You are on page 1of 10

PERAN KETERBUKAAN DIRI DALAM MEMEDIASI PENGARUH INTENSITAS

KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING


PASANGAN YANG MENJALANI HUBUNGAN KENCAN BERBASIS ONLINE

Mimi Sakinah Hilma, Yanuar Luqman, Triyono Lukmantoro


mimisakinahhilma@students.undip.ac.id

Program Studi S1 Ilmu Komunikasi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro
Jalan dr. Antonius Suroyo Kampus Universitas Diponegoro Tembalang Semarang

ABSTRACT
Advances in communication technology in the current era create a new trend, namely online-
baseddating. This trend provides an opportunity for someone to build relationships, share
affection and establish intimate relationships on an online basis. But in reality, not everything
that happens on conventional dating can also be done online. This is what then can affect the
subjective well-being of couples who undergo online-based dating relationships.
Communication that connects partners can create comfort if it goes well and conversely
communication can be a source of vulnerability in online-based dating if it doesn't go well. In
the process, self-disclosure is believed to be a factor that influences the communication process
between the couple. This study uses social penetration theory to explain each variable. The
sampling technique was purposive sampling, totaling 250 people aged 18-29 years and had
experienced online-based dating relationships. Tests in this study using linear regression. The
results showed that the effect of the intensity of interpersonal communication on self-disclosure
was 37.7%. Then the effect of self-disclosure on subjective well-being is 56.7%. Not only that,
the results of the study also show that self-disclosure has a mediating effect on the effect of the
intensity of interpersonal communication on subjective well-being directly.
Keywords: Interpersonal Communication Intensity, Self-Disclosur, Subjective Well-Being,
Social Penetration Theory

ABSTRAK
Kemajuan teknologi komunikasi di era saat ini menciptakan tren baru yaitu kencan berbasis
online. Tren ini memberi kesempatan seseorang bisa membangun hubungan, berbagi kasih
sayang hingga menjalin hubungan intim dengan basis online. Namun pada kenyataannya, tidak
semua hal yang terjadi pada kencan konvensional dapat dilakukan juga melalui online. Hal
inilah yang kemudian dapat memengaruhi subjective well-being pasangan yang menjalani
hubungan kencan berbasis online. Komunikasi yang menjadi penghubung pasangan dapat
membuat kenyamanan jika berjalan dengan baik dan sebaliknya komunikasi dapat menjadi
sumber kerentanan dalam kencan berbasis online jika tidak berjalan dengan baik. Dalam
prosesnya, keterbukaan diri dipercaya menjadi faktor yang memengaruhi proses komunikasi di
antara pasangan tersebut. Penelitian ini menggunakan teori social penetration theory untuk
menjelaskan masing-masing variabel. Teknik pengambilan sample adalah purposive sampling
yang berjumlah 250 orang dengan karakteristik usia 18-29 tahun dan pernah menjalani
hubungan kencan berbasis online. Pengujian pada penelitian ini menggunakan linear
regression. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh intensitas komunikasi interpersonal
terhadap keterbukaan diri sebesar 37,7%. Kemudian pengaruh keterbukaan diri terhadap
subjective well-being sebesar 56,7%. Tak hanya itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
keterbukaan diri memiliki efek mediasi pada pengaruh intensitas komunikasi interpersonal
terhadap subjective well-being secara langsung.
Kata Kunci: Intensitas Komunikasi Interpersonal, Keterbukaan Diri, Subjective Well-
Being, Social Penetration Theory

PENDAHULUAN
Sejak pandemi Covid-19 melanda dan jadwal yang tidak seimbang. Oleh
Indonesia, pemerintah mengisukan karena itu, untuk memenuhi kekurangan
imbauan untuk menjaga jarak dan intimasi fisik dalam hubungan jarak jauh
pembatasan kegiatan di luar rumah kepada diperlukan komunikasi yang sehat diantara
masyarakat. Akibatnya, masyarakat mulai pasangan (Li, 2020). Akibatnya tindakan
beralih pada media komunikasi online seperti membuka diri sering dianggap
untuk beradaptasi dan tetap terhubung sebagai sebuah bentuk afeksi dalam
dengan orang lain selama pandemi. hubungan jarak jauh (Kashian et al., 2017).
Adaptasi ini membuat terjadinya Dalam penelitian yang dilakukan
pergeseran perilaku masyarakat yang oleh Holtzhausen (2020), ditemukan bahwa
menjadi terpusat pada internet dan media orang-orang yang melakukan kencan secara
online, salah satunya terjadi pada fenomena online memiliki indikator untuk mengalami
kencan online. Selama pandemi stress, kecemasan, pandangan hidup yang
berlangsung, fenomena kencan online rendah, hingga dapat menyebabkan depresi.
menjadi salah satu kegiatan yang banyak Temuan ini menunjukkan signifikansi pada
dilakukan oleh orang-orang, ditunjukkan kelompok yang baru mencoba kencan
dengan peningkatan pengguna aplikasi online ataupun yang sudah menjalani lebih
kencan online seperti Tinder yang dari satu tahun (Holtzhausen et al., 2020).
mencapai 3 Milyar swipe dan OkCupid Temuan serupa juga dibahas oleh Sharma
yang mengalami peningkatan sebesar 700% (2021) yang menjelaskan bahwa kencan
dibandingkan tahun sebelumnya (Fachrizal, berbasis online memberikan beberapa efek
2021). kepada pelakunya seperti penurunan self-
Survey yang dilakukan oleh Pew esteem karena hal-hal seperti penolakan
Research Center menemukan bahwa setiap ataupun kejadian ghosting yang biasa
orang memiliki alasan yang berbeda untuk terjadi.
menggunakan aplikasi kencan online. Ghosting merupakan istilah yang
Namun mayoritas melihatnya sebagai melekat pada kencan online dimana
kesempatan untuk mencari pasangan, 77% seseorang tidak memberikan respon dari
responden mengaku pernah menjalin pesan atau panggilan yang dilakukan. Hal
hubungan dengan orang yang mereka temui inilah yang sering membuat seseorang
secara online tersebut. Dari pengalaman memiliki pemikiran bahwa ia tidak cukup
responden juga ditemukan sebanyak 45% baik atau menyalahkan dirinya sendiri atas
merasa frustasi dalam kencan online karena tindakan lawannya hingga berakibat pada
dinamika hubungan yang kurang kecemasan ataupun kesehatan mentalnya
kedalaman dan hubungan personal maupun (Sharma, 2021). Kasus frustasi yang
emosional (Anderson et al., 2020). Dalam diakibatkan kencan online pernah terjadi di
kencan berbasis online, pasangan kesulitan Indonesia. Pada November 2020 seorang
untuk melakukan komunikasi emosional wanita muda mengakhiri hidupnya setelah
yang diperantarai oleh media komunikasi merasa frustasi selama menjalani hubungan
online. Beberapa hambatan yang jarak jauh yang dimediasi oleh media
ditemukan adalah kurangnya intimasi fisik, online. Tetangga korban mengatakan
lingkungan komunikasi yang tidak stabil bahwa korban terdengar sering berkonflik
dengan pasangannya yang disebabkan predictable). Asumsi ini didukung oleh
kecurigaan korban perihal orang ketiga beberapa peneliti karena pada dasarnya
dalam hubungan dengan pasangannya teori penetrasi sosial adalah teori yang
(Nabila, 2020). Kasus ini menjadi contoh melibatkan tahapan, sehingga hubungan
bagaimana subjective well-being (SWB) seseorang kurang lebih dapat diprediksi
seseorang dapat sangat rentan dalam akan seperti apa. Meskipun ada beberapa
kencan online yang disebabkan oleh variabel yang mungkin dapat sangat
kecemasan berlebih (overthinking). memengaruhi hubungan seseorang namun
prediksi hubungan dapat selalu
diinterpretasi dari bagaimana komunikasi
Teori Penetrasi Sosial yang berjalan dan emosi yang terlibat (West
Teori penetrasi sosial adalah teori yang & Turner, 2018).
umum digunakan untuk menjelaskan Asumsi ketiga adalah
hubungan pertemanan (friendship) dan juga perkembangan hubungan mencakup
hubungan romantis (romantic depenetrasi dan disolusi (relational
relationship). Teori ini menjelaskan development includes depenetration and
bagaimana hubungan yang awalnya dissolution) atau lebih mudah dipahami
superfisial berkembang menjadi hubungan sebagai tahap dimana hubungan mencapai
yang intim. Dalam penjelasannya, Altman kerenggangan dan pemutusan. Altman dan
dan Taylor mengatakan; “Communication Taylor menyatakan bahwa jika komunikasi
and dislosure intimacy appear to be the dapat membawa hubungan kepada
essential condition of developing satisfying hubungan yang intim maka komunikasi
interpersonal relationship”, yang berarti juga dapat membawa hubungan kembali
komunikasi dan keterbukaan intim menjadi kearah yang tidak intim (West & Turner,
hal yang penting dalam mengembangkan 2018). Meskipun dikatakan bahwa
kepuasan hubungan interpersonal. Para hubungan masuk tahap depenetrasi, tidak
peneliti teori penetrasi sosial percaya berarti bahwa hubungan itu akan selalu
bahwa membuka diri adalah jalan utama berakhir. Namun pada tahap ini, hubungan
dalam pengembangan hubungan, akan biasanya memang mengalami
tetapi membuka diri juga dapat membuat kerenggangan karena adanya pelanggaran
seseorang menjadi lebih rentan (Taylor, pada hal-hal yang ada dalam hubungan
1968; West & Turner, 2018). seperti aturan, janji atau ekspektasi. Oleh
Asumsi dari teori ini dipandu oleh 4 karena itu, hubungan masih bisa
asumsi dasar. Pertama, hubungan dipertahankan dan tidak selalu akan
berproses dari tidak intim menuju intim berakhir begitu saja (Horan, 2012).
(relationship progress from nonintimate to Asumsi keempat, membuka atau
intimate). Komunikasi dalam hubungan pengungkapan diri merupakan inti dari
berawal pada level yang sangat superfisial pengembangan hubungan (self-disclosure
atau masih sangat asing diantara dua orang. is at the core of relationship development).
Hal ini akan bergerak seiring dengan Keterbukaan diri didefinisikan secara
komunikasi yang konsisten dan dilakukan umum sebagai kegiatan yang bertujuan
secara terus-menerus menuju kepada level mengungkapkan informasi tentang diri
yang lebih intim. Namun tidak semua sendiri kepada orang lain. Proses ini
hubungan berakhir pada tingkat intimasi membuat orang-orang dalam hubungan
yang ekstrem, adapula hubungan yang saling mengetahui tentang satu sama lain.
hanya berakhir pada tingkat kedekatan Membuka diri membantu membentuk
intimasi secukupnya. Kedua, hubungan diantara dua orang baik saat ini
perkembangan hubungan umumnya ataupun dimasa depan (West & Turner,
sistematis dan dapat diprediksi (relational 2018).
development is generally systematic and
Altman dan Taylor (1968), tidak diri sendiri, kemungkinan informasi
hanya menggunakan keterbukaan sebagai keburukan tersebut diketahui oleh orang
inti konsep dari teori penetrasi sosial namun lain atau respon orang lain ketika
juga struktur kulit bawang sebagai analogi mengetahui informasi tersebut dapat
dalam penjelasannya. Ia menggambarkan memberikan dampak penurunan self-
bahwa kulit bawang sebagai “public image” esteem, keraguan pada diri sendiri, dan
atau informasi yang bisa didapatkan dengan disonansi kognitif tentang keputusan
telanjang mata. Kemudian didalamnya membuka diri tersebut. (West & Turner,
adalah informasi pribadi yang perlu digali 2018).
satu-persatu jika ingin mengetahui lebih Dengan pemahaman mengenai
dalam mengenai seseorang (Taylor, 1968). breadth dan depth, seseorang diharapkan
Dalam pembahasan keterbukaan lebih berhati-hati dalam melakukan
diri atau self disclosure yang menggunakan pembukaan diri dengan orang lain. ketika
analogi bawang, terdapat dua dimensi yang ingin membuka diri, maka disarankan
dapat dilihat di dalamnya, yaitu breadth dan untuk memerhatikan faktor kepercayaan
depth. Breadth merujuk pada jumlah variasi dan resiprokal. Jika menginginkan adanya
topik yang dibahas dalam hubungan. Dalam resiprokal maka seseorang perlu mendapat
analogi bawang, hal ini digambarkan kepercayaan dari orang lain dan
sebagai luas keliling bawang yang berisi memercayai orang lain pula untuk bisa
berbagai topik, istilah lain seperti breadth saling membuka diri.
time merupakan jumlah waktu yang Teori penetrasi sosial sendiri
dihabiskan pasangan untuk berbicara atau merupakan teori yang dikembangkan dari
berkomunikasi mengenai topik tersebut. konsep teori pertukaran sosial. Teori ini
Dimensi depth merupakan kedalaman juga menggunakan konsep dimana adanya
intimasi yang menuntun pembahasan topik, cost and reward dalam hubungan yang
dalam analogi bawang hal ini digambarkan dibahas dalam teori pertukaran sosial.
sebagai setiap lapisan bawang yang Konsep rewards dijelaskan sebagai
semakin dibuka maka akan semakin dalam kejadian-kejadian dalam hubungan atau
topik yang dibahas (Carpenter & Greene, perilaku yang menstimuli kepuasan,
2015). kesenangan dan kepuasan hubungan,
Ada beberapa poin yang perlu sedangkan costs merupakan kejadian yang
diperhatikan dalam hal breadth dan depth. memicu perasaan negatif dalam hubungan
Pertama, perubahan lapisan luar lebih (Cropanzano et al., 2017). Ketika seseorang
berpengaruh dibandingkan lapisan dalam, menganggap rewards dari sebuah
misalnya ketika seseorang mengganti hubungan tidak sebanding dengan costs
handphone-nya akan lebih sedikit yang diberikan maka hubungan akan
pengaruhnya dibandingkan mengganti berkemungkinan besar memasuki tahap
pendapatnya mengenai pandangan terhadap disolusi, sedangkan jika hubungan
kepresidenan saat ini. Kedua, semakin memberikan rewards lebih dibandingkan
tinggi kedalaman atau depth, maka akan costs maka seseorang akan lebih memilih
semakin besar kemungkinan seseorang untung melanjutkan hubungan tersebut.
menjadi rapuh. Hal ini dikarenakan Reward and costs ratio dalam konsep ini
semakin banyak hal yang diketahui oleh menggambarkan keseimbangan antara
orang lain maka akan semakin banyak positif dan negatif efek dari pengalaman
kekurangan atau keburukan yang diketahui berhubungan. Konsep ini juga memiliki
orang lain mengenai seseorang. peranan penting dalam perkembangan
Kekurangan atau keburukan yang diketahui hubungan. Umumnya rewards and costs
oleh orang lain dapat membuat seseorang sangat signifikan diawal hubungan
rapuh karena adanya ketakutan seperti dibandingkan setelahnya. Ketika diawal
anggapan orang lain yang berubah tentang hubungan rewards yang didapatkan dalam
hubungan cukup banyak, maka hal ini dapat menjalani kencan berbasis online.
membantu dalam penanganan konflik Penelitian ini dapat menyimpulkan bahwa:
dimasa mendatang (West & Turner, 2018). • Berdasarkan hasil uji regresi linear
Keputusan mengenai kepuasan sederhana terhadap hipotesis 1
seseorang terhadap hubungannya tidak dapat disimpulkan bahwa terdapat
didapatkan oleh seseorang secara langsung pengaruh intensitas komunikasi
namun memerlukan proses yang sistematis interpersonal terhadap keterbukaan
dan dapat diprediksi. Teori penetrasi sosial diri pasangan yang menjalani
sendiri merupakan teori proses yang kencan berbasis online. Besaran
memprediksi perkembangan hubungan pengaruh intensitas komunikasi
secara sistematis dan keputusan dalam interpersonal terhadap keterbukaan
melanjutkan atau tidak suatu hubungan. diri sebesar 37,7%. Dengan
Catatan dalam proses tahapan ini adalah demikian, hipotesis 1 diterima.
tidak semua hubungan melalui proses yang • Berdasarkan hasil uji regresi linear
sama dan hubungan yang melalui proses ini sederhana terhadap hipotesis 2
tidak selalu berakhir pada hubungan dapat disimpulkan bahwa terdapat
romantis (Carpenter & Greene, 2015). pengaruh keterbukaan diri terhadap
Meskipun teori ini menunjukkan tahapan subjective well-being pasangan
atau proses sebuah hubungan, teori ini juga yang menjalani kencan berbasis
menyatakan bahwa hasil dari sebuah online. Besaran pengaru
hubungan dapat diprediksi hingga titik keterbukaan diri terhadap subjective
tertentu. Hal inilah yang membuat well-being adalah 56,7%. Dengan
penelitian ini dapat menggunakan teori demikian, hipotesis 2 diterima.
penetrasi sosial dengan asumsi variabel • Berdasarkan hasil uji regresi
penelitian dapat digunakan untuk kompleks terhadap hipotesis 3 dapat
memprediksi hasil dari sebuah hubungan disimpulkan bahwa terdapat
dengan melihat bagaimana intensitas pengaruh keterbukaan diri sebagai
komunikasi interpersonal, tingkat mediasi pada pengaruh intensitas
keterbukaan diri dan pengaruhnya terhadap komunikasi interpersonal terhadap
subjective well-being seseorang. subjective well-being pasangan
yang menjalani hubungan kencan
Metode Penelitian berbasis online. Hasil ini
Penelitian ini merupakan penelitian menunjukkan bahwa intensitas
kuantitatif non-eksperimental dengan komunikasi interpersonal memiliki
desain cross-sectional. Populasi penelitian pengaruh secara langsung kepada
adalah individu yang berumur 18-29 tahun subjective well-being, dan pengaruh
yang pernah menjalani kencan berbasis ini dapat diperkuat dengan adanya
online. Teknik sampling penelitian ini keterbukaan diri diantara pasangan
menggunakan teknik sampling non- yang menjalani hubungan kencan
probability yaitu purposive sampling. berbasis online. Dengan demikian,
Jumlah sampel dalam penelitian ini hipotesis 3 diterima.
berjumlah 250 orang. Teknik analisis data
menggunakan teknik linear regression. PEMBAHASAN
1. Intensitas Komunikasi Interpersonal
HASIL PENELITIAN dan Keterbukaan Diri Pasangan
Berdasarkan hasil penelitian tentang peran Hasil penelitian yang menunjukkan
mediasi pada pengaruh intensitas signifikansi pada pengaruh intensitas
komunikasi interpersonal terhadap komunikasi interpersonal terhadap
subjective well-being pasangan yang keterbukaan diri menunjukkan bahwa
hipotesis 1 diterima. Tak hanya itu, hasil
dari Rsquare berada pada angka 0,377 diantara pasangan. Tanpa adanya
artinya pengaruh dari intensitas komunikasi komunikasi yang baik diantara pasangan
interpersonal terhadap keterbukaan diri maka akan sulit terjadinya proses membuka
sebesar 37,7%, sedangkan sisanya sebesar diri yang maksimal. Oleh karena itulah,
62,3% berasal dari pengaruh lain yang tidak keterbukaan diri sendiri sering dianggap
dimasukkan dalam penelitian ini. sebagai bentuk kasih sayang bagi pasangan
Hubungan diantara intensitas komunikasi kencan berbasis online (Masaviru et al.,
interpersonal dan keterbukaan diri juga 2015).
menunjukkan hubungan yang positif antara 2. Keterbukaan Diri dan Subjective
satu sama lain. Artinya, semakin tinggi Well-Being
intensitas komunikasi interpersonal maka Hasil penelitian menunjukkan bahwa
akan semakin tinggi pula keterbukaan diri keterbukaan diri memiliki pengaruh yang
yang terjadi diantara pasangan yang sangat signifikan terhadap subjective well-
menjalin hubungan kencan berbasis online. being pasangan yang melakukan kencan
Hal ini dapat digambarkan dengan berbasis online menunjukkan bahwa
kenyataan bahwa dengan adanya tingkat hipotesis 2 diterima. Nilai Rsquare
komunikasi yang tinggilah, pasangan dapat signifikansi sebesar 0,567 yang berarti
melakukan proses membuka diri. Ketika keterbukaan diri memiliki pengaruh relatif
komunikasi diantara pasangan meningkat sebesar 56,7% terhadap subjective well-
berarti pasangan memiliki banyak topik being seseorang yang menjalani hubungan
pembicaraan yang dapat membuat kencan berbasis online, sedangkan sisanya
pasangan saling berbagi informasi satu sebesar 43,3% berasal dari variabel lain
sama lain mengenai pribadi masing- yang tidak dimasukkan dalam penelitian
masing. ini. Hubungan diantara keterbukaan diri
Hasil penelitian bahwa penelitian ini dan subjective well-being menunjukkan
memverifikasi teori penetrasi sosial (social hubungan yang positif yang berarti ketika
penetration theory) yang menyatakan keterbukaan diri semakin tinggi maka
bahwa komunikasi interpersonal memiliki subjective well-being juga akan meningkat.
pengaruh terhadap keterbukaan diri Keterbukaan diri sering kali dianggap
seseorang. Hasil penelitian ini sejalan sebagai sebuah bentuk kasih sayang dalam
dengan hasil penelitian Kashian dkk hubungan kencan berbasis online. Hal ini
((Kashian et al., 2017) yang juga didasari dapat dipahami sebagai alasan yang dapat
oleh teori penetrasi sosial yang menyatakan membuat subjective well-being seseorang
bahwa dalam hubungan romantis jarak jauh yang menjalani hubungan kencan berbasis
yang didukung dengan komunikasi melalui online menjadi lebih tinggi ketika
komputer (Computer Mediated keterbukaan diri diantara pasangan berada
Communication) yang stabil dapat pada tingkat yang cukup tinggi. Hal ini tak
membangun tingkat keterbukaan diri yang hanya sebagai bentuk kasih sayang namun
baik satu sama lain sehingga menciptakan juga membuat pasangan merasa mencapat
rasa suka ataupun membawa hubungan kepercayaan dari pasangannya ketika ia
menjadi lebih dalam diantara pasangan mengetahui rahasia pasangannya.
jarak jauh. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Pasangan yang menjalani hubungan penelitian yang dilakukan oleh House
kencan berbasis online cenderung memiliki (House et al., 2017) yang menemukan
tingkat keingintahuan yang lebih besar bahwa keterbukaan yang tinggi dalam
terhadap pasangannya dibandingkan hubungan jarak jauh berbasis online
pasangan konvensional (House et al., memberikan kepuasaan dan meningkatkan
2017). Untuk mencapai hal tersebut well-being seseorang. Diener sebagai
diperlukannya proses membuka diri yang pencetus pertama istilah well-being
didukung dengan komunikasi yang baik menyatakan bahwa ketika seseorang
merasakan kepuasan atas keadaan yang ia yang membuat ukuran subjective well-
jalani dan seimbang dengan ekspetasi dari being dengan menilai membuat
keadaan ideal yang diharapkan barulah perbandingan kebahagiaan dan kesedihan
dapat dikatakan seseorang memiliki yang dirasakan seseorang. Jika nilai
subjective well-being yang baik (Diener, kebahagiaan yang dirasakan seseorang
2009; Moore & Diener, 2019). lebih tinggi daripada nilai kesedihannya
Dalam komunikasi berbasis online, hingga dapat membuat seseorang dapat
seseorang cenderung lebih terbuka kepada mentoleransi kesedihan yang dirasakannya
lawan bicaranya. Hal ini dikarenakan lebih maka “overal happiness” yang
sedikitnya tekanan yang dirasakan ketika dirasakannya dapat dianggap cukup tinggi
membuka diri secara online. Hal ini yang artinya ia memiliki subjective well-
dibuktikan dengan hasil bagaimana hasil being yang baik.
pada Tabel 3.17 yang menunjukkan bahwa 3. Intensitas Komunikasi, Keterbukaan
seseorang cukup terbuka untuk Diri dan Subjective Well-Being
menceritakan masalahnya kepada pasangan Hasil Penelitian menunjukkan intensitas
kencan berbasis online-nya meskipun pada komunikasi interpersonal memiliki
Tabel 3.23 tingkat kepercayaan kepada pengaruh langsung terhadap subjective
pasangannya hanya biasa saja. Hal ini well-being. Tak hanya itu, hasil ini juga
sejalan dengan penelitian Valkenburg menunjukkan adanya efek mediasi
((Valkenburg & Peter, 2009). Luo & Hancock keterbukaan diri pada pengaruh intensitas
menyatakan keterbukaan yang memiliki komunikasi interpersonal terhadap
intensitas lebih tinggi terjadi pada subjective well-being yang berarti berhasil
hubungan berbasis online. Mereka membuktikan hipotesis 3. Artinya, dalam
menggambarkan bagaimana keterbukaan menjalani hubungan kencan berbasis
diri memberikan efek pada well-being online, tingkat keterbukaan diri diantara
seseorang (Luo & Hancock, 2020). pasangan memperkuat pengaruh intensitas
Hasil penelitian ini memverifikasi teori komunikasi interpersonal terhadap
penetrasi sosial dalam kaitannya dengan subjective well-being seseorang. Hal ini
subjective well-being. Pengaruh membantu pasangan mengembangkan
keterbukaan diri terhadap subjective well- hubungan ke tingkat yang lebih intim dan
being yang merupakan psikologis meningkatkan kepuasan pasangan yang
seseorang telah dibuktikan juga pada akhirnya membantu meningkatkan
penelitian Lei ((Lei et al., 2022) yang subjective well-being seseorang.
menemukan bahwa membuka diri dalam Penelitian ini memverifikasi teori
hubungan berbasis online memberikan penetrasi sosial terkait keterbukaan diri
pengaruh positif kepada seseorang secara yang menjadi faktor yang dapat
keseluruhan. Meskipun dalam teorinya memengaruh perkembangan hubungan dan
tidak dikatakan secara langsung mengenai juga berlaku sama dengan hubungan yang
subjective well-being, namun pada berjalan dengan basis online. Dalam
dasarnya teori penetrasi sosial termasuk penelitian ini, keterbukaan diri dianggap
pada teori komunikasi sosio-psikologikal. sebagai faktor yang dapat memengaruhi
Tak hanya itu, teori ini juga didasari dari kuat lemahnya pengaruh dari intensitas
beberapa teori lain yang sudah ada lebih komunikasi interpersonal yang terjadi
dahulu, salah satunya adalah teori diantara pasangan kencan berbasis online
pertukaran sosial (social exchange theory) terhadap subjective well-being pasangan.
yang menggunakan perspektif pertukaran Hal ini didukung oleh penelitian yang
yang seimbang antara yang diterima dan dilakukan Valkenburg (Valkenburg & Peter,
diberikan (West & Turner, 2018). Hal ini sesuai 2009) yang menemukan bahwa dalam
dengan prinsip “overall happiness” dalam hubungan jarak jauh membuat tingkat
penelitian Krueger (Krueger & Schkade, 2008) keterbukaan diri lebih tinggi yang dapat
berakibat pada subjective well-being (Luo & Secara sosial, hasil penelitian ini
Hancock, 2020) pasangan yang menjalani dapat menjadi salah satu gambaran bahwa
kencan berbasis online. Pengaruh pada kenyataannya, stigma bahwa kencan
keterbukaan diri dapat terjadi dengan berbasis online hanyalah hubungan dangkal
meningkatkan proses membuka diri seiring dan sekedar hook-up tidak selalu benar.
dengan terjadinya komunikasi diantara Dapat dilihat bahwa pasangan kencan
pasangan sehingga dapat memengaruhi berbasis online juga melalui proses yang
subjective well-being. Dalam penelitian sama dalam proses membuka diri sehingga
yang dilakukan Kashian (Kashian et al., hubungan dapat terjalin lebih dalam dan
2017) juga dapat dilihat bagaimana teori intim. Tak hanya itu, masyarakat luas juga
penetrasi sosial membuktikan pengaruh dapat melihat bahwa adanya kerentanan
keterbukaan diri terhadap proses kondisi mental bagi pasangan yang
komunikasi diantara pasangan yang juga menjalani hubungan kencan berbasis
memengaruhi well-being atau aspek online. Hal ini dikarenakan penelitian ini
psikologikal seperti kebahagiaan, menunjukkan bahwa komunikasi menjadi
kesedihan dan stress yang membuat faktor utama yang bisa memengaruhi
seseorang ingin melanjutkan hubungan perasaan (mood) pasangan. Ketika
berbasis online ataupun mengakhirinya. komunikasi tidak berjalan dengan baik,
maka subjective well-being seseorang dapat
Kesimpulan secara langsung terpengaruh olehnya.
Hasil penelitian ini secara akademis
membuktikan adanya efek keterbukaan diri Daftar Pustaka
sebagai mediasi dalam pengaruh intensitas Anderson, M., Vogels, E. A., & Turner,
komunikasi interpersonal terhadap E. (2020). The Virtues and
subjective well-being. Maka dari itu, Downsides of Online Dating. Pew
penelitian ini dapat dijadikan sebagai Research Center.
referensi dalam penelitian selanjutnya yang Carpenter, A., & Greene, K. (2015).
meneliti menggunakan variabel serupa Social Penetration Theory. In The
ataupun untuk melakukan penelitian lebih International Encyclopedia of
lanjut untuk mendalami fenomena kencan Interpersonal Communication (pp.
berbasis online. 1–4). Wiley.
Hasil penelitian ini juga dapat https://doi.org/10.1002/97811185
digunakan secara praktis dalam hal 40190.wbeic160
memberikan sumbangan pemikiran untuk Cropanzano, R., Anthony, E. L.,
mengatasi masalah yang terjadi dalam Daniels, S. R., & Hall, A. v.
kencan berbasis online. Hal ini dapat (2017). Social exchange theory: A
dicontohkan dengan kenyataan ada critical review with theoretical
informasi-informasi yang berguna untuk remedies. In Academy of
diketahui pasangan seperti topik-topik Management Annals (Vol. 11,
sensitif yang bisa dihindari ketika Issue 1, pp. 479–516). Routledge.
melakukan pembicaraan bersama pasangan https://doi.org/10.5465/annals.201
atau juga hal-hal yang membantu pasangan 5.0099
untuk mengambil keputusan selama Diener, E. (2009). The Science of Well-
menjalani hubungan dengan Being (E. Diener, Ed.; Vol. 37).
mempertimbangkan subjective well-being Springer Netherlands.
selama menjalani hubungan dan melihat https://doi.org/10.1007/978-90-
kembali keadaan yang sebelumnya 481-2350-6
diharapkan ketika memulai hubungan Holtzhausen, N., Fitzgerald, K.,
dengan yang terjadi pada kenyataannya. Thakur, I., Ashley, J., Rolfe, M., &
Pit, S. W. (2020). Swipe-based
dating applications use and its SmartCulTour: Smart Cultural
association with mental health Tourism as a Driver of Sustainable
outcomes: A cross-sectional study. Development of European Regions
BMC Psychology, 8(1). View project.
https://doi.org/10.1186/s40359- https://www.researchgate.net/publ
020-0373-1 ication/346260503
Horan, S. M. (2012). Affection Luo, M., & Hancock, J. T. (2020). Self-
Exchange Theory and Perceptions disclosure and social media:
of Relational Transgressions. motivations, mechanisms and
Western Journal of psychological well-being. In
Communication, 76(2), 109–126. Current Opinion in Psychology
https://doi.org/10.1080/10570314. (Vol. 31, pp. 110–115). Elsevier
2011.651548 B.V.
House, B., McGinty, M., & Heim, L. https://doi.org/10.1016/j.copsyc.2
(2017). Can You Handle the 019.08.019
Distance? A Look Into Social Masaviru, M., Mwangi, R., &
Media and the Effects on Long- Masindano, P. (2015). The
Distance Relationships. Influence of Self-Disclosure on the
Concordia Journal of use of Contraceptives among
Communication Research, 4. Couples in Changamwe
https://doi.org/10.54416/jblx4482 Constituency, Mombasa County.
Kashian, N., Jang, J. woo, Shin, S. Y., 40. www.iiste.org
Dai, Y., & Walther, J. B. (2017). Moore, S., & Diener, E. (2019). Types
Self-disclosure and liking in of Subjective Well-Being and
computer-mediated Their Associations with
communication. Computers in Relationship Outcomes. Journal of
Human Behavior, 71, 275–283. Positive Psychology & Wellbeing,
https://doi.org/10.1016/j.chb.2017 3(2), 112–118.
.01.041 http://journalppw.com
Krueger, A. B., & Schkade, D. A. Sharma, S. (2021). Swiping Left Or
(2008). The reliability of Right? Take A Look At The
subjective well-being measures. Possible Psychological Effects Of
Journal of Public Economics, Online Dating [ Also Read Dating
92(8–9), 1833–1845. At Different Stages Of Life: Guide
https://doi.org/10.1016/j.jpubeco. From A Relationship Counselor ]
2007.12.015 Effects Of Online Dating 1.
Lei, X., Wu, H., Deng, Z., & Ye, Q. Rejection Can Be Debilitating.
(2022). Self-disclosure, social Taylor, D. A. (1968). The Development
support and postpartum depressive of Interpersonal Relationships:
mood in online social networks: a Social Penetration Processes.
social penetration theory Journal of Social Psychology,
perspective. Information 75(1), 79–90.
Technology and People. https://doi.org/10.1080/00224545.
https://doi.org/10.1108/ITP-12- 1968.9712476
2020-0825 Valkenburg, P. M., & Peter, J. (2009).
Li, H. (2020). Connecting Couples In Social consequences of the
Long-Distance Relationship: Internet for adolescents: A decade
Towards Unconventional of research. Current Directions in
Computer-Mediated Emotional Psychological Science, 18(1), 1–5.
Communication Systems
https://doi.org/10.1111/j.1467-
8721.2009.01595.x
West, R., & Turner, L. H. (2018).
Introducing Communication
Theory: Analysis And Application,
Sixth Edition.
https://lccn.loc.gov/2016059715

You might also like