You are on page 1of 10

Implementasi Ide Keseimbangan Dalam Pembangunan Hukum

Pidana Indonesia Berbasis Nilai-Nilai Pancasila

Ira Alia Maerani


Dosen Fakultas Hukum UNISSULA
ira.alia@unissula.ac.id

Abstract
Criminal Law Science consists of the Criminal Law Material (consisting of the Code of
Penal (Penal Code=KUHP) and Act Outside the Criminal Code), Formal Criminal Law (Code
of Criminal Law), and the Law of Criminal Execution. Code Penal (Penal Code) is derived from
the Wetboek van Strafrecht voor Nederlands Indie (WvSvNI). Criminal Code (WvSNI) is a
legal product “foreign” Dutch colonial administration which is not in accordance with the values​​
espoused Indonesian nation and not in accordance with the conditions of the Indonesian nation
freed with Pancasila as the foundation philosophy of legal development in Indonesia. Issues
to be studied in this paper about the Pancasila philosophy approach in development efforts in
the Indonesian criminal law and the implementation of the idea of ​​balance in the development
of criminal law in Indonesia are based on the values ​​Pancasila. Research done by digging the
values ​​of Pancasila, the value on God particularly those contained in the Law of Islam (as a
religion writer and the religion professed by the majority of the people of Indonesia), the value
of humanity, unity, democracy, and social justice to change ideas/concepts of foreign laws that
are incompatible with the basic philosophy of Pancasila. This study uses normative juridical
methodology as in finding the data will be examined to the text of scripture, law and legal literature.
Keyword : Implementation, Idea Balance, Construction of Criminal Law, Values, Pancasila

Abstrak
Ilmu Hukum Pidana terdiri dari Hukum Pidana Materiil (terdiri dari Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) dan Undang-Undang di Luar KUHP), Hukum Pidana Formil (Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana), dan Hukum Pelaksanaan Pidana. Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) berasal dari Wetboek van Strafrecht voor Nederlands Indie (W.v.S.v.N.I.). KUHP
(W.v.S.N.I.) merupakan produk hukum “asing” pemerintahan zaman kolonial Belanda yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai yang dianut bangsa Indonesia dan tidak sesuai dengan kondisi bangsa
Indonesia yang sudah merdeka dengan Pancasila sebagai landasan filosofi pembangunan
hukum di Indonesia. Permasalahan yang akan dikaji dalam tulisan ini mengenai pendekatan
filosofi Pancasila dalam upaya pem-bangunan hukum pidana di Indonesia dan implementasi ide
keseimbangan dalam pembangunan hukum pidana di Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai
Pancasila. Penelitian dilakukan dengan menggali nilai-nilai Pancasila, yakni nilai Ketuhanan
Yang Maha Esa khususnya yang terdapat dalam Hukum Islam (sebagai agama penulis dan
agama yang dianut oleh mayoritas rakyat Indonesia), nilai kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,
dan keadilan sosial untuk mengganti ide/konsep hukum asing yang tidak selaras dengan dasar
filosofi Pancasila. Penelitian ini menggunakan metodologi yuridis normatif karena dalam mencari
data akan dilakukan kajian terhadap teks kitab suci, perundang-undangan dan literatur hukum.
Kata Kunci : Implementasi, Ide Keseimbangan, Pembangunan Hukum Pidana, Nilai-nilai,
Pancasila

Jurnal Pembaharuan Hukum


Volume II No. 2 Mei - Agustus 2015 329
A. PENDAHULUAN upaya sistematis, terstruktur, dan massive2
Negara Kesatuan Republik untuk melakukan internasilisasi konsep
Indonesia (NKRI) telah mem-proklamirkan negara hukum Pancasila ke dalam aspek-
kemerdekaannya sejak 17 Agustus 1945 aspek kehidupan berbangsa dan bernegara,
silam. Makna kemerdekaan tidak bisa utamanya dalam pembaharuan hukum
dikesampingkan dari aspek yuridis yang juga nasional.
berarti merdeka dan bebas dari belenggu Usaha pembaharuan hukum di
penjajahan hukum kolonial. Pembukaan Indonesia yang sudah dimulai sejak lahirnya
Undang-Undang Dasar Negara Republik UUD NRI Tahun 1945 tidak dapat dilepaskan
Indonesia Tahun 1945 (untuk selanjutnya pula dari landasan dan sekaligus tujuan
disingkat UUD NRI 1945) menegaskan yang ingin dicapai seperti telah dirumuskan
bahwa kemerdekaan Republik Indonesia juga dalam Pembukaan UUD NRI Tahun
selain merupakan rahmat Allah Yang Maha 1945. Tujuan yang telah digariskan dalam
Kuasa juga didorong oleh keinginan luhur Pembukaan UUD 1945 itu secara singkat
bangsa Indonesia untuk berkehidupan ialah “melindungi segenap bangsa Indonesia
kebangsaan yang bebas. dan untuk memajukan kesejahteraan umum
Keinginan luhur untuk berkehidupan berdasarkan Pancasila”. Inilah garis kebijakan
kebangsaaan yang bebas itu dicapai umum yang menjadi landasan dan sekaligus
dengan membentuk pemerintah negara tujuan dari politik hukum di Indonesia. Ini
Republik Indonesia yang disusun dalam pulalah yang menjadi landasan dan tujuan
suatu Undang-Undang Dasar. Dengan dari setiap usaha pembaharuan hukum,
demikian, cita-cita atau keinginan luhur termasuk pembaharuan di bidang hukum
untuk berkehidupan kebangsaan seperti yang pidana.3
diamanatkan oleh Pembukaan UUD NRI Konsekuensi menjadikan Pancasila
Tahun 1945 itu, bukan sekedar cita-cita untuk sebagai dasar filsafat bangsa berarti bahwa
berkehidupan kebangsaan yang bebas tetapi dalam setiap kehidupan berbangsa dan
“berkehidupan yang bebas dalam keteraturan” bernegara harus menjadikan Pancasila
atau “berkehidupan yang bebas dalam sebagai landasan filosofis yang menjiwai
suasana tertib hukum”. Ini berarti Proklamasi setiap langkah pembangunan termasuk
kemerdekaan seperti terungkap dalam pembangunan di bidang hukum.4
Pembukaan UUD NRI 1945 mengamanatkan 2 Arief Hidayat, 2015, Konsepsi Negara Hukum Pancasila,
makalah disampaikan pada kuliah Program Doktor Ilmu
juga usaha pembaharuan hukum di Indonesia.
Hukum (PDIH) Fakultas Hukum Unissula, tanggal 24 Mei
Usaha untuk memperbaharui kehidupan 2015. Internalisasi konsep negara hukum Pancasila ke
kebangsaan dalam suasana tertib hukum dalam aspek-aspek kehidupan berbangsa dan bernegara
itu dimulai dengan disusunnya Undang- utamanya dalam pembentukan hukum nasional perlu
dilakukan secara sistematis, terstruktur, dan massive,
Undang Dasar Negara Indonesia.1 maknanya adalah sbb:
Konsepsi negara hukum Indonesia • Sistematis, artinya perlunya perencanaan secara matang
memiliki ciri dan karakteristik yang didasarkan (by design), komprehensif dan holistik dalam melakukan
internalisasi konsep negara hukum Pancasila.
pada semangat dan jiwa bangsa (volkgeist) • Terstruktur, artinya upaya internalisasi konsep negara
Indonesia, yakni Pancasila. Meskipun identitas hukum Pancasila perlu dilakukan utamanya oleh para
dan perumusan ciri negara Indonesia yang penyelenggara negara dan semua pihak baik infrastruktur
politik terlebih suprastruktur politik.
berdasarkan Pancasila telah dirumuskan,
• Massive, artnya upaya interalisasi konsep negara hukum
namun konsepsi negara hukum Pancasila Pancasila harus dilakukan dalam skala nasional yang
belum diimplementasikan dan dilembagakan meliputi ranah formal, non formal, dan informal dari
dengan baik. Oleh karena itu, perlu ada negara, masyarakat, dan keluarga.
3 Barda Nawawi Arief, Loc.Cit.
1 Barda Nawawi Arief, 1986, Penetapan Pidana Penjara 4 Sri Endah Wahyuningsih, 2010, Prinsip-Prinsip
dalam Perundang-undangan Dalam Rangka Usaha Individualisasi Pidana dalam Hukum Pidana Islam,
Penanggulangan Kejahatan, Disertasi, Universitas Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang,
Padjadjaran, Bandung, hlm. 1-2. hlm. 2.

Jurnal Pembaharuan Hukum


330 Volume II No. 2 Mei - Agustus 2015
Dalam membangun kerangka dasar dalam landasan Pancasila terkandung juga
hukum nasional yang berlandaskan Pancasila “kearifan/kegeniusan religius”.7
dan UUD NRI 1945, maka postulat moral Pancasila di samping sebagai ideologi,
dari kalimat “Atas berkat rahmat Allah Yang dasar dan falsafah negara, juga menjadi cita-
Maha Kuasa” dan “Ketuhanan Yang Maha cita moral dan pandangan hidup bangsa
Esa” yang merupakan unsur rohaniah dalam Indonesia yang selama bangsa Indonesia
pembangunan di negara kita perlu dipahami ada telah memberi pandangan dan arah
dan dihayati, agar setiap usaha membangun kepada bangsa dan negara kita menjalani
hukum nasional tidak menyimpang dari kehidupan bernegara sesuai dengan jati
spirit perjuangan dan landasan moral yang dirinya yang membedakan dengan bangsa-
dipancangkan dalam Pancasila dan UUD bangsa lain di dunia. Seiring dinamika
NRI 1945.5 kehidupan berbangsa dan bernegara,
Tujuan akhir dan tujuan utama dari Pancasila telah menjadi sumber primer dalam
politik hukum adalah perlindungan masyarakat memecahkan persoalan bangsa yang bersifat
untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. multidimensional. Harus diakui, Pancasila
Tujuan politik hukum ini selaras dengan bunyi mempunyai nilai historis yang kuat yang
Alinea 4 Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 dapat meningkatkan spirit kebangsaan, di
yang selengkapnya berbunyi: sisi lain Pancasila mempunyai nilai spiritual-
“Kemudian daripada itu untuk ideologis yang dapat dijadikan sebagai
membentuk suatu pemerintah negara kekuatan untuk meneropong persoalan
Indonesia yang melindungi segenap bangsa kekinian dan kemasadepanan.8
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia Persoalan bangsa yang
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mutidimensional salah satunya berkaitan
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan dengan pembangunan hukum pidana
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang Indonesia yang dinilai belum mencerminkan
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian kepribadian Indonesia yang berdasarkan
abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah nilai-nilai Pancasila. Produk hukum pidana
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu kolonial inilah yang terus dikaji oleh para
dalam suatu Undang-Undang Dasar negara pemikir-pemikir hukum pidana untuk diubah
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu sesuai harkat dan martabat bangsa Indonesia
susunan negara Republik Indonesia yang yang merdeka dan berdaulat.
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Berdasarkan uraian latar belakang d
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan iatas, maka penulis merumuskan masalah
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, tentang bagaimana implementasi ide ke-
dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat seimbangan dalam pembangunan hukum
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ pidana di Indonesia yang berdasarkan nilai-
perwakilan, serta dengan mewujudkan nilai Pancasila?
suatu keadil-an sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”.6 B. METODE PENELITIAN
Landasan Pancasila yang merupakan Metode penelitian merupakan suatu
“kearifan/kegeniusan nasional (national sistem dan suatu proses yang mutlak harus
wisdom/national genius) mengandung dilakukan dalam suatu kegiatan penelitian dan
di dalamnya tiga pilar utama, yaitu pilar
7 Barda Nawawi Arief (Kata Pengantar) dalam Sri Endah
ketuhanan (religius), pilar kemanusiaan Wahyuningsih, op.cit. hlm. iii.
(humanistik), dan pilar kemasyarakatan 8 Adian Husaini, 2015, Mendiskusikan Pancasila sebagai
(demokratik, kerakyatan, dan keadilan sosial). Worldview dan Pedoman Amal?, makalah pada Seminar
Dengan adanya pilar ketuhanan, berarti di Nasional Kebangsaan dengan tema : Menegaskan
Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara dalam
5 Ibid. UUD Negara Republik Indonesia 1945 di Hotel Horison,
6 Alinea 4 UUD NRI Tahun 1945. Semarang, Senin, tanggal 16 Pebruari 2015, hlm. 1.

Jurnal Pembaharuan Hukum


Volume II No. 2 Mei - Agustus 2015 331
pengembangan ilmu pengetahuan. Metode aparat hukum, sarana dan prasarana hukum”.13
penelitian juga merupakan hal yang penting Seperti diketahui sampai saat ini,
dan merupakan blue print suatu penelitian, hukum positif kita masih terdiri dari unsur-unsur
artinya segala gerak dan aktivitas tercermin : (1) Hukum Adat, (2) Hukum Islam, dan (3)
dalam metode penelitian ini. Dengan demikian Hukum Barat14, oleh karena itu hukum positif
uraian yang terdapat di sini harus dilakukan Indonesia belum sepenuhnya mencerminkan
dengan benar, jangan sampai peneliti hanya nilai-nilai untuk melakukan pembaharuan
menguraikan sesuatu karena hanya sering sistem hukum pidana kita yang diorientasikan
mendengar atau melihat saja. Jadi hal ini harus pada nilai-nilai Pancasila yang menjadi filsafat
dipahami oleh seorang peneliti, sehingga bangsa, yang berbeda dengan nilai-nilai yang
hasil yang akan didapatnya pun akan sesuai bersumber dari bangsa asing. Oleh karena
dengan apa yang ingin dicapai.9 itu, pembangunan hukum nasional yang
Dalam penulisan artikel ini penulis mengambil sari pati hukum nasional yang
menggunakan metode pendekatan yuridis hidup di masyarakat Indonesia merupakan cita
normatif, yaitu metode pendekatan yang ideal yang sudah semestinya diperjuangkan
dilakukan dengan cara meneliti data sekunder10 dengan gigih. Bukan mempertahankan hukum
atau bahan pustaka, yang difokuskan bangsa kolonial yang memiliki pandangan
untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah dan konsep nilai yang berbeda dengan
atau norma-norma dalam hukum positif.11 bangsa kita.
Penelitian yuridis normatif adalah pene-litian Kebijakan perumusan sistem
yang menjelaskan tentang asas-asas hukum pemidanaan dalam KUHP/WvS yang lebih
yang terdapat dalam ketentuan perundang- berorientasi pada pelaku dapat dianalisis
undangan.12 dari “ide dasar/ nilai filosofi/aliran” yang
melandasi penyusunannya. KUHP/WvS se-
C. HASIL DAN PEMBAHASAN bagai ketentuan induk ketentuan perundang-
Upaya pembangunan dalam bidang undangan adalah warisan penjajah Belanda.
hukum terkait dengan Undang-Undang Keluarga Hukum negara Belanda masuk
Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana dalam “Civil Law System” dengan tanda
Pembangun-an Jangka Panjang Nasional ciri utamanya “kodifikasi”. Nilai filosofi yang
(RPJPN) Tahun 2005-2025, Bab IV.1.3 tentang menjadi latar belakang disusunnya KUHP/
Arah Pembangunan Jangka Panjang Tahun WvS adalah “individual-isme, liberalisme”
2005-2025 yang antara lain menyebutkan diilhami oleh aliran klasik/neo klasik yang
: “....pembangunan hukum diarahkan pada ber-orientasi pada perbuatan dan pelaku
makin terwujudnya Sistem Hukum Nasional tindak pidana.
yang mantap bersumber pada Pancasila dan KUHP (WvS) termasuk keluarga/
UUD 1945, yang mencakup pembangunan sistem hukum kontinental (Civil Law
materi hukum, struktur hukum, termasuk System) yang dipengaruhi oleh pandangan
individualistik-liberalistik,15 berbeda dengan
9 Sri Mamudji, et.al., 2005, Metode Penelitian dan 13 Dikutip dari Kementrian Negara Perencanaan
Penulisan Hukum, Badan Penerbit Fakutas Hukum Pembangunan Nasional (BAPENAS), UU RI No. 17
Universitas Indonesia, Jakarta, hlm. 21. Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025, hlm. 59.
10 Ronny Hanitijo Soemitro, 1983, Metodologi
Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 14 Dikutip dari Badan Pembinaan Hukum Nasional,
hlm. 24. Departemen Kehakiman RI, 1995/1996, hlm. 16-17.
15 Menurut Satjipto Rahardjo, pikiran liberal berpusat
11 Valerine, J.L.K., 2009, Modul Metode Penelitian
pada kemerdekaan individu dengan menata suatu
Hukum, Edisi Revisi, Fakultas Hukum Universitas kehidupan bahwa kemerdekaan individu tersebut dijamin
Indonesia, Jakarta, hlm. 409. keberadaan dan kelanjutan keberadaan tersebut. Nilai
12 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 1994, Penelitian liberal, kemerdekaan individu, menjadi paradigma dalam
Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo sistem hukum. Hal tersebut di atas memberikan implikasi
Persada, Jakarta, hlm. 28. terhadap pemikiran hukum, antara lain:

Jurnal Pembaharuan Hukum


332 Volume II No. 2 Mei - Agustus 2015
pandangan dan konsep nilai bangsa Indonesia dan kebudayaan dari bangsa itu mendapat
yang lebih religius bersifat kekeluargaan, tempat dalam pengaturan di dalam hukum
monodualistik dan kolektivistik. Oleh sebab pidana. Ukuran untuk mengkriminalisasikan
itu, perlu dilakukan perubahan, pembaharuan sesuatu perbuatan tergantung dari nilai-nilai
dan penyesuaian atau penggantian peraturan dan pandangan kolektif yang terdapat dalam
kolonial itu pengaturan hukum nasional.16 masyarakat tentang apa yang baik, yang
Dalam kaitan dengan hal di atas, benar, yang bermanfaat atau sebaliknya. Jadi
Sudarto, mengemukakan sedikitnya ada tiga pandangan masyarakat tentang kesusilaan
alasan urgensi diperbaharuinya KUHP, yaitu dan agama sangat berpengaruh dalam
alasan politis, sosiologis, dan alasan praktis pembentukan hukum, khususnya hukum
(kebutuhan dalam praktek). Dipandang dari pidana.17
sudut politis, Negara Republik Indonesia yang Sistem hukum nasional di samping
merdeka adalah wajar mempunyai KUHP- hendaknya dapat menunjang pembangunan
nya, yang diciptakannya sendiri. KUHP yang nasional dan kebutuhan pergaulan
diciptakan sendiri bisa dipandang sebagai internasional, namun juga harus bersumber
lambang (simbol) dan merupakan suatu dan tidak mengabaikan nilai-nilai dan aspirasi
kebanggaan dari suatu negara yang telah hukum yang hidup dan berkembang di dalam
merdeka dan melepaskan diri dari kungkungan masyarakat. Nilai-nilai hukum yang hidup
penjajahan politik. KUHP dari suatu negara di dalam masyarakat itu dapat bersumber
yang “dipaksakan” untuk diberlakukan di atau digali dari nilai-nilai hukum adat dan
negara lain, bisa dipandang sebagai simbol nilai-nilai hukum agama.18
dari penjajahan oleh negara yang membuat Saat ini sedang disusun Konsep
KUHP itu. Sedangkan dipandang dari sudut KUHP Baru yang bertujuan menggantikan
sosiologis bahwa pengaturan dalam hukum KUHP/WvS karena ide/konsep dasar
pidana merupakan pencerminan dari ideologi pemikiran, nilai filosofi dalam masa
politik sesuatu bangsa, di mana hukum itu penyusunannya, sudah tidak sesuai lagi
berkembang. Ini berarti bahwa nilai-nilai sosial dengan ide/konsep dasar pemikiran, nilai
filosofi disusunnya konsep. Ide/ konsep
Pertama, bahwa sistem hukum liberal terutama dasar pemikiran, nilai filosofi disusunnya
dirancang untuk memberikan perlindungan terhadap
kemerdekaan individu. Menjadi tugas penting dari sistem konsep adalah Pancasila yang jalinan nilai
hukum untuk menguraikan dan meneguhkan filsafat dalam setiap silanya mencerminkan “ide
tersebut ke dalam bangunan hukum. oleh karena, keseimbangan”.
substansi pengaturan, doktrin, asas dikerahkan untuk
mengamankan paradigma nilai liberal tersebut.
Dalam konteks pembangunan hukum
Kedua, bahwa sistem hukum yang nota bene pidana, nilai-nilai Pancasila merupakan
liberal tersebut, tidak dirancang untuk memikirkan dan landasan sistem hukum nasional. Guru besar
memberikan keadilan yang luas kepada masyarakat. Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
Artinya, sistem hukum tidak diadakan untuk memberikan
keadilan yang luas kepada masyarakat, apakah itu (Undip), Barda Nawawi Arief, menyatakan
konstruksi sosial, politik atau kultural. Terutama sejak ada 5 (lima) paradigma yang merupakan
kehadiran hukum modern sekitar abad kesembilan belas, ide dasar Pancasila dalam pembangunan
maka hukum yang dibuat sengaja oleh manusia untuk
kepentingan-kepentingan tertentu, semakin menonjol.
Hukum Pidana. Dapat dilihat dalam tabel19
Konstruksi tersebut meliputi pengadaan doktrin, asas di bawah ini :
dan sebagainya. Oleh karena itu, hukum menjadi lebih
artifisial daripada natural. Hukum merupakan hasil
konstruksi dan berubah dari masa ke masa, dari abad
ke abad, oleh karena pikiran-pikiran hukum abad kedua 17 Sri Endah Wahyuningsih, op. cit., hlm. 7-8.
puluh berbeda dengan pemikiran hukum abad ketujuh 18 Barda Nawawi Arief, 1998, Beberapa Aspek Kebijakan,
belas dan seterusnya. Baca Satjipto Rahardjo, Hukum Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana, Citra
Kita Liberal (Apa Yang Dapat Kita Lakukan), Kompas, Aditya Bhakti, Bandung, hlm. 117.
3 Januari 2001. 19 Barda Nawawi Arief, Ide Keseimbangan
16 Dikutip dari Badan Pembinaan Hukum Nasional, dalam Konsep KUHP, materi kuliah Program Doktor
Departemen Kehakiman RI, 1995/1996, hlm. 16. (S3), hlm. 4.

Jurnal Pembaharuan Hukum


Volume II No. 2 Mei - Agustus 2015 333
keadilan, maka dalam ranah Hukum Pidana
IDE DASAR PANCASILA ide keseimbangan itu dibreak down dalam
• paradigma Ketuhanan (moral-religius),
bentuk ide keseimbangan monodualistik
• paradigma kemanusiaan (humanistik),
• paradigma kebangsaan (persatuan/nasio-
antara lain dalam bentuk: 22
nalistik), 1. Keseimbangan antara kepentingan umum/
• paradigma kerakyatan/demokrasi;
• paradigma keadilan sosial. masyarakat dan ke-pentingan individu;
2. Keseimbangan antara perlindungan/
NILAI KESEIMBANGAN
kepentingan pelaku (ide indi-vidualisasi
pidana) dan korban;
NILAI KEMANUSIAAN
NILAI
KEMASYARAKATAN : 3. Keseimbangan antara faktor “objektif”
NILAI KETUHANAN
(Moral-religius) (Humanistik)  nasionalistik
 demokratik (perbuatan/lahiriah) dan “subjektif” (orang/
 keadilan sosial
batiniah/sikap batin);  ide “daad-dader
strafrecht”;
Tujuan pembangunan nasional 4. Keseimbangan antara kriteria “formal”
sebagaimana tertuang dalam Pembukaan dan “materiel”;
Undang-Undang Dasar Negara Republik 5. Keseimbangan antara “kepastian hukum”,
Indonesia Tahun 1945, merupakan bentuk “kelenturan/elastisi-tas/fleksibilitas”, dan
keseimbangan antara social defense “keadilan”;
(perlindungan masyarakat/kepentingan 6. Keseimbangan antara nilai-nilai nasional
umum) dan social welfare (perlindungan/ dan nilai-nilai global/ internasional/
pembinaan individu). universal.
Ide dasar nilai keseimbangan Selanjutnya implementasi ide keseimbangan
terdapat dalam Al-Qur’an, antara lain tersebut, antara lain terdapat : 23
dalam Q.S. Al-Mulk Ayat 3 dan Q.S. Al- 1. Pada tujuan pemidanaan;
Infitar Ayat 7. Berikut ayat yang dimaksud 2. Pada asas dan syarat pemidanaan;
sekaligus terjemahannya. 3. Pada masalah “sumber hukum” (asas
legalitas) dan penentuan sifat melawan
hukumnya perbuatan;
4. Pada masalah berlakunya Hukum Pidana
: non retro-aktif dan retro-aktif;
Artinya : Yang telah menciptakan tujuh langit 5. Masalah aturan peralihan;
berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat 6. Asas kesalahan-strict liability-rechterlijk
pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah pardon-asas culpa in causa;
sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah 7. Orientasi pidana: perlindungan masyarakat
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu – korban – pelaku (kemanusiaan).
yang tidak seimbang. (QS. Al- Mulk: 7) 20 Implementasi Ide Keseimbangan dalam
Tujuan Pemidanaan
Ide keseimbangan dalam tujuan
pemidanaan selain bertujuan membina pelaku
Artinya : Yang telah menciptakan kamu dan membebaskan rasa bersalah pelaku,
lalu menyempurnakan kejadianmu dan juga ber-tujuan mencegah dilakukannya
menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang. tindak pidana dengan menegakkan hukum,
(QS. Al-Infitar : 7)21 menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh
Berangkat dari ide keseimbangan tindak pidana, memulihkan keseimbangan
yang terdapat dalam Al-Qur’an yang dan mendatangkan rasa damai dalam
melahirkan harmoni, keserasian, dan masyarakat. Seperti tercantum dalam Pasal
20 Al-Qur’an dan terjemahnya, Q.S. Al-Mulk Ayat 3, Karya 22 Barda Nawawi Arief, Ide Keseimbangan..., op.cit.,
Toha Putra, Semarang, hlm. 562. hlm. 6.
21 Ibid., hlm. 587. 23 Ibid., hlm. 7.

Jurnal Pembaharuan Hukum


334 Volume II No. 2 Mei - Agustus 2015
55 RUU KUHP 2014. Rumusan pasal di undangan di luar KUHP/WvS, salah satu
atas menunjukkan inti tujuan pemidanaan alasannya karena kebijakan perumusan sistem
dalam RUU KUHP 2014, yaitu : pemidanaan dalam sistem induk KUHP/WvS
1. Aspek Perlindungan Masyarakat lebih berorientasi pada pelaku tindak pidana.
(Kepentingan Umum/Social Defense), Dampak yuridis kenyataan demikian adalah
khususnya : tidak terintegrasinya ke-bijakan perumusan
a. Pencegahan kejahatan; sistem pemidanaan yang berorientasi pada
b. Pengamanan (pengayoman) korban dalam ketentuan perundang-undangan
masyarakat; di luar KUHP/WvS, karena tidak ada “standar
c. Pemulihan keseimbangan masyarakat kebijakan” yang dapat menjadi pedoman.
: Implementasi Ide Keseimbangan dalam
 Penyelesaian konflik (conflict Syarat Pemidanaan
opplossing) & Pembaharuan Hukum Pidana nasional
 Mendatangkan rasa damai berorientasi pada ide individualiasi pidana
(vredemaking). sebagai konsekuensi pentingnya pendekatan
2. Aspek Perlindungan (Pembinaan) Individu ke-manusiaan dalam setiap langkah kebijakan
(Social Welfare): pembangunan nasional yang berlandaskan
a. Memasyarakatkan terpidana pada falsafah Pancasila dan di dalamnya
(resosialisasi/rehabilitasi); ter-kandung sila kemanusiaan yang adil
b. Membebaskan rasa bersalah; dan beradab.24
c. Pemidanaan tidak dimaksudkan untuk Pentingnya individualisasi pidana
menderitakan dan me-rendahkan dalam pembaharuan hukum di Indonesia
martabat manusia (perlindungan adalah sebagai reaksi terhadap aliran klasik
terhadap sanksi yang sewenang- yang lebih menitikberatkan pada perbuatan
wenang/bersifat pembalasan). orang (daadstrafrecht), yang kemudian
Implementasi ide keseimbangan muncul aliran modern hukum pidana yang
dalam konsep yang men-cerminkan menitikberatkan perhatiannya bukan saja
“kebijakan perumusan sistem pemidanaan kepada perbuatan tetapi juga pada orang/
yang berorientasi pada korban” tampak individunya (daderstrafrecht).25 Terlihat pada
dalam rumusan tentang “Tujuan dan tabel26 di bawah ini.
Pedoman Pemidanaan”. Dalam Tujuan
Pemidanaan (Pasal 55 RUU KUHP 2014)
IMPLEMENTASI IDE KESEIMBANGAN PADA
tercermin ide keseimbangan antara tujuan
SYARAT/ASAS PEMIDANAAN
“memasyarakatkan terpidana dengan
mengadakan pembinaan, sehingga menjadi
orang yang baik dan berguna”, dengan
PIDANA Tindak Kesalahan TUJUAN
“menyelesaikan konflik yang ditimbul- = Pidana
+ (PJP)
+
PIDANA
kan oleh tindak pidana, memulihkan
keseimbangan, dan mendatangkan rasa
DAAD DADER
damai dalam masyarakat”. Dalam Pedoman (Unsur Objektif) (Unsur Subjektif)
Pemidanaan, ide keseimbangan tercermin
dalam pemidanaan wajib dipertimbangkan,
di antaranya “kesalahan pembuat tindak Asas LEGALITAS
(Kemasyarakatan)
Asas CULPABILITAS
(Kemanusiaan)
pidana” dengan “permaafan dari korban dan/
atau keluarganya”.
Kebijakan perumusan sistem 24 Sri Endah Wahyuningsih, op. cit., hlm. 85.
pemidanaan yang berorientasi pada korban 25 Ibid.
dalam hukum positif saat ini, tidak senantiasa 26 Barda Nawawi Arief, Ide Keseimbangan..., op.cit., hlm.
tercantum dalam ketentuan perundang- 14.

Jurnal Pembaharuan Hukum


Volume II No. 2 Mei - Agustus 2015 335
Beberapa karakteristik prinsip ide : 30
individualisasi pidana menurut Barda Nawawi 1. Menghindari kekakuan/absolutisme;
Arief sebagai berikut : 27 2. Sebagai “veiligheidsklep” (katup
1. Pertanggungjawaban (pidana) bersifat pengaman);
pribadi/perorangan (asas personal); 3. Sebagai “judicial corrective to the legality
2. Pidana hanya diberikan kepada orang principle”;
yang bersalah (asas culpa-bilitas : “tiada 4. Pengintegrasian ide/paradigma “hikmah
pidana tanpa kesalahan”); kebijaksanaan”;
3. Pidana harus disesuaikan dengan 5. Pengintegrasian/pengimplementasian
karakteristik dan kondisi si pelaku. Ini “tujuan pidana” ke dalam syarat
berarti harus ada kelonggaran/fleksibilitas pemidanaan -> sebagai dasar “justifikasi
bagi hakim dalam memilih sanksi pidana pidana/ pemidanaan”.
(jenis maupun berat ringannya sanksi) Keseimbangan kewenangan hakim
dan harus ada kemungkinan modifikasi dalam memutus perkara tidak melulu
pidana (perubahan/ penyesuaian) dalam menggunakan rechterlijk/judicial pardon di
pelaksanaannya. mana terdapat kewenangan memaafkan (tidak
Implementasi ide keseimbangan memidana) walaupun terdapat tindak pidana
dalam syarat pemidanaan selain menerapkan dan kesalahan, namun juga menerapkan culpa
asas legalitas dan asas culpabiltas di mana in causa yakni kewenangan tetap memidana
tiada pidana tanpa kesalahan, namun dalam walaupun ada alasan penghapus pidana.
pelaksanaannya terdapat pe-nyimpangan Di dalam Al-Qur’an sebagai sumber
yang dikenal dengan permaafan (rechterlijk/ hukum tertinggi dalam Hukum Islam
judicial pardon) (Lihat Tabel Implementasi Ide terutama dalam Q.S. Al-Baqarah: Ayat 178-
Keseimbangan dalam Pemidanaan).28 Unsur 179 disebutkan tentang unsur permaafan
permaafan ini mengakomodir hukum yang dan keseimbangan jaminan kehidupan.
hidup di masyarakat. Di mana masyarakat Selengkapnya bunyi ayat tersebut berikut
Indonesia yang mayoritas beragama Islam, artinya :
merujuk Hukum Islam sebagai salah satu
sumber hukum. Di mana dalam perkara
pembunuhan yang wajib qishash atas kasus
tersebut, jika ada permaafan dari korban atau
ahli warisnya, maka kepada mereka berhak
menuntut diyat sesuai dengan ketentuan atau
sesuai dengan kesepatan kedua belah pihak
atau bahkan mem-bebaskan sama sekali
tanpa menuntut apapun kepada pelaku.
Selain ada hukuman pokok ada hukuman Artinya: Hai orang-orang yang beriman,
pengganti.29 Jadi, berlaku asas legalitas diwajibkan atas kamu qisas31 berkenaan
formal juga berlaku asas legalitas materiil. dengan orang-orang yang dibunuh; orang
merdeka dengan orang merdeka, hamba
dengan hamba, dan wanita dengan wanita.
Maka barangsiapa yang mendapat suatu
Rechterlijk/judicial pardon ini mengandung pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang
27 Barda Nawawi Arief, 2008, Bunga Rampai Kebijakan memaafkan) mengikuti dengan cara yang
Hukum Pidana (Perkembangan Penyusunan Konsep 30 Barda Nawawi Arief, Ide Keseimbangan..., op.cit.,
KUHP Baru), Kencana Prenada Media Grup, Jakarta, hlm. 19.
hlm. 43
31 Qisas adalah hukuman yang semisal dengan kejahatan
28 Barda Nawawi Arief, Ide Keseimbangan..., op.cit., yang dilakukan atas diri manusia. (Al-Qur’an dan
hlm. 18. terjemahnya, 2002, Departemen Agama, Karya Toha
29 Sri Endah Wahyuningsih, op.cit., hlm. 194. Putra, Semarang, hlm. 27).

Jurnal Pembaharuan Hukum


336 Volume II No. 2 Mei - Agustus 2015
baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) dijatuhkan bersama-sama dengan pidana
membayar (diat) kepada yang memberi denda. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 61
maaf dengan cara yang baik (pula). Yang RUU KUHP 2014.
demikian itu adalah suatu keringanan dari Di samping itu, RUU KUHP juga
Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa mengatur tentang sistem perumusan pidana
yang melampaui batas sesudah itu, maka minimal khusus meski diatur juga tentang
baginya siksa yang sangat pedih. (Q.S. Al- maksimal khusus. Ketentuan ini diatur dalam
Baqarah: 178).32 Pasal 70 - Pasal 72 RUU KUHP 2014.
Sebuah terobosan yang diatur dalam
Konsep KUHP akan tetapi belum diatur dalam
KUHP (W.v.S) adalah tentang pidana cicilan
sebagaimana diatur dalam Pasal 73 RUU
KUHP 2014.
Artinya: Dan dalam qisas itu ada (jaminan
kelangsungan) hidup bagimu, hai orang- D. PENUTUP
orang yang berakal, supaya kamu bertakwa. 1. Kesimpulan
(Q.S. Al-Baqarah: 179).33 Pembangunan hukum (pidana)
Implementasi Ide Keseimbangan dalam nasional yang mengambil sari pati hukum
Asas Legalitas dan Retro Aktif nasional yang hidup di masyarakat
Implementasi ide dasar keseimbangan Indonesia merupa-kan cita ideal yang
dalam masalah asas legalitas dan retro sudah semestinya diperjuangkan. Saat ini,
aktif merujuk pada Pasal 1,2,3 RUU KUHP KUHP (WvS) dipengaruhi oleh pandangan
2014 mengakomodir hukum yang hidup di individualistik-liberalistik, sehingga perlu
masyarakat sepanjang tidak ber-tentangan dilakukan perubahan, pembaharuan dan
dengan nilai-nilai Pancasila dan prinsip- penye-suaian atau penggantian peraturan
prinsip umum yang diakui masyarakat kolonial itu pengaturan hukum nasional.
bangsa-bangsa, adanya keseimbangan Ada tiga alasan urgensi diperbaharuinya
antara nilai keadilan dan kepastian hukum, KUHP, yaitu alasan politis, sosiologis,
dan keseimbangan perlindungan ter-hadap dan alasan praktis (kebutuhan dalam
korban dan pelaku. praktek).
Implementasi Ide Keseimbangan dalam Ide keseimbangan dalam tujuan
Sistem Perumusan Pidana pemidanaan, selain ber-tujuan membina
Saat ini KUHP (W.v.S) yang masih pelaku dan membebaskan rasa bersalah
berlaku, tidak menganut sistem perumusan pelaku, juga bertujuan mencegah
pidana alternatif, terkesan lebih kaku, di dilakukannya tindak pidana dengan
mana pidana penjara tidak bisa dijatuhkan menegakkan hukum, menyelesaikan
bersama-sama pidana denda. Meski dalam konflik yang ditimbulkan oleh tindak
beberapa perundang-undangan dengan pidana, memulihkan keseimbangan
berdasar pada asas lex specialis derogat dan mendatangkan rasa damai dalam
legi generale memberlakukan pidana penjara masyarakat. Ide keseimbangan dalam
dan pidana denda bersama-sama, seperti syarat pemidanaan selain menerapkan
dalam Undang-Undang Pemberantasan asas legalitas dan asas culpabiltas di
Tindak Pidana Korupsi (Tipikor). mana tiada pidana tanpa kesalahan,
Namun RUU KUHP 2014 menganut namun dalam pelaksanaan-nya terdapat
sistem perumusan pidana alternatif, di mana permaafan (rechterlijk/judicial pardon).
pilihannya lebih fleksibel (elastis) dan untuk Ide dasar keseimbangan dalam masalah
pidana bersyarat (pidana penjara) dapat asas legalitas dan retro aktif, yakni adanya
32 Ibid. keseimbangan antara nilai keadilan dan
33 Ibid. kepastian hukum, dan keseimbangan

Jurnal Pembaharuan Hukum


Volume II No. 2 Mei - Agustus 2015 337
perlindungan terhadap korban dan 2. Saran
pelaku. Ide keseimbangan dalam sistem Pembaharuan hukum pidana
perumusan pidana menganut sistem nasional yang sesuai dengan ide
perumusan pidana alternatif, terdapat keseimbangan berbasis nilai-nilai Pancasila
perumusan pidana minimal khusus meski harus segera diwujudkan dengan mendesak
diatur juga tentang maksimal khusus, para wakil rakyat untuk segera mengesahkan
serta ada pidana cicilan. RUU KUHP yang telah dibuat.

DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku :
Al-Qur’an dan terjemahnya, Karya Toha Putra, Semarang.
Barda Nawawi Arief, 1986, Penetapan Pidana Penjara dalam Perundang-undangan Dalam
Rangka Usaha Penanggulangan Kejahatan, Disertasi, Universitas Padjadjaran,
Bandung.
, 2008, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Penyusunan
Konsep KUHP Baru), Kencana Prenada Media Grup, Jakarta.
, Ide Keseimbangan dalam Konsep KUHP, materi kuliah Program Doktor (S3).
Ronny Hanitijo Soemitro, 1983, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 1994, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Sri Endah Wahyuningsih, 2010, Prinsip-Prinsip Individualisasi Pidana dalam Hukum Pidana
Islam, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Sri Mamudji, et.al., 2005, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Badan Penerbit Fakutas
Hukum Universitas Indonesia, Jakarta.
Valerine, J.L.K., 2009, Modul Metode Penelitian Hukum, Edisi Revisi, Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, Jakarta.

B. Makalah :
Adian Husaini, 2015, Mendiskusikan Pancasila sebagai Worldview dan Pedoman Amal?,
makalah pada Seminar Nasional Kebangsaan dengan tema : Menegaskan Pancasila
sebagai Ideologi dan Dasar Negara dalam UUD Negara Republik Indonesia 1945
di Hotel Horison, Semarang, Senin, tanggal 16 Pebruari 2015.
Arief Hidayat, 2015, Konsepsi Negara Hukum Pancasila, makalah disampaikan pada kuliah
Program Doktor Ilmu Hukum (PDIH) Fakultas Hukum Unissula, tanggal 24 Mei 2015.

Jurnal Pembaharuan Hukum


338 Volume II No. 2 Mei - Agustus 2015

You might also like