You are on page 1of 13

Aktualisasi Pancasila Sebagai Dasar Hukum Negara Indonesia

Raras Nuramalia1, Tita Juwita2


1,2
BK, FIP, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Siliwangi, Indonesia
1
rarasnuramalia@gmail.com , 2 titajuwita2301@gmail.com

ABSTRACT
Pancasila should be used as the basis for law enforcement in Indonesia in accordance
with the values contained in Pancasila. However, this is not the case. Several current issues in the
field of law show that law enforcement in Indonesia has not been fully able to uphold the values
contained in Pancasila. Many things conflict with Pancasila values which should be the basis for
law enforcement. To achieve law enforcement based on Pancasila values, actualizing Pancasila
values in the life of society, nation and state is a must. Which is so that Pancasila remains
relevant in its function to provide guidelines and become a legal basis for society in the nation's
cultural diversity. This study aims to determine the importance of the actualization of Pancasila,
as well as efforts to actualize Pancasila as the basis of the state which is the source and all
sources of Indonesian law. This type of research used in this study is using qualitative research
methods. This qualitative research was conducted using a document study research approach.
The data in this study were obtained from an analysis of documents related to Pancasila as the
legal basis for the Indonesian state. To achieve the actualization of Pancasila is the duty and
responsibility of all those involved, both in the administration of the state and society.
Actualizing the values of Pancasila as the source of all sources of this law, the state and
government administrators who are important parties in the administration and administration of
this country, as well as the community play the role of judges. Regardless of whether the law
applied is correct or not, law enforcement officials do not act arbitrarily with their position.

Keywords: Actualization, Pancasila, Basis of State Law, Indonesia

ABSTRAK
Pancasila sudah sepatutnya dijadikan sebagai landasan agar penegakan hukum
di Indonesia sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Namun, kenyataannya
tidak demikian. Beberapa isu terkini di bidang hukum menunjukkan bahwa penegakan hukum di
Indonesia belum sepenuhnya mampu menjunjung tinggi nilai-nilai yang ada dalam Pancasila.
Banyak hal yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila yang seharusnya menjadi landasan
penegakan hukum. Untuk mencapai penegakan hukum yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila,
maka mengaktualisasikan nilai Pancasila ke dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara adalah suatu keharusan. Yang dimana agar Pancasila tetap relevan dalam fungsinya
memberikan pedoman dan menjadi landasan hukum bagi masyarakat dalam keragaman budaya
bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pentingnya aktualisasi Pancasila, serta upaya-
upaya aktualisasi Pancasila sebagai dasar negara yang merupakan sumber dan segala sumber
hukum Indonesia. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan
metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
penelitian Studi dokumen. Data dalam penelitian ini diperoleh dari analisis dokumen terkait
Pancasila sebagai Dasar Hukum Negara Indonesia. Untuk mencapai pengaktualisasian

1
Pancasila menjadi tugas dan tanggung jawab semua yang terlibat, baik dalam penyelenggaraan
negara maupun masyarakat. Aktualisasi nilai-nilai Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum ini, maka para penyelenggara negara dan pemerintahan yang merupakan pihak-pihak
penting dalam penyelenggaraan dan pemerintahan negara ini, serta masyarakat berperan sebagai
penilai. Terlepas dari apakah hukum yang diterapkan sudah benar atau tidak, sehingga aparat
penegak hukum tidak berlaku sewenang-wenang dengan kedudukannya.

Kata Kunci: Aktualisasi, Pancasila, Dasar Hukum Negara, Indonesia

PENDAHULUAN
Semua hal di dunia ini pasti memiliki aturan agar dapat berfungsi dengan baik dan
mencapai tujuan bersama. Bahkan ada aturan untuk menghindari konflik pada isu-isu tertentu.
Misalnya, ketika kita bermain game, tentu saja ada aturan yang harus diikuti oleh setiap pemain
untuk memastikan bahwa permainan itu adil dan tidak merugikan anggota lainnya. Demikian
juga, banyak peraturan di negara ini untuk menciptakan ketertiban di suatu negara. Namun,
peraturan-peraturan yang dimiliki suatu negara bersifat mengikat yang disebut dengan hukum.
Hukum yang ideal adalah tatanan hukum yang tidak berbentuk diskriminatif dan
bersumber pada kepribadian nasional. Kehadiran hukum yang ideal itu bertujuan agar semua
penduduk negara tunduk pada sistem hukum yang sama (Harahap, 2019:81)1. Oleh karena itu,
dengan fakta bahwa negara Indonesia ini memiliki banyak sekali budaya yang beragam sehingga
hukum yang dibuat harus sesuai. Indonesia menjadikan Pancasila sebagai ideologi dan dasar
negara dalam menjalankan sistem ketatanegaraan dan pemerintahan. Pancasila sebagai sumber
dari segala sumber hukum negara sebagaimana telah disebutkan dalam Undang-undang Nomor
12 Tahun 2011 jo Undang-undang Nomor 15 Tahun 2019 jo Undang-undang Nomor 13 Tahun
2022 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Pancasila merupakan pandangan hidup dan kepribadian bangsa yang nilai-nilainya
bersifat nasional yang mendasari kebudayaan bangsa. Dengan Pancasila, perpecahan bangsa
Indonesia akan mudah dihindari karena pandangan Pancasila bertumpu pada pola hidup yang
berdasarkan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian sehingga perbedaan apapun yang ada
dapat dibina menjadi suatu pola kehidupan yang dinamis, penuh dengan keanekaragaman yang

1
Harahap, M. S. (2019). KONSEPSI HUKUM YANG IDEAL BAGI NEGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA. Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Marsekal
Suryadarma, 10(1), 81.

2
berada dalam satu keseragaman yang kokoh (Muzayin, 1992: 16 dalam Octavian, 2018:124-
125).2
Pancasila harus dijadikan sebagai landasan agar penegakan hukum di Indonesia sesuai
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Namun kenyataannya tidak demikian.
Beberapa isu terkini di bidang hukum menunjukkan bahwa penegakan hukum Indonesia sama
sekali tidak mampu menegakkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Banyak hal yang
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila yang seharusnya menjadi landasan penegakan hukum.
Untuk mencapai hukum yang berlandaskan nilai Pancasila, maka harus didasarkan pada
sumber dan arah nilai dalam mencapai tujuan pengaktualisasian yang berlandaskan nilai
Pancasila. Mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara merupakan hal yang sangat penting. Meskipun demikian, Pancasila tetap relevan
dalam fungsinya memberikan pedoman dan menjadi landasan hukum bagi masyarakat dalam
keragaman budaya bangsa. Peneliti ingin mengkaji pokok bahasan tersebut lebih mendalam
dalam bentuk artikel dengan judul “Aktualisasi Pancasila sebagai dasar hukum negara
Indonesia”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pentingnya pengaktualisasian Pancasila
dan upaya aktualisasi Pancasila sebagai dasar negara yang merupakan sumber dan segala sumber
hukum Indonesia. Agar bermanfaat bagi para pembaca memahami hukum berdasarkan Pancasila
dan pentingnya aktualisasi Pancasila sehingga lebih menghargai hukum dan secara sukarela
tunduk dan patuh pada hukum di Indonesia untuk meningkatkan keberlangsungan bangsa
Indonesia yang lebih baik di masa sekarang dan masa yang akan datang.

METODE
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
penelitian studi dokumen. Sumber data yang digunakan adalah data primer, sekunder dan tersier.

2
Oktavian, W. A. (2018). URGENSI MEMAHAMI DAN MENGIMPLEMENTASIKAN NILAI-NILAI
PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI SEBAGAI SEBUAH BANGSA.
JURNAL BHINEKA TUNGGAL IKA, 5(2), 124-125.

3
Dengan data yang diperoleh dari bahan pustaka yang berisikan peraturan perundang-undangan,
pemaparan dari buku-buku ilmiah, hasil penelitian, jurnal terkait, serta penelusuran pada Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Data dalam penelitian ini diperoleh dari analisis dokumen
terkait Pancasila sebagai Dasar Hukum Negara Indonesia. Untuk analisis sumber data pada
penelitian ini yaitu: meliputi buku teks, jurnal, e-book, artikel dan lain-lain. Sedangkan
pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain dilakukan dengan metode studi pustaka dan
penelusuran data melalui internet. Serta validitas data dilakukan dengan diambil dari jurnal yang
sudah pasti keabsahannya. Penelitian ini menggunakan metode analisis yuridis kualitatif, yaitu
berupa interpretasi mendalam tentang tentang bahan-bahan hukum.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pancasila

UUD '45

Tap MPR

UU / Perpu

Peraturan Pemerintah (PP)

Peraturan Presiden

PERDA

Dilihat dari piramida di atas dapat disimpulkan bahwa, Pancasila berada di puncak
hierarki tertinggi dalam peraturan perundang-undangan. Sebagaimana pendapat dalam teori
Kelsen yaitu hierarki peraturan perundang-undangan dipuncaki oleh grundnorm (norma dasar)
dan juga Nawiasky yang mengharuskan puncak hierarki norma adalah staatfundamentalnorm
(norma fundamental negara) maka Pancasila sebagai norma dasar sudah seharusnya berada
dalam puncak tata urutan norma tersebut.

4
Namun dalam perjalanan panjang kehidupan berbangsa dan bernegara, Pancasila sering
mengalami berbagai deviasi dalam aktualisasi nilai-nilainya. Deviasi3 pengamalan Pancasila
tersebut bisa berupa penambahan, pengurangan, dan penyimpangan dari makna yang seharusnya,
dan seiring dengan itu sering pula terjadi upaya pelurusan kembali (Eddy, 2018:117).4
Upaya pelurusan kembali ini haruslah dilakukan secara berkala, karena tentunya terjadi
berbagai perubahan dalam kehidupan bangsa ini, baik secara administratif maupun sosial. Oleh
karena itu, sangat penting untuk memahami peran penting Pancasila sebagai sumber dari segala
sumber hukum dan menerapkannya dalam sistem hukum Indonesia. Alasan lain hilangnya peran
penting Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum adalah karena Pancasila tidak
memiliki kedudukan hukum yang jelas. Hal ini terjadi setelah reformasi dan pada tahun 2004
mulailah suatu upaya merumahkan kembali Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum
karena pada tahun ini legislatif berhasil membuat produk undang-undang.
Jawahir Thontowi menjelaskan bahwa setelah reformasi, Pancasila tampaknya kehilangan
daya ikatnya karena tidak memiliki rumah hukum yang jelas dalam tata tertib hukum di
Indonesia. Termasuk, Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum menjadi tidak berumah
lagi hingga tahun 2004. Pada tahun 2004 dapat dinilai sebagai suatu upaya merumahkan kembali
Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum karena pada tahun ini legislatif berhasil
membuat produk undang-undang yaitu UU No. 10 Tahun 2004 tentang Peraturan Perundang-
undangan. Dalam Pasal 2 menyebutkan bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala sumber
hukum. UU ini kemudian digantikan oleh UU No. 12 tahun 2011 yang mengatur hal serupa.
Namun, Jawahir Thontowi menegaskan bahwa kedudukan Pancasila dalam kedua UU tersebut
menjadi lemah dan kurang mengikat karena dalam Pasal 6 UU No. 10 Tahun 2004 dan Pasal 7
UU No. 12 Tahun 2011, Pancasila tidak termasuk dalam struktur hierarki perundang-undangan
nasional (Bo'a, 2018:42)5.
Meskipun sudah dilakukan upaya merumahkan kembali Pancasila sebagai sumber segala
sumber hukum sejak dari tahun 2004, upaya pelurusan kembali atau pengaktualisasian Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum harus terus dilakukan. Tantangan yang digapai dalam

3
Penyimpangan dari peraturan
4
Eddy. I.W.T. (2018). AKTUALISASI NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA
DAN BERNEGARA. DHARMASMRTI, 18(1), 117.
5
Bo'a, F. Y. (2018). Pancasila sebagai Sumber Hukum dalam Sistem Hukum Nasional Pancasila as the Source of
Law in the National Legal System. Jurnal Konstitusi, 15(1), 42.

5
melakukan pengaktualisasian nilai-nilai Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum akan
selalu ada, Beberapa tantangan terhadap Pancasila dalam aktualisasi nilai-nilainya (Affandi,
2021:115)6 antara lain adalah:
1. Kesulitan menerima Pancasila.
2. Keraguan akan nilai luhur Pancasila.
3. Keengganan mengamalkan Pancasila.
4. Kecenderungan melupakan Pancasila.
5. Keinginan mengganti Pancasila.
Tantangan tersebut ada yang masih kecil tetapi ada juga yang sudah besar, ada yang tidak
tampak atau ada pula yang tampak, ada yang tidak terasa atau ada pula yang terasa. Sekecil apa
pun tantangan tersebut baik yang terasa atau tidak terasa jangan dianggap sepele karena semua
tantangan itu akan tetap mengganggu terhadap eksistensi Pancasila, sehingga harus selalu
diwaspadai (Affandi, 2021:117). Apabila diibaratkan akan lebih baik memadamkan api yang
masih kecil daripada membiarkannya menjadi besar dan kemudian membakar seluruh bangunan.
Kewaspadaan dari semua pihak terhadap berbagai tantangan yang akan merusak Pancasila harus
terus ditingkatkan. Kewaspadaan akan jauh lebih baik sebelum semua persoalan yang tidak
diharapkan terlambat dihindarkan atau diselesaikan (Affandi, 2021:115).
Dalam penyusunan undang-undang sendiri, yang merupakan dasar hukum negara
Indonesia tentunya Pancasila menjadi pedoman dan tolak ukurnya. Ternyata hanya sedikit
undang-undang yang mencantumkan Pancasila sebagai latar belakangnya. Hal ini dapat
ditemukan dari data Rancangan Undang-undang Program Legislasi Nasional Jangka Menengah
Usulan Pemerintah Tahun 2015-2019 yang berjumlah 84. Dari jumlah tersebut, hanya enam yang
mencantumkan Pancasila sebagai latar belakangnya, yakni RUU Kitab Undang-undang Hukum
Pidana, RUU Sistem Pendidikan Nasional, RUU Hukum Acara Pidana, RUU Perkumpulan,
RUU Persandian, dan RUU Balai Harta Peninggalan. Sementara itu, 78 lainnya, tidak
menggunakan Pancasila namun menggunakan pasal-pasal dalam UUDNRI 1945. Padahal
sebagai sumber dari segala sumber hukum, Pancasila harus menjadi rujukan utama dalam semua
jenis peraturan perundang-undangan termasuk Undang-undang. Walaupun secara hierarki
Undang-undang harus tunduk pada ketentuan dalam UUDNRI 1945, namun sebagai sumber
hukum dan cita hukum, pembentukan Undang-undang juga harus taat dengan nilai-nilai

6
Affandi, H. (2021). PANCASILA EKSISTENSI DAN AKTUALISASI. Yogyakarta: ANDI OFFSET

6
Pancasila yang tercantum dalam alinea keempat Pembukaan UUDNRI 1945 (Arfa’i dkk,
2020:395-396)7.
Uraian di atas menjelaskan pemahaman adanya ketegasan kedudukan Pancasila sebagai
sumber hukum. Oleh karena itu, aktualisasi Pancasila sangat penting dan harus dilakukan oleh
setiap generasi agar setiap generasi muda yang merupakan sebagai calon penerus bangsa
nantinya tidak akan mengalami kesulitan dalam menerima Pancasila, keraguan akan nilai luhur
Pancasila, keengganan mengamalkan Pancasila, kecenderungan melupakan Pancasila, dan
keinginan mengganti Pancasila.
Aktualisasi berasal dari kata "aktual" atau "aktuil" yang artinya adalah baru dan sedang
menarik perhatian orang banyak; hangat-hangat (tentang kabar, dsb.). Aktual berasal dari bahasa
Inggris actual (kata sifat) yang artinya: sebenarnya: memang betul-betul, sesungguhnya."
Menurut BBC Dictionary, actual is used to emphasize that someone or something is real and not
imaginary. Actual is also used to refer to the most significant part of an event, rather than to
other things that are associated with it (Affandi, 2021:108).
Kata actual berkaitan dengan kata actualize (kata kerja) yang artinya: mewujudkan,
melaksanakan. Aktualisasi sendiri dapat diartikan mengaktualkan atau membarukan. Dalam hal
ini, aktualisasi dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk atau dalam rangka membarukan
sesuatu yang sudah ada yang mungkin dianggap sudah ketinggalan zaman, sehingga perlu
diperbarui. Contoh penggunaan kata aktualisasi antara lain adalah dalam memperbarui
pemikiran, pendapat, kebijakan, dan sebagainya (Affandi, 2021:108).
Aktualisasi Pancasila merupakan pengaplikasian nilai Pancasila terhadap aturan atau
norma yang berlaku dalam masyarakat Indonesia dalam hal berbangsa dan juga bernegara.
Dalam hal ini aktualisasi ini berkaitan erat dengan realisasi nilai Pancasila baik itu pada
masyarakat maupun dalam organisasi pemerintahan. (Aulia, T., dan Dewi, D.A. 2022:364).8
Aktualisasi merupakan suatu bentuk kegiatan melakukan realisasi antara pemahaman
akan nilai dan norma dengan tindakan dan perbuatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-
hari. sedangkan aktualisasi Pancasila memberi penjabaran nilai-nilai nilai Pancasila dalam

7
Arfa’i., Nasution. B. J., dan Febrian. (2020). Aktualisasi Pancasila sebagai Sumber Hukum dalam Pembentukan
Undang-Undang . Undang: Jurnal Hukum, 3(2), 377-407.
8
Aulia, T., dan Dewi, D.A. (2022). AKTUALISASI NILAI PANCASILA DI ERA GLOBALISASI:
TINAJUAN AKTUALISASI PANCASILA DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI DI
KALANGAN GENERASI MUDA. JURNAL PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN HUMANIORA,
13(2), 364.
7
bentuk norma kemudian merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari (Tarwan dan Dwi,
2019:80)9.
Dalam aktualisasi Pancasila ini, berarti penjabaran nilai-nilai Pancasila dalam bentuk
norma-norma, dijumpai dalam bentuk norma hukum, kenegaraan, dan norma-norma moral.
Sedangkan pengaktualisasiannya dikaitkan dengan tingkah laku semua warga negara dalam
masyarakat, berbangsa dan bernegara, serta seluruh aspek penyelenggaraan negara (Rismawati,
2017:38).10
Upaya mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila bukan berarti melepaskan nilai-nilai yang
sudah terkandung dalam Pancasila, melainkan menghidupkan dan menerapkan nilai-nilai
serta semangat yang terkandung dalam Pancasila tersebut secara terus-menerus. Dengan
demikian, mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila bukan berarti merubah atau
mengesampingkan nilai-nilai yang sudah baku, tetapi lebih kepada penyesuaian tantangan. Maka
Pancasila dalam tatanan pelaksanaannya harus terus diperbarui dan diaktualisasikan.
Aktualisasi nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan dengan hukum, baik dalam bentuk
ketetapan maupun dalam bentuk kebijakan para pengambil keputusan. Dalam konteks hukum,
nilai-nilai Pancasila harus mewarnai seluruh peraturan perundang-undangan maupun kebijakan
yang diambil oleh para penyelenggara negara dan pemerintahan. Pengambilan keputusan untuk
membuat peraturan baru atau mengubah peraturan yang sudah ada harus didasarkan pada nilai-
nilai Pancasila seperti keadilan sosial, demokrasi, persatuan dan kemanusiaan. Selain itu,
penyelenggaraan pemerintahan dan kebijakan harus mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Para
penyelenggara pemerintahan harus menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka dengan
berpedoman pada Pancasila, termasuk dalam pengambilan kebijakan. Perilaku dan tindakan
mereka harus menjadi teladan dalam menerapkan Pancasila.
Aktualisasi nilai-nilai Pancasila bukan hanya menjadi tanggung jawab penyelenggara
negara dan pemerintah, tetapi juga menjadi tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat. Setiap
individu, kelompok, dan lembaga dalam masyarakat berperan penting dalam menghidupkan dan
menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam perilaku dan interaksi sehari-hari. Upaya
mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila menjadi tanggung jawab dan kewajiban seluruh lapisan

9
Tarwan, N. S. M., dan Dwi, D. A. (2019. Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila di Era Modern. Jurnal Pendidikan Guru
Sekolah Dasar.
10
Rismawati. (2017). AKTUALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DI ERA REFORMASI. SEMINAR
NASIONAL: Universitas Muhammadiyah Makassar.
8
masyarakat Indonesia tanpa kecuali. Setiap individu, dari berbagai latar belakang dan profesi,
berperan penting dalam menjaga dan menghidupkan nilai-nilai Pancasila. Tidak ada batasan atau
pembatasan tertentu dalam mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila. Semua lapisan masyarakat,
baik berpendidikan tinggi maupun tidak, perkotaan maupun pedesaan, dari berbagai profesi dan
pekerjaan, memiliki tanggung jawab dan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari. Setiap individu, mulai dari pelajar hingga pejabat, petani hingga
pengusaha, memiliki peran yang sama pentingnya dalam mengimplementasikan nilai-nilai
Pancasila. Meskipun peran dan kemampuan setiap individu mungkin berbeda, mendukung dan
mengikuti nilai-nilai Pancasila membutuhkan kontribusi dan partisipasi semua lapisan
masyarakat. kebersamaan dan kolaborasi seluruh komponen masyarakat
untuk mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila membawa kekuatan dan nilai tambah
dalam menjaga dan melestarikan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila membutuhkan kontribusi dari seluruh lapisan
masyarakat dan bangsa Indonesia. Namun, dalam konteks Indonesia yang masih bersifat
paternalistik11, contoh atau teladan dari para penyelenggara negara dan pemerintahan memegang
peranan penting dalam mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila. Masyarakat cenderung melihat
mereka sebagai panutan dan mengharapkan mereka menjadi contoh yang baik bagaimana nilai-
nilai Pancasila diimplementasikan. Sebagai penyelenggara negara dan pemerintahan, baik di
jajaran eksekutif, legislatif, yudikatif, maupun administratif, mereka memiliki tugas dan
tanggung jawab yang lebih konkret untuk menjadi contoh
dan panutan dalam mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam tindakan dan kebijakan
mereka. Upaya mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila membutuhkan contoh nyata dan
panutan dari mereka yang di anggap memiliki kedudukan tertentu dalam masyarakat. Hal ini
sangat logis karena peran para penyelenggara negara dan pemerintahan menjadi sangat krusial
karena mereka memiliki posisi dan pengaruh yang signifikan dalam menjalankan roda
pemerintahan.
Para penyelenggara negara dan pemerintahan adalah pihak yang berperan dalam
mengeluarkan peraturan perundang-undangan atau kebijakan. Dalam konteks ini, masyarakat
akan menilai kualitas dan efektivitas peraturan perundang-undangan dan kebijakan tersebut

11
Budaya yang menggunakan hierarki secara vertikal sebagai landasan fundamental dalam hubungan antar manusia,
bahwa manusia harus bersikap sesuai dengan status dan kedudukannya dalam masyarakat, dengan analogi “bapak”
dan “anak” dalam keluarga.

9
sesuai dengan sejauh mana nilai-nilai Pancasila tercermin dalam pelaksanaannya. Undang-
undang atau kebijakan yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila memberikan dampak positif bagi
masyarakat. Sebaliknya, ketika peraturan perundang-undangan atau kebijakan tidak
mencerminkan nilai-nilai Pancasila, masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap penyelenggara
negara dan pemerintah.
Masyarakat perlu dan harus memiliki pengetahuan mengenai bagaimana hukum dibentuk
dan diterapkan, karena pada akhirnya masyarakatlah yang nantinya akan diuntungkan atau
bahkan di rugikan karena hal tersebut. Oleh karena itu aktualisasi ini akan sangat sia-sia jika
masyarakatnya sendiri tidak memiliki pengetahuan mengenai bagaimana seharusnya hukum
berjalan. Seperti dalam banyak kasus, kita sering menemukan bahwa banyak orang yang
memiliki sedikit pengetahuan tentang hukum dan di pengadilan hanya tunduk pada keputusan
hakim tanpa membela diri, padahal kejahatan yang dilakukan tidak begitu serius dan bisa saja
dibebaskan. Sebaliknya, orang yang berstatus lebih tinggi dapat dengan mudah menghindari
hukuman atas pelanggaran seolah-olah kebal terhadap hukum.
Seperti yang pernah terjadi tahun 2009 mengenai suatu berita yang di dalam artikel detik
News yang berjudul “Mencuri 3 Buah Kakao, Nenek Minah Dihukum 1 Bulan 15
Hari”. Kejadian ini bermula saat nenek Minah memetik tiga buah kakao yang dikelola oleh PT
RSA, dengan berniat untuk ditanam kembali di lahan miliknya. Nenek Minah tidak
menyembunyikannya, tetapi meletakkannya di bawah pohon. Mandor PT RSA
mengetahuinya dan nenek Minah mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Ia juga
mengembalikan tiga buah kakao kepada mandor PT RSA. Namun, seminggu kemudian nenek
Mimah mendapat panggilan pemeriksaan dari kepolisian untuk diinterogasi dan dijatuhi
hukuman satu bulan 15 hari penjara.
Kasus ini merupakan salah satu kasus yang menunjukkan bahwa hukum Indonesia justru
tajam ke bawah. Namun melihat perhatian media yang luas dan kesadaran masyarakat terhadap
kasus ini, kasus ini memberikan pelajaran penting bagi penegak hukum bahwa semua warga
negara Indonesia harus memiliki kedudukan yang sama di mata hukum, seperti yang secara jelas
dinyatakan dalam Pasal 5 Pancasila yang berbunyi “Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”. Ketika penegak hukum tidak melakukan tugasnya dengan baik, kita harus
memperingatkan bahwa kita mengetahui seperti apa hukum seharusnya di tegakan, mereka tidak
bisa bertindak seenaknya.

10
Dinamika dalam mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila memungkinkan untuk
menyesuaikan dengan tantangan dan perkembangan zaman. Agar Pancasila tetap relevan, nilai-
nilainya harus diterapkan dalam konteks zaman yang terus
berkembang. Mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila juga membantu membangun dan
memperkuat loyalitas warga masyarakat dan warga negara terhadap negara dan ideologi
bangsa. Melalui pendidikan, pengenalan, dan penerapan nilai-nilai Pancasila, masyarakat dapat
mempertahankan komitmen terhadap prinsip-prinsip Pancasila, yang pada gilirannya
memperkuat identitas nasional. Seperti halnya dalam masyarakat, apatisme dan resistensi
terhadap nilai-nilai Pancasila dapat muncul karena berbagai alasan seperti: kurangnya
pemahaman, ketidakpuasan, kesulitan menerima, keraguan akan nilai luhur, keengganan
mengamalkan, kecenderungan melupakan, keinginan mengganti atau pengaruh
eksternal. Dengan mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila secara dinamis dan menyeluruh,
tingkat sikap apatisme dan resistensi dapat dikurangi karena masyarakat merasa dilibatkan dan
didorong untuk memahami dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, dalam mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, dinamika yang aktif dan senantiasa terpelihara secara berkesinambungan
sangatlah penting dan diperlukan. Hal ini diperlukan agar Pancasila sebagai dasar hukum negara
Indonesia yang berperan sentral dalam mengarahkan tindakan dan keputusan tetap relevan dan
memberikan pedoman yang kuat bagi pengambilan kebijakan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dinamika ini juga turut menjaga loyalitas masyarakat terhadap Pancasila serta
meminimalisir apatisme dan resistensi terhadap Pancasila.

SIMPULAN
Kesimpulan dari materi yang kami uraikan dalam artikel ini adalah bahwa Pancasila
berperan penting sebagai sumber dari segala sumber hukum, sehingga hukum yang dihasilkan
tidak berat sebelah dan selalu mengutamakan ketentraman, perdamaian, persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia. Meskipun begitu perkembangan dan zaman yang membuat orang-orang lupa
akan nilai-nilai Pancasila ini menjadi tantangan terhadap keberlangsungan penegakan hukum di
kemudian hari. Oleh karena itu, aktualisasi Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
di Indonesia diperlukan agar kualitas hukum yang disahkan dalam penerapannya dalam
kehidupan bangsa ini tetap terjaga. Aktualisasi nilai-nilai Pancasila sebagai sumber dari segala
sumber hukum menuntut para penyelenggara negara pemerintahan yang merupakan pihak-pihak
11
penting dalam menjalankan dan mengurus negara ini. Masyarakat bertugas menilai apakah
hukum yang berlaku itu benar atau tidak, agar aparat hukum tidak bertindak sewenang-wenang
dengan jabatannya. Ketika masyarakatnya sendiri mengetahui bagaimana hukum yang baik maka
baik pula penilaian yang di lakukannya, dan terciptalah hukum yang baik sebagaimana yang
diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Affandi, H. (2021). PANCASILA EKSISTENSI DAN AKTUALISASI. Yogyakarta: ANDI
OFFSET.https://webadmin-ipusnas.perpusnas.go.id/ipusnas/publications/books/176695/

Arfa’i., Nasution. B. J., dan Febrian. (2020). Aktualisasi Pancasila sebagai Sumber Hukum
dalam Pembentukan Undang-Undang. Undang: Jurnal Hukum, 3(2), 377-407.
https://www.ujh.unja.ac.id/index.php/home/article/view/144

Aulia, T., dan Dewi, D.A. (2022). AKTUALISASI NILAI PANCASILA DI ERA
GLOBALISASI: TINAJUAN AKTUALISASI PANCASILA DALAM
PENGGUNAAN TEKNOLOGI DI KALANGAN GENERASI MUDA. JURNAL
PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN HUMANIORA, 13(2), 364.
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/JPSH/article/download/54791/75676593779

Bo'a, F. Y. (2018). Pancasila sebagai Sumber Hukum dalam Sistem Hukum Nasional Pancasila
as the Source of Law in the National Legal System. Jurnal Konstitusi, 15(1), 42.
https://jurnalkonstitusi.mkri.id/index.php/jk/article/download/1512/351

Detikcom. 2009 Nov 19. Mencuri 3 Buah Kakao, Nenek Minah Dihukum 1 Bulan 15 Hari. Detik
News. Diakses 15 Juni 2023, pukul 21:36. https://news.detik.com/berita/d-
1244955/mencuri-3-buah-kakao-nenek-minah-dihukum-1-bulan-15-hari

Eddy. I.W.T. (2018). AKTUALISASI NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN


BERBANGSA DAN BERNEGARA. DHARMASMRTI, 18(1), 117.
https://media.neliti.com/media/publications/266370-aktualisasi-nilai-pancasila-dalam-
kehidu-8e2cb993.pdf

12
Harahap, M. S. (2019). KONSEPSI HUKUM YANG IDEAL BAGI NEGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA. Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara-Fakultas Hukum
Marsekal Suryadarma, 10(1), 81.
https://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/jihd/article/view/406

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Online. https://kbbi.web.id/

Oktavian, W. A. (2018). URGENSI MEMAHAMI DAN MENGIMPLEMENTASIKAN NILAI-


NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI SEBAGAI SEBUAH
BANGSA. JURNAL BHINEKA TUNGGAL IKA, 5(2), 124-125.
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jbti/article/download/7904/pdf

Rismawati. (2017). AKTUALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DI ERA REFORMASI.


SEMINAR NASIONAL : Universitas Muhammadiyah Makassar.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/10771/3%20Rismawati.pdf?se
quence=1l

Tarwan, N. S. M., dan Dwi, D. A. (2019. Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila di Era Modern. Jurnal
Pendidikan Guru Sekolah Dasar. https://ummaspul.e-
journal.id/MGR/article/download/3443/1204/

Peraturan dan Putusan Hukum

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-Undangan. https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/39188/uu-no-12-tahun-
2011

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/121716/uu-no-15-tahun-2019

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2o11 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan. https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/212810/uu-no-13-tahun-2022

13

You might also like