You are on page 1of 14

GADJAH MADA JOURNAL OF PSYCHOLOGY ISSN 2407-7798 (Online)

VOLUME 6, NO. 1, 2020: 29-42 https://jurnal.ugm.ac.id/gamajop


DOI: 10.22146/gamajop.53991

Komparasi Antara Tingkat Kepuasan Seksual dan


Kepuasan Hubungan
(Hubungan Friends with Benefit vs. Hubungan Konvensional)

Comparison between Sexual Satisfaction and Relationship Satisfaction


(Friends with Benefit Relationship vs. Conventional Relationship)

M. Arief Sumantri1 & Putu Yunita Trisna Dewi 2


1Peneliti Independen

2Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Submitted 2 February 2020 Accepted 12 May 2020 Published 23 May 2020

Abstract. This study will compare the level of relationship satisfaction and sexual satisfaction. Measurement
of relationship satisfaction using the Relationship Assessment Scale that had been modified by researchers
and sexual satisfaction using a single item constructed by researchers. This study involved 178 participants
(89 in FWB group, 89 in conventional group), data collection was carried out online. Data analysis methods
used were independent sample t-tests and analysis of covariance. The results showed a difference in sexual
satisfaction (t = -3.74, p = 0.000) and relationship satisfaction (t = 5.88, p = 0.000) between conventional
relationship (married or courtship) and FWB relationship. Difference types of relationship were proven to
affect relationship satisfaction (F = 65.604, p < 0.01, Ƞ2p = 0.273), conventional groups based on estimated
means gave a higher effect. Different types of relationship also contributed sexual satisfaction (F = 42.008, p <
0.01, Ƞ2p = 0.194), FWB groups gave a higher effect. The difference types of relationship (official/conventional
and unofficial/FWB) can be used as a reference to explain why relationship satisfaction for conventional
relationship (married or dating) is higher than FWB relationship, and why sexual satisfaction for FWB is
higher than conventional relationship.

Keywords: FWB relationship; conventional relationship; sexual satisfaction; relationship satisfaction; type of
relationship

Abstrak. Penelitian ini akan membandingkan tingkat kepuasan hubungan dan kepuasan seksual.
Pengukuran kepuasan hubungan memakai Relationship Assesment Scale yang telah dimodifikasi oleh peneliti,
sedangkan untuk kepuasan seksual menggunakan single item yang disusun oleh peneliti. Penelitian ini
melibatkan 178 partisipan (89 kelompok FWB, 89 kelompok konvensional), pengumpulan data dilakukan
secara online. Analis data menggunakan independent sample t-test dan analisis kovarians. Hasil penelitian
menunjukkan adanya perbedaan kepuasan seksual (t = -3,74, p = 0,000) dan kepuasan hubungan (t = 5,88, p =
0,000) antara kelompok konvensional (menikah atau pacaran) dengan FWB. Perbedaan jenis ikatan terbukti
memberikan efek terhadap kepuasan hubungan (F = 65,604, p < 0,01, Ƞ2p = 0,273), kelompok konvensional
berdasarkan estimasi means memberi efek yang lebih tinggi. Perbedaan jenis ikatan juga berkontribusi
terhadap kepuasan seksual (F = 42,008, p < 0,01, Ƞ2p = 0,194), kelompok FWB memberi efek yang lebih tinggi.
Perbedaan jenis ikatan (ikatan resmi/ konvensional dan tidak resmi/ FWB) dapat dijadikan rujukan mengapa
kepuasan hubungan untuk hubungan konvensional (menikah atau pacaran) lebih tinggi dari hubungan
FWB, dan mengapa kepuasan seksual pada kelompok FWB lebih tinggi dari hubungan konvensional.

Kata kunci: hubungan FWB; hubungan konvensional; kepuasan hubungan; kepuasan seksual; jenis ikatan
1 Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilakukan melalui aripsumantri142@gmail.com
2
atau melalui yunitatrisnadewi@gmail.com

E-JOURNAL GAMAJOP 29
SUMANTRI & DEWI

Kejadian di tahun 2011, membuat istilah marital satisfaction, didefinisikan


Pengadilan Luton Crown di Inggris harus sebagai bentuk dari kebahagiaan (happiness)
menyelesaikan kasus seorang perempuan didalam berbagai aspek lingkup pernikahan
berusia 25 tahun yang bersikeras menuntut (Fallah, Naz, Ozgoli, Mehrabi, Farnam, &
keadilan di depan hakim dan dewan juri, Bakhtyari, 2018). Penelitian Baumeister dan
atas pemerkosaan terhadap dirinya dan Leary (dalam Walter, 2012) memberi
diketahui dilakukan oleh pasangan FWB- dukungan bahwa tingkat kepuasan
nya (Friends With Benefit) sendiri (Evans, hubungan dengan kadar romantisme yang
2013; Edwards, 2013). Pembelaan yang tinggi, akan meningkatkan kesejahteraan
diajukan MD (korban) pada hakim dan (well-being) individu, beberapa penelitian
dewan juri ialah perlunya untuk sebelumnya seperti yang dilakukan Ng dan
mempertimbangkan adanya kesepakatan Cheng (2010) menekankan akan pentingnya
diantara keduanya saat melakukan gairah (passion), dan tidak ketinggalan juga
hubungan seksual. perlunya humor (Butzer & Kuiper, 2008).
Topik seksualitas tidak hanya Kepuasan seksual (sexual satisfaction)
melingkupi daerah kekuasaan FWB merupakan affective response (tanggapan
relationship sebagai jenis hubungan yang yang melibatkan perasaan, bersifat
telah mendapat sorotan cukup tajam dari emosional), yang timbul dari evaluasi
pengamatan para peneliti. Tetapi juga subjektif individu terhadap dimensi positif
sering kali bahkan mungkin telah lebih maupun negatif yang berkaitan dengan
dulu, dihubungkan dengan kepuasan hubungan seksual (Byers, 1999). Konteks
hubungan pada wilayah hubungan pernikahan, hubungan seksual melalui
konvensional (pernikahan ataupun beberapa hasil penelitian dianggap menjadi
pacaran). Kepuasan seksual menjadi satu faktor penting hadirnya kepuasan
variabel dengan peran penting dan telah pernikahan diantara pasangan (Fallah et al.,
banyak mendapat klaim sebagai salah satu 2018). Meski dominan dianggap tabu,
penentu kepuasan hubungan (relationship terlebih dalam norma sosial dan
satisfaction), bahkan diyakini selain kebudayaan di Indonesia, namun perilaku
berkorelasi kuat & positif, kedua variabel seksualitas juga terjadi di kalangan individu
ini diyakini bersifat dua arah (Lawrence & yang belum terikat pernikahan (pre-marital
Byers, 1995; Sprecher, 2002; Byers, 2005). sexual). Hasil penelitian Fajri (2016) perihal
Rusbult (dalam Ursila, 2012) aktivitas bersama pasangan (pacar), pada
mengklasifikasi kepuasan hubungan 200 partisipan dengan rentang usia 18-22
sebagai bagian dari proses intrapersonal tahun memperoleh angka 13,5% untuk
individu, perihal hal positif serta partisipan yang melakukan hubungan
ketertarikan pada hubungan yang seksual. Melalui publikasi dan informasi
dijalaninya, juga menyangkut sejauh mana Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia,
kebutuhan pentingnya telah terpenuhi juga diketahui bahwa hasil survei dari
didalam hubungannya tersebut (Walter, Litbang Kesehatan bekerja sama dengan
2012). Pada wilayah pernikahan, kepuasan UNESCO memperoleh angka 5,6% untuk
hubungan kerap di identikkan dengan rata-rata remaja Indonesia yang melakukan

30 E-JOURNAL GAMAJOP
KEPUASAN SEKSUAL, KEPUASAN HUBUNGAN, FRIENDS WITH BENEFITS, KONVENSIONAL

seks pranikah (SDKI, 2018). Riset Berliana, Fincham, 2017). Istilah kekinian yang
Utami, Efendi, dan Kurniati (2019) pada mungkin tepat untuk kami (peneliti)
pasangan yang telah menikah, dari total sodorkan sebagai sebuah memetics ialah
sampel 37.276 sebanyak 4.183 responden TTN (teman tapi ngesex), yang merupakan
(11,22%) sebelum pernikahan telah turunan dari istilah populer TTM (teman
melakukan seks pra nikah, untuk usia para tapi mesra), mengingat beberapa artikel
responden sewaktu disurvei berada pada online terkini (misal: Oktiani, 2020;
rentang 15-54 tahun. Secara umum, seks pra Beautynesia, 2020; Indozone, 2020) belum
nikah (pre marital sex) diasosiasikan sebagai dapat memisahkan kedua istilah tersebut
bagian dari perilaku seks, namun dilakukan secara spesifik.
di luar ikatan pernikahan. Sarlito (2011) Peneliti menggunakan istilah
menjabarkannya sebagai bentuk tingkah “conventional relationship” yang terdiri atas
laku yang dilakukan oleh dua individu tipe hubungan berpacaran (courtship) dan
(perempuan dan laki-laku), didorong oleh pernikahan (marriage), untuk membedakan-
hasrat seksual di dalam ikatan yang belum nya dari jenis hubungan FWB. Pada riset-
sah secara agama maupun hukum. riset FWB sebelumnya, istilah dating lebih
Berbagai literatur perihal FWB terlihat sering digunakan dalam kategorisasi
menyeragamkan karakteristiknya ke dalam romantic relationship dengan hubungan
3 kategori (Hughes, Morrison, & Asada, FWB. Peneliti memakai istilah courtship
2005; Bisson & Levine, 2009; Lehmiller, selain untuk menyesuaikan dengan konteks
Vanderdrift, & Kelly, 2011; Owen & hubungan berpacaran di Indonesia, juga
Fincham, 2011): pertama, keintiman seksual mengingat istilah pada hubungan romantis
(sexual intimacy); kedua yaitu persahabatan (romantic relationship) telah banyak
yang tetap berlanjut (ongoing friendship); mengalami pergeseran, bahkan dengan
ketiga, adanya keinginan ataupun jenis hubungan yang beragam, di antaranya
kesepakatan di antara keduanya untuk adalah kencan kasual (casual dating), kencan
menghindari adanya komitmen romantis ekslusif (exclusive dating), sampai jenis
secara resmi (berpacaran/ courtship/ dating hubungan tanpa ikatan/no strings attached
ataupun menuju ke tahap (Ong, 2018). Definisi dating saat ini juga
pernikahan/marriage). Gusarova, Fraser, dan begitu rumit, dalam konteks sosial
Alderson (2012) berpendapat bahwa FWB Indonesia istilah dating sering
sebagai suatu hubungan yang berawal dari diterjemahkan sebagai hubungan pacaran.
persahabatan ataupun perkenalan, Perihal konsep courtship sendiri hingga saat
kemudian berlanjut pada beberapa ini tetap dipertahankan, meskipun dating
tingkatan dalam keintiman seksual untuk dianggap sebagai pendekatan yang lebih
jangka waktu yang tidak ditentukan, dan modern, bermula dari laki-laki dan
bagi kedua individu hal tersebut dianggap perempuan yang memulai hubungan lebih
sebagai hubungan non-dating. Secara dari sekadar teman. John Piper (dalam
singkat, dapat diperjelas bahwa FWB cukup Weigel, 2016) membedakan konsep
dengan memadukan unsur persahabatan & courtship dengan konsep dating, di mana
keintiman fisik, yakni seksualitas (Owen & courtship akan selalu menjadikan

E-JOURNAL GAMAJOP 31
SUMANTRI & DEWI

pernikahan sebagai tujuan utamanya, partisipan FWB. Kemudian menguji peran


sedangkan dating bisa menjadikan jenis ikatan (resmi dan tidak resmi)
pernikahan sebagai tujuan tetapi bisa juga terhadap kepuasan hubungan dengan
tidak. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengontrol kepuasan seksual (H3), dan
memilih untuk menggunakan istilah peran jenis ikatan terhadap kepuasan
courtship sesuai dengan konsep berpacaran seksual dengan mengontrol kepuasan
di Indonesia, yang cenderung dijadikan hubungan (H4). Hubungan FWB dalam
persinggahan sebelum memutuskan untuk penelitian ini dikategorikan sebagai jenis
menuju ke tahap selanjutnya, yakni hubungan yang tidak resmi, didasarkan
pernikahan. pada salah satu aturan di dalam hubungan
Beberapa penelitian komparasi FWB yang harus disepakati, yaitu menjaga
terhadap hubungan FWB antara lain kerahasiaan hubungan (Hughes, Morrison,
dilakukan Bisson & Levine (2009), yang & Asada, 2005). Secara eksplisit FWB juga
mengaitkan tingkat keintiman, gairah, dan tidak memiliki komitmen untuk menjadi
komitmen partisipan pada skala cinta pasangan resmi ataupun membangun masa
segitiga Stenberg. Lalu Fuman dan Schaffer depan bersama (Vrangalova, 2014).
(2011), di mana romantic relationship Kemungkinan hal tersebut disepakati di
memiliki frekuensi lebih tinggi dalam awal hubungan, sebab beberapa individu
aktivitas seksual maupun non-seksual. yang menjalani hubungan FWB ada pula
Lehmiller, Vanderdrift, dan Kelly (2014) yang pada akhirnya beralih ke status
mengaitkannya dengan komunikasi berpacaran (Dewi & Sumantri, 2020).
seksual, kepuasan, serta perilaku Kemudian hubungan konvensional
penggunaan alat kontrasepsi. Kemudian dikategorikan sebagai jenis hubungan yang
Birnie-Porter dan Hunt (2015) yang resmi, di mana aturan untuk menjaga
membandingkan kepuasan seksual pada kerahasiaan hubungan tidak berlaku ketat.
lima tipe jenis hubungan, yaitu antara FWB, Selain itu dalam hubungan konvensional
kencan kasual (casual dating), kencan juga terdapat komitmen untuk menuju
ekslusif (exclusive dating), pertunangan jenjang pernikahan bagi mereka yang
(engaged), dan menikah (married). menjalani hubungan pacaran (misal:
Hubungan FWB telah menjadi subjek Knight, 2014), sedang bagi mereka yang
perhatian media dan para peneliti, namun telah menikah terdapat komitmen untuk
masih relatif sedikit yang diketahui terus melanjutkan dan memelihara/
mengenai mereka, terutama perbedaannya mempertahankan kelangsungan hubungan.
dengan jenis hubungan lainnya (Lehmiller Penelitian ini cukup penting untuk
et al., 2014). Tujuan dalam penelitian ini dilakukan mengingat gaya/ jenis hubungan
sendiri akan mengkaji tiga hal, yaitu FWB juga telah banyak dilakukan di
kepuasan seksual, kepuasan hubungan, Indonesia, sehingga penyelidikan ilmiah
serta jenis ikatan (type of relationship). juga perlu untuk ditingkatkan agar semakin
Peneliti menguji perbedaan kepuasan memberikan gambaran yang luas dan
hubungan (H1) dan kepuasan seksual (H2) konkret terkait fenomena tersebut.
di antara partisipan konvensional dan

32 E-JOURNAL GAMAJOP
KEPUASAN SEKSUAL, KEPUASAN HUBUNGAN, FRIENDS WITH BENEFITS, KONVENSIONAL

Metode partisipan yang telah menikah), dan 71


partisipan berstatus belum menikah (dipilih
Partisipan berdasarkan pada pengurutan nomor yang
Pengumpulan data dilaksanakan pada datanya lebih dulu terekam dalam Google
pertengahan bulan September 2019, melalui Form).
Google Form (online). Pengumpulan data Seluruh partisipan pada penelitian ini
dilakukan dalam 2 (dua) gelombang, berada pada rentang usia 20 hingga 48
pertama untuk menjaring partisipan dalam tahun (M = 26,30; SD = 4,44). Data
lingkup FWB relationship, kedua untuk demografi partisipan berdasarkan jenis
lingkup conventional relationship (menikah kelamin: perempuan 154 (86,5 %), dan laki-
atau pacaran). Karakteristik partisipan laki 24 (13,5 %). Berdasarkan jenis
kelompok FWB ialah sedang atau pernah hubungan: kelompok konvensional (47
menjalani hubungan friends with benefit menikah; 42 pacaran). Status hubungan
dalam kurun waktu 2 tahun terakhir, kelompok konvensional adalah ikatan resmi
sedangkan kelompok konvensional ialah yang sedang dijalani saat pengisian skala.
mereka yang saat ini tengah terikat status Status keseluruhan partisipan konvensional
pernikahan ataupun pacaran. Penelitian ini saat pengisian skala adalah tidak memiliki
merupakan satu rangkaian hasil analisis pasangan FWB. Khusus untuk partisipan
pada dinamika hubungan FWB, tahap yang menikah tidak diketahui apakah
analisis awal (Dewi & Sumantri, 2020) sebelum pernikahan telah melakukan seks
peneliti berfokus pada pengujian beberapa pra nikah atau tidak. Tetapi untuk
variabel yang khusus hanya melibatkan partisipan yang berpacaran berdasarkan
partisipan FWB. Melihat peluang yang lebih pengisian skala bisa dipastikah telah
jauh maka peneliti melakukan uji melakukan seks pra nikah. Kemudian
komparasi, sehingga dilakukanlah tahap kelompok FWB; berdasarkan status
pengumpulan data untuk partisipan hubungan yang sedang dijalani saat
hubungan konvensional. Hasil dari pengisian skala diketahui sebanyak 18 telah
pengumpulan data tahap 2 (dua) berjumlah menikah dan 71 belum menikah.
89 partisipan (47 menikah; 42 pacaran), Sedangkan status bersama pasangan FWB
kemudian mempertimbangkan tingkat mereka saat pengisian skala diketahui
keakuratan dan juga kesamaan variansi untuk partisipan yang telah menikah
dalam uji perbandingan, maka jumlah sebanyak 7 partisipan tetap menjalani
partisipan di setiap kelompok hubungan FWB (di luar ikatan pernikahan),
diseimbangkan. Sebanyak 89 partisipan 2 berpacaran (di luar ikatan pernikahan), 3
FWB dari total keseluruhan data yang berteman tanpa melakukan hubungan
terkumpul pada tahap pertama digunakan seksual, 6 lainnya tidak menjalin hubungan
dalam data uji komparasi, 18 partisipan apapun (lost contact).
berstatus telah menikah pada saat pengisian
skala (diambil secara kolektif tanpa melihat Instrumen pengukuran
nomor urut perekaman data, dikarenakan Pengukuran kepuasan hubungan
kelompok konvensional juga berisi (relationship satisfaction) pada kelompok

E-JOURNAL GAMAJOP 33
SUMANTRI & DEWI

konvensional maupun FWB menggunakan seksual dengan mengontrol kepuasan


alat ukur Relationship Assesment Scale dari hubungan.
Hendrick (1988) yang telah dimodifikasi
dan diuji coba oleh peneliti (α= 0,791). Skala Hasil
terdiri atas 7 aitem dengan 5 rentang pilihan
jawaban, salah satu aitem berbunyi Hasil uji normalitas K-S menunjukkan data
“seberapa baik pasangan Anda memenuhi terdistribusi normal (p > 0,05). Uji
kebutuhan afeksi (perasaan) Anda”. Sedangkan homogenitas juga menunjukkan data
pengukuran kepuasan seksual (sexual bersifat homogen, baik pada kepuasan
satisfaction) memakai single item yang hubungan (p > 0,05) dan kepuasan seksual
disusun oleh peneliti (nilai validitas (p > 0,05). Hasil pengujian hipotesis

Tabel 1.
Hasil Uji Independent Sample T-test
Gaya Hubungan
Konvensional FWB Selisih
Variabel T df Nilai p
Mean
M SD M SD

Kepuasan Hubungan 28,25 3,71 25,11 3,38 3,135 5,88 176 ,000**

Kepuasan Seksual 3,89 ,85 4,31 ,65 -,427 -3,74 176 ,000**
N= 178 (89 konvensional, 89 FWB) *p < 0,05, **p < 0,01

berdasarkan tabel Aiken’s V, untuk 7 rater ditunjukkan oleh tabel 1.


(0,050) = 0,800 > 0,714), berisi pernyataan Hasil analisis menunjukkan adanya
kepuasan partisipan terhadap hubungan perbedaan kepuasan hubungan (t= 5,88, p <
seksual bersama pasangannya, pilihan 0,01) dan kepuasan seksual (t= -3,74, p <
jawaban terdiri atas 6 rentang pilihan. 0,01) antara kelompok konvensional dengan
Kedua skala pengukuran bersifat kelompok FWB. Kelompok konvensional
unidimensional. menunjukkan tingkat kepuasan hubungan
yang lebih tinggi, sedangkan kelompok
Analisis data FWB lebih tinggi pada tingkat kepuasan
Data dianalisis menggunakan independent seksual.
sample t-test untuk melihat perbedaan Model (Tabel 2) menunjukkan bahwa
kepuasan hubungan dan kepuasan seksual kepuasan seksual memiliki hubungan linear
antara kelompok konvensional dan FWB. sekaligus berperan terhadap kepuasan
Kemudian analisis kovarians untuk hubungan (F = 43,431, p < 0,01), yang berarti
mengetahui peran perbedaan jenis ikatan bahwa peningkatan kepuasan seksual juga
terhadap kepuasan hubungan dengan akan meningkatkan kepuasan hubungan
mengontrol kepuasan seksual, serta peran (positive effect). Perbedaan jenis ikatan secara
perbedaan jenis ikatan terhadap kepuasan parsial juga berkontribusi terhadap
kepuasan hubungan (F = 65,604, p < 0,01,

34 E-JOURNAL GAMAJOP
KEPUASAN SEKSUAL, KEPUASAN HUBUNGAN, FRIENDS WITH BENEFITS, KONVENSIONAL

Tabel 2.
Hasil Analisis Kovarians Kepuasan Hubungan
Jumlah Rerata Ƞ2p
Sumber Variasi df F p
Kuadrat Kuadrat
Corrected Model 879,000a 2 439,500 43,215 ,000 ,331
Intercept 1932,854 1 1932,854 190,055 ,000 ,521
Kepuasan ,199
441,691 1 441,691 43,431 ,000
Seksual
Jenis Ikatan 667,193 1 667,193 65,604 ,000 ,273
Error 1779,747 175 10,170
Total 129361,000 178
Corrected Total 2658,747 177
a. R Squared = ,331 (Adjusted R Squared = ,323); Dependent Variable: Kepuasan Hubungan

Ƞ2p = 0,273), sehingga terdapat perbedaan berperan terhadap kepuasan seksual (F =


kepuasan hubungan antara kelompok 42,008, p < 0,01, Ƞ2p = 0,194), sehingga
konvensional dan FWB, di mana kelompok terdapat perbedaan kepuasan seksual di
konvensional berdasarkan estimasi means antara kelompok konvensional dan FWB, di
memberi efek yang lebih tinggi. Secara mana kelompok FWB berdasarkan estimasi
simultan perbedaan jenis ikatan dan means (Grafik 2.) menunjukkan skor yang
kepuasan seksual berperan terhadap lebih tinggi. Secara simultan perbedaan
kepuasan hubungan (F = 43,215, p < 0,01, jenis ikatan dan kepuasan hubungan
2
Ƞ p = 0,331). Berdasar tabel estimasi means mempengaruhi kepuasan seksual (F =
dengan mengontrol kepuasan seksual 30,396, p < 0,01, Ƞ2p = 0,258).
(Grafik 1.) menunjukkan selisih mean yang
bertambah antara kelompok konvensional/ Diskusi
ikatan resmi (28,69) dan kelompok FWB/
ikatan tidak resmi (24,66). Hasil uji komparatif memperlihatkan
Berdasarkan model (Tabel 3), adanya perbedaan, baik dari segi kepuasan
perbedaan jenis ikatan secara parsial seksual maupun kepuasan hubungan

Grafik 1. Estimasi means kepuasan hubungan

E-JOURNAL GAMAJOP 35
SUMANTRI & DEWI

Tabel 3.
Hasil Analisis Kovarians Kepuasan Seksual
Jumlah Rerata
Sumber Variasi df F p Ƞ2p
Kuadrat Kuadrat
Corrected Model 28,407a 2 14,203 30,396 ,000 ,258
Intercept 7,379 1 7,379 15,791 ,000 ,083
Kepuasan Hubungan 20,294 1 20,294 43,431 ,000 ,199
Jenis_Ikatan 19,629 1 19,629 42,008 ,000 ,194
Error 81,773 175 ,467
Total 3104,000 178
Corrected Total 110,180 177
a. R Squared = .258 (Adjusted R Squared = .249); Dependent Variable: Kepuasan Seksual

Grafik 2. Estimasi means kepuasan seksual

di antara kelompok FWB dan konvensional. perpacaran (courtship) dan pernikahan


Tingkat kepuasan hubungan lebih tinggi (marriage), sedang jenis ikatan tidak resmi
pada kelompok konvensional, sedangkan ialah jenis ikatan yang terdapat pada
kelompok FWB lebih mendominasi tingkat hubungan FWB. Hal ini di dasarkan pada
kepuasan seksual. Hingga saat ini belum salah satu aturan yang harus disepakati
ada referensi teoretis ataupun bukti ilmiah dalam hubungan FWB, yaitu kerahasiaan
yang benar-benar dapat dijadikan rujukan hubungan (Hughes, Morrison, & Asada,
perihal mengapa kepuasan seksual 2005), serta tidak adanya komitmen untuk
kelompok FWB lebih tinggi dibandingkan menjadi pasangan resmi (Vrangalova, 2014).
dengan kelompok konvensional, begitu pun Telah dipaparkan di bagian pendahuluan,
sebaliknya mengapa tingkat kepuasan bahwa hubungan FWB secara singkat dapat
hubungan kelompok konvensional bisa dipahami hanya memadukan unsur
lebih tinggi dari kelompok FWB. persahabatan dan keintiman fisik, yakni
Peneliti sendiri mengusulkan agar seksualitas (Owen & Fincham, 2017). Salah
menganalisis hal tersebut melalui jenis satu karakteristik dari jenis hubungan FWB
ikatan yang ada di dalam hubungan juga mengharuskan individu untuk
tersebut, antara jenis ikatan yang resmi dan menghindari terjadinya komitmen/ikatan
tidak resmi. Jenis ikatan resmi ialah jenis romantis secara resmi (Bisson & Levine,
ikatan yang terdapat pada hubungan 2009). Motivasi individu untuk memasuki

36 E-JOURNAL GAMAJOP
KEPUASAN SEKSUAL, KEPUASAN HUBUNGAN, FRIENDS WITH BENEFITS, KONVENSIONAL

hubungan jenis FWB pun seperti di kepuasan seksual partisipan. Jenis ikatan
kemukakan oleh Weiten, Dunn, dan tidak resmi/ FWB berdasarkan estimasi
Hammer (2012) adalah untuk menyalurkan means memberi kontribusi lebih
hasrat seksualnya. FWB dari sudut pandang dibandingkan jenis ikatan resmi, sehingga
ini ialah logis bila lebih cenderung tingkat kepuasan seksual kelompok FWB
mengedepankan kepuasan seksual yang lebih tinggi dari kelompok konvensional.
juga menjadi salah satu ciri khasnya, Hal sebaliknya akan berbeda dengan
ketimbang kepuasan hubungan. Meski hubungan jenis konvensional yang telah
intimasi juga dapat meningkatkan memiliki ikatan resmi di dalam hubungan
kepuasan hubungan dalam FWB, tetapi mereka (pacaran maupun menikah),
dengan adanya perasaan cemburu (jealousy) sehingga individu memiliki hak untuk
yang muncul dan terkadang harus ditekan melarang ataupun menampilkan ekspresi
saat pasangan menggoda orang lain, selain marah ketika perasaan cemburu muncul
menurunkan kepuasan hubungan (Dewi & saat pasangan berinteraksi dengan orang
Sumantri, 2020), dalam hal ini peneliti lain. Sedangkan pada hubungan FWB,
berpendapat hal tersebut hanya akan individu tidak berhak bahkan tidak berdaya
semakin menguatkan titik fokus FWB pada untuk melarang ataupun merasa marah
kepuasan seksual. Terlebih dalam (Knight, 2014). Selain itu, laki-laki dan
hubungan FWB, individu tidak memiliki perempuan yang terikat dalam ikatan
hak untuk marah ataupun melarang pacaran dapat menyusun perencanaan yang
pasangannya agar tidak berinteraksi bertujuan pada pernikahan. Sebagaimana
dengan orang lain (Knight, 2014). Melalui diungkapkan oleh Miller dan Clark (2010)
hasil riset Dewi dan Sumantri (2020), bahwa di dalam ikatan berpacaran terdapat
diketahui sebanyak 104 partisipan yang proses untuk saling menjajaki, menyelidiki,
menjalani hubungan FWB merasa senang, serta mengukur kemungkinan untuk
puas, bahkan ketagihan, dikarenakan mencapai komitmen tahap selanjutnya,
kebutuhan seksual dan afeksi dapat dimana kedua individu dalam relasi
terpenuhi tanpa perlu adanya komitmen pacaran dapat memutuskan untuk
(ikatan yang resmi). Sebanyak 106 melanjutkan ke jenjang pernikahan. Paul
partisipan juga menyadari bahwa dan White (dalam Santrok, 2014) juga telah
hubungan FWB merupakan hubungan mengungkapkan bahwa salah satu fungsi
pertemanan yang mengutamakan dari ikatan berpacaran (dating) ialah untuk
pemenuhan kebutuhan seksualitas, tanpa memilih dan menyeleksi pasangan, sebagai
melibatkan komitmen dan perasaan cinta. masa perkenalan untuk suatu hubungan
Hasil analisis kovarians menunjukkan ditahap selanjutnya. Pada konteks
adanya peran perbedaan jenis ikatan (ikatan pernikahan, salah satu argument
resmi dan tidak resmi) terhadap tingkat pendukung yang mengedepankan
kepuasan seksual. Jenis ikatan memberi kepuasan hubungan dikemukakan oleh
efek senilai 0,194 atau sebesar 19,4%, Hellmich (Handayani, Suminar, Hendriani,
menunjukkan adanya faktor-faktor lain Alfian & Hartini, 2008), bahwa seiring
(80,6%) yang turut serta berperan terhadap bertumbuhnya usia perkawinan maka

E-JOURNAL GAMAJOP 37
SUMANTRI & DEWI

kebutuhan seksual akan menurun, namun hubungan yang berkontribusi terhadap


di satu sisi akan menguatkan kualitas kepuasan seksual. Berdasarkan hasil
persahabatan. Perlu untuk diberi catatan penelitian sebelumnya; juga pada definisi,
bahwa hal ini dapat terjadi jika pasangan unsur, serta karakteristik yang telah
tersebut telah sampai di titik saling berkembang sejauh ini mengenai hubungan
bertanggung jawab serta saling FWB; maka disimpulkan jika kepuasan
mempercayai. Perkara seks meskipun hubungan tidak dianggap lebih penting
bukanlah segala-galanya namun memegang dari kepuasan seksual. Melalui hasil
peranan penting di dalam intimate penelitian ini, jenis hubungan FWB terbukti
relationship, yang akan memengaruhi lebih mengutamakan unsur kepuasan
kualitas perkawinan (Handayani et al., seksual (sexual satisfaction).
2008). Hasil analisis kovarians pada Keterbatasan penelitian di antaranya
penelitian ini menunjukkan kontribusi adalah terfokus pada pengujian variabel
perbedaan jenis ikatan terhadap tingkat dan bukan pada populasi di suatu
kepuasan hubungan partisipan, Jenis ikatan wilayah/kawasan tertentu, alat ukur
memberikan efek sebesar 0,273 atau 27,3%. kepuasan seksual yang digunakan terdiri
Hal ini menunjukkan adanya faktor-faktor dari satu aitem tunggal (single item), jumlah
lain (72,7%) yang juga turut serta partisipan lebih didominasi oleh
berkontribusi terhadap kepuasan hubungan perempuan sehingga tidak dilakukan uji
partisipan. Jenis ikatan resmi/ konvensional perbedaan berdasarkan jenis kelamin.
pada grafik estimasi means menunjukkan
kontribusi yang melebihi jenis ikatan tidak Kesimpulan
resmi/FWB. Oleh karenanya, disimpulkan
bahwa tingkat kepuasan hubungan Ada perbedaan kepuasan seksual dan
kelompok konvensional lebih tinggi dari kepuasan hubungan diantara kelompok
kelompok FWB. konvensional dan kelompok FWB.
Hasil uji hipotesis juga menunjukkan Perbedaan jenis ikatan (resmi dan tidak
bahwa variabel kepuasan seksual berperan resmi) juga terbukti berperan terhadap
terhadap kepuasan hubungan, sebagaimana kepuasan hubungan, kelompok
ditunjukkan oleh beberapa penelitian konvensional berdasarkan estimasi means
sebelumnya, semisal Sprecher (2002) dalam berperan lebih besar. Secara simultan
konteks pacaran (dating), Fallis et al. (2016) perbedaan jenis ikatan dan kepuasan
konteks hubungan jangka panjang (long seksual memiliki peran terhadap kepuasan
term relationship), lalu Givi dan Setayesh hubungan. Perbedaan jenis ikatan juga
(2018) konteks pernikahan (marriage). memberikan efek terhadap kepuasan
Perihal hubungan yang terjalin diantara seksual, dengan kelompok FWB
kedua variabel dapat dilihat dari studi berdasarkan estimasi means menunjukkan
Fallis et al. (2016), yang menunjukkan skor lebih tinggi. Secara simultan
kepuasan seksual berperan terhadap perbedaan jenis ikatan dan kepuasan
kepuasan hubungan, dan hasil riset Vowels hubungan berperan terhadap kepuasan
dan Mark (2018), di mana kepuasan seksual. Perbedaan jenis ikatan (resmi dan

38 E-JOURNAL GAMAJOP
KEPUASAN SEKSUAL, KEPUASAN HUBUNGAN, FRIENDS WITH BENEFITS, KONVENSIONAL

tidak resmi) untuk saat ini dapat


menjelaskan mengapa kepuasan hubungan Kepustakaan
jenis hubungan konvensional (menikah
atau pacaran) lebih tinggi dari kelompok Berliana, S. M., Utami, E. D., Efendi, F., &
hubungan FWB, dan mengapa kepuasan Kurniati, A. (2018). Premarital sex
seksual pada jenis hubungan FWB lebih initiation and the time interval to first
tinggi dari jenis hubungan konvensional. marriage among Indonesians. Bulletin
Pelabelan resmi (konvensional) dan tidak of Indonesian Economic Studies, 54(2),
resmi (FWB) menggunakan dua kategori, 215-232. doi:
(1) kerahasiaan hubungan di depan publik, 10.1080/00074918.2018.1440067
(2) komitmen untuk melanjutkan dan Beautynesia. (2020, Februari 28). Apa sih
memelihara/ mempertahankan hubungan. perbedaan TTM, FWB, dan friendzone
dalam suatu hubungan. Beautynesia.id.
Saran Diakses melalui
Saran dari peneliti untuk penelitian https://beautynesia.id/51576/article/lif
selanjutnya antara lain pengujian kepuasan e/apa-sih-perbedaan-ttm-fwb-dan-
seksual terhadap kepuasan hubungan friendzone-dalam-suatu-hubungan
dengan hanya melibatkan partisipan FWB, Birnie-Porter, C., & Hunt, M. (2015). Does
atau juga dapat mengkaji perbedaan relationship status matter for sexual
keduanya pada partisipan yang pernah satisfaction? The roles of intimacy and
menjalani FWB namun saat ini telah attachment avoidance in sexual
menjalin hubungan yang resmi (menikah satisfaction across five types of
atau pacaran). Terkait kelemahan ongoing sexual relationships. The
penelitian, peneliti selanjutnya diharapkan Canadian Journal of Human Sexuality,
bisa menggeneralisasi hasil penelitian ini 24(2), 174-183. doi: 10.3138/cjhs.242-
pada kawasan/wilayah tertentu, juga A5
mempertimbangkan penggunaan skala Bisson, M. A., & Levine, T. R. (2009).
kepuasan seksual yang multidimensional Negotiating a friends with benefits
serta memastikan susunan sampel laki-laki relationship. Archives of Sexual
dan perempuan proporsional. Hasil Behavior, 38(1), 66-73. doi:
penelitian ini dapat menjadi bahan referensi 10.1007/s10508-007-9211-2
penelitian, baik bagi ilmuwan maupun Butzer, B., & Kuiper, N. A. (2008). Humor
praktisi di bidang lainnya yang tertarik use in romantic relationships: The
untuk mengkaji fenomena FWB. Tidak effects of relationship satisfaction and
ketinggalan juga, penelitian ini dapat pleasant versus conflict situations. The
menjadi referensi bagi individu yang Journal of Psychology, 142(3), 245-260.
mungkin saja sedang menjalani hubungan doi: 10.3200/JRLP.142.3.245-260
FWB. Memilih jenis hubungan merupakan Byers, E. S. (1999). The interpersonal
hak setiap individu, tetapi perlu diingat exchange model of sexual satisfaction:
bahwa segala manfaat serta konsekuensi Implications for sex therapy with
juga akan berdampak pada diri sendiri. couples. Canadian Journal of

E-JOURNAL GAMAJOP 39
SUMANTRI & DEWI

Counselling and Psychotherapy/Revue tidak dipublikasikan). Universitas


canadienne de counseling et de Muhammadiyah Malang, Malang.
psychothérapie, 33(2), 95-111. Fallah, M., Naz, M. S. G., Ozgoli, G.,
Byers, E. S. (2005). Relationship satisfaction Mehrabi, Y., Farnam, F., & Bakhtyari,
and sexual satisfaction: A longitudinal M. (2018). Correlation of women’s
study of individuals in long‐term marital and sexual satisfaction in
relationships. Journal of Sex Research, different family life cycle stages in
42(2), 113-118. doi: Khorram Abad, Iran. International
10.1080/00224490509552264 Journal of Womens Health and
Ng, T. K.,& Cheng, H. K. (2010). The effects Reproduction Sciences, 6(4), 432-437.
of intimacy, passion, and commitment doi: 10.15296/ijwhr.2018.72
on satisfaction in romantic Fallis, E. E., Rehman, U. S., Woody, E. Z., &
relationships among Hong Kong Purdon, C. (2016). The longitudinal
Chinese people. Journal of Psychology association of relationship satisfaction
in Chinese Societies, 11(2), 123-146. and sexual satisfaction in long-term
Dewi, P. Y. T., & Sumantri, M. A. (2020). relationships. Journal of Family
Menguji kepuasan hubungan melalui Psychology, 30(7), 822-831. doi:
intimasi dan perasaan cemburu pada 10.1037/fam0000205
pelaku hubungan friends with Furman, W., Shaffer, L. (2011). Romantic
benefits. Jurnal Psikologi Teori dan partners, friends, friends with
Terapan, 10(2), 114-126.doi: benefits, and casual acquaintances as
10.26740/jptt.v10n2.p114-126 sexual partners. Journal of Sex Research,
Edwards, A. (2013, Januari 03). Man, 28, 48(6), 554-564. doi:
accused of raping 'friend with 10.1080/00224499.2010.535623
benefits' when she started new Givi, H. G., & Setayesh, S. (2018).
relationship and wanted to end fling. Relationship between Sexual
Dailymail.co.uk. Diakses melalui Satisfaction and Body Image and
https://www.dailymail.co.uk/news/art Attachment Styles with Marital
icle-2256554/Man-28-accused-raping- Satisfaction. Journal of Psychology &
friend-benefits-started-new- Psychotherapy, 8(1), 1-6. doi:
relationship-wanted-end-fling.html 10.4172/2161-0487.1000335
Evans, M. (2013, Januari 02). Friends with Gusarova, I.,Fraser, V., & Alderson, K. G.
benefits relationship ended in rape court (2012). A quantitative study of
hears. Diakses melalui "friends with benefits" relationships.
https://www.telegraph.co.uk/news/97 The Canadian Journal of Human
76502/Friends-with-benefits- Sexuality, 21(1), 41-58.
relationship-ended-in-rape-court- Handayani, M. M., Suminar, D. R.,
hears.html Hendriani, W., Alfian, I. N., & Hartini,
Fajri, D. K. (2016). Gaya cinta dan perilaku N. (2008). Psikologi Keluarga. Surabaya:
seksual pranikah mahasiswa (Skripsi Fakultas Psikologi Universitas
Airlangga.

40 E-JOURNAL GAMAJOP
KEPUASAN SEKSUAL, KEPUASAN HUBUNGAN, FRIENDS WITH BENEFITS, KONVENSIONAL

Hendrick, S. S. (1988). A generic measure of partners. Journal of Sex Research, 51(1),


relationship satisfaction. Journal of 74-85. doi:
Marriage and the Family, 50(1), 93–98. 10.1080/00224499.2012.719167
doi: 10.2307/352430 Miller & Clark. (2010). Dating - Philosophy for
Hughes, M., Morrison, K., & Asada, K. J. K. everyone: Flirting with big ideas. United
(2005). What's love got to do with it? Kingdom: John Wiley & Sons.
Exploring the impact of maintenance Oktiani, V. (2020, Februari 20). Apa
rules, love attitudes, and network bedanya TTM, FWB, dan friendzone.
support on friends with benefits Wolipop.detik.com. Diakses melalui
relationships. Western Journal of https://wolipop.detik.com/love/d-
Communication, 69(1), 49-66. doi: 4907547/apa-bedanya-ttm-fwb-dan-
10.1080/10570310500034154 friendzone
Indozone. (2020, Februari 21). Biar nggak Owen, J., & Fincham, F. D. (2011). Effects of
terjebak ketahui bedanya friendzone gender and psychosocial factors on
FWB TTM dan ONS. Indozone.id. “friends with benefits” relationships
Diakses melalui among young adults. Archives of
https://www.indozone.id/life/JMs8Wl/ Sexual Behavior, 40(2), 311-320. doi:
biar-nggak-terjebak-ketahui-bedanya- 10.1007/s10508-010-9611-6
friendzone-fwb-ttm-dan-ons/read-all Owen, J., Fincham, F. D., & Polser, G. (2017).
Knight, K. (2014). Communicative Couple identity, sacrifice, and
dilemmas in emerging adults’ friends availability of alternative partners:
with benefits relationships: Dedication in friends with benefits
Challenges to relational talk. Emerging relationships. Archives of Sexual
Adulthood, 2(4), 270-279. doi: Behavior, 46(6), 1785-1791. doi:
10.1177/2167696814549598 10.1007/s10508-016-0716-4
Lawrance, K., & Byers, E. S. (1995). Sexual Ong, V. (2018, Agustus 11). In 2020, dating
satisfaction in long‐term heterosexual & being attached are 2 completely
relationships: The interpersonal different things. goodyfeed.com.
exchange model of sexual satisfaction. Diakses melalui
Personal Relationships, 2(4), 267-285. https://goodyfeed.com/in-2018-dating-
doi: 10.1111/j.1475-6811.1995.tb00092.x being-attached-are-2-completely-
Lehmiller, J. J., Vanderdrift, L. E., & Kelly, J. different-things/
R. (2011). Sex differences in Santrock, J.W. (2014). Adolescence (Edisi
approaching friends with benefits kelima belas). Jakarta, Indonesia:
relationships. Journal of Sex Research, Erlangga.
48(2-3), 275-284. doi: Sarlito, W. S. (2011). Psikologi remaja. (Edisi
10.1080/00224491003721694 kelima) Jakarta, Indonesia: Grafindo
Lehmiller, J. J., Vanderdrift, L., & Kelly, J. R. Persada.
(2014). Sexual communication, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
satisfaction, and condom use behavior (SDKI) (2018). 5,6% remaja telah
in friends with benefits and romantic melakukan seks pranikah; adiksi

E-JOURNAL GAMAJOP 41
SUMANTRI & DEWI

pornografi terhadap penularan HIV/AIDS Vrangalova, Z. (2014, Februari 10). What


(surat kabar suara pembaruan tanggal 28 happens after friends-with-benefits?
Agustus 2018). Diakses melalui Can the friendship survive when the
http://sdki.bkkbn.go.id/index.php?lan benefits end? psychologytoday.com.
g=id&what=news-detail& Diakses melalui
id=9&type=news https://www.psychologytoday.com/in
Sprecher, S. (2002). Sexual satisfaction in tl/blog/strictly-casual/201402/what-
premarital relationships: Associations happens-after-friends-benefits
with satisfaction, love, commitment, Walter, C. M. (2012). Relationship satisfaction:
and stability. Journal of Sex Research, The influence of attachment, love styles
39(3), 190-196. doi: and religiosity (Tesis tidak
10.1080/00224490209552141 dipublikasikan). Dublin Business
Ursila, F. M. (2012). Hubungan kepuasan School, Dublin.
hubungan romantis dan psychological Weigel, M. (2016). Labor of love: The invention
well being pada mahasiswa yang of dating. New York, US: Farrar, Straus
berpacaran (Skripsi tidak and Giroux
dipublikasikan). Universitas Weiten, W., Dunn. D.S., & Hammer, E.Y.
Indonesia, Depok. (2012). Psychology applied to modern life:
Vowels, L. M., & Mark, K. P. (2018). Adjustment in the 21st century (Edisi
Relationship and sexual satisfaction: kesepuluh). United States: Cengage
A longitudinal actor–partner Learning.
interdependence model approach.
Sexual and Relationship Therapy, 46-59.
doi: 10.1080/14681994.2018.1441991

42 E-JOURNAL GAMAJOP

You might also like