15 April 2017

pasangan, (5) mencari solusi bersama-sama damai menunjukkan kedamaian dari


terhadap konflik yang mendesak bersifat individu, meliputi damai bagian dalam
saling menguntungkan, (6) memaafkan (inner), interpersonal, dan kelompok (Sims,
segala bentuk kesalahan, dan (7) Nelson, & Puopolo, 2014). Meninjau
mewaspadai mekanisme pertahanan diri pribadi yang penuh kedamaian didasarkan
(Knox & Schacht, 2010). pada ciri kepribadian yang terkait dengan
Mengkonstruksi resolusi konflik peaceful behavior (tingkah laku yang
pada hubungan menjadikan pasangan menciptakan dan memelihara anti
semakin kuat menjalani kehidupan yang kekerasan dan hubungan harmonis),
diinginkan oleh setiap pasangan, peaceful states (emosi yang tenang, kondisi
perbedaan-perbedaan pikiran, perasaan, harmoni aspek terhadap diri), dan peaceful
sikap dan perilaku dapat diatasi secara attitudes (keyakinan dan nilai yang
bersama sehingga butuh memahami memfasilitasi terbentuk dan terpelihara dari
kerangka gaya konflik dan kerangka tanpa kekerasan dan hubungan harmonis)
tahapan resolusi konflik. (Nelson, 2014). Berdasarkan kepribadian
yang penuh damai juga didasarkan pada
Pribadi Damai
seseorang yang tanpa kekerasan yaitu: (1)
Keadaan maupun sebuah peristiwa
percaya bahwa perilaku kekerasan dan
yang membuat konflik perlu dipahami oleh
pembalasan harus dihindari, (2) keinginan
pasangan dalam keluarga. Individu dibekali
untuk memahami kebenaran dalam konflik,
berbagai multidimensi potensi psikologis
(3) menerima beban penderitaan untuk
(kognitif, afektif, sikap, hingga
memutusakan siklus kekerasan, (4) percaya
tingkahlaku). Multidimensi psikologis
tidak bekerjasama dengan kejahatan, dan
individu yaitu atribut psikis yang ada pada
(5) terlibat dalam perilaku yang
individu ketika dapat dikontrol dengan baik
menghadapi ketidakadilan dengan maksud
akan membantu mengontrol depresi,
untuk meningkatkan keadilan sosial dengan
memberi kontrol dukungan terhadap
cara yang konsisten dengan keyakinan
konflik dalam hubungan yang romantis
tanpa menggunakan kekerasan langsung
(Blais & Renshaw, 2014). Karakteristik
(Mayton, 2014). Pribadi yang tanpa
individu yang damai menjadi kunci dalam
kekerasan menggambarkan keputusan
mengkonstruksi resolusi konflik hubungan
individu tentang cara dalam mencapai
pasangan keluarga. Pribadi yang penuh
tujuan dalam konflik, dengan menetapkan
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA
Tangerang Selatan, 15 April 2017

empat jenis resolusi konflik sebagai (1) untuk hidup dengan damai. Kedamaian
cara-cara kekerasan dan ujung kekerasan, harus berlanjut dalam setting kehidupan,
(2) sarana tanpa kekerasan dan ujung karena itu merupakan cara yang konstruktif
kekerasan, (3) cara-cara kekerasan dan berhubungan dengan diri sendiri dan orang
berakhir tanpa kekerasan, dan (4) cara lain secara baik dan stabil, menghasilkan
tanpa kekerasan dan berakhir tanpa proses yang memberi rasa aman, integritas
kekerasan (Mayton, 2014). dan stabilitas (Vallacher, Coleman,
Pribadi yang penuh kedamaian Liebovitch, Kugler, & Bartoli, 2013).
haruslah dibangun dalam diri tiap individu Dalam mengatasi konflik maka cara
yang nantinya akan berguna dalam berdamai adalah yang paling utama,
hubungan yang dijalani dalam kehidupan. misalnya pada pasangan yang beragama
Letak kedamaian berada dalam diri Muslim, sangat dianjurkan untuk berdamai
seseorang (inner), pikiran, perasaan, nilai dalam hubungan suami-istri, sebagaimana
dan keyakinan menjadi pedoman dalam dalam Al-Quran (4: 128) “dan jika seorang
membangun dan menciptakan kedamaian perempuan khawatir suaminya akan nusyuz
yang dinginkan. atau bersikap tidak acuh, maka keduanya
dapat mengadakan perdamaian yang
Kedamaian, Pribadi Damai sebagai
sebenarnya, dan perdamaian itu lebih baik
Konstruksi Resolusi Konflik
(bagi mereka) walaupun manusia itu
Kedamaian dalam hubungan
menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu
pasangan sangat diidamkan oleh siapapun
memperbaiki (pergaulan dengan istrimu)
karena sudah menjadi fitrah, dorongan
dan memelihara (dari nusyuz dan sikap
manusiawi bahkan kebutuhan paling
acuh tak acuh), maka sungguh, Allah
mendasar. Menurut Johan Galtung (Webel,
Mahateliti terhadap apa yang kamu
2007) bahwa jika kita mulai dengan
kerjakan”. Jelaslah bahwa ketika ada
kebutuhan untuk bertahan hidup, kita
konflik antara pasangan maka perdamaian
segera melihat bahwa perdamaian
adalah yang utama dalam menyelesaikan
merupakan persyaratan utama dari kondisi
konflik. Pasangan suami-istri senantiasa
manusia itu sendiri. Bertahan hidup dalam
melakukan proses interkasi yang dialami
hubungan dengan pasangan menjadi
oleh setiap pasangan dalam keluarga karena
keinginan dan kebutuhan bagi manusia
sudah menjadi naluri dalam hubungan
dengan cara mengatasi berbagai konflik
suami-istri untuk membangun rumah
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA
Tangerang Selatan, 15 April 2017

tangga yang diinginkan. Keadaan ini penuh kedamaian dalam keluarga. Namun
mengisyaratkan perlu memahami prinsip tidak menutup kemungkinan kedamaian
dan praktik konflik dan resolusi konflik pribadi itu runtuh karena diterpa oleh
untuk membangun kedamaian situasi yang tidak menguntungkan dalam
berkelanjutan, diantaranya: (1) tidak semua konflik. Resolusi konflik berperan terhadap
konflik negatif, (2) mengetahui jenis kedamaian pribadi individu (Heitler, 2014),
konflik yang terjadi, (3) mengetahui jika demikian maka sebaliknya pribadi
bagaimana respon terhadap konflik, (4) yang penuh kedamaian akan memberi
bekerjasama semampu mungkin, (5) kontribusi balik terhadap resolusi konflik
adanya rencana mengatasi konflik, (6) atas berbagai permasalahan yang terjadi.
fleksibel terhadap permasalahan, (7) tidak Memelihara pribadi yang damai perlu
mengikuti keinginan memperbesar diiringi dengan keterampilan resolusi
masalah, (8) mendengarkan dengan cermat, konflik, yaitu (1) emotional self-regulation
(9) adil dan ramah, (10) ketika konflik dan anger management untuk meredam
terjadi mulai mengambil tindakan yang peningkatan potensi marah, (2)
benar, (11) kekuatan mengahadapi collaborative communication skills untuk
peristiwa, dan (12) mengakui moral dalam mendukung kehendak partisipasi yang baik
kelompok (keluarga) untuk hormat dan dengan berbicara secara bijaksana,
peduli (Coleman, 2012). mendengarkan yang baik, dan selalu
Namun perlu dipahami bahwa untuk berdialog (Heitler, 2014). Dengan demikian
menciptakan kedamaian maka setiap suami maka perlu memelihara suasana kedamaian
maupun istri harus membangun kedamaian dan pribadi yang penuh kedamaian dengan
dalam diri masing-masing, hingga cara menginternalisasi keterampilan
berdampak pada hubungan, karena kunci resolusi konflik.
kedamaian adalah pribadi yang penuh Untuk lebih memudahkan memahami
damai. Pribadi yang penuh kedamaian kerangka konstruksi resolusi konflik dalam
mungkin telah dibangun oleh setiap hubungan ditampilkan melalui gambar 1
pasangan dalam diri masing-masing yang berikut.
tercermin dalam tingkahlaku,
status/keadaan, dan sikap untuk
menciptakan situasi dan keadaan yang
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA
Tangerang Selatan, 15 April 2017

Konflik Pasangan dalam Pribadi penuh Kedamaian (pasangan


Hubungan hubungan)

Kedamaian dalam Hubungan Keterampilan Resolusi Konflik

Gambar 1. Alur Konstruksi Resolusi Konflik dalam Hubungan

Berdasarkan gambar 1 tentang alur menelaah satu pendekatan yang memiliki


mengkonstrruksi resolusi konflik oleh kekuatan dan kemampuan bagi individu
pasangan dalam hubungan, diawali dengan dalam menyelesaikan konflik. Telaah
adanya berbagai konflik yang terjadi kedamaian dijadikan resolusi konflik bagi
bersifat perilaku dan psikis. Untuk paangan dalam hubungan melalui
mengatasi berbagai konflik maka membangun kedamaian dalam diri masing-
dibutuhkan resolusi konflik, namun lebih masing oleh pasangan ditandai dengan
menekankan pada pribadi yang yang penuh peaceful behavior, peaceful state dan
kedamaian (bagi setiap pasangan) untuk peaceful attitude serta pribadi tanpa
dimiliki dengan cara dibangun dan kekerasan, sehingga memiliki daya
diciptakan kedamaian dalam diri pribadi. adaptasi dalam penyelesaian konflik yang
Jika telah terbangun kedamaian dalam diri dibarengi dengan mengkonstruksi
individu maka dibarengi dengan keterampilan resolusi konflik. Kunci
keterampilan resolusi konflik dalam kedamaian adalah pribadi yang damai,
pemecahan konflik-konflik, yang dengan begitu konflik yang dihadapi dapat
selanjutnya menghasikan kedamaian dalam dikonstruksi resolusi konflik bersama
hubungan yang mampu beradaptasi jika pasangan dengan penuh kedamaian.
konflik terjadi kembali. Disadari bahwa artikel ini masih
bersifat studi literatur, sehingga penulis
3. KESIMPULAN
merekomendasikan butuh untuk
Konflik yang terjadi dalam hubungan
mengkonfirmasi melalui penelitian secara
pasangan tidak dapat dihindari, konflik
langsung dengan berbagai metodologi
bersifat fisik perilaku dan psikis. Keadaan
khususnya eksperimental.
pribadi individu akan mempengaruhi
a. Apakah pribadi yang penuh damai dan
pasangan dalam hubungan sehingga perlu
tanpa kekerasan dapat menjadi salah
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA
Tangerang Selatan, 15 April 2017

satu faktor utama dalam menyelesaikan


Birditt, K. S., Brown, E., Orbuch, T. L., &
konflik pasangan dalam hubungan?
McIlvane, J. M. (2010). Marital
b. Apakah efektif konstruksi resolusi Conflict Behaviors and Implications
for Divorce Over 16 Years. Journal of
konflik melalui telaah kedamaian?
Marriage and Family, 72(5), 1188–
c. Dapat dikembangkan sesuai kebutuhan. 1204. https://doi.org/10.1111/j.1741-
3737.2010.00758.x
Artikel ini memiliki implikasi a)
terhadap pengembangan konsep keilmuan Blais, R. K., & Renshaw, K. D. (2014).
Perceptions of Partners’ Attributions
dalam kajian marriages and family
for Depression in Relation to
counseling dan semisalnya. Bahwa kajian Perceptions of Support and Conflict in
Romantic Relationships. Journal of
kedamaian dapat dijadikan sebuah
Marital and Family Therapy, 40(4),
pendekatan baru dalam mengkonstruksi 498–508.
https://doi.org/10.1111/jmft.12055
resolusi konflik yang terjadi pada pasangan
dalam hubungan keluarga, dan b) Bradley, R. P. C., Friend, D. J., & Gottman,
J. M. (2011). Supporting Healthy
berimplikasi terhadap pengembangan
Relationships in Low Income, Violent
kompetensi konselor bahwa konselor butuh Couples: Reducing Conflict and
Strengthening Relationship Skills and
memahami kerangka teoretis dan praksis
Satisfaction. Journal of Couple &
terkait pribadi yang penuh damai dan Relationship Therapy, 10(2), 97–116.
https://doi.org/10.1007/s10591-006-
kedamaian untuk membantu pasangan yang
9004-0
menghadapi konflik dalam hubungan
Carrere, S., Buehlman, K. T., Gottman, J.
keluarga.
M., Coan, J. A., & Ruckstuhl, L.
(2000). Predicting Marital Stability
4. DAFTAR PUSATAKA and Divorce in Newly wed Couples.
Journal of Family Psychology, 14(1),
Badan Pusat Statistik. (2017). Prevalensi 42–58. https://doi.org/10.1037//0893-
Kekerasan terhadap Perempuan di 3200.14.I.42
Indonesia hasil SPHPN 2016. Jakarta.
Retrieved from Coleman, P. T. (2012). Constructive
https://www.bps.go.id/Brs/view/id/13 Conflict Resolution and Sustainable
75 Peace. In P. T. Coleman & M. Deutsch
(Eds.), Psychological Components of
Beckenbach, J., Patrick, S., & Sells, J. Sustainable Peace (Peace Psychology
(2010). Relationship Conflict and Book Series) (pp. 55–85). New York
Restoration Model: A Preliminary Heidelberg Dordrecht London:
Exploration of Concepts and Springer.
Therapeutic Utility. Contemporary
Family Therapy, 32(3), 290–301. Cramer, D., & Jowett, S. (2010). Perceived
https://doi.org/10.1007/s10591-010- Empathy, Accurate Empathy and
9117-3 Relationship Satisfaction in
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA
Tangerang Selatan, 15 April 2017

Heterosexual Couples. Journal of


Social and Personal Relationships, Heitler, S. (2014). The Role of Conflict
27(3), 327–349. Resolution in Personal Peacefulness.
https://doi.org/10.1177/02654075093 In G. K. Sims, L. L. Nelson, & M. R.
48384 Puopolo (Eds.), Personal
Peacefulness: Psychological
Departemen Agama Republik Indonesia. Perspectives (Peace Psychology Book
(2002). Al-Quran dan Terjemahnya: Series) (pp. 241–270). New York
Juz 1 – Juz 30 (Edisi 2002). Jakarta: Heidelberg Dordrecht London:
Mekar Surabaya. Springer.

Gameiro, S., Moura-Ramos, M., Johnson, M. D., & Anderson, J. R. (2015).


Canavarro, M. C., Santos, T. A., & Temporal Ordering of Intimate
Dattilio, F. M. (2011). Congruence of Relationship Efficacy and Conflict.
the Marital Relationship During Journal of Marriage and Family,
Transition to Parenthood: A Study 77(4), 968–981.
with Couples Who Conceived https://doi.org/10.1111/jomf.12198
Spontaneously or Through Assisted
Reproductive Technologies. Kluwer, E. S., & Johnson, M. D. (2007).
Contemporary Family Therapy, 33(2), Conflict Frequency and Relationship
91–106. Quality Across to Parenthood the
https://doi.org/10.1007/s10591-011- Transition. Journal of Marriage and
9153-7 Family 69, 69(5), 1089–1106.
https://doi.org/10.1111/j.1741-
Gardner, B. C., Busby, D. M., & Brimhall, 3737.2007.00434.x
A. S. (2007). Putting Emotional
Reactivity in Its Place? Exploring Knox, D., & Schacht, C. (2010). Choices in
Family-of-Origin Influences on Relationships: An Introduction to
Emotional Reactivity, Conflict, and Marrige and the Family (10th ed.).
Satisfaction in Premarital Couples. USA: Wadsworth Cengage Learning.
Contemporary Family Therapy, 29(3),
113–127. Mannarini, S., Balottin, L., Munari, C., &
https://doi.org/10.1007/s10591-007- Gatta, M. (2016). Assessing Conflict
9039-x Management in the Couple: The
Definition of a Latent Dimension. The
Heafner, J., Kang, H., Ki, P., & Tambling, Family Journal: Counseling and
R. B. (2016). Exploring Client Therapy for Couples and Families, 1–
Expectations in Marriage and Family 10.
Therapy. The Family Journal, 24(3), https://doi.org/10.1177/10664807166
256–262. 66066
https://doi.org/10.1177/10664807166
28582 Mayton, D. M. (2014). Peacefulness as
Nonviolent Dispositions. In G. K.
Hecker, L. L., & Trepper, T. S. (2000). Sims, L. L. Nelson, & M. R. Puopolo
REM Approach to Conflict Resolution (Eds.), Personal Peacefulness:
for Couples Therapy. Journal of Psychological Perspectives (Peace
Family Psychotherapy, 11(1), 47–57. Psychology Book Series) (pp. 241–
https://doi.org/10.1300/J085v11n01
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA
Tangerang Selatan, 15 April 2017

270). New York Heidelberg Dordrecht Proulx, C. M., Helms, H. M., & Buehler, C.
London: Springer. (2007). Marital Quality and Personal
Well-Being: A Meta-Analysis.
Meyer, D. D., Jones, M., Rorer, A., & Journal of Marriage and Family,
Maxwell, K. (2014). Examining the 69(August), 576–593.
Associations Among Attachment,
Affective State, and Romantic Rabindranathan, S. (2004).
Relationship Quality. The Family Intergenerational co-residence:
Journal: Counseling and Therapy for Conflict and Resolution in Familial
Couples and Families, 23(1), 18–25. Contexts in India. Asian Journal of
https://doi.org/10.1177/10664807145 Women’s Studies, 10(4), 58–78.
47698 https://doi.org/10.1080/12259276.200
4.11665980
Meyer, D., Robinson, B., Cohn, A.,
Gildenblatt, L., & Barkley, S. (2016). Ricco, R. B., & Sierra, A. (2017).
The Possible Trajectory of Argument Beliefs Mediate Relations
Relationship Satisfaction Across the Between Attachment Style and
Longevity of a Romantic Partnership: Conflict Tactics. Journal of
Is There a Golden Age of Parenting? Counseling & Development, 95(2),
The Family Journal: Counseling and 156–167.
Therapy for Couples and Families, https://doi.org/10.1002/jcad.12128
24(4), 344–350.
https://doi.org/10.1177/10664807166 Roberts, T. W., Booth, J., & Beach, S.
70141 (2016). Relationship Senescence:
Biosocial Factors Affecting
Nelson, L. L. (2014). Peacefulness as a Relationships. The Family Journal:
Personality Trait. In G. K. Sims, L. L. Counseling and Therapy for Couples
Nelson, & M. R. Puopolo (Eds.), and Families, 24(3), 247–255.
Personal Peacefulness: Psychological https://doi.org/10.1177/10664807166
Perspectives (Peace Psychology Book 48699
Series) (pp. 7–44). New York
Heidelberg Dordrecht London: Salvatore, J. E., Kuo, S. I.-C., Steele, R. D.,
Springer. Simpson, J. A., & Collins, W. A.
(2011). Recovering From Conflict in
Noller, P., & Feeney, J. A. (Eds.). (2002). Romantic Relationships: A
Power, Conflict, and Violence in Developmental Perspective.
Marital Interaction. In Understanding Psychological SciencePsychological
Marriage: Developments in the Study Science, 22(3), 376–383.
of Couple Interaction. Cambridge https://doi.org/10.1177/09567976103
CB2 2 RU United Kingdom: 97055
Cambridge University Press.
Schmidt, C. D., & Gelhert, N. C. (2017).
Olson, D., DeFrain, J., & Skogrand, L. Couples Therapy and Empathy: An
(2011). Marriages and Families: Evaluation of the Impact of Imago
Intimacy, Diversity, and Strengths (7th Relationship Therapy on Partner
ed.). New York, NY 10020: McGraw- Empathy Levels. The Family Journal:
Hill. Counseling and Therapy for Couples
and Families, 25(1), 23–30.
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA
Tangerang Selatan, 15 April 2017

https://doi.org/10.1177/10664807166 Weld, C., & Eriksen, K. (2006). The


78621 Challenge of Religious Conflicts in
Couples Counseling. The Family
Sims, G. K., Nelson, L. L., & Puopolo, M. Journal: Counseling and Therapy for
R. (2014). Introduction to Personal Couples and Families, 14(4), 383–
Peacefulness: Psychological 391.
Perspectives. In G. K. Sims, L. L. https://doi.org/10.1177/10664807062
Nelson, & M. R. Puopolo (Eds.), 91110
Personal Peacefulness: Psychological
Perspectives (Peace Psychology Book
Series) (pp. 1–6). New York
Heidelberg Dordrecht London:
Springer.

Strong, B., Devault, C., & Cohen, T. F.


(2011). The Marriage and Family
Experience: Intimate Relationships in
a Changing Society (11th ed.). USA:
Wadsworth Cengage Learning.

Vallacher, R. R., Coleman, P. T.,


Liebovitch, L., Kugler, K. G., &
Bartoli, A. (2013). Attracted to
Conflict: Dynamic Foundations of
Destructive Social Relations (Peace
Psychology Book Series). New York
Dordrecht London: Springer-Verlag
Berlin Heidelberg.

Webel, C. (2007). Introduction: Toward a


Philosophy and Metapsychology of
Peace. In C. Webel & J. Galtung
(Eds.), Handbook of Peace and
Conflict Studies (pp. 3–13). New York
NY 10016: Taylor & Francis e-
Library.

View publication stats

You might also like